Friday, 9 December 2022

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) DEMAM BERDARAH DI KALANGAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

SAP

(Satuan Acara Penyuluhan)

 

Topik               : Pengetahuan Demam Berdarah Di Kalangan Sekolah Menengah Atas

Tempat            : SMA 

Hari, tanggal   : Senin, 24 November 2022

Waktu             : Pukul 09.00 –10.00

Sasaran            : Siswa/i kelas 1 SMA 

1.1 Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu dari 4 virus Dengue melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albociptus. Penyakit demam berdarah ditemukan di daerah tropis dan subtropis di berbagai belahan dunia. Perubahan iklim, cuaca dan kelembaban adalah faktor resiko terjadinya kasus DBD  Pada saat pergantian musim dan musim penghujan penyakit demam berdarah dengue (DBD) sangat mewabah, mengetahui bahwa penyakit DBD tergolong dalam penyakit menular. Padahal virus dengue ini dapat menular dari orang yang satu ke orang yang lain melalui gigitan nyamuk Aedes. Nyamuk Aedes aegeptydan Aedes albopictus adalah nyamuk yang hidup di tempat penampungan air di pemukiman warga  Kasus DBD ini dapat dicegah dengan cara memutus daur hidup dari nyamuk Aedes tersebut. Daur hidup nyamuk Aedes dapat diputus dengan cara membersihkan tempat penampungan air di rumah maupun di lingkungan sekitar rumah dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan membunuh jentik-jentik nyamuk menggunakan ABATE. ABATE merupakan pestisida dengan bahan aktif Temephos  ABATE ini aman digunakan dalam tempat- penampungan air asal dalam dosis yang tepat (Novena,dkk,2021)

Upaya pencegahan dan penanganan DBD dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan tanaman herbal yang ada di sekitar kita. Penelitian sebelumnya menyatakan ada beberapa tanaman yang bermanfaat untuk membantu mengatasi DBD antara lain buah dan daun jambu biji, sambiloto, daun pepaya dan sebagainya  Mekanisme tanaman bermacam-macam, antara lain tersebut sebagai antivirus dan meningkatkan kadar trombosit dalam darah. Selain untuk penanganan DBD, ada juga tanaman yang bermanfaat untuk pencegahan DBD karena mengandung aroma yang tidak disukai nyamuk.Sebagai contoh adalah tanaman serai yang mengandung minyak atsiri dengan zat aktif geraniol dan sitronelol sehingga dapat digunakan sebagaitanaman herbal di sekitar kita untuk pencegahan maupun penanganan penyakit DBD (Novena,dkk,2021)

 

1.2. Tujuan

A.    Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan dan perilaku pencegahan demam berdarah dengue di kalangan sekolah menengah atas.

B.     Tujuan Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan dan promosi kesehatan selama 60 menit, diharapkan siswa/i dapat :

1.      Mengetahui tingkat pengetahuan para siswa/i untuk mampu mengenali DBD

2.      Mengetahui pecegahan tentang PSN 3M PLUS (Menutup, Menguras, Mendaur Ulang) di kalangan siswa/i sesudah/sebelum diberi materi

3.      Mengetahui gejala sebelum terjadinya DBD

 

 

1.3 Pokok Bahasan

DBD (Demam Berdarah Dengue)

1.4 Sub Pokok Bahasan

1.      Menjelaskan pengertian DBD (Demam Berdarah Dengue)

2.      Menjelaskan  pencegahan DBD

3.      Menjelaskan terjadinya gejala DBD

4.      Menjelaskan pengobatan DBD

1.5 Metode

1.      Diskusi

2.      Tanya jawab

1.6 Media dan Alat Pengajaran

Presentasi (ppt)

Poster

1.7 Susunan Panitia

Pelaksana :

1.      Moderator

2.      Presentator

3.      Notulen

1.8Kegiatan Penyuluhan

Waktu

Tahap kegiatan

Kegiatan

Penanggung Jawab

Penyuluh

Sasaran

10 mnt

Pembukaan

1.      Membuka acara dengan mengucapkan salam kepada sasaran

2.      Menyampaikan topik dan tujuan penkes kepada sasaran

 

 

3.      Kontrak waktu untuk kesepakatan pelaksanaan penkes dengan sasaran

1.      Menjawab salam

 

 

 

2.      Mendengarkan  penyuluh menyampaikan topik dan tujuan.

 

3.      Menyetujui kesepakatan waktu pelaksanaan penkes

 

 

 

 

 

 

Moderator

35 mnt

Penyampaian materi

1.     Mengkaji ulang pengetahuan sasaran tentang materi penyuluhan

2.      Menjelaskan materi penyuluhan kepada sasaran dengan menggunakan  leaflet

3.      Mendemonstrasikan senam otak diikuti panitia dan audience

 

 

4.      Memberikan kesempatan kepada sasaran untuk menanyakan hal-hal yang belum di mengerti dari meteri yang dijelaskan penyuluh.

1.      Menyampaikan pengetahuannya tentang materi penyuluhan

 

2.      Mendengarkan penyuluh menyampaikan materi

 

 

 

3.     Mengikuti dan memperhatikan pendemostrasian senam otak yang dilakukan oleh panitia

4.      Menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti dari materi penyuluhan

Presentator

 

 

 

 

Presentator

 

 

 

 

 

 

Presentator

 

 

 

 

Moderator

 

 

 

 

 

 

 

 

15 mnt

Evaluasi / Penutup

1.      Presentaror mereview senam otak yang sudah di demonstrasikan tadi

2.      Menyimpulkan materi penyuluhan yang telah disampaikan kepada sasaran

3.      Menutup acara dan mengucapkan salam serta terima kasih kepada sasaran.

1.      Mereview senam otak yang sudah di demonstrasikan

 

2.      Mendengarkan penyampaian kesimpulan

 

 

3.      Mendengarkan penyuluh menutup acara dan menjawab salam

Presentator

 

 

 

 

 

Moderator

 

 

 

 

Moderator

 

1.9  Evaluasi

1.      Evaluasi struktur         : Audience terkoordinasi dengan baik hanya beberapa saja yang belum terkoordinir

2.      Evaluasi proses            : -     Penyaji menyampaikan materi dengan baik.

-          Audience mengikuti penyampaian materi oleh penyaji dan demonstrasi senam otak dengan antusias.

-          Ada beberapa audience yang kurang memperhatikan, tetapi lainnya lancar dan kondusif.

3.      Evaluasi hasil              : Audience merespon/memberikan feedback dengan baik.

 

1.10 Materi

(Terlampir)


 

MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN

DEMAM BERDARAH DI KALANGAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

 

2.1 Pengertian Demam Berdarah Dengue

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan famili Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat.Adanya peran lingkungan dalam terjadinya penyakit dan wabah penyakit terjadi karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan tidak selalu menguntungkan, kadang-kadang manusia bahkan dirugikan seperti terjangkit penyakit demam berdarah (Fatmawati,dkk,2018).

Negara beriklim tropis dan subtropis beresiko tinggi terhadap penularan virus tersebut. Hal ini dikaitkan dengan kenaikan temperatur yang tinggi dan perubahan musim hujan dan kemarau disinyalir menjadi faktor resiko penularan virus dengue (Fuka priesley,dkk,2018).

Upaya pemberantasan nyamuk DBD melalui pemberdayaan masyarakat dengan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui menguras, menutup dan memanfaatkan kembali limbah bekas, menaburkan larvasida pembasmi jentik, memelihara ikan pemakan jentik, mengganti air dalam pot/vas bunga dan lain-lain (M3 Plus) (Tahir dan Kenre,2021).

Kejadian DBD erat kaitannya dengan sanitasi lingkungan yang menyebabkan tersedianya tempat-tempat perkembangbiakan vektor nyamuk Aedes aegypti. Penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa terdapat hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian DBD. Sanitasi lingkungan yang buruk ditunjukan dengan tidak menguras tempat penampungan air satu minggu sekali, tidak memelihara ikan pemakan jentik, vas bunga terdapat genangan air, membiarkan barang bekas yang dapat menampung air hujan dan tidak mengubur barang bekas. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit DBD adalah perilaku masyarakat yang buruk terkait sanitasi lingkungan yang buruk (Arsyad,dkk,2020).

 

2.2   Pencegahan DBD

        Pemerintah Indonesia melalui Dinas Kesehatan telah mensosialisasikan kepada masyarakat stentang upaya pengendalian vektor DBD yang dapat dilakukan secara mandiri oleh masyarakat di rumah. Program tersebut dikenal dengan sebutan Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan Menutup, Menguras dan Mendaur Ulang Plus (PSN 3M Plus ). PSN 3M Plus memberikan penjelasan tentang perilaku menghilangkan sarang nyamuk vektor DBD dan langkah untuk mengurangi kontak atau gigitan nyamuk Aedes. Mengingat bahwa sarang nyamuk Aedes banyak terdapat di dalam rumah sehingga tindakan ini dinilai perlu dilakukan oleh masyarakat untuk menekan angka kejadian DBD (Fuka Priesley,dkk,2018).

Description: c9edf28a-d6f2-40db-bfc9-aba75e9eabbd.jpgUpaya pencegahan dan penanganan DBD dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan tanaman herbal yang ada di sekitar kita. Penelitian sebelumnya menyatakan ada beberapa tanaman yang bermanfaat untuk membantu mengatasi DBD antara lain buah dan daun jambu biji, sambiloto, daun pepaya dan sebagainya. Mekanisme tanaman tersebut bermacam-macam, antara lain sebagai antivirus dan meningkatkan kadar trombosit dalam darah. Selain untuk penanganan DBD, ada juga tanaman yang bermanfaat untuk pencegahan DBD karena mengandung aroma yang tidak disukai nyamuk. Sebagai contoh adalah tanaman serai yang mengandung minyak atsiri dengan zat aktif geraniol dan sitronelol sehingga dapat digunakan sebagai penolak nyamuk (Novena,dkk,2021).

        Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan menggunkan beberapa metode berikut: 1) Lingkungan, 2) Biologis,dan 3) Kimiawi. Upaya upaya yang telah dilakukan pemerintah diantaranya, Pengasapan (Fogging), Abatisasi, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), dan Perlindungan Diri. Nyamuk bersarang di dalam ruangan, dalam lemari, dan tempat-tempat gelap lainnya. Di luar, mereka tinggal di tempat yang dingin dan gelap. Nyamuk betina bertelur di wadah air yang terdapat di dalam maupun di lingkungan rumah, sekolah, dan area lainnya. Telur akan berkembang menjadi nyamuk dewasa dalam waktu 10 hari (Rubandiah dan nugroho 2018).

2.3 Gejala DBD

Demam Berdarah Dengue disebut bone-bone karena menyebabkan nyeri sendi dan otot di mana tulang terasa retak. Demam berdarah ringan menyebabkan demam tinggi, ruam, dan nyeri otot dan sendi. Demam berdarah yang parah, atau juga dikenal sebagai Dengue Hemorrhagic Fever, dapat menyebabkan perdarahan serius, penurunan tekanan darah yang tiba-tiba (shock), dan kematian (Rubandiyah dan Nugroho,2018).

Terdapat tiga jenis demam dengue: demam berdarah klasik, Dengue Hemorrhagic Fever, dan dengue shock syndrome. Masing-masing memiliki gejala yang berbeda. Gejala dari demam berdarah klasik biasanya diawali dengan demam selama 4 hingga 7 hari setelah digigit oleh nyamuk yang terinfeksi, serta demam tinggi, hingga 40oC, sakit kepala parah, nyeri pada retro-orbital (bagian belakang mata),

nyeri otot dan sendi parah, mual dan muntah, ruam. Ruam mungkin muncul di seluruh tubuh 3 sampai 4 hari setelah demam, kemudian berkurang setelah 1 hingga 2 hari. Penderita juga dapat mengalami ruam kedua beberapa hari kemudian. Gejala dari DBD meliputi semua gejala dari demam berdarah klasik, ditambah: kerusakan pada pembuluh darah dan getah bening, perdarahan dari hidung, gusi, atau di bawah kulit, menyebabkan memar berwarna keunguan. Jenis penyakit dengue ini dapat menyebabkan kematian. Gejala dari dengue shock syndrome, jenis penyakit dengue yang paling parah, meliputi semua gejala demam berdarah klasik dan Dengue Hemorrhagic Fever, ditambah: kebocoran di luar pembuluh darah, perdarahan parah, shock (tekanan darah sangat rendah). Jenis penyakit ini biasanya terjadi pada anak-anak (dan beberapa orang dewasa) yang mengalami infeksi dengue kedua kalinya. Jenis penyakit ini sering kali fatal, terutama pada anak-anak dan dewasa muda (Rubadiyah dan Nugroho,2018).

Menurut Profil Kesehatan Kabupaten Semarang tahun 2015, bahwa Angka kesakitan DBD per 100.000 penduduk mengalami peningkatan dibanding tahun 2014. Angka kesakitan DBD tahun 2015 sebesar 50,6 per 100.000 penduduk dari 504 kasus ditemukan dan ditangani. Sedangkan angka kesakitan DBD tahun 2014 sebesar 34,1 per 100.000 penduduk dari 337 kasus ditemukan dan ditangani. Penyebab dari kenaikan ini adalah adanya siklus lima tahunan DBD yang disertai dengan musim penghujan yang relatif panjang. Selain itu masih adanya pola pikir masyarakat yang menganggap bahwa fogging merupakan cara untuk memberantas DBD sehingga mengesampingkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang sebenarnya merupakan cara yang paling efektif untuk memberantas DBD. Angka kematian juga pada penderita DBD juga mengalami peningkatan. Tercatat kematian pada penderita DBD pada tahun 2015 sebesar 1,2 % (6 kasus), mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu sebesar 0,6 % (2 kasus). Peningkatan kasus kematian ini tejadi akibat adanya keterlambatan dalam berobat karena menganggap hanya penyakit flu biasa. Dalam data Puskesmas Kalongan menunjukkan bahwa di Kecamatan Ungaran Timur pada tahun 2016 terdapat 44 kasus DBD dari jumlah 36.791 penduduk dan untuk angka kesakitannya adalah 126,5 per 1000 penduduk. Dalam waktu 10 hari., penyakit ini menyerang semua kelompok umur, namun sebagian besar berusia di bawah 15 tahun. Siswa Sekolah Dasar (SD) merupakan kelompok rentan yang kepeduliannya sangat diperlukan guna menjaga kesehatan bagi masyarakat sekolah. Sehingga, membutuhkan pengetahuan dan sikap yang baik terhadap upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Peningkatan pengetahuan dan sikap siswa dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan kesehatan Salah satu program dalam upaya PSN ini adalah melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). (Rubadiyah dan Nugroho,2018)

 

2.4 Pengobatan DBD

DBD merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Tahun 2015 tercatat sebanyak 126.675 kasus DBD di 34 provinsi di Indonesia dan 1229 orang diantaranya meninggal dunia Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yakni, 100347 penderita DBD dan sebanyak 907 penderita meninggal dunia pada tahun 2014 (Riswahyuni dan Sholehah,2018). Pasien yang terinfeksi virus dengue mengalami peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan perembesan cairan ke ekstravaskuler (kebocoran plasma). Penegakkan diagnosis pada pasien yang terinfeksi virus dengue diperlukan data laboratorium sebagai penunjang. Pengobatan pada pasien DBD berupa pemberian cairan pengganti yaitu cairan intavena seperti cairan ringer laktat, kristaloid, dan koloid. Dosis untuk pemberian cairan pengganti perlu diperhatikan karena kebocoran plasma pada DBD yang bersifat sementara sehingga pemberian cairan dalam jumlah banyak dan jangka waktu lama dapat menimbulkan kelebihan cairan. Pemberian terapi tambahan dapat dipertimbangkan pada kasus DBD sesuai gejalanya, tetapi tidak merupakan suatu elemen dasar penatalaksanaan DBD. (Riswahyuni dan Sholehah,2018) Pengobatan DBD pada dasarnya masih bersifat supportif atau simtomatis.  Berdasarkan kelainan utama yang terjadi yaitu berupa perembesan plasma akibat dari meningkatnya permeabilitas vaskuler. Sampai saat ini belum ada pengobatan kuratif untuk mengatasi kebocoran plasma. Pengobatan suportif terdiri dari pengobatan farmakologi dan non farmakologi”. Cairan awal sebagai pengganti volume plasma dapat diberikan garam isotonic atau ringer laktat. Belum ada usaha pengobatan yang bersifat kuratif, baik dalam mengatasi terjadinya perdarahan atau trombositopenia maupun dalam mengatasi kebocoran plasma. (Riswahyuni dan Sholehah,2018)

Salah satu pengobatan non-farmakologi adalah dengan cara memanfaatkan tanaman yang dapat mempercepat penyembuhan penyakit demam berdarah dengue. Akhir-akhir ini beredar berita bahwa bahan-bahan herbal yang terdapat di masyarakat, jambu biji merupakan salah satu alternatif dalam percepatan penyembuhan penyakit DBD. Beberapa penelitian sebelumnya seperti diinformasikan oleh Suharmiati dan Handayani bahwa daun jambu biji tua mengandung berbagai komponen yang berkhasiat untuk mengatasi DBD. Jus buah jambu biji merah memiliki potensi untuk meningkatkan jumlah trombosit pada penderita demam berdarah dengue”. (Riswahyuni,2018) Tetapi pada pemberian sari jambu biji merah kepada pasien DBD tidak Berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap nilai trombosit. Berdasarkan uraian latar belakang Diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada pengaruh jambu biji terhadap kenaikan trombosit pada pasien dengan DBD di ruang Ayana RS Permata Thu (Riswahyuni dan Sholehah,2018)


 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Arsyad, R.M., Nabuasa, E., Ndoen, E. M. (2020). Hubungan Antara Perilaku Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Icerja Puskesmas. Tarus. Media Resehatan Masyarakat, 2(2): 15-23.

 

Kenre, I. , Tahir, M. (2021). Penyuluhan Dan Pemberantasan Nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD Kelurahan Rijang Pittu Kabupaten Sidrap. Journal of community Engagement in Heath, 4(1): 254-258.

 

Lindawati, N.Y., dkk. (2021). Upaya Peningkatan Pengetahuan Masyarakat Dalam Pencegahan Dan Penang Gulangan DB0 Didesa Blingo, Morosongo, Boyolali. Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan, 4(2): 473-476.

 

Nugroho, E., Rubandiyah, H. I., (2018). Pembentukan Kader Jumantık Sebagai Upaya Peningkatan Pengetahuan Siswa Di Sekolah Dasar. Higeia Journal of public Health Research and Development, 2(2): 216-226.

 

Presley, F., Reza, M., Rusydi, S, R. (2018). Hubungan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk Dengan Menutup Menguras Dan Mendaur Ulang Plus (PSN M Plus) Terhadap Kejadian Demam Berdarah Denque (DBD) Di Kelurahan Andalas. Jurnal Kesehatan dan Andalas, 7(1): 124-130.

 

Widahwati, R.,Sholehah, M . 2018). Pengaruh Jambu Biji Terhadap Kenaikan Trombosit Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang Ayana Rumah Sakit Permata Ibu Kunciran Tangerang Di Sekolah Tinggi  Ilmu Kesehatan IMC Bintaro. Jurnal Kesehatan, 6(2): 1-10.

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment