ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi dan syukur kami panjatkan kehadhirat Allah Swt., yang telah
memberikan rahmat-Nya, sehingga kami telah mampu menyelesaikan makalah
sederhana ini. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Sayyidina Muhammad
SAW. yang senantiasa membawa kita kepada jalan keridhaan dan maghfirah Allah
SWT.
Rasa
terima kasih yang terdalam kami haturkan kepada semua pihak yang telah ikut
serta membantu penyelesaiaan makalah ini. Terlebih lagi kami ucapkan terima kasih
kepada Dosen Pembimbing.
Akhirnya,
kami menadahkan tangan kehadirat Allah SWT. seraya berdo’a dan bermunajat,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................
i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
ASUHAN KEPERAWATAN
GLAUKOMA ................................................ 1
A. Definisi ................................................................................................ 1
B. Etiologi ................................................................................................ 1
C. Klasifikasi ............................................................................................ 1
D. Faktor-Faktor Risiko Glaukoma .......................................................... 5
E. Patofisiologi ......................................................................................... 5
F. Asuhan Keperawatan............................................................................ 6
G. Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 10
DAFTAR
PUSTAKA .................................................................................... 13
A. DEFINISI
1.
Glaukoma adalah suatu gejala
dari kumpulan penyakit yang menyebabkan suatu resultan yakni meningginya
tekanan intraokuler yang cukup untuk menyebabkan degenersi optikdisk atau
kelainan dalam lapang pandang (http:harnawatiaj.worspress.com/2008/02/21/glaucoma).
2.
Glaukoma
adalah suatu penyakit yang memberikan
gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf
optik dengan defek lapang pandangan mata. (Sidarta Ilyas, 2000).
3. Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang
ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (Long Barbara, 1996).
B. ETIOLOGI
Penyakit
yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokuler ini disebabkan oleh :
- bertambahnya produksi cairan mata oleh
badan ciliary
- berkurangnya pengeluaran cairan mata di
daerah sudut bilik mata atau di celah pupil.
C. KLASIFIKASI
1. Glaukoma Primer
- Glaukoma sudut terbuka
Merupakan
sebagian besar dari
glaukoma (90-95%), yang meliputi kedua
mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut
sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan
rabekular, saluran schleem, dan saluran yang berdekatan. Perubahan saraf optik
juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan
peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat
dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
- Glaukoma sudut tertutup (sudut
sempit)
Disebut
sudut tertutup karena ruang interior
secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke
jaringan trabekular dan menghambat humor aqueus mengalir ke saluran schlemm.
Pergerakan iris kedepan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan
cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang
timbul dari penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri
mata yang berta, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris
menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan
dan nyeri yang hebat.
2. Glaukoma sekunder
Dapat
terjadi dari pandangan mata, perubahan pembuluh darah dan trauma. Dapat mirip
dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab.
- perubahan lensa
- kelainan uvea
- trauma
- bedah
3. Glaukoma kongenital
- primer atau infatil
- menyertai kelainan konginetal
lainnya
4. Glaukoma absolut
Merupakan
stadium akhir glaukoma (sempit/terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total
akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma
absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi
glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit sering mata dengan
buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit
berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali
akibat timbulnya glaukoma hemoragik.
Pengobatan
glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol
retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak
berfungsi dan memberikan rasa sakit.
Berdasarkan lamanya:
1. GLAUKOMA AKUT
a. Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan
intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.
b. Etiologi
Dapat
terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut
bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder sebagai
akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk primer,
menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.
c. Manifestasi Klinik
1. Mata terasa sangat sakit. Rasa
sakit mengenai sekitar mata dan daerah belakang kepala.
2. Akibat rasa sakit yang berat
terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah, kadang-kadang dapat
mengaburkan gejala glaukoma akut
3. tajam penglihatan sangat menurun
4. terdapat halo atau pelangi
disekitar lampu yang dilihat
5. konjungtiva bulbi kemotik atau
edema dengan injeksi siliar
6. edema kornea berat sehingga
kornea terlihat keruh
7. bilik mata depan sangat dangkal
dengan efek tyndal yang positif, akibat timbulnya reaksi radang uvea.
8. pupil lebar dengan reaksi terhadap
sinar yang lambat
9. pemeriksaan funduskopi sukar
dilakukan karena terdapat kekeruhan media penglihatan
10. tekanan bola mata sangat tinggi
11. tekanan bola mata antara dua
serangan dapat sangat normal
d. Pemeriksaan Penunjang
pengukuran
dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan. Perimetri, gonioskopi
dan tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang .
e. Penatalaksanaan
penderita
dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler (TIO)
dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera.
Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi,
iridektomi atau filtrasi ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan gonoskopi
setelah pengobatan medikamentosa.
2. Glaukoma Kronik
a. Definisi
Glaukoma
kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata
sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.
b. Etiologi
Keturunan
dalam keluarga, diabetes mellitus, arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.
c. Manifestasi Klinik
Gejala-gejala
terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang secara lambat
namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian tidak mempunyai
keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering
menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga
kebutaan permanen.
d. Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan
tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkan peningkatan. Nilai
dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik di atas 25 mmHg. Pada
funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih besar dan dalam, dinding
cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil. Pemeriksaan
lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal,
tangga Ronne, atau skotoma busur.
e. Penatalaksanaan
pasien
diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan lapang
pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk, meskipun hasil pengukuran
tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan
berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit.
D. Faktor-Faktor
Risiko Glaukoma
* Umur
Resiko
glaukoma bertambah tinggi dengan bertambah usia. Terdapat 2% dari populasi usia
40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini akan bertambah dengan bertambahnya
usia.
* Riwayat anggota keluarga yang
terkena glaukoma
untuk
glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma mempunyai resiko 6
kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko terbesar adalah kakak-beradik
kemudian hubungan orang tua dan anak-anak.
* Tekanan bola mata
Tekanan
bola mata di atas 21 mmHg berisiko tinggi terkena glaukoma. Meskipun untuk
sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat merusak
saraf optik. Untuk mengukur tekanan bola mata dapat dilakukan di rumah sakit
mata dan / atau dokter spesialis mata.
* Obat-obatan
Pemakai
steroid secara rutin misalnya : pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid
yang tidak di kontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita ashma, obat
steroid untuk radang sendi dan pemakai obat yang memakai steroid secara rutin,
sangat dianjurkan memeriksakan diri anda ke dokter spesialis mata untuk
pendeteksian glaukoma.
* Riwayat trauma (luka
kecelakaan) pada mata
* Penyakit lain
Riwayat
penyakit diabetes (kencing manis), hipertensi dan migren.
E. Patofisiologi
Dibalik
bola mata sebelah depan terdapat apa yang disebut sebagai bilik mata depan,
bilik mata depan yang merupakan ruang di dalam mata yang di batasi kornea, iri,
pupil, dan lensa yang diisi oleh cairan mata (humor akuos). Cairan ini mengatur
makanan untuk kornea, lensa demikian pula oksigennya. Cairan ini mempunyai
kapasitas isi tertentu untuk mempertahankan bola mata agar menjadi bulat.
Cairan mata di hasilkan oleh jonjot siliar yang terletak di belakang iris.
Melalui celah iris dan lensa, cairan mata keluar melalui pupil dan terus ke
bilik mata depan. Setelah cairan mata masuk ke sudut bilik mata dan melalui
anyaman trabekulum cairan mata masuk ke dalam saluran yang disebut kanal
sclemm.
Bola
mata yang dimasuki air terlalu banyak akan melembung di daerah yang paling
lemah pada papil (mangkok)optik atau pada sklera tempat saraf optik keluar.
Saraf optik yang membawa informasi penglihatan ke otak terdiri atas jutaan sel
sarae yang panjang. Serabut atau sel saraf ini sangat tipis dengan diameter
1/20.000 inchi. Bila tekanan bola mata naik serabut saraf ini akan tertekan dan
rusak serta mati. Kematian sel tersebut akan mengakibatkan hilangnya
penglihatan yang permanen. (Long C. Barbara, 1992)
F. Asuhan
Keperawatan
1). Pengkajian
·
Nama : -
·
Umur : - Glaukoma
akan lebih sering ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun (Sidarta Ilyas, 2007)
- Usia di atas 45 merupakan salah satu faktor risiko
glaukoma (Sidarta Ilyas, 2007)
·
Jenis kelamin : laki-laki
·
Pekerjaan : - Biasanya pada
pekerja las (Sidarta Ilyas, 2007)
- Bekerja dengan logam berat (Sidarta
Ilyas, 2007)
2). Riwayat
v Riwayat penyakit sekarang :
-
Mata terasa sangat sakit, rasa sakit mengenai sekitar maa dan daerah
belakang kepala (http//rusari.com/askep.glaukoma)
-
Mata kabur, mual, dan muntah, terdapat halo / pelangi di sekitar lampu
yang dilihat (http//rusari.com/askep. Glaukoma)
-
Pada stadium lanjut : pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang ssempit
(Sidarta Ilyas, 2007)
-
Penglitan kabur/berawan, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia
(glaukoma akut) (Doenges, edisi 3, 1999)
-
Mata merah/mata keras dengan kornea berawan (Glaukoma darurat) (Doenges,
edisi 3, 1999).
v Riwayat penyakit masa lalu
-
DM, tembakau, pernah mendapat cedera mata, memakai obat steroid,
hipertensi (Sidarta Ilyas, 2007)
-
Migren (http//rusari.com/askep. Glaukoma)
-
Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma
mempunyai 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko terbesar adalah
kakak-beradik kemudian hubungan orang tua dan anak-anak (http//rusari.com/askep
glaukoma)
v Riwayat penyakit keluarga
-
Terdapat anggota keluarga yang menderita DM, glaukoma, gangguan sistem
vaskuler. (Doenges, edisi 3, 1999)
-
Stress, alergi, gangguan vasomotor (contoh peningkatan tekanan vena),
ketidakseimbangan endokrin (Doenges, edisi 3, 1999).
v Riwayat obat-obatan
-
Pemakaian steroid rutin, misalnya :
o Pemakaian obat tetes mata yang
mengandung steroid yang tidak terkonrol oleh dokter
o Obat inhaler untuk penderita
ashma
o Obat steroid untuk radang ssendi.
(http//rusari.com/askep glaukoma)
-
Miotika
-
Epinefrin
-
Antidepresan
-
Influenza
-
Antihistamin
-
Anti muntah (Sidarta Ilyas, 2007)
3) Pola Kebiasaan
-
Pola nutrisi
Mengalami
perubahan nutrisi berhubungan mual, dan muntah pada glaukoma akut. (Doenges,
edisi 3. 1999)
-
Pola aktivitas
Perubahan aktivitas
biasanya/hobi ssehubungan dengan gangguan penglihatan (Doenges, edisi 3, 1999)
-
Pola istirahat
Mengalami gangguan
sehubungan dengan keetidaknyamanan ringan/mata berair(glaukoma kronis), nyeri
tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan ssekitar mata, sakit kepala
(glaukoma akut) (Doenges: edisi 3, 1999)
-
Pola eliminasi
Mengalami perubahan
sehubungan dengan asupan makanan yang adekuat diakibatkan mual mutah
-
Personal hygiene
Mengalami gangguan
dan perlu dukungan keluarga terhadap perawatan diri pasien
-
Data psikologis
Pasien
dapat mengalami gangguan konsep diri, gangguan citra diri
-
Data sosial
Mengalami
keterbatasan/perubahan dalam berhubungan sosial sehubungan dengan penglihatan
kabur
-
Data spiritual
Pada keadaan
tertentu mengalami keterbatasan/perubahan dengan masalah spiritual sehubungan
dengan penglihatan kabur
4). Pemeriksaan Fisik
v Pemeriksaan umum
- Keadaan umum : lemah
- Vital sign : TD :
Pada glaukoma terdapat tekanan darah tinggi (Sidarta Ilyas, 2007)
N :
-
RR :
-
v Pemeriksaan khusus Temp. : -
- Inspeksi (sumber :
http//rusari.com/askep glaukoma)
o Kornea terlihat keruh
o Bilik mata dangkal
o Papil atrofi dengan akskavasi
glaumatosa
o Neovaskulisasi pada iris
o Edema kornea
o Bilik mata depan sangat dangkal
o Pupil lebar
o Pada funduskopi ditemukan
cekungan papil menjadi lebih besar dan dalam, dinding cekungan bergaung, warna
memucat dan terdapat pendarahan papil.
- Palpasi : -
- Perkusi : -
- Auskultasi : -
5). Pemeriksaan Diagnostik
(1) Kartu mata Snellen/mesin
Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : mungkin
terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan
refraksi, atau penyakit saraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
(2) Lapang penglihatan :
penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau
patologis arteri serebral atau glaukoma.
(3) Pengukuran tonografi :
mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
(4) Pengukuran gonioskopi :
membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma
(5) Tes provokatif : digunakan
dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya meningkat ringan.
(6) Pemeriksaan oftalmoskopi :
mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema,
perdarahan retina, dan mikroaneurisme.
(7) Darah lengkap, LED :
menunjukkan anemia sistemik/infeksi
(8) EKG, kolesterol serum, dan
pemeriksaan ipid memastikan
aterosklerosisi, PAK
(9) Tes toleransi glukosa :
menentukan adanya DM.
G. Diagnosa
Keperawatan
1. Nyeri berhubujngan dengan
peningkatan tekanan intraokuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah.
2. Gangguan persepsi sensori :
penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan, gangguan status organ
ditandai dengan kehilangan lapang dada progresif
3. ansitas berhubungan dengan faktor
fisiologis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan
kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu. Menyatakan masalah
tentang perubahan kejadian hidup.
4. kurang pengetahuan (kebutuhan
belajar) tentang kondisi, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurang
terpajan/tidak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai
dengan tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
Diagnosa keperawatan Dan
Intervensi
a.
Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual
dan muntah
Tujuan : nyeri hilang atau
berkurang :
Kriteria hasil :
- pasien mendemontrasikan
pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri
- pasien mengatakan nyeri
berkurang/hilang
- ekspresi wajah rileks
Intervensi :
- kaji tipe intensitas dan lokasi
nyeri
- kaji tingkatan skala nyeri untuk
menentukan dosis analgesik
- anjurkan istirahat ditempat tidur
dalam ruangan yang tenang
- atur sikap fowler 300 atau dalam
posisi nyaman
- hindari mual, muntah karena ini
akan meningkatkan TIO
- alihkan perhatian pada hal-hal
yang menyenangkan
- berikan analgesik sesuai anjuran.
b. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan penerimaan
gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
Tujuan : penggunaan penglihatan
yang optimal
Kriteria hasil :
- pasien akan berpartisipasi dalam
program pengobatan
- pasien akan mempertahankan lapang
ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.
Intervensi :
- pastikan derajat/tipe kehilangan
penglihatan
- dorong memngekspresikan perasaan
tentang kehilangan/kemungkinan kehilangan penglihatan
- tunjukkan pemberian tetes mata,
contoh menghitung tetesan, mengikuti jadwal, tidak salah dosis
- lakukan tindakan untuk membantu
pasien menangani keterbatasan penglihatan, contoh : kurangi kekacauan, atur
perabot, ingtakan memutar kepala ke subjek yang terlihat, perbaiki sinar suram
dan masalah penglihatan malam.
- Kolaborasi obat sesuai dengan
indikasi
c. Ansitas b.d faktor fisiologis,
perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan
penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tnetang
perubahan kejadian hdup.
Tujuan : cemas hilang atau
berkurang
Kriteria hasil :
- pasien tampak rileks dan
melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat diatasi
- pasien menunjukkan ketrampilan
pemecahan masalah
- pasien menggunakan sumber secara
efektif
Intervensi :
- kaji tingkat ansitas, derajat
pengalaman nyeri/timbulnya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
- Berikan informasi yang akurat dan
jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan mencegah
kehilangan penglihatan tambahan.
- Dorong pasien untuk mengakui
masalah dan mengekspresikan perasaan
- Identifikasi sumber / orang yang
menolong
d. Kurang pengetahuan (kebutuhan
belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak
mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan
pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti intruksi, terjadi
komplikasi yang dapat dicegah.
Tujuan : klien mengetahui tentang
kondisi, prognosis, dan pengobatan
Kriteria hasil :
- pasien menyatakan pemahaman
kondisi, prognosis dan pengobatan
- mengidentifiksi hubungan antar
gejala/tanda dengan proses penyakit
- melakukan prosedur dengan benar
dan menjelaskan alasan tindakan
Intervensi :
- diskusikan perlunya menggunakan
identifikasi
- tunjukkan teknik yang benar
pemberian tetes mata
- izinkan pasien mengulang tindakan
- kaji pentingnya mempertahankan
jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh
midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal.
- Identifikasi efek samping /
reaksi merugikan dari pengobatan (penurunan nafsu makan, mual/muntah,
kelemahan, jantung tak teratur)
- Dorong pasien membuat perubahanyang
perlu untuk pola hidup
- Dorong menghindari aktivitas,
seperti mengangkat berat/mendorong, menggunakan baju ketat dan sempit.
- Diskusikan pertimbangan diet,
cairan adekuat dan makanan berserat
- Tekankan pemeriksaan rutin
- Anjurkan anggota keluarga
memeriksa secara teratur tanda glaukoma.
DAFTAR PUSTAKA
- http:// rusari.com/askep.glaukoma.h
- Ilyas, Sidarta, Prof. Dr. SpM. Dkk. 2002. ilmu Penyakit mata edisi 2
CV. SAGUNG SETO : Jakarta.
- http://harnawatiajj.worspress.com
/2008/02/21/glaukoma.
- Ilyas, Sidarta, Prof. Dr. H.SpM. 2007. Glaukoma. Edisi 3 CV. SAGUNG
SETO : Jakarta
- Doenges. Masylinn, E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC : Jakarta
No comments:
Post a Comment