Friday, 9 December 2022

ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN PADA By. RK DENGAN KASUS ATRESIA ANI DI RUANG NICU RSUD

 

LAPORAN PENDAHULUAN

 

  1. PENGERTIAN

Malformasi Anorektal atau Atresia ani merupakan salah satu dari berbagai kelainan kongenital yang menimpa pada anak. Anus imperfrote (Atresia Ani) yaitu suatu keadaan dimana anus tidak memiliki lubang. Kata Atresia berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti tidak ada, dan trepis artinya nutrisi atau makanan. Menurut istilah ilmu kedokteran, atresia ani adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan yang normal (Putra, 2012).

Atresia Ani adalah kelainan kongenital atau kelainan bawaan yang menunjukan keadaan seseorang yang tidak mempunyai anus atau anus dalam keadaan tidak sempurna. Perkembangan pada saat ini untuk mengatasi Malformasi Anorektal diantaranya yaitu dengan terapi pembedahan yang sudah pernah dijumpai cut back sederhana hingga yang sering dilakukan pada saat ini disebut Posterio Sagital Ano Rektal Plasy (PSARP) (Lokanata & Rochadi, 2014).

Malformasi anorektal dalam dunia kedokteran disebut juga sebagai anus imperforata, atresia ani atau kelainan ektopik anal. Malformasi anorektal adalah kelainan kongenital yang meliputi anus, rektum, atau batas di antara keduanya. Malformasi anorektal termasuk kelainan-kelainan kongenital yang terjadi karena gangguan pemisahan kloaka menjadi rektum dan sinus urogenital. Pada kelainan bawaan anus umumnya tidak terdapat kelainan rektum, sfingter dan otot dasar panggul (Derbew M, Levitt MA, 2009).

Malformasi anorektal termasuk ke dalam sindroma VACTERL (defek Vertebra, malformasi anorektal, defek Cardiac, fistula Tracheo-Esofageal, anomaly Renal, abnormal Limb). Enam puluh sampai Sembilan puluh persen penderita dengan sindrom VACTERL mempunyai penyempitan atau blokade pada anus (malformasi anorektal). Malformasi anorektal bisa disertai dengan kelainan pada genital dan traktus urinaria (Solomon BD, 2011).

Atresia ani atau anus imperforata disebut sebagai malformasi anorektal, adalah suatu kelainan kongenital tanpa anus atau dengan anus tidak sempurna, termasuk Agenesis ani, Agenesis rekti dan Atresia rekti. Malformasi anorektal adalah kelainan bawaan anus yang disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan pembentukan anus dari tonjolan embrionik (Mansjoer, 2010).

Atresia ani paling sering terjadi pada bayi yang baru lahir. Frekuensi seluruh kelainan kongenital anorektal didapatkan 1 dari tiap 5000-10000 kelahiran, sedangkan atresia ani didapatkan 1% dari seluruh kelainan kongenital pada neonatus dan dapat muncul sebagai penyakit tersering. Kejadian tersering pada laki-laki dan perempuan adalah anus imperforata dengan fistula antara usus distal uretra pada laki-laki dan vestibulum vagina pada perempuan (Alpers, 2006).

 

Klasifikasi Atresia Ani

Klasifikasi atresia ani ada 4 yaitu:

1. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak dapat keluar.

2. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.

3. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan anus.

4. Rectal atresia adalah tidak memiliki rektum.

Pasien bisa diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi yaitu:

  1. Anomali rendah / infralevator Rektum mempunyai jalur desenden normal melalui otot puborektalis, terdapat sfingter internal dan eksternal yang berkembang baik dengan fungsi normal dan tidak terdapat hubungan dengan saluran genitourinarius.
  2. Anomali intermediet Rektum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis, lesung anal dan sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.
  3. Anomali tinggi / supralevator Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter internal tidak ada. Hal ini biasanya berhubungan dengan fistula genitourinarius – retrouretral (pria) atau rectovagina (perempuan). Jarak antara ujung buntu rectum sampai kulit perineum lebih dari1 cm.
  1. ETIOLOGI

Menurut (Betz, L. C., & Gowden, 2012), dalam buku saku keperawatan pediatric edisi ke 7 menyebutkan beberapa etiologi pada penderita Atresia ani diantaranya:

a. Penyebabnya belum dapat diketahui secara betul atau pasti

b. Merupakan keabnormalan gastrointestinal dan ganitourynari.

Namun ada sumber juga yang mengatakan bahwa Malformasi anorektal disebabkan oleh:

1)      Terdapat adanya kegagalan pembentukan septum urorektal secara sempurna dikarenakan adanya gangguan fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik.

2)      Terputusnya saluran cerna pada bagian atas dengan dubur sehingga menyebabkan bayi lahir tanpa lubang anus atau keadaan anus tidak sempurna.

3)      Terdapat adanya gangguan organogenesis saat masa kehamilan, penyebab atresia ani biasanya kegagalan pertubuhan janin di dalam kandungan saat umur 12 mingguu atau 3 bulan.

4)      Kongenital dimana sfingter internal yang mungkin kurang memadai.

Faktor Predisposisi Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan kongenital saat lahir, seperti:

1)      Kelainan sistem pencernaan terjadi kegagalan perkembangan anomali pada gastrointestinal.

2)      Kelainan sistem perkemihan terjadi kegagalan pada genitourinari.

Penyebab secara pasti antresia ani belum diketahui, namun sebagian besar kelainan ini disebabkan oleh kegagalan pertumbuhan saat bayi berusia 12 minggu atau 3 bulan. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rectum bagian distal secara traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.

Menurut penelitian beberapa ahli masih jarang terjadi bahwa gen autosomal resesif yang menjadi penyebab antrisia ani. Orang tua yang mempunyai gen carrier, penyakit ini mempunyai peluang sekitar 25% untuk diturunkan pada anaknya pada saat kehamilan. 30% anak yang mempunyai sindrom genetik, kelainan kromosom atau kelainan congenital lain juga beresiko untuk menderita atresia ani. Sedangkan kelainan bawaan rectum terjadi karena gangguan pemisahan kloaka menjadi rectum dan sinus urogenital sehingga biasanya disertai dengan gangguan perkembangan septum urorektal yang memisahkannya. (Long Barbara C. dalam jurnal Notokusomo vol 1, no 1, Agustus 2013)

 

  1. PATOFISIOLOGI

Malformasi Anorektal terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada kehidupan embrional. Gangguan pada perkembangan embriologik ini masih belum jelas hingga saat ini. Gangguan embrional ini berupa tidak sempurnanya kanalisasi saluran pencernaan bagian bawah, yaitu gangguan pertumbuhan septum urorektal. Septum ini memisahkan rektum dan kanalis anal dengan bladder dan uretra. Pada minggu ke 7 kehamilan septum ini menutup saluran yang menghubungkan traktus urinarius dan traktus digestivus dan terbentuk sempurna pada usia kehamilan 8 minggu.

Setelah itu urogenital ventral membuka dan disusul oleh dorsal anal membrane. Namun pada atresia ani dapat terjadi stenosis anal, pembukaan anal membrane tidak sempurna, maupun pemisahan yang tidak sempurna dengan traktus urinarius yang menyebabkan adanya fistula.

Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan adanya fistula. Obstruksi ini mengakibatkan distensi abdomen, konsentrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya. Apabila urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis hiperkhloremia, sebaliknya feses mengalir kearah traktus urinarius menyebabkan infeksi berulang. Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara rektum dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina (rektovagina) atau perineum (rektovestibuler). Pada laki2 biasanya letak tinggi, umumnya fistula menuju ke vesika urinaria atau ke prostate. (rektovesika). pada letak rendah fistula menuju ke urethra (rektourethralis).


Atresia Ani

Atresia Ani

 

Ujung rektum buntu

Atresia Ani

 

Post op

Atresia Ani

 

Pre op

Atresia Ani

 

Ketidakmampuan fekal dikeluarkan

Atresia Ani

 

Kurang pengetahuan tentang operasi

Atresia Ani

 

colostomy

Atresia Ani

 

Pembuatan anus

Atresia Ani

 

Respon psikologis

Atresia Ani

 

Ansietas

Atresia Ani

 

Pasien dan keluarga cemas

Atresia Ani

 

Konspirasi

Atresia Ani

 

Implus

Radix dorsalis

Thalamus

 

Merangsang mediator

 

Adaptasi fungsi anus tidak tepat

Atresia Ani

 

Penutupan colostom

Atresia Ani

 

Peradangan 

Atresia Ani

 

Waktu tidak terkontrol

Atresia Ani

 

Intususepsi

 

Pendarahan 

Atresia Ani

 

Pos de entry

Hipovolemia

Nyeri akut

Persepsis nyeri

Kortex selebri

Masuknya kuman kedalam tubuh

Resiko infeksi

Fekal menumpuk diatas rektum

 

Obstruksi

Atresia Ani

 

Distensi abdomen

Febris

Hipertermia

Temperatur naik

 

Pengeluaran inter leukin I

 

Proses peradangan

 

Penumpukan feses

Atresia Ani

 

Defisit nutrisi

Mual muntah berlebihan

Peningkatan HCL asam lambung

Rasa penuh diperut

Pergerakan makan lambat

Pola nafas tidak efektif

Sesak

Pernafasan tidak optimal

 

Kebutuhan O2 tidak adekuat

Compliance paru terganggu

Mendorong diagfragma otot perut

D. PATWAY

 


  1. MANIFESTASI KLINIS

Bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak terdapat defekasi mekonium. Gejala ini terdapat pada penyumbatan yang lebih tinggi. Pada golongan 3 hampir selalu disertai fistula. Pada bayi wanita sering ditemukan fistula rektovaginal (dengan gejala bila bayi buang air besar feses keluar dari (vagina) dan jarang rektoperineal, tidak pernah rektourinarius. Sedang pada bayi laki-laki dapat terjadi fistula rektourinarius dan berakhir di kandung kemih atau uretra dan jarang rektoperineal.

Tanda dan gejala klinis pada penderita Malformasi anorektal (Atresia ani) menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) adalah tidak keluarnya mekonium pada 24 jam pertama setelah bayi dilahirkan.

a.       Bayi yang baru lahir tidak dapat dilakukan pengecekan suhu melalui rectal atau anus.

b.      Pada umumnya mekonium akan keluar melalui sebuah fistula atau anus yang letaknya belum tepat.

c.       Terjadinya distensi atau penekanan abdomen secara bertahap dan tandatanda obstruksi usus bila tidak terjadi fistula.

d.      Pada usia 24 jam sampai 48 jam bayi akan mengalami muntah-muntah

e.       Di temukannya membrane anal pada pemeriksaan rectal touch

f.       Distensi atau penekanan pada abdomen.

 

  1. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yang bertujuan untuk memastikan diagnosis diantaranya:

a.       Pemeriksaan radiologi Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya obstruksi intestinal.

b.      Sinar X pada abdomen Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan kejelasan gambaran keseluruhan bowel serta untuk mengetahui jarak pemanjangan kantung rektum dan sfingternya.

c.       CT-Scan Pemeriiksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada lesi atau tidak.

d.      Pvelografi intra vena Pemeriksaann ini berguna untuk menilai pelviokalises dan ureter.

e.       Pemeriksaan fisik pada rektum Pemeriksaan ini biasanya akan dilakukan colok dubur atau lebi gampangnya dilakukan pengecekan suhu melalui anus.

f.       Rongenogram abdomen dan pelvis Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengkonfirmasi apakah fistula yang berhubungan dengan trankus urinarius atau tidak (Betz & Gowden, 2012)

 

  1. PENATALAKSANAAN

1.         Penatalaksanaan medis

Menurut (Hidayat, 2010), penatalaksanaan pada penderita Atresia ani yaitu:

a. Pembuatan lubang kolostomi Pembuatan lubang kolostomi biasanya sementara ataupun permanent dari usus besar atau colon iliaka. Untuk anomaly tinggi dilakukan tindakan kolostomi beberapa hari setelah lahir.

b. Posterio Sagital Ano Rektal Plasy (PSARP) Tindakan Anoplasty dan umumnya ditunda 9-12 bulan. Penundaan ini bertujuan untuk memberi waktu pelvis untuk membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga dapat memungkinkan bayi untuk menambah berat badannya dan bertambah baik status nutrisinya.

c. Penutupan kolostomi Tindakan terakhir dari penderita Atresia ani biasanya setelah operasi, anak akan mulai buang air besar (BAB) melalui anus. Pertama BAB akan sering tetapi seminggu setelah operasi BAB akan berkurang frekuensinya dan agak padat.

d. Pemberian cairan parenteral berupa KAEN 3B.

e. Pemberian antibiotic yang berguna untuk mencegah infeksi pasca operasi seperti cefotaxime dan garamicin.

f. Pemberian vitamin C dapat dilakukan yang berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh pada anak.

 

2.         Penatalaksanaan keperawatan

Penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien atresia ani yaitu:

a.       Memberikan cairan intravena agar pasien tidak mengalami dehidrasi.

b.      Memberikan antiseptic berspektrulum luas guna mencegah terjadinya sepsis, misalnya pemberian cefotaxime atau erythromycin.

c.       Memasang NGT (Nasogastric tube) untuk mencegah dekompresi lambung dan terjadinya muntah.

d.      Ekokardiogram (EKG) jika terdengar bunyi jantung murmur sebelum melakukan operasi.

 

  1. PENGKAJIAN

1.         Identitas pasien

Meliputi: nama, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, anak-ke, BB/TB, alamat.

2.         Keluhan utama

Keluhan utama pasien dikarenakan pasien mengalami kelahiran dengan kelainan kongenital atresia ani yang dimana pasien tidak memiliki lubang pada anus.

3.      Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat penyakit dahulu yang perlu ditanyakan yaitu riwayat penyakit yang pernah diderita oleh keluarga dalam hal ini orang tua. Apakah dalam keluarga pernah memiliki riwayat penyakit keturunan atau pernah menderita penyakit kronis sehingga harus dirawat di rumah sakit.

4.      Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat penyakit sekarang meliputi keluhan utama dan anamnesa lanjutan.

5.      Pengkajian psikososiospritual

Pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien dan keluarga untuk menilai respon terhadap penyakit yang diderita dan perubahan peran dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam keluarga maupun masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien dan orang tua, yaitu timbul seperti ketakutan akan kecatatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal. Perawat juga memasukkan pengkajian terhadap fungsi neurologis dengan dampak gangguan neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu.

6.      Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik mengunakan pemeriksaan fisik secara head to-toe

 

  1. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.    Pola nafas tidak efektif

2.    Defisit nutrisi

3.    Resiko perfusi serebral

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

 

Avita, S. I. (2021). Asuhan Keperawatan DenganDiagnosa Medis Malformasi Anorectal di Ruang OK Central RSPAL Dr. Ramelan Surabaya. KTI, 9-13.

C, B. L. (2015). perawatan Medikal Bedah . ikatan Alumni Pajajaran Bandung.

Dina, H. (2021). Asuhan Keperawatan Pana An. R Dengan Malformasi Anorectal Post Recolostomi ET Causa Post Posterior Sagital Anorecto Plasy Di Ruang Baitunnisa RS sultan Agung Semarang. Karya Tulis Ilmiah.

Lin, M. (2016). Hubungan Motivasi Ibu Dalam Perawatan Luka Post Operasi PSARP Dengan Kejadian Repair Di Poliklinik Bedah Anak RSCM Jakarta. Jurnal Universita Muhammadiyah Fakultas Ilmu Keperawatan.

Rudi, H. (2013). Penanganan Kejadian Atresia Ani Pada Anak. Jurnal Keperawatan Notokusumo Vol 1, No 1 Agustus.

Samiatin. (2014). Hubungan Pengetahuan Orang Tua Terhadap Perawatan Businasi Terhadap Post PSARP Di Poli Bedah Dr Soetomo Surabaya. Journal Unair.

 

 

No comments:

Post a Comment