Laporan Individu
MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN
DENGAN RUPTUR PERINEUM TINGKAT II
DI BPS SITI FARIDA DESA GANI
ACEH BESAR
DI
S
U
S
U
N
Oleh :
AYU NASRI FITRIANA
06053
AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH
BANDA ACEH
2009
LEMBARAN PENGESAHAN
Laporan ini dibuat berdasarkan data yang didapat di BPS Siti
Farida dari tanggal 22 Februari s/d 18 April 2009 dengan judul “Laporan Praktek
Klinik Ibu Hamil Dengan Letak Sunsang di BPS Siti Farida Desa Gani Aceh Besar.
Telah disahkan oleh :
Mengetahui
Preceptor Mengetahui
Pembimbing
(Siti
Farida, A.Md.Keb) (Sirajul
Muna A.Md.Keb)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji
dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
“Manajemen Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan Ruptur Perineum tingkat II di BPS
Siti Farida Desa Gani Aceh Besar”.
Shalawat
beriring salam juga tidak lupa penulis sanjungkan kepada junjunganalam Nabi
Besar Muhammad Saw yang telah bersusah payah membawa umatnya dari alam
kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan.
Ucapan
terima kasih penulis ucapkan kepada preceptor dan dosen pembimbing yang telah
membimbing penulis dalam pembuatan laporan ini dengan baik. Penulis menyadari
bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran
sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan laporan berikutnya. Harapan penulis
semoga laporan ini bermanfaat bagi yang membaca. Amin ya rabbil’alamin.
Banda
Aceh, 2009
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBARAN PENGESAHAN.............................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang....................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................................... 1
1. Tujuan Umum ........................................................... 1
2. Tujuan Khusus .......................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORITIS ........................................................... 3
A. Konsep Dasar Ruptur Perineum ........................................... 3
1. Pengertian ................................................................. 3
2. Etiologi ..................................................................... 3
3. Klasifikasi ................................................................. 3
4. Patofisiologi .............................................................. 4
5. Diagnosis .................................................................. 4
6. Pencegahan ............................................................... 4
7. Penang anan ............................................................... 4
BAB III TINJAUAN KASUS .............................................................. 8
BAB IV PENUTUP ............................................................................... 13
A. Kesimpulan ........................................................................... 13
B. Saran ..................................................................................... 13
DAFTA R
PUSTAKA ............................................................................ 14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di
negara-negara miskin dan sedang berkembang, kematian maternal merupakan masalah
besar, namun sejumlah kematian yang cukup besar tidak dilaporkan dan tidak
tercatat dalam statistic resmi. Di negara-negara maju angka kematian maternal
berkisar antara 5 – 10 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di negara-negara
sedang berkembang berkisar antara 750-1000 per 100.000 kelahiran hidup. Tingkat
kematian maternal di Indonesia di perkirakan sekitar 450 per 100.000 kelahiran
hidup (Winkjosastro, 2005).
Tingginya
kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara bekembang, terutama
disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan, eklampsia, sepsis dan komplikasi
keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut
sebenarnya dapat dicegah. Melalui upaya pencegahan yang efektif, beberapa
negara berkembang dan hampir semua negara maju, berhasil menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah. (Depkes, 2005).
Ruptur
Perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan yang
disebabkan oleh pertolongan persalinan yang salah, janin besar, letak sungsang,
perineum yang kaku dan sempit, partus presipitatus serta presentasi dahi dan
muka (Mochtar, 1998).
B. Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Mampu
menerapkan manajemen kebidananpada ibu bersalin dengan rupture perineum tingkat
II di BPS Jauniwati Aceh Besar.
2.
Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengumpulan data subjektif pada
ibu bersalin dengan ruptur perineum tingkat II di BPS Jauniwati Indrapuri Aceh
Besar.
b. Dapat melakukan pengumpulan data objektif pada
ibu bersalin dengan ruptur perineum tingkat II di BPS Jauniwati Indrapuri Aceh
Besar.
c. Dapat membuat assessment yang dibuat berdasarkan
data subjektif dan objektif pada ibu bersalin dengan ruptur perineum tingkat II
di BPS Jauniwati Indrapuri Aceh Besar.
d. Dapat melakukan perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pada ibu bersalin dengan ruptur perineum tingkat II di BPS Jauniwati
Indrapuri Aceh Besar.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Ruptur Perineum
1. Pengertian
Ruptur perineum adalah
robekan yang terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga
pada persalinan berikutnya (Winkjosastro, 2005).
2. Etiologi
Yang dapat menyebabkan terjadinya ruptur
perineum antara lain : partus presipitatus, kepala janin besar dan janin besar,
pada pressentasi defleksi (dahi, muka), primigravida (para), letak sungsang dan
after coming head, pimpinan persalinan yang salah, pada obstetric operatif
pervaginam (ekstraksi vakum, ekstraksi forsep, serta embriotomi) (Mochtar,
1998).
3. Klasifikasi
Ruptur
perineum diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan, dapat dibagi
menjadi 4 yaitu :
1) Derajat Satu
Robekan mengenai
mukosa vagina, komisura posterior, dan kulit perineum
2) Derajat Dua
Robekan mengenai
mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum dan otot perineum.
3) Derajat Tiga
Robekan mengenai
mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum dan otot
sfingter ani.
4) Derajat Empat
Robekan mengenai
mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum, otot sfingter
ani dan dinding depan rektum (Depkes
RI , 2007).
4. Patofisiologi
Robekan perineum umumnya terjadinya di
garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat,
sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa sehingga kepala janin terpaksa
lahir lebih ke belakang daripada biasa, kepala janin melewati pintu bawah
panggul dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkumferensia
suboksipito-bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan vaginal (Winkjosastro,
2005).
5. Diagnosis
Diagnosis ruptur perineum ditujukan dengan
pemeriksaan langsung pada tempat terjadinya perlukaan akan timbul perdarahan
yang bersifat merembes (Winkjosastro, 2005).
6. Pencegahan
Robekan perineum dapat dihindarkan atau
dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin
dengan cepat. Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau
kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak
janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena diregangkan
terlalu lama. Oleh karena itu keterampilan melahirkan kepala janin sangat
menentukan untuk mencegah terjadinya ruptur perineum (Winkjosastro, 2005).
7. Penanganan
a.
Persiapan penjahitan
1. Siapkan
peralatan untuk melakukan penjahitan :
-
Wadah DTT
berisi : sarung tangan, pemegang jarum, jarum jahit, benang jahit kromik atau
catgut no. 2-0 atau 3-0, kasa steril, pinset.
-
Buka spuit
sekali pakai 10 ml dari kemasan steril, jatuhkan dalam wadah DTT.
-
Patahkan
simpul lidokain, perkirakan jumlah lidokalin yang akan digunakan (sesuai dengan
luas/dalamnya robekan perineum).
2. Atur posisi bokong ibu pada posisi litotomi
ditepi tempat tidur.
3. Pasang kain bersih di bawah bokong ibu
4. Atur lampu sorot ke arah vulva/perineum ibu
5. pastikan lengan/tangan tidak memakai
perhiasan, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
6. Pakai sarung tangan DTT pada tangan kan an.
7. Ambil spuit sekali pakai 10 ml dengan tangan
yang bersarung tangan. Isi tabung suntik dengan lidokain 1 % dan letakkan
kembali wadah DTT.
8. lengkapi pemakaian sarung tangan pada kedua
tangan
9. Gunakan kasa bersih atau DTT untuk menyeka
vulva, vagina dan perineum ibu dengan lembut, bersihkan darah atau bekuan darah
yang ada sambil menilai dalam dan luasnya luka.
b.
Anestesi Lokal
1. Beritahu ibu akan disuntik yang akan terasa
nyeri dan menyengat
2. Tusukkan jarum suntik pada ujung luka/robekan
perineum, masukkan jarum suntik secara subkutan sepanjang luka tepi luka
3. Lakukan aspirasi untuk memastikan tidak ada
darah yang terhisap. Bila ada darah, tarik jarum sedikit dan kembali masukkan.
Ulangi melakukan aspirasi.
4. Suntikkan anestesi sambil menarik jarum
suntik pada tepi luka daerah perineum.
5. Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka,
arahkan jarum suntik sepanjang tepi luka pada mukosa vagina, lakukan aspirasi
dan suntikkan anestesi sambil menarik jarum suntik. Bila robekan luas dan
dalam, anestesi daerah bagian dalam robekan, alur suntikan anestesi akan
berbentuk seperti kipas : tepi perineum, dalam luka, mukosa vagina.
6. Lakukan langkah no. 2 – 5 diatas pada kedua
tepi robekan
7. Tunggu 1 – 2 menit sebelum melakukan
penjahitan untuk mendapatkan hasil optimal dari anestesi lokal (Saifuddin,
2001).
c. Penjahitan
Laserasi pada Perineum
1. Cuci tangan secara seksama dan gunakan sarung
tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Ganti sarung tangan jika sudah
terkontaminasi, atau jika tertusuk jarum maupun peralatan tajam lainnya.
2. Pastikan bahwa peralatan dan bahan-bahan yang
digunakan untuk melakukan penjahitan sudah didisinfeksi tingkat tinggi atau
steril.
3. Setelah memberikan anestesi local dan
memastikan bahwa daerah tersebut sudah dianestesi, telusuri dengan hati-hati
menggunakan satu jari untuk secara jelas menentukan batas-batas luka. Nilai
kedalaman luka dan lapisan jaringan mana yang terluka. Dekatkan tepi laserasi
untuk menentukan bagaimana cara menjahitnya menjadi satu dengan mudah..
4. Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas
ujung laserasi di bagian dalam vagina, setelah membuat tusukan pertama, buat
ikatan dan potong pendek benang yang lebih pendek dari ikatan.
5. Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur,
jahit kebawah kearah cincin hymen
6. Tepat sebelum cincin himen, masukkan jarum
kedalam mukosa vagina lalu kebawah cincin himen sampai jarum ada dibawah
laserasi. Periksa bagian antara jarum diperineum dan bagian atas laserasi.
Perhatikan seberapa dekat jarum kepuncak luka.
7. Teruskan kearah bawah tapi tetap pada luka,
menggunakan jahitan jelujur, hingga mencapai bagian bawah laserasi. Pastikan
bahwa jarak setiap jahitan sama dan otot yang terluka telah dijahit. Jika
laserasi meluas kedalam otot, mungkin perlu untuk melakukan satu atau dua
lapisan jahitan terputus-putus untuk menghentikan perdarahan dan mendekatkan
jaringan tubuh secara efektif.
8. Setelah mencapai ujung laserasi, arahkan
jarum keatas dan teruskan penjahitan menggunakan jahitan jelujur untuk menutup
lapisan subkuticuler. Jahitan ini akan menjadi jahitan lapis kedua. Periksa
lubang bekas jarum tetap terbuka berukuran 0,5 cm atau kurang. Luka ini akan
menutup dengan sendirinya pada saat penyembuhan luka.
9. Tusukkan jarum dari robekan perineum kedalam
vagina. Jarum harus keluar dari belakang cincin himen.
10 Ikat benang dengan membuat simpul di dalam
vagina. Potong ujung benang dan sisakan sekitar 1,5 cm. jika ujung benang
dipotong terlalu pendek, simpul akan longgar dan laserasi akan membuka.
11 Ulangi pemeriksaan vagina dengan lembut untuk
memastikan bahwa tidak ada kasa atau peralatan yang tertinggal di dalam.
12 Dengan lembut masukkan jari paling kecil ke
dalam anus. Raba apakah ada jahitan pada rektum. Jika ada jahitan yang teraba,
ulangi pemeriksaan rektum enam minggu pasca persalinan. Jika penyembuhan belum
sempurna (misalkan jika ada fistula rektovaginal atau ibu melaporkan
inkontinensia alvi), ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan.
13 Cuci daerah genital dengan lembut dengan air
DTT, kemudian keringkan. Bantu ibu mencari posisi yang lebih nyaman
14 Nasehati ibu untuk :
a. Menjaga perineumnya selalu bersih dan kering
b. Hindari penggunaan obat-obat tradisional pada
perineumnya
c. Cuci perineumnya dengan sabun dan air bersih
yang mengalir tiga sampai empat kali perhari
d. Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan
lukanya. Ibu harus kembali lebih awal jika ia mengalami demam atau mengeluarkan
cairan yang berbau busuk dari daerah lukanya atau jika daerah tersebut menjadi
lebih nyeri (Depkes RI , 2007).
BAB III
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN
RUPTUR PERINEUM TINGKAT II
Tanggal :
03/03/2009
Pukul :
21.00 wib
S : Ibu Nurmi umur 35 tahun, G : 1 P: 0 A : O datang ke BPS SITI FARIDA dengan alasan
ingin melahirkan. Ibu mengatakan peru tnya mules dan terasa sakit
pada pinggang.
O : TD :
110/70 mmHg Leopold
I : 28 cm
N : 80 x/m Leopold
II : punggung kanan
RR : 24 x/m Leopold
III : kepala
T : 36,50C Leopold
IV : Sudah masuk PAP (PintuAtas
Panggul)
BB : 62 kg
Pembukaan
serviks : 4 cm
Penurunan
kepala : 2/5
DJJ : 140 x/m
TBBJ : 2635 gram
Ketuban : utuh
A : Ibu inpartu kala I fase aktif, G : I P : O A : O dengan usia kehamilan 40 minggu.
Keadaan umum ibu dan janin baik. Kemajuan persalinan normal.
P : 1 Memberitahukan
ibu hasil pemeriksaan; TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/m, RR : 24 x/m, T : 36,50C,
DJJ : 140 x/m
2. Memberikan konseling :
-
Menganjurkan
ibu untuk makan dan minum agar mempunyai energi pada saat melahirkan.
-
Menganjurkan
ibu untuk berjalan-jalan untuk mempercepat penurunan kepala
3. Mengkaji ulang persia pan persalinan
4. Memantau kondisi ibu dan janin :
-
Memantau
DJJ, kontraksi, dan nadi setiap 30 menit
-
Memantau
TD, suhu dan melakukan periksa dalam setiap 4 jam
1. Mencatat temuan ke dalam partograf
KALA I
Pukul : 21.30 WIB
S : Ibu merasa keluar cairan dari alat
genitalianya, kontraksinya lebih kuat dan sering. Ibu merasa sakit pada
pinggang menjalar ke symphisis.
O : Penurunan
kepala : 2/5
Pembukaan seviks : 4 cm
DJJ : 142 x/m
Kontraksi
: 3 x dalam 10 menit selama 30 detik
Nadi : 82 x/m
A : Ibu inpartu kala I fase aktif, G : P : A : O, hamil
aterm, keadaan umum ibu dan janin baik, kemajuan persalinan baik.
P : 1) Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan DJJ : 142 x/m,
nadi : 82 x/m, kontraksi baik
2) Mengajarkan
ibu teknik mengurangi rasa nyeri disaat his dengan menganjurkan ibu memilih
posisi yang nyaman
3) Memberikan
dukungan dan motivasi kepada ibu
4) Menganjurkan
ibu untuk minum diantara kontraksi
5) Memantau
kondisi ibu dan janin
- memantau
DJJ, kontraksi dan nadi setiap 30 menit
- memantau
TD, suhu dan melakukan periksa dalam setiap 4 jam
6) Bersiap-siap menolong persalinan.
KALA II
Pukul 00:00
wib
S : Ibu merasa sangat
sakit dibagian peru t
dan punggung. Dorongan untuk meneran semakin kuat dan sering.
O : Pembukaan serviks : 10 cm (lengkap)
Penurunan kepala : 0/5
DJJ : 149 x/m
Kontraksi : 5 x dalam 10 menit
selama 45 detik
Nadi : 86 x/m
Kepala bayi
terlihat di vulva
A : Ibu inpartu kala
II, keadaan umum ibu dan janin baik, kemajuan persalinan baik
P : 1. Mengantisipasi persalinan spontan
2. Memimpin persalinan dan mengajarkan ibu cara
meneran yang benar.
3. Menganjurkan ibu merubah posisi senyaman
mungkin untuk mengurangi rasa nyeri.
4. Menganjurkan ibu untuk minum dan mengambil
napas diantara kontraksi.
5. Meminta keluarga untuk mendukung dan
mendampingi ibu.
6. Kepala bayi terlihat di vulva, melakukan
perlindungan perineum untuk mencegah ruptur perineum
7. Kelahiran : VVK – dahi – hidung – dagu –
memeriksa lilitan tali pusat – melahirkan bahu depan dan belakang – sangga –
susur – melahirkan badan bayi.
8. Bayi lahir selamat dengan jenis kelamin
perempuan pukul 20.30 Wib, BB = 2500 gram, PB = 47 cm, mengeringkan tubuhnya
kecuali tangan, memeriksa kemungkinan adanya bayi kedua, dan suntikkan
oksitosin.
9. Menjepit dan memotong tali pusat, ikat tali
pusat, serta meletakkan bayi diantara payudara ibu (inisiasi menyusui dini).
KALA III
Pukul : 00.15 WIB
S : Ibu merasa lelah, peru t terasa
mules dan banyak darah keluar
O : - tidak ada janin kedua
- kotraksi
baik
- Adanya
semburan darah, tali pusat memanjang dan TFU setinggi pusat
A : Ibu inpartu kala III, keadaan umum ibu
sedikit lemah
P : 1. Memberitahukan ibu bahwa ia akan
disuntik
2.
Memberikan suntikan oxitosin 10 ui secara intramuskuler
3.
Melakukan PTT dengan cara menegangkan tali pusat sejajar tempat tidur, menunggu
tali pusat memanjang, memindahkan klem 5-10 cm di depan vulva. Tangan kiri
diatas symphisis melakukan dorso cranial, plasenta terlihat di vulva, meminta
ibu untuk meneran dan melahirkan plasenta, memutar searah jarum jam.
4. Massa ge fundus selama 15
detik
5.
Mengecek keutuhan plasenta dan memeriksa laserasi
6.
Plasenta utuh, adanya laserasi tingkat II
7.
Kotraksi uterus baik, perdarahan + 300 cc
KALA IV
Pukul 00:25
Wib
S : Ibu merasa lelah dan peru t terasa
sedikit sakit
O : TD :
115/76 mmHg
N : 84 x/m
RR : 24 x/m
T : 36,70 C
TFU : 2 jari di bawah pusat
Kontraksi
uterus baik
Kandung
kemih kosong
Perdarahan
+ 300 cc
Laserasi
tingkat II
A : Ibu inpartu kala Iv dengan rupture perineum
tingkat II
P : 1. Melakukan penjahiran rupture tingkat II
dengan cata jelujur pada daerah luka dengan menggunakan benang kromik dengan
langkah-langkah berikut:
a. menentukan batas-batas luka laserasi denmgan
cara menggunakan jari agar jahitan mengenai seluruh permukaan laserasi.
b. Memberikan anestasi local dengan 1 ampul
lidokain 1 %
c. Membuat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas
otot yang laserasi, kemudian lanjutkan jahitan mukosa vagina, otot perineum dan
kulit perineum
d. Diakhiri dengan memotong ujung benang, sisakan +
0,5 cm.
2. membersihkan ibu dang anti duk agar ibu lebih
nyaman
3. mengkaji ulang keadaan umum ibu dan jumlah
perdarahan
4. mengajarkan ibu untuk massa ge fundus
5. memeriksa ulang kontraksi uterus, TD dan kan dung kemih setiap :
-
15 menit
pada 1 jam pertama
-
30 menit
pada 1 jam kedua
6. Memberikan konseling :
-
Menganjurkan
ibu untuk menjaga personal hygiene dan menjaga perineumnya selalu bersih dan
kering
-
Menghindari
penggunaan obat-obatan tradisional pada perineumnya
-
Memberitahu
ibu tanda-tanda bahaya pada masa nifas seperti luka laserasi yang terinfeksi,
mastitis, demam, lochea berubah warna dan berbau busuk.
-
Menganjurkan
ibu untuk istirahat yang cukup
-
Memberikan
penyuluhan tentang ASI eksklusif sampai bayi berumur 6 bulan tanpa makanan
pendamping, perawatan tali pusat serta makanan bergizi pada ibu agar ibu sehat
dan bayi sehat.
Heacting
sudah dilakukan, perineum agak sedikit nyeri. Keadaan umum ibu baik ditandai
dengan TD : 115/76 mmHg, N : 84 x/m, RR : 24 x/m, T : 36,70 C, bayi
menghisap ASI dengan baik.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ruptur
perineum adalah robekan yang terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan
tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Ruptur perineum diklasifikasikan
berdasarkan luasnya robekan dapat dibagi menjadi 4 yaitu : Derajat satu,
derajat dua, derajat tiga dan derajat empat. Penyebabnya, antara lain partus
presipitatus, primigravida, pimpinan persalinan yang salah, dan lain-lain.
Robekan perineum dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga jangan sampai
dasar panggul di lalui oleh kepala janin dengan cepat.
B. Saran
- Diharapkan pada klien dapat memahami tentang
terjadinya Ruptur perineum tingkat II dan juga klien harus selalu menjaga
personal hygiene, makan makanan yang
bergizi sehingga luka jahitan dapat sembuh dengan baik
- Diharapkan pada bidan agar dapat bekerja
sama yang baik dengan pasien
- Guna meningkatkan mutu pelayanan kebidanan
diharapkan anggota profesi kebidanan agar mau mengembangkan diri dengan cara
meningkatkan ilmu pengetahuan baik secara formal maupun non formal melalui
diskusi, seminar dan mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
DAFTAR
PUSTAKA
Mochtar, R. 1998. Sinopsis
Obstetri Fisiologi dan Patologi. EGC Jakarta
Winkjosastro, H.2005. Ilmu
Kebidanan. YBP.-SP. Jakarta
No comments:
Post a Comment