DAFTAR
ISI
B. Dimensi Dalam Hakikat Manusia
C. Pengembangan
Dimensi-Dimensi Tersebut Pada Manusia
D. Pembentukan
Manusia Indonesia Seutuhnya
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada hakikatnya, manusia diciptakan
untuk mengemban tugas-tugas pengabdian kepada penciptanya. Paling tidak agar
tugas-tugas dimaksud dapat dilaksanakan dengan baik maka sang pencipta telah
menganugrahkan manusia seperangkat potensi yang dapat ditumbuhkembangkan.
Potensi yang siap dipakai tersebut dianugrahkan dalam bentuk kemampuan dasar,
yang hanya mungkin berkembang secara optimal melalui bimbingan dan arahan yang
sejalan dengan petunjuk sang pencipta.
Oleh karena itu, strategis jika
pembahasan tentang hakikat manusia ditempatkan pada seluruh pengkajian tentang
pendidikan, dengan harapan menjadi titik tolak bagi paparan selanjutnya. Untuk
mencapai pengetahuan hakikat manusia tersebut maka akan dikemukakan materi yang
meliputi : Arti dan wujud sifat hakikat manusia,Dimensi hakikat manusia serta
potensi, keunikan, dan dinamikanya, pengembangan dimensi hakikat manusia dan
sosok manusia seutuhnya.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
Pengertian Sifat Hakiki Manusia?
2.
Apa
saja Dimensi Hakikat Manusia?
3.
Bagaimanakah
Pengembangan dimensi manusia?
4.
Bagaimanakah
pengertian manusia indonesia seutuhnya?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun Tujuan yang ingin dicapai dalam
penulisan makalah ini ini adalah
1.
Untuk
mengetahui Pengertian
Sifat Hakiki Manusia?
2.
Untuk
mengetahui Dimensi Hakikat Manusia?
3.
Untuk
mengetahui Bagaimanakah Pengembangan
dimensi manusia?
4.
Untuk
mengetahui Bagaimanakah pengertian
manusia indonesia seutuhnya?
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
1. Mendeskripsikan
Hakikat Manusia dan Pengembangannya.
2. Mengerti
Tentang Dimensi Hakikat Manusia Dalam Kehidupan Bangsa dan Negara
3. Mengetahui
Masalah-Masalah Dalam Hakikat Manusia dan Pengembangannya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sifat Hakiki Manusia
Sifat hakiki manusia diartikan sebagai ciri-ciri
karakteristik, yang secara prinsipiil (jadi bukanhanyagradual) membedakan
manusia dari hewan.
Jika dilihat dari segi biologis manusia dengan hewan memiliki
banyak kemiripan, Socrates menamakan manusia
itu zoon politicon (hewan yang bermasyarakat), Max Scheller menggambarkan manusia sebagai das
kranke tiier (hewan yang sakit) (Drijarkara,1962:138) yang selalu gelisah dan
bermasalah.
Kenyataan ini menimbulkan kesan yang keliru. Mengira bahwa
manusia dengan hewan hanya berbeda secara gradual (perbedaan dengan melalui
rekayasa dapat dibuat sama keadaannya).
1.
Wujud Sifat Hakiki Manusia
Wujud sifat hakiki
manusia yang tidak dimiliki oleh hewan yang dikemukakan paham eksistensialisme:
a.
Kemampuan Menyadari Diri
Adanya kemampuan
menyadari diri yang dimilki manusia, maka manusia menyadari bahwa dirinya
memiliki ciri khas atau karakteristik diri. Dan menyebabkan manusia dapat
membedakan dirinya dengan yang lain (orang lain, lingkungan fisik) Lebih dari
itu manusia dapat membuat jarak
(distansi) dengan lingkungannya, baik yang pribadi maupun non pribadi.
b.
Kemampuan Bereksistensi
Dengan keluar dari
dirinya, dan dengan membuat jarak antara aku dengan objek, lalu melihat objek
sebagai sesuatu, berarti manusia itu
dapat menembus atau menerobos dan mengatasi batas-batas yang membelenggu
dirinya. adanya kemampuan eksistensi
inilah pula yang membedakan manusia sebagai makhluk infra human, dimana
hewan menajdi onderdil dari lingkungan, sedangkan manusia menjadi manager
lingkungannya.
c.
Kata Hati (Conscience Of man)
Kata hati sering
disebut dengan istilah hati nurani, lubuk hati, pelita hati, dan sebagainya.
Conscience ialah “pengertian yang ikut serta” atau “pengertian yang mengikuti
perbuatan”.
d.
Moral
Jika kata hati
diartikan sebagai bentuk pengertian yang menyertai perbuatan, maka yang
dimaksud moral (yang sering disebut juga etika) adalah perbuatan itu sendiri. Moral
yang singkron dengan kata hati yang tajam yaitu yang benar-benar baik bagi
manusia sebagai manusia merupakan yang baik atau moral yang luhur.
e.
Tanggung Jawab
Kesediaan untuk
menanggung segenap akibat dari perbuatan yang menuntut jawab.
1)
Wujud tanggung jawab:
2)
Tanggung jawab kepada diri sendiri (menanggung tuntutan kata hati)
3)
Bertanggung jawab kepada masyarakat (menanggung tuntutan
norma norma sosial)
4)
Tanggung jawab kepada Tuhan (menanggung tuntutan norma-norma
agama)
f.
Rasa Kebebasan
Merdeka adalah rasa
bebas (tidak merasa terikat oleh sesuatun ). Tetapi sesuai dengan tuntutan
kodrat manusia.
g.
Kewajiban dan hak
hak dan kewajiban
merupakan suatu rangkaian yang tidak bisa terlepas. Tidak ada hak tanpa
kewajiban dan sebaliknya. Usaha menumbuh kembangkan rasa wajib sehingga
dihayati sebagai suatu keniscayaan dapat ditempuh melalui pendidikan disiplin.
h.
Kemampuan Menghayati Kebahagiaan
Kebahagiaan merupakan suatu integrasi
pengalaman-pengalaman yang menyenangkan dengan yang pahit. Kebahagiaan tidak
terletak pada keadaan secara factual ataupun pada rangkaian prosesnya, maupun
pada perasaan yang diakibatkannya tetapi terletak pada kesanggupan menghayati
dengan keheningan jiwa dan menundukkan hal tersebut dalam ikatan tiga hal yaitu
usaha, norna, dan takdir.
B. Dimensi Dalam Hakikat Manusia
1. Dimensi
Sosial
Kita dilahirkan Didunia
tentu mempunyai Potensi sosial,Artinya yaitu kita dikaruniai benih untuk
berinteraksi.Dengan adanya Dorongan interaksi ini,setiap orang ingin bertemu
sesamanya,betapa kuatnya doroongan ersebut sehinggan penjara merupakan hukuman
yang paling berat dirasakan oleh setiap manusia karena dengan diasingkan
didalam penjara berarti diputuskannya dorongan tersebut
2. Dimensi
Kesusilaan
Susila berasal dari
kata su dan sila yang artinya kepantasan yang
lebih tinggi. Akan tetapi, di dalam kehidupan bermasyarakat, orang tidak cukup
hanya dengan berbuat yang pantas jika di dalam yang pantas atau sopan itu
terkandung kejahatan terselubung. Oleh karena itu, pengertian susila berkembang
sehingga memiliki perluasan arti menjadi kebaikan yang lebih.
Susila sebenarnya
mencakup etika dan etiket. Persoalan kesusilaan selalu berhubungan erat dengan
nilai-nilai. Nilai yang dimaksud dapat berupa nilai otonom, nilai
heteronom, nilai keagamaan.
Dalam kenyataan hidup,
ada dua hal yang muncul dari persoalan nilai, yaitu kesadaran dan pemahaman
terhadap nilai dan kesanggupan melaksanakan nilai. Dalam pelaksanaannya,
keduanya harus dulaksanakan secara sinkron.
3. Dimensi
Keberagamaan
Pada hakikatnya manusia
adalah makhluk beragama. Beragama merupakan kebutuhan manusia karena manusia
adalah makhluk yang lemah sehingga memerlukan tempat bertopang dan memohon.
Manusia memerlukan agama untuk keselamatan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa
agama menjadi sandaran bagi manusia. Manusia dapat menghayati agama melalui
proses pendidikan manusia. Pemerintah dengan berlandaskan pada GBHN memasukkan
pendidikan agama ke dalam kurikulum di sekolah mulai dari SD sampai dengan
perguruan tinggi.
4. Dimensi
Individu
Individu adalah unit
terkecil pembentuk masyarakat dalam ilmu sosial,individu berarti juga bagian
terkeci dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian
yang lebih kecil.Setiap individu itu memiliki sifat yang unik,tidak ada
bandingannya,dengan adnanya individualitas tersebut,maka setiap orang bebas
untuk berperasaan,mengapai cita – cita,kecendrrungan,semangat dan daya tahan
yang berbeda – beda.
C. Pengembangan
Dimensi-Dimensi Tersebut Pada Manusia
Hakikat dan eksistensi manusia
sebagaimana diuraikan pada butir b di atas, masing-masing dimensinya dapat
dikembangkan sehingga dapat membentuk kepribadian manusia sebagai berikut :
- Pengembangan Manusia
sebagai Mahluk Individu.
Pendidikan
harus mengembangkan anak didik mampu menolong dirinya sendiri. Pestalozzi
mengungkapkan hal ini dengan istilah/ucapan:Hilfe
zur selbathilfe,yang artinya memberi pertolongan agar anak mampu menolong
dirinya sendiri.
Untuk
dapat menolong dirinya sendiri, anak didik perlu mendapat berbagai pengalaman
di dalam pengembangan konsep, prinsip, generasi, intelek, inisiatif,
kreativitas, kehendak,, emosi/perasaan, tanggungjawab, keterampilan ,dll.
Dengan kata lain, anak didik harus mengalami perkembangan dalam kawasan
kognitif, afektif dan psikomotor.
Sebagai
mahluk individu, manusia memerlukan pola tingkah laku yang bukan merupakan
tindakan instingtif, dan hal-hal ini hanya bias diperoleh melalui pendidikan
dan proses belajar.
- Pengembangan manusia
sebagai mahluk sosial
Disamping sebagai mahluk individu
atau pribadi manusia juga sebagai mahluk social. Manusia adalah mahluk yang
selalu berinteraksi dengan sesamanya. Manusia tidak dapat mencapai apa yang
diinginkan secara seorang diri saja. Kehadiran manusia lain dihadapannya, bukan
saja penting untuk mencapai tujuan hidupnya, tetapi juga merupakan sarana untuk
pengenbangan kepribadiannya.
- Pengembangan manusia
sebagai mahluk susila
Aspek yang ketiga dalam kehidupan
manusia, sesudah aspek individual dan social, adalah aspek kehidupan susila.
Hanya manusialah yang dapat menghayati norma-norma dalam kehidupannya sehingga
manusia dapat menetapkan tingkah laku yang baik dan bersifat susila dan tingkah
laku mana yang tidak baik dan bersifat tidak susila.
Penghayatan personifikasi atas norma,
nilai, kaidah-kaidah social ini amat penting dalam mewujudkan ketertiban dan
stabilitas kehidupan masyarakat. Sebenarnya aspek susila kehidupan manusia
sangat berhubungan erat dengan aspek kehidupan social. Karena penghayatan atas
norma, nilai dan kaidah social serta pelaksanaannya dalam tindakan dan tingkah laku yang nyata dilakukan oleh
individu dalam hubungannya dengan atau kehadirannya bersama orang lain. Aspek
susila ini tidak saja memerlukan pengetahuan atas norma, nila, dan
kaidah-kaidah yang terdapat dalam masyarakat, akan tetapi juga menuntut
dilaksanakannya secara konkret apa yang telah diketahuinya tersebut dalam
tingkah laku yang nyata dalam masyarakat.
- Pengembangan manusia
sebagai mahluk religius
Eksistensi menusia manusia yang keempat adalah
keberadaanya dalam hubungannya dengan
Tuhan Yang Maha Kuasa.sebagai anggota
masyarakat dan bangsa yang memiliki filsafat Pancasila kita dituntut untuk
menghayati dan mengamalkan ajaran pancasila sebaik-baiknya. Sebagai anggota
masyarakat yang dituntut untuk menghayati dan mengamalkan ajaran Pancasila,
maka kepada masing-masing warga Negara dengan demikian juga dituntut untuk
dapat melaksanakan hubungan dengan Tuhan sebaik-baiknya menurut keyakinan yang
dianutnya masing-masing, serta untuk melaksanakan hubungan sebaik-baiknya
dengan sesama manusia.
D. Pembentukan
Manusia Indonesia Seutuhnya
Di Indonesia dikenal pengertian
manusia seutuhnya. Menurut Pedoman dan Penghayatan Pancasila, setiap manusia
memounyai keinginan untuk mempertahankan hidup, dan menjaga kehidupan yang
lebih baik. Ini merupakan naluri yang paling kuat dalam diri manusia. Pancasila
sebagai falsafah hidup bangsa dan Negara memberikan pedoman bahwa kebahagiaan
hidup manusia itu akan tercpai apabila kehidupan manusia itu diselaraskan dan
keseimbangan, baik hidup manusia sebagai pribadi, dalam hubungan manusia dengan
masyarakat, dalam hubungan manusia dengan alam, dalam hubungan manusia dengan
bangsa, dan dalam hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun dalam mengejar
kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rokhaniah.
Pancasila menempatkan manusia dakam
keseluruhan harkat dan martabatnya mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Manusialah yang
menjadi titik tolak dari usaha kita untuk memahami manusia itu sendiri, manusia
dan masyarakatnya, dan manusia dengan segenap lingkungan hidupnya. Adapun
manusia yang kita pahami bukanlah manusia yang luar biasa, melainkan manusia
yang disamping memiliki kekuatan juga manusia yang dilekati dengan
kelemahan-kelemahan, manusia yang disamping memiliki kemampuan-kemampuan juga
mempunyai keterbatasan-keterbatasan, manusia yang disamping mempunyai
sifat-sifat yang baik memounyai sifat-sifat yang kurang baik. Manusia yang hendak
kita pahami bukanlah manusia yang kita tempatkan di luar batas kemampuan dan
kelayakan manusia tadi.
Manusia
sebagai mahluk Tuhan adalah mahluk pribadi, sekaligus mahluk social. Sifat
kodrati manusia sebagai individu dan sekaligus sebagai mahluk social merupakan
kesatuan bulat. Perlu dikembangkan secara seimbang, selaras dan serasi.
Perlu
disadari bahwa manusia hanya mempunyai arti dalam kaitannya dengan manusia lain
dalam masyarakat. Manusia hanya mempunyai arti dan dapat hidup secara layak
diantara manusia lainnya. Tanpa ada manusia lainnya atau tanpa hidup
bermasyarakat , seseorang tidak dapat menyeenggararakan hidupnya dengan baik.
Dalam mempertahankan hidup dan usaha mengejar kehidupan yang lebih baik,
mustahil hal itu dikerjakan sendiri oleh seseoarang, tanpa bantuan dan
kerjasama dengan orang lain dalam masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam Kesimpulan Makalah ini yaitu .Manusia adalah hamba dan
khalifah Allah di bumi, maka manusia merupakan: makhluk ciptaan Tuhan, makhluk
yang terlahir dalam kondisi tidak berdaya (kertas bersih), membutuhkan bantuan
dari orang lain, makhluk yang memiliki kemampuan berpikir, makhluk yang
memiliki akal budi, makhluk yang selalu ingin tahu tentang segala sesuatu,
makhluk yang mempunyai kemampuan berbahasa, makhluk yang mampu membuat
perangkat peralatan, makhluk sosial yang mampu bekerja sama yang mempunyai
hakikatnya masing – masing baik dari individu maupun sosial.
DAFTAR PUSTAKA
DEPDIKBUB, PPIPT. 1982. Program Akta Mengajar V-Bisnis Komponen Dasar Kependidikan, Wawasan
Kependidikan Guru. Jakarta : Depdikbud.
DEPDIKBUD. 1983. UUD 1945-P4-GBHN. Bahan Penataran Dan Referensi Penataran. Jakarta: Depdikbud
IKIP MALANG. TIM Dosen FIP. 1980. Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan. Surabaya.
Usaha Nasional.
Soejono, Agus. 1980. Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum. Bandung: Transito
Jalaluddin
dan Abdullah Idi. 2013. Filsafat Pendidikan : Manusia, Filsafat, dan
Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Mudyahardjo, Redja. 2006.
Filsafat
Ilmu Pendidikan. Bandung: Rosda Roesminingsih, MV dan Lamjian H.S.2016. Teori
dan Praktek Pendidikan. Surabaya : Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ilmu
Pendidikan FIP Unesa
No comments:
Post a Comment