ASUHAN
KEPERAWATAN HIV AIDS
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur ke hadirat Tuhan yang Maha kuasa. Atas limpahan rahmat dan taufik-Nya,
penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Makalah ini ditulis untuk
memenuhi tugas mata kuliah
Penulis yakin bahwa
makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun senantiasa penulis harapkan.Semoga karya sederhana ini
bermanfaat bagi kita semua.
Banda
Aceh, 03 November 2019
Penulis
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah.................................................................................... 2
C.
Tujuan...................................................................................................... 2
BAB II KONSEP TEORI DAN ASKEP
A. HIV AIDS............................................................................................... 3
B. Konsep Asuhan Keperawatan............................................................... 10
C. Diagnosa Keperawatan.......................................................................... 10
D. Intervensi .............................................................................................. 13
BAB III PENUTUP........................................................................................... 16
A. Kesimpulan ........................................................................................... 16
BAB
III PENUTUP.............................................................................................. 16
A. Kesimpulan............................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 17
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Acquired
Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala infeksi atau sindrom
yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus
HIV. Virusnya Human Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah
kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan
terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan
yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini
belum benar-benar bisa disembuhkan.
HIV umumnya
ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membaran mukosa)
atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air
mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat
terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfuse darah,
jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan,
bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh
tersebut.
Penyakit
AIDS ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia. Bahkan menurut UNAIDS dan
WHO memperkirakan bahwa AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta jiwa sejak
pertama kali diakui tahun 1981, dan ini membuat AIDS sebagai salah satu
epidemic paling menghancurkan pada sejarah. Di Indonesia menurut laporan kasus
kumulatif HIV/AIDS sampai 31 Desember 2011 yang dikeluarkan oleh Ditjen
PP&PL, Kemenkes RI tanggal 29 Februari 2012 menunjukkan jumlah kasus AIDS sudah
menembus angka 100.000. Jumlah kasus yang sudah dilaporkan 106.758 yang terdiri
atas 76.979 HIV dan 29.879 AIDS dengan 5.430 kematian. Angka ini tidak
mengherankan karena di awal tahun 2000-an kalangan ahli epidemiologi sudah
membuat estimasi kasus HIV/AIDS di Indonesia yaitu berkisar antara
80.000-130.000. Dan sekarang Indonesia menjadi negara peringkat ketiga, setelah
Cina dan Indis, yang percepatan kasus HIV/AIDS-nya tertinggi di Asia.
B. Rumusan
Masalah
Bagaimana
konsep teori HIV AIDS dan asuhan keperawatan pada pasien penderita HIV AIDS?
C. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui definisi AIDS
2.
Untuk
mengetahui etiologi AIDS
3.
Untuk
mengetahui manifestasi klinis pada klien AIDS
4.
Untuk
mengetahui asuhan keperawatan pada pasien HIV AIDS
BAB
II
PEMBAHASAN
A. HIV
AIDS
1. Definisi
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat
menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang memasukan
materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara infeksi dengan
cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, yang kemudian menyatu
dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro virus dan kemudian melakukan replikasi.
2. Etiologi
Penyebab
adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus (HIV).
HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut
HIV-1. Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi
nama HIV-2. HIV-2 dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan
HIV-1. Maka untuk memudahkan keduanya disebut HIV.
3. Klasifikasi
Klasifikasi Klinis
Infeksi HIV Pada Orang Dewasa Menurut WHO
Stadium
|
Gambaran Klinis
|
Skala Aktivitas
|
I
|
1.
Asimptomatik
2.
Limfadenopati Generalisata
|
Asimptomatik, aktivitas
normal
|
II
|
1.
Berat badan menurutn <10
%
2.
Kelainan kulit dan mukosa
yang ringan seperti, dermatitis seboroik, purigo, onikomikosis, ulkus oral
yang rekuren, kheilitis angularis.
3.
Herpes zoster dalam 5 tahun
terkahir
4.
Infeksi saluran napas bagian
atas seperti sinusitis bakterialis
|
Simptomatik, aktivitas
normal
|
III
|
1.
Berat badan menurun < 10%
2.
Diare kronis yang berlangsung
lebih dari 1 bulan
3.
Demam berkepanjangan lebih
dari 1 bulan
4.
Kandidiasis orofaringeal
5.
Oral hairy leukoplakia
6.
TB paru dalam tahun terakhir
7.
Infeksi bacterial yang berat
seperti pneumonia, piomiositis
|
Pada umunya lemah, aktivitas di tempat tidur kurang dari 50%
|
IV
|
1.
HIV wasting syndrome
2.
Pnemonia Pneumocystis
carinii
3.
Toksoplasmosis otak
4.
Diare kriptosporidiosis
lebih dari 1 bulan
5.
Kriptokokosis ekstrapulmonar
6.
Retinitis virus situmegalo
7.
Herpes simpleks mukokutan
> 1 bulan
8.
Leukoensefalopati multifocal
progresif
9.
Mikosis diseminata seperti
histoplasmosis
10.
Tuberkulosis di luar paru
|
Pada umumnya sangat lemah, aktivitas di tempat tidur lebih dari 50 %
|
4. Manifestasi
Klinis
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada
penderita penyakit AIDS diantaranya adalah seperti dibawah ini:
1)
Saluran pernafasan. Penderita mengalami
nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang
infeksi virus lainnya (Pneumonia). Tidak jarang diagnosa pada stadium awal
penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.
2) Saluran
Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti
hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada
rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang kronik.
3) Berat
badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu
kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada
sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi
termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada sistem
pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang
bertenaga.
4) System
Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan
kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan
dan respon anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung (Peripheral)
akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek
tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
5) System
Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus cacar air
(herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit
kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami
infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak
(kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.
6) Saluran
kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami penyakit jamur
pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV. Luka pada saluran
kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih
banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS
wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai
istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak
teratur (abnormal).
5. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel
imun) adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan
terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human
Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein
perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada
saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency
Virus (HIV) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya
kematian sel T4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam
usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase,
yang akan melakukan pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi
untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel
T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim
inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai
antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel
T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi
dari sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B
yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi
limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel
T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit
akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka sistem imun
seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan
makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat
berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar
200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Ketika sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala
infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian
menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi.
Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila
jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi
opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
6. Pathweay
7. Pemeriksaan
Penunjang
1)
Tes
untuk diagnosa infeksi HIV:
- ELISA
- Western blot
- P24 antigen test
- Kultur HIV
2)
Tes
untuk deteksi gangguan system imun.
a.
Hematokrit.
b.
LED
c.
CD4
limfosit
d.
Rasio
CD4/CD limfosit
e.
Serum
mikroglobulin B2
f.
Hemoglobulin
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan HIV/AIDS terdiri
dari pengobatan, perawatan/rehabilitasi dan edukasi.
9. Pengobatan
Obat-obatan
yang dapat digunakan pada penderita HIV antara lain:
1)
Obat
Retrovirus
a.
Zidovudine (AZT)
Berfungsi
sebagai terapi pertama anti retrovirus. Pemakaian obat ini dapat menguntungkan
diantaranya yaitu Dapat memperpanjang masa hidup (1-2 tahun), mengurangi
frekuensi dan berat infeksi oportunistik, menunda progresivitas penyakit,
memperbaiki kualitas hidup pasien, mengurangi resiko penularan perinatal,
mengurangi kadar Ag p24 dalam serum dan cairan spinal. Efek samping zidovudine
adalah: sakit kepala, nausea, anemia, neutropenia, malaise, fatique, agitasi,
insomnia, muntah dan rasa tidak enak diperut. Setelah pemakaian jangka panjang
dapat timbul miopati. Dosis yang se006Barang dipakai 200mg po tid, dan dosis
diturunkan menjadi 100mg po tid bila ada tanda-tanda toksik.
b.
Didanosine ( ddl ), Videx
Merupakan terapi kedua untuk yang terapi
intoleransi terhadap AZT, atau bisa sebagai kombinasi dengan AZT bila ternyata
ada kemungkinan respon terhadap AZT menurun. Untuk menunda infeksi oportunistik
respon terhadap AZT menurun. Untuk menunda infeksi oportunistik pada ARC dan
asimtomatik hasilnya lebih baik daripada AZT. Efek samping: neuropati perifer,
pankreatitis (7%), nausea, diare.
Dosis:
200mg po bid ( untuk BB >60kg), 125mg po bid (untuk BB < 60kg) Mulanya
hanya dipakai untuk kombinasi denganAZT. Secara invitro merupakan obat yang
paling kuat, tapi efek samping terjadinya neuropati ( 17-31%) dan pankreatitis.
Dosis : 0,75mg po tid.
10. Obat-obat untuk infeksi oportunistik
a.
Pemberian profiklaktik untuk PCP dimulai
bila cCD4, 250 mm/mm3. Dengan kotrimokzasol dua kali/minggu. Dosis 2 tablet,
atau dengan aerosol pentamidine 300mg, dan dapsone atau fansidar.
b.
Prokfilaksis untuk TBC dimulai bila
PDD>=5mm, dan pasien anergik. Dipakai INH 300mg po qd dengan vit.b6, atau
rifampisin 600mg po qd bila intolerans INH.
c.
Profilaksis untuk MAI (mycobacterium
avium intracelulare), bila CD4 , 200/mm3, dengan frukanazol po q minggu, bila
pernah menderita oral kandidiasis, sebelumnya.
d.
Belum direkomendasikan untuk profilaksis
kandidiasis, karena cepat timbul resistensi obat disamping biaya juga mahal.
11. Obat untuk kanker sekunder
Pada dasarnya
sama dengan penanganan pada pasien non HIV. Untuk Sakorma Kaposi, KS
soliter:radiasi, dan untuk KS multipel:kemoterapi. Untuk limfoma maligna:
sesuai dengan penanganan limfoma paa pasien non HIV.
12. Pengobatan simtomatik supportif
Obat-obatan
simtomatis dan terapi suportif sring harus diberikan pada seseorang yang telah
menderita ADIS, antara lain yang sering yaitu: analgetik, tranquiller minor,
vitamin, dan transfusi darah.
13. Rehabilitasi
Rehabilitas
ditujukan pada pengidap atau pasien AIDS dan keluarga atau orang terdekat,
dengan melakukan konseling yang bertujuan untuk:
1.
Memberikan dukungan mental-psikologis
2.
Membantu merekab untuk bisa mengubah
perilaku yang tidak berisiko tinggi menjadi perilaku yang tidak berisiko atau
kurang berisiko.
3.
Mengingatkan kembali tentang cara hidup
sehat, sehingga bisa mempertahankan kondisi tubuh yang baik.
4.
Membantu mereka untuk menemukan solusi
permasalahan yang berkaitan dengan penyakitnya, antara lain bagaimana
mengutarakan masalah-masalah pribadi dan sensitif kepada keluarga dan orang
terdekat.
14. Edukasi
Edukasi pada
masalah HIV/AIDS bertujuan untuk mendidik pasien dan keluarganya tentang
bagaimana menghadapi hidup bersama AIDS, kemungkinan diskriminasi masyaratak
sekitar, bagaimana tanggung jawab keluarga, teman dekat atau masyarakat lain.
Pendidikan juga diberikan tentang hidup sehat, mengatur diet, menghindari
kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan, antara lain: rokok, minuman keras.
Narkotik, dsb.
B. Konsep
Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Identitas
Meliputi nama, umur, tempat
dan tanggal lahir
b.
Riwayat
Test HIV positif, riwayat
perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-obatan
c.
Keadaan
Umum
d.
Pucat,
kelaparan
e.
Gejala
Subjektif
Demam kronik dengan atau
tanpa mengigil, keringat malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia
f. Psikososial
Kehilangan pekerjaaan dan
penghasilan, perubahan pola hidup
g. Status Mental
Marah atau pasrah, depresi ,
ide bunuh diri, halusinasi
h.
HEENT
Nyeri perorbital, sakit
kepala, edema muka, mulut kering
i.
Neurologis
Gangguan refleks pupil,
nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kaku kuduk, kejang, paraplegia
j.
Muskoloskletal
Focal motor deifisit, lemah,
tidak mampu melakukan ADL
k.
Kardiovaskular
Takikardi, sianosis,
hipotensi, edem perifer, dizziness
2.
Pernapasan
Dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot
bantu pernapasan, batuk produktif atau non produktif.
a. GI
Intake
makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare, inkontinensia, perut
kram, hepatosplenomegali, kuning
b.Gu
Lesi atau
eksudat pada genital,
c. Integument
Kering,
gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif
C. Diagnosa
Keperawatan
1.
Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan
pola hidup yang beresiko.
2.
Resiko
tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi
nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
3.
Intolerans
aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan.
4.
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang,
meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
5.
Diare
berhubungan dengan infeksi GI
6.
Tidak
efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang
dicintai.
D. Intervensi
Diagnosa Keperawatan
|
Perencanaan Keperawatan
|
||
Tujuan dan criteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Resiko tinggi
infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang
beresiko.
|
Pasien
akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya dengan kriteria tak ada
tanda-tanda infeksi baru, lab tidak ada infeksi oportunis, tanda vital dalam
batas normal, tidak ada luka atau eksudat.
|
1.
Monitor tanda-tanda infeksi baru.
2.
gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan
invasif. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan.
3.
Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar terhadap
lingkungan yang patogen.
4.
Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai order.
5.
Atur pemberian antiinfeksi sesuai order
|
Untuk
pengobatan dini
Mencegah pasien
terpapar oleh kuman patogen yang diperoleh di rumah sakit.
Mencegah
bertambahnya infeksi
Meyakinkan
diagnosis akurat dan pengobatan
Mempertahankan
kadar darah yang terapeutik
|
Resiko tinggi
infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi
nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
|
Infeksi
HIV tidak ditransmisikan, tim kesehatan memperhatikan universal precautions
dengan kriteriaa kontak pasien dan tim kesehatan tidak terpapar HIV, tidak
terinfeksi patogen lain seperti TBC.
|
1.
Anjurkan pasien atau orang penting lainnya metode
mencegah transmisi HIV dan kuman patogen lainnya.
2.
Gunakan darah dan cairan tubuh precaution bial
merawat pasien. Gunakan masker bila perlu.
|
Pasien dan
keluarga mau dan memerlukan informasikan ini
Mencegah
transimisi infeksi HIV ke orang lain
|
Intolerans
aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi,
kelelahan.
|
Pasien
berpartisipasi dalam kegiatan, dengan kriteria bebas dyspnea dan takikardi
selama aktivitas.
|
1.
Monitor respon fisiologis terhadap aktivitas
2.
Berikan bantuan perawatan yang pasien sendiri
tidak mampu
3.
Jadwalkan perawatan pasien sehingga tidak
mengganggu isitirahat.
|
Respon
bervariasi dari hari ke hari
Mengurangi
kebutuhan energi
Ekstra
istirahat perlu jika karena meningkatkan kebutuhan metabolik
|
Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang,
meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.
|
Pasien
mempunyai intake kalori dan protein yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan
metaboliknya dengan kriteria mual dan muntah dikontrol, pasien makan TKTP,
serum albumin dan protein dalam batas n ormal, BB mendekati seperti sebelum
sakit.
|
1.
Monitor kemampuan mengunyah dan menelan.
2.
Monitor BB, intake dan ouput
3.
Atur antiemetik sesuai order
4.
Rencanakan diet dengan pasien dan orang penting
lainnya.
|
Intake menurun
dihubungkan dengan nyeri tenggorokan dan mulut
Menentukan
data dasar
Mengurangi
muntah
Meyakinkan
bahwa makanan sesuai dengan keinginan pasien
|
Diare
berhubungan dengan infeksi GI
|
Pasien
merasa nyaman dan mengnontrol diare, komplikasi minimal dengan kriteria perut
lunak, tidak tegang, feses lunak dan warna normal, kram perut hilang,
|
1.
Kaji konsistensi dan frekuensi feses dan adanya darah.
2.
Auskultasi bunyi usus
3.
Atur agen antimotilitas dan psilium (Metamucil)
sesuai order
4.
Berikan ointment A dan D, vaselin atau zinc oside
|
Mendeteksi
adanya darah dalam feses
Hipermotiliti
mumnya dengan diare
Mengurangi
motilitas usus, yang pelan, emperburuk
perforasi pada intestinal
Untuk
menghilangkan distensi
|
Tidak efektif
koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang dicintai.
|
Keluarga
atau orang penting lain mempertahankan suport sistem dan adaptasi terhadap
perubahan akan kebutuhannya dengan kriteria pasien dan keluarga berinteraksi
dengan cara yang konstruktif
|
1.
Kaji koping keluarga terhadap sakit pasein dan
perawatannya
2.
Biarkan keluarga mengungkapkana perasaan secara verbal
3.
Ajarkan kepada keluaraga tentang penyakit dan
transmisinya.
|
Memulai suatu
hubungan dalam bekerja secara konstruktif dengan keluarga.
Mereka tak
menyadari bahwa mereka berbicara secara bebas
Menghilangkan
kecemasan tentang transmisi melalui kontak sederhana.
|
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah
sekumpulan gejala infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Virusnya Human
Immunodeficiency Virus HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh
manusia.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang
dapat menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang
memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara
infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, yang
kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro virus dan kemudian
melakukan replikasi.
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut
human immunodeficiency virus (HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983
sebagai retrovirus dan disebut HIV
DAFTAR PUSTAKA
Djoerban Z, Djauzi S. 2009. HIV/AIDS di Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V.
Editor: SUdoyo AW, SetyohadiB, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Jakarta: Puat
Penerbitan IPD FAKUI.
Nasronudin. 2007. Penyakit
Infeksi di Indonesia Solusi Kini dan Mendatang. Surabaya: Airlangga.
Rampengan
dan Laurentz. 1995. Penyakit Infeksi
Tropik Pada Anak, cetakan kedua. EGC: Jakarta.
No comments:
Post a Comment