Tuesday, 14 April 2020

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN PRE EKLAMPSIA DI PMB SILVIA LESTARI


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja danpujisyukurataskehadirat-Nya,yang telah melimpahkan rahmat,hidayah, daninayah-Nya kepada kami,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang “ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN PRE  EKLAMPSIA DI PMB SILVIA LESTARI”.
Makalah ini telah kami susundengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai  pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untukitu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu,Kami menya dari sepenuhnyabahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tatabahasanya.Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik daripembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
  Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN PRE EKLAMPSIA DI PMB SILVIA LESTARI dapat memberikan  manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

    




                                                                                    Banda aceh,
1 JULI 2019



                                                                                                Penyusun



DAFTAR ISI


LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................        i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................        ii         
DAFTAR ISI ................................................................................................................        iii
BABI :PENDAHULUAN.............................................................................................        1         
A.    Latarbelakang.....................................................................................................        1
B.     Tujuan.................................................................................................................        3
C.     Manfaat..............................................................................................................        3
BABII :TINJAUAN TEORI.........................................................................................        5
A.    Definisi...............................................................................................................        5
B.     Etiologi...............................................................................................................        5
C.     Patofisiologi........................................................................................................        7
D.    Tanda dan Gejala................................................................................................        9
E.     Diagnosis ...........................................................................................................        9
F.      Klasifikasi...........................................................................................................        9
G.    Penanganan.........................................................................................................        10
H.    Komplikasi..........................................................................................................        11
BAB III SOAP..............................................................................................................        13
BAB  IV:PENUTUP .....................................................................................................        15
A.    Kesimpulan.........................................................................................................        15
B.     Saran ..................................................................................................................        15
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................        16


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pre eklampsia merupakan penyulit kehamilan akut dan dapat terjadi ante, intra, dan post partum. Dari gejala-gejala klinik pre eklampsia dapat dibagi menjadi pre eklampsia ringan dan pre eklampsia berat. Pembagian pre eklampsia menjadi berat dan ringan tidaklah berarti adanya dua penyakit yang jelas berbeda, sebab seringkali ditemukan penderita pre eklampsia ringan dapat mendadak mengalami kejang dan jatuh dalam koma ( sarwono, 2010 )
Pre eklampsia ataupun eklampsia sering kali bertumpang tindih dengan pengertian hipertensi kronis. Pre eklampsia dan eklampsia berat jarang terjadi namun dapat menyebabkan komplikasi kehamilan yang serius. Pre eklampsia dan eklampsia berat adalah penyebab utama kedua kematian maternal langsung. Diperkirakan sekitar 5/1000 persalinan di inggris menderita pre eklampsia parah dan 5/10.000 persalinan mengalami eklampsia.
Menurut soto dkk ( obstetric critikal care unit of hospital general de mexico experience during 2014-2015 ), eklampsia  dan PEB adalah penyebab utama mortalitas maternal, dengan patofisiomekanisme yang terlibat di dalamnya adalah gangguan neurologik, hemodinamik, renal, hepatik, dan hematologik, yang selanjutnya juga menyebabkan gangguan pada fetus. Pre eklampsia berat dapat disertai dengan gejala nyeri kepala hebat, gangguan penglihatan, penglihatan kabur, silau terhadap cahaya, nyeri hebat pada regiohipokondria, muntah hebat, pembengkakan tiba-tiba di wajah, tangan, dan kaki.
Salah satu penyebab kematian pada ibu hamil adalah pre eklampsia berat. Kejadian pre eklampsia dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko pre eklampsia berat meliputi status primigravida ( kehamilan pertama ), kehamilan kembar, diabetes, hipertensi yang telah ada sebelumnya, pre eklampsia pada kehamilan sebelumnya, riwayat pre eklampsia dalam keluarga ( Linda,ddk, 2014 ).
Komplikasi kehamilan akibat PEB dan eklampsia terjadi pada hampir sekitar 2000 kelahiran united kingdom dan merupakan satu dari beberapa penyebab utama kematian maternal, serta outcome yang buruk pada bayi. Dari total kehamilan dengan PEB dan eklampsia, 23% diantaranya membutuhkan ventilasi mekanik, 35% mengalami resiko mayor seperti edema paru, gagal ginjal, DIC, HELLP syndrome, sindroma distress respirasi akut, stroke, bahkan henti jantung. Bayi yang dilahirkan dari pasien PEB dan eklampsia mengalami kematian sebanyak 1 diantara 14 kelahiran. Sekitar sepertiga dari kasus kejang eklamtik terjadi sebelum pasien dibawa ke rumah sakit. Karena itu penatalaksanaan pasien PEB dengan ancaman eklampsia atau pasien eklampsia saat tiba di unit gawat darurat, proses transfer pasien, sampai dengan penatalaksanaan selanjutnya meliputi prosedur kelahiran pervaginam atau dengan bedah sesar dan pascabedah, akan sangat mempengaruhi outcome pasien PEB dan eklampsia.
Dari penelitian deskriptif retrospektif yang dilakukan oleh patty, lalenoh, dan wuisan, periode 2014 – agustus 2016 untuk memperoleh data mengenai presentase morbiditas dan mortalitas pasien PEB dan eklampsia yang dirawat di ICU dan HCU , berdasarkan data rekam medik yang lengkap dan memenuhi kriteria inklusi, didapatkan sebanyak 33 pasien yang terkumpul, 11 sampel diantaranya adalah status penderita PEB (33%) dan 22 sampel adalah status penderita eklampsia (67%). Angka kejadian HELLP syndrome dari pasien-pasien PEB dan eklampsia yang dirawat di ICU dan HCU, didapatkan sebanyak 9 orang (27,3%)  dan yang mengalami komplikasi DIC adalah sebanyak 1 orang (3%). Pasien PEB dan eklampsia yang membutuhkan support ventilator adalah sebanyak 5 orang. Penelitian tersebut dilakukan secara retrospektif dan disimpulkan bahwa mortalitas lebih tinggi dijumpai pada pasien eklampsia dengan presentasi sebesar 9.1%. pada pasien-pasien PEB dan eklampsia yang dirawat di ICU dan HCU.
Tingginya kejadian pe eklampsia-eklampsia di negara-negara berkembang dihubungkan dengan rendahnya status sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang dimiliki kebanyakan masyarakat. Kedua hal tersebut saling terkait dan sangat berperan dalam menentukan tingkat penyerapan dan pemahaman terhadap berbafai informasi/masalah kesehatan yang timbul baik pada dirinya ataupun untuk lingkungan sekitarnya ( zuhrina,2010).
Berdasarkan hasil survey demografis kesehatan indonesia ( SDKI ) pada tahun 2012, angka kematian ibu (AKI) di indonesia masih sangat tinggi, AKI dari 228 pada 2007 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2013 sedangkan target yang ingin dicapai pemerintah dalam menurunkan angka kematian ibu pada tahun 2015 yang merupakan sasaran millenium development goals ( MDGS ) yaitu AKI sebesar 102/100.000 kelahiran hidup ( Kemenkes ,2014).
B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan pre eklampsia berat di PMB Silvia Lestari.
2.      Tujuan Khusus
·         Mahasiswa dapat melakukan pengkajian data subjektif pada ibu hamil dengan pre eklampsia berat di PMB Silvia Lestari.
·         Mahasiswa dapat mengetahui data objektif pada ibu hamil dengan pre eklampsia berat di PMB Silvia Lestari.
·         Mahasiswa dapat menentukan analisa pada ibu hamil dengan pre eklampsia di PMB Silvia Lestari.
·         Mahasiswa mampu melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang sesuai data objektif pada ibu hamil dengan pre eklampsia di PMB Silvia Lestari.
C.    Manfaat
1.      Bagi PMB
Sebagai bahan masukan dan menambah referensi dalam mengaplikasikan tindakan yang tekah dijalankan.
2.      Bagi Bidan
Membantu menambah referensi dalam hal pemahaman dan perkembangan pengetahuan dan penatalaksanaan dapat digunakan untuk menetapkan strategi tepat sehingga dapat memberikan asuhan kebidanan.
3.      Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai wacana bagi institusi pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.
4.      Dapat memberikan informasi mengenai masalah kebidanan khususnya asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan pre eklampsia berat.





















BAB II
TINJAUAN TEORI


A.    Definisi 
Pre eklampsia (PE) adalah gangguan yang terjadi setelah minggu ke 20 kehamilan dan ditandai dengan hipertensi dan proteinuria. ( Silasi Michele,2010)
Pre eklampsia dalah penyakit yang ditandai dengan adanya hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul selama kehamilan atau sampai 48 jam postpartumm. Umumnya terjadi pada trimester III kehamilan. Pre eklampsia dikenal juga dengan sebutan Pregnancy Incduced Hipertension (PIH) gestosis atau toksemia kehamilan ( Maryunani, dkk,2012 ). 
Pre eklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra,dan post partum. Dari gejala-gejala klinik pre eklampsia dapat dibagi menjadi pre eklampsia ringan dan pre eklampsia berat. Pembagian pre eklampsia menjadi ringan dan  berat tidakllah berarti adanya dua penyakit yang jelas berbeda, sebab seringkali ditemukan penderita pre eklampsia ringan dapat mendadak mengalami kejang dan jatuh dalam koma. ( Sarwono,2010 )
Pre eklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang di tandai dengan adanya disfungsi plasenta dan respons maternal terhadap adanya inflamasi sistemik dengan aktifitas endotel dan koagulasi. Diagnosis pre eklampsia ditegakkan berdasarkan adanya hipertensi dan proteinuria pada uasia kehamilan 20 minggu. Edema tidak lagi dipakai sebagai kriteria diagnostik karena sangat banyak ditemukan pada wanita dengan kehamilan normal. ( POGI,2014 )
B.     Etiologi
Terdapat beberapa teori yang diduga sebagai etiologi dari pre eklampsia, meliputi ( Pribadi,A,2015)

1)      Abnormalitas invasi tropoblas
Invasi tropoblas yang tidak terjadi atau kurang sempurna, maka akan terjadi kegagalan romedeling a. Spiralis. Hal ini mengakibatkan darah menuju lakuna hemokorioendotel mengalir kurang optimal dan bila jangka waktu lama mengakibatkan hipooksigenasi atau hipoksia plasenta. Hipoksia dalam jangka lam menyebabkan kerusakan endotel pada plasenta yang menambah berat hipoksia. Produk dari kerusakan vaskuler selanjutnya akan terlepas dan memasuki darah ibu yang memacu gejala klinis pre eklampsia.
2)      Maladaptasi imunologi antara maternal-plasenta
Berawal pada awal trimester kedua pada wanita yang kemungkinan terjadi pre eklampsia. Th1 akan meningkat dan rasio Th1/Th2 berubah. Hal ini disebabkan karena reaksi inflamasi yang distimulasi oleh mikropartikel plasenta dan adiposit
3)      Maladaptasi kadiovaskular atau perubahan proses inflamasi dari proses kehamilan normal.
4)      Faktor genetik, termasuk faktor yang diturunkan secara mekanisme epigenetik.
Dari sudut pandang herediter, pre eklampsia adalah penyakit multifaktorial dan poligenik. Predisposisi herediter untuk pre eklampsia mungkin merupakan hasil interaksi dari ratusan gen yang diwariskan baik secara maternal ataupun paternal yang mengontrol fungsi enzimatik dan metabolisme pada setiap sistem organ. Faktor plasma yang diturunkan dapat menyebabkan pre eklampsia
5)      Faktor nutrisi, kurangnya intake antioksidan.
John et  al  (2012) menunjukan pada populasi umumnya konsumsi sayuran dan buah-buahan yang tinggi antioksidan dihubungkan dengan turunnya tekanan darah. Penelitian yang dilakukan Zhang,ddk (2013) menyatakan insidensi pre eklampsia meningkat dua kali pada wanita yang mengkonsumsi asam askorbat kurang dari 85 mg.

Faktor resiko dan berpengaruh terhadap progrerisitas pre eklampsia ( Pribadi,A,2015 )
1.      Faktor usia ibu
2.      Paritas
3.      Usia kehamilan
4.      Indeks massa tubuh ( IMT ). Nilai IMT diatas 30 dengan kategori obesitas, resiko pre eklampsia meningkat hingga 4 kali lipat.
C.    Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya pre eklampsia, dapat dijelaskan sebagai berikut ( cunningham,2014 )
1.      Sistem kardiovaskular
Pada pre eklampsia endotel mengeluarkan vasoaktif yang didominasi oleh vasokontriktor, seperti endotel dan tromboksan A2. Selain itu, terjadi penurunan kadar renin, angiotensin I, angiotensin II dibandingkan kehamilan normal.
2.      Perubahan metabolisme
Pada perubahan metabolisme terjadi hal-hal sebagai berikut
a.       penurunan reproduksi prostaglandin yang dikeluarkan oleh plasenta.
b.      Perubahan keseimbangan produksi prostaglandin yang menjurus pada peningkatan tronboksan yang merupakan vasokontriktor yang kuat, penurunan produksi postasiklin yang berfungsi sebagai vasodilator dan menurunnya produksi antiotensi II/III yang menyebabkan makin meningkatnya asensitivitas otot pembuluh darah terhadap vasopressor.
c.       Perubahan ini menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah dan vasavasorum sehingga terjadi kerusakan, nekrosis pembuluh darah, mengakibatkan permeabilitas meningkatkan serta kenaikan darah.
d.      Kerusakan dinding pembuluh darah, menimbulkan dan memudahkan trombosit mengadakan agregasi dan adhesi serta akhirnya mempersempit, lumen dan makin mengganggu aliran darah ke organ vital.
e.       Upaya mengatasi timbunan trombosit ini terjadi lisis, sehingga dapat menurunkan jumlah trombosit darah serta memudahkan jadi pendarahan. ( Manuaba,2012)
3.      Sistem darah dan koagulasi
Pada perempuan dengan pre eklampsia terjadi trombositopenia,penurunan kadar beberapa faktor pembukuan, dan eritrosit dapat memiliki bentuk yang tidak normal sehingga mudah mengalami hemolisis. Jelas pada endotel dapat menyebabkan peningkatan angregasi trombosit, ,menurunkan lamanya hidup, serta menekankan kadar antitrobin III. ( cunningham,2014 )
4.      Homeostatis ( cairan tubuh )
Pada pre eklampsia terjadi rentensi natrium karna meningkatnya sekresi deoksikortikoteron yang merupakan hasil konversi progesteron. Pada wanita hamil yang mengalami pre eklampsia berat, volume ekstraselular akan meningkatkan  bermanifestasi menjadi edema yang lebih berat dari pada wanita hamil yang normal.mekanisme terjadinya retensi air disebabkan karna endotelia injury (cunningham,2014 )
5.      Ginjal
Selama kehamilan normal terjadi penurunan aliran darah keginjal dan laju filtrasiglomerulus. Pada pre eklampsia terjadi perubahan seperti peningkatan retensi arteri eferen ginjal dan perubahan bentuk endotelglomerulus. Filtrasi yang semakin menurun menyebabkan kadar kreatinin serum meningkat. Terjadi penurunan aliran darah keginjal, menimbulkan perfusi dan fitrasi ginjal menurun menimbulkan oliguria. Kerusakan pembuluh darh glomerulus dan bentuk glomerulu-kapilariendometelia menimbulkan proteinuria.( cunningham,2014 )
6.      Serebrovakular dan gejala neurologis lain.
Gangguan seperti sakit kepala dan gangguan penglihatan. Mekanisme menyebsbksn pasti kejang belum jelas. Kejang diperkirakan terjadi akibat vasospasma sebral, edema, dan kemungkinan hipertensi mengganggu autoregulasi serta sawar darah otak.
7.      Hepar
Para pre eklampsia ditemukan infrakhepar dan mekrosis. Infrakheppar dapat berlanjut menjadi pendarahan sampai hematum. Apabila hematum meluas dapat terjadi rupture supkapular. Nyeri perut kuadran kanan atas atau nyeri epigastrum disebabkan oleh teregangnya kapsula glisson.
8.      Mata
Dapat terjadi vasospasma retina, edema retina, ablastro retina, sampai kebutaan.

D.    Tanda dan Gejala
Gejala klinis pre eklampsia sangat bervariasi dari yangn ringan sampai yang mengancam kematian pada ibu. Efek yang sama terjadi pula pada janin, mulai dari yang ringan, pertumbuhan janin terhambat ( PJT  ) dengan komplikasi pasca salin sampai kematian intriuterin ( Pribadi,A,2015)
Gejala pre eklampsia dan tandanya menurut Morgan (2012) MELIPUTI
1.      Hipertensi peningkatan sitolig sebesar 30mmHg atau diastolig sebesar 15mmHg.
2.      Hipertensi nyata terutama disertai konus pergelangan kaki yang sementara atau terus menerus.
3.      Edema wajah
4.      Gangguan penglihatan
5.      Mengantuk atau sakit kepala ( pertanda konvulsi )
6.      Peningkatan tajam jumlah proteinuria ( lebih kurang 59 pada specimen 24jam, atau bila menggunakan uji dipstik 3+ sampai 4+).
7.      Oliguria = keluaran urin kurang dari 30 ml/jam atau kurang dari 500ml/jam
8.      Nyeri epigetrium karna distensi hati

E.     Diagnosis
Pada umumnya diagnosis pre eklampsia didasarkan atas adanya dua dari triastanda utama : hipertensi, edema dan proteinuria. Hal ini memang berguna untuk kepentingan statistik, tetapi dapat merugikan penderita karna tiap tanda dapat merupakan bahaya kendatipun ditemukan sendiri. ( wibomo,dk,2013 )

F.     Kasifikasi Pre eklampsia
American Congres Of Obstetricians and Gynekologist ( ACOG ) (2013 ) mengklasifikasikan hipertensi dalam kehamilan menjadi :
1.      Pre eklampsia dan eklampsia. Eklampsia adalah timbulnya kejang granmall pada perempuan dengan pre eklampsia . eklampsia dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah kehamilan. Pre eklampsia sekarang diklasifikasikan menjadi
2.      Pre eklampsi tanpa tanda bahaya
3.      Pre eklampsia dengan tanda bahaya, apabila ditemukan dari gejala atau tanda berikut ini
a.       TD sistol ≥160mmHg atau TD diastol≥110mmhg ada dua pengukurangan dengan selang 4 jam saat pasien posisi tirah baring.
b.      Trombositopenia < 100.000/µ L
c.       Gangguan fungsi hati dengan meningkatnya tranminase 2 kali dari nilai normal, nyeri perut kanan atas, presisten berat atau nyeri epigastrium yang tidak membaik dengan pengobatan atau keduanya.
d.      Insufisiensi renal yang progresif ( konsentrasi kreatin serum ,>1.1 mg/dl )
e.       Edema paru
f.       Gangguan sebral dan penglihatan
4.      Hipertensi kronis adalah hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan.
5.      Hipertensi kronis dengan superim posed pre eklamsia adalah pre eklamsia yang terjadi pada perempuan hamil yang hipertensi kronis.
6.      Hipertensi gestational adalah tekanan darah setelah usia kehamialan lebih dari 20 minggu tanpa adannya protein uria / kelainan sistemik lainnya.
G.    Penanganan
Pengobatan pada pre eklamsia hannya dapat dilakukakn secara sistmatis karena etologi pre eklamsia dan faktor apa dalam kehamilan yang menyebabkannya, belum di ketahui. Tujuan utama dalam penaganan menurut wibowo, dkk, ( 2013 ) adalah
1.      Mencegah terjadinya pre eklampsia berat dan eklampsia.
2.      Melahirkan janin hidup
3.      Melahirkan janin hidup dengan trauma sekecil-kecilnya.

Wibowo dan Rahimhamdhi (2013 ) mengklasifikasi penanganan pre eklampsia sebagai berikut
1.      Penangan pre eklampsia ringan
Istrirahat ditempat tidur karena dengan berbaring dengan sisi tubuh dapat menyebabkan pengaliran darah ke plasenta menikat, aliran darah ke ginjal lebih bnyak tekanan fena ektremitas bawah turun dan reabsobsi cairan dari daerah tersebut bertambah, selain itu juga mengurangi kebutuhan volume darah yang beredar. Pemberian fenobaritar 3x30 mg sehari akan menenangkan penderita dan dapat juga menurunkan tekanan darah.
2.      Penanganan pre eklamsia berat
Pada penderita yang masuk kerumah sakit sudah dengan tanda- tanda dan gejala-gejala pre eklamsia berat, harus segera di beri sedatif yang kuat untuk mencengah timbulnnya kejang- kejang. Apabila sesudah 12 sampai 24 jam bahaya akut dapat diatasi, dapat dipikirkan cara yang terbaik untuk menghentikan kehamilan, tindakan ini perlu untuk mencengah seterusnnya bahaya- bahaya eklamsia. Sebagai pengobatan untuk mencengah timbulnnya kejang-kejang dapat di berikan : ( 1) larutan sulfa magneikus 40% dengan kegunaan selain menengkan, juga menurunkan tekanan darah dan meningkatkan diuresis,(@) klorpomazin somg (#) dia zepam (3) 20mg intramuskular.

H.    Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin, usaha utama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre eklampsia dan eklampsia. Komplikasi yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi pada pre eklampsia berat dan eklampsia :( Wibowo, dkk, 2013 )
1.        Solusio plasenta
Karena adanya takanan darah tinggi maka pembuluh darah dapat mudah pecah, sehingga terjadi hematomretropalsenta yang dapat menyebabkan sebagian plasenta dapat terlepas.
2.      Hipofibrinogenemia
Adanyakekurangan fibrinogen yang beredardalamdarah ,biasanya di bawah 100 mg persen. Sehingga  pemeriksaan kadar fibrinogen harussecaraberkala.
3.      hemolisis
Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan integritas membrane sel darah merah yang menyebabkan pelepasan hemoglobin.Menunjukkan gejala klinik  hemolisis yang dikenal karena ikterus.
4.      Perdarahanotak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal padapen derita eklampsia.
5.      Kelainanmata
Kehilangan penglihatan untuk sementara,yang berlangsung sampai seminggu.Perdarahankadang-kadang terjadi pada retina yang merupakan tandagawatakanterja dinya apopleksi aserebri.
6.      Edema paru
7.      Nekrosishati
Nekro sisperiportalhatipada eklampsia merupakan akibatvasopasmusarteriolumum.Kerusakansel-selhati dapatdiketahui dengan pemeriksaan sel lhati, terutama penentuanenzim-enzimnya.
8.      Sindroma HELLP
Merupakan sindrome kumpulan gejala klinis berupa gangguan fungsi hati, hepatoseluler, peningkatan enzim hati ( SGOT, SGPT) gejala subjektif ( cepat lelah, mual, muntah, dan nyeri epigastrium ) hemolosis akibat kerusakan membral eritrosit oleh radikal bebas asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Trombositopenia( < 150.000/ cc) agresi ( adhesi trombosit di dinding vaskuler ) kerusakan tromboksan ( vasokon striktor kuat ) lisosom( manuba, 2012 )
9.      Kelainan ginjal
Kelainanini berupaendoteliosisglomerulus yaitu pembengkakan sitoplasmaselendotelial  tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya.Kelainanlain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
10.  Komplikasi lain yaitu lidahtergigit, trauma danfraktur karena jatuh akibat kejang -  kejang pneumonia aspirasi, dan DIC.
11.  Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra uterin.




BAB III
SOAP

Hari/ tanggal               : Senin, 1 juli 2019
Tempat                        : PMB Silvia Lestari

S          : Ny i usia 43 Tahun datang ke PMB Silvia Lestari ingin memeriksakan kehamilannya, ibu mengeluh bengkak pada wajah, tangan dan kaki disertai sesak nafas, ibu mengatakan ini kehamilannya yang ke delapan dan pernah mengalami keguguran satu kali. HPHT 8-10-2018
O         :  Keadaan Umum                               : Sedang
               Kesadaran                                        : composmentis
               TTP                                                  : 15-7-2019
               TTV              : TD                             : 170/108 mmhg
                                       N                              : 80x/menit
                                       R                              : 24x/menit
                                       T                               : 36,5° C
                                    BB sebelum hamil       : 92 kg
                                    BB sekarang                : 101 kg
           
Pemeriksaan Abdomen           :
                     Leopold 1          : tinggi fundus uteri 34 cm
                     Leopold 2          : bagian kanan terasamemanjang seperti papan ( punggung )
                                                 Bagian kiri teraba kecil-kecil  ( ektremitas )
Leopold 3          : bagian terbawah teraba janin teraba bulat keras melenting ( kepala)
                     Leopold 4          : bagian terbawah sudah masuk PAP ( divergen )
Auskultasi
                     DJJ : 143x/menit
                     TBBJ      : 3.565 gr ( 34-11) 155
A                  : G8P6A1 usia kehamilan 39 minggu dengan pre eklampsia berat
P                   :
1.      Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan→hasilnnya tidak normal
2.      Memberitahukan ibu bahwa keadaanya harus segera dirujuk untuk memperoleh perawatan secara intensif dan optimal di rumah sakit.
3.      Memberi dukungan sepenuhnya pada ibu dan keluarga dengan cara menyakinkan ibu dan keluarga bahwa perawatan medis yang ditanda tangani oleh dokter ahli akan lebih baik karena peralatan dan prasarana yang tersedia lebih komplit untuk menangani komplikasi yang mungkin terjadi.
4.      Menerapkan BAKSOKU dalam tindakan merujuk, menyertakan bidan, dan mempersiapkan alat yang memadai untuk proses rujukan, persiapan kendaraan, surat, dan obat-obatan yang mungkin diperlukan
5.      Melakukan kolaborasi dengan dokter SPOG.
6.      Ibu paham dengan keadaannya dan mengerti dengan penjelasan bidan
7.      Ibu bersedia dan mau dirujuk.


BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan Asuhan Kebidanan kehamilan dengan Pre eklampsia di PMB Silvia Lestari, diperoleh data subjektif ibu mengatakan bengkak pada wajah, tangan dan kaki dan sesak nafas, dan data objektif  keadaan umum sedang, TD 170/108 mmHg,N 80x/Menit, RR 24x/Menit, pada pemeriksaan abdomen didapatkan L1 TFU 34cm, L2 Puka,L3 kepala,L4 sudah masuk PAP, analisa yaitu Ny.i G8P6A1 usia kehamilan 39 minggu dengan pre eklampsia berat.
Asuhan bagi ibu pre eklampsia yaitu bidan merujuk dan berkolaborasi dengan dokter SPOG untuk memperoleh perawatan secara intensif dan optimal agar dapat menangani komplikasi yang mungkin terjadi dengan menerapkan BAKSOKU.
B.     Saran
1.      Bagi pasien
Untuk mencapai keberhasilan dalam asuhan kebidanan dengan letak lintang diperlukan kerjasama yang baik dengan ibu untuk memecahkan masalah yang timbul.
2.      Bagi petugas
Untuk  mencapai keberhasilan dalam memberikan asuhan maka para petugas kesehatan harus meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam bekerja.









DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjos, 2016. Ilmu Kebidanan, Jakarta : PT.Bina Pustaka.
Cunningham,FG, ddk.2014.Obstetri Williams volume 1.Jakarta:ECG
Pribadi,A,ddk.2015.Kehamilan Resiko Tinggi.Jakarta : CV. Sagung seto.
Redman CW,dkk.2014.Imunology Of Abnormal Pregnancy and Preeklampsia.Amsterdam : academia press.
Mackenzie RM,dkk.2012.Endhotelial FOS experience and preeklampsia.BJOG
Manuaba.I.BG.2012.Pengantar Kuliah Obstetri.Jakarta:ECG
















No comments:

Post a Comment