ASKEP KEGAWATDARURATAN SISTEM PERKEMIHAN
KATAPENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Alhamdulillahhirobbil’alamin,
segala puji syukur kepada Allah SWT Azza Wajalla, sang Khaliq Yang Maha
Perkasa, yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya kepada kita sehingga kita
tetap exis dalam menjalankan seluruh tugas kita sebagai seorang hamba-Nya dan
sebagai seorang Khalifah-Nya dimuka bumi ini. Shalawat dan salam selalu
terucapkan kepada Baginda Rasul SAW, yang revolusioner pertama yang telah
membebaskan umat dari tirani kebodohan menuju singgasana kebebasan dan
kemerdekaan.
Terima kasih
kami sampaikan kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan,
motivasi dan saran kepada kami sehingga makalah ini mampu kami selesaikan tepat
pada waktunya.
Sebagai seorang
manusia yang selalu identik dengan sifat khilaf dan nisyan, kami sadar makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat berguna
bagi kami dan pembaca.
Wallahulmuafiqu walhadi ila sabilirrosyad
Wassalamu’alaikum
Banda Aceh , Mei 2019
( penyusun )
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................ ii
BAB I : PENDAHULUAN1
A. Latar belakang ............................................................................................ 1
B Rumusan masalah........................................................................................ 1
C Tujuan penulisan ......................................................................................... 1
BAB II :
PEMBAHASAN....................................................................................... 2
A. Anatomi sistem perkemihan ....................................................................... 6
B. Asuhan
keperawatan kolik renal ................................................................ 9
C. Konsep
keperawatan .................................................................................. 10
D. Konsep
Keperawatan.................................................................................. 13
BAB III : PENUTUP .............................................................................................. 16
A Kesimpulan................................................................................................. 16
B Saran........................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 17
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sistem perkemihan
atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan
darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan
oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Kolik adalah rasa sakit hebat yang hilang
timbul akibat hiperperistaltik dan spasme otot polos organ berongga yang
berbentuk tabung.
Kolik renal adalah rasa sakit yang
hebat pada organ renal (ginjal) akibat dari gangguan pada ginjal misalnya batu
pada ginjal
Kolik
ginjal adalah batu yang terbentuk di
tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan
bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran
kemih yang paling sering terjadi.
B.
Rumusan Masalah
Dalam penulisan
makalah ini, ada beberapa masalah pokok yang menjadi pusat pembahasan bagi penulis adalah sebagai berikut:
1. Apa konsep kolik ginjal?
2. Bagaimana asuhan keperawatan gawat darurat
dengan kolik ginjal?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan
makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah keperawatan gawat
darurat.
2. Untuk menjelaskan konsep kolik ginjal.
3.
Untuk
menjelaskan asuhan
keperawatan gawat darurat pada kolik ginjal.
4. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa/i
keperawatan mengenai kolik ginjal.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi Sistem Perkemihan
1.
Pengertian Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem
dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat
yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di
pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam
air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
2. Susunan Sistem
Perkemihan atau Sistem Urinaria
a. Ginjal (Renal)
Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum
abdominalis di belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan
melekat langsung pada dinding abdomen. Bentuknya seperti biji buah kacang merah
(kara/ercis), jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar
dari pada ginjal kanan.
Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya
ginjal laki – laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Satuan struktural dan
fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap – tiap nefron terdiri
atas komponen vaskuler dan tubuler.
Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh – pembuluh darah yaitu
glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen
tubuler terdapat kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus
kontortus proksimal, tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung
Henle yang terdapat pada medula. Kapsula.
Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng
dan lapis viseral (langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar
dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel
yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu
sangat teratur.Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal,
bagian tubulus yang keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus
kontortus proksimal karena jalannya yang berbelok – belok, kemudian menjadi
saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle
atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke
korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.
Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa
ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal
(medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis).
b.
Kulit Ginjal (Korteks)
Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan
penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak
mengandung kapiler – kapiler darah yang tersusun bergumpal gumpal disebut
glomerolus.
c. Sumsum
Ginjal (Medula)
Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang
disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut
apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan
jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal.
d. Rongga
Ginjal (Pelvis Renalis)
a.
Fungsi ginjal:
1.
Mengekskresikan
zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen, misalnya amonia.
2.
Mengekskresikan
zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan berbahaya
(misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).
3.
Mengatur
keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
4.
Mengatur
tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa.
b.
Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari
ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan
penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian
terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a.
Dinding
luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b.
Lapisan
tengah otot polos
c.
Lapisan
sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter
menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang akan
mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltik
mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan
dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.
Ureter berjalan
hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh
pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada
tempatmeninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh
sekitarnya mempunyai saraf sensorik.
d.
Vesikula
Urinaria (Kandung Kemih)
Kandung
kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang
simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut
yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis
medius. Bagian vesika urinaria terdiri dari :
1.
Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah,
bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh
jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan prostate
2.
Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3.
Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan
ligamentum vesika umbilikalis.
Dinding kandung
kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah luar),
tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).
Distensi
kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada
dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk merangsang
berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding
kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus,
diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan
kandung kemih.
Rangsangan
yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus
dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis.
Kontraksi
sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan
miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang
menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh. Bila
terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia
urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing
tertahan).
Persarafan
dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari
sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot
dan kontraksi spinter interna.
Peritonium
melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter masuk kandung kemih.
Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung
kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari
umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih.
Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.
a.
Uretra
Uretra
merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan air kemih keluar.
b.
Urine
(Air Kemih)
1.
Jumlah eksresi dalam 24 jam ±
1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta faktor lainnya.
2.
Komposisi air kemih
· Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air
· Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam
urea, amoniak dan kreatinin
· Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan
sulfat
· Pigmen (bilirubin, urobilin)
· Toksin
· Hormon
Mekanisme Pembentukan Urine Dari sekitar 1200ml darah yang
melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120 – 125ml filtrat (cairan yang
telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150 – 180L
filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar
sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.
B. Asuhan Keperawatan Kolik Renal
1. Pengertian
Kolik
adalah rasa sakit hebat yang hilang
timbul akibat hiperperistaltik dan spasme otot polos organ berongga yang
berbentuk tabung.
Kolik renal adalah rasa
sakit yang hebat pada organ renal (ginjal) akibat dari gangguan pada ginjal
misalnya batu pada ginjal
Kolik ginjal adalah
batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum,
pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan
merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi.
2. Etiologi
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang
mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan sebagai faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik yaitu:
1) Faktor
intrinsik, meliputi:
Herediter ; Diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
Umur ; Paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun.
Jenis kelamin ; Jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien
wanita.
2) Faktor ekstrinsik, meliputi:
Geografi ; Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih
tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk
batu).
Iklim dan temperatur.
Asupan air ; Kurangnya asupan air dan tingginya kadar
mineral kalsium dapat meningkatkan
insiden batu saluran kemih.
Diet ; Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah
terjadinya batu
saluran kemih.
Pekerjaan ; Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaanny
banyak duduk atau
kurang aktivitas fisik (sedentary life).
Ada beberapa teori
tentang terbentuknya Batu saluran kemih adalah:
a.
Teori Nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau
sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh
akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti
bantu dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih.
b.
Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin,
globulin dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal
batu.
c.
Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk
kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida.
Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan
terbentuknya batu dalam saluran kemih.
Penyebab
lainnya:
- Penyakit
ginjal
- Batu
ginjal
- Peradangan
pada ginjal
- Penggunaan
narkoba
3. Pathofisiologi
Batu-batu bisa menyebabkab sakit perut yang akut,
ginjal dan punggung. Pasien merasa resah karena sakit. Terdapat kebimbangan dan
pembakaran sensasi selama hajat dan kadang-kadang pasien ada darah dalam air
seni. Sakit ini juga dikenal sebagai renal colic.
Sakit perut dari organ ginjal (renal colic) biasanya
hadir karena sakit perut tiba-tiba mulai akut, berselang perut mulas, sakit
lambung (di samping tubuh, antara tulang rusuk dan hip terakhir) yang dapat
menyebar ke arah bawah perut atau selangkangan paha. Hal ini sering dikaitkan
dengan mual dan muntah-muntah. Ini insiden yang menahun sekitar 16 per 10.000
orang dan masa insiden 2-5%. Renal colic, bersama dengan haematuria, merupakan
gejala klasik dari urolithiasis, yang harus dipertimbangkan sebagai diagnosa
diferensial. Namun ada ketentuan lainnya yang memiliki gejala yang bisa meniru
ginjal karena sakit perut urolithiasis. Salah satu contohnya adalah perdarahan
di dalam ginjal yang dapat menghasilkan gumpalan, sementara yang tersangkut di
saluran kencing.
Lainnya adalah kehamilan ectopic, tetapi ini
biasanya akan dapat dijelaskan oleh ultrasound imaging. Pasien dengan abdominal
aortic gondok nadi dapat juga memiliki gejala yang mirip renal colic karena
urolithiasis. Pasien dengan gangguan usus akut juga hadir dengan menyerupai
renal colic, tetapi tidak seperti dengan urolithiasis itu tidak berkaitan
dengan haematuria. Selain itu, seseorang yang memakai narkoba berpretensi untuk
mengidap renal colic. Secara keseluruhan, bagaimanapun, misdiagnosis sebenarnya
sangat jarang.
Sebagian
besar batu saluran kencing adalah idiopatik dan dapat bersifat simtomatik
ataupun asimtomatik. Teori terbentuknya batu antara lain:
a.
Teori inti matrik
b.
Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya
substansi organic sebagai inti. Substansia organic ini terutama terdiri dari
mukopolisakarida dan mukoprotein A yang akan mempermudah kristalisasi dan
agregasi substansi pembentuk batu.
c.
Teori supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin
seperti sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah
terbentuknya batu.
d.
Teori presipitasi-kristalisasi
Perubahan PH urin akan mempengaruhi
solubilitas substansi dalam urin. Pada urin yang bersifat asam akan mengendap
sistin, santin, asam dan garam urat, sedangkan pada urin yang bersifat alkali
akan mengendap garam-garam fosfat.
e.
Teori berkurangnya factor penghambat
Berkurangnya factor penghambat
seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat, magnesium, asam
mukopolisakarid akan mempermudah terbentuknya batu saluran kencing.
3. Manifestasi/Gejala Klinis
Gejala utama
batu ginjal yang akut adalah kolik ginjal atau nyeri kolik. Lokasi nyeri
bergantung pada lokasi batu. Apabila batu ada di dalam pelvis ginjal, penyebab
nyerinya adalah hidronefrosis dan nyeri ini tidak tajam, tetap, dan dirasakan
di area sudut kostovertebra. Apabila batu turun ke ureter, pasien akan
mengalami nyeri yang hebat, kolik, dan rasa seperti ditikam. Nyeri ini bersifat
interminten dan disebabkan oleh spasme (kejang) urter dan anoksia dinding
ureter yang ditekan batu. Nyeri ini menyebar ke area suprapubik, genitelia
eksterna, dan paha. Nyeri dapat disertai dengan mual dan muntah, serta akan
mengarah kepada kelamahan. (Mary, 2008. Hal 60)
a. Obstruksi urine
dapat terjadi di sebelah hulu dari batu dibagian mana saja di saluran kemih.
Obstruksi diatas kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter membengkak
oleh urine. Hidoureter yang tidak diatasi, atau obstruksi pada atau atas tempat
ureter keluar dari ginjal dapat menyebabkan hidronefrosis yaitu pembengkakan
pelvis ginjal dan sistem duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan
ginjal tidak dapat memekatkan urine sehingga terjadi ketidakseimbangan
elektrolit dan cairan.
b. Obstruksi
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatistik intersium dan dapat menyebabkan
penurunan GFR. Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan kolapsnya nefron
dan kapiler sehingga terjadi iskemia nefron karena suplai darah terganggu.
Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika kedua ginjal terserang.
c. Setiap kali
terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi bakteri meningkat.
d. Dapat terbentuk
kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang (Corwin, 2009. Hal 716).
4. Pemeriksaan Penunjang
Uji diagnostik
:Yang termasuk dalam pemeriksaan diagnostik adalah sinar X , ultrasonografi,
pemibdaian CT,. Urinalisis dan kalsium serum dan kadar asam urat serum juga diperiksa.
Untuk mengetahui asiditas dan alkalinitas urine, pH urine dipantau dengan
dipstick setiap pasien berkemih. Pengumpulan spesimen urine 24 jam untuk
mengetahui kadar kalsium, oksalat, fosfor, dan asam urat dalam urine. (Mary,
2008. Hal 61).
5. Penatalaksanaan
Tips Diet Renal Colic Makan makanan kaya vitamin A.
Hindari makanan kaya oxalate seperti kacang-kacangan, lobak, arbei, seledri,
cokelat, anggur, cabe hijau, bayam, strawberries, summer squash, dan teh. Makan
apel dan semangka. Kurangi jumlah makanan kaya kalsium-susu, keju, m entega,
susu dan makanan lainnya.
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah
untuk menghilangkan batu, menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron,
mengendalikan infeksi dan mengurangi obstruksi yang terjadi.
Indikasi pengeluaran batu saluran
kemih:
· Obstruksi jalan kemih
· Infeks
· Nyeri menetap atau nyeri
berulang-ulang
· Batu yang agaknya menyebabkan
infeksi atau obstruksi
· Batu metabolic yang tumbuh cepat.
a.
Pengurangan nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau ureteral adalah
untuk mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan; morfin atau
meperidin diberikan untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang luar
biasa. Mandi air hangat diarea panggul dapat bermanfaat. Cairan diberikan,
kecuali pasien mengalami muntah atau menderita gagal jantung kongestif atau
kondisi lain yang memerlukan pembatasan cairan. Ini meningkatkan tekanan
hidrostatik pada ruang di belakang batu sehingga mendorong pasase batu tersebut
ke bawah. Masukan cairan sepanjang hari mengurangi konsentrasi kristaloid urin,
mengencerkan urin dan menjamin haluaran urin yang besar.
b.
Pengangkatan batu
Pemeriksaan
sitoskopik dan pasase kateter ureteral kecil untuk menghilangkan batu yang
menyebabkan obstruksi (jika mungkin), akan segera mengurangi tekanan-belakang
pada ginjal dan mengurangi nyeri.
c.
Lithotripsi Gelombang Kejut
Ekstrakorporeal (ESWL)
Adalah
prosedur noninvasive yang digunakan untuk menghancurkan batu di kaliks ginjal.
Setelah batu tersebut pecah menjadi bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu
tersebut dikeluarkan secara spontan.
d. Metode Endourologi Pengangkatan Batu
Mengangkat batu renal tanpa
pembedahan mayor. Nefrostomi perkutan (atau nefrolitotomi perkutan) dilakukan
dan nefroskop dimasukkan ke traktus perkutan yang sudah dilebarkan ke dalam
parenkim ginjal.
e.
Ureteroskopi
Mencakup
visualisasi dan aksis ureter dengan memasukkan suatu alat ureteroskop melalui
sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy
elektrohidraulik atau ultrasound kemudian diangkat.
f.
Pelarutan batu
Infus
cairan kemolitik (misal: agen pembuat asam dan basa) untuk melarutkan batu
dapat dilakukan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko
terhadap terapi lain dan menolak metode lain, atau mereka yang memiliki batu
yang mudah larut (struvit).
g.
Pengangkatan batu
Jika
batu terletak didalam ginjal, pembedahan dilakukan dengan nefrolitotomi (insisi
pada ginjal untuk mengangkat batu) atau nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau hidronefrosis. Batu
dalam piala ginjal diangkat dengan pielolitotomi, sedangkan batu pada ureter diangkat dengan ureterolitotomi dan sistotomi
jika batu berada dikandung kemih. Jika batu berada dikandung kemih; suatu alat
dapat dimasukkan ke uretra ke dalam kandung kemih; batu kemudian dihancurkan
oleh penjepit pada alat ini. prosedur ini disebut sistolitolapaksi.
B.
Konsep Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang di tegakkan di peroleh berdasarkan
pengkajian primer dan sekunder.
a.
Pengkajian
Primer
Ø Pengkajian
A, B, C, D
1)
Airway
·
Jalan napas bersih
·
Tidak terdengar adanya
bunyi napas ronchi
·
Tidak ada jejas badan
daerah dada
2)
Breathing
·
Peningkatan frekunsi
napas
·
Napas dangkal
·
Distress pernapasan :
pernapasan cuping hidung, takipneu, retraksi
·
Menggunakan otot-otot
pernapasan
·
Kesulitan bernapas :
sianosis
3)
Circulation
·
Penurunan curah jantung
: gelisah, letargi, takikardia
4)
Disability
·
Kesadaran :
Compomentis.
Ø Analisa
Data
Data
|
Penyebab
|
Masalah
|
·
Peningkatan frekunsi napas
·
Napas dangkal
·
Distress pernapasan : pernapasan
cuping hidung, takipneu, retraksi
·
Menggunakan otot-otot pernapasan
·
Kesulitan bernapas : sianosis
|
Kelainan pada ginjal
↓
Adanya gangguan keseimbangan asam –
basa
↓
Menyebabkan darah menjadi asam
(asidosis)
↓
Kompensasi tubuh dengan cara napas
yang dalam dan cepat untuk mengeluarkan asam di dalam darah
↓
Sesak
↓
Gangguan pola napas
|
Gangguan pola napas
|
Diagnosa
dan Perencanaan
Diagnosa
|
:
|
Pola napas tak efektif
|
|||
Tindakan
|
:
|
·
Terapi oksigen
·
Pemberian oksigen kecepatan rendah :
masker venturi atau nasal prong
·
Ventilator mekanik dengan tekanan
jalan nafas positif kontinu (CPAP) atau PEEP
·
Inhalasi nebulizer
·
Pemantauan hemodinamik/jantung
·
Pengobatan : Brokodilator, Steroid
|
|||
Diagnosa
|
:
|
Penurunan curah jantung
|
|||
Tindakan
|
:
|
·
Kaji / pantau tekanan darah
·
Palpasi nadi radial, catat frekuensi
dan ketraturan, auskultasi nadi apical, catat frekuensi/irama dan adanya
bunyi jantung ekstra
·
Berikan istrahat psikologi dengan
lingkungan tenang membantu pasien hindari situasi stress
·
Berikan oksigen tambahan
|
|||
C.
Pengkajian
Sekunder
Ø Pengumpulan
Data
1)
Aktivitas
/ Istrahat
Gejala
|
:
|
Klien mengatakan tidak mampu melakukan
aktivitas
|
Tanda
|
;
|
Klien nampak lemah
|
2)
Makanan
dan Cairan
Gejala
|
:
|
Klien mengatakan merasa mual dan
muntah
|
Tanda
|
;
|
Klien nampak mual dan muntah
|
3)
Nyeri
dan Kenyamanan
Gejala
|
:
|
Klien mengatakan nyeri pada perut
|
Tanda
|
;
|
Nampak ekspresi wajah meringis, nyeri
tekan pada daerah abdomen
|
Ø Pengelompokan
Data
Data Subyektif
·
Klien mengatakan tidak
mampu melakukan aktivitas
·
Klien mengatakan merasa
mual dan muntah
·
Klien mengatakan nyeri
pada perut
Data Obyektif
·
Klien nampak lemah
·
Klien Nampak mual dan
muntah
·
Nampak ekspresi wajah
meringis, nyeri tekan pada daerah abdomen
Ø Analisa
Data
Data
|
Penyebab
|
Masalah
|
·
Klien mengatakan tidak mampu melakukan
aktivitas
·
Klien nampak lemah
|
Intake nutrisi tidak adequat
↓
Energi dalam tubuh berkurang
↓
Kompenbsasi tubuh menggunakan energi
cadangan dalam tubuh
↓
Kelemahan otot
|
Intoleransi aktivitas
|
·
Klien mengatakan nyeri pada perut
·
Nampak ekspresi wajah meringis, nyeri
tekan pada daerah abdomen
|
Factor penyebab
↓
Penakanan pada saraf saraf di ginjal
↓
Merangsang pengeluaran zat pirogen
bradikinin, serotonin dan progtaglandin
↓
Impuls di sampai ke SSP bagian korteks
serebri
↓
Thalamus
↓
Nyeri dipersepsikan
|
Nyeri
|
Diagnosa
dan perencanaan
Ø Nyeri berhubungan dengan retensi urin
Tupan :
Setelah diberi askep selama beberapa hari gangguan
nyaman nyeri klien teratasi
Tupen :
Setelah diberi askep selama beberapa hari nyeri
klien berangsur angsur dapat berkurang dengan kriteria :
·
Klien melaporkan tidak
nyeri lagi
·
Ekspresi wajah tidak
meringis
Intervensi
1) Kaji
skala nyer, frekuensi, dan lokasi nyeri
R/
Mengetahui derajat nyeri, dan lokasi yang dirasakan sehingga memudahkan dalam
menentukan tindakan selanjutnya
2) Atur
posisi klien senyaman mungkin
R/ posisi yang nyaman membantu mengurangi rasa
nyeri yang muncul
3) Ajarkan
klien tehnik relaksasi dan tehnik distraksi
R/ Dengan tehnik menarik napas dalam dan
mengeluarkan serta mengajak klien untuk berbincang membantu mengalihkan
stimulus nyeri yang dirasakan
4) Ciptakan
lingkungan yang tenang dan anjurkan klien beristrahat yang cukup
R/
Lingkungan yang tentang dapat membuat klien dapat beristrahat yang cukup
sehingga mengurangi itensitas nyeri
5) Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian obat analgetik
R/ Membantu mengurangi rasa nyeri dengan menekan
pusat nyeri
Ø Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan
Tupan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalan
intoleransi aktivitas teratasi
Tupen :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan secara
bertahap klien mampu beraktivitas secara mandiri dengan kriteria :
· Klien
dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri
· Klien dapat ikut
serta dalam proses pengobatan
Intervensi
1)
Pantau kemampuan klien
dalam melakukan aktivitas sehari-hari
R/
Untuk mengetahui tindakan apa yang dapat dilakukan oleh klien sehingga perawat
mudah dalam mengambil keputusan selanjutnya
2)
Bantu klien dalam
melakukan pemeuhan kebutuhan sehari-hari
R/ Membantu klien memenuhi aktivitas sehari hari
3)
Anjurkan klien untuk
ikut serta dalam tindakan pemulihan kesehatan klien
R/
Dengan partisipasi keluarga klien dapat merasakan bahwa keluarga memberi support
dalam pemulihan kesehatan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kolik adalah rasa
sakit hebat yang hilang timbul akibat hiperperistaltik dan spasme otot polos
organ berongga yang berbentuk tabung.
Kolik
renal adalah rasa sakit yang hebat pada organ renal (ginjal) akibat dari
gangguan pada ginjal misalnya batu pada ginjal.
Kolik ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di
kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta
seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering
terjadi.
B.
Saran
Berdasarkan uraian pada pembahasan di
atas penulis ingin memberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Agar mahasiswa
dapat memahami asuhan
keperawatan gawat darurat dengan kolik ginjal sehingga dapat menjadi pedoman baginya
untuk terjun di dunia kesehatan.
2. Pentingnya penggunaan asuhan keperawatan
gawat darurat dengan kolik ginjal menuntut perawat agar mampu melakukan praktik keperawatan gawat
darurat dan menyelesaikan masalah keperawatan klien.
DAFTAR
PUSTAKA
Marilynn E Doengoes, et all, alih bahasa
Kariasa IM, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta.
R. Syamsu Hidayat dan Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Buku kedokteran
EGC Edisi 2, Hlm 489.
Sjamsuhidajat.
R (1997), Buku ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta.
No comments:
Post a Comment