LAPORAN PENDAHULUAN
- PENGERTIAN
Malformasi Anorektal atau Atresia ani merupakan
salah satu dari berbagai kelainan kongenital yang menimpa pada anak. Anus
imperfrote (Atresia Ani) yaitu suatu keadaan dimana anus tidak memiliki lubang.
Kata Atresia berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti tidak ada, dan
trepis artinya nutrisi atau makanan. Menurut istilah ilmu kedokteran, atresia
ani adalah keadaan tidak adanya atau tertutupnya lubang badan yang normal
(Putra, 2012).
Atresia Ani adalah kelainan kongenital atau kelainan
bawaan yang menunjukan keadaan seseorang yang tidak mempunyai anus atau anus
dalam keadaan tidak sempurna. Perkembangan pada saat ini untuk mengatasi
Malformasi Anorektal diantaranya yaitu dengan terapi pembedahan yang sudah
pernah dijumpai cut back sederhana hingga yang sering dilakukan pada saat ini
disebut Posterio Sagital Ano Rektal Plasy (PSARP) (Lokanata & Rochadi,
2014).
Malformasi anorektal dalam dunia kedokteran disebut
juga sebagai anus imperforata, atresia ani atau kelainan ektopik anal.
Malformasi anorektal adalah kelainan kongenital yang meliputi anus, rektum,
atau batas di antara keduanya. Malformasi anorektal termasuk kelainan-kelainan
kongenital yang terjadi karena gangguan pemisahan kloaka menjadi rektum dan
sinus urogenital. Pada kelainan bawaan anus umumnya tidak terdapat kelainan
rektum, sfingter dan otot dasar panggul (Derbew M, Levitt MA, 2009).
Malformasi anorektal termasuk ke dalam sindroma
VACTERL (defek Vertebra, malformasi anorektal, defek Cardiac, fistula
Tracheo-Esofageal, anomaly Renal, abnormal Limb). Enam puluh sampai Sembilan
puluh persen penderita dengan sindrom VACTERL mempunyai penyempitan atau
blokade pada anus (malformasi anorektal). Malformasi anorektal bisa disertai
dengan kelainan pada genital dan traktus urinaria (Solomon BD, 2011).
Atresia ani atau anus imperforata disebut sebagai
malformasi anorektal, adalah suatu kelainan kongenital tanpa anus atau dengan
anus tidak sempurna, termasuk Agenesis ani, Agenesis rekti dan Atresia rekti.
Malformasi anorektal adalah kelainan bawaan anus yang disebabkan oleh gangguan
pertumbuhan dan pembentukan anus dari tonjolan embrionik (Mansjoer, 2010).
Atresia ani paling sering terjadi pada bayi yang
baru lahir. Frekuensi seluruh kelainan kongenital anorektal didapatkan 1 dari
tiap 5000-10000 kelahiran, sedangkan atresia ani didapatkan 1% dari seluruh
kelainan kongenital pada neonatus dan dapat muncul sebagai penyakit tersering.
Kejadian tersering pada laki-laki dan perempuan adalah anus imperforata dengan
fistula antara usus distal uretra pada laki-laki dan vestibulum vagina pada
perempuan (Alpers, 2006).
Klasifikasi Atresia Ani
Klasifikasi atresia ani
ada 4 yaitu:
1.
Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus sehingga feses tidak
dapat keluar.
2.
Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.
3.
Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging diantara rectum dengan
anus.
4.
Rectal atresia adalah tidak memiliki rektum.
Pasien
bisa diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 sub kelompok anatomi yaitu:
- Anomali
rendah / infralevator Rektum mempunyai jalur desenden normal melalui otot
puborektalis, terdapat sfingter internal dan eksternal yang berkembang
baik dengan fungsi normal dan tidak terdapat hubungan dengan saluran
genitourinarius.
- Anomali
intermediet Rektum berada pada atau di bawah tingkat otot puborectalis,
lesung anal dan sfingter eksternal berada pada posisi yang normal.
- Anomali
tinggi / supralevator Ujung rectum di atas otot puborectalis dan sfingter
internal tidak ada. Hal ini biasanya berhubungan dengan fistula
genitourinarius – retrouretral (pria) atau rectovagina (perempuan). Jarak
antara ujung buntu rectum sampai kulit perineum lebih dari1 cm.
- ETIOLOGI
Menurut (Betz, L. C., & Gowden, 2012), dalam
buku saku keperawatan pediatric edisi ke 7 menyebutkan beberapa etiologi pada
penderita Atresia ani diantaranya:
a.
Penyebabnya belum dapat diketahui secara betul atau pasti
b.
Merupakan keabnormalan gastrointestinal dan ganitourynari.
Namun ada sumber juga yang mengatakan bahwa
Malformasi anorektal disebabkan oleh:
1) Terdapat
adanya kegagalan pembentukan septum urorektal secara sempurna dikarenakan
adanya gangguan fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik.
2) Terputusnya
saluran cerna pada bagian atas dengan dubur sehingga menyebabkan bayi lahir
tanpa lubang anus atau keadaan anus tidak sempurna.
3) Terdapat
adanya gangguan organogenesis saat masa kehamilan, penyebab atresia ani
biasanya kegagalan pertubuhan janin di dalam kandungan saat umur 12 mingguu
atau 3 bulan.
4) Kongenital
dimana sfingter internal yang mungkin kurang memadai.
Faktor
Predisposisi Atresia ani dapat terjadi disertai dengan beberapa kelainan
kongenital saat lahir, seperti:
1) Kelainan
sistem pencernaan terjadi kegagalan perkembangan anomali pada gastrointestinal.
2) Kelainan
sistem perkemihan terjadi kegagalan pada genitourinari.
Penyebab secara pasti antresia ani belum diketahui,
namun sebagian besar kelainan ini disebabkan oleh kegagalan pertumbuhan saat
bayi berusia 12 minggu atau 3 bulan. Adanya gangguan atau berhentinya
perkembangan embriologik didaerah usus, rectum bagian distal secara traktus
urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan.
Menurut penelitian beberapa ahli masih jarang
terjadi bahwa gen autosomal resesif yang menjadi penyebab antrisia ani. Orang
tua yang mempunyai gen carrier, penyakit ini mempunyai peluang sekitar 25%
untuk diturunkan pada anaknya pada saat kehamilan. 30% anak yang mempunyai
sindrom genetik, kelainan kromosom atau kelainan congenital lain juga beresiko
untuk menderita atresia ani. Sedangkan kelainan bawaan rectum terjadi karena
gangguan pemisahan kloaka menjadi rectum dan sinus urogenital sehingga biasanya
disertai dengan gangguan perkembangan septum urorektal yang memisahkannya.
(Long Barbara C. dalam jurnal Notokusomo vol 1, no 1, Agustus 2013)
- PATOFISIOLOGI
Malformasi Anorektal terjadi akibat kegagalan penurunan
septum anorektal pada kehidupan embrional. Gangguan pada perkembangan
embriologik ini masih belum jelas hingga saat ini. Gangguan embrional ini
berupa tidak sempurnanya kanalisasi saluran pencernaan bagian bawah, yaitu
gangguan pertumbuhan septum urorektal. Septum ini memisahkan rektum dan kanalis
anal dengan bladder dan uretra. Pada minggu ke 7 kehamilan septum ini menutup
saluran yang menghubungkan traktus urinarius dan traktus digestivus dan
terbentuk sempurna pada usia kehamilan 8 minggu.
Setelah itu urogenital ventral membuka dan disusul
oleh dorsal anal membrane. Namun pada atresia ani dapat terjadi stenosis anal,
pembukaan anal membrane tidak sempurna, maupun pemisahan yang tidak sempurna
dengan traktus urinarius yang menyebabkan adanya fistula.
Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan
adanya fistula. Obstruksi ini mengakibatkan distensi abdomen, konsentrasi
cairan, muntah dengan segala akibatnya. Apabila urin mengalir melalui fistel
menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis
hiperkhloremia, sebaliknya feses mengalir kearah traktus urinarius menyebabkan
infeksi berulang. Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara
rektum dengan organ sekitarnya. Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina
(rektovagina) atau perineum (rektovestibuler). Pada laki2 biasanya letak
tinggi, umumnya fistula menuju ke vesika urinaria atau ke prostate.
(rektovesika). pada letak rendah fistula menuju ke urethra (rektourethralis).
Atresia Ani Atresia Ani Ujung rektum
buntu Atresia Ani Post op Atresia Ani Pre op Atresia Ani Ketidakmampuan
fekal dikeluarkan Atresia Ani Kurang
pengetahuan tentang operasi Atresia Ani colostomy Atresia Ani Pembuatan anus Atresia Ani Respon
psikologis Atresia Ani Ansietas Atresia Ani Pasien dan keluarga
cemas Atresia Ani Konspirasi Atresia Ani Implus Radix dorsalis Thalamus Merangsang
mediator Adaptasi fungsi
anus tidak tepat Atresia Ani Penutupan
colostom Atresia Ani Peradangan Atresia Ani Waktu tidak
terkontrol Atresia Ani Intususepsi Pendarahan Atresia Ani Pos de entry Hipovolemia Nyeri akut Persepsis nyeri Kortex selebri Masuknya kuman
kedalam tubuh Resiko infeksi Fekal menumpuk
diatas rektum Obstruksi Atresia Ani Distensi abdomen Febris Hipertermia Temperatur naik Pengeluaran
inter leukin I Proses
peradangan Penumpukan feses Atresia Ani Defisit nutrisi Mual muntah
berlebihan Peningkatan HCL
asam lambung Rasa penuh
diperut Pergerakan makan
lambat Pola nafas tidak
efektif Sesak Pernafasan tidak
optimal Kebutuhan O2
tidak adekuat Compliance paru
terganggu Mendorong
diagfragma otot perut
- MANIFESTASI
KLINIS
Bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan
tidak terdapat defekasi mekonium. Gejala ini terdapat pada penyumbatan yang
lebih tinggi. Pada golongan 3 hampir selalu disertai fistula. Pada bayi wanita
sering ditemukan fistula rektovaginal (dengan gejala bila bayi buang air besar
feses keluar dari (vagina) dan jarang rektoperineal, tidak pernah
rektourinarius. Sedang pada bayi laki-laki dapat terjadi fistula rektourinarius
dan berakhir di kandung kemih atau uretra dan jarang rektoperineal.
Tanda dan gejala klinis pada penderita Malformasi
anorektal (Atresia ani) menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) adalah tidak
keluarnya mekonium pada 24 jam pertama setelah bayi dilahirkan.
a. Bayi
yang baru lahir tidak dapat dilakukan pengecekan suhu melalui rectal atau anus.
b. Pada
umumnya mekonium akan keluar melalui sebuah fistula atau anus yang letaknya
belum tepat.
c. Terjadinya
distensi atau penekanan abdomen secara bertahap dan tandatanda obstruksi usus
bila tidak terjadi fistula.
d. Pada
usia 24 jam sampai 48 jam bayi akan mengalami muntah-muntah
e. Di
temukannya membrane anal pada pemeriksaan rectal touch
f. Distensi
atau penekanan pada abdomen.
- PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Ada beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan yang bertujuan untuk memastikan diagnosis diantaranya:
a. Pemeriksaan
radiologi Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
obstruksi intestinal.
b. Sinar
X pada abdomen Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan kejelasan gambaran
keseluruhan bowel serta untuk mengetahui jarak pemanjangan kantung rektum dan
sfingternya.
c. CT-Scan
Pemeriiksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada lesi atau tidak.
d. Pvelografi
intra vena Pemeriksaann ini berguna untuk menilai pelviokalises dan ureter.
e. Pemeriksaan
fisik pada rektum Pemeriksaan ini biasanya akan dilakukan colok dubur atau lebi
gampangnya dilakukan pengecekan suhu melalui anus.
f. Rongenogram
abdomen dan pelvis Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengkonfirmasi apakah
fistula yang berhubungan dengan trankus urinarius atau tidak (Betz &
Gowden, 2012)
- PENATALAKSANAAN
1.
Penatalaksanaan medis
Menurut
(Hidayat, 2010), penatalaksanaan pada penderita Atresia ani yaitu:
a.
Pembuatan lubang kolostomi Pembuatan lubang kolostomi biasanya sementara
ataupun permanent dari usus besar atau colon iliaka. Untuk anomaly tinggi
dilakukan tindakan kolostomi beberapa hari setelah lahir.
b.
Posterio Sagital Ano Rektal Plasy (PSARP) Tindakan Anoplasty dan umumnya
ditunda 9-12 bulan. Penundaan ini bertujuan untuk memberi waktu pelvis untuk
membesar dan pada otot-otot untuk berkembang. Tindakan ini juga dapat
memungkinkan bayi untuk menambah berat badannya dan bertambah baik status
nutrisinya.
c.
Penutupan kolostomi Tindakan terakhir dari penderita Atresia ani biasanya
setelah operasi, anak akan mulai buang air besar (BAB) melalui anus. Pertama
BAB akan sering tetapi seminggu setelah operasi BAB akan berkurang frekuensinya
dan agak padat.
d.
Pemberian cairan parenteral berupa KAEN 3B.
e.
Pemberian antibiotic yang berguna untuk mencegah infeksi pasca operasi seperti
cefotaxime dan garamicin.
f.
Pemberian vitamin C dapat dilakukan yang berguna untuk meningkatkan daya tahan
tubuh pada anak.
2.
Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan
keperawatan yang dapat dilakukan pada pasien atresia ani yaitu:
a. Memberikan
cairan intravena agar pasien tidak mengalami dehidrasi.
b. Memberikan
antiseptic berspektrulum luas guna mencegah terjadinya sepsis, misalnya
pemberian cefotaxime atau erythromycin.
c. Memasang
NGT (Nasogastric tube) untuk mencegah dekompresi lambung dan terjadinya muntah.
d. Ekokardiogram
(EKG) jika terdengar bunyi jantung murmur sebelum melakukan operasi.
- PENGKAJIAN
1.
Identitas pasien
Meliputi:
nama, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, anak-ke, BB/TB, alamat.
2.
Keluhan utama
Keluhan
utama pasien dikarenakan pasien mengalami kelahiran dengan kelainan kongenital
atresia ani yang dimana pasien tidak memiliki lubang pada anus.
3. Riwayat
kesehatan dahulu
Riwayat
penyakit dahulu yang perlu ditanyakan yaitu riwayat penyakit yang pernah
diderita oleh keluarga dalam hal ini orang tua. Apakah dalam keluarga pernah
memiliki riwayat penyakit keturunan atau pernah menderita penyakit kronis
sehingga harus dirawat di rumah sakit.
4. Riwayat
kesehatan sekarang
Riwayat
penyakit sekarang meliputi keluhan utama dan anamnesa lanjutan.
5. Pengkajian
psikososiospritual
Pengkajian
mekanisme koping yang digunakan pasien dan keluarga untuk menilai respon
terhadap penyakit yang diderita dan perubahan peran dalam keluarga dan
masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari. Baik
dalam keluarga maupun masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien dan
orang tua, yaitu timbul seperti ketakutan akan kecatatan, rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal. Perawat juga
memasukkan pengkajian terhadap fungsi neurologis dengan dampak gangguan
neurologis yang akan terjadi pada gaya hidup individu.
6. Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan fisik mengunakan
pemeriksaan fisik secara head to-toe
- DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Pola
nafas tidak efektif
2. Defisit
nutrisi
3. Resiko
perfusi serebral
Daftar Pustaka
Avita, S. I. (2021). Asuhan
Keperawatan DenganDiagnosa Medis Malformasi Anorectal di Ruang OK Central RSPAL
Dr. Ramelan Surabaya. KTI, 9-13.
C, B. L. (2015). perawatan Medikal
Bedah . ikatan Alumni Pajajaran Bandung.
Dina, H. (2021). Asuhan Keperawatan
Pana An. R Dengan Malformasi Anorectal Post Recolostomi ET Causa Post Posterior
Sagital Anorecto Plasy Di Ruang Baitunnisa RS sultan Agung Semarang. Karya
Tulis Ilmiah.
Lin, M. (2016). Hubungan Motivasi
Ibu Dalam Perawatan Luka Post Operasi PSARP Dengan Kejadian Repair Di
Poliklinik Bedah Anak RSCM Jakarta. Jurnal Universita Muhammadiyah Fakultas
Ilmu Keperawatan.
Rudi, H. (2013). Penanganan
Kejadian Atresia Ani Pada Anak. Jurnal Keperawatan Notokusumo Vol 1, No 1
Agustus.
Samiatin. (2014). Hubungan Pengetahuan
Orang Tua Terhadap Perawatan Businasi Terhadap Post PSARP Di Poli Bedah Dr
Soetomo Surabaya. Journal Unair.
No comments:
Post a Comment