Tuesday, 12 March 2019

ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

KATA PENGANTAR
            Segala puji bagi dan syukur kami panjatkan kehadhirat Allah Swt., yang telah memberikan rahmat-Nya, sehingga kami telah mampu menyelesaikan makalah sederhana ini. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Sayyidina Muhammad SAW. yang senantiasa membawa kita kepada jalan keridhaan dan maghfirah Allah SWT.
            Rasa terima kasih yang terdalam kami haturkan kepada semua pihak yang telah ikut serta membantu penyelesaiaan makalah ini. Terlebih lagi kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing.
            Akhirnya, kami menadahkan tangan kehadirat Allah SWT. seraya berdo’a dan bermunajat, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

                                                                                   Penyusun























DAFTAR ISI




KATA PENGANTAR..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA ................................................ 1

A. Definisi ................................................................................................ 1
B. Etiologi ................................................................................................ 1
C. Klasifikasi ............................................................................................ 1
D. Faktor-Faktor Risiko Glaukoma .......................................................... 5
E. Patofisiologi ......................................................................................... 5
F. Asuhan Keperawatan............................................................................ 6
G. Diagnosa Keperawatan ....................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 13





A. DEFINISI
1.      Glaukoma adalah suatu gejala dari kumpulan penyakit yang menyebabkan suatu resultan yakni meningginya tekanan intraokuler yang cukup untuk menyebabkan degenersi optikdisk atau kelainan dalam lapang pandang (http:harnawatiaj.worspress.com/2008/02/21/glaucoma).
2.      Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata. (Sidarta Ilyas, 2000).
3.      Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (Long Barbara, 1996).

B. ETIOLOGI
         Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokuler ini disebabkan oleh :
-    bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
-    berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil.

C.  KLASIFIKASI 
1. Glaukoma Primer
- Glaukoma sudut terbuka
         Merupakan sebagian besar dari glaukoma (90-95%), yang meliputi kedua  mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan rabekular, saluran schleem, dan saluran yang berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
- Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit)
         Disebut sudut tertutup karena ruang interior  secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueus mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris kedepan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berta, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
2. Glaukoma sekunder
         Dapat terjadi dari pandangan mata, perubahan pembuluh darah dan trauma. Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab.
-    perubahan lensa
-    kelainan uvea
-    trauma
-    bedah
        
3.  Glaukoma kongenital
-    primer atau infatil
-    menyertai kelainan konginetal lainnya

4. Glaukoma absolut
         Merupakan stadium akhir glaukoma (sempit/terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.
         Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.
Berdasarkan lamanya:



1. GLAUKOMA AKUT
a.      Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.
b.      Etiologi
         Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.

c.      Manifestasi Klinik
1.      Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit mengenai sekitar mata dan daerah belakang kepala.
2.      Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah, kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut
3.      tajam penglihatan sangat menurun
4.      terdapat halo atau pelangi disekitar lampu yang dilihat
5.      konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar
6.      edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh
7.      bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat timbulnya reaksi radang uvea.
8.      pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat
9.      pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media penglihatan
10.  tekanan bola mata sangat tinggi
11.  tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal

d.      Pemeriksaan Penunjang
         pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan. Perimetri, gonioskopi dan tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang .

e.      Penatalaksanaan
         penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera. Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaan gonoskopi setelah pengobatan medikamentosa.
2. Glaukoma Kronik
a.  Definisi
         Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.
b. Etiologi
         Keturunan dalam keluarga, diabetes mellitus, arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid  jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.
c.  Manifestasi Klinik
         Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga kebutaan permanen.
d.  Pemeriksaan Penunjang
         pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkan peningkatan. Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik di atas 25 mmHg. Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih besar dan dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal, tangga Ronne, atau skotoma busur.
e.  Penatalaksanaan
         pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan lapang pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk, meskipun hasil pengukuran tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit.




D.     Faktor-Faktor Risiko Glaukoma
* Umur
         Resiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambah usia. Terdapat 2% dari populasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini akan bertambah dengan bertambahnya usia.

* Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukoma
         untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko terbesar adalah kakak-beradik kemudian hubungan orang tua dan anak-anak.
* Tekanan bola mata
         Tekanan bola mata di atas 21 mmHg berisiko tinggi terkena glaukoma. Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat merusak saraf optik. Untuk mengukur tekanan bola mata dapat dilakukan di rumah sakit mata dan / atau dokter spesialis mata.
* Obat-obatan
         Pemakai steroid secara rutin misalnya : pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid yang tidak di kontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita ashma, obat steroid untuk radang sendi dan pemakai obat yang memakai steroid secara rutin, sangat dianjurkan memeriksakan diri anda ke dokter spesialis mata untuk pendeteksian glaukoma.
* Riwayat trauma (luka kecelakaan) pada mata
* Penyakit lain
         Riwayat penyakit diabetes (kencing manis), hipertensi dan migren.

E.     Patofisiologi
         Dibalik bola mata sebelah depan terdapat apa yang disebut sebagai bilik mata depan, bilik mata depan yang merupakan ruang di dalam mata yang di batasi kornea, iri, pupil, dan lensa yang diisi oleh cairan mata (humor akuos). Cairan ini mengatur makanan untuk kornea, lensa demikian pula oksigennya. Cairan ini mempunyai kapasitas isi tertentu untuk mempertahankan bola mata agar menjadi bulat. Cairan mata di hasilkan oleh jonjot siliar yang terletak di belakang iris. Melalui celah iris dan lensa, cairan mata keluar melalui pupil dan terus ke bilik mata depan. Setelah cairan mata masuk ke sudut bilik mata dan melalui anyaman trabekulum cairan mata masuk ke dalam saluran yang disebut kanal sclemm.
         Bola mata yang dimasuki air terlalu banyak akan melembung di daerah yang paling lemah pada papil (mangkok)optik atau pada sklera tempat saraf optik keluar. Saraf optik yang membawa informasi penglihatan ke otak terdiri atas jutaan sel sarae yang panjang. Serabut atau sel saraf ini sangat tipis dengan diameter 1/20.000 inchi. Bila tekanan bola mata naik serabut saraf ini akan tertekan dan rusak serta mati. Kematian sel tersebut akan mengakibatkan hilangnya penglihatan yang permanen. (Long C. Barbara, 1992)

F.      Asuhan Keperawatan
1). Pengkajian
·         Nama               : -
·         Umur               :  -  Glaukoma akan lebih sering ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun (Sidarta Ilyas, 2007)
                                 -  Usia di atas 45 merupakan salah satu faktor risiko glaukoma (Sidarta Ilyas, 2007)
·         Jenis kelamin   : laki-laki
·         Pekerjaan         : - Biasanya pada pekerja las (Sidarta Ilyas, 2007)
                                - Bekerja dengan logam berat (Sidarta Ilyas, 2007)

2). Riwayat
v  Riwayat penyakit sekarang :
-          Mata terasa sangat sakit, rasa sakit mengenai sekitar maa dan daerah belakang kepala (http//rusari.com/askep.glaukoma)
-          Mata kabur, mual, dan muntah, terdapat halo / pelangi di sekitar lampu yang dilihat (http//rusari.com/askep. Glaukoma)
-          Pada stadium lanjut : pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang ssempit (Sidarta Ilyas, 2007)
-          Penglitan kabur/berawan, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia (glaukoma akut) (Doenges, edisi 3, 1999)
-          Mata merah/mata keras dengan kornea berawan (Glaukoma darurat) (Doenges, edisi 3, 1999).

v  Riwayat penyakit masa lalu
-          DM, tembakau, pernah mendapat cedera mata, memakai obat steroid, hipertensi (Sidarta Ilyas, 2007)
-          Migren (http//rusari.com/askep. Glaukoma)
-          Untuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma mempunyai 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko terbesar adalah kakak-beradik kemudian hubungan orang tua dan anak-anak (http//rusari.com/askep glaukoma)

v  Riwayat penyakit keluarga
-          Terdapat anggota keluarga yang menderita DM, glaukoma, gangguan sistem vaskuler. (Doenges, edisi 3, 1999)
-          Stress, alergi, gangguan vasomotor (contoh peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin (Doenges, edisi 3, 1999).

v  Riwayat obat-obatan
-          Pemakaian steroid rutin, misalnya :
o   Pemakaian obat tetes mata yang mengandung steroid yang tidak terkonrol oleh dokter
o   Obat inhaler untuk penderita ashma
o   Obat steroid untuk radang ssendi. (http//rusari.com/askep glaukoma)
-          Miotika
-          Epinefrin
-          Antidepresan
-          Influenza
-          Antihistamin
-          Anti muntah (Sidarta Ilyas, 2007)


3) Pola Kebiasaan
-          Pola nutrisi
Mengalami perubahan nutrisi berhubungan mual, dan muntah pada glaukoma akut. (Doenges, edisi 3. 1999)
-          Pola aktivitas
Perubahan aktivitas biasanya/hobi ssehubungan dengan gangguan penglihatan (Doenges, edisi 3, 1999)
-          Pola istirahat
Mengalami gangguan sehubungan dengan keetidaknyamanan ringan/mata berair(glaukoma kronis), nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan ssekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut) (Doenges: edisi 3, 1999)
-          Pola eliminasi
Mengalami perubahan sehubungan dengan asupan makanan yang adekuat diakibatkan mual mutah
-          Personal hygiene
Mengalami gangguan dan perlu dukungan keluarga terhadap perawatan diri pasien
-          Data psikologis
Pasien dapat mengalami gangguan konsep diri, gangguan citra diri
-          Data sosial
Mengalami keterbatasan/perubahan dalam berhubungan sosial sehubungan dengan penglihatan kabur
-          Data spiritual
      Pada keadaan tertentu mengalami keterbatasan/perubahan dengan masalah spiritual sehubungan dengan penglihatan kabur

4). Pemeriksaan Fisik
v  Pemeriksaan umum
-    Keadaan umum : lemah
-    Vital sign            : TD           : Pada glaukoma terdapat tekanan darah tinggi (Sidarta Ilyas, 2007)
                                N             : -
                                RR           : -
v  Pemeriksaan khusus             Temp.        : -
-    Inspeksi (sumber : http//rusari.com/askep glaukoma)
o   Kornea terlihat keruh
o   Bilik mata dangkal
o   Papil atrofi dengan akskavasi glaumatosa
o   Neovaskulisasi pada iris
o   Edema kornea
o   Bilik mata depan sangat dangkal
o   Pupil lebar
o   Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih besar dan dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat dan terdapat pendarahan papil.
-    Palpasi : -
-    Perkusi : -
-    Auskultasi : -

5). Pemeriksaan Diagnostik
(1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit saraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
(2) Lapang penglihatan : penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
(3) Pengukuran tonografi : mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
(4) Pengukuran gonioskopi : membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma
(5) Tes provokatif : digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya meningkat ringan.
(6) Pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisme.
(7) Darah lengkap, LED : menunjukkan anemia sistemik/infeksi
(8) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan ipid  memastikan aterosklerosisi, PAK
(9) Tes toleransi glukosa : menentukan adanya DM.

G.     Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri berhubujngan dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah.
2.      Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan, gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang dada progresif
3.      ansitas berhubungan dengan faktor fisiologis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu. Menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.
4.      kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/tidak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.


Diagnosa keperawatan Dan Intervensi
a.             Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah
Tujuan : nyeri hilang atau berkurang :
Kriteria hasil :
-    pasien mendemontrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri
-    pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
-    ekspresi wajah rileks
Intervensi :
-    kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri
-    kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik
-    anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang
-    atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman
-    hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO
-    alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan
-    berikan analgesik sesuai anjuran.
b.      Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan penerimaan gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
Tujuan : penggunaan penglihatan yang optimal
Kriteria hasil :
-    pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan
-    pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.
Intervensi :
-    pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan
-    dorong memngekspresikan perasaan tentang kehilangan/kemungkinan kehilangan penglihatan
-    tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, mengikuti jadwal, tidak salah dosis
-    lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan penglihatan, contoh : kurangi kekacauan, atur perabot, ingtakan memutar kepala ke subjek yang terlihat, perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam.
-    Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi
c. Ansitas b.d faktor fisiologis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tnetang perubahan kejadian hdup.
Tujuan : cemas hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
-    pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat diatasi
-    pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah
-    pasien menggunakan sumber secara efektif
Intervensi :
-    kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbulnya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
-    Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan mencegah kehilangan penglihatan tambahan.
-    Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan
-    Identifikasi sumber / orang yang menolong
d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti intruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
Tujuan : klien mengetahui tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan
Kriteria hasil :
-    pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis dan pengobatan
-    mengidentifiksi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit
-    melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan
Intervensi :
-    diskusikan perlunya menggunakan identifikasi
-    tunjukkan teknik yang benar pemberian tetes mata
-    izinkan pasien mengulang tindakan
-    kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal.
-    Identifikasi efek samping / reaksi merugikan dari pengobatan (penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan, jantung tak teratur)
-    Dorong pasien membuat perubahanyang perlu untuk pola hidup
-    Dorong menghindari aktivitas, seperti mengangkat berat/mendorong, menggunakan baju ketat dan sempit.
-    Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat
-    Tekankan pemeriksaan rutin
-    Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur tanda glaukoma.




DAFTAR PUSTAKA


  1. http:// rusari.com/askep.glaukoma.h
  2. Ilyas, Sidarta, Prof. Dr. SpM. Dkk. 2002. ilmu Penyakit mata edisi 2 CV. SAGUNG SETO : Jakarta.
  3. http://harnawatiajj.worspress.com /2008/02/21/glaukoma.
  4. Ilyas, Sidarta, Prof. Dr. H.SpM. 2007. Glaukoma. Edisi 3 CV. SAGUNG SETO : Jakarta
  5. Doenges. Masylinn, E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.   EGC : Jakarta






















No comments:

Post a Comment