Tuesday, 12 March 2019

Analisis Buku Cerita Anak HANG TUAH


Analisis Buku Cerita Anak

HANG TUAH


I . Identitas Buku
a. Judul            : Hang Tuah
b. Karangan     : A. Rahim Mufty
c. Penerbit       : PT. Balai Pustaka / Tahun 2008
II. Pendahuluan
            Nama Hang Tuah sangat terkenal. Kebesarannya tak jauh beda dengan nama Gajah Mada. Ia menjadi perlambang tokoh pahlawan dan kesatria yang sangat setia kepada raja serta tanah airnya. Di tanah Melayu, nama ini menjadi legenda yang terus hidup.
            Kebesaran para pahlawan pantas diperkenalkan kepada anak-anak, agar mereka dapat mencontoh ketabahan serta budi luhurnya untuk bekal dlam mengarungi hidup yang masih panjang.
            Dalam penganalisaan buku Hang Tuah ini mencakup tema, jenis-jenis tema dalam cerita, plot (jalannya cerita), penokohan, pelataran, serta amanat yang terkandung di dalamnya.
            Tujuan penganalisaan buku cerita anak ini untuk memperkaya ilmu pengetahuan tentang unsur-unsur pembentuk terdapat dalam sebuah cerita sehingga memiliki nilai estetis yang tinggi dapat menyenangkan dan bermanfaat bagi kehidupan  sehari-hari.
            Manfaat bagi penganalisaan dapat membuka wawasan tentang unsur-unsur yang ada dalam cerita dan dapat memahami isi cerita dengan baik.

III.       Penganalisaan
  a. Tema
            Tema adalah sesuatu yang menjadi pokok pikiran dan menjadi persoalan bagi seorang pengarang yang kemudian ditampilkannya di dalam karangan. Tema (theme), menurut Stanton (1965 : 20) dan Kenny (1966 : 88) adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema dari cerita Hang Tuah ini adalah pahlawan dan kesatria yang sangat setia kepada raja serta tanah airnya.
- persahabatan antara dua kerajaan
            Tema lain yang terdapat dalam cerita Hang Tuah adalah tema pendidikan
-          Menghormati orang tua dan mengasihi orang lain
-          Hang Tuah tidak sombong, cerdik, arif dan bijaksana
-          Sikap gotong royong, saling membantu
Tema sosial budaya
-          Persahabatan antara dua kerajaan (Kerajaan Malaka dan Majapahit)
-          Kedua negeri itu bermaksud bantu-membantu  di kala kesusahan.

b. Plot
            Plot atau alur adalah jalan cerita pada sebuah prosa yang wujudnya berupa peristiwa-peristiwa yang disusun satu-persatu dan saling berkaitan menurut hukum sebab akibat dari awal sampai akhir cerita.
            Lukens (1999:103) memahami alur sebagai urutan peristiwa sebagaimana ditunjukkan oleh tokoh lewat aksi.
            Pada cerita Hang Tuah pada bagian awal cerita adalah : ada lima orang sahabat ; Hang Tuah, Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu namanya. Sejak kecil mereka berkawan. Bila orang kampung lagi susah, mereka selalu menolong. Acap kali lima sahabat itu pergi ke hutan mencari kayu, kadang-kadang juga berburu rusa. Di antara lima orang itu Hang Tuah lah yang paling tua, karena itu kawan-kawan yang lain suka mendengar nasehatnya. Mereka selalu bersama-sama. Seperti orang bersaudara tampaknya, setia dan jujur, begitulah lima sahabat itu, lemah lembut tutur bicaranya. Karena itu orang sekampung sayang kepada mereka.
            Pada bagian tengah cerita Hang Tuah
            Perahu sudah sampai di darat. Hang Tuah lima saudara sesgera melompat. Kelima anak muda itu menghunus keris masing-masing. Perahu perampok itu berlabuh pula. Orang-orangnya turun semua ke darat terus bersiap-siap hendak menyerang.
            ”Hai anak rantau ! serahkan harta bendamu kepada kami ! kalau tidak nyawa kalian kami habiskan sekarang juga ......! Kepala perampok itu berteriak keras. ”Cis, tak malu ! langkahi dulu bangkai kami, barulah kau rampas harta benda kami.” Panas benar hati kepala permpok itu. Segera ia berteriak ”serang..!” Perkelahian pun terjadi. Tangkis-menangkis keris. Tendang-menendang. Hang Tuah mengamuk. Kepala perampok terbunuh. Anak buahnya berlarian tunggang langgang....
            Raja Bintan bersabda kepada bendahara. ”siapa gerangan lima anak muda yang gagah berani itu, mamanda bendahara ?”. ”Rakyat kita juga Tuanku,” jawab Bendahara. ”Panggilah kelima anak muda itu kemari ! aku berkenan benar hendak bertemu dengan mereka...! katakan Raja Bintan bergirang hati karena mereka telah membasmi perampok.”
            ”Baik Tuanku, ” sembah  Bendahara lalu pergi.
            Hang Tuah sekarang jadi hulubalang Raja, aduh gagah betul ! Destarnya melingkar di kepala. Hang Tuah memakai baju teluk belanga, sutra berbunga. Kain tenunan Bugis membelit tubuh. Keris bertuah tergantung indah di pinggang. Hang Tuah disegani oleh seisi istana. Apalagi Baginda amat senang dan sayang kepada Hang Tuah. Tetapi ia tidak menjadi sombong. Tetap juga yang tua di hormati, yang muda dikasihi. Menyenangkan benar perangai Hang Tuah itu. Banyak orang yang memuji Hang Tuah karena cerdik serta arif dan bijaksana.
            Pada bagian akhir cerita Hang Tuah.
            Sudah lama benar Hang Tuah di Majapahit. Ia sudah rindu kepada Raja Malaka. Lagi pula tugas utama telah ditunaikan. Majapahit berkenan hati mengadakan persahabatan dengan Malaka. Kedua negeri itu bermaksud bantu-membantu di kala kesusahan. Tolong-menolong seumpama jari. Hang Tuah lima bersaudara hendak kembali ke Malaka. Raja Majapahit dan Gajah Mada turut mengantar sampai ke pintu gerbang kota. Rakyat Majapahit bersorak gembira, ”Selamat jalan. salam kami untuk rakyat Malaka !”. ” Terima kasih, sampai jumpa lagi,” Seru Hang Tuah.

c. Penokohan
            Lukens (2003 : 76) tokoh cerita dapat dipahami sebagai kumpulan kualitas mental, emosional dan sosial yang membedakan seseorang dengan orang lain.
            Abrams (Via Nurgiyantoro, 2005 : 165) mengemukakan bahwa tokoh cerita (character) dapat dipahami sebagai seseorang yang ditampilkan dalam teks cerita naratif (juga drama) yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kwalitas moral dan kecenderungan tertentu sebagaimana yang diekspresikan lewat kata-kata dan ditunjukkan dalam tindakan. Tokoh utama dalam cerita Hang Tuah adalah hang Tuah, tokoh protagonis adalah empat kawan Hang Tuah yaitu Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir dan Hang Lekiu. Sejak kecil mereka berkawan. Bila ada orang kampung lagi susah mereka selalu menolong. Tokoh antagonis adalah perampok Lanun yang ingin merampas harta benda dari perahu Hang Tuang.

d.  Pelataran
            Menurut Lukens (2003:147) dalam fiksi dewasa latar dapat terjadi dimana saja termasuk di dalam benak tokoh sehingga tidak terlalu banyak membutuhkan deskripsi tentang latar.
            Dalam cerita ini fiksi anak hampir semua peristiwa yang dikisahkan membutuhkan kejelasan tempat dan waktu kejadiannya, dan karenanya membutuhkan deskripsi latar lebih detil.
Pelataran dalam cerita Hang Tuah
            Pada suatu hari mereka bermain ke tepi laut. Angin bertiup lemah lembut. Ombak bergulung-gulung ke pantai. Menghempas-hempas bunyinya (latar tempat, latar waktu).
            Segera ditemukan tempat untuk membangun kota yang baru. Rakyat bekerja bergotong royong. ”Tang tung, tang tung” Kedengaran bunyi palu bertalu-talu. Macama-macam pekerjaan dilakukan. Ada yang menggergaji, ada yang mengompak pohon. Tak lama kemudian dengan selamat berdirilah sebuah kota baru. Kota itu disebut Malaka. Raja Bintan dan rakyat pindah ke kota baru itu. Baginda memerintah dengan adilnya (latar sosial budaya dan latar tempat).
            Sebulan sudah lalu, Hang Tuah tiba di Majapahit. Aduh riuh benar sorak  sorai orang. Gembira hati rakyat Majapahit menerima utusan Malaka. Patih Gajah Mada menanti di pintu gapura istana. Kemang dan Kempul  ditabuh orang (latar waktu dan latar sosial budaya).

e.  Amanat (Moral)
            Moral, amanat, atau messages dapat dipahami sebagai sesuatu yang ingin disampaikan kepada pembaca. Amanat yang terkandung dalam cerita Hang Tuah adalah :
-          Hang Tuah merupakan tokoh pahlawan dan kesatria yang sangat setia kepada raja serta tanah airnya.
-          Banyak orang yang sayang dan senang kepada Hang Tuah karena cerdik serta arif dan bijaksana.

IV.  Daftar Bacaan
A.    Rahim Mufty. Bacaan Anak Hang Tuah. Balai Pustaka
Drs. Bukhari, M.Pd. 2009. Teori Apresiasi Sastra Indonesia. Banda Aceh   







Ringkasan cerita
           Hang Tuah
         Ada lima orang sahabat Hang Tuah, Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir dan Hang Lekiu namanya. Sejak kecil mereka berkawan. Bila orang kampung lagi susah, mereka selalu menolong.
Pada suatu hari mereka bermain ke tepi laut. Angin bertiup lemah lembut, ombak bergulung-gulung kepantai. Bunyinya seperti seruan untuk berkenalan. Hang Tuah bermenung. Kemudian berkata. ”Kawan-kawan, kita sudah dewasa. Tak patut lagi menyusahkan orang tua. Mari belajar  kita merantau! Siapa tahu nasib kita mujur..
Perahu layar Hang Tuah mengarungi laut yang luas. Hang Tuah dan sahabat-sahabatnya yang girang. Mata mereka bersinar. Tapi apa itu ? jauh di depan kelihatan titik-titik hitam makin lama makin besar. Hang Tuah telah lama memperhatikan. Tiba-tiba ia berseru, ”kawan ! Lihat, tiga buah perahu.” Ah tiga-tiga mengejar kita....!”Kata Hang Jebat. ”Tetapi kita harus awas ! Siap senjata...! seru Hang Tuah.
Benar ! Ketiga perahu itu perhu perampok Lamun. ”Jangan mundur” Seru Hang Lekir. Musuh tak dicari, kalau bersua pantang dielakkan...! Perahu sudah sampai di darat. Hang Tuah lima bersaudara segera melompat. Hup,hup, turun. Kelima anak muda itu menghunus keris masing-masing. Perahu perampok berlabuh pula. ”Hai anak rantau ! Serahkan harta bendamu kepada kami ! Kalau tidak nyawa kalian kami habiskan sekarang jua....!” Kepala perampok itu berteriak keras. Perkelahian pun terjadi. Hang Tuah mengamuk kepala perampok terbunuh. Anak buahnya berlarian tunggang langgang.
Raja Bintan bersabda kepada bendahara. ”Siapa gerangan lima anak muda yang gagah berani itu, mamanda bendahara ?”. ”Rakyat kita juga Tuanku,” jawab Bendahara. ”Panggilah kelima anak muda itu kemari ! Aku berkenan benar hendak bertemu dengan mereka...! Katakan Raja Bintan bergirang hati karena mereka telah membasmi perampok.” ”Baik Tuanku, ” Sembah  Bendahara lalu pergi.
Kelima anak muda datang menghadap raja. “ Kalian telah berjasa kepada negeri. Oleh karena itu, kalian akan ku beri hadiah. Terima ini sebagai tanda jasa. Dan enkau Hang Tuah ! Mulai saat ini ku jadikan Hulubalang. Tinggalah di istana. Dan keempat saudara mu tinggal juga disini sebagai peegiring ku. ”
Hang Tuah sekarang jadi hulubalang raja. Aduh gagah betul ! Hang Tuah disegani seisi istana. Apalagi Baginda amat sayang kepada Hang Tuah, tetapi ia tidak sombong tetap juga yang tua di hormati, yang muda di kasihi. Menyenangkan benar perangai Hang Tuah itu. Banyak orang memuji hang Tuah. Karena  cerdik serta arif dan bijaksana
Raja bersabda kepada Hang Tuah dan bendahara. Kita bermaksud hendak memindahkan kerajaan. Hendak membuat yang lebih berkenan di hati. Supaya kelak boleh menjadi peninggalan bagi anak cucu. Segera ditemukan tempat untuk membangun kota yang baru. Rakyat bekerja bergotong royong. Tak lama kemudian dengan selamat berdirilah sebuah kota baru. Istana berdiri dengan megahnya. Kota yang disebut kota Malaka. Sebab di tempat itu banyak pohon Malaka. Raja bintan dan rakyat pindah kekota baru itu. Baginda memerintahkan dengan adilnya.
” Kita hendak mengirim utusan ke Majapahit, ” Sabda baginda pada suatu hari. ” Hendak bersahabat dengan kerajaan itu....”
Sebulan sudah berlalu. Hang Tuah tiba di Majapahit. gembira hati rakyat Majapahit menerima utusan Malaka. Hang Tuah lima saudaranya dijamu makan minum. Tiba-tiba kedengaran bunyi gendang di tabuh. Ada apa ? Wahai  hang Tuah di minta memainkan silat, menari di tengah gelanggang.
Sudah lama benar hang Tuah di Majapahit. Ia sudah rindu kepada Baginda Raja Malaka, lagi pula, tugas utama telah di tunaikan Majapahit berkenan hati mengadakan persahabatan dengan Malaka. Kedua negeri itu bermaksud bantu-membantu di kala kesusahan, tolong menolong seumpama jari. Hang Tuah lima saudara nya hendak kembali ke Malaka.
Raja Majapahit dan Gajah Mada turut mengantar sampai ke pintu gerbang kota. Rakyat Majapahit bersorak gembira, ” Selamat jalan, salam kami untuk rakyat Malaka ”
” Terima kasih ! Sampai berjumpa lagi ! ” Seru Hang Tuah. ”                                                                                                                                                                      

             

No comments:

Post a Comment