SEJARAH PENYAKIT
1. Sejarah dari Penyakit
Dalam
anamnesa biasanya akan di dapatkan riwayat adanya salah seorang anggota
keluarga laki-laki yang menderita penyakit yang sama yaitu adanya perdarahan
abnormal. Beratnya perdarahn bervariawsia akan tetapi biasanya beratnya
perdarahan itu sama dalam satu keluarga. Sering perdarahan akibat sirkulasi
adalah manifestasi pertama pada seseorang menderita hemofili. Oleh karena
perdarahan dimulai sejak kecil sehingga haemarhtros ( sebagai akibat jatuh pada
saat kelenjar berjalan yang menyebabkan perdarahan sendi merupakan gejala yang
paling sering dijumpai dari penderita hemofili ini.
BUTA WARNA
1.
Pengertian
Buta Warna
Buta
warna adalah suatu kelainan yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut mata untuk menangkap suatu
spektrum warna tertentu akibat faktor
genetis.
Buta
warna merupakan kelainan genetik / bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada
anaknya, kelainan ini sering juga disebaut sex linked, karena kelainan ini
dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y
tidak membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita
buta warna pada laki dan wanita. Seorang wanita terdapat istilah 'pembawa
sifat' hal ini menujukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta warna.
Wanita dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami kelalinan buta warna
sebagaimana wanita normal pada umumnya. Tetapi wanita dengan pembawa sifat
berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya kelak. Apabila pada
kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka seorang wanita tsb menderita
buta warna.
Saraf
sel di retina terdiri atas sel batang yang peka terhadap hitam dan putih, serta
sel kerucut yang peka terhadap warna lainnya. Buta warna terjadi ketika syaraf
reseptor cahaya di retina mengalami perubahan, terutama sel kerucut.
2. Klsifikasi
Buta Warna
Buta warna sendiri dapat
diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu trikromasi, dikromasi dan monokromasi.
Buta warna jenis trikomasi adalah perubahan sensitifitas warna dari satu jenis
atau lebih sel kerucut. Ada tiga macam trikomasi yaitu:
a.
Protanomali yang merupakan kelemahan warna
merah,
b.
Deuteromali
yaitu kelemahan warna hijau,
c.
Tritanomali (low blue) yaitu kelemahan warna biru.
Jenis buta warna inilah
yang paling sering dialami dibandingkan jenis buta warna lainnya.
b.
protanopia
yaitu tidak adanya sel kerucut warna merah sehingga kecerahan warna merah dan
perpaduannya berkurang,
c.
deuteranopia
yaitu tidak adanya sel kerujut yang peka terhadap hijau, dan
d.
tritanopia
untuk warna biru.
Sedangkan monokromasi
ditandai dengan hilangnya atau berkurangnya semua penglihatan warna, sehingga
yang terlihat hanya putih dan hitam pada jenis typical dan sedikt warna pada
jenis atypical. Jenis buta warna ini prevalensinya sangat jarang.
3.
Penyebab Buta Warna
Buta warna
adalah tidak berfungsinya sel yang
sensitive dengan warna dilapisan retina mata. Retina adalah lapisan saraf yang
meneruskan rangsangan cahaya dan mengirimkan ke otak. Seseorang yang menderita
buta warna mendapat kesulitan dalam membedakan merah,hijau,biru atau campuran
berbagai warna.
Penyebab
buta warna banyak disebabkan karena bawaan sejak lahir (buta warna turunan).ada
juga yang disebabkan oleh karena umur atau kecelakaan (buta warna akibat) .
buta warna turunan jauh lebih banyak didapat pada laki-laki dibanding wanita
4.
Gejala dari Buta Warna
Gejala
buta warna sangat beragam. Pada beberapa orang yang buta warna ringan sangat
sulit dibedakan dengan orang yang tidak buta warna . tapi pada orang yang buta
warna berat sangat mudah dibedakan dengan orang yang tidak buta warna. ada
beberapa orang yang buta warna disebabkan tidak dapat melihat warna merah saja
atau hijau saja atau biru saja itu semua disebut buta warna ringan tetapi jika
ada orang yang tidak bisa melihat atau membedakan warna merah + hijau atau
merah +biru atau juga merah+hijau+biru itu disebut buta warna berat.
5.
Cara Mendeteksi Apakah
Anda buta Warna.
ini
ada contoh test buta warna /various tests for color blindness.
HEMOFILIA
- Pengertian
Hemofilia
Hemofilia adalah kelainan genetik pada darah yang
disebabkan adanya kekurangan faktor pembekuan darah. Hemofilia A timbul jika
ada kelainan pada gen yang menyebabkan kurangnya faktor pembekuan VIII (FVII).
Sedangkan, hemofilia B disebabkan kurangnya faktor pembekuan IX (FIX).
Hemofilia A dan B tidak dapat dibedakan karena mempunyai tampilan klinis yang
mirip dan pola pewarisan gen yang serupa.
Hemofilia adalah salah satu penyakit genetik tertua yang pernah
dicatat.[1] kelainan perdarahan yang diturunkan
yang terjadi pada seorang laki-laki tercatat dalam berkas Talmud pada Abad Kedua.[1] Sejarah modern dari
hemofilia dimulai pada tahun 1803 oleh John Otto yang menerangkan adanya
anak yang menderita hemofilia.[1] Pada tahun 1820, untuk
pertama kalinya dilakukan ulasan tentang hemofilia oleh Nasse.[1] Pembuktian adanya
kecacatan pada proses pembekuan darah pada hemofilia dilakukan oleh Wright pada
tahun 1893.[1] Namun, faktor VIII
(FVIII) belum teridentifikasi hingg tahun 1937 ketika Patek dan Taylor berhasil mengisolasi
faktor pembekuan dari darah, yang saat itu disebut
sebagai faktor antihemofilia (AHF).[1]
Suatu bioasai dari faktor VIII
diperkenalkan pada tahun 1950. Walaupun hubungan antara FVIII dan faktor von Willbrad (vWF) telah diketahui,
namun hal ini tidak disadari saat itu. Pada tahun 1953, kurangnya faktor VIII
pada pasien dengan defisiensi vWF pertama kali dijelaskan. Penelitian
berikutnya oleh Nilson dan kawan-kawan
mengindikasikan adanya interaksi antara 2 faktor pembekuan sebelumnya.
Pada tahun 1952, penyakit christmas pertama kali
dideskripsikan dan nama penyakit tersebut diambil dari nama keluarga pasien
pertama yang diteliti secara menyeluruh. Penyakit ini sangat berbeda dari
hemofilia karena pencampuran plasma pasien penyakit christmas dengan plasma
pasien hemofilia menormalkan masa pembekuan (clotting time/CT)
karena itu hemofilia A dan B kemudian dibedakan.
Pada awal tahun 1960an, kriopresipitat adalah konsentrat yang
pertama kali ada untuk terapi hemofilia. pada tahun 1970an, lyophilized
intermediate-purity concentrates atau konsentrat murni
liofil menengah pertama kali dibuat dari kumpulan darah donor. sejak saat itu
terapi hemofilia secara dramatis berhasil meningkatkan harapan hidup
penderitanya dan dapat memfasilitasi mereka untuk pembedahan dan perawatan di
rumah
Pada
tahun 1980an, risiko tertular penyakit yang berasal dari konsentrat FVII
pertamakali diketahui. kebanyakan pasien dengan
hemofilia berat terinfeksi oleh penyakit hepatitis B dan hepatitis C. pada akhir tahun
1980an hampir semua pasien hemofilia berat terinfeksi hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C dan HIV. teknik virisidal terbaru kemudian
ditemukan dan efektif membunuh virus-virus tersebut. standar terbaru
tatalaksana hemofilia sekarang menggunakan konsentrat FVIII rekombinan sehingga
dapat menghilangkan risiko tertular virus
- Gejala
dari Penyakit Hemofilia.
Anak Anda sering mengalami perdarahan
yang disertai nyeri, terutama di bagian sendi dan otot? Apakah sendi dan otot
itu terlihat bengkak, nyeri bila disentuh dan digerakkan? Jika Anda menjawab ya
atas pertanyaan-pertanyaan itu, maka Anda layak bersikap waspada. Jangan anggap
remeh gejala-gejala pada anak Anda itu. Sebab, boleh jadi, ia
menderitahemofilia.
Hemofilia
adalah penyakit berupa kelainan pembekuan darah akibat defisiensi (kekurangan)
salah satu protein yang sangat diperlukan dalam proses pembekuan darah. Protein
ini disebut faktor pembekuan darah. Pada hemofilia berat, gejala dapat terlihat
sejak usia sangat dini (kurang dari satu tahun) di saat anak mulai belajar
merangkak atau berjalan. Pada hemofilia sedang dan ringan, umumnya gejala
terlihat pada saat dikhitan, gigi tanggal, atau tindakan operasi.
Hemofilia
diturunkan melalui kromoson X secara resesif. Karena itu, hemofilia umumnya
diderita oleh anak laki-laki. Penyakit ini tidak dipengaruhi oleh ras,
geografi, maupun kondisi sosial ekonomi. Saat ini diperkirakan terdapat 350.000
penduduk dunia yang mengidap hemofilia.
Di
Indonesia, Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia (HMHI) memperkirakan
terdapat sekitar 200 ribu penderita. Namun, yang ada dalam catatan HMHI hanya
895 penderita. Hemofilia, menurut dr Djajadiman Gatot SpA (K), memiliki dua
tipe, yakni tipe A dan B. Hemofilia A terjadi akibat kekurangan faktor antihemofilia
atau faktor VIII. Sedangkan hemofilia B muncul karena kekurangan faktor IX.
Dari
kedua jenis ini, hemofilia A lebih sering dijumpai ketimbang hemofilia B.
Meskipun demikian, gejala klinik dari kedua jenis hemofilia ini sama. Penderita
mengalami perdarahan yang sukar berhenti, lebam-lebam, nyeri sendi serta otot
karena perdarahan.
Penyakit
hemofilia, jelas dokter spesialis anak dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia dan Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM)
ini, diturunkan secara sex-linked recessive. Karena defeknya terdapat pada
kromosan X, maka biasanya perempuan merupakan pembawa sifat (carrier),
sedangkan laki-laki sebagai penderita.
Jadi
bisa dikatakan, hemofilia merupakan penyakit turunan, dan bukan penyakit menular.
Seseorang bisa mengidap hemofilia karena mewarisi gen hemofilia dari orang
tuanya. Bisa saja seseorang mengidap hemofilia bukan karena faktor keturunan,
tapi karena terjadi kerusakan, perubahan, atau mutasi pada gen yang mengatur
produksi faktor pembekuan darah. Ini terjadi pada sekitar 30 persen penderita.
- Pengobatan Penyakit Hemofilia
Pada dasarnya, pengobatan hemofilia
ialah mengganti atau menambah faktor antihemofilia yang kurang. Namun, langkah
pertama yang harus diambil apabila mengalami perdarahan akut adalah melakukan
tindakan RICE (Rest, Ice, Compression, Evaluation) pada lokasi perdarahan untuk
menghentikan atau mengurangi perdarahan. Tindakan tersebut harus dikerjakan,
terutama apabila penderita jauh dari pusat pengobatan, sebelum pengobatan
definitif dapat diberikan.
Karena penderita hemofilia mengalami
defisiensi (kekurangan) faktor pembekuan darah, maka pengobatannya berupa
pemberian tambahan faktor pembekuan darah atau terapi pengganti. Penderita
hemofilia A memerlukan tambahan faktor VIII, sedangkan penderita hemofilia B
memerlukan tambahan faktor IX.
Saat ini, pemberian faktor VIII dan
faktor IX untuk penderita hemofilia semakin praktis. Faktor VIII atau faktor IX
telah dikemas dalam bentuk konsentrat sehingga mudah untuk disuntikkan dan
menunjang home therapy (terapi mandiri). Perdarahan akan berhenti bila
pemberian faktor VIII atau faktor IX mencapai kadar yang dibutuhkan. Masih
terkait dengan pengobatan hemofilia, Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia
memberikan beberapa saran, yaitu:
* Segera obati bila terjadi perdarahan.
Pada umumnya, penderita hemofilia dapat merasakan suatu sensasi (nyeri atau seperti urat ditarik) di lokasi yang akan mengalami perdarahan. Dalam keadaan ini, pengobatan dapat segera dilakukan, sehingga akan menghentikan perdarahan, mengurangi rasa sakit, dan mengurangi risiko terjadinya kerusakan sendi, otot, maupun organ lain. Makin cepat perdarahan diobati, makin sedikit faktor VIII atau faktor IX yang diperlukan untuk menghentikan perdarahan.
Pada umumnya, penderita hemofilia dapat merasakan suatu sensasi (nyeri atau seperti urat ditarik) di lokasi yang akan mengalami perdarahan. Dalam keadaan ini, pengobatan dapat segera dilakukan, sehingga akan menghentikan perdarahan, mengurangi rasa sakit, dan mengurangi risiko terjadinya kerusakan sendi, otot, maupun organ lain. Makin cepat perdarahan diobati, makin sedikit faktor VIII atau faktor IX yang diperlukan untuk menghentikan perdarahan.
* Bila ragu-ragu, segera obati.
Kadangkala pada penderita hemofilia terjadi gejala yang tidak jelas: perdarahan atau bukan? Bila ini terjadi, jangan ditunda-tunda, segera berikan faktor VIII dan faktor IX. Jangan ditunggu sampai gejala klinik yang lebih jelas timbul, seperti rasa panas, bengkak, dan nyeri.
Kadangkala pada penderita hemofilia terjadi gejala yang tidak jelas: perdarahan atau bukan? Bila ini terjadi, jangan ditunda-tunda, segera berikan faktor VIII dan faktor IX. Jangan ditunggu sampai gejala klinik yang lebih jelas timbul, seperti rasa panas, bengkak, dan nyeri.
*
Sampai saat ini, belum ada terapi yang dapat menyembuhkan hemofilia, namun
dengan pengobatan yang memadai penderita dapat hidup sehat. Tanpa pengobatan
yang memadai, penderita hemofilia — terutama hemofilia berat — berisiko besar
mengalami kecacatan. Penderita bisa mengalami kemuduran fisik dan kesulitan
melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berjalan atau bahkan meninggal dalam
usia sangat muda.
- Terapi.
Terapi
akibat perdarahan akut adalah pemberian F VIII. Sekarang sudah ada F VIII yang
dapat di berikan secara intra vena, dan apabila tidak mempunyai F VIII maka
dapat di berikan kriopresipitat (plasma yang didinginkan) atau di berikan
transfusi darah segar.
No comments:
Post a Comment