(Satuan
Acara Penyuluhan)
Topik : Pengetahuan
Demam
Berdarah Di Kalangan Sekolah Menengah Atas
Tempat : SMA
Hari, tanggal : Senin, 24 November 2022
Waktu :
Pukul 09.00 –10.00
Sasaran : Siswa/i
kelas 1 SMA
1.1 Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah
satu dari 4 virus Dengue melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albociptus. Penyakit demam berdarah ditemukan di daerah tropis dan subtropis di
berbagai belahan dunia. Perubahan iklim, cuaca dan kelembaban adalah faktor
resiko terjadinya kasus DBD Pada saat
pergantian musim dan musim penghujan penyakit demam berdarah dengue (DBD)
sangat mewabah, mengetahui bahwa penyakit DBD tergolong dalam penyakit menular.
Padahal virus dengue ini dapat menular dari orang yang satu ke orang yang lain
melalui gigitan nyamuk Aedes. Nyamuk Aedes aegeptydan Aedes albopictus adalah
nyamuk yang hidup di tempat penampungan air di pemukiman warga Kasus DBD ini dapat dicegah dengan cara
memutus daur hidup dari nyamuk Aedes tersebut. Daur hidup nyamuk Aedes dapat
diputus dengan cara membersihkan tempat penampungan air di rumah maupun di lingkungan
sekitar rumah dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Pemberantasan sarang
nyamuk dapat dilakukan dengan membunuh jentik-jentik nyamuk menggunakan ABATE.
ABATE merupakan pestisida dengan bahan aktif Temephos ABATE ini aman digunakan dalam tempat- penampungan
air asal dalam dosis yang tepat (Novena,dkk,2021)
Upaya pencegahan dan penanganan DBD dapat dilakukan
dengan cara memanfaatkan tanaman herbal yang ada di sekitar kita. Penelitian
sebelumnya menyatakan ada beberapa tanaman yang bermanfaat untuk membantu
mengatasi DBD antara lain buah dan daun jambu biji, sambiloto, daun pepaya dan
sebagainya Mekanisme tanaman
bermacam-macam, antara lain tersebut sebagai antivirus dan meningkatkan kadar
trombosit dalam darah. Selain untuk penanganan DBD, ada juga tanaman yang
bermanfaat untuk pencegahan DBD karena mengandung aroma yang tidak disukai
nyamuk.Sebagai contoh adalah tanaman serai yang mengandung minyak atsiri dengan
zat aktif geraniol dan sitronelol sehingga dapat digunakan sebagaitanaman
herbal di sekitar kita untuk pencegahan maupun penanganan penyakit DBD (Novena,dkk,2021)
1.2. Tujuan
A. Tujuan
Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan
terhadap peningkatan pengetahuan dan perilaku pencegahan demam berdarah dengue
di kalangan sekolah menengah atas.
B.
Tujuan Khusus
Setelah
dilakukan penyuluhan dan promosi kesehatan selama 60 menit, diharapkan siswa/i dapat
:
1.
Mengetahui tingkat pengetahuan para
siswa/i untuk mampu mengenali DBD
2. Mengetahui pecegahan tentang PSN 3M PLUS (Menutup,
Menguras, Mendaur Ulang) di kalangan siswa/i sesudah/sebelum diberi materi
3. Mengetahui gejala sebelum terjadinya DBD
1.3 Pokok
Bahasan
DBD (Demam Berdarah Dengue)
1.4 Sub
Pokok Bahasan
1.
Menjelaskan pengertian DBD (Demam Berdarah
Dengue)
2.
Menjelaskan pencegahan DBD
3.
Menjelaskan terjadinya gejala DBD
4.
Menjelaskan pengobatan DBD
1.5 Metode
1.
Diskusi
2.
Tanya jawab
1.6 Media
dan Alat Pengajaran
Presentasi (ppt)
Poster
1.7 Susunan
Panitia
Pelaksana :
1.
Moderator
2.
Presentator
3.
Notulen
1.8Kegiatan Penyuluhan
Waktu |
Tahap kegiatan |
Kegiatan |
Penanggung Jawab |
|
Penyuluh |
Sasaran |
|||
10 mnt |
Pembukaan |
1.
Membuka acara dengan mengucapkan salam kepada
sasaran 2.
Menyampaikan topik dan tujuan penkes kepada
sasaran 3.
Kontrak waktu untuk kesepakatan pelaksanaan
penkes dengan sasaran |
1.
Menjawab salam 2.
Mendengarkan
penyuluh menyampaikan topik dan tujuan. 3.
Menyetujui kesepakatan waktu pelaksanaan penkes |
Moderator |
35 mnt |
Penyampaian materi |
1.
Mengkaji ulang pengetahuan sasaran tentang materi
penyuluhan 2.
Menjelaskan materi penyuluhan kepada sasaran dengan
menggunakan leaflet 3.
Mendemonstrasikan senam otak diikuti panitia dan
audience 4.
Memberikan kesempatan kepada sasaran untuk
menanyakan hal-hal yang belum di mengerti dari meteri yang dijelaskan
penyuluh. |
1.
Menyampaikan pengetahuannya tentang materi penyuluhan 2.
Mendengarkan penyuluh menyampaikan materi 3.
Mengikuti dan memperhatikan pendemostrasian senam
otak yang dilakukan oleh panitia 4.
Menanyakan hal-hal yang tidak dimengerti dari
materi penyuluhan |
Presentator Presentator Presentator Moderator |
15 mnt |
Evaluasi / Penutup |
1.
Presentaror mereview senam otak yang sudah di
demonstrasikan tadi 2.
Menyimpulkan materi penyuluhan yang telah
disampaikan kepada sasaran 3.
Menutup acara dan mengucapkan salam serta terima
kasih kepada sasaran. |
1.
Mereview senam otak yang sudah di demonstrasikan 2.
Mendengarkan penyampaian kesimpulan 3.
Mendengarkan penyuluh menutup acara dan menjawab
salam |
Presentator Moderator Moderator |
1.9 Evaluasi
1.
Evaluasi struktur : Audience terkoordinasi dengan baik hanya beberapa saja
yang belum terkoordinir
2.
Evaluasi proses : - Penyaji menyampaikan materi dengan baik.
-
Audience mengikuti penyampaian materi
oleh penyaji dan demonstrasi senam otak dengan antusias.
-
Ada beberapa audience yang kurang memperhatikan, tetapi
lainnya lancar dan kondusif.
3.
Evaluasi hasil : Audience merespon/memberikan feedback dengan baik.
1.10 Materi
(Terlampir)
MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN
“DEMAM BERDARAH DI KALANGAN SEKOLAH MENENGAH ATAS”
2.1 Pengertian Demam
Berdarah Dengue
Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue
yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan famili
Flaviviridae. DBD ditularkan
melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes
albopictus. Penyakit DBD
dapat muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi
lingkungan dan perilaku masyarakat.Adanya peran lingkungan dalam terjadinya
penyakit dan wabah penyakit terjadi karena adanya interaksi antara manusia
dengan lingkungan tidak selalu menguntungkan, kadang-kadang manusia bahkan
dirugikan seperti terjangkit penyakit demam berdarah (Fatmawati,dkk,2018).
Negara
beriklim tropis dan subtropis beresiko tinggi terhadap penularan virus
tersebut. Hal ini dikaitkan dengan kenaikan temperatur yang tinggi dan
perubahan musim hujan dan kemarau disinyalir menjadi faktor resiko penularan
virus dengue (Fuka
priesley,dkk,2018).
Upaya pemberantasan nyamuk DBD melalui pemberdayaan
masyarakat dengan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui menguras,
menutup dan memanfaatkan kembali limbah bekas, menaburkan larvasida pembasmi
jentik, memelihara ikan pemakan jentik, mengganti air dalam pot/vas bunga dan
lain-lain (M3 Plus) (Tahir dan Kenre,2021).
Kejadian DBD erat kaitannya dengan sanitasi
lingkungan yang menyebabkan tersedianya tempat-tempat perkembangbiakan vektor
nyamuk Aedes aegypti. Penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa terdapat
hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian DBD. Sanitasi lingkungan yang
buruk ditunjukan dengan tidak menguras tempat penampungan air satu minggu
sekali, tidak memelihara ikan pemakan jentik, vas bunga terdapat genangan air,
membiarkan barang bekas yang dapat menampung air hujan dan tidak mengubur barang
bekas. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kesakitan
dan kematian akibat penyakit DBD adalah perilaku masyarakat yang buruk terkait
sanitasi lingkungan yang buruk (Arsyad,dkk,2020).
2.2 Pencegahan DBD
Pemerintah Indonesia
melalui Dinas Kesehatan telah mensosialisasikan kepada masyarakat stentang
upaya pengendalian vektor DBD yang dapat dilakukan secara mandiri oleh
masyarakat di rumah. Program tersebut dikenal dengan sebutan Pemberantasan
Sarang Nyamuk dengan Menutup, Menguras dan Mendaur Ulang Plus (PSN 3M Plus ).
PSN 3M Plus memberikan penjelasan tentang perilaku menghilangkan sarang nyamuk
vektor DBD dan langkah untuk mengurangi kontak atau gigitan nyamuk Aedes.
Mengingat bahwa sarang nyamuk Aedes banyak terdapat di dalam rumah sehingga
tindakan ini dinilai perlu dilakukan oleh masyarakat untuk menekan angka
kejadian DBD (Fuka Priesley,dkk,2018).
Upaya pencegahan dan penanganan DBD dapat dilakukan
dengan cara memanfaatkan tanaman herbal yang ada di sekitar kita. Penelitian
sebelumnya menyatakan ada beberapa tanaman yang bermanfaat untuk membantu
mengatasi DBD antara lain buah dan daun jambu biji, sambiloto, daun pepaya dan
sebagainya. Mekanisme tanaman tersebut bermacam-macam, antara lain sebagai
antivirus dan meningkatkan kadar trombosit dalam darah. Selain untuk penanganan
DBD, ada juga tanaman yang bermanfaat untuk pencegahan DBD karena mengandung
aroma yang tidak disukai nyamuk. Sebagai contoh adalah tanaman serai yang
mengandung minyak atsiri dengan zat aktif geraniol dan sitronelol sehingga
dapat digunakan sebagai penolak nyamuk (Novena,dkk,2021).
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian
vektornya. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan menggunkan beberapa
metode berikut: 1) Lingkungan, 2) Biologis,dan 3) Kimiawi. Upaya upaya yang
telah dilakukan pemerintah diantaranya, Pengasapan (Fogging), Abatisasi,
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), dan Perlindungan Diri. Nyamuk bersarang di
dalam ruangan, dalam lemari, dan tempat-tempat gelap lainnya. Di luar, mereka
tinggal di tempat yang dingin dan gelap. Nyamuk betina bertelur di wadah air
yang terdapat di dalam maupun di lingkungan rumah, sekolah, dan area lainnya.
Telur akan berkembang menjadi nyamuk dewasa dalam waktu 10 hari (Rubandiah dan nugroho 2018).
2.3 Gejala DBD
Demam Berdarah Dengue disebut bone-bone karena menyebabkan nyeri sendi dan
otot di mana tulang terasa retak. Demam berdarah ringan menyebabkan demam
tinggi, ruam, dan nyeri otot dan sendi. Demam berdarah yang parah, atau juga
dikenal sebagai Dengue Hemorrhagic Fever, dapat menyebabkan perdarahan serius,
penurunan tekanan darah yang tiba-tiba (shock), dan kematian (Rubandiyah dan
Nugroho,2018).
Terdapat tiga jenis demam dengue: demam berdarah klasik, Dengue Hemorrhagic
Fever, dan dengue shock syndrome. Masing-masing memiliki gejala yang berbeda.
Gejala dari demam berdarah klasik biasanya diawali dengan demam selama 4 hingga
7 hari setelah digigit oleh nyamuk yang terinfeksi, serta demam tinggi, hingga
40oC, sakit kepala parah, nyeri pada retro-orbital (bagian belakang mata),
nyeri otot dan sendi parah, mual dan muntah, ruam. Ruam mungkin muncul di
seluruh tubuh 3 sampai 4 hari setelah demam, kemudian berkurang setelah 1
hingga 2 hari. Penderita juga dapat mengalami ruam kedua beberapa hari
kemudian. Gejala dari DBD meliputi semua gejala dari demam berdarah klasik,
ditambah: kerusakan pada pembuluh darah dan getah bening, perdarahan dari
hidung, gusi, atau di bawah kulit, menyebabkan memar berwarna keunguan. Jenis
penyakit dengue ini dapat menyebabkan kematian. Gejala dari dengue shock
syndrome, jenis penyakit dengue yang paling parah, meliputi semua gejala demam
berdarah klasik dan Dengue Hemorrhagic Fever, ditambah: kebocoran di luar
pembuluh darah, perdarahan parah, shock (tekanan darah sangat rendah). Jenis
penyakit ini biasanya terjadi pada anak-anak (dan beberapa orang dewasa) yang
mengalami infeksi dengue kedua kalinya. Jenis penyakit ini sering kali fatal,
terutama pada anak-anak dan dewasa muda (Rubadiyah dan Nugroho,2018).
Menurut Profil Kesehatan Kabupaten Semarang tahun 2015, bahwa Angka
kesakitan DBD per 100.000 penduduk mengalami peningkatan dibanding tahun 2014.
Angka kesakitan DBD tahun 2015 sebesar 50,6 per 100.000 penduduk dari 504 kasus
ditemukan dan ditangani. Sedangkan angka kesakitan DBD tahun 2014 sebesar 34,1
per 100.000 penduduk dari 337 kasus ditemukan dan ditangani. Penyebab dari
kenaikan ini adalah adanya siklus lima tahunan DBD yang disertai dengan musim
penghujan yang relatif panjang. Selain itu masih adanya pola pikir masyarakat
yang menganggap bahwa fogging merupakan cara untuk memberantas DBD sehingga
mengesampingkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang sebenarnya merupakan
cara yang paling efektif untuk memberantas DBD. Angka kematian juga pada
penderita DBD juga mengalami peningkatan. Tercatat kematian pada penderita DBD
pada tahun 2015 sebesar 1,2 % (6 kasus), mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu sebesar 0,6 % (2 kasus). Peningkatan kasus
kematian ini tejadi akibat adanya keterlambatan dalam berobat karena menganggap
hanya penyakit flu biasa. Dalam data Puskesmas Kalongan menunjukkan bahwa di
Kecamatan Ungaran Timur pada tahun 2016 terdapat 44 kasus DBD dari jumlah
36.791 penduduk dan untuk angka kesakitannya adalah 126,5 per 1000 penduduk.
Dalam waktu 10 hari., penyakit ini menyerang semua kelompok umur, namun
sebagian besar berusia di bawah 15 tahun. Siswa Sekolah Dasar (SD) merupakan
kelompok rentan yang kepeduliannya sangat diperlukan guna menjaga kesehatan
bagi masyarakat sekolah. Sehingga, membutuhkan pengetahuan dan sikap yang baik
terhadap upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Peningkatan pengetahuan dan
sikap siswa dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan kesehatan Salah satu
program dalam upaya PSN ini adalah melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
(Rubadiyah dan Nugroho,2018)
2.4 Pengobatan
DBD
DBD merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia. Tahun 2015 tercatat sebanyak 126.675 kasus DBD di 34 provinsi di
Indonesia dan 1229 orang diantaranya meninggal dunia Jumlah tersebut lebih
tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yakni, 100347 penderita DBD dan sebanyak
907 penderita meninggal dunia pada tahun 2014 (Riswahyuni dan Sholehah,2018). Pasien yang terinfeksi virus dengue mengalami
peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan perembesan cairan ke
ekstravaskuler (kebocoran plasma). Penegakkan diagnosis pada pasien yang
terinfeksi virus dengue diperlukan data laboratorium sebagai penunjang. Pengobatan
pada pasien DBD berupa pemberian cairan pengganti yaitu cairan intavena seperti
cairan ringer laktat, kristaloid, dan koloid. Dosis untuk pemberian cairan
pengganti perlu diperhatikan karena kebocoran plasma pada DBD yang bersifat
sementara sehingga pemberian cairan dalam jumlah banyak dan jangka waktu lama
dapat menimbulkan kelebihan cairan. Pemberian terapi tambahan dapat
dipertimbangkan pada kasus DBD sesuai gejalanya, tetapi tidak merupakan suatu elemen
dasar penatalaksanaan DBD. (Riswahyuni dan Sholehah,2018) Pengobatan DBD pada
dasarnya masih bersifat supportif atau simtomatis. Berdasarkan kelainan utama yang terjadi yaitu
berupa perembesan plasma akibat dari meningkatnya permeabilitas vaskuler. Sampai
saat ini belum ada pengobatan kuratif untuk mengatasi kebocoran plasma.
Pengobatan suportif terdiri dari pengobatan farmakologi dan non farmakologi”. Cairan
awal sebagai pengganti volume plasma dapat diberikan garam isotonic atau ringer
laktat. Belum ada usaha pengobatan yang bersifat kuratif, baik dalam mengatasi
terjadinya perdarahan atau trombositopenia maupun dalam mengatasi kebocoran
plasma. (Riswahyuni dan Sholehah,2018)
Salah satu pengobatan non-farmakologi adalah dengan
cara memanfaatkan tanaman yang dapat mempercepat penyembuhan penyakit demam
berdarah dengue. Akhir-akhir ini beredar berita bahwa bahan-bahan herbal yang
terdapat di masyarakat, jambu biji merupakan salah satu alternatif dalam
percepatan penyembuhan penyakit DBD. Beberapa penelitian sebelumnya seperti
diinformasikan oleh Suharmiati dan Handayani bahwa daun jambu biji tua
mengandung berbagai komponen yang berkhasiat untuk mengatasi DBD. Jus buah
jambu biji merah memiliki potensi untuk meningkatkan jumlah trombosit pada
penderita demam berdarah dengue”. (Riswahyuni,2018) Tetapi pada pemberian sari
jambu biji merah kepada pasien DBD tidak Berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap
nilai trombosit. Berdasarkan uraian latar belakang Diatas, peneliti tertarik
untuk mengetahui apakah ada pengaruh jambu biji terhadap kenaikan trombosit
pada pasien dengan DBD di ruang Ayana RS Permata Thu (Riswahyuni dan
Sholehah,2018)
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, R.M., Nabuasa,
E., Ndoen, E. M. (2020). Hubungan Antara Perilaku Sanitasi Lingkungan Dengan
Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Icerja Puskesmas. Tarus. Media
Resehatan Masyarakat, 2(2): 15-23.
Kenre, I. , Tahir, M.
(2021). Penyuluhan Dan Pemberantasan Nyamuk Demam Berdarah Dengue (DBD
Kelurahan Rijang Pittu Kabupaten Sidrap. Journal of community Engagement in
Heath, 4(1): 254-258.
Lindawati, N.Y., dkk.
(2021). Upaya Peningkatan Pengetahuan Masyarakat Dalam Pencegahan Dan Penang
Gulangan DB0 Didesa Blingo, Morosongo, Boyolali. Jurnal Pengabdian
Masyarakat Berkemajuan, 4(2): 473-476.
Nugroho, E.,
Rubandiyah, H. I., (2018). Pembentukan Kader Jumantık Sebagai Upaya Peningkatan
Pengetahuan Siswa Di Sekolah Dasar. Higeia Journal of public Health Research
and Development, 2(2): 216-226.
Presley, F., Reza, M.,
Rusydi, S, R. (2018). Hubungan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk Dengan Menutup
Menguras Dan Mendaur Ulang Plus (PSN M Plus) Terhadap Kejadian Demam Berdarah Denque
(DBD) Di Kelurahan Andalas. Jurnal Kesehatan dan Andalas, 7(1): 124-130.
Widahwati, R.,Sholehah,
M . 2018). Pengaruh Jambu Biji Terhadap Kenaikan Trombosit Pasien Demam
Berdarah Dengue (DBD) Di Ruang Ayana Rumah Sakit Permata Ibu Kunciran Tangerang
Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan IMC
Bintaro. Jurnal Kesehatan, 6(2): 1-10.
No comments:
Post a Comment