Tuesday, 14 April 2020

MAKALAH ANALISIS ANALISA BREAK EVEN


MAKALAH  ANALISIS ANALISA BREAK EVEN





KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya,penulis dapat menyelesaikan makalah materi mata kuliah Pengantar Bisnis yang berjudul “Analisis Break Even”  tepat pada waktunya.
Makalah ini berisi uraian mengenai Break Even mulai dari Manfaat Analisis Break Even Point (Titik Impas) ,Jenis Biaya Berdasarkan Break Even (Titik Impas),  Cara Menentukan Break Even Point (BEP)/Titik Impas,dan Keterbatasan Analisis Break Even Point. Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu selaku Dosen kami dalam pembelajaran mata kuliah Pengantar Bisnis,dan juga kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Harapan terdalam kami, semoga penyusunan makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua serta menjadi tambahan informasi mengenai “Analisis Break Even ”bagi para pembaca.
Kami menyadari jika dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, dengan hati yang terbuka kritik serta saran yang konstruktif guna kesempurnaan tugas makalah ini. Demikian makalah ini kami susun,apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan banyak terdapat kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga bermanfaat. Terimakasih.


DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1  Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2  Rumusan Masalah.................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
2.1  Perkembangan......................................................................................... 3
2.2  Klasifikasi................................................................................................ 7

BAB III PENUTUP............................................................................................. 10
3.1  Kesimpulan............................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 11

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Salah satu teknik analisis laporan keuangan adalah Break even Point, Sebetulnya masih banyak teknik-teknik analisis laporan keuangan lainnya, seperti teknik analisis perbandingan laporan keuangan, analisis trend, analisis common size, dan lain-lain. Dalam artikel ini penulis memfokuskan untuk membahas teknik Break even Point untuk menganalisis target suatu penjualan agar dapat memaksimalkan penjualan dan meminimalisir resiko.
Ukuran yang sering dipakai menilai sukses tidaknya suatu manajemen perusahaan adalah tercapainya target penjualan dalan arti laba yang maksimal. Untuk mencapai penilaian tersebut di pengaruhi oleh tiga faktor, yaitu : biaya produksi, harga jual, dan volume penjualan. Biaya akan menentukan harga jual, harga jual akan mempengaruhi volume penjualan, volume penjualan akan mempengaruhi volume produksi dan volume produksi akan mempengaruhi biaya.
Tujuan  dari  suatu  perusahaan adalah  untuk  memperoleh  laba  yang maksimal  agar  kelangsungan  hidup perusahaan  terus  berjalan  dari  waktu  ke waktu,  manajemen  yang  baik  dan  efisien adalah  manajemen  yang  dapat  mengelola dan  mengambil  keputusan  yang  berguna bagi kelangsungan hidup perusahaan guna untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu fungsi manajemen adalah sebagai alat dalam membantu perencanaan  (planning).  Salah  satu pendekatan  yang  digunakan  manajemen dalam  perencanaan  laba  adalah  analisis titik  impas  (Break  Even  Point).

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan Analisis Break Even Point (titik impas) ?
2.      Bagaimana cara menentukan tingkat Break even ?
3.      Bagaimana anggapan dan keterbatasan analisis Break even ?
4.      Bagaimana Margin of safety  ?
C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat disimpulkan tujuan dari penulisan adalah sebagai berikut :
1.      Memahami yang dimaksud dengan Analisis Break Even Point (titik impas)
2.      Memahami cara menentukan tingkat Break Even
3.      Memahami anggapan dan keterbatasan analisis Break even
4.      Memahami Margin of safety




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Analisis Break Even Point
Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana  perusahaan di dalam operasinya tidak  memperoleh keuntungan dan tidak menderita  kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya  variabel dan biaya tetap yang harus di keluarkan. Analisa Break even mempunyai hubungan yang sangat erat dengan program budget, walaupun analisa Break even dapat diterapkan dengan data historis, tetapi akan sangat berguna bagi manajemen kalau diterapkan pada data taksiran periode yang akan datang.
Analisis Break even secara umum dapat  memberikan informasi kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis Break even dapat membantu pimpinan dalm mengambil keputusan mengenai hal-hal sebagai berikut:
1.      Jumlah penjualan minimalyang harus  dipertahankanagar perusahaan tidak mengalami kerugian.
2.      Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu.
3.      Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi.
4.      Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
Salah satu kelemahan dari BEP adalah bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan. Jika dilihat di jaman sekarang ini bahwa perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya, mereka menciptakan banyak produk jadi hal ini sangat sulit. Ada satu asumsi lagi yaitu harga jual persatuan barang tidak akan berubah berapa pun jumlah satuan barang yang dijual atau tidak ada perubahan harga secara umum. Hal ini sulit ditemukan dalam kenyataan dan prakteknya.
Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan sebagai berikut:
1.      Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel cost  merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan, dimana  perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan dalam unit.
2.      Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost  merupakan jenis biaya yang selalu  tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu(function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
3.      Semi Varibel Cost
Semi  variabel cost  merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya:  Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagisalesman ini tetap unutk range atau volume tertentu, dan naik pada level yang lebih tinggi.



B.     Penentuan Tingkat Break Even
Untuk dapat menentukan tingkat Break even, maka biaya yang terjadi harus dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Semakin besar hasil produksi, maka biaya tetap persatuan akan semakin kecil, sebaliknya semakin rendah hasil produksi maka biaya tetap persatuan akan semakin besar. Pemisahan biaya variabel dan biaya tetap dalam praktek biasanya bukan merupakan masalah yang mudah. Jenis biaya semi variabel atau semi tetap dalam analisa Break even perlu dipisahkan lebih dahulu menjadi biaya variabel dan biaya tetap dengan menggunakan metode – metode tertentu.
Perhitungan untuk menentukan luas operasi pada tingkat Break even dapat dilakukan dengan menggunakan suatu rumus tertentu, tetapi untuk menggambarkan tingkat volume dengan labanya maka diperlukan grafik atau bagan Break even. Secara mathematic tingkat Break even dapat ditentukan dengan berbagai rumus. Dengan demikian tingkat Break even dapat ditentukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan matematis dan pendekatan grafis.
Berikut beberapa model rumus yang dapat digunakan dalam analisis Break Even Point (BEP) yakni sebagai berikut :
1.      Pendekatan Matematis
Rumus BEP yang pertama adalah menghitung  Break  even  Point  yang  harus  diketahui adalah jumlah total biaya tetap, biaya  variabel  per  unit  atau  total  variabel,  hasil  penjualan total atau harga jual per unit. Rumus  yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
a.       Break even Point dalam unit.
     Description: rumus bep
Keterangan :
BEP : Break Even Point
FC : Fixed Cost
VC : Variabel Cost
P : Price per unit
S : Sales Volume
b.      Break even Point dalam rupiah.
Description: Rumus bep 2
Berikut Contoh Kasus :
Diketahui PT. Gear Second memiliki usaha di bidang alat perkakas martil  dengan data sebagai berikut :
1.      Kapasitas produksi yang mampu dipakai 100.000 unit mesin martil.
2.      Harga jual persatuan diperkirakan Rp. 5000,- unit
3.      Total biaya tetap sebesar Rp. 150.000.000,- dan total biaya variabel sebesar Rp.250.000.000,-
Perincian masing-masing biaya adalah sebagai berikut :
1.      Fixed Cost
Overhead Pabrik             : Rp.  60.000.000,-
Biaya disribusi                : Rp.  65.000.000,-
Biaya administrasi          : Rp.  25.000.000,-
Total FC                                    : Rp.150.000.000,-                
2.      Variable Cost
Biaya bahan                    : Rp.  70.000.000,-
Biaya tenaga kerja          : Rp.  85.000.000,-
Overhead pabrik             : Rp.  20.000.000,-
Biaya distribusi               : Rp.  45.000.000,-
Biaya administrasi          : Rp.  30.000.000,-
Total VC                        : Rp.250.000.000,-
Penyelesaian untuk mendapatkan BEP dalam unit  maupun rupiah.
Penyelesaian :
Kapasitas produksi              100.000 unit
Harga jual per unit             Rp. 5000,-
Total Penjualan 100.000 unit x Rp 5000,- = Rp. 500.000.000,-
Description: Rumus bep 3
Untuk mencari BEP dalam unit adalah sebagai berikut :
Description: rumus bep 4
Keterangan : Jadi perusahaan harus menjual 60.000 Unit perkakas martil agar BEP.
Kemudian, mencari BEP dalam rupiah adalah sebagai berikut :
Description: rumus bep 5
Keterangan : Jadi perusahaan harus mendapatkan omset sebesar Rp. 300.000.000,- agar terjadi BEP.
Untuk membuktikan kedua hasil tersebut dengan :
BEP = Unit BEP x harga jual unit
BEP = 60.000 unit x Rp.5000 = Rp.300.000.000,-
2.      Pendekatan Grafik
Kemudian rumus BEP yang kedua yaitu pendekatan  grafik  menggambarkan  hubungan  antara  volume  penjualan  dengan  biaya  yang  dikeluarkan  oleh  perusahaan  serta  laba.  Selain  itu  juga  untuk  mengetahui  biaya  tetap  dan  biaya  variabel  dan  tingkat  kerugian  perusahaan. Asumsi yang  digunakan  dalam  analisis  peulang  pokok  ini  adalah bahwa harga jual, biaya variabel per unit  adalah konstan.
Dari grafik di bawah terlihat bahwa untuk tiap-tiap masing unit penjualan terdapat informasi yang lengkap setiap rupiah penjualan, biaya tetap, biaya variabel, total biaya maupun laba atau rugi. Jadi manajemen dapat melihat jika akan memproduksi sekian unit, akan terlihat seluruh komponen di atas. BEP melalui grafik tampak jelas ditunjukkan baik dari segi unit maupun rupiah yang diperoleh.
Description: rumus bep 6
Pendekatan grafik dilakukan dengan menggambarkan unsur-unsur biaya dan penghasilan kedalam sebuah gambar grafik. Dalam gambar tersebut akan terlihat garis-garis biaya tetap, biaya total yang menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya variabel, dan garis penghasilan penjualan. Besarnya volume produksi/penjualan dalam unit digambarkan pada sumbu horizontal (sumbu X) dan besarnya biaya dan penghasilan penjualan digambarkan pada sumbu vertikal (sumbu Y).
Untuk menggambarkan garis biaya tetap dalam grafik Break even Point dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggambarkan garis biaya tetap secara horizontal sejajar dengan sumbu X, atau dengan menggambarkan garis biaya tetap sejajar dengan garis biaya variabel. Pada cara yang kedua, besarnya contribution margin akan tampak pada gambar Break even Point tersebut.
Penentuan Break even Point pada grafik, yaitu pada titik dimana terjadi persilangan antara garis penghasilan penjualan dengan garis biaya total. dan Apabila titik tersebut kita tarik garis lurus vertikal ke bawah sampai sumbu X akan tampak besarnya Break even Point dalam unit. dan Kalau titik itu ditarik garus lurus horizontal ke samping sampai sumbu Y, akan tampak besarnya Break even Point dalam rupiah.

C.    Anggapan dan Keterbatasan Analisis Break Even
Anggapan- anggapan Dalam Analisa Break Even Point (BEP)
Menurut Munawir ( 1990 : 197 ) Anggapan merupakan suatu konsep dasar atau dasar pemikiran yang harus diterapkan walau pun anggapan-anggapan tersebut mungkin tidak sesuai dengan kenyataan. Mudah tidaknya perhitungan atau penentuan titik Break even Point baik denangan rumus matematika maupun grafik, tergantung pada konsep-konsep yang mendasari perhitungan tersebut.
Pada umumnya konsep atau anggapan dasar yang digunakan dalam analisa Break even Point adalah sebagai berikut :
1.      Bahwa biaya harus dapat dipisahkan atau diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel dan prinsip validitas biaya dapat diterapkan dengan tepat.Terhadap biaya semi variabel ini harus dilakukan pemisahan menjadi unsur tetap dan unsur variabel secara teliti baik dengan menggunakan pendekatan analitis maupun pendekatan historis.
2.      Bahwa biaya tetap secara total akan selalu konstan walaupun mengalami perubahan dalam volume produksi. Biaya tetap adalah merupakan biaya yang selalu akan terjadi walaupun perusahaan berhenti beroperasi.
3.      Bahwa biaya variabel akan berubah secara proposionil (sebanding) dengan perubahan volume penjualan dan adanya sinkronisasi antara produksi dan keadaan penjualan.
4.      Bahwa Harga jual produk tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat kegiatan. Jika dalam usaha menaikkan volume penjualan dilakukan penurunan harga jual, maka hal ini akan mempengaruhi hubungan biaya, volume dan laba.
Keterbatasan Sistem Break Even Point
Menurut Mulyadi Keterbatasan analisa Break even Point adalah sebagai berikut :
1.      Garis biaya keseluruhan yakni garis yang menggambarkan jumlah biaya tetap dan biaya variabel seharusnya tidak digambarkan sebagai garis lurus, sebab dalam kenyataanya biasanya biaya tersebut tidak berubah secara propesional tiap satuan produk yang dijual dan dibuat belum tentu mengeluarkan biaya variabel yang sama .
2.      Garis lurus yang menggambarkan penerimaan penjualan juga tidak tepat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Alasannya adalah bahwa permintaan yang ditujukan dalam bagan Break even yang dikonvensional dianggap sama saja dalam semua tingkat besarnya produksi.
3.      Bagan Break even menunjukkan gambaran yang statis sedangkan jalannya perusahaan amat dinamis
4.      Sering kali demi penyederhanaan diabaikan adanya klasifikasi biaya semi variabel atau semi tetap kemudian dimasukkan begitu saja kedalam biaya variabel atau biaya tetap.
Dengan adanya anggapan-anggapan atau keterbatasan tersebut maka dalam grafik Break even garis-garis jumlah penjualan, jumlah biaya, ( baik biaya tetap maupun biaya variabel ) semua nampak lurus. Karena semua perubahan dianggap sebanding atau proposionil dengan volume penjualan. Disamping itu analisa Break even baik dengan mengunakan rumus matematika maupun dengan grafik tidak dapat menunjukkan kepada management atau penganalisa tentang tingkat penjualan yang optimum dalam arti tingkat penjualan yang dapat diperoleh keuntungan yang paling besar.
D.    Margin Of Safety
Margin of safety dalam hubungannya dengan analisis Break  even yaitu untuk menentukan seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita kerugian.  Apabila hasil penjualan pada tingkat Break even dihubungkan dengan penjualan yang dibudgetkan atau pada tingkat penjualan tertentu, maka akan diperoleh informasi tentang seberapa jauh volume penjualan boleh turun sehingga perusahaan tidak menderita rugi. Hubungan atau selisih antara penjualan yang dibudget atau tingkat penjualan tertentu dengan penjualan pada tingkat Break even merupakan tingkat keamanan (margin of safety) bagi perusahaan dalam melakukan penurunan penjualan.
Informasi tentang margin of safety ini dapat dinyatakan dalam ratio antara penjualan menurut budget dengan volume penjualan pada tingkat Break even, atau dalam ratio dari selisih antara penjualan yang dibudgetkan dan penjualan pada tingkat Break even dengan penjualan yang dibudgetkan itu sendiri, atau dengan rumus :
1.      Penjualan MoS yang direncanakan
MoS =  x %
2.      Penjualan MoS
MoS = X %
Perusahaan yang mempunyai margin of safety yang besar itu lebih baik karena hal ini menunjukkan indikasi atau memberikan gambaran kepada perusahaan berapakah penurunan penjualan yang dapat ditolerir sehingga perusahaan tidak menderita rugi tetapi juga belum memperoleh laba. Prosentase margin of safety dapat dihubungkan secara langsung dengan tingkat keuntungan perusahaan.
Profit = Marginal Income Ratio x Margin of Safety
Apabila marginal income ratio (P/V ratio) atau prosentase – prosentase keuntungan diketahui, maka margin of safety-nya dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut :
       M/S ratio = 


BAB III
P E N U T U P

A.    Kesimpulan        
Break Even Point  (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinyan tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Tujuan dari analisis Break Even Point yaitu untuk mengetahui pada volume penjualan atau produksi berapakah suatu perusahaan akan mencapai laba tertentu.
Analisis Break Even Point secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjulalan tertentu.
Analisis Break even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik Break even dapat dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini dapat dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual adalah konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik Break even.
B.     Saran
Apabila suatu perusahaan memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix) haruslah tetap. Karena keadaan ini dapat dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual adalah konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik Break even.
Jadi,Tujuan dari analisis Break Even Point yaitu untuk mengetahui pada volume penjualan atau produksi berapakah suatu perusahaan akan mencapai laba tertentu.


DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Drs. Syafrudin MS. 1993. Alat – alat Analisis dalam Pembelanjaan. Andi Offset. Yogyakarta
Anonim.2012. analisis break even point. http://wizii.blogspot.co.id/2012/03/analisa-break-event-point-bep-analisa.html. diakses pada tanggal 3 oktober 2016. Pukul 16.15 wita.
Munawir, Drs. S. 1979. Analisis Laporan keuangan. Liberty. Yogyakarta.







No comments:

Post a Comment