ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERTROPI
PROSTAT
Disusun
Oleh:
Intan Khasanah
Dosen
Pembimbing:
Ns.
Fauziah, M.Kes
UNIVERSITAS
ABULYATAMA FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM
STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
ACEH BESAR
2019
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur ke hadirat Tuhan yang Maha kuasa. Atas limpahan rahmat dan taufik-Nya,
penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Makalah ini ditulis untuk
memenuhi tugas mata kuliah
Penulis
yakin bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan.Semoga karya sederhana ini
bermanfaat bagi kita semua.
Aceh Besar, Oktober 2019
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar
Belakang............................................................................................. 1
B. Tujuan........................................................................................................... 2
C. Manfaat........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A. Pengertian..................................................................................................... 3
B. Etiologi......................................................................................................... 3
C. Patofisiologi
................................................................................................ 4
D. Manifestasi
Klinis......................................................................................... 5
E. Penatalaksanaan........................................................................................... 6
F. Pemeriksaan
Diagnostik............................................................................... 7
G. Komplikasi................................................................................................... 7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN............................................................... 9
A. Pengkajian.................................................................................................... 9
B. Pemeriksaan
Diagnostik............................................................................. 10
C. Prioritas
keperawatan................................................................................. 11
D. Diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul........................................... 11
E. NCP
(Nursing Care Planning) ................................................................... 11
BAB III PENUTUP............................................................................................. 14
A. Kesimpulan................................................................................................. 14
B. Saran........................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertrofi
prostat benigna atau pembesaran prostat jinak merupakan penyakit pada pria tua
dan jarang ditemukan pada usia sebelum 40 tahun. Prostat normal pada pria
mengalami peningkatan ukuran yang lambat dari lahir sampai pubertas, pada waktu
itu ada peningkatan yang cepat dalam ukuran, yang kontinyu sampai usia akhir
30.
Hipertrofi
prostat benigna timb ul dalam jaringan kelenjar periurethral. Yang terlibat
tanpa fungsi penting prostat atau tanpa asal keganasan. Jaringan kelenjar
peruiretral meluas dan bagian prostat yang tertekan disebut kapsul bedah.
Jaringan hiperplastik bias terdiri dari dari satu di antara lima pola histology
; stroma,fibromuskular,muscular,fibroadenomatosa.
Istilah hipertrofi sendiri
sebenarnya kurang tepat karena sebenarnya yang terjadi adalah hiperplasi
kelenjar periuretral yang kemudian mendesak jaringan prostat yang asli ke
perifer dan kemudian menjadi sampai bedah, kapsul bedah.
Hipertrofi
prostat merupakan kelainan yang sering dijumpai di klinik urologi dijakarta dan
merupakan kelaian kedua tersering setelah batu seluran kemih.
B. Tujuan
Adapun
tujuan khusus dari makalah ini antara lain adalah:
- Untuk
mengetahui konsep dasar teori dari BPH (Benigna Prostat Hyperplasia)
- Untuk
mengetahui konsep dasar askep teoritis pada pasien dengan BPH (Benina
Prostat Hyperplasia) dengan meliputu pengkajian, diagnose keperawatan dan
intervensi.
C. Manfaat
- Secara
aplikatif, makalah ini diharapkan dapat menambah pengatahuan dan
keterampilan kelompok dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
dengan BPH (benigna prostat hyperplasia)
- Menambah
pengetahuan dan wawasan bagi semua pembaca tentang asuhan keperawatan pada
klien dengan BPH ( benigna prostat hyperplasia)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Benigna BPH
(prostat hyperplasia) adalah pembesaran atau hypertrofi jinak. Kelenjar
prostatnya mengalami perbesaran, memanjang ke atas ke dalam kandung kemih dan
menyumbat aliran dengan menutupi orifisium uretra.
BPH adalah
penyakit yang disebabkan oleh penuaan. Hyperplasia prostatic adalah pertumbuhan
nodul-nodul fibroadenomatosa majemuk yang prostat, pertumbuhan tersebut dimulai
dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan
menekan kelenjar normal yang tersisa.
B. Etiologi
Penyebab BPH
kemungkinan berkaitan dengan penuaan dan disertai dengan perubahan hormon.
Dengan penuaan, kadar testosteron serum menurun, dan kadar
estrogen serum meningkat. Terdapat teori bahwa rasio estrogen /androgen yang
lebih tinggi akan merangsang hyperplasia jaringan prostat.
Referensi
lain menyatakan bahwa penyebab terjadinya hiperlasia prostat, tetapi beberapa
hepotesis menyebutkan bahwa hyperplasia prostat rat kaitannya dengan
peningkatan kadar dehidrotestosteron (dht) dan proses angin (menjadi tua).
Beberapa hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti teori atau
hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hyperplasia prostat.
Teori hormonal
Dengan
bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan hormonal,yaitu antara
hormone testosterone dan hormone estrogen. Karena produksi testoteron menurun
dan terjadi konversi testoteron menjadi estrogen pada jaringan adipose di
perifer,dengan pertolongan enzim aromatase,dimana sifat estrogen ini akan
merangsang terjadinya hyperplasia pada stroma,sehingga timbul dugaan bahwa
testosteron diperlukan untuk inisiasi terjadinya proliferasi sel,tetapi
kemudian estrogenlah yang berperan untuk perkembangan stroma. Kemungkinan lain
ialah perubahan konsentrasi relatif testosteron dan estrogen akan menyebabkan
produksi dan potensiasi factor pertumbuhan lain yang dapat menyebabkan
terjadinya pembesaran prostat.
Pada keadan
normal hormone gonadotropin hipofise akan menyebabkan produksi hormone androgen
testis yang akan mengontrol pertumbuhan prostat. Dengan bertambahnya usia akan
terjadi penurunan dari fungsi testikuler (spermatogenesis) yang akan
menyebabkan penurunan yang progresif dari sekresi androgen. Hel ini
mengakibatkan hormone gonadotropin akan sangat merangsang produksi hormone
estrogen oleh sel sertoli,dilihat dari fungsional histologist,prostat terdiri
dari dua bagian yaitu sentral sekitar uretra yang beraksi terhadap estrogen
dan bagian perifer yang tidak bereaksi terhadap estrogen.
C. Patofisiologi
Menurut
Mansjoer Arif tahun 2000 pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan. Pada
tahap awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi perubahan fisiologis
yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika kemudian
detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat. Sebagai akibatnya serat
detrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat detrusor kedalam mukosa
buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok yang tampai (trabekulasi). Jika
dilihat dari dalam vesika dengan sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos
keluar diantara serat detrusor sehingga terbentuk tonjolan mukosa yang apabila
kecil dinamakan sakula dan apabilabesar disebut diverkel. Fase penebalan
detrusor adalah fase kompensasi yang apabila berlanjut detrusor akan menjadi
lelah dan akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk
kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada
hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.
Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumenuretra prostatika dan akan
menghambat aliran urine. Keadaan ini urin, buli-buli harus berkontraksi lebih
kuat guna melawan tekanan ini. Kontraksi secara terus-menerus menyebabkan
perubahan anatomic dari buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor.tuberkulasi,
terbentuknya sakula dan divertikel buli-buli.
Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan
pada saluran kemih sebelah bawahyang dulu dikenal dengan gejala prostatismus.
Lobus yang
mengalami hipertrofi dapat menyumbat kolum vesikal atau uretra prostatic,
dengan demikian menyebabkan pengosongan urin inkomplit atau retensi urin.
Akibatnya terjadi dilatasi ureter (hidroureter) dan ginjal (hidronefrosis)
secara bertahap. Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat stasis urin, dimana
sebagian urin tetap berada dalam saluran kemih dan berfungsi sebagai media
untuk organism infektif.
D. Manifestasi
Klinis
Kompleks
gejala obstruktif dan iritatif (disebut prostatisme) mencakup peningkatan
frekuensi berkemih, nokturia, dorongan ingin berkemih, abdomen tegang, volume
urin menurun dan harus mengejan saat berkemih, aliran urin tidak lancar,
dribbling (dimana urin terus menetes setelah berkemih), rasa seperti kandung
kemih tidak kosong dengan baik, retensi urin akut, dan kekambuhan infeksi
saluran kemih. Pada akhirnya, dapat terjadi azotemia (akumulasi produk sampah
nitrogen) dan gagal ginjal dengan retensi urin kronis dan volume residu yang
besar. Gejala generalisata, mual dan muntah, dan rasa tidak nyaman pada
epigastrik.
Menurut
Nursalam manifestasi klinis benigna prostat hyperplasia antara lain:
1.
Pada awalnya atau saat terjadinya
pembesaran prostat, tidak ada gejala, sebab tekanan otot dapat mengalami
kompensasi untuk mengurangi resistensi uretra.
2.
Gejala obstruksi, hesitensi,
ukurannya mengecil dan menekan pengeluaran urine, adanya perasaan berkemih
tidak tuntas, dan retensi urine.
3.
Terdapat gejala iritasi, berkemih
mendadak, sering, dan nokturia.
Referensi
lain menyatakan walaupun benigna prostat hipertropi selalu terjadi pada
orangtua, tetapi tak selalu disertai gejala-gejala klinik, hal ini terjadi
karena dua hal yaitu: 1. Penyempitan uretra yang menyebabkan kesulitan
berkemih. 2. Retensi urin dalam kandung kemih menyebabkan dilatasi kandung
kemih, hipertrofi kandung kemih dan cystitis. Adapun gejala dan tanda yang
tampak pada pasien dengan BPH yaitu retensi urin, kurangnya atau lemahnya
pancaran kencing, miksi yang tidak puas, frekuensi kencung bertambah terutama
malam hari (nocturia), pada malam hari miksi harus mengejan, terasa panas,
nyeri atau sekitar waktu miksi (disuria).
Massa pada
abdomen bagian bawah, hematuria, urgency (dorongan yang mendesak dan mendadak
untuk mengeluarkan urin).kesulitan mengawali dan mengakhiri miksi, kolik renal,
berat badan turun. Anemia kadang-kadang tanpa sebab yang diketahui, pasien sama
sekali tidak dapat berkemih sehingga harus dikeluarkan dengan kateter. Karena
urin selalu terisi dalam kandung kemih, maka mudah sekali terjadi cystitis dan
selaputnya merusak ginjal.
E. Penatalaksanaan
Rencana
pengobatan bergantung pada penyebab, keparahan obstruksi, dan kondisi pasien.
Jika pasien masuk rumah sakit dalam keadaan darurat karena ia tidak pernah
berkemih, maka kateterisasi segera dilakukan. Kateter yang lazim mungkin
terlalu lunak dan lemas untuk dimasukkan melalui uretra ke dalam kandung kemih.
Dalam kasus seperti ini, kabel kecil yang disebut stylet dimasukkan(oleh
ahli urologi) ke dalam kateter untuk mencegah kateter kolaps ketika menemui
tahanan. Pada kasus yang berat, mungkin digunakan kateter logam dengan tonjolan
kurva prostatic. Kadang suatu insisi dibuat ke dalam kandung kemih (sistomi
suprapubik)untuk drainase yang adekuat.
Adanya
komponen hormonal pada hyperplasia prostatic jinak, salah satu metode
pengobatan mencakup manipulasi hormonal dengan preparat antiandrogen seperti
finasteride (Proscar. Pada penelitian klinis, inhibator 5a-reduktase seperti
finasteride terbukti efektif dalam mencegah perubahan testosterone menjadi
hidrotestosteron. Menurunnya kadar hidrotestosteron menunjukkan supresi
aktivitas sel glandular dan penurunan ukuran prostat. Efek samping dari
medikasi ini termasuk ginekomastia, disfungsi erektil, dan wajah kemerahan.
F. Pemeriksaan
Diagnostik
Pada pasien
benigna prostat hyperplasia umunya dilakukan pemeriksaan:
- Laboratorium
meliputi ureum (BUN), kreatinin, elektrolit, dan tes sensitivitas.
- Radiologis
intravena pylografi, BNO, sistogram, retrograde, USG, CT Scanning,
cystoscopy, foto polos abdomen. Indikasi sistogram retrogras dilakukan
apabila fungsi ginjal buruk, ultrasonografi dapat dilakukan secara trans
abdominal atau trans rectal (TRUS= Trans Rectal Ultrasonografi), selain
untuk mengetahui pembesaran prostat ultrasonografi dapat pula menentukan
volume buli-buli, mengukur sisa urin dan keadaan patologi lain seperti
difertikel, tumor dan batu (Syamsuhidayat danWim De Jong,1997).
- Prostatektomi
retro pubis pembuatan insisi pada abdomen bawah, tetapi kandung kemih
tidak dibuka, hanya ditarik dan jaringan adematous prostat diangkat
melalui insisi pada anterior kapsula prostat.
- Protatektomi
parineal yaitu pembedahan dengan kelenjar prostat dibuang melalui perineum
G. Komplikasi
Komplikasi
dapat terjadi pada hipertropi prostat adalah retensi kronik dapat menyebabkan;
- Refluk
- Vesiko
- Ureter
- Hidroureter
- Hidronefrosis
- gagal
ginjal
Proses
kerusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu miksi,
hernia/hemoroid karena selalu terdapat sisa urin sehingga menyebabkan
terbentuknya batu, hemeturia, sistisis, dan pielonefritis.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1.
Identitas
klien
Lakukan pengkajian pada identitas
pasien dan isi identitasnya, yang meliputi nama, jenis kelamin, suku bangsa,
tanggal lahir, alamat, agama, tanggal pengkajian.
2.
Keluhan
Utama
Sering menjadi alasan untuk meminta pertolongan kesehatan
dengan keluhan disuria, miksi sulit ditahan.
3.
Riwayat
Kesehatan Sekarang
Penderita benigna prostat
hyperplasia menampakkan gejala hematuria, nokturia, disuria.
4.
Riwayat
Kesehatan Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami
penyakit ini sebelumnya.
5.
Riwayat
Kesehatan Keluarga
Riwayat adanya penyakit benigna
prostat hyperplasia pada anggota keluarga yang lain seperti ginjal atau pun
hipertensi.
6.
Data
dasar pengkajian pasien
a.
Sirkulasi
Tanda : Peninggian TD (efek pembesaran
ginjal).
b.
Eliminasi
Gejala : Penurunan kekuatan/dorongan aliran
urine; tetesan.
Keragu-raguan pada berkemih awal.
Ketidakmampuan untuk mengosongkan
kandung kemih dengan lengkap; dorongan dan frekuensi kemih.
Nokturia, disuria, hematuria.
Tanda : Massa padat di bawah abdomen bawah
(distensi kandung kemih), nyeri tekan
kandung kemih.
Hernia unguinalis; hemoroid (mengakibatkan
peningkatan tekanan abdominal yang memerlukan pengosongan kandung kemih
mengatasi tahanan).
c.
Makanan
/ cairan
Gejala : Anoreksia; mual, muntah
Penurunan berat badan.
d.
Nyeri
/ kenyamanan
Gejala : Nyeri suprapubis, panggul, atau punggung;
tajam, kuat (pada protatitis
akut).
Nyeri punggung bawah.
e.
Keamanan
Gejala : Demam.
f.
Seksualitas
g.
Gejala
: Masalah tentang efek kondisi/terapi
pada kemampuan seksual.
Takut inkontinensia/menetes selama
hubungan intim.
Penurunan kekuatan kontraksi
ejakulasi.
Tanda : Pembesaran, nyeri tekan prostat.
h.
Penyuluhan/pembelajaran
i.
Gejala : Riwayat keluarga kanker, hipertensi,
penyakit ginjal.
j.
Penggunaan
hipertensif atau antidepresan, antibiotic urinaria atau agen antibiotic, obat
yang dijual bebas untuk flu/alergi obat mengandung simpatomimetik.
B. Pemeriksaan
Diagnostik
1.
Urinalisasi:
Warna kuning, coklat gelap, merah gelap atau terang (berdarah); penampilan
keruh.
2.
Kultur
urin: Dapat menunjukkan Staphylococus aureus, Proteus, Klebsiella, Pseudomonas,
atau Escheria coli.
3.
Sitologi
urin: Untuk mengesampingkan kanker kandung kemih.
4.
BUN/
kreatinin: Meningkatkan bila fungsi ginjal dipengaruhi.
5.
Ultrasound
transrektal: Mengukur ukuran prostat, jumlah residu urin; melokalisasi lesi
yang tak berhubungan dengan HPB.
C. Prioritas
keperawatan
1.
Menghilangkan
retensi urin akut.
2.
Meningkatkan
Kenyamanan.
3.
Mencegah
komplikasi.
4.
Membantu
pasien untuk menerima masalah psikososial.
5.
Memberikan
Informasi tentang penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan.
D. Diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul
1.
Retensi
urin akut/kronik berhubungan dengan obstruksi mekanik; pembesaran prostat.
2.
Perubahan
eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi mekanikal: bekuan darah, edema,
trauma, prosedur bedah.
3.
Nyeri
akut berhubungan dengan iritasi mukosa; distensi kandung kemih, kolik ginjal;
infeksi urinaria; terapi radiasi.
E. NCP
(Nursing Care Planning)
1.
Retensi
urin akut/kronik berhubungan dengan obstruksi mekanik; pembesaran prostat.
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien tidak mengalami retensi urine.
Kriteria hasil : Berkemih dengan jumlah yang cukup tak
teraba distensi kandung kemih.
Menunjukkan residu pasca berkemih
kurang dari 50 ml; dengan tak adanya tetesan/ kelebihan aliran.
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
1.
Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila-bila dirasakan.
2.
Tanyakan pasien tentang inkontinensia stress.
3.
Observasi aliran urine, perhatikan ukuran dan kekuatan.
4.
Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap berkemih. Perhatikan penurunan haluaran
urine dan perubahan berat jenis.
5.
Perkusi/palpasi area suprapubik.
6.
Berikan rendam duduk sesuai indikasi.
Kolaborasi
1.
Berikan obat sesuai indikasi:
2.
Antispasmodik, contoh, oksibutinin klorida (Ditropan).
|
1.
Meminimalkan retensi urine distensi berlebihan pada kandung kemih.
2.
Tekanan ureteral tinggi menghambat pengosongan kandung kemih atau dapat
menghambat berkemih sampai tekana abdominal meningkat cukup untuk
mengeluarkan urine secara tidak sadar.
3.
Berguna untuk mengevaluasi obstruksi dan pilihan intervensi.
4. Retensi
urine meningkatkian tekanan dalam saluran perkemihan atas yang dapat
mempengaruhi fungsi ginjal.
5.
Distensi kandung kemih dapat dirasakan di area suprapubik.
6.
Meningkatkan relaksasi otot penurunan edema, dan dapat meningkatkan upaya berkemih.
1.
Menghilangkan spasme kandung kemih sehubungan dengan iritasi oleh kateter.
|
2.
Perubahan eliminasi urin berhubungan
dengan obstruksi mekanikal: bekuan darah, edema, trauma, prosedur bedah.
Tujuan
: Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam diharapkan aliran
urine baik/meningkat.
Kriteria
hasil :Berkemih dengan jumlah normal tanpa retensi
Menunjukkan
perilaku yang meningkatkan kontrol kandung kemih/urinaria.
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
1.
Kaji haluaran urine dan system kateter/drainase, khususnya selama irigasi
kandung kemih.
2.
Bantu pasien memilih posisi kanormal untuk berkemih, contoh berdiri, berjalan
ke kamar mandi, dengan frekuensi sering setelah kateter dilepas.
3.
Dorong pasien untuk berkemih bila terasa dorongan tetapi tidak lebih dari 2-4
jam per protokol.
|
1.
Retensi dapat terjadi karena edema area bedah, bekuan darah, spasme kandung
kemih.
2.
Mendorong pasase urine dan meningkatkan rasa normalitas.
3.
Berkemih dengan dorongan mencegah retensi urine.
|
3.
Nyeri akut berhubungan dengan
iritasi mukosa; distensi kandung kemih, kolik ginjal; infeksi urinaria; terapi
radiasi.
Tujuan
:Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan rasa nyeri klien berkurang.
Kritera
hasil : Melaporkan nyeri hilang/terkontrol
Tampak
rileks
Mampu untuk
tidur/istirahat dengan cepat
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
1.
Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10) lamanya.
2.
Pertahankan tirah baring bila diindikasikan.
3.
Berikan tindakan kenyaman, contoh pijatan punggung; membantu pesien melakukan
posisi yang nyaman; mendorong penggunaan relaksasi/latihan napas dalam;
aktivitas terapeutik.
4.
Kolaborasi
5.
Berikan obat sesuai indikasi:
Narkotik,
contoh eperidin (Demerol)
|
1.
2.
Memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan pilihan/keefektifan
intervensi.
3.
Tirah baring mungkin diperlukan pada awal selama fase retensi akut.
4.
Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian, dan dapat
meningkaatkan kemampuan koping.
5.
Diberikan untuk menghilangkan nyeri berat, memberikan relaksasi mental dan
fisik.
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
BPH adalah
pembesaran atau hypertropi prostat. Kelenjar prostat membesar, memanjang kea
rah depan ke dalam kandung kemih dan menyumbat aliran keluar urine, dapat
menyebabkan hydronefrosis dan hydroureter. Istilah Benigna Prostat Hypertropi
sebenarnya tidak lah tepat karena kelenjar prostat tidaklah membesar atau
hypertropi prostst, tetapi kelenjar-kelenjar periuretralah yang mengalami
hyperplasia (sel-selnya bertambah banyak). Kelenjar-kelenjar prostat sendiri
akan terdesak menjadi gepeng dan disebut kapsul surgical. Maka dalam literature
di benigna hyperplasia of prostat gland atau adenoma prostat, tetapi hipertropi
prostat sudah umum dipakai.
BPH adalah
penyakit yang disebabkan oleh penuaan. Hyperplasia prostatic adalah pertumbuhan
nodul-nodul fibroadenomatosa majemuk yang prostat, pertumbuhan tersebut dimulai
dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan
menekan kelenjar normal yang tersisa.
B. Saran
Sebagai
seorang mahasiswa keperawat sebaiknya nanyinya dalam memberikan asuhan
keperawatan juga harus memberikan pendidikan kesehatan, serta dapat
menganjurkan pasien untuk bergaya hidup sehat dan teratur. Dan semoga makalh
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR
PUSTAKA
Smeltzer,C. Suzanne. 2002. Buku bAjar Keperawat
Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta.EGC
Price,A. Sylvia. 2006. Patofiologi Vol 2.Jakarta.
EGC
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan
Keperawatan.Jakarta.EGC
Nursalam. 2008.Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika
Terima kasih sudah berbagi ilmu yang bermanfaat.
ReplyDeleteTerima Kasih Jua..atas kedatangannya di blog kami...Salam
ReplyDelete