Analisis Buku Cerita Anak
HANG TUAH
I . Identitas Buku
a. Judul :
Hang Tuah
b. Karangan :
A. Rahim Mufty
c. Penerbit :
PT. Balai Pustaka / Tahun 2008
II. Pendahuluan
Nama Hang Tuah sangat terkenal. Kebesarannya
tak jauh beda dengan nama Gajah Mada. Ia menjadi perlambang tokoh pahlawan dan
kesatria yang sangat setia kepada raja serta tanah airnya. Di tanah Melayu,
nama ini menjadi legenda yang terus hidup.
Kebesaran
para pahlawan pantas diperkenalkan kepada anak-anak, agar mereka dapat
mencontoh ketabahan serta budi luhurnya untuk bekal dlam mengarungi hidup yang
masih panjang.
Dalam
penganalisaan buku Hang Tuah ini mencakup tema, jenis-jenis tema dalam cerita,
plot (jalannya cerita), penokohan, pelataran, serta amanat yang terkandung di
dalamnya.
Tujuan
penganalisaan buku cerita anak ini untuk memperkaya ilmu pengetahuan tentang
unsur-unsur pembentuk terdapat dalam sebuah cerita sehingga memiliki nilai
estetis yang tinggi dapat menyenangkan dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.
Manfaat
bagi penganalisaan dapat membuka wawasan tentang unsur-unsur yang ada dalam
cerita dan dapat memahami isi cerita dengan baik.
III. Penganalisaan
a. Tema
Tema
adalah sesuatu yang menjadi pokok pikiran dan menjadi persoalan bagi seorang
pengarang yang kemudian ditampilkannya di dalam karangan. Tema (theme), menurut
Stanton (1965 : 20) dan Kenny (1966 : 88) adalah makna yang dikandung oleh
sebuah cerita. Tema dari cerita Hang Tuah ini adalah pahlawan dan kesatria yang
sangat setia kepada raja serta tanah airnya.
- persahabatan antara dua kerajaan
Tema
lain yang terdapat dalam cerita Hang Tuah adalah tema pendidikan
-
Menghormati
orang tua dan mengasihi orang lain
-
Hang
Tuah tidak sombong, cerdik, arif dan bijaksana
-
Sikap
gotong royong, saling membantu
Tema sosial budaya
-
Persahabatan
antara dua kerajaan (Kerajaan Malaka dan Majapahit)
-
Kedua
negeri itu bermaksud bantu-membantu di
kala kesusahan.
b. Plot
Plot
atau alur adalah jalan cerita pada sebuah prosa yang wujudnya berupa
peristiwa-peristiwa yang disusun satu-persatu dan saling berkaitan menurut
hukum sebab akibat dari awal sampai akhir cerita.
Lukens
(1999:103) memahami alur sebagai urutan peristiwa sebagaimana ditunjukkan oleh
tokoh lewat aksi.
Pada
cerita Hang Tuah pada bagian awal cerita adalah : ada lima orang sahabat ; Hang
Tuah, Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu namanya. Sejak kecil mereka berkawan. Bila orang
kampung lagi susah, mereka selalu menolong. Acap kali lima sahabat itu pergi ke
hutan mencari kayu, kadang-kadang juga berburu rusa. Di antara lima orang itu
Hang Tuah lah yang paling tua, karena itu kawan-kawan yang lain suka mendengar
nasehatnya. Mereka selalu bersama-sama. Seperti orang bersaudara tampaknya,
setia dan jujur, begitulah lima sahabat itu, lemah lembut tutur bicaranya.
Karena itu orang sekampung sayang kepada mereka.
Pada
bagian tengah cerita Hang Tuah
Perahu sudah sampai di darat. Hang Tuah lima saudara sesgera melompat.
Kelima anak muda itu menghunus keris masing-masing. Perahu perampok itu
berlabuh pula. Orang-orangnya turun semua ke darat terus bersiap-siap hendak
menyerang.
”Hai
anak rantau ! serahkan harta bendamu kepada kami ! kalau tidak nyawa kalian
kami habiskan sekarang juga ......! Kepala perampok itu berteriak keras. ”Cis,
tak malu ! langkahi dulu bangkai kami, barulah kau rampas harta benda kami.”
Panas benar hati kepala permpok itu. Segera ia berteriak ”serang..!”
Perkelahian pun terjadi. Tangkis-menangkis keris. Tendang-menendang. Hang Tuah
mengamuk. Kepala perampok terbunuh. Anak buahnya berlarian tunggang
langgang....
Raja
Bintan bersabda kepada bendahara. ”siapa gerangan lima anak muda yang gagah
berani itu, mamanda bendahara ?”. ”Rakyat kita juga Tuanku,” jawab Bendahara.
”Panggilah kelima anak muda itu kemari ! aku berkenan benar hendak bertemu
dengan mereka...! katakan Raja Bintan bergirang hati karena mereka telah
membasmi perampok.”
”Baik
Tuanku, ” sembah Bendahara lalu pergi.
Hang
Tuah sekarang jadi hulubalang Raja, aduh gagah betul ! Destarnya melingkar di
kepala. Hang Tuah memakai baju teluk belanga, sutra berbunga. Kain tenunan
Bugis membelit tubuh. Keris bertuah tergantung indah di pinggang. Hang Tuah
disegani oleh seisi istana. Apalagi Baginda amat senang dan sayang kepada Hang
Tuah. Tetapi ia tidak menjadi sombong. Tetap juga yang tua di hormati, yang
muda dikasihi. Menyenangkan benar perangai Hang Tuah itu. Banyak orang yang
memuji Hang Tuah karena cerdik serta arif dan bijaksana.
Pada
bagian akhir cerita Hang Tuah.
Sudah
lama benar Hang Tuah di Majapahit. Ia sudah rindu kepada Raja Malaka. Lagi pula tugas utama telah ditunaikan. Majapahit
berkenan hati mengadakan persahabatan dengan Malaka. Kedua negeri itu bermaksud
bantu-membantu di kala kesusahan. Tolong-menolong seumpama jari. Hang Tuah lima
bersaudara hendak kembali ke Malaka. Raja Majapahit dan Gajah Mada turut
mengantar sampai ke pintu gerbang kota. Rakyat Majapahit bersorak gembira, ”Selamat
jalan. salam kami untuk rakyat Malaka !”. ” Terima kasih, sampai jumpa lagi,” Seru
Hang Tuah.
c. Penokohan
Lukens
(2003 : 76) tokoh cerita dapat dipahami sebagai kumpulan kualitas mental,
emosional dan sosial yang membedakan seseorang dengan orang lain.
Abrams
(Via Nurgiyantoro, 2005 : 165) mengemukakan bahwa tokoh cerita (character)
dapat dipahami sebagai seseorang yang ditampilkan dalam teks cerita naratif
(juga drama) yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kwalitas moral dan
kecenderungan tertentu sebagaimana yang diekspresikan lewat kata-kata dan
ditunjukkan dalam tindakan. Tokoh utama dalam cerita Hang Tuah adalah hang
Tuah, tokoh protagonis adalah empat kawan Hang Tuah yaitu Hang Jebat, Hang
Kesturi, Hang Lekir dan Hang Lekiu. Sejak kecil mereka berkawan. Bila ada orang
kampung lagi susah mereka selalu menolong. Tokoh antagonis adalah perampok
Lanun yang ingin merampas harta benda dari perahu Hang Tuang.
d.
Pelataran
Menurut
Lukens (2003:147) dalam fiksi dewasa latar dapat terjadi dimana saja termasuk
di dalam benak tokoh sehingga tidak terlalu banyak membutuhkan deskripsi
tentang latar.
Dalam
cerita ini fiksi anak hampir semua peristiwa yang dikisahkan membutuhkan
kejelasan tempat dan waktu kejadiannya, dan karenanya membutuhkan deskripsi
latar lebih detil.
Pelataran dalam cerita Hang Tuah
Pada
suatu hari mereka bermain ke tepi laut. Angin bertiup lemah lembut. Ombak
bergulung-gulung ke pantai. Menghempas-hempas bunyinya (latar tempat, latar
waktu).
Segera ditemukan tempat untuk membangun
kota yang baru. Rakyat bekerja bergotong royong. ”Tang tung, tang tung” Kedengaran
bunyi palu bertalu-talu. Macama-macam pekerjaan dilakukan. Ada yang
menggergaji, ada yang mengompak pohon. Tak lama kemudian dengan selamat berdirilah
sebuah kota baru. Kota itu disebut Malaka. Raja Bintan dan rakyat pindah ke
kota baru itu. Baginda memerintah dengan adilnya (latar sosial budaya dan latar
tempat).
Sebulan
sudah lalu, Hang Tuah tiba di Majapahit. Aduh riuh benar sorak sorai orang. Gembira hati rakyat Majapahit
menerima utusan Malaka. Patih
Gajah Mada menanti di pintu gapura istana. Kemang dan Kempul ditabuh orang (latar waktu dan latar sosial
budaya).
e. Amanat
(Moral)
Moral,
amanat, atau messages dapat dipahami sebagai sesuatu yang ingin disampaikan
kepada pembaca. Amanat yang terkandung dalam cerita Hang Tuah adalah :
-
Hang
Tuah merupakan tokoh pahlawan dan kesatria yang sangat setia kepada raja serta
tanah airnya.
-
Banyak
orang yang sayang dan senang kepada Hang Tuah karena cerdik serta arif dan
bijaksana.
IV. Daftar
Bacaan
A. Rahim Mufty. Bacaan Anak Hang Tuah. Balai
Pustaka
Drs. Bukhari, M.Pd. 2009.
Teori Apresiasi Sastra Indonesia. Banda Aceh
Ringkasan cerita
Hang Tuah
Ada
lima orang sahabat Hang Tuah, Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir dan Hang
Lekiu namanya. Sejak kecil mereka berkawan. Bila orang kampung lagi susah,
mereka selalu menolong.
Pada suatu hari mereka bermain
ke tepi laut. Angin bertiup lemah lembut, ombak bergulung-gulung kepantai. Bunyinya
seperti seruan untuk berkenalan. Hang Tuah bermenung. Kemudian berkata. ”Kawan-kawan,
kita sudah dewasa. Tak patut lagi menyusahkan orang tua. Mari belajar kita merantau! Siapa tahu nasib kita mujur..
Perahu layar Hang Tuah mengarungi
laut yang luas. Hang Tuah dan sahabat-sahabatnya yang girang. Mata mereka
bersinar. Tapi apa itu ? jauh di depan kelihatan titik-titik hitam makin lama
makin besar. Hang Tuah telah lama memperhatikan. Tiba-tiba ia berseru, ”kawan !
Lihat, tiga buah perahu.” Ah tiga-tiga mengejar kita....!”Kata Hang Jebat.
”Tetapi kita harus awas ! Siap senjata...! seru Hang Tuah.
Benar ! Ketiga perahu itu
perhu perampok Lamun. ”Jangan mundur” Seru Hang Lekir. Musuh tak dicari, kalau
bersua pantang dielakkan...! Perahu sudah sampai di darat. Hang Tuah lima
bersaudara segera melompat. Hup,hup, turun. Kelima anak muda itu menghunus
keris masing-masing. Perahu perampok berlabuh pula. ”Hai anak rantau ! Serahkan
harta bendamu kepada kami ! Kalau tidak nyawa kalian kami habiskan sekarang
jua....!” Kepala perampok itu berteriak keras. Perkelahian pun terjadi. Hang
Tuah mengamuk kepala perampok terbunuh. Anak buahnya berlarian tunggang
langgang.
Raja Bintan bersabda kepada
bendahara. ”Siapa gerangan lima anak muda yang gagah berani itu, mamanda
bendahara ?”. ”Rakyat kita juga Tuanku,” jawab Bendahara. ”Panggilah kelima
anak muda itu kemari ! Aku berkenan benar hendak bertemu dengan mereka...! Katakan
Raja Bintan bergirang hati karena mereka telah membasmi perampok.” ”Baik
Tuanku, ” Sembah Bendahara lalu pergi.
Kelima anak muda datang
menghadap raja. “ Kalian
telah berjasa kepada negeri. Oleh karena itu, kalian akan ku beri hadiah.
Terima ini sebagai tanda jasa. Dan enkau Hang Tuah ! Mulai saat ini ku jadikan
Hulubalang. Tinggalah di istana. Dan keempat saudara mu tinggal juga disini
sebagai peegiring ku. ”
Hang Tuah sekarang jadi
hulubalang raja. Aduh gagah betul ! Hang Tuah disegani seisi istana. Apalagi Baginda amat sayang kepada Hang
Tuah, tetapi ia tidak sombong tetap juga yang tua di hormati, yang muda di
kasihi. Menyenangkan benar
perangai Hang Tuah itu. Banyak orang memuji hang Tuah. Karena cerdik serta arif dan bijaksana
Raja bersabda kepada Hang Tuah
dan bendahara. Kita bermaksud
hendak memindahkan kerajaan. Hendak membuat yang lebih berkenan di hati. Supaya
kelak boleh menjadi peninggalan bagi anak cucu. Segera ditemukan tempat untuk
membangun kota yang baru. Rakyat bekerja bergotong royong. Tak lama kemudian
dengan selamat berdirilah sebuah kota baru. Istana berdiri dengan megahnya.
Kota yang disebut kota Malaka. Sebab di tempat itu banyak pohon Malaka. Raja
bintan dan rakyat pindah kekota baru itu. Baginda memerintahkan dengan adilnya.
” Kita hendak mengirim utusan
ke Majapahit, ” Sabda baginda pada suatu hari. ” Hendak bersahabat dengan
kerajaan itu....”
Sebulan sudah berlalu. Hang
Tuah tiba di Majapahit. gembira hati rakyat Majapahit menerima utusan Malaka.
Hang Tuah lima saudaranya dijamu makan minum. Tiba-tiba kedengaran bunyi
gendang di tabuh. Ada apa ? Wahai hang
Tuah di minta memainkan silat, menari di tengah gelanggang.
Sudah lama benar hang Tuah di Majapahit.
Ia sudah rindu kepada Baginda Raja Malaka, lagi pula, tugas utama telah di
tunaikan Majapahit berkenan hati mengadakan persahabatan dengan Malaka. Kedua
negeri itu bermaksud bantu-membantu di kala kesusahan, tolong menolong seumpama
jari. Hang Tuah lima saudara nya hendak kembali ke Malaka.
Raja Majapahit dan Gajah Mada
turut mengantar sampai ke pintu gerbang kota. Rakyat Majapahit bersorak gembira, ” Selamat jalan,
salam kami untuk rakyat Malaka ”
” Terima kasih ! Sampai
berjumpa lagi ! ” Seru Hang Tuah. ”
No comments:
Post a Comment