RAWI HADIST
1. Pengertian dan Sejarah Penulisan
Hadist
Kata Rawi atau Ar-Rawi ialah orang
yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu kitab hadist dari apa-apa yang
pernah didengar dan diterima dari seseorang.
Orang yang menerima kemudian
menghimpunnya dalam sebuah kitab tadwin disebut perawi hadist. Sedangkan
perbuatan yang menyampaikan hadist dinamakan merawi/meriwayatkan hadist.
Pada masa Nabi SAW, para sahabat
menyampaikan sesuatu yang ditanggapi dengan panca indranya dari Nabi Muhammad
SAW langsung dengan berita lisan belaka. Ini dianjurkan supaya meriwayatkan
hadist secara lisan, juga ultimatum kepada yang berusaha membuat riwayat palsu,
untuk menghindari kemungkinan penulisan wahyu, memasukkan Al-Hadist ke dalam
lembaran-lembaran tulisan Al-Qur’an.
Di samping melarang, Rasulullah SAW
juga memerintahkan kepada sahabat tertentu untuk menulis hadist. Hal ini dapat
terlihat pada pemberian izin dari Rasul kepada seorang sahabat di yaman untuk
menulis sebuah hadist.
2. Sistem Penyusunan Kitab Hadist
dalamMenyebut Rawi
Menurut Abu Ismail As-San’any dalam
kitabnya “Subulussalam” Juz I hal 10 s/d 13 ada beberapa rumusan, yaitu :
a.
ﺃﺧﺮﺟﻪﺍﻟﺴﺒﻌﻪ
Maksudnya
bahwa hadist itu diriwayatkan oleh 7 orang rawi, yaitu : Imam Ahmad, Bukhari,
Muslim, Abu Daud, At-Turmuzi, An.Nasai, dan Ibnu Majah.
b.
ﺃﺧﺮﺟﻪﺍﻟﺴﺘﺔ
Maksudnya
hadis itu diriwayatkan oleh 6 orang di atas, kecuali Ahmad
c.
ﺃﺧﺮﺟﻪﺍﻟﺨﻤﺴﺔ
Maksudnya
hadis itu diriwayatkan oleh 5 orang rawi (7 orang tersebut di atas tidak
termasuk Bukhari dan Muslim)
d.
ﺃﺧﺮﺟﻪﺍﻻﺭﺑﻌﺔﻭﺍﺣﻤﺪ
Maksudnya
hadis tersebut diriwayatkan oleh para Ash-habussunah yang 4 ditamah Imam Ahmad
e.
ﺃﺧﺮﺟﻪﺍﻻﺭﺑﻌﺔ
Maksudnya
hadis tersebut diriwayatkan oleh 4 orang Ashabusunah, yaitu : Abu Daud,
At-Turmuzi, An. Nasai, Ibnu Majah.
f.
ﺃﺧﺮﺟﻪﺍﻟﺴﻼﺳﻪ
Maksudnya
hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud, At-Turmuzi dan An-Nasa’i
g.
ﺃﺧﺮﺟﻪﺍﻟﺜﻠﺴﺤﺎﻥ
Maksudnya
hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
h.
ﺃﺧﺮﺟﻪﺍﻟﺠﻤﺎﻋﺔ
Maksudnya
yang diriwayatkan oleh para rawi-rawi yang banyak jumlahnya.
Imam Asy-Syaukani dalamkitabnya
“Nailul Authar”, Juz I hal 22, merumuskan
:
a.
ﻣﺘﻔﻖﻋﻠﻴﻪ
Maksudnya
hadis yangdiriwayatkan oleh Imam Bukhari, Muslim dan Ahmad
b.
ﺃﺧﺮﺟﻪﺍﻟﺒﺎﻛﺮﻭﻤﺴﻠﻢ
Yaitu
hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim
c.
ﺃﺧﺮﺟﻪﺍﺒﻮﺩﻭﺩﻭﺍﻟﺌﺮﻤﺬ
Yaitu
hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Turmuzi.
3. Bentuk dan Sistem Penyusunan
Kitab Hadis
Para
Muhaddisin menggunakan bentuk-bentuk :
a.
Takhrij
Yaitu
suatu usaha mencari sanad hadist yang terdapat dalam sebuah kitab karya orang
lain yang menyimpang dari sanad hadis karya orang lain, atau usaha menyusun
hadist untuk mencari derajat.
Sanad
dan rawi hadist yang tidak diterangkan oleh pengarang suatu kitab hadist.
b.
Tasnif
Ialah
usaha menghimpun atau menyusun beberapa hadist dengan membubuhi keterangan
mengenai arti kalimat yang sulit dan memberikan interpretasi dengan hadist
lain.
c.
Ikhtitsar
Ialah
usaha untuk meringkaskan kitab-kitab hadist yang telah berulang-ulang
disebutkan oleh pengarangnya yang semula, tidak perlu ditulis kembali.
Para
muhaddisin dalam menyusun kitab hadist memakai 2 sistem :
a.
Sistem Bab Demi Bab
Pada
sistem ini hadist-hadist yang sejenis isinya dihimpun dalam suatu bab.
Sedangkan jenis yang lain disusun dalam bab yang lain, contohnya :
-
Bulughul Maram, karya Ibnu Hajar
As-Asqalany
-
Umdatul Ahkam, karya Abdul Ghani
Al-Maqdisiy
-
Riyadhussalihin, karya Imam Nawawi.
b.
Sistem Musnad
Yaitu
penyusun mengatur secara sistematis mulai nama dari sahabat yang lebih utama
beserta nama sahabat lainnya serta dari deretan sahabat yang lebih rendah
sampai tinggi derajad beserta hadisnya.
4. Gelar Bagaimana Imam Rawi Hadist
Gelar ini ditetapkan sesuai keahlian,
kemahiran dan kemampuan menghafal beribu-ribu hadist beserta ilmu. Adapun
gelar-gelar tersebut yaitu :
a.
Thalibul Hadist
Diberikan
kepada orang yang sedang mencari dan mempelajari hadist, yang sedang
mengembangkan karirnya dalam hadist.
b.
Musnid
Gelar
bagi orang yang meriwayatkan hadist dengan menyebutkan sanadnya, baik ia
mengetahui benar tentang sanad ataupun belum.
c.
Muhaddits
Gelar
bagi orang yang telah mahir dalam bidang hadist ndirawah maupun riwayah, serta
sekurang-kurangnya menghafal 1000 hadist. Yang mendapat gelar ini antara lain :
-
Atha’ Bin Abi Ribah
-
Imam Az-Zabidi
d.
Al-Hafidh
Gelar
bagi ahli hadis yang dapat mengshahihkan dan matan hadist serta menta’dilkannya
dan mampu menghafal 100.000 buah hadist. Yang mendapat gelar ini :
-
Al-Iraqi
-
Syafaruddin Ad-Dimyiati
-
Ibnu Hajar Al-Asqalany
e.
Al-Hujjah
Gelar
bagi orang yang hafalan dan keteguhan hafalannya memungkinkan kita berhujjah
dengan hafalannya, serta sanggup menghafal 300.000 buah hadist baik sanad,
matan maupun perihal. Perawi yang mendapatkan gelar ini antara lain :
-
Hisyam Bin Urwah (wafat 146 H)
-
Abu Huzail Muhammad Bin Al-Walid
(wafat 149 H)
-
Muhammad Abdullah Bin Amr (wafat 242
H)
f.
Al Hakim
Galar
bagi orang yang paling tinggi derajat dalam ilmu hadist, mengetahui sanad,
matan, ta’dil, takhrij rawi setiap rawi diketaui sejarah hidupnya
sertamenghafal lebih dari 300.000 hadist,. Yang mendapat gelar ini, antara lain
:
-
Ibnu Dinar (wahat 162 H)
-
Al-Lats Bin Saat (wafat 175 H)
g. Amirul Mukminin Fil Hadist
Gelar
yang paling tinggi, gelar ini sebenarnya diberikan kepada Khalifah Abu Bakar
Ash-Shiddiq r.a., dan gelar ini diberikan khusus hanya pada khalifah, karena
nabi pernah mengatakan bahwa khalifah ialah orang yang sepeninggal Nabi
mriwayatkan hadist. Jadi para muhaddisin seolah-olah berfungsi sebagai khalifah
dalam menyampaikan sunnah.
Imam
yang mendapat gelar ini yaitu :
-
Syu’ban bin Al-Hajjah (wafat 161 H)
-
Sofyan Ats-Tsauri (wafat 161 H)
-
Malik bin Anas (wafat 179 H)
-
Bukhari (wafat 256 H)
5. Macam-macam Riwayat
a. Riwayat Al-Agran Wa Nudabbaj
Yaitu
apabila seorang rawi, meriwayatkan sebuah hadist dari kawannnya yang sebaya
umurnya, sekawan, seperguruan atau sama 25 belajar dari seorang guru disebut
“Al-Agran”. Riwayat mudabbaj yaitu apabila masing-masing teman tadi saling
meriwayatkan.
b. Riwayat Al-Akabir Ani Al-Ashaghir
Yaitu
periwayatan hadist seorang rawi yang lebih tua usianya atau lebih banyak
ilmunya dari yang rendah usianya/sedikitt ilmunya yang diperoleh dari seorang
guru.
c. Riwayat As-Sabiq Wa Riwayatu
Al-Lahig
Yaitu
apabila 2 orang rawi pernah bersama-sama menerima hadist dari seorang guru
kemudian seorang dari padanya meninggal dunia maka riwayat yang disampaikan
oleh rawi yang meninggal dunia dahulu disebut As-Sabig. Sedangkan yang
disampaikan oleh orang terakhir meninggal disebut riwayat Al-Lahig.
d. Riwayat Wihdan
Di
antara para perawi hadist ada yang hanya seorang saja muridnya, yang menerima
hadist, karena itulah riwayat ini kurang dikenal. Faedah mengetahui hadist ini
supaya lebih jelas karena yang tidak terkenal itu bukan shahabi, maka itulah
hadist ini tidak dapat diterima.
6. Macam-macam Cara Menerima Riwayat
Menurut Prof. Dr. T. M. Hasbi
Ash-Shiddiqi mengemukakan 8 macam cara menerima riwayat, yaitu :
1) Sama’ Min Lafdhi Al-Syekh
Yakni
mendengarkan langsung sendiri dari perkataan gurunya, baik didiktekan maupun
tulisan.
2) Al-Qiraah Alasy Syaikhi
Yaitu
si pembaca menyuguhkan hadisnya ke hadapan guru baik ia membaca maupun orang
lain yang membacanya, sedang ia sendiri mendengarkannya.
3) Ijazah
Yaitu
pemberian izin dari seseorang kepada orang lain untuk meriwayatkan hadis dari
padanya kepada kitab-kitabnya.
4) Munawalah
Yaitu
seorang guru memberikan sebuah naskah asli kepada muridnya yang sudah
dikoreksinya untuk diriwayatkan.
5) Mukatabah
Yaitu
seorang guru menulis sendiri hadisnya kemudian menyuruh orang lain menulis
beberapa hadis dari orang lain di tempat lain.
6) Wijjah
Yaitu
memperoleh tulisan hadis orang lain yang tidak diriwayatkannya baik dengan
lafadh maupun sindiran dari pemilik hadis/pemilik tulisan
7) Washiyah
Yaitu
seseorang di waktu akan mati/bepergian dengan sebuah kitab supaya diriwayatkan.
8) Ilham
Adalah
pemberitahuan guru kepada muridnya bahwa hadis yang diriwayatkan itu adalah
riwayatnya sendiri yang diterima dari seorang guru dengan tidak mengatakan atau
menyuruh agar si murid meriwayatkannya.
7. Cara Sahabat Menerima Hadist dari
Rasulullah SAW
Yaitu
apabila sahabat berkata :
Þ “Saya
mendengar Rasulullah SAW ..............”
Þ “Rasulullah
mengkhabarkan kepadaku ..............”
Þ Rasulullah
menceritakan kepadaku ..............”
Þ Rasulullah
menerangkan kepadaku ..............”
Þ Aku
lihat Rasulullah SAW berbuat ..............”
Jika
perantara dengan seorang sahabat, maka :
Þ Bersabda
Rasulullah SAW untuk ..............”
Þ Menyuruh
Rasulullah SAW ..............”
Þ Telah
melarang Rasulullah SAW ..............”
No comments:
Post a Comment