A.
FILSAFAT
SOSIAL, SOSIOLOGI MODERN DAN KOMUNIKASI
Pada
mulanya kajian tentang komunikasi ,apalagi ilmu komunikasi adalah sesuatu yang
tak pernah ada dalam khazanah ilmu pengetahuan.ketika pada mulanya semua
masalah manusia masih dalam kajian filsafat,maka komunikasi selain tidak
terpikirkan atau belum dipikirkan oleh manusia.
Pada
saat teori sosiologi sedang di bangun,minat terhadap ilmu pengetahuan meningkat
pesat.Hal itu terjadi tidak saja di perguruan tinggi,namun juga di masyarakat
pada umumnya.
1.
Sebelum
Yunani Kuno (sebelum + 600 SM)
Mistik adalah sebuah
fenomena fisika yang sebenarnya sudah di temukan oleh para mistikus pada ribuan
tahun lalu.sedangkan fenomena yang sama baru ditemukan oleh para fisikawan
modern saat ini.
Manusia memiliki
persoalan besar dengan kesadaran dan bahasanya,kesadaran manusia memiliki
persoalan dengan pikiran manusia,dimana dalam fisika modern dikatakan bahwa
pikiran manusia memiliki tangan dalam dunia objektif manusia. Bahwa pikiran
manusia bekerja berdasarkan kesadarannya
terhadap alam semesta yang ada,sementara kesadaran manusia memiliki
hubungan yang sangat terbatas dengan realitas subjektif dan realitas objektif.
Jadi,dengan demikian
persoalan mistik ini adalah sebuah rahasia allah yang sebenarnya oleh mistikus
sudah dapat di ungkapkan sejak ribuan tahun lalu. Akan tetapi dalam sains
modern saat ini mistik naru mulai menjadi perdebatan ketika fenomena mistik
mulai dapat diungkapkan oleh ilmuwan sains modern.
Sains barat yang banyak
dipengaruhi oleh positivism tidak pernah mengakui pengetahuan manusia yang
diperoleh dari “kebatinan” dan kesadaran yang condong konstruktif sebagai
sebuah sains.
Kehidupan manusia
sebelum lahirnya pradaban yunani kuno,benar-benar dipengaruhi oleh
mistik,sehingga mistikus yang terdiri dari para orang pintar,elit masyarakat,orang
kuat adalah pemegang kekuasaan tertinggi di masyarakat.
2.
Yunani
Kuno (+ 600 SM )
Pada periodisasi
sekitar + 600 SM periode ini ditandai oleh pergeseran pemikiran dari mitos ke
logos.
Mengacu pada Adian
(2002 : 7), bahwa pada masa ini,filsuf-filsuf alam mulai mencari penjelasan
rasional atau prinsip dasar yang melandasi gejala-gejala alam berselubung kabut
nistis. Para filsuf alam mulai menyibukkan diri dengan pertanyaan tentang asas
pertama (arkhe) dan prinsip yang mengatur alam semesta.
3.
Abad
Pertengahan (300 SM )
Menurut Adian (2002 : 9),
pemikiran filsuf pada abad ini kehilangan otonominya. Pemikiran abad pertengahan
bercirikan teosentris ( berpusat pada kebenaran wahyu tuhan ). Para filsuf
rohaniawan seperti Thomas Aquinas (1225-1274) dan St. Bonaventura (1221-1257)
adalah rohaniawan-rohaniawan yang hendak merekonsiliasi akal dan wahyu.
4.
Filsafat
Modern (Abad 17-19)
Kurang lebih sepuluh
abad lamanya pemikirab filsuf dan ilmu pengetahuan berdasarkan rasio direpresi
oleh kebenaran teologis yang berdasarkan iman. Kecenderungan ini biasa disebut fideisme, ketaatan buta pada iman.
Munculnya renaisans tidak bias dilepaskan begitu
saja dari sumbangan para filsuf islam dan menerjemahkan karya-karya klasik
yunani kedalam bahasa arab. Karya-karya terjemahan itulah yang nantinya
dipelajari oleh dunia barat hingga menimbulkan suatu gerakan reformasi yang
dinamakan Renaisans.
5.
Positivisme
( Abad ke-20 )
Pada bagian lain Adian
(2002 : 12 ) mengatakan pandangan dunia empirisme yang objektif dalam memandang
pengetahuan tersebut mengalami puncaknya pada aliran filsafat yang dikenal
dengan nama positivisme. August Comte (1798-1857 ) adalah filsuf yang memolopori
kemunculan aliran filsafat ini. Comte jugalah yang menciptakan istilah
“sosiologi” sebagai disiplin ilmu yang mengkaji masyarakat secara ilmiah.
Positivism memiliki
pengaruh yang amat kuat terhadap berbagai disiplin ilmu bahkan sampai dewasa
ini.
6.
Alam
Simbolis
Positivism telah
mereduksi kekayaan pengalaman manusia menjadi fakta-fakta empiris. Prinsip
bebas nilai positivism telah membuat ilmuwawaaaaaan menjadi robot-robot tak
berperasaan. Positivism telah mengakibatkan keringnya semestadari kekayaan
batin yang tak terhingga, semesta telah didesakralisasi.
7.
Posmodernisme
Adian (2002 :13)
mengatakan selain keenam tahapan tersebut dewasa ini berkembang suatu atmosfer
pemikiran paling mutakhir yang sering disebut orang posmodernisme.
Dunia menurut
baudrillard didominasi oleh”simulacrum”. Ini adalah konsep yang diperkenalkan
baudrillard yang mewakili tiada lagi batas antara yang nyata dan yang semu.
Dunia telah menjadi dunia imajiner. Baudrillard memberi contoh Disneyland.
Disneyland adalah suatu dunia imajiner dimana segala sesuatunya bersifat futuristik,
mimpi-mimpi. Disneyland telah menjadi bius bagi sebagian besar konsumen kelas menengah
sehingga selalu dijejali orang sepanjang tahunnya.
B.
SOSIOLOGI
MODERN
Persoalan manusia pada
akhirnya diatasi filsafat melalui pendekatan filsafat social yang kemudian
mampu menjawab persoalan-persoalan: liberalisme,
sosialisme, komunalisme dan welfare liberalism.
Namun untuk menjawab persoalan-persoalan kemasyarakatan lainnya yang lebih
konkret, filsafat sosial mengalami hambatan metodologis. Karena itu banyak
persoalan masyarakat tidak bias lagi diatasi oleh filsafat social yang sifat
pendekatannya abstrak dan tidak konkret. Masyarakat membutuhkan jalan keluar dari
permasalahan kehidupan mereka yang serba spesifik dan konkret. Dengan
demikkian, manusia membutuhkan ilmu pengatahuan yang menjembatani filsafat dan
manusia. Karena itu lahirlah sosiologi sebagai jalan keluar untuk membantu manusia
memecahkan persoalan masyarakat.
Manusia mulai cenderung
menghentikan penelitian terhadap kecenderungan penyebab absolut (tuhan atau
alam ) dan memusatkan perhatian pada pengamatan terhadap alam fisik dan dunia
social guna mengetahui hukum-hukum yang mengaturnya. Sekulerisme pengetahuan
manusia mulai terlhat secara jelas dengan memisahkan apa yang terjadi pada
manusia dengan unsure yang menciptakan mereka. Seperti contohnya terlihat dalam
teori tentang dunia.
C.
LAHIRNYA
SOSIOLOGI KOMUNIKASI
Asal mula kajian
komunikasi dalam sosiologi bermula dari akar tradisi pemikiran Karl Marx, di
mana Marx sendiri adalah masuk sebagai pendiri sosiologi yang beraliran jerman
sementara Claude Henri Saint-Simon, August Comte, dan Emile Durkheim merupakan
nama-nama para ahli sosiologi yang beraliran Perancis.
Sosiologi sejak semula
telah menaruh perhatian pada masalah-masalah yang ada hubungam dengan interaksi
social antara seseorang dan orang lainnya. Apa yang disebutkan oleh Comte
dengan “social dynamic”, “kesadaran kolektif” oleh Durkheim, dan “interaksi social” oleh Marx serta “tindakan komunikatif” dan “teori komunikasi” oleh Habermas adalah
awal mula lahirnya perspektif sosiologi.
Saat ini perspektif
teoritis mengenai sosiologi komunikasi bertumpu pada fokus kajian sosiologi
mengenai interaksi sosial dan semua aspek yang bersentuhan dengan fokus kajian
tersebut. Narwoko dan Suyanto (2004: 16) mengatakan bahwa kajian tentang
interaksi diisysratkan adanya fungsi-fungsi komunikasi yang lebih dalam, seperti
adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial terjadi tidaklah
semata-mata tergantung tindakan tersebut, sedangkan aspek penting dari
komunikasi adalah bila seseorang memberikan tafsiran pada sesuatu atau pada
perikelakuan orang lain. Dalam komunikasi juga persoalan makna menjadi sangat
penting ditafsirkan oleh seseorang yang mendapat informasi (pemberitaan )
karena makna yang dikirim oleh komunikator (receiver) dan penerima informasi
(audience ) menjadi sangat subjektif dan ditentukan oleh konteks sosial ketika
informasi itu disebar dan diterima.
No comments:
Post a Comment