Tuesday, 12 March 2019

MAKALAH INFERTILITAS


INFERTILITAS
KATA PENGANTAR


Puji syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT, karena atas kehendak-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan lancar. Dengan ini penyusun bermaksud memperluas pengetahuan mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan (IDK) dengan makalah yang berjudul “Infertilitas”. Dalam proses penyusunan materi ini, penyusun berupaya untuk mengumpulkan bahan-bahan referensi dan diskusi ilmiah serta berbagai tulisan dari media masa seperti internet.
Selesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
penyusun menyampaikan terima kasih:
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan penyusun terima dengan baik. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Lampoh Keude ,     Maret 2019
Peyusun


Kelompok II

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I: PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1         Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2         Rumusan Masalah................................................................................. 1
1.3         Tujuan................................................................................................... 2
1.4         Manfaat................................................................................................. 2

BAB II: PEMBAHASAN...................................................................................... 3
1.1         Pengertian Infertilitas............................................................................ 3
1.2         Jenis-jenis Infertilitas............................................................................ 3
1.3         Faktor Penyebab Infertilitas.................................................................. 4
1.4         Pencegahan Infertilitas.......................................................................... 5
1.5         Pengobatan Infertilitas.......................................................................... 5
1.6         Penanganan Infertilitas......................................................................... 6

BAB III: PENUTUP............................................................................................ 14
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 14
3.2 Saran....................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 16


BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Infertilitas menurut dunia medis adalah istilah yang di gunakan untuk menyebut pasangan yang belum mempunyai anak walaupun sudah berhubungan intim secara teratur tanpa alat kontrasepsi dalam kurun waktu satu tahun. Hampir setiap pasangan di dunia menginginkan seorang anak, namun sayangnya tidak setiap perkawinan dianugerahi keturunan. Ada 10-15% pasangan mengalami infertilitas,
keadaan tersebut dimulai saat wanita tidak mampu untuk tidak menjadi hamil atau kehamilan sampai melahirkan, meskipun telah melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi selama setahun atau lebih (infertilitas). Infertilitas adalah masalah yang dialami pria dan wanita dimanapun di dunia. Walaupun diperkiraan angka kejadiannya tidak terlalu cermat dan bervariasi dari satu daerah ke daerah lain, sekitar 8% pasangan mengalami masalah infertilitas selama masa reproduksinya, ini berarti bahwa antara 50 sampai 80 juta orang mempunyai masalah fertilitas, suatu keadaan yang menimbulkan penderitaan pribadi dan gangguan kehidupan keluarga.
keluarga infertil terpaksa menempuh hidup tanpa anak, atau ada juga yang melalukan adopsi (mengangkat anak), poligami, atau bahkan tidak jarang yang bercerai dikarenakan tidak dikaruniai anak. Namun berkat kemajuan teknologi kedokteran, beberapa pasangan infertil telah dimungkinkan memperoleh anak dengan dengan jalan inseminasi buatan, bayi tabung (membesarkan janin di dalam Rahim wanita lain), dan sebagainya.

1.2  Rumusan Masalah
  1. Sebutkan jenis-jenis infertilitas!
  2. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor penyebab infertilitas!
  3. Bagaimana cara pencegahan infertilitas?
  4. Bagaimana cara pengobatan infertilitas?
  5. Bagaimana cara menangani infertilitas?
1.3  Tujuan
  1. Mengetahui jenis-jenis infertilitas,
  2. Mengetahui dan memahami faktor-faktor penyebab infertilitas,
  3. Memahami pencagahan infertilitas,
  4. Memahami cara pengobatan infertilitas.
  5. Mengetahui berbagai cara penanganan pada penderita infertilitas.

1.4  Manfaat
  1. Manfaat teoretis
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai masalah infertilitas serta cara penanganannya.
  1. Manfaat praktis
Pembaca diharapkan dapat memahami cara pencegahan infertilitas. Dan bagi pembaca yang memiliki masalah dengan fertilitas diharapkan dapat memahami dan memilih cara penanganan yang tepat untuk masalahnya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Infertilitas
Menurut dunia medis Infertilitas adalah istilah yang di gunakan untuk menyebut pasangan yang belum mempunyai anak walaupun sudah berhubungan intim secara teratur tanpa alat kontrasepsi dalam kurun waktu satu tahun (diah, 2012:
“Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami-istri untuk mengalami kehamilan setelah melakukan hubungan seksual tanpa kontrasepsi, selama satu tahun” (Sarwono dalam diah, 2012:
“Infertilitas (kamandulan) adalah ketidakmampuan atau penurunan kemampuan menghasilkan keturunan” (Elizbeth dalam diah,2012:
“Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2—3 kali seminggu dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun” (Djuwantono,2008).
Sedangkan Baradero, dkk (2006) menjelaskan bahwa “Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun.” Maka dapat disimpulkan bahwa Infertilitas berarti tidak terjadinya fertilisasi (Pembuahan ) pada organ reproduksi wanita, yaitu tidak terjadinya proses peleburan antara satu sel sperma dan satu sel ovum yang sudah matang.

2.2    Jenis-jenis Infertilitas
Djuwanto, dkk., (2008) mengemukakan bahwa secara medis, infertilitas dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
  1. Infertilitas primer
Berarti pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2—3 kali per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.


  1. Infertilitas sekunder
Berarti pasangan suami-istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2—3 kali per minggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi dalam bentuk apapun.

2.3 Faktor penyebab Infertilitas
2.3.1 Pada Wanita
a. Gangguan organ reproduksi
1)   Infeksi vagina menyebabkan meningkatnya keasaman vagina yang akan
membunuh sperma, dan pengkerutan vagina akan menghambat transportasi sperma ke vagina.
2)   Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang
mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke rahim
3)   Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang.
4)   Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu.
b.    Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal seperti adanya hambatan pada sekresi hormone FSH dan LH yang memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapat terjadi karena adanya tumor cranial, stress, dan pengguna obat-obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi hiotalamus dan hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormone ini, Maka folikel mengalami hambatan untuk matang dan berakhir pada gangguan ovulasi.
  1. Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah abortus.
  1. Endometriosis
Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya berada di lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di tempat lain. Endometriosis bisa terletak di lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut juga adenomyosis, atau bisa juga terletak di indung telur, saluran telur, atau bahkan dalam rongga perut. Gejala umum penyakit endometriosis adalah nyeri yang sangat pada daerah panggul terutama pada saat haid dan berhubungan intim, serta tentu saja infertilitas.
  1. Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
  1. Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.
2.3.2 Pada Pria
Dari sisi pria, penyebab infertilitas yang paling umum terjadi adalah:
  1. Bentuk dan gerakan sperma yang tidak sempurna
Sperma harus berbentuk sempurna serta dapat bergerak cepat dan akurat menuju ke telur agar dapat terjadi pembuahan. Bila bentuk dan struktur (morfologi) sperma tidak normal atau gerakannya (motilitas) tidak sempurna sperma tidak dapat mencapai atau menembus sel telur.
  1. Konsentrasi sperma rendah Konsentrasi sperma yang normal adalah 20 juta sperma/ml semen atau lebih. Bila 10 juta/ml atau kurang maka menujukkan konsentrasi yang rendah (kurang subur). Hitungan 40 juta sperma/ml atau lebih berarti sangat subur. Jarang sekali ada pria yang sama sekali tidak memproduksi sperma. Kurangnya konsentrasi sperma ini dapat disebabkan oleh testis yang kepanasan (misalnya karena selalu memakai celana ketat), terlalu sering berejakulasi (hiperseks), merokok, alkohol dan kelelahan.
  2. Tidak ada semen
Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau kecelakaan yang memengaruhi tulang belakang.
  1. Varikosel (varicocele)
Varikosel adalah varises atau pelebaran pembuluh darah vena yang berhubungan dengan testis. Sebagaimana diketahui, testis adalah tempat produksi dan penyimpanan sperma. Varises yang disebabkan kerusakan pada sistem katup pembuluh darah tersebut membuat pembuluh darah melebar dan mengumpulkan darah. Akibatnya, fungsi testis memproduksi dan menyalurkan sperma terganggu.
  1. Testis tidak turun
Testis gagal turun adalah kelainan bawaan sejak lahir, terjadi saat salah satu atau kedua buah pelir tetap berada di perut dan tidak turun ke kantong skrotum. Karena suhu yang lebih tinggi dibandingkan suhu pada skrotum, produksi sperma mungkin terganggu.
  1. Kekurangan hormon testosteron Kekurangan hormon ini dapat memengaruhi kemampuan testis dalam memproduksi sperma.
  2. Kelainan genetik Dalam kelainan genetik yang disebut sindroma Klinefelter, seorang pria memiliki dua kromosom X dan satu kromosom Y, bukannya satu X dan satu Y Hal ini menyebabkan pertumbuhan abnormal pada testis sehingga sedikit atau sama sekali tidak memproduksi sperma. Dalam penyakit Cystic fibrosis, beberapa pria penderitanya tidak dapat mengeluarkan sperma dari testis mereka, meskipun sperma tersedia dalam jumlah yang cukup. Hal ini karena mereka tidak memiliki vas deferens, saluran yang menghubungkan testis dengan saluran ejakulasi.

  3. Infeksi Infeksi dapat memengaruhi motilitas sperma untuk sementara. Penyakit menular seksual seperti klamidia dan gonore sering menyebabkan infertilitas karena menyebabkan skar yang memblokir jalannya sperma.
  4. Masalah seksual
Masalah seksual dapat menyebabkan infertilitas, misalnya disfungsi ereksi, ejakulasi prematur, sakit saat berhubungan (disparunia). Demikian juga dengan penggunaan minyak atau pelumas tertentu yang bersifat toksik terhadap sperma.
  1. Ejakulasi balik
Hal ini terjadi ketika semen yang dikeluarkan justru berbalik masuk ke kantung kemih, bukannya keluar melalui penis saat terjadi ejakulasi. Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkannya, di antaranya adalah diabetes, pembedahan di kemih, prostat atau uretra, dan pengaruh obatobatan tertentu.
  1. Sumbatan di epididimis/saluran ejakulasi
Beberapa pria terlahir dengan sumbatan di daerah testis yang berisi sperma (epididimis) atau saluran ejakulasi. Beberapa pria tidak memiliki pembuluh yang membawa sperma dari testis ke lubang penis. l. Lubang kencing yang salah tempat (hipoepispadia) Kelainan bawaan ini terjadi saat lubang kencing berada di bagian bawah penis. Bila tidak dioperasi maka sperma dapat kesulitan mencapai serviks.
  1. Antibodi pembunuh sperma Antibodi yang membunuh atau melemahkan sperma biasanya terjadi setelah pria menjalani vasektomi. Keberadaan antibodi ini menyulitkannya mendapatkan anak kembali saat vasektomi dicabut.
  2. Pencemaran lingkungan
Paparan polusi lingkungan dapat mengurangi jumlah sperma dengan efek langsung pada fungsi testis dan sistem hormon. Beberapa bahan kimia yang mempengaruhi produksi sperma antara lain: radikal bebas, pestisida (DDT, aldrin, dieldrin, PCPs, dioxin, furan, dll), bahan kimia plastik, hidrokarbon (etilbenzena, benzena, toluena, dan xilena), dan logam berat seperti timbal, kadmium atau arsenik.
  1. Kanker Testis
Kanker testis berpengaruh langsung terhadap kemampuan testis memproduksi dan menyimpan sperma. Penyakit ini paling sering terjadi pada pria usia 18 – 32 tahun.

2.4  Pencegahan Infertilitas
  1. Hentikan kebiasaan merokok, mengkonsumsi obat-obatan terlarang atau minumminuman beralkohol.
  2. Mengurangi mengkonsumsi minuman berkafein, karena dapat mengganggu
Kesuburan
  1. Jaga keseimbangan berat badan, jangan terlalu gemuk dan jangan terlalu
kurus.
  1. Jangan stress berlebihan.
  2. Periode bulanan tidak teratur, segerahlah konsultasikan dengan dokter ahli.
  3. Jika merasa ada yang tidak beres dengan tubuh atau bagian vital, langsung periksakan kedokter.

2.5 Pengobatan infertilitas
2.5.1 Pemeriksaan pasangan infertil
Sekitar 1 dari 5 pasangan akan hamil dalam 1 tahun pertama pernikahan dengan senggama yang normal dan teratur.
  1. Riwayat penyakit dan pemeriksaan
Pemeriksaan awal dari pasangan infertil mencakup riwayat penyakit, riwayat perkawinan terdahulu dan sekarang pemeriksaan terhadap masingmasing pasangan. Sungguh baik jika pertama kali pasangan diperiksa bersamasama, karena dokter yang memeriksa akan dapat menilai interaksi mereka, untuk pemeriksaan berikutnya lebih baik dinilai sendiri-sendiri.
  1. Analisis Sperma
Analisis sperma harus dilakukan pada tahap awal, contoh sperma dikumpulkan dalam plastic atau dalam wadah gelas, tidak boleh pakai karet kondom, kemudian harus dikirim ke laboratorium dalam masa dua jam dari ejakulasi. Tidak adanya semen dalam didalam dua atau lebih contoh semen merupakan indikasi untuk pemeriksaan ulang. Tiadanya fruktosa didalam contoh semen menjadi petunjuk tiadanya vesikula dan vasa seminalis yang bersifat congenital, ini menjadi patokan bahwa pemeriksaan fungsi testis berikutnya tidak ada gunanya. Apabila frukosa dalam contoh semen ada, maka perlu dilakukan biopsi testis.
  1. Uji Pasca Senggama (UPS) Apabila telah diyakini bahwa analisis
spermanya normal, maka UPS bisa dijadwalkan. Ini akan memperlihatkan apakah semen sudah terpancar dengan baik ke puncak vagina selama senggama.UPS dilakukan sekitar 2-3 hari sebelum perkiraan ovulasi. Pasien diminta dating 2-8 jam setelah senggama normal. Getah servik dihisap dari kanal endoserviks yang pada tahap ini harus banyak dan bening.
Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop. Jika dijumpai 20 sperma
perlapang pandang, harapan untuk kehamilan cukup besar jika 1-20 sperma aktif per lapang pandang. Uji ini harus dilakukan sekurang-kurangnya pada dua keadaan yang terpisah, hasil negative bias disebabkan oleh teknik senggama.
  1. Pembasahan dan Pemantauan Ovulasi
UPS dapat menyingkirkan sebab infertilitas suami, dan yang sangat penting adalah apakah ovarium secara teratur menghasilkan ova. Riwayat haid dapat memberikan pegangan terhadap hal ini. Ovulasi lebih mungkin terjadi jika siklus haid berlangsung teratur dan dengan jumlah darah haid yang sedang untuk jangka waktu 3-5 hari. Haid yang tak teratur dan sedikit menjadi partanda siklus anovulatorik. Sebagian wanita merasakan nyeri pada satu sisi fossa illiaka untuk 12-24 jam pada saat ovulasi, dan hal ini mungkin bersamaan atau tanpa disertai pendarahan ringan atau dengan suatu peningkatan limbah vagina. Matalgia prahaid menandakan adanya suatu korpus luteum yang aktif, artinya ovulasi sebelumnya telah terjadi dalam siklus itu.
  1. Uji Pakis
Di bawah pengaruh estrogen, getah serviks yang dikeringkan pada obyek glass akan mengalami kristalisasi dan menghasilkan suatu pola daun pakis yang cukup khas. Ini terjadi antara hari ke-6 sampai hari ke-22 dari siklus haid dan kemudian akan dihambat oleh progestron. Hambatan ini biasanya akan tampak pada hari ke-23 hingga haid berikutnya. Menetapnya pola pakis setelah hari ke- 23 ini menunjukan bahwa ovulasi tidak terjadi. Darah dan semen juga dapat menghambat pembentukan lukisan pakis itu sehingga hasil yang salah sering dijumpai pada uji ini.
  1. Suhu Basal Badan (SBB)
Pada beberapa wanita, SBB meningkat selama fase progesterone dari siklus haid. Cara ini juga dapat menentukan apakah telah terjadi ovulasi. SBB diambil setiap hari pada saat terjaga pagi hari, sebelum bangkit dari tempat tidur, ataupun makan dan minum. Nilainya ditandai pada kertas grafik. Jika wanita erovulasigrafik akan memperlihatkan pola bifasik yang khas (tipikal).
Meskipun grafik bifasik berarti bahwa ovulasi telah terjadi, suatu grafik monofasik belum memastikan bahwa ovulasi tidak terjadi. SBB bisa dipakai untuk menentukan kemungkinan hari ovulasi, sehingga senggama bias diarahkan sekitar saat itu. Dalam praktek penggunaan SBB tidak selalu mudah untuk dipercaya (seperti umumnya sebagian besar pasien di Negara kita).
  1. Sitologi vagina atau endoserviks
Epitel dari sepertiga lateral atas dinding vagina memberikan respon yang ada pada hormon ovarium. Pemeriksaan ini dilakukan secara serial. Sekarang telah dikembangkan pemeriksaan dari endoserviks pada fase pasca ovulasi dengan pengambilan tunggal (tanpa serial). Perubahan sitologik dengan melihat indeks kariopiknotik dapat dipakai untuk menentukan ada tidaknya ovulasi.
  1. Biopsi Endometrium
Biopsi endometrium bias dilakukan secara poliklinis tanpa anastesi, dengan memakai sendok kurret kecil tanpa dilatasi serviks. Saat yang tepat adalah fase sekresi, yaitu 5-7 hari sebelum hari haid berikutnya.
  1. Laparaskopi
Cara ini memungkinkan visualisasi langsung secara endoskopik baik ovulasi yang baru saja terjadi dengan adanya bintik ovulasi, maupun adanya korpus luteum sebagai hasil ovulasi diwaktu yang lebih dini dari siklus itu. (Widyastuti, dkk. 2009)
2.5.2 Pengobatan infertilitas pasangan
Pengobatan infertilitas harus disesuaikan dengan penyebab infertilitas masing-masing pasangan suami istri. Penggunaan obat yang logis dan sesuai
dengan jenis kelainan yang dimiliki adalah kunci penanganan infertilitas yang
tepat.
1.      Obat infertilitas pria
Manusia terdiri atas sekumpulan sistem organ yang berkoordinasi satu samalain. Sistem reproduksi juga berkoordinasi dengan sistem tubuh lainnya, terutama sistem hormonal dan sistem saraf. Hormon yang terkait langsung dengan kualitas kerja sistem reproduksi pria adalah testosteron. Hormon tersebut penting karena perannya dalam perkembangan spermatozoa menjadi matang (siap untuk membuahi sel telur). Produksi dan kadar hormon testosteron dalam tubuh pria dipengaruhi oleh produksi dan kadar hormon lain yang merangsangnya. Produksi dan kadar hormon testosteron dipengaruhi oleh:
a.    Produksi dan pelepasan hormon GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone)
b.    Produksi dan pelepasan hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) Dari pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa prinsip kerja obatobatan ini adalah untuk merangsang produksi spermatozoa matang dalam testis. Selain dengan jalan langsung dari luar tubuh, obat-obatan yang mengandung GRH, FSH, dan LH juga dapat diberikan dengan tujuan yang sama. Selain pemberian hormon tambahan, obat-obatan yang merangsang produksi dan pelepasan hormon-hormon tersebut juga dapat diberikan. Obat-obatan yang sering diberikan dokter sebagai obat pendukung dalam meningkatkan kesuburan adalah vitamin dan antibiotik. Pada umumnya, vitamin yang diberikan dokter adalah vitamin E. vitamin E telah terbukti memiliki efek antioksidan yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup sel-sel tubuh, termasuk kerja sel yang berkaitan dengan produksi dan perkembangan spermatozoa hingga matang. Antibiotik hanya diberikan apabila sang pria terbukti mengalami infeksi pada organ ataupun saluran reproduksinya. Antibiotik diberikan atas instruksi dokter dan digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaannya.
2.      Obat infertilitas wanita
Pengobatan infertilitas untuk wanita secara garis besar bertujuan untuk:
1)        Perbaikan fungsi ovarium (Tempat dihasilkannya sel telur wanita yang
matang) Sama halnya dengan sistem reproduksi pria, sistem reproduksi wanita juga dipengaruhi oleh kerja sistem neuro-hormonal. Kerja sistem reproduksi wanita dapat diamati pada siklus ovulasi dan menstruasi yang dialaminya, yaitu dalam interval waktu yang teratur setiap bulannya (setiap ±28 hari). Klomifen sitrat dan tamoksifen adalah obat yang sering digunakan dan bertujuan untuk meningkatkan kadar FSH yang mempengaruhi perkembangan sel telur wanita hingga mencapai maturasi / kematangan. Obat tersebut bekerja dengan merangsang pelepasan GnRH, yang selanjutnya akan merangsang reproduksi dan pelepasan FSH.
2)        Perbaikan fungsi tuba (Tempat terjadinya pembuahan sel telur oleh
spermatozoa) Sumbatan (obstruksi) pada tuba dipastikan secara medis melalui pemeriksaan Histerosalfingografi (HSG), sonohisterografi, ataupun laparoskopi. Salah satu penyebab tersering dari sumbatan pada tuba adalah infeksi bakteri Chlamydia. Apabila sumbatan tuba terbukti disebabkan oleh infeksi Chlamydia, obat yang sepantasnya diberikan adalah antibiotik yang tepat dalam menangani infeksi tersebut. Selain dengan obat-obatan, gangguan sumbatan pada tuba dapat diatasi dengan metode operatif.
3)        Perbaikan fungsi rahim (Tempat berkembangnya janin dalam tubuh ibu) Keseimbangan hormonal serta ketiadaan infeksi termasuk syaratsyarat utama kesehatan rahim. Atas dasar inilah, obat-obatan yang berfungsi menyeimbangkan kadar hormon estrogen dan progesteron serta penanganan infeksi menjadi pilihan terapi pada wanita yang mengalami gangguan fungsi rahim. (Djuwantono, dkk. 2008)

2.6 Penanganan infertilitas
2.6.1 Inseminsi buatan
Inseminasi adalah suatu teknik untuk membantu spermatozoa pria sampai pada tempat untuk membuahi sel telur wanita dalam organ reproduksi wanita. Pada inseminasi, terdapat beberapa tahapan penting yang baik untuk diketahui oleh setiap pasangan yang akan menjalani teknik tersebut. Antara lain:
  1. Pengumpulan sperma pria,
  2. Pemisahan spermatozoa dari bahan-bahan lain yang terkandung dalam sperma (isolasi),
  3. Penempatan spermatozoa pada zat tertentu yang dapat menjaga kelangsungan hidup spermatozoa sementara di luar tubuh pria (medium),
  4. Penyuntikan spermatozoa ke dalam rahim wanita (Intrauterine Insemination: IUI). (Djuwantono, dkk., 2008)
2.6.2   Fertilisasi In Vitro (FIV)
FIV (Fertilisasi = pembuahan sel telur oleh spermatozoa; In vitro = di luar tubuh) atau dalam masyarakat dikenal dengan istilah “bayi tabung” merupakan salah satu jalan keluar bagi pasangan suami istri yang belum memiliki anak. Pada teknik ini, sel telur matang yang dihasilkan akan dipertemukan dengan spermatozoa dalam suatu wadah berisi cairan khusus di laboratorium. Cairan yang digunakan untuk merendam serupa dengan cairan yang terdapat pada tuba wanita dengan tujuan untuk membuat suasana pertemuan antara sel telur matang dan spermatozoa senormal mungkin. Dengan demikian, keaktifan gerak spermatozoa dan kondisi optimal sel telur dapat terjaga. Proses-proses utama dalam fertilisasi in vitro:
1)    Pengambilan sel telur matang dan spermatozoa oleh dokter ahli untuk
 kemudian ditempatkan pada sebuah tabung khusus yang steril.
2)   Proses fertilisasi sel telur oleh spermatozoa dalam sebuah cawan khusus di laboratorium. Embrio yang dihasilkan akan ditumbuhkan hingga cukup usia
(pada umumnya 2—3 hari).
3)    Embrio yang telah siap (sekitar 2—3 hari pascafertilisasi) ditanamkan kembali ke dalam rahim sang ibu oleh dokter ahli. Embrio tersebut diharapkan terus tumbuh dan barkembang hingga menjadi bayi yang pada akhirnya dilahirkan oleh sang ibu. (Djuwantono, dkk., 2008)
2.6.3   Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI)
ICSI merupakan teknik untuk membantu pembuahan dengan cara menyuntikan satu sel sperma langsung ke sel telur. Keistimewaan dari teknik ini adalah jumlah spermatozoa yang dibutuhkan untuk melakukan fertilitas sel telur di laboratorium hanya satu spermatozoa. Oleh karena itu, teknik tersebut sangat bermanfaat bagi pria yang hanya memiliki sedikit spermatozoa normal dan aktif. (Djuwantono, dkk., 2008)
2.6.4   Gamete Intrafallopian Transfer (GIFT)
GIFT merupakan teknik untuk membantu pembuahan dengan cara mengambil sel telur dari ovarium, lalu dipertemukan dengan sel sperma yang sudah dibersihkan. Dengan menggunakan alat yang bernama laparoscope, sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan tersebut dimasukkan kedalam tuba falopi melalui irisan kecil di bagian perut wanita melalui operasi laparoskopik. (Reeder, dkk., 2012)
2.6.5   Zygote Intrafallopian Transfer (ZIFT)
ZIFT merupakan teknik pemindahan zigot (sel telur yang telah dibuahi). Proses ini dilakukan dengan cara mengumpulkan sel telur dari indung telur seorang wanita lalu dibuahi di luar tubuhnya. Kemudian setelah dibuahi, dimasukkan kembali ke tuba falopii melalui pembedahan di bagian perut dengan operasi laparoskopik. Teknik ini merupakan kombinasi antara teknik FIV dan GIFT. (Reeder, dkk. 2012)

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Infertilitas terbagi atas dua jenis, yaitu infertilitas primer dan sekunder.  Infertilitas disebabkan oleh abnormalitas anatomi atau fisiologi sistem  reproduksi wanita maupun pada sistem reproduksi pria yang dipengaruhi oleh banyak faktor, contohnya karena kebiasaan hidup yang kurang sehat, faktor lingkungan, dan faktor bawaan dari lahir. Infertilitas dapat dicegah dengan cara menerapkan hidup sehat seperti tidak merokok, tidak mengonsumsi minuman beralkohol, dan sebagainya. Pengobatan infertilitas dapat diakukan dengan terapi obat maupun operasi,  sesuai dengan jenis kelainan yang dimiliki oleh masing-masing pasangan suami istri. Apabila penyebab infertilitas tersebut tidak dapat disembuhkan, maka dapat menanganinya dengan mengikuti program bantuan dari teknologi kedokteran, seperti inseminasi buatan, FIV, dan sebagainya.

3.2 Saran
Demikian yang dapat penyusun paparkan mengenai materi yang menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini. Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan penyusun terima dengan baik demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan berikutnya.Semoga makalah ini berguna bagi kita semua.


DAFTAR PUSTAKA

Baradero, M., dkk. (2006). Klien Gangguan Sistem Reproduksi & Seksualitas.  Jakarta: EGC
Diah. (2012). “INFERTILITAS : Pengertian, penanganan, pencegahan “, [online]. Tersedia:http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/infertilitas-pengertian-penanganan.html yang direkam pada 14 Mei 2012 17.01.03 GMT. [3 Des 2013].
Djuwantono, T., dkk. (2008). Hanya 7 hari Memahami Infertilitas. Bandung: PT Refika Aditama Reeder, dkk. (2012). Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC Widyastuti, Y., dkk. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya

No comments:

Post a Comment