Friday, 9 December 2022

ASKEP Konsep Syok Kardiogenik

 

LAPORAN PENDAHULUAN

 

A.    Konsep Syok Kardiogenik

1.      Definisi

Syok kardiogenik adalah gangguan fungsi sirkulasi mendadak dan kompleks yang mengakibatkan  hipoksia jaringan akibat berkurangnya curah jantung pada keadaan volume intravaskular yang cukup. Syok kardiogenik merupakan suatu kondisi dimana terjadi hipoksia jaringan sebagai akibat dari menurunnya curah jantung, meskipun volume intravaskuler cukup. Sebagian besar kondisi syok ini disebabkan oleh infark miokard akut (Asikin et all, 2016).

 

Pendapat lain mengatakan bahwa syok kardiogenik adalah kelainan jantung primer yang menyebabkan kelainan fungsi jaringan yang tidak cukup untuk mendistribusi bahan makanan dan mengambil sisa metabolisme. Syok kardiogenik adalah syok yang disebabkan oleh ketidakadekuatan perfusi jaringan akibat dari kerusakan fungsi ventrikel. Syok kardiogenik adalah ketidakmampuan jantung mengalirkan cukup darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme, akibat dari gangguan fungsi pompa jantung (Aspiani, 2015).

 

2.      Etiologi

Syok kardiogenik dapat disebabkan oleh berbagai penyakit dan kondisi seperti yang akan dijelaskan di bawah ini, dibagi atas pada bayi baru lahir dan pada bayi dan anak. Pada bayi baru lahir, syok kardiogenik dapat disebabkan oleh:

a.       Penyakit jantung bawaan (PJB) yang mengakibatkan berberkurangnya curah jantung dan hipotensi sistemik: hypoplastic left heart syndrome, stenosis aorta, interrupted aortic arch, koarktasio aorta berat, anomali arteri koroner.

b.      Kelainan otot jantung akibat hipoksia dan asidosis berat pada asfiksia intrapartum.

 

Penyebab syok kardiogenik terjadi akibat beberapa jenis kerusakan, gangguan atau cedera pada jantung yang menghambat kemampuan jantungg untuk berkontraksi secara efektif dan memompa darah. Pada syok kardiogenik, jantung mengalami kerusakan berat sehingga tidak bisa secara efektif memperfusi dirinya sendiri atau organ vital lainnya. Ketika keadaan tersebut terjadi, jantung tidak dapat memompa darah karena otot jantung yang mengalami iskemia tidak dapat memompa secara efektif. Pada kondisi iskemia berkelanjutan, denyut jantung tidak berarturan dan curah jantung menurun secara drastic (Yudha, 2011).  

 

 

 

Pada bayi dan anak:

a.       Obstruksi ekstrinsik dan intrinsik pada jalan masuk dan jalan kelua  jantung: tension pneumothorax, hemoperikardium pneumoperikardium, efusi perikardium.

b.      Kelainan otot jantung: miokarditis (virus, autoimun), kardiomiopati primer atau kardiomiopati sekunder (hipertiroid, kelainan metabolic defisiensi karnitin), penyakit neuromuskular dan akibat penggunaan obat kardiotoksik.

c.       Kelainan metabolik: hipoglikemia berat, insufisiensi adrenal.

d.      Kelainan irama jantung: takikardia supraventrikel, takikardia ventrikel, fibrilasi ventrikel, blok AV komplit, long QT syndrome.

e.       Pasca operasi jantung.

  

3.      Pathway


 

4.      Manifestasi Klinis

Menurut Aspiani 2015 timbulnya syok kardiogenik dengan infark miokard akut dapat dikategorikan dalam beberapa tanda dan gejala berikut:

a.       Timbulnya tiba-tiba dalam waktu 4-6 jam setlah infark akibat gangguan miokard miokard atau rupture dinding bebas ventrikel kiri 

b.      Timbulnya secara perlahan dalam beberapa hari sebagai akibat infark berulang

c.       Timbulnya tiba-tiba 2 hingga 10 hari setelah infark miokard disertai timbulnya bising mitral sistolik, ruptur septum atau disosiasi elektro mekanik. Episode ini disertai atau tanpa nyeri dada, tetapi sering disertai dengan sesak napas akut

 

Keluhan dada pada infark miokard akut biasanya didaerah substernal, rasa seperti ditekan, diperas, diikat, rasa dicekik, dan disertai rasa takut. Rasa nyeri menjalar ke leher, rahang, lengan dan punggung. Nyeri biasanya hebat dann berlangsung lebih dari ½ jam, tidak menghilang dengan obat-obatan nitrat. Syok kardiogeenik yang berasal dari penyakit jantung lainnya, keluhan sesuai dengan penyakit dasarnya.

 

Tanda penting yang muncul pada syok kardiogenik adalah sebagai berikut (Yudha,2011):

1.      Takikardia : Jantung berdenyut lebih cepat karena stimulasi simpatis yang berusaha untuk meningkatkan curah jantung. Namun, hal ini akan menambah beban kerja jantung dan meningkatkan konsumsi oksigen yang menyebabkan hipoksia miokardium 

2.      Kulit pucat dan dingin : vasokontriksi sekunder akibat stimulasi simpatis membawa aliran darah yang lebih sedikit (warna dan kehangatan) ke kulit

3.      Berkeringat : stimulasi simpatis mengakibatkan kelenjar keringat 

4.      Sianosis pada bibir dan bantalan kuku: stagnasi darah di kapiler setelah oksigen yang tersedia di keluarkan

5.      Peningkatan CVP (tekanan vena sentral) dan PWCP (tekanan baji kapiler pulmonal ) : pompa yang mengalami kegagalan tidak mampu memompa darah, tetapi darah tetap masuk ke jantung, menambah jumlah darah di dalam jantung, sehingga meningkatkan preload.

 

5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk mendukung penegakan diagnosis syok kardiogenik adalah sebagai berikut (Asikin, 2016):

a.       EKG : untuk mengetahui adanya infark miokard dan/atau iskemia miokard 

b.      Rongent Dada : menyingkirkan penyebab syok atau nyeri dada lainnya. Klien dengan syok kardiogenik sebagian besar menunjukkan adanya gagal ventrikel kiri.

c.       Kateterisasi Jantung : Menentukan penyebab dan jenis syok dengan melihat tekanan kapiler paru dan indeks jantung 

d.      Enzim Jantung : mengetahui syok kardiogenik disebabkan oleh infark miokard akut. Enzim jantung dapat berupa kreatinin kinase, troponin, myoglobin dan LDH

e.       Hitung Darah Lengkap : melihat adanya anemia, infeksi atau koagulopati akibat sepsis yang mendasari terjadinya syok kardiogenik 

f.       Ekokardiografi : menentukan penyebab syok kardiogenik dengan melihat fungsi sistolik dan diastolik jantung 

 

Terdapat beberapa tambahan pemeriksaan penunjang pada syok kardiogenik menurut pendapat Yudha 2011 :

a.       Pemindaian Jantung : tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan jantung

b.       Elektrolit : mungkin berubah karena perrpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, terapi deuretik 

c.       Oksimetri nadi : saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif memperburuk penyakit paru obstruktif menahun (POM)

d.      AGD : gagal ventrikel kiri diatandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksiemia dengan peningkatan tekanan karbondioksida.

 

6.      Penatalaksanaan

Penatalaksanaan secara umum Tata laksana syok kardiogenik secara umum meliputi:

a.       Pemasangan infus untuk memberikan bolus cairan 10 mL/kg untuk mengisi pembuluh darah yang kolaps.

b.      Koreksi  keseimbangan asam-basa dan elektrolit

c.       Pemasangan kateter vena sentral untuk mengukur tekanan vena sentral

 

Penatalaksanaan secara spesifik

1.      Pemberian obat-obatan

Sesuai dengan kinerja jantung yang terganggu, obat-obatan untuk meningkatkan curah jantung dapat berupa obat-obatan inotropik, diuretik, dan obat-obatan vasodilator.14

a.       Inotropic

·         Dopamin dan dobutamin diberikan secara parental

·         Digoksin  merupakan preparat digitalis yang cukup sering digunakan untuk mengobati gagal jantung pada anak. Pada kasus gagal jantung, digoksin diberikan untuk meningkatkan kontraksi miokardium.

·         Milrinion, termasuk dalam penghambat fosfodiestrase-3 (phosphodiestrase 3/ PDE-3) yang bekerja dengan cara menghambat hidrolisis 3’5’ siklik adenosin monofosfat (cyclic AMP) intraselular.

b.      Diuretik

·         Furosemid adalah golongan diuretik kuat yang bekerja di ansa henle tubulus ginjal. Furosemid biasanya dipakai pada anak dengan dosis 1-2 mg/kgBB/hari. Dapat diberikan secara oral atau intravena dengan dosis yang sama

·         Antagonis aldosterone, Pemberian spironolakton, suatu diuretik inhibitor aldosteron akan mengefektifkan kerja furosemid dengan jalan mencegah reabsorpsi cairan di tubulus distal.

c.       Vasodilator

Obat ini meningkatkan isi sekuncup tanpa meningkatkan kontraktilitas sehingga tidak menambah konsumsi oksigen pada otot jantung. Obat ini terutama sangat bermanfaat untuk anak dengan gagal jantung akibat kardiomiopati atau penderita dengan insufisiensi mitral atau aorta yang berat atau pasca-bedah jantung dan sering digunakan bersama dengan digitalis dan diuretik. Penggunaan vasodilator pada penderita PJB dengan pirau kiri ke kanan yang besar (defek septum atrium, duktus arteriosus persisten) juga dilaporkan bahwa hasilnya baik.

 

 

7.      Komplikasi

Menurut buku yang di tulis oleh Aspiani 2015 komplikasi yang muncul dari syok kardiogenik adalah:

a.       Henti jantung paru 

b.      Disritmia 

c.       Gagal multisystem organ 

d.      Stroke

e.       Tromboemboli

 

B.     Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian

Pengkajian pada pasien dengan kasus syok kardiogenik meliputi :

a.       Identitas pasien

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin (dapat terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan), agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, ruang rawat, nomor rekam medis, dan alamat.

 

b.      Riwayat Kesehatan

1)      Keluhan utama

Keluhan utama biasanya nyeri dada yang dirasakan pasien meskipun dalam keadaan istirahat. Biasanya nyerinya menjalar kelengan dan punggung.

2)      Riwayat kesehatan sekarang

3)      Riwayat penyakit dahulu

Riwayat kesehatan terdahulu terdiri dari penyakit yang pernahdialami, alergi, imunisasi, kebiasaan/pola hidup, obat-obatanyangdigunakan. Kaji apakah klien memiliki riwayat DM, hipertensi, dankebiasaan merokok.

4)      Riwayat Penyakit Keluarga Kaji mengenai penyakit yang pernah keluarga alami (penyakit jantung, DM, hipertensi).

5)      B1: Breath Sesak nafas, apnea, Depnea,

6)      B2: Blood Denyut nadi lemah, nadi cepat, teratur/tidak teratur, EKGAritmia, Suara jantung bisa tidak terdengar pada VF. Tekanan darahsukar / tidak dapat diukur/ normal, Saturasi oksigen bisa menurun< 32 90%.

7)       B3: Brain Menurunnya/hilangnya kesadaran, gelisah, disorientasi waktu, tempat dan orang.

8)       B4: Bladder Produksi urine menurun, warna urine lebih pekat dari biasanya, oliguria, anuria.

9)       B5: bowel Konstipasi.

10)   B6: Bone Perfusi dingin basah pucat, CRT > 2 detik, diaforesis, kelemahan.

 

1.      Keluhan utama

a)      Kualitas Nyeri Dada : seperti terbakar, tercekik, rasa menyesakkan nafas atau seperti tertindih barang berat.

b)      Lokasi dan radiasi : retrosternal dan prekordial kiri, radiasi menurun ke lengan kiri bawah dan pipi, dagu, gigi, daerah epigastrik dan punggung.

c)       Faktor pencetus : mungkin terjadi saat istirahat atau selama kegiatan.

d)      Lamanya dan faktor-faktor yang meringankan : berlangsung lama, berakhir lebih dari 20 menit, tidak menurun dengan istirahat, perubahan posisi ataupun minum Nitrogliserin.

e)      Tanda dan gejala : Cemas, gelisah, lemah sehubungan dengan keringatan, dispnea, pening, tanda-tanda respon vasomotor meliputi : mual, muntah, pingsan, kulit dingin dan lembab, cekukan dan stresgastrointestinal, suhu menurun.

f)       Pemeriksaan fisik : mungkin tidak ada tanda kecuali dalam tanda tanda gagalnya ventrikel atau kardiogenik shok terjadi. BP normal, meningkat atau menurun, takipnea, mula-mula pain reda kemudian kembali normal, suara jantung S3, S4 Galop menunjukan disfungsi ventrikel, sistolik mur-mur, M. Papillari disfungsi, LVdisfungsi terhadap suara jantung menurun dan perikordial friksinrub, pulmonary crackles, urin output menurun, Vena jugular amplitudonya meningkat ( LV disfungsi ), RV disfungsi, ampiltudovena jugular menurun, edema periver, hati lembek.

g)       Parameter Hemodinamik: penurunan PAP, PCWP, SVR, CO/ CI.

 

 

 

 

 

2.      Diagnosa Kepeawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan jelas, singkat dan pasti tentang masalah pasien yang nyata serta penyebabnya dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan menurut Gordon (1982), dalam Dermawan (2012).

a.       Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.149)

b.      Gangguan pertukaran gas (D.0003)

c.       Pola nafas tidak efektif (D.0005)

d.      Defisit nutrisi (D.0019)

e.       Risiko perfusi serebral tidak efektif (D.0017).

 

 

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

1.      Cho CS, Rothrock SG. Circulatory emergencies: shock. Dalam: Baren JM, Rothrock SG, Brennan JA, Brown L, penyunting. Pediatric emergency medicine. Philadelphia: Elsevier; 2008.h.78-93.

2.      Fisher JD, Nelson DG, Beyersdorf H, Satkowiak LJ. Clinical spectrum of shock in the pediatric emergency department. Pediatr Emerg Care. 2010;26:622-5.

3.      Zaki SA, Dolas A. Refractory cardiogenic shock in an infant with congenital hypothyroidism. Indian J Crit Care Med. 2012;16:151-3

4.      Bell LM. Shock. Dalam: Fleishe GR, Ludwig S, Henretig FM, penyunting. Textbook of pediatric emergency medicine. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2006.h.51-62.

5.      Alwi I, Nasution SA. Syok Kardiogenik. Dalam Sudoyo AW dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, ed kelima jilid I. Interna Publishing. Jakarta ; November 2009

6.      Ren X, Lenneman A. Cardiogenic Shock. Medscape Reference. May 2013. Available from www.emedicine.medscape.com

7.      Hochman JS, Menon Venu. Clinical manifestations and diagnosis of cardiogenic shock in acute myocardial infarction. UpToDate. Wolters Kluwer Health. Juni 2013 Available from www.uptodate.com

No comments:

Post a Comment