BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Infertilitas
atau kemandulan merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi yang sering
berkembang menjadi masalah sosial karena pihak istri selalu dianggap sebagai
penyebabnya. Akibatnya wanita sering terpojok dan mengalami kekerasan,
terabaikan kesehatannya, serta diberi label sebagai wanita mandul sebagai
masalah hidupnya (Aprillia, 2010).
Infertilitas
disebut juga subfertilitas dan dapat didefinisikan sebagai ketidak mampuan
pasangan untuk mengandung secara spontan. Lama waktu pasangan untuk mencoba
mendapat kehamilan sangat penting, dan biasanya dianggap sebagai masalah jika
mereka belum mendapat kehamilan setelah mereka melakukan hubungan seksual,
tanpa pelindung selama satu tahun (Brooker, 2008). Infertilitas primer adalah
keadaan di mana seorang istri belum pernah hamil walaupun bersenggama dan
dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan (Prawirohardjo, 1999).
Banyak
faktor yang menyebabkan pasutri sulit untuk hamil setelah kehidupan seksual
normal yang cukup lama. Banyak pasutri yang memilih bercerai karena salah satu
dari mereka tidak dapat memberi keturunan. Ancaman terjadinya perceraian ini
mencapai 43% dari masalah dalam sebuah pernikahan yang ada. Mereka beranggapan
bahwa peran mereka sebagai orang tua tidak sempurna tanpa kehadiran seorang
anak dalam kehidupan perkawinannya. Pada umumnya faktor-faktor organik
Universitas Sumatera Utara atau fisiologik yang menjadi sebab. Akan tetapi,
sekarang telah menjadi pendapat umum bahwa ketidakseimbangan jiwa dan ketakutan
yang berlebihan (emotional stress) dapat pula menurunkan kesuburan wanita
(Prawirohardjo, 2005)
Infertilitas
tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja, seperti dikemukakan bahwa
suami sebaiknya diperiksa lebih dahulu dan dinyatakan sehat jasmani dan rohani,
karena kehamilan dapat terjadi apabila suami benar-benar sehat dan kemampuan
menunaikan tugas dengan baik, suami menyumbang 40% dari angka kejadian
infertil, sedangkan sisanya ada pada istri. Pada wanita dikemukakan beberapa
sebab infertilitas idiopatik, artinya semua keadaan fisik dan reproduksinya
baik tetapi pasangan tersebut belum dapat hamil (Manuaba, 1999). Pendidikan
agama yang terlampau kolot, yang menganggap segala yang berhubungan dengan seks
itu tabu dan prifasi sehingga tidak layak untuk dibicarakan (Prawirohardjo,
2005).
B. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui penyebab dari infertilitas
2. Mengetahui pencegahan serta pengobatan
infertilitas
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari infertilitas ?
2. Apa faktor-faktor penyebab infertilitas ?
3. Bagaimana cara pencegahan serta pengobatan
infertilitas ?
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Infertilitas atau kemandulan merupakan
salah satu masalah kesehatan reproduksi yang sering berkembang menjadi masalah
sosial karena pihak istri selalu dianggap sebagai penyebabnya. Akibatnya wanita
sering terpojok dan mengalami kekerasan, terabaikan kesehatannya, serta diberi
label sebagai wanita mandul sebagai masalah hidupnya (Aprillia, 2010).
Fertilitas ialah kemampuan seorang isteri
untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu
menghamilkannya. Jadi, fertilitas adalah fungsi satu pasangan yang sanggup
menjadikan kehamilan dan kelahiran anak hidup. (Sarwono Prawirohardjo, 2009)
Disebut infertilitas primer kalau istri
belum perna hamil walaupun bersenggama dan dihadapkan kepeda kemungkinan
kehamilan selama 12 bulan. Disebut infertilitas sekunder kalau istri perna
hamil, akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama
dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan (Sarwono
Prawirohardjo, 2009)
B. JENIS-JENIS INFERTILITAS
Djuwanto,
dkk., (2008) mengemukakan bahwa secara medis, infertilitas dibagi menjadi 2
jenis, yaitu:
1. Infertilitas primer
Berarti
pasangan suami-istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak setelah 1 tahun
berhubungan seksual sebanyak 2—3 kali per minggu tanpa menggunakan alat
kontrasepsi dalam bentuk apapun.
2. Infertilitas sekunder
Berarti
pasangan suami-istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya, tetapi saat
ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak
2—3 kali per minggu tanpa menggunakan alat atau metode kontrasepsi dalam bentuk
C. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB INFERTILITAS
Pada
wanita
a. gangguan organ reproduksi
1. Infeksi
vagina menyebabkan meningkatnya
keasaman vagina yang
akan membunuh sperma, dan pengkerutan vagina akan menghambat
transportasi sperma ke vagina.
2. Kelainan
pada serviks akibat
defesiensi hormon esterogen
yang mengganggu pengeluaran mukus
serviks. Apabila mukus sedikit di serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim
terganggu. Selain itu, bekas operasi pada serviks yang
menyisakan jaringan parut juga
dapat menutup serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke
rahim.
3. Kelainan
pada uterus, misalnya
diakibatkan oleh malformasi
uterus yang mengganggu pertumbuhan
fetus, mioma uteri
dan adhesi uterus
yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk perkembangan
fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang.
4. Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang
mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan
sperma tidak dapat bertemu.
b. Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi
ini dapat terjadi
karena ketidakseimbangan hormonal seperti adanya
hambatan pada sekresi hormone FSH
dan LH yang
memiliki pengaruh besar terhadap
ovulasi. Hambatan ini
dapat terjadi karena
adanya tumor cranial, stress, dan pengguna obat-obatan yang menyebabkan
terjadinya disfungsi hiotalamus dan
hipofise. Bila terjadi
gangguan sekresi kedua hormone
ini, Maka folikel
mengalami hambatan untuk
matang dan berakhir pada gangguan ovulasi.
c. Kegagalan implantasi
Wanita dengan
kadar progesteron yang
rendah mengalami kegagalan dalam mempersiapkan endometrium
untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak
berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah
abortus.
d. Endometriosis
Wanita dengan
kadar progesteron yang
rendah mengalami kegagalan dalam mempersiapkan endometrium
untuk nidasi. Setelah terjadi pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak
berlangsung baik. Akibatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah
abortus.
e. Faktor immunologis
Apabila
embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu memberikan reaksi
sebagai respon terhadap
benda asing. Reaksi
ini dapat menyebabkan abortus
spontan pada wanita hamil.
f. Lingkungan
Paparan
radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia, dan pestisida
dapat menyebabkan toxic
pada seluruh bagian
tubuh termasuk organ reproduksi
yang akan mempengaruhi kesuburan.
Pada
laki-laki
a. Bentuk dan gerakan sperma yang tidak
sempurna
Sperma harus
berbentuk sempurna serta
dapat bergerak cepat
dan akurat menuju ke
telur agar dapat
terjadi pembuahan. Bila
bentuk dan struktur (morfologi) sperma tidak normal atau
gerakannya (motilitas) tidak sempurna sperma tidak dapat mencapai atau menembus
sel telur.
b. Konsentrasi sperma rendah
Konsentrasi
sperma yang normal adalah 20 juta sperma/ml semen atau lebih. Bila 10
juta/ml atau kurang
maka menujukkan konsentrasi
yang rendah (kurang subur).
Hitungan 40 juta sperma/ml atau lebih berarti sangat subur. Jarang sekali
ada pria yang
sama sekali tidak
memproduksi sperma.
Kurangnya konsentrasi sperma
ini dapat disebabkan
oleh testis yang kepanasan (misalnya
karena selalu memakai
celana ketat), terlalu
sering berejakulasi (hiperseks), merokok, alkohol dan kelelahan.
c. Tidak ada semen
Semen
adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju vagina. Bila tidak
ada semen maka
sperma tidak terangkut
(tidak ada ejakulasi). Kondisi ini
biasanya disebabkan penyakit
atau kecelakaan yang memengaruhi tulang belakang.
d. Varikosel
Varikosel adalah
varises atau pelebaran
pembuluh darah vena
yang berhubungan dengan testis.
Sebagaimana diketahui, testis
adalah tempat produksi dan
penyimpanan sperma. Varises yang disebabkan kerusakan pada sistem katup
pembuluh darah tersebut membuat pembuluh darah melebar dan mengumpulkan darah.
Akibatnya, fungsi testis
memproduksi dan menyalurkan
sperma terganggu.
e. Testis tidak turun
Testis
gagal turun adalah kelainan bawaan sejak lahir, terjadi saat salah satu
atau kedua buah
pelir tetap berada
di perut dan
tidak turun ke
kantong skrotum. Karena suhu
yang lebih tinggi
dibandingkan suhu pada
skrotum, produksi sperma mungkin terganggu
f. Kekurangan hormon testosteron
Kekurangan hormon
ini dapat memengaruhi
kemampuan testis dalam memproduksi sperma.
g. Kelainan genetic
Dalam kelainan
genetik yang disebut
sindroma Klinefelter, seorang
pria memiliki dua kromosom X dan satu kromosom Y, bukannya satu X dan
satu Y. Hal ini menyebabkan pertumbuhan abnormal pada testis sehingga sedikit
atau sama sekali tidak memproduksi sperma. Dalam penyakit Cystic fibrosis,
beberapa pria penderitanya
tidak dapat mengeluarkan
sperma dari testis mereka, meskipun sperma tersedia dalam
jumlah yang cukup. Hal ini karena mereka
tidak memiliki vas
deferens, saluran yang
menghubungkan testis dengan
saluran ejakulasi.
h. Infeksi
Infeksi dapat
memengaruhi motilitas sperma
untuk sementara. Penyakit menular seksual seperti klamidia dan
gonore sering menyebabkan infertilitas karena menyebabkan skar yang memblokir
jalannya sperma.
i. Masalah seksual
Masalah
seksual dapat menyebabkan infertilitas, misalnya disfungsi
ereksi,ejakulasi prematur, sakit
saat berhubungan (disparunia).
Demikian juga dengan penggunaan
minyak atau pelumas
tertentu yang bersifat
toksik terhadap sperma.
j. Sumbatan di epididimis/saluran ejakulasi
Beberapa
pria terlahir dengan sumbatan di daerah testis
yang berisi sperma (epididimis) atau saluran ejakulasi. Beberapa pria
tidak memiliki pembuluh yang membawa sperma dari testis ke lubang penis.
k. Pencemaran lingkungan
Paparan polusi
lingkungan dapat mengurangi
jumlah sperma dengan
efek langsung pada fungsi testis dan sistem hormon. Beberapa bahan kimia
yang mempengaruhi produksi sperma antara lain: radikal bebas, pestisida (DDT,
aldrin, dieldrin, PCPs, dioxin, furan,
dll), bahan kimia plastik, hidrokarbon (etilbenzena, benzena, toluena, dan xilena), dan logam berat
seperti timbal, kadmium atau arsenik.
D. PENCEGAHAN
1. Hentikan
kebiasaan merokok, mengkonsumsi
obat-obatan terlarang atau minum-minuman beralkohol.
2. Mengurangi mengkonsumsi
minuman berkafein, karena
dapat mengganggu kesuburan
3. Jaga keseimbangan berat badan, jangan
terlalu gemuk dan jangan terlalu kurus.
4. Jangan stress berlebihan.
5. Periode bulanan tidak teratur, segerahlah
konsultasikan dengan dokter ahli.
6. Jika merasa ada yang tidak beres dengan
tubuh atau bagian vital, langsung periksakan ke dokter
E. PENGOBATAN INFERTILITAS
1. Pemeriksaan Pasangan Infertil
Sekitar 1
dari 5 pasangan
akan hamil dalam
1 tahun pertama
pernikahan dengan senggama yang normal dan teratur.
a. Pemeriksaan Pasangan Infertil
1. Riwayat penyakit dan pemeriksaan
Pemeriksaan awal
dari pasangan infertil
mencakup riwayat penyakit, riwayat perkawinan
terdahulu dan sekarang
pemeriksaan terhadap masing-masing pasangan. Sungguh baik jika
pertama kali pasangan diperiksa bersama-sama,
karena dokter yang
memeriksa akan dapat
menilai interaksi mereka, untuk pemeriksaan berikutnya lebih
baik dinilai sendiri-sendiri.
2. Analisis Sperma
Analisis sperma
harus dilakukan pada
tahap awal, contoh
sperma dikumpulkan dalam plastic
atau dalam wadah
gelas, tidak boleh
pakai karet kondom, kemudian
harus dikirim ke
laboratorium dalam masa
dua jam dari ejakulasi. Tidak
adanya semen dalam
didalam dua atau
lebih contoh semen merupakan indikasi untuk pemeriksaan
ulang. Tiadanya fruktosa didalam
contoh semen menjadi
petunjuk tiadanya vesikula dan
vasa seminalis yang bersifat congenital, ini menjadi patokan bahwa pemeriksaan
fungsi testis berikutnya tidak ada gunanya. Apabila frukosa dalam contoh semen
ada, maka perlu dilakukan biopsi testis.
3. Uji Pasca Senggama (UPS)
Apabila telah
diyakini bahwa analisis
spermanya normal, maka
UPS bisa dijadwalkan. Ini
akan memperlihatkan apakah
semen sudah terpancar dengan baik ke puncak vagina selama
senggama.UPS dilakukan sekitar
2-3 hari sebelum
perkiraan ovulasi. Pasien diminta dating
2-8 jam setelah
senggama normal. Getah
servik dihisap dari kanal endoserviks yang pada tahap ini
harus banyak dan bening. Pemeriksaan dilakukan dengan
mikroskop. Jika dijumpai
20 sperma perlapang pandang,
harapan untuk kehamilan
cukup besar jika
1-20 sperma aktif per lapang
pandang. Uji ini harus dilakukan sekurang-kurangnya pada dua keadaan yang
terpisah, hasil negative bias disebabkan oleh teknik senggama.
4. Pembasahan dan Pemantauan Ovulasi
UPS dapat
menyingkirkan sebab infertilitas
suami, dan yang
sangat penting adalah apakah ovarium secara teratur menghasilkan ova.
Riwayat haid dapat
memberikan pegangan terhadap hal
ini. Ovulasi lebih mungkin
terjadi jika siklus haid berlangsung teratur dan dengan jumlah darah haid yang sedang untuk
jangka waktu 3-5 hari. Haid yang tak teratur dan sedikit menjadi partanda
siklus anovulatorik. Sebagian wanita merasakan nyeri pada satu sisi fossa
illiaka untuk 12-24 jam pada saat
ovulasi, dan hal
ini mungkin bersamaan
atau tanpa disertai pendarahan ringan
atau dengan suatu
peningkatan limbah vagina.
Matalgia prahaid menandakan adanya
suatu korpus luteum
yang aktif, artinya
ovulasi sebelumnya telah terjadi dalam siklus itu.
5. Uji Pakis
Di
bawah pengaruh estrogen, getah serviks yang dikeringkan pada obyek glass akan
mengalami kristalisasi dan menghasilkan suatu pola daun pakis yang cukup khas.
Ini terjadi antara hari ke-6 sampai hari ke-22 dari siklus haid dan kemudian
akan dihambat oleh progestron. Hambatan ini biasanya akan tampak pada hari
ke-23 hingga haid berikutnya. Menetapnya pola pakis setelah hari ke-23 ini
menunjukan bahwa ovulasi
tidak terjadi. Darah
dan semen juga
dapat menghambat pembentukan lukisan
pakis itu sehingga
hasil yang salah
sering dijumpai pada uji ini.
6. Suhu Basal Badan (SBB)
Pada beberapa
wanita, SBB meningkat
selama fase progesterone
dari siklus haid. Cara ini juga dapat menentukan apakah telah terjadi
ovulasi. SBB diambil setiap hari pada saat terjaga pagi hari, sebelum bangkit
dari tempat tidur, ataupun makan dan minum. Nilainya ditandai pada kertas
grafik. Jika wanita erovulasigrafik akan
memperlihatkan pola bifasik
yang khas (tipikal). Meskipun
grafik bifasik berarti bahwa ovulasi telah terjadi, suatu grafik monofasik
belum memastikan bahwa ovulasi tidak terjadi. SBB bisa
dipakai untuk menentukan
kemungkinan hari ovulasi, sehingga senggama bias diarahkan
sekitar saat itu. Dalam praktek penggunaan SBB
tidak selalu mudah
untuk dipercaya (seperti
umumnya sebagian besar pasien di Negara kita).
7. Sitologi vagina atau endoserviks
Epitel
dari sepertiga lateral atas dinding vagina memberikan respon yang ada pada
hormon ovarium. Pemeriksaan ini dilakukan secara serial. Sekarang telah dikembangkan
pemeriksaan dari endoserviks
pada fase pasca
ovulasi dengan pengambilan tunggal (tanpa serial). Perubahan sitologik
dengan melihat indeks kariopiknotik dapat dipakai untuk menentukan ada tidaknya
ovulasi.
8. Biopsi Endometrium
Biopsi endometrium
bias dilakukan secara
poliklinis tanpa anastesi, dengan memakai
sendok kurret kecil
tanpa dilatasi serviks.
Saat yang tepat adalah fase sekresi, yaitu 5-7 hari
sebelum hari haid berikutnya.
9. Laparaskopi
Cara ini
memungkinkan visualisasi langsung
secara endoskopik baik ovulasi
yang baru saja
terjadi dengan adanya
bintik ovulasi, maupun
adanya korpus luteum sebagai hasil ovulasi diwaktu yang lebih dini dari
siklus itu. (Widyastuti, dkk. 2009)
2. Pengobatan infertilitas pasangan
Pengobatan infertilitas
harus disesuaikan dengan
penyebab infertilitas
masing-masing pasangan suami
istri. Penggunaan obat
yang logis dan
sesuai dengan jenis kelainan
yang dimiliki adalah
kunci penanganan infertilitas yang tepat.
a. Obat infertilitas pria
Manusia terdiri
atas sekumpulan sistem
organ yang berkoordinasi
satu samalain. Sistem reproduksi
juga berkoordinasi dengan sistem tubuh lainnya, terutama sistem hormonal dan sistem
saraf. Hormon yang terkait
langsung dengan kualitas
kerja sistem reproduksi pria adalah
testosteron. Hormon tersebut
penting karena perannya
dalam perkembangan spermatozoa menjadi matang (siap untuk membuahi sel
telur). Produksi dan kadar hormon testosteron dalam tubuh pria dipengaruhi oleh
produksi dan kadar hormon lain yang merangsangnya. Produksi dan kadar hormon
testosteron dipengaruhi oleh:
1. Produksi dan pelepasan hormon GnRH
(Gonadotropin Releasing Hormone)
2. Produksi dan pelepasan hormon FSH
(Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone)
Dari
pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa prinsip kerja obat-obatan ini
adalah untuk merangsang produksi spermatozoa matang dalam testis. Selain dengan
jalan langsung dari
luar tubuh, obat-obatan
yang mengandung GnRH, FSH,
dan LH juga
dapat diberikan dengan
tujuan yang sama.
Selain pemberian hormon tambahan,
obat-obatan yang merangsang
produksi dan pelepasan
hormon-hormon tersebut juga dapat diberikan.
Obat-obatan
yang sering diberikan dokter sebagai obat pendukung dalam meningkatkan
kesuburan adalah vitamin dan antibiotik. Pada umumnya, vitamin yang diberikan
dokter adalah vitamin E. vitamin E telah terbukti memiliki efek
antioksidan yang tinggi
sehingga dapat meningkatkan
kualitas hidup sel-sel tubuh, termasuk
kerja sel yang berkaitan
dengan produksi dan perkembangan spermatozoa hingga matang.
Antibiotik hanya diberikan apabila sang
pria terbukti mengalami infeksi
pada organ ataupun saluran reproduksinya. Antibiotik diberikan atas instruksi dokter dan digunakan sesuai dengan
petunjuk penggunaannya.
b.
Obat infertilitas wanita
Pengobatan
infertilitas untuk wanita secara garis besar bertujuan untuk:
1. Perbaikan
fungsi ovarium (Tempat
dihasilkannya sel telur
wanita yang matang) Sama halnya
dengan sistem reproduksi
pria, sistem reproduksi wanita juga
dipengaruhi oleh kerja
sistem neuro-hormonal. Kerja
sistem reproduksi wanita dapat
diamati pada siklus
ovulasi dan menstruasi
yang dialaminya, yaitu dalam interval waktu yang teratur setiap bulannya
(setiap ±28 hari). Klomifen sitrat dan tamoksifen adalah obat
yang sering digunakan dan
bertujuan untuk meningkatkan
kadar FSH yang
mempengaruhi Obat tersebut bekerja
dengan merangsang pelepasan
GnRH, yang selanjutnya akan
merangsang reproduksi dan pelepasan FSH.
2. Perbaikan
fungsi tuba (Tempat
terjadinya pembuahan sel
telur oleh spermatozoa)
Sumbatan (obstruksi) pada
tuba dipastikan secara
medis melalui pemeriksaan Histerosalfingografi (HSG),
sonohisterografi, ataupun
laparoskopi. Salah satu penyebab tersering dari sumbatan pada tuba adalah
infeksi bakteri Chlamydia. Apabila sumbatan tuba terbukti disebabkan oleh
infeksi Chlamydia, obat yang sepantasnya diberikan adalah antibiotik yang
tepat dalam menangani
infeksi tersebut. Selain
dengan obat-obatan, gangguan
sumbatan pada tuba dapat diatasi dengan metode operatif.
3. Perbaikan fungsi rahim (Tempat
berkembangnya janin dalam tubuh ibu) Keseimbangan hormonal
serta ketiadaan infeksi
termasuk syarat-syarat utama
kesehatan rahim. Atas dasar inilah, obat-obatan yang berfungsi menyeimbangkan
kadar hormon estrogen dan progesteron serta penanganan infeksi menjadi pilihan
terapi pada wanita yang mengalami gangguan fungsi rahim. (Djuwantono, dkk.
2008).
1. Jenis Obat-Obatan
Beberapa
obat yang umum digunakan untuk mengobati infertilias pada wanita antara lain :
a. Clomiphene Citate :obat ini menyebabkan
ovulasi dengan bertindak pada kelenjar pituitari. Obat ini sering digunakan
pada wanita dengan yang mengalami Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK) atau
gangguan ovulasi lainnya. Penggunaan obat ini di gunakan dengan cara di minum.
b. Human Menopousal Gonadotropin atau hMG :
obat ini sering di gunakan untuk wanita yang tidak berovaulasi karena adanya
gangguan kelenjar pituitari. hMG bekerja langsung pada ovarium untuk merangsang
ovulasi. Oabt ini di berikan melalui suntikan.
c. Follicel Stimulating Hormone atau FSH:
FSH bekerja seperti hMG, obat ini merangsang ovarium untuk memulai proses
ovulasi , obat-obatan ini di berikan melalui suntikan.
d. Gonadrotopin-Releasing Hormone (Gn-RH)
analog : obat-obatan ini sering digunakan untuk wanita yang tidak berovulasi
teratur setiap bulan. Wanita yang mengalami ovulasi sebelum telur mencapai
kematangan juga dapat menggunakan obat-obatan ini, Gn-RH analog bekerja dengan
meniru cara kerja Gn-RH alami dalam tubuh. Obat-obatan ini biasanya di suntikan
atau di berikan dengan semprotan hidung.
e. Metformin : dokter menggunakan obat ini
untuk wanita yang memiliki resistensi insulin dan atau SOPK. Oabt ini membantu
menurunkan tinggginya kadar hormon laki-laki pada wanita dengan kondisi ini.
Ini membantu tubuh dengan Metformin. Obat ini biasanya diberikan dengan di
minum .
f. Bromocriptine : oabt ini digunakan untuk
wanita dengan gangguan ovulasi karena tingginya kadar prolaktin. prolaktin
merupakan hormone yang menyebabkan terjadinya produksi susu.
2. Pembedahan
Penanganan
kasus-kasus urologi penyebab infertilitas semakin maju dengan berkembangnya
teknologi bedah mikro. Perkembangan tersebut terjadi dalam hal pembesaran
optik, tersedianya marterial untuk operasi seperti jarum mikro dan benang mikro
serta terciptanya alat-alat berukuran kecil untuk bedah mikro.
Adapun
kasus-kasus yang dapat ditangani dengan cara pembedahan adalah :
1. Obstruksi duktus ejakulatorius, operasi
dilakukan dengan cara Trans Urethral Resection of Ejaculatory Duct
2. Trauma medulla spinalis, dilakukan
pemasangan probe electro ejaculationpada daerah rektum untuk menginduksi terjadinya
ejakulasi.
3. Agenesis vas deferens, dilakukan
pengambilan spermatozoa secara langsung, dapat dilakukan secara vasal
aspiration, epididymal sperm aspiration dan testis sperm retrieval
4. Andesensus testikulorum, dilakukan
operasi orchydopexy untuk menurunkan testis ke dalam skrotum
3. Penanganan Infertilisasi
a. Inseminasi Buatan
Inseminasi adalah
suatu teknik untuk
membantu spermatozoa pria
sampai pada tempat untuk
membuahi sel telur
wanita dalam organ
reproduksi wanita. Pada inseminasi,
terdapat beberapa tahapan
penting yang baik
untuk diketahui oleh setiap
pasangan yang akan menjalani teknik tersebut. Antara lain:
1. Pengumpulan sperma pria,
2. Pemisahan spermatozoa dari bahan-bahan
lain yang terkandung dalam sperma (isolasi),
3. Penempatan spermatozoa pada zat tertentu
yang dapat menjaga kelangsungan hidup spermatozoa sementara di luar tubuh pria
(medium),
4. Penyuntikan spermatozoa
ke dalam rahim
wanita (Intrauterine Insemination: IUI). (Djuwantono, dkk., 2008).
b. Teknologi Reproduksi Berbantu (Trb)
Teknologi
reproduksi berbatu (TRB) adalah teknologi yang di gunakan sekelompok metode
yang berbeda untuk membantu pasangan infertile, TRB mengambil sel telur dari
tubuh wanita. Sel telur ini kemudian dipertemukan dengan sperma untuk membuat
embrio, embrio-embrio kemudian di masukan kembali ke dalam tubuh wanita.
Tingkat
keberhasilannya bervariasi dan tergantung pada faktor, beberapa hal yang
mempengaruhi tingkat keberhasilan TRB meliputi:
a. Usia pasangan Alasan timbulnya
infertilitas
b. Jenis TRB yang di gunakan
c. Apakah telur segar atau beku yang di
gunakan dalam transfer embrio
US
Center for Disease Prevantion (CDC) menggumpulkan tingkat keberhasilan TRB
untuk beberapa klinik kesuburan, Menurut laporan tahun 2006 CDC pada TRB,
perentase rata-rata yang menyebabkan kelahiran hidup adalah
- 39 % pada wanita di bawah usia 35
tahun
- 30 % pada wanita berusia 35-37 tahun
- 21 % pada wanita berusia 37-40 tahun
- 11 % pada wanita berusia 41-42 tahun
TRB
bisa mahal dan memakan waktu, Namun,TRB memberikan peluang bagi pasangan untuk
memiliki anak dimana pada kondisi normal tidak mungkin.
Metode
umum TRB meliputi :
1. Fertilisasi in vitro (FIV)
FIV
(Fertilisasi = pembuahan sel telur oleh
spermatozoa; In vitro = di luar tubuh)
atau dalam masyarakat
dikenal dengan istilah “bayi tabung” merupakan salah satu jalan keluar bagi
pasangan suami istri yang belum memiliki anak. Pada teknik ini,
sel telur matang
yang dihasilkan akan
dipertemukan dengan spermatozoa
dalam suatu wadah berisi cairan khusus di laboratorium. Cairan yang digunakan
untuk merendam serupa dengan cairan yang terdapat pada tuba wanita dengan
tujuan untuk membuat
suasana pertemuan antara
sel telur matang
dan spermatozoa senormal mungkin. Dengan demikian, keaktifan gerak
spermatozoa dan kondisi optimal sel telur dapat terjaga.
Proses-proses
utama dalam fertilisasi in vitro:
a. Pengambilan sel
telur matang dan
spermatozoa oleh dokter
ahli untuk kemudian ditempatkan
pada sebuah tabung khusus yang steril.
b. Proses fertilisasi sel telur oleh
spermatozoa dalam sebuah cawan khusus di
laboratorium. Embrio yang dihasilkan akan ditumbuhkan hingga cukup usia (pada
umumnya 2—3 hari).
c. Embrio
yang telah siap
(sekitar 2—3 hari
pascafertilisasi) ditanamkan
kembali ke dalam
rahim sang ibu
oleh dokter ahli.
Embrio tersebut diharapkan terus
tumbuh dan barkembang
hingga menjadi bayi
yang pada akhirnya dilahirkan
oleh sang ibu. (Djuwantono, dkk., 2008)
2. Zygote Intrafallopian Transfer (ZIFT).
ZIFT
merupakan teknik pemindahan zigot (sel telur yang telah dibuahi). Proses ini
dilakukan dengan cara mengumpulkan sel telur dari indung telur seorang wanita
lalu dibuahi di luar tubuhnya. Kemudian setelah dibuahi, dimasukkan kembali ke
tuba falopii melalui pembedahan di bagian perut dengan operasi laparoskopik.
Teknik ini merupakan kombinasi antara teknik FIV dan GIFT. (Reeder, dkk. 2012)
3. Gamete Intrafallopian Transfer (GIFT)
GIFT
merupakan teknik untuk membantu pembuahan dengan cara mengambil sel telur dari
ovarium, lalu dipertemukan dengan sel sperma yang sudah dibersihkan. Dengan
menggunakan alat yang bernama laparoscope, sel telur dan sperma yang sudah
dipertemukan tersebut dimasukkan kedalam tuba falopi melalui irisan kecil di
bagian perut wanita melalui operasi laparoskopik. (Reeder, dkk., 2012)
4. Intra Cytoplasmic Sperm Injection (ICSI)
ICSI
merupakan teknik untuk membantu pembuahan dengan cara menyuntikan satu sel
sperma langsung ke sel telur. Keistimewaan dari teknik ini adalah jumlah
spermatozoa yang dibutuhkan untuk melakukan fertilitas sel telur di
laboratorium hanya satu spermatozoa. Oleh karena itu, teknik tersebut sangat
bermanfaat bagi pria yang hanya memiliki sedikit spermatozoa normal dan aktif.
(Djuwantono, dkk., 2008)
d. Penelitian terbaru mengenai penanganan
infertilitas
a. Akupuntur
Akupuntur
adalah cara merangsang titik-titik tertentu di permukaan kulit maka akan
mengaktifkan sejumlah zat kimia tubuh yang bermanfaat untuk mengatasi penyakit
tertentu. Menurut American Journal of Phisiology, Endocrinologi and Metabolism
(2011) akupunktur mampu menurunkan hiperandrogenisme dan memperbaiki siklus
haid pada Sindroma Ovarium Polikistik yang merupakan salah satu penyebab
infertilitas. Khasiatnya antara lain :
1. Perempuan
Terapi
ini juga bisa merangsang ovulasi, meningkatkan kadar FSH (Folicle Stimulating
Hormone), LH (Lutenizing Hormone), dan menurunkan kadar prolaktin. Di samping
itu, akupunktur juga bisa memperbaiki sirkulasi darah rahim memperbaiki
sumbatan saluran tuba, dan meningkatkan angka fertilitas pada Fertilisasi In
Vitro (FIV).
2. Pria
Akupunktur
terbukti mampu meningkatkan kualitas sperma dengan cara memperbaiki gerak dan
kecepatannya. Dalam sebuah riset yang dilakukan oleh Siterman, memperlihatkan
peningkatan jumlah sperma dan motilitas pada pasien dengan sperma abnormal.
Hasil
yang diperoleh dari satu seri pengobatan akupunktur (12 Kali), seminggu 2 kali
adalah terjadi peningkatan yang cukup bermakna pada jumlah morfologi sperma
normal, dari 8% menjadi 25% (angka keberhasilan 68%). Motilitas sperma juga
meningkat dari 18% menjadi 35% (angka keberhasilan 48,6%). Penanganan
akupunktur medik sebagai penunjang program bayi tabung dapat dilaksanakan di RS
Cipto Mangunkususo Jakarta, RS Siloam Karawaci, RS Usada insane Tangerang.
(Sumber : dr. Dyna-Alkomp).
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Infertilitas terbagi
atas dua jenis,
yaitu infertilitas primer
dan sekunder. Infertilitas disebabkan oleh abnormalitas
anatomi atau fisiologi sistem reproduksi wanita maupun pada sistem reproduksi
pria yang dipengaruhi oleh banyak
faktor, contohnya karena
kebiasaan hidup yang kurang sehat, faktor lingkungan, dan faktor bawaan
dari lahir. Infertilitas dapat dicegah dengan cara menerapkan hidup sehat
seperti tidak merokok, tidak
mengonsumsi minuman beralkohol,
dan sebagainya. Pengobatan
infertilitas dapat diakukan dengan
terapi obat maupun operasi, sesuai dengan jenis
kelainan yang dimiliki oleh
masing-masing pasangan suami istri. Apabila penyebab infertilitas tersebut
tidak dapat disembuhkan, maka dapat menanganinya dengan mengikuti program
bantuan dari teknologi kedokteran, seperti inseminasi buatan, FIV, dan
sebagainya.
B. SARAN
Demikian yang
dapat penyusun paparkan
mengenai materi yang
menjadi pokok pembahasan dalam
makalah ini. Tentunya
masih banyak kekurangan
dan kelemahannya,
dikarenakan terbatasnya pengetahuan
dan kurangnya rujukan
atau referensi yang
ada hubungannya dengan judul
makalah ini. Oleh
karena itu, segala
kritik dan saran
yang bersifat membangun akan penyusun terima dengan baik demi
sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di kesempatan berikutnya.Semoga
makalah ini berguna bagi kita semua.
DAFTAR
PUSTAKA
Baradero,
M., dkk. (2006). Klien Gangguan Sistem Reproduksi & Seksualitas. Jakarta:
EGC
Djuwantono, T.,
dkk. (2008). Hanya
7 hari Memahami
Infertilitas. Bandung: PT
Refika
Aditama Reeder, dkk. (2012). Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC Widyastuti,
Y., dkk. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya
Jurnal
Penanganan akupunktur medik sebagai penunjang program bayi tabung dapat
dilaksanakan di RS Cipto Mangunkususo Jakarta, RS Siloam Karawaci, RS Usada
insane Tangerang. (Sumber : dr. Dyna-Alkomp).
No comments:
Post a Comment