INFERTILITAS
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT, karena atas kehendak-Nya penyusun
dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan lancar. Dengan ini penyusun bermaksud
memperluas pengetahuan mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan (IDK) dengan makalah
yang berjudul “Infertilitas”. Dalam
proses penyusunan materi ini, penyusun berupaya untuk mengumpulkan bahan-bahan
referensi dan diskusi ilmiah serta berbagai tulisan dari media masa seperti
internet.
Selesainya
makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
penyusun
menyampaikan terima kasih:
Penyusun
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu,
segala kritik dan saran yang membangun akan penyusun terima dengan baik. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Lampoh Keude , Maret 2019
Peyusun
Kelompok
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I: PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah................................................................................. 1
1.3
Tujuan................................................................................................... 2
1.4
Manfaat................................................................................................. 2
BAB II: PEMBAHASAN...................................................................................... 3
1.1
Pengertian Infertilitas............................................................................ 3
1.2
Jenis-jenis Infertilitas............................................................................ 3
1.3
Faktor Penyebab Infertilitas.................................................................. 4
1.4
Pencegahan Infertilitas.......................................................................... 5
1.5
Pengobatan Infertilitas.......................................................................... 5
1.6
Penanganan Infertilitas......................................................................... 6
BAB III: PENUTUP............................................................................................ 14
3.1 Kesimpulan............................................................................................. 14
3.2 Saran....................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infertilitas menurut dunia medis adalah istilah yang
di gunakan untuk menyebut pasangan
yang belum mempunyai anak walaupun sudah berhubungan intim secara teratur tanpa alat kontrasepsi dalam kurun
waktu satu tahun. Hampir setiap
pasangan di dunia menginginkan seorang anak, namun sayangnya tidak setiap perkawinan dianugerahi
keturunan. Ada 10-15% pasangan mengalami infertilitas,
keadaan tersebut dimulai saat wanita tidak mampu untuk
tidak menjadi hamil atau kehamilan
sampai melahirkan, meskipun telah melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi
selama setahun atau lebih (infertilitas). Infertilitas adalah masalah yang dialami pria dan wanita dimanapun di dunia.
Walaupun diperkiraan angka
kejadiannya tidak terlalu cermat dan bervariasi dari satu daerah ke daerah
lain, sekitar 8% pasangan mengalami masalah infertilitas selama masa
reproduksinya, ini berarti bahwa antara
50 sampai 80 juta orang mempunyai masalah fertilitas, suatu keadaan yang menimbulkan penderitaan pribadi dan
gangguan kehidupan keluarga.
keluarga infertil terpaksa menempuh hidup tanpa anak,
atau ada juga yang melalukan adopsi
(mengangkat anak), poligami, atau bahkan tidak jarang yang bercerai dikarenakan tidak dikaruniai anak. Namun berkat
kemajuan teknologi kedokteran, beberapa pasangan infertil telah dimungkinkan memperoleh anak dengan dengan jalan
inseminasi buatan, bayi tabung
(membesarkan janin di dalam Rahim wanita lain), dan sebagainya.
1.2 Rumusan Masalah
- Sebutkan
jenis-jenis infertilitas!
- Sebutkan
dan jelaskan faktor-faktor penyebab infertilitas!
- Bagaimana
cara pencegahan infertilitas?
- Bagaimana
cara pengobatan infertilitas?
- Bagaimana
cara menangani infertilitas?
1.3 Tujuan
- Mengetahui
jenis-jenis infertilitas,
- Mengetahui
dan memahami faktor-faktor penyebab infertilitas,
- Memahami
pencagahan infertilitas,
- Memahami
cara pengobatan infertilitas.
- Mengetahui
berbagai cara penanganan pada penderita infertilitas.
1.4 Manfaat
- Manfaat
teoretis
Dengan
adanya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai masalah infertilitas serta cara
penanganannya.
- Manfaat
praktis
Pembaca
diharapkan dapat memahami cara pencegahan infertilitas. Dan bagi pembaca yang memiliki masalah dengan
fertilitas diharapkan dapat memahami dan
memilih cara penanganan yang tepat untuk masalahnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Infertilitas
Menurut dunia medis Infertilitas adalah istilah yang di
gunakan untuk menyebut pasangan yang
belum mempunyai anak walaupun sudah berhubungan intim secara teratur tanpa alat kontrasepsi dalam
kurun waktu satu tahun (diah, 2012:
“Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan suami-istri
untuk mengalami kehamilan setelah melakukan
hubungan seksual tanpa kontrasepsi, selama satu tahun” (Sarwono dalam diah, 2012:
“Infertilitas (kamandulan) adalah ketidakmampuan atau
penurunan kemampuan menghasilkan
keturunan” (Elizbeth dalam diah,2012:
“Ketidaksuburan (infertil) adalah suatu kondisi dimana
pasangan suami istri belum mampu
memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2—3 kali seminggu dalam kurun waktu 1
tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi
jenis apapun” (Djuwantono,2008).
Sedangkan Baradero, dkk (2006) menjelaskan bahwa
“Infertilitas adalah ketidakmampuan
untuk hamil dalam waktu satu tahun.” Maka
dapat disimpulkan bahwa Infertilitas berarti tidak terjadinya fertilisasi (Pembuahan ) pada organ reproduksi
wanita, yaitu tidak terjadinya proses peleburan antara satu sel sperma dan satu sel ovum yang sudah matang.
2.2
Jenis-jenis
Infertilitas
Djuwanto, dkk., (2008) mengemukakan bahwa secara medis,
infertilitas dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu:
- Infertilitas
primer
Berarti
pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah 1 tahun
berhubungan seksual sebanyak 2—3 kali per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi
dalam bentuk apapun.
- Infertilitas
sekunder
Berarti
pasangan suami-istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya, tetapi saat ini
belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2—3
kali per minggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi dalam bentuk apapun.
2.3 Faktor penyebab Infertilitas
2.3.1 Pada Wanita
a. Gangguan organ reproduksi
1)
Infeksi vagina menyebabkan meningkatnya keasaman
vagina yang akan
membunuh
sperma, dan pengkerutan vagina akan menghambat transportasi sperma ke vagina.
2)
Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon
esterogen yang
mengganggu
pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim
terganggu. Selain itu, bekas operasi pada
serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat menutup serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke
rahim
3)
Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh
malformasi uterus yang mengganggu
pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan
fetus dan akhirnya terjadi abortus
berulang.
4)
Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang
mengakibatkan adhesi tuba falopii dan
terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu.
b.
Gangguan ovulasi
Gangguan
ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal seperti adanya hambatan pada sekresi hormone FSH dan LH yang
memiliki pengaruh besar terhadap
ovulasi. Hambatan ini dapat terjadi karena adanya tumor cranial, stress, dan pengguna obat-obatan yang menyebabkan
terjadinya disfungsi hiotalamus dan
hipofise. Bila terjadi gangguan sekresi kedua hormone ini, Maka folikel mengalami hambatan untuk matang dan
berakhir pada gangguan ovulasi.
- Kegagalan
implantasi
Wanita
dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi
pembuahan, proses nidasi pada
endometrium tidak berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah abortus.
- Endometriosis
Endometriosis
adalah jaringan endometrium yang semestinya berada di lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan
tumbuh di tempat lain. Endometriosis
bisa terletak di lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut juga adenomyosis, atau bisa juga
terletak di indung telur, saluran
telur, atau bahkan dalam rongga perut. Gejala umum penyakit endometriosis adalah nyeri yang sangat pada daerah
panggul terutama pada saat haid dan
berhubungan intim, serta tentu saja infertilitas.
- Faktor
immunologis
Apabila
embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi sebagai respon
terhadap benda asing. Reaksi ini dapat menyebabkan
abortus spontan pada wanita hamil.
- Lingkungan
Paparan
radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan pestisida dapat menyebabkan toxic
pada seluruh bagian tubuh termasuk organ
reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.
2.3.2 Pada Pria
Dari
sisi pria, penyebab infertilitas yang paling umum terjadi adalah:
- Bentuk
dan gerakan sperma yang tidak sempurna
Sperma
harus berbentuk sempurna serta dapat bergerak cepat dan akurat menuju ke telur agar dapat terjadi
pembuahan. Bila bentuk dan struktur (morfologi)
sperma tidak normal atau gerakannya (motilitas) tidak sempurna sperma tidak dapat mencapai atau
menembus sel telur.
- Konsentrasi
sperma rendah Konsentrasi
sperma yang normal adalah 20 juta sperma/ml semen atau lebih. Bila 10 juta/ml atau kurang maka
menujukkan konsentrasi yang rendah (kurang
subur). Hitungan 40 juta sperma/ml atau lebih berarti sangat subur. Jarang sekali ada pria yang sama
sekali tidak memproduksi sperma. Kurangnya
konsentrasi sperma ini dapat disebabkan oleh testis yang kepanasan (misalnya karena selalu
memakai celana ketat), terlalu sering
berejakulasi (hiperseks), merokok, alkohol dan kelelahan.
- Tidak
ada semen
Semen
adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju vagina. Bila tidak ada
semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya
disebabkan penyakit atau kecelakaan yang memengaruhi tulang belakang.
- Varikosel
(varicocele)
Varikosel
adalah varises atau pelebaran pembuluh darah vena yang berhubungan dengan
testis. Sebagaimana diketahui, testis adalah tempat produksi dan penyimpanan
sperma. Varises yang disebabkan kerusakan pada sistem katup pembuluh darah
tersebut membuat pembuluh darah melebar dan mengumpulkan darah. Akibatnya,
fungsi testis memproduksi dan menyalurkan sperma terganggu.
- Testis
tidak turun
Testis
gagal turun adalah kelainan bawaan sejak lahir, terjadi saat salah satu atau
kedua buah pelir tetap berada di perut dan tidak turun ke kantong skrotum.
Karena suhu yang lebih tinggi dibandingkan suhu pada skrotum, produksi sperma
mungkin terganggu.
- Kekurangan
hormon testosteron Kekurangan hormon ini dapat memengaruhi kemampuan
testis dalam memproduksi sperma.
- Kelainan
genetik Dalam kelainan genetik yang disebut sindroma Klinefelter, seorang
pria memiliki dua kromosom X dan satu kromosom Y, bukannya satu X dan satu
Y Hal ini menyebabkan pertumbuhan abnormal pada testis sehingga sedikit atau
sama sekali tidak memproduksi sperma. Dalam penyakit Cystic fibrosis, beberapa
pria penderitanya tidak dapat mengeluarkan sperma dari testis mereka,
meskipun sperma tersedia dalam jumlah yang cukup. Hal ini karena mereka
tidak memiliki vas deferens, saluran yang menghubungkan testis dengan
saluran ejakulasi.
- Infeksi
Infeksi dapat memengaruhi motilitas sperma untuk sementara. Penyakit menular
seksual seperti klamidia dan gonore sering menyebabkan infertilitas karena
menyebabkan skar yang memblokir jalannya sperma.
- Masalah
seksual
Masalah
seksual dapat menyebabkan infertilitas, misalnya disfungsi ereksi, ejakulasi
prematur, sakit saat berhubungan (disparunia). Demikian juga dengan penggunaan
minyak atau pelumas tertentu yang bersifat toksik terhadap sperma.
- Ejakulasi
balik
Hal
ini terjadi ketika semen yang dikeluarkan justru berbalik masuk ke kantung
kemih, bukannya keluar melalui penis saat terjadi ejakulasi. Ada beberapa
kondisi yang dapat menyebabkannya, di antaranya adalah diabetes, pembedahan di
kemih, prostat atau uretra, dan pengaruh obatobatan tertentu.
- Sumbatan
di epididimis/saluran ejakulasi
Beberapa
pria terlahir dengan sumbatan di daerah testis yang berisi sperma (epididimis)
atau saluran ejakulasi. Beberapa pria tidak memiliki pembuluh yang membawa
sperma dari testis ke lubang penis. l. Lubang kencing yang salah tempat
(hipoepispadia) Kelainan bawaan ini terjadi saat lubang kencing berada di
bagian bawah penis. Bila tidak dioperasi maka sperma dapat kesulitan mencapai
serviks.
- Antibodi
pembunuh sperma Antibodi yang membunuh atau melemahkan sperma biasanya
terjadi setelah pria menjalani vasektomi. Keberadaan antibodi ini
menyulitkannya mendapatkan anak kembali saat vasektomi dicabut.
- Pencemaran
lingkungan
Paparan
polusi lingkungan dapat mengurangi jumlah sperma dengan efek langsung pada
fungsi testis dan sistem hormon. Beberapa bahan kimia yang mempengaruhi
produksi sperma antara lain: radikal bebas, pestisida (DDT, aldrin, dieldrin,
PCPs, dioxin, furan, dll), bahan kimia plastik, hidrokarbon (etilbenzena,
benzena, toluena, dan xilena), dan logam berat seperti timbal, kadmium atau
arsenik.
- Kanker
Testis
Kanker
testis berpengaruh langsung terhadap kemampuan testis memproduksi dan menyimpan
sperma. Penyakit ini paling sering terjadi pada pria usia 18 – 32 tahun.
2.4 Pencegahan Infertilitas
- Hentikan
kebiasaan merokok, mengkonsumsi obat-obatan terlarang atau minumminuman beralkohol.
- Mengurangi
mengkonsumsi minuman berkafein, karena dapat mengganggu
Kesuburan
- Jaga
keseimbangan berat badan, jangan terlalu gemuk dan jangan terlalu
kurus.
- Jangan
stress berlebihan.
- Periode
bulanan tidak teratur, segerahlah konsultasikan dengan dokter ahli.
- Jika
merasa ada yang tidak beres dengan tubuh atau bagian vital, langsung
periksakan kedokter.
2.5 Pengobatan infertilitas
2.5.1 Pemeriksaan pasangan infertil
Sekitar
1 dari 5 pasangan akan hamil dalam 1 tahun pertama pernikahan dengan senggama yang normal dan
teratur.
- Riwayat
penyakit dan pemeriksaan
Pemeriksaan
awal dari pasangan infertil mencakup riwayat penyakit, riwayat perkawinan
terdahulu dan sekarang pemeriksaan terhadap masingmasing pasangan. Sungguh baik
jika pertama kali pasangan diperiksa bersamasama, karena dokter yang memeriksa
akan dapat menilai interaksi mereka, untuk pemeriksaan berikutnya lebih baik
dinilai sendiri-sendiri.
- Analisis
Sperma
Analisis
sperma harus dilakukan pada tahap awal, contoh sperma dikumpulkan dalam plastic
atau dalam wadah gelas, tidak boleh pakai karet kondom, kemudian harus dikirim
ke laboratorium dalam masa dua jam dari ejakulasi. Tidak adanya semen dalam
didalam dua atau lebih contoh semen merupakan indikasi untuk pemeriksaan ulang.
Tiadanya fruktosa didalam contoh semen menjadi petunjuk tiadanya vesikula dan
vasa seminalis yang bersifat congenital, ini menjadi patokan bahwa pemeriksaan
fungsi testis berikutnya tidak ada gunanya. Apabila frukosa dalam contoh semen
ada, maka perlu dilakukan biopsi testis.
- Uji
Pasca Senggama (UPS) Apabila telah diyakini bahwa analisis
spermanya normal, maka UPS bisa dijadwalkan. Ini akan
memperlihatkan apakah semen sudah terpancar dengan baik ke puncak vagina selama
senggama.UPS dilakukan sekitar 2-3 hari sebelum perkiraan ovulasi. Pasien diminta
dating 2-8 jam setelah senggama normal. Getah servik dihisap dari kanal
endoserviks yang pada tahap ini harus banyak dan bening.
Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop. Jika dijumpai 20
sperma
perlapang pandang, harapan untuk kehamilan cukup besar jika
1-20 sperma aktif per lapang pandang. Uji ini harus dilakukan
sekurang-kurangnya pada dua keadaan yang terpisah, hasil negative bias disebabkan
oleh teknik senggama.
- Pembasahan
dan Pemantauan Ovulasi
UPS
dapat menyingkirkan sebab infertilitas suami, dan yang sangat penting adalah
apakah ovarium secara teratur menghasilkan ova. Riwayat haid dapat memberikan
pegangan terhadap hal ini. Ovulasi lebih mungkin terjadi jika siklus haid
berlangsung teratur dan dengan jumlah darah haid yang sedang untuk jangka waktu
3-5 hari. Haid yang tak teratur dan sedikit menjadi partanda siklus
anovulatorik. Sebagian wanita merasakan nyeri pada satu sisi fossa illiaka
untuk 12-24 jam pada saat ovulasi, dan hal ini mungkin bersamaan atau tanpa
disertai pendarahan ringan atau dengan suatu peningkatan limbah vagina.
Matalgia prahaid menandakan adanya suatu korpus luteum yang aktif, artinya
ovulasi sebelumnya telah terjadi dalam siklus itu.
- Uji
Pakis
Di
bawah pengaruh estrogen, getah serviks yang dikeringkan pada obyek glass akan
mengalami kristalisasi dan menghasilkan suatu pola daun pakis yang cukup khas.
Ini terjadi antara hari ke-6 sampai hari ke-22 dari siklus haid dan kemudian
akan dihambat oleh progestron. Hambatan ini biasanya akan tampak pada hari
ke-23 hingga haid berikutnya. Menetapnya pola pakis setelah hari ke- 23 ini
menunjukan bahwa ovulasi tidak terjadi. Darah dan semen juga dapat menghambat
pembentukan lukisan pakis itu sehingga hasil yang salah sering dijumpai pada
uji ini.
- Suhu
Basal Badan (SBB)
Pada beberapa wanita, SBB meningkat selama fase progesterone
dari siklus haid. Cara ini juga dapat menentukan apakah telah terjadi ovulasi. SBB
diambil setiap hari pada saat terjaga pagi hari, sebelum bangkit dari tempat
tidur, ataupun makan dan minum. Nilainya ditandai pada kertas grafik. Jika
wanita erovulasigrafik akan memperlihatkan pola bifasik yang khas (tipikal).
Meskipun grafik bifasik berarti bahwa ovulasi telah terjadi,
suatu grafik monofasik belum memastikan bahwa ovulasi tidak terjadi. SBB bisa
dipakai untuk menentukan kemungkinan hari ovulasi, sehingga senggama bias
diarahkan sekitar saat itu. Dalam praktek penggunaan SBB tidak selalu mudah
untuk dipercaya (seperti umumnya sebagian besar pasien di Negara kita).
- Sitologi
vagina atau endoserviks
Epitel
dari sepertiga lateral atas dinding vagina memberikan respon yang ada pada
hormon ovarium. Pemeriksaan ini dilakukan secara serial. Sekarang telah
dikembangkan pemeriksaan dari endoserviks pada fase pasca ovulasi dengan
pengambilan tunggal (tanpa serial). Perubahan sitologik dengan melihat indeks
kariopiknotik dapat dipakai untuk menentukan ada tidaknya ovulasi.
- Biopsi
Endometrium
Biopsi
endometrium bias dilakukan secara poliklinis tanpa anastesi, dengan memakai
sendok kurret kecil tanpa dilatasi serviks. Saat yang tepat adalah fase
sekresi, yaitu 5-7 hari sebelum hari haid berikutnya.
- Laparaskopi
Cara
ini memungkinkan visualisasi langsung secara endoskopik baik ovulasi yang baru
saja terjadi dengan adanya bintik ovulasi, maupun adanya korpus luteum sebagai
hasil ovulasi diwaktu yang lebih dini dari siklus itu. (Widyastuti, dkk. 2009)
2.5.2 Pengobatan infertilitas pasangan
Pengobatan
infertilitas harus disesuaikan dengan penyebab infertilitas masing-masing pasangan suami istri. Penggunaan obat yang logis dan
sesuai
dengan
jenis kelainan yang dimiliki adalah kunci penanganan infertilitas yang
tepat.
1.
Obat infertilitas pria
Manusia
terdiri atas sekumpulan sistem organ yang berkoordinasi satu samalain. Sistem reproduksi juga
berkoordinasi dengan sistem tubuh lainnya,
terutama sistem hormonal dan sistem saraf. Hormon yang terkait langsung dengan kualitas kerja sistem
reproduksi pria adalah testosteron.
Hormon tersebut penting karena perannya dalam perkembangan spermatozoa menjadi matang (siap untuk membuahi sel
telur). Produksi dan kadar hormon
testosteron dalam tubuh pria dipengaruhi oleh produksi dan kadar hormon lain yang merangsangnya. Produksi dan kadar hormon testosteron
dipengaruhi oleh:
a.
Produksi dan pelepasan hormon GnRH (Gonadotropin
Releasing Hormone)
b.
Produksi dan pelepasan hormon FSH (Follicle
Stimulating Hormone) dan LH
(Luteinizing Hormone) Dari
pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa prinsip kerja obatobatan ini adalah untuk merangsang produksi
spermatozoa matang dalam testis. Selain
dengan jalan langsung dari luar tubuh, obat-obatan yang mengandung GRH, FSH, dan LH juga dapat diberikan
dengan tujuan yang sama. Selain pemberian
hormon tambahan, obat-obatan yang merangsang produksi dan pelepasan hormon-hormon tersebut juga dapat diberikan. Obat-obatan yang sering diberikan
dokter sebagai obat pendukung dalam meningkatkan
kesuburan adalah vitamin dan antibiotik. Pada umumnya, vitamin yang diberikan dokter adalah vitamin
E. vitamin E telah terbukti memiliki efek
antioksidan yang tinggi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup sel-sel tubuh, termasuk kerja sel yang
berkaitan dengan produksi dan perkembangan
spermatozoa hingga matang. Antibiotik
hanya diberikan apabila sang pria terbukti mengalami infeksi pada organ ataupun saluran
reproduksinya. Antibiotik diberikan atas instruksi dokter dan digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaannya.
2.
Obat infertilitas wanita
Pengobatan
infertilitas untuk wanita secara garis besar bertujuan untuk:
1)
Perbaikan fungsi ovarium (Tempat dihasilkannya sel
telur wanita yang
matang) Sama halnya dengan sistem reproduksi
pria, sistem reproduksi wanita juga
dipengaruhi oleh kerja sistem neuro-hormonal. Kerja sistem reproduksi wanita dapat diamati pada siklus ovulasi dan menstruasi
yang dialaminya, yaitu dalam
interval waktu yang teratur setiap bulannya (setiap ±28 hari). Klomifen
sitrat dan tamoksifen adalah obat yang sering digunakan dan bertujuan untuk meningkatkan kadar FSH yang mempengaruhi perkembangan sel telur wanita hingga
mencapai maturasi / kematangan. Obat
tersebut bekerja dengan merangsang pelepasan GnRH, yang selanjutnya akan merangsang reproduksi dan pelepasan FSH.
2)
Perbaikan fungsi tuba (Tempat terjadinya pembuahan sel
telur oleh
spermatozoa) Sumbatan (obstruksi) pada tuba
dipastikan secara medis melalui pemeriksaan
Histerosalfingografi (HSG), sonohisterografi, ataupun laparoskopi. Salah satu penyebab tersering dari sumbatan pada tuba
adalah infeksi bakteri Chlamydia.
Apabila sumbatan tuba terbukti disebabkan oleh infeksi Chlamydia, obat yang sepantasnya diberikan adalah
antibiotik yang tepat dalam
menangani infeksi tersebut. Selain dengan obat-obatan, gangguan sumbatan pada tuba dapat diatasi dengan metode operatif.
3)
Perbaikan fungsi rahim (Tempat berkembangnya janin
dalam tubuh ibu) Keseimbangan
hormonal serta ketiadaan infeksi termasuk syaratsyarat utama kesehatan rahim. Atas dasar inilah, obat-obatan yang
berfungsi menyeimbangkan kadar
hormon estrogen dan progesteron serta penanganan infeksi menjadi pilihan terapi pada wanita yang mengalami gangguan
fungsi rahim. (Djuwantono, dkk. 2008)
2.6 Penanganan infertilitas
2.6.1 Inseminsi buatan
Inseminasi
adalah suatu teknik untuk membantu spermatozoa pria sampai pada tempat untuk membuahi sel telur wanita dalam organ reproduksi
wanita. Pada inseminasi, terdapat
beberapa tahapan penting yang baik untuk diketahui oleh setiap pasangan yang akan menjalani teknik tersebut. Antara
lain:
- Pengumpulan
sperma pria,
- Pemisahan
spermatozoa dari bahan-bahan lain yang terkandung dalam sperma (isolasi),
- Penempatan
spermatozoa pada zat tertentu yang dapat menjaga kelangsungan hidup
spermatozoa sementara di luar tubuh pria (medium),
- Penyuntikan
spermatozoa ke dalam rahim wanita (Intrauterine Insemination: IUI). (Djuwantono,
dkk., 2008)
2.6.2
Fertilisasi
In Vitro (FIV)
FIV (Fertilisasi = pembuahan sel telur oleh spermatozoa; In
vitro = di luar tubuh) atau dalam
masyarakat dikenal dengan istilah “bayi tabung” merupakan salah satu jalan keluar bagi pasangan suami istri yang belum
memiliki anak. Pada teknik ini, sel
telur matang yang dihasilkan akan dipertemukan dengan spermatozoa dalam suatu wadah berisi cairan khusus di
laboratorium. Cairan yang digunakan
untuk merendam serupa dengan cairan yang terdapat pada tuba wanita dengan tujuan untuk membuat suasana
pertemuan antara sel telur matang dan spermatozoa
senormal mungkin. Dengan demikian, keaktifan gerak spermatozoa dan kondisi optimal sel telur dapat
terjaga. Proses-proses utama dalam
fertilisasi in vitro:
1)
Pengambilan sel
telur matang dan spermatozoa oleh dokter ahli untuk
kemudian ditempatkan pada sebuah
tabung khusus yang steril.
2)
Proses fertilisasi sel telur oleh spermatozoa dalam
sebuah cawan khusus di laboratorium.
Embrio yang dihasilkan akan ditumbuhkan hingga cukup usia
(pada umumnya 2—3 hari).
3)
Embrio yang
telah siap (sekitar 2—3 hari pascafertilisasi) ditanamkan kembali ke dalam rahim sang ibu oleh dokter ahli. Embrio tersebut diharapkan terus tumbuh dan barkembang
hingga menjadi bayi yang pada akhirnya
dilahirkan oleh sang ibu. (Djuwantono,
dkk., 2008)
2.6.3
Intra Cytoplasmic
Sperm Injection (ICSI)
ICSI
merupakan teknik untuk membantu pembuahan dengan cara menyuntikan satu sel sperma langsung ke sel telur. Keistimewaan
dari teknik ini adalah jumlah
spermatozoa yang dibutuhkan untuk melakukan fertilitas sel telur di laboratorium hanya satu
spermatozoa. Oleh karena itu, teknik tersebut sangat bermanfaat bagi pria yang hanya memiliki sedikit spermatozoa
normal dan aktif. (Djuwantono, dkk.,
2008)
2.6.4
Gamete
Intrafallopian Transfer (GIFT)
GIFT merupakan teknik untuk
membantu pembuahan dengan cara mengambil
sel telur dari ovarium, lalu dipertemukan dengan sel sperma yang sudah dibersihkan. Dengan menggunakan
alat yang bernama laparoscope, sel telur
dan sperma yang sudah dipertemukan tersebut dimasukkan kedalam tuba falopi melalui irisan kecil di bagian
perut wanita melalui operasi laparoskopik.
(Reeder, dkk., 2012)
2.6.5
Zygote
Intrafallopian Transfer (ZIFT)
ZIFT merupakan teknik pemindahan
zigot (sel telur yang telah dibuahi). Proses
ini dilakukan dengan cara mengumpulkan sel telur dari indung telur seorang wanita lalu dibuahi di luar
tubuhnya. Kemudian setelah dibuahi, dimasukkan
kembali ke tuba falopii melalui pembedahan di bagian perut dengan operasi laparoskopik. Teknik ini
merupakan kombinasi antara teknik FIV dan
GIFT. (Reeder, dkk. 2012)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Infertilitas
terbagi atas dua jenis, yaitu infertilitas primer dan sekunder. Infertilitas disebabkan oleh abnormalitas anatomi
atau fisiologi sistem reproduksi wanita maupun pada sistem reproduksi pria yang
dipengaruhi oleh banyak faktor,
contohnya karena kebiasaan hidup
yang kurang sehat, faktor lingkungan,
dan faktor bawaan dari lahir. Infertilitas
dapat dicegah dengan cara menerapkan hidup sehat seperti tidak merokok, tidak mengonsumsi minuman beralkohol,
dan sebagainya. Pengobatan infertilitas dapat diakukan dengan terapi obat maupun operasi, sesuai dengan jenis kelainan
yang dimiliki oleh masing-masing
pasangan suami istri. Apabila
penyebab infertilitas tersebut tidak dapat
disembuhkan, maka dapat
menanganinya dengan mengikuti program bantuan dari teknologi kedokteran, seperti inseminasi buatan,
FIV, dan sebagainya.
3.2 Saran
Demikian
yang dapat penyusun paparkan mengenai materi yang menjadi pokok pembahasan dalam makalah ini. Tentunya
masih banyak kekurangan dan kelemahannya, dikarenakan terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan penyusun
terima dengan baik demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan berikutnya.Semoga makalah ini berguna bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, M., dkk. (2006).
Klien Gangguan Sistem Reproduksi & Seksualitas. Jakarta: EGC
Diah. (2012). “INFERTILITAS
: Pengertian, penanganan, pencegahan “, [online]. Tersedia:http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/infertilitas-pengertian-penanganan.html
yang direkam pada 14 Mei 2012 17.01.03 GMT. [3 Des 2013].
Djuwantono, T., dkk. (2008).
Hanya 7 hari Memahami Infertilitas. Bandung: PT Refika Aditama Reeder, dkk.
(2012). Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC Widyastuti, Y., dkk. (2009).
Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya
No comments:
Post a Comment