Friday, 9 December 2022

MAKALAH DOKUMENTASI KEBIDANAN MODEL DOKUMENTASI PROBLEM ORIENTED RECORD (POR)

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Belakang

Pada pelayanan kebidanan, dokumentasi merupakan salah satu bagian dari kegiatan bidan setelah memberikan asuhan kebidanan kepada klien. Secara umum standar asuhan kebidanan merupakan acuan dalam rangka penegakan diagnosa kebidanan melalui proses pengambilan keputusan dan tindakan yang akan dilakukan oleh bidan harus sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Hal tersebut. mencakup pengkajian, perumusan diagnosa dan/atau masalah kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidananan. Semua proses dalam memberikan asuhan kebidanan kepada klien disusun dalam dokumentasi kebidanan. Dokumen asuhan kebidanan berisi kondisi kesehatan pasien, diagnosa pasien, kebutuhan pasien, rencana asuhan, kegiatan asuhan kebidanan serta respon pasien terhadap asuhan yang telah diterima. Dokumentasi kebidanan merupakan bukti pencatatan dan pelaporan yang dimiliki oleh bidan dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan klien, bidan dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan komunikasi. Dokumentasi merupakan suatu catatan atau dokumen asli yang dapat dijadikan bukti dalam persoalan hukum.

Dalam penerapan pembuatan dokumetasi, terdapat berbagai macam model yang sering digunakan dalam pelayanan kesehatan khususnya kebidanan di Indonesia yaitu SOR (Source Oriented Record), POR (Problem Oriented Record), Discarge Notes, CBE (Charting By Exception), PIE (Problems Intervention and Evaluation) dan Focus. Model pendokumentasian seperti ini memiliki kelebihan dan kekurangan yang bermacam-macam. Dengan demikian, sebagai mahasiswa kebidanan harus mampu mengetahui dan mengaplikasikan model dokumentasi guna memberikan asuhan yang tepat dan komprehensif. Oleh karena itu, penulis akan membahas salah satu model dokumentasi asuhan yakni POR (Problem-Oriented Record) dalam makalah ini.

 

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah yang didapatkan sebagai berikut :

1.      Apakah yang dimaksud dengan problem oriented record?

2.      Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari model dokumentasi problem oriente record?

3.      Bagaimana contoh penerapan model dokumentasi problem oriented record?

4.      Bagaimana efektivitas model dokumentasi problem oriented record dalam pelayanan kebidanan atau kesehatan?

C. Tujuan Pembahasan

1.      Mengetahui yang dimaksud dengan problem oriented record.

2.      Mengetahui kelebihan dan kekurangan model dokumentasi problem oriented record.

3.      Mampu mengetahui dan menerapkan model dokumentasi problem oriented record melalui contoh yang dimuat dalam makalah.

4.      Mengetahui efektivitas model dokumentasi problem oriented record dalam pelayanan kebidanan.


 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A. Pengertian Problem Oriented Record (POR)

Model Problem Oriented Record (POR) adalah pendekatan asuhan kebidanan yang berfokus pada masalah kesehatan spesifik pasien yang membutuhkan perhatian sesegera mungkin. Pendekatan ini juga berfokus pada penyusunan rencana asuhan kebidanan yang kooperatif yang dirancang untuk mengatasi masalah yang teridentifikasi tadi, Dalam bukunya Wildan dan Hidayat (2009) menyatakan bahwa Problem Oriented Record (POR) adalah suatu model pendokumentasian sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi pada masalah klien, dapat menggunakan multi disiplin dengan mengaplikasikan pendekatan pemecahan masalah, mengarahkan ide-ide dan pikiran anggota tim.

Dokumentasi ini merupakan alat yg efektif guna mendokumentasikan sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi pada klien. Pendokumentasian ini memungkinkan digunakan oleh multidisplin tenaga kesehatan dengan pendekatan pemecahan masalah. Model pendokumentasian ini mengarahkan pada ide dan pemikiran anggota tim, sehingga masingmasing anggota tim bisa saling mengemukakan pandangannya dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien. Model ini juga memudahkan dalam perencanaan tindakan keperawatan dan memungkinkan antar anggota tim kesehatan saling berkomunikasi dengan baik. Model ini memusatkan data tentang klien didokumentasikan dan disusun menurut masalah klien. Sistem dokumentasi jenis ini mengintegrasikan semua data mengenai masalah yang dikumpulkan oleh dokter, perawat atau tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian layanan kepada klien. Penekanannya tidak pada siapa yang memberi pelayanan, tetapi pada masalah untuk apa asuhan kesehatan klien itu diberikan.

POR pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Lawrence L. Weed pada akhir tahun 1960-an. Tujuannya adalah, mengembangkan perawatan pasien melalui analisis sistematis dan dokumentasi logis, yang dilakukan oleh sekelompok anggota tim pelayanan kesehatan. Jika diterapkan dengan benar, POR akan menyediakan sarana komunikasi yang lebih efektif di antara anggota tim pelayanan kesehatan, termasuk di dalamnya pasien itu sendiri. Selain itu, POR juga akan memfasilitasi koordinasi asuhan pencegahan, asuhan perawatan, dan kontinuitas asuhan..

1. Komponen Model Dokumentasi POR

Meskipun rincian penerapan sistem POR dapat ber-variasi sesuai dengan pengaturan untuk digunakan dan jenis klien yang dilayani, ada empat komponen yang menjadi dasar problem oriented record ini. Empat komponen tersebut adalah.

a)      Data Dasar (Database)

Data dasar merupakan kumpulan informasi tentang klien yang berisi semua informasi-informasi yang telah dikaji dari hasil pengkajian awal terhadap klien ketika pertama kali masuk rumah sakit. Di dalamnya terdapat identitas pasien, riwayat penyakit (kesehatan), pemeriksaan fisik, pengkajian ahli gizi, dan hasil laboratorium. Data-data tersebut diolah untuk mengidentifikasi masalah utama (aktif pasien saat ini, yang ditandai dalam database. Namun, masalah kecil dan tidak aktif juga dijelaskan dalam data dasar.

Data dasar ini meliputi data subjektif dan data objektif. Data subjektif merupakan hasil anamnesis pasien meliputi identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan sebelumnya, hingga riwayat penyakit keluarga. Data objektif meliputi data hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan penunjang lainnya.

Dalam pendekatan POR, pasien mendapatkan tanggung jawab untuk menjawab pertanyaan yang diajukan seakurat mungkin. Di sisi lain, pasien juga memerlukan bantuan untuk melengkapi jawaban tersebut. Hal ini penting agar tidak tercipta data yang sifatnya 'sepele' dan 'serba positif yang berpotensi mengaburkan masalah utama pasien.

Data dasar bertujuan untuk memahami masalah pasien dan menjadi bahan pokok untuk untuk membantu dokter/perawat/bidan menentukan prioritas masalah yang dimiliki pasien, dan kemudian membuat rencana asuhan yang tepat. Dalam hal ini, masalah dan kelainan yang ada pada diri pasien harus dicari ber dasarkan keluhan utama yang disampaikan pasien.

 

b)      Daftar Masalah

Menurut Wildan dan Hidayat (2008) komponen ini berisi identifikasi berbagai masalah yang ditemukan dari pengumpulan data dasar. Daftar masalah ini akan disusun secara kronologis, didasarkan pada masalah-masalah yang dapat diidentifikasi dari hasil pengkajian awal. Nantinya daftar masalah ini berfungsi sebagai bahan baku rencana asuhan.

Menurut Sudarti dan Fauziah (2017) pada awal nya, daftar masalah ditulis oleh tenaga kesehatan yang bertemu pasien pertama kali. Daftar masalah dapat mencakup masalah fisiologis, psikologis, sosiokultural, spiritual, tumbuh kembang, ekonomi, dan lingkungan yang dimiliki. Daftar ini berada pada bagian depan status klien. Setiap masalah diberi tanggal dan nomor, kemudian dirumuskan.

Posisi daftar masalah di bagian depan status klien memiliki fungsi sebagai panduan kepada masalah kesehatan terpenting dan terkini yang dimiliki pasien. Tujuannya adalah untuk menarik perhatian tenaga kesehatan pada area masalah, sehingga tidak akan terlewatkan, agar daftar masalah dapat memenuhi tujuan utamanya. tenaga kesehatan yang mencatat perlu menggunakan bahasa yang ringkas dan ekspilisit.

Jika diagnosis telah dilakukan, maka hal itu harus ditulis.. namun, jika ada beberapa manifestasi penyakit yang muncul, mereka harus dirangkum ke dalam bentuk definisi tunggal yang sesingkat dan seakurat mungkin. Manifetasi penyakit sendiri dapat dicantumkan terpisah pada lembar alur atau catatan naratif di bagian lain dalam dokumen.

c)      Rencana Asuhan (Plan)

Komponen ini berupa asuhan terhadap pasien yang berasal dari masalah yang telah diidentifikasi. Rencana asuhan (plan), biasanya ditulis oleh tenaga kesehatan yang mendapat bagian menyusun daftar masalah. Dokter menulis instruksinya, sementara perawat atau bidan menulis rencana asuhan.

Dalam hal ini dokter, bidan, dan perawat memiliki pembagian tersendiri terkait rencana asuhan. Namun rencama dokter dan perawat atau bidan ini harus diintegrasikan untuk menghindari duplikasi, menyediakan sarana koordinasi, dan mengomunikasikan rencana perawatan. Rencana asuhan yang dihasilkan oleh dokter adalah hal-hal yang terkait dengan studi agnostik, terapi, dan instruksi dokter. Rencana yang dihasilkan perawat berkaitan dengan pengamatan, intervensi, diet, dan pendidikan pasien.

d)     Catatan Perkembangan (Progress Notes)

Catatan perkembangan merupakan bagian utama catatan perkembangan POR merupakan follow-up atas semua masalah yang sudah terurai sebelumnya. Dalam pendekatan POR hanya ada satu bagian untuk catatan perkembangan. Dokter, perawat atau bidan, dan semua petugas kesehatan lain secara langsung berpartisipasi dalam perawatan pasien menggunakan catatan ini untuk mendokumentasikan pengamatan, penilaian, rencana asuhan keperawatan, perintah dokter dan sebagainya.

e)      Discharge Notes (catatan pemulangan dan ringkasan rujukan).

            Discharge notes ini akan lebih sesuai untuk pasien yang akan dipulangkan atau dipindahkan pada ruang perawatan lainnya untuk perawatan lanjutan. Catatan ini juga ditujukan bagi tenaga kesehatan yang akan melanjutkan perawatan dengan home care dan informasi untuk lanjutan.

a) Informasi untuk tenaga kesehatan berisi tentang:

1)      Mengambarkan tindakan keperawatan yang dilakukan.

2)      Menjelaskan tentang informasi yang akan disampaikan pada klien.

3)      Menjelaskan kemajuan perkembangan yang telah dialami klien terutama keterampilan tertentu seperti klien yang menderita stroke sudah mampu berjalan sendiri.

4)      Menjelaskan keterlibatan anggota keluarga dalam pemberian asuhan keperawatan.

5)      Menguraikan sumberdaya yang diperlukan di rumah.

B. Kelebihan dan Kekurangan Model Dokumentasi POR

                        Menurut Sudarti dan Fauziah (2010) kelebihan dan kekurangan model dokumentasi kebidanan Problem Oriented Record (POR) adalah sebagai berikut.

1. Kelebihan Model POR

a.         Dokumentasi dengan model ini lebih berfokus pada masalah klien/pasien dan proses penyelesaian masalahnya, dibandingkan dengan tugas dokumentasi kebidanan semata.

b.        Evaluasi dan pemecahan masalah didokumentasikan dengan jelas dan terstruktur. Selain itu, data diolah berdasarkan masalah yang spesifik, sehingga tidak akan terjadi bias atau kebingungan yang muncul dalam kegiatan asuhan terhadap klien.

c.         Daftar masalah berfungsi untuk membantu mengingatkan bidan terhadap masalah pasien yang memerlukan perhatian khusus.

d.        Daftar masalah bertindak sebagai daftar isi dan mempermudah pencarian data dalam proses asuhan.

2. Kekurangan Model POR

a.         Penekanan model pendekatan ini yang pada hanya berdasarkan masalah, penyakit dan ketidakmampuan pasien dapat menyebabkan pengobatan dan tindakan yang negatif.

b.        Model POR ini sulit digunakan apabila daftar masalah tidak secara terus menerus diperbarui. c. Akan terjadi kesulitan ketika muncul masalah baru dalam proses asuhan pasien, yang tidak termasuk dalam masalah aktif dan masalah pasif.

c.         Akan terjadi kebingungan jika setiap hal dimasukkan ke dalam daftar masalah.

C. Contoh Model Dokumentasi POR

 

D. Efektivitas Problem Oriented Record

Kemudahan penggunaan format dokumentasi keperawatan menurut Nahm (2010), sangat dipengaruhi atau ditentukan oleh tiga hal pokok atau pilar informasi yaitu relevan (relevancy), tepat waktu (timelinness) dan akurat (accuracy). Sejalan pendapat dari Moen (2013) yang mengatakan bahwa informasi yang dihasilkan dari format dokumentasi keperawatan model POR lebih menjamin ketelitiannya/accuracy dan dapat diperoleh dalam waktu yang cepat serta tepat. Berdasarkan penelitian (Hirzal, dkk 2013) Format pendokumentasian model POR menurut persepsi perawat cukup sistematis cukup efektif, dan cukup mudah untuk dikerjakan sehingga dapat disimpulkan bahwa format model POR di rawat jalan RSUD Petala Bumi Pekanbaru setuju untuk digunakan.

 

 


 

BAB III

PENUTUP

E. KESIMPULAN   

Problem Oriented Record (POR) adalah suatu model pendokumentasian sistem pelayanan kesehatan yang berorientasi pada masalah klien, dapat menggunakan multi disiplin dengan mengaplikasikan pendekatan pemecahan masalah, mengarahkan ide-ide dan pikiran anggota tim. Komponen Model Dokumentasi POR terdiri atas data dasar, daftar masalah, rencana asuhan, catatan perkembangan. Dalam pelaksanaan dokumentasi kebidanan catatan perkembangan (progress notes) terdiri dari tiga jenis yaitu catatan perawat, flowsheet dan discharge note. Kelebihan model POR yakni dokumentasi dengan model ini lebih berfokus pada masalah klien/pasien dan proses penyelesaian masalahnya, dibandingkan dengan tugas dokumentasi kebidanan semata, evaluasi dan pemecahan masalah didokumentasikan dengan jelas dan terstruktur. Selain itu, data diolah berdasarkan masalah yang spesifik, sehingga tidak akan terjadi bias atau kebingungan yang muncul dalam kegiatan asuhan terhadap klien, daftar masalah berfungsi untuk membantu mengingatkan bidan terhadap masalah pasien yang memerlukan perhatian khusus, daftar masalah bertindak sebagai daftar isi dan mempermudah pencarian data dalam proses asuhan, masalah yang membutuhkan intervensi yang sebelumnya sudah teridentifikasi dalam data dasar, dibicarakan dalam rencana asuha. Sedangkan kekurangan model POR yakni penekanan model pendekatan ini yang pada hanya berdasarkan masalah, penyakit, dan ketidakmampuan pasien dapat menyebabkan pengobatan dan tindakan yang negative, model POR ini sulit digunakan apabila daftar masalah tidak secara terus menerus diperbarui, akan terjadi kesulitan ketika muncul masalah baru dalam proses asuhan pasien, yang tidak termasuk dalam masalah aktif dan masalah pasif, akan terjadi kebingungan jika setiap hal dimasukkan ke dalam daftar masalah, perawatan yang rutin bisa jadi diabaikan dalam pencatatan jika flow sheet untuk pencatatan tidak tersedia. Kejadian-kejadian luar biasa yang mungkin saja terjadi selama perawatan, tidak dituliskan jika tidak ada hubungannya dengan catatan sebelumnya.


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Handayani, Rini S dan Mulyati, Sri T. 2017. Bahan Ajar Kebidanan Dokumentasi Kebidanan.Jakarta:Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Hirzal, dkk (2014). Efektivitas Format Pendokumentasian Kepeawatan Model Problem Oriented Record (POR) Terhadap Kemudahan Penggunaannya Oleh Perawat di Rawat Jalan RSUD Petala Bumi Pekan Baru 2013. Jumal Proteksi Kesehatan Vol 3 No https://doi.org/10.36929/jpk.v3i1.22 1 (1-21) Dapat diakses

Nurwiandani. Widy (2018). Dokumentasi Kebidanan Konsep Dan Aplikasi Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta:Pustaka Baru Press

Olfah, Yustiana (2016). Bahan Ajar Keperawatan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Kemenkes Republik Indonesia

Eriy

No comments:

Post a Comment