ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
GAGAL JANTUNG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirannya Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat
menyusun Askep ini dengan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tercurahkan
kepada junjungan nabi kita Muhammad SAW beserta para sahabatnya.
Askep ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Trauma dimana Askep ini berisi tentang ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GAGAL JANTUNG.
Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan dari pihak lain maka penulis tidak akan dapat
menyelesaikan Askep ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan Askep ini.
Aceh Besar, 23 Oktober 2019
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.
Latar
Belakang ............................................................................................ 1
B.
Rumusan
Masalah........................................................................................ 1
C.
Tujuan
.......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A.
Konsep
Dasar Penyakit Gagal Jantung........................................................ 3
1.
Definisi................................................................................................... 3
2.
Epidemiologi
......................................................................................... 3
3.
Penyebab................................................................................................ 4
4.
Patofisiologi........................................................................................... 4
5.
Klasifikasi.............................................................................................. 5
6.
Komplikasi............................................................................................. 6
7.
Gejala
Klinis .......................................................................................... 6
8.
Pemeriksaan
Fisik................................................................................... 7
9.
Pemeriksaan
Diagnostik/Penunjang ...................................................... 7
10.
Diagnosis................................................................................................ 8
11.
Therapy.................................................................................................. 8
B.
Konsep
Dasar Asuhan Keperawatan ........................................................... 9
1.
Pengkajian
............................................................................................. 9
2.
Diagnosa
Keperawatan ....................................................................... 11
3.
Rencana
Tindakan................................................................................ 11
4.
Evaluasi................................................................................................ 18
BAB III PENUTUP............................................................................................. 19
A.
Kesimpulan
................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Jantung merupakan struktur kompleks yang terdiri atas jaringan fibrosa,
otot-otot jantung, dan jaringan konduksi listrik. Jantung mempunyai fungsi
utama untuk memompakan darah. Hal ini dapat dilakukan den gan baik apabila
kemampuan otot jantung untuk memompa cukup baik, sistem katup, serta irama
pemompaan yang baik. Bila ditemukan ketidaknormalan pada salah satu atas, maka
akan mempengaruhi efisiensi pemompaan dan kemungkinan dapat menyebabkan
kegagalan memompa. (Muttaqin, 2012, hal. 196)
Saat ini gagal jantung merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang
terus meningkat insiden dan prevalensinya. Resiko kematian akibat gagal jantung
berkisar antara 5-10% pertahun pada gagal jantung ringan yang akan meningkat
menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Selain itu, gagal jantung merupakan
penyakit yang paling sering memerlukan perawatan ulang di rumah sakit
(readmission) meskipun pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal.
(Kasron, 2016, hal. 183-184)
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh
tubuh. Resiko gagal jantung akan meningkat pada orang lanjut usia (lansia)
karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. Gagal jantung ini dapat
menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit-penyakit seperti : hipertensi,
penyakit katub jantung, kardiomiopati dan lain-lain. Gagal jantung menjadi
kondisi akut dan berkembang secara tiba-tibapada miokard infark. (Kasron, 2016,
hal. 183-184)
B. Rumusan Masalah
1.
Apa definisi Gagal
Jantung ?
2.
Apa etiologi Gagal
Jantung ?
3.
Apa Manifestasi Klinis
Gagal Jantung ?
4.
Bagaimana Patofisiologi dari Gagal Jantung ?
5.
Apa saja Klasifikasi
Gagal Jantung ?
6.
Apa saja Komplikasi
Gagal Jantung ?
7.
Bagaimana Asuhan Keperawatan Gagal Jantung ?
C. Tujuan
Mengetahui secara umum mengenai konsep gagal jantung dan asuhan keperawatan
dengan gagal jantung
1.
Memahami definisi
Gagal Jantung
2.
Mengetahui etiologi
Gagal Jantung
3.
Mengetahui manifestasi klinis Gagal Jantung
4.
Memahami patofisiologi
Gagal Jantung
5.
Memahami apa saja klasifikasi Gagal Jantung
6.
Mengetahui apa komplikasi Gagal Jantung
7.
Mengetahui asuhan keperawatan yeng meliputi
pengkajian, diagnosa dan intervensi dalam
Gagal Jantung
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar
Penyakit Gagal Jantung
1. Definisi
Gagal jantung adalah suatu keadaan yang serius, dimana jumlah darah yang
dipompa oleh jantung setiap menitnya (cardiac output, curahjantung)
tidak mampu memenuhi kebutuhan normal tubuh akan oksigen dan zat-zat makanan.
Kadang orang salah mengartikan gagal jantung sebagai berhentinya jantung. Sebenarnya
istilah gagal jantung menunjukkan berkurangnya kemampuan jantung untuk
mempertahankan beban kerjanya.
2.
Epidemiologi
Prevalensi gagal jantung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Ada dua faktor utama yang memberi kontribusi terhadap peningkatan insidens
gagal jantung pada beberapa dekade terakhir. Yang pertama, meningkatnya umur
harapan hidup membuat proporsi penduduk usia lanjut bertambah besar. Yang
kedua, di era modern ini inovasi terapi membuat berbagai kasus kegawatan
kardiovaskular dapat diselamatkan, namun menyisakan masalah berupa gangguan
fungsi pompa jantung akibat rusaknya sebagian otot jantung. Meskipun berbagai
pendekatan terapi gagal jantung meliputi terapi farmakologis, prosedur
intervensi dan pembedahan telah banyak ditawarkan, kematian penderita gagal
jantung masih sangat tinggi apabila penyebabnya tidak teratasi. Ketika diagnosa
gagal jantung ditegakkan, maka dapat diramalkan berapa lamakah seseorang akan
bertahan hidup. Telah dilaporkan, bahwa ketahanan hidup seorang penderita gagal
jantung bahkan lebih buruk dari penderita kanker ganas. Pada tahun ketiga,
hanya 24 persen penderita gagal jantung yang masih bertahan hidup.
3.
Penyebab
Penyebab
dari gagal jantung adalah :
a.
Kelainan Otot Jantung
Gagal
jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, menyebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan
fungsi otot mencakup arterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit
otot degeneratif atau inflamasi.
b.
Aterosklerosis Koroner
Mengakibatkan
disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi
hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium
(kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
c.
Hipertensi Sistemik / Pulmonal
Meningkatkan
beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertropi serabut otot
jantung.
d.
Peradangan dan Penyakit Miokardium
Berhubungan
dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut
jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
e.
Penyakit jantung lain seperti stenosis katup
semilunar, temponade perikardium, perikarditis konstruktif, stenosis katup AV.
Faktor
sistemik seperti hipoksia dan anemia yang memerlukan peningkatan curah jantung
untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau anemia juga dapat
menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis dan abnormalitas
elektrolit juga dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
4.
Patofisiologi
Kelainan fungsi otot jantung disebabkan oleh aterosklerosis koroner,
hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi.
Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya
aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan
asam laktat). Infark Miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
Hipertensi sistemik/ pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja
jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek
tersebut (hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi
karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan tidak
jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal, dan
akhrinya terjadi gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokarium degeneratif berhubungan dengan gagal
jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun.
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal
ventrikel kiri paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel
kiri murni sinonim dengan edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan/
sinkron, maka kegagalan salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan
perfusi jaringan.
5.
Klasifikasi
a.
Menurut derajat sakitnya:
1)
Derajat 1: Tanpa keluhan – Anda masih bisa melakukan
aktivitas fisik sehari-hari tanpa disertai kelelahan ataupun sesak napas
2)
Derajat 2: Ringan – aktivitas fisik ringan/sedang
menyebabkan kelelahan atau sesak napas, tetapi jika aktivitas ini dihentikan
maka kluhan pun hilang
3)
Derajat 3: Sedang – aktivitas fisik ringan/sedang
menyebabkan kelelahan atau sesak napas, tetapi keluhan akan hilang jika
aktivitas dihentikan
4)
Derajat 4: Berat – tidak dapat melakukan aktivitas
fisik sehari-hari, bahkan pada saat istirahat pun keluhan tetap ada dan semakin
berat jika melakukan aktivitas.
b.
Menurut lokasi terjadinya :
1)
Gagal jantung kiri
Kongesti
paru menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu
memompa darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru
menyebabkan cairan terdorong kejaringan paru. Manifestasi klinis yang terjadi
meliputi dispnu, batuk, mudah lelah, takikardi dengan bunyi jantung S3,
kecemasan dan kegelisahan.
2)
Gagal jantung kanan
Bila
ventrikel kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan jaringan
perifer. Hal ini terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan
volume darah dengan adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang
secara normal kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang tampak meliputi
: edema akstremitas bawah yang biasanya merupakan pitting edema, pertambahan
berat badan, hepatomegali (pembesaran hepar), distensi vena leher, asites
(penimbunan cairan didalam rongga peritonium), anoreksia dan mual, nokturia dan
lemah.
6.
Komplikasi
Komplikasi
yang bisa terjadi ialah :
a.
Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena
karena stasis darah.
b.
Syok kardiogenik akibat disfungsi nyata
c.
Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan
digitalis.
7. Gejala
Klinis
a.
Sesak napas
b.
Merasa lelah
c.
Tidak ada nafsu makan
d.
Bengkak di pergelangan kaki, kaki, tungkai (kadang
perut)
e.
Batuk (yang semakin memburuk pada malam hari atau
ketika berbaring)
f.
Berat badan bertambah
g.
Sering berkemih
h.
Nyeri dada, angina akut/kronis
i.
Nyeri abdomen kanan atas
j.
Insomnia
8.
Pemeriksaan Fisik
a.
Auskultasi nadi apikal, biasanya terjadi takikardi
(walaupun alam keadaan berustirahat)
b.
Bunyi jantung, S1 dan S2 mungkin lemah karena
menurunnya kerja pompa. Irama gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran
darah ke atrium yang distensi. Murmur dapat menunjukkan inkompetensi / stenosis
katup.
c.
Palpasi nadi perifer, nadi mungkin cepat hilang atau
tidak teratur untuk dipalpasi dan pulsus alternan (denyut kuat lain dengan
denyut lemah) mungkin ada.
d.
Tekanan darah
e.
Pemeriksaan kulit : kulit pucat (karena penurunan
perfusi perifer sekunder) dan sianosis (terjadi sebagai refraktori Gagal
Jantung Kronis). Area yang sakit sering berwarna biru/belang karena peningkatan
kongesti vena
f.
Haluaran urine biasanya menurun selama sehari karena
perpindahan cairan ke jaringan tetapi dapat meningkat pada malam hari sehingga
cairan berpindah kembali ke sirkulasi bila pasien tidur.
g.
Perubahan pada sensori.
9. Pemeriksaan
Diagnostik/Penunjang
a.
EKG (elektrokardiogram): untuk mengukur kecepatan dan
keteraturan denyut jantung
b.
Echokardiogram: menggunakan gelombang suara untuk
mengetahui ukuran dan bentuk jantung, serta menilai keadaan ruang jantung dan
fungsi katup jantung. Sangat bermanfaat untuk menegakkan diagnosis gagal
jantung.
c.
Foto rontgen dada: untuk mengetahui adanya pembesaran
jantung, penimbunan cairan di paru-paru atau penyakit paru lainnya.
d.
Tes darah BNP: untuk mengukur kadar hormon BNP (B-type
natriuretic peptide) yang pada gagal jantung akan meningkat.
10. Diagnosis
a.
Kriteria Mayor
1)
Dispnea nokturnal paroksismal/ortopnea
2)
Peningkatan tekana vena jugularis
3)
Ronki basah tidak nyaring
4)
Kardiomegali
5)
Edema Paru Akut
6)
Irama derap S3
7)
Peningkatan tekanan vena > 16 cm H2O
8)
Refluks hepatojugular
b.
Kriteria Minor
1)
Edema pergelangan kaki
2)
Batuk malam hari
3)
Dspneu d’effort
4)
Hepatomegali
5)
Efusi pleura
6)
Kapasitas vital berkurang menjadi 1/3 maksimum
7)
Takikardi (> 120x/menit)
c.
Kriteria Mayor/Minor
1)
Penurunan berat badan > 4,5 kg dalam 3 hari setalh
terapi
11. Therapy
a)
Diuretik: Untuk mengurangi penimbunan cairan dan
pembengkakan
b)
Penghambat ACE (ACE inhibitors): untuk
menurunkan tekanan darah dan mengurangi beban kerja jantung
c)
Penyekat beta (beta blockers): Untuk mengurangi
denyut jantung dan menurunkan tekanan darah agar beban jantung berkurang
d)
Digoksin: Memperkuat denyut dan daya pompa jantung
B. Konsep Dasar
Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
Pengkajian
Primer yang dilakukan meliputi :
a.
Airway
Penilaian
akan kepatenan jalan nafas, meliputi pemeriksaan mengenai adanya obstruksi
jalan nafas, adanya benda asing. Pada klien yang dapat berbicara dapat dianggap
jalan nafas bersih . Dilakukan juga pengkajian adnya suara nafas tambahan
seperti snooring.
b.
Breathing
Frekwensi
nafas, apakah ada penggunaan otot bantu pernafasan, retraksi dinding dada,
adanya sesak nafas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi suara nafas, kaji
adanya suara nafas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma
pada dada.
c.
Circulation
Dilakukan
pengkajian mengenai volume darah dan cardiac output serta adanya perdarahan.
Pengkajian juga meliputi status hemodinamik, warna kulit, nadi.
d.
Disability
Nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.
Nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.
Pengkajian
Sekunder yang dilakukan antara lain :
a.
Anamnesis dapat menggunakan pola AMPLE ( Alergi,
Medikasi, Past Illness, last meal, environment.)
b.
Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala hingga kaki dan
dapat pula ditambahkan pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik seperti foto
thoraks, dll.
Kumpulan
data :
a. Identitas
b. Riwayat
Penyakit Sebalumnya
c. Data
Bio-psiko-sosial-spiritual
1.Aktivitas
atau istirahat
2.Sirkulasi
3.Integritas
ego
4.Nuorosensorik
5.Rasa
nyaman
6.Pernafasan
7.Keamanan
8.Interksi
sosial
9.Pembelajaran
d.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
: kesadaran, bangun tubuh, postur tubuh, warna kulit, turgor kulit.
Gejala kardinal:
-
Suhu
-
Nadi
- Frekwensi
- Irama
- Ciri
denyutan
-
Tensi
-
Respirasi
Analisa
Data
-
Data subyektif
- §
Pasien mengatakan mengalami keterbatasan beraktivitas terhadap diri
sendiri atau orang lain
- Pasien
mengatakan kesulitan saat bernafas
- Pasien
mengatakan bahwa dadanya terasa sakit (nyeri)
- Pasien
mengatakan cepat lelah saat melakukan aktifitas
-
Data obyektif
- Pasien
tampak sianosis
- Dispenea
- Pasien
mengalami takikardia
2. Diagnosa
Keperawatan
a.
Gangguan pola nafas berhubungan dengan dispnu akibat
oksigenasi yang tidak adekuat.
b.
Aktivitas terganggu berhubungan dengan kelelahan
akibat dispnu.
c.
Gangguan keseimbangan volume cairan berhubungan dengan
pitting edema.
d.
Gangguan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia & mual.
e.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pitting
edema.
3.
Rencana Tindakan
D1.
Gangguan pola nafas berhubungan dengan dispnu akibat oksigenasi yang tidak
adekuat.
Tujuan :
Pasien dapat bernafas normal.
Tindakan/ intervensi
|
Rasional
|
Mandiri :
Pantau
pemasukan/ pengeluaran. Hitung keseimbangan cairan, catat kehilangan tak
kasat mata. Timbang berat badan sesuai indikasi.
|
Evaluator
langsung status cairan. Peubahan tiba-tiba pada berat badan dicurigai
kehilangan/ retensi cairan.
|
Evaluasi
turgor kulit, kelembaban membran mukosa, adanya edema dependen/ umum.
|
Indikator
langsung status cairan/ perbaikan ketidakseimbangan.
|
Pantau
tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi, pernafasan). Auskultasi bunyi
nafas, catat adanya krekels.
|
Kekurangan
cairan mungkin dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardi, karena jantung
mencoba untuk mempertahankan curah jantung. Kelebihan cairan/ terjadinya
gagal mungkin dimanifestasikan oleh hipertesi, takikardi, takipnea, krekels,
distres pernapasan.
|
Kaji ulang
kebutuhan cairan. Buat jadwal 24 jam dan rute yang digunakan. Pastikan
minuman/ makanan yang disukai pasien.
|
Tergantung
pada situasi, cairan dibatasi atau diberikan terus. Pemberian informasi
melibatkan pasien pada pembuatan jadwal dengan kesukaan individu dan
meningkatkan rasa terkontrol dan kerjasama dalam program.
|
Hilangkan
tanda bahaya dan ketahui dari lingkungan. Berikan kebersihan mulut yang
sering.
|
Dapat
menurunkan rangsang muntah.
|
Anjurkan
pasien untuk minum dan makan dengan perlahan sesuai indikasi.
|
Dapat
menurunkan terjadinya muntah bila mual.
|
Kolaborasi
:
Berikan
cairan IV melalui alat kontrol.
|
Cairan
dapat dibutuhkan untuk mencegah dehidrasi, meskipun pembatasan cairan mungkin
diperlukan bila pasien GJK.
|
Pemberian
antiemetik, contoh proklorperazin maleat (compazine), trimetobenzamid
(tigan), sesuai indikasi.
|
Dapat
membantu menurunkan mual/ muntah (bekerja pada sentral, daripada di gaster)
meningkatkan pemasukan cairan/ makanan.
|
Pantau
pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, contoh Hb/Ht, BUN/ kreatinin,
protein plasma, elektrolit.
|
Mengevaluasi
status hidrasi, fungsi ginjal dan penyebab/ efek ketidakseimbangan.
|
D2.
intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan akibat dispnu.
Tujuan : Pasien dapat beraktifitas tanpa bantuan orang lain.
Tindakan/ intervensi
|
Rasional
|
Mandiri :
Kaji
respon pasien terhadap aktifitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20
kali permenit diatas frekuensi istirahat ; peningkatan TD yang nyata selama/
sesudah aktifitas (tekanan sistolik meningkat 40 mmHg atau tekanan diastolik
meningkat 20 mmHg) ; dispnea atau nyeri dada;keletihan dan kelemahan yang
berlebihan; diaforesis; pusing atau pingsan.
|
Menyebutkan
parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologi terhadap stres aktivitas
dan, bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan
tingkat aktifitas.
|
Instruksikan
pasien tentang tehnik penghematan energi, mis; menggunakan kursi saat mandi,
duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi, melakukan aktifitas dengan
perlahan.
|
Teknik
menghemat energi mengurangi penggunaan energi, juga membantu keseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
|
Berikan
dorongan untuk melakukan aktivitas/ perawatan diri bertahap jika dapat
ditoleransi, berikan bantuan sesuai kebutuhan.
|
Kemajuan
aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Meberikan
bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan
aktivitas.
|
D4.
Gangguan keseimbangan volume cairan berhubungan dengan pitting edema.
Tujuan : Edema pada pasien hilang.
Tindakan/ intervensi
|
Rasional
|
Mandiri :
Pantau
haluaran urine, catat jumlah dan warna saat hari dimana diuresis terjadi.
|
Haluaran
urine mungkin sedikit dan pekat (khususnya selama sehari) karena penurunan
perfusi ginjal. Posisi telentang membantu diuresis; sehingga haluaran urine
dapat ditingkatkan pada malam/ selama tirah baring.
|
Pantau/
hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selam 24 jam.
|
Terapi
diuretik dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba/ berlebihan
(hipovolemia) meskipun edema/ asites masih ada.
|
Buat
jadwal pemasukan cairan, digabung dengan keinginan minum bila mungkin.
Berikan perawatan mulut/ es batu sebagai bagian dari kebutuhan cairan.
|
Melibatkan
pasien dalam program terapi dapat meningkatkan perasaan mengontrol dan kerja
sama dalam pembatasan.
|
Timbang
berat badan tiap hari.
|
Catat
perubahan ada/ hilangnya edema sebagai respons terhadap terapi. Peningkatan
2,5 kg menunjukkan kurang lebih 2L cairan. Sebaliknya, diuretik dapat
mengakibatkan cepatnya kehilangan/ perpindahan cairan dan kehilangan berat
badan.
|
Ubah
posisi dengan sering. Tinggikan kaki bila duduk. Lihat permukaan kulit,
pertahankan tetap kering dan berikan bantalan sesuai indikasi.
|
Pembentukan
edema, sirkulasi melambat, gangguan pemasukan nutrisi dan imobilisasi/ tirah
baring lama merupakan kumpulan stresor yang mempengaruhi integritas kulit dan
memerlukan intervensi pengawasan ketat/ pencegahan.
|
Auskultasi
bunyi napas, catat penurunan dan/ bunyi tambahan, contoh krekels, mengi.
Catat adanya peningkatan dispnea, takipnea, ortopnea, dispnea noktural
paroksimal, batuk persisten.
|
Kelebihan
volume cairan sering menimbulkan kongesti paru. Gejala edema paru dapat
menunjukkan gagal jantung kiri akut. Gejala pernapasan pada gagal jantung
kanan (dispnea, batuk, ortopnea) dapat timbul lambat tetapi lebih sulit
membaik.
|
D5.
Gangguan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia &
mual.
Tujuan : Nafsu makan pasien meningkat, supan nutrisi pasien adekuat.
Tindakan/ intervensi
|
Rasional
|
Mandiri :
Kajji kebiasaan
diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi berat
badan dan ukuran tubuh.
|
Pasien
distres pernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum, dan
obat. Selain itu, banyak pasien PPOM mempunyai kebiasaan makan buruk,
meskipun kegagalan pernapasan membuat status hipermetabolik dengan
peningkatan kebutuhan kalori. Sebagai akibat, pasien sering masuk RS dengan
beberapa derajat malnutrisi. Orang yang mengalami emfisema serig kurus dengan
perototan kurang.
|
Auskultasi
bunyi usus.
|
Penurunan/
hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan konstipasi
(komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan,
pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas, dan hipoksemia.
|
Berikan
perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai
dan tisu.
|
Rasa tak
enak, bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap nafsu makan dan dapat
membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan napas.
|
Dorong
periode istirahat semalam 1 jam sebelum dan sesudah makan. Berikan makan
porsi kecil tapi sering.
|
Membantu
menurunkan kelemahan selama waktu makan dan mamberikan kesempatan untuk
meningkatkan masukan kalori total.
|
Hindari
makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
|
Dapat
menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu napas abdomen dan gerakan
diafragma, dan dapat meningkatkan dispnea.
|
Hindari
makanan yang sangat panas atau sangat dingin.
|
Suhu
ekstrem dapat mencetuskan/ meningkatkan spasme batuk.
|
Timbang
berat badan sesuai indikasi.
|
Berguna
untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan, dan evaluasi
keadekuatan rencana nutrisi. Catatan : penurunan berat badan dapat berlanjut,
meskipun masukan adekuat sesuai teratasinya edema.
|
D6.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pitting edema.
Tujuan : Edema hilang, kulit pasien kembali normal.
Tindakan/ intervensi
|
Rasional
|
Mandiri :
Ubah
posisi sering ditempat tidur/ kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/
aktif.
|
Memperbaiki
sirkulasi/ menurunkan waktu satu area yang mengganggu aliran darah.
|
Berikan
perawatan kulit sering, meminimalkan dengan kelembaban/ ekskresi.
|
Terlalu
kering atau lembab merusak kulit dan mempercepat kerusakan.
|
Periksa
sepatu kesempitan/ sandal dan ubah sesuai dengan kebutuhan.
|
Edema
dependent dapat menyebabkan sepatu terlalu sempit, meningkatkan risiko
tertekan dan kerusakan kulit pada kaki.
|
Hindari
obat intramuskuler.
|
Edema
interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorbsi obat dan
predisposisi untuk kerusakan kulit/ terjadinya infeksi.
|
Kolaborasi
:
Berikan
tekanan alternatif/ kasur, kulit domba, perlindungan siku/ tumit.
|
Menurunkan
tekanan pada kulit, dapat memperbaiki sirkulasi.
|
4.
Evaluasi
Diagnosa
|
evaluasi
|
Gangguan
pola nafas berhubungan dengan dispnu akibat oksigenasi yang tidak adekuat.
|
S : Pasien
sudah tidak mengeluh sesak nafas lagi.
O : Nafas
pasien mulai normal (RR 16-20 kali permenit).
A :
Masalah teratasi.
P : -
|
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelelahan akibat dispnu.
|
S : Pasien
mengatakan bisa melakukan aktivitas ringan tanpa bantuan orang lain (BAB
& BAK sendiri).
O : Pasien
sudah dapat beraktivitas kembali.
A :
Masalah teratasi
P : -
|
Gangguan
keseimbangan volume cairan berhubungan dengan pitting edema.
|
S : Pasien
mengatakan edemanya sudah mulai mengempis.
O : Edema
pada pasien sudah mulai hilang.
A :
Masalah teratasi
P : -
|
Gangguan
nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia & mual.
|
S : Pasien
mengatakan sudah tidak mual lagi.
O : Nafsu
makan paien sudah mulai meningkat, pemasukan nutrisi sudah adekuat.
A :
Masalah teratasi
P : -
|
Gangguan
integritas kulit berhubungan dengan pitting edema.
|
S : Pasien
mengatakan elastisitas kulitnya sudah mulai membaik.
O : Edema
pada pasien mulai hilang.
A :
Masalah tertasi
P : -
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jantung merupakan struktur kompleks yang terdiri atas jaringan fibrosa,
otot-otot jantung, dan jaringan konduksi listrik. Jantung mempunyai fungsi
utama untuk memompakan darah. Hal ini dapat dilakukan den gan baik apabila
kemampuan otot jantung untuk memompa cukup baik, sistem katup, serta irama
pemompaan yang baik. Bila ditemukan ketidaknormalan pada salah satu atas, maka
akan mempengaruhi efisiensi pemompaan dan kemungkinan dapat menyebabkan
kegagalan memompa. (Muttaqin, 2012, hal. 196)
Saat ini gagal jantung merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang
terus meningkat insiden dan prevalensinya. Resiko kematian akibat gagal jantung
berkisar antara 5-10% pertahun pada gagal jantung ringan yang akan meningkat
menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Selain itu, gagal jantung merupakan
penyakit yang paling sering memerlukan perawatan ulang di rumah sakit
(readmission) meskipun pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal.
(Kasron, 2016, hal. 183-184)
Gagal jantung adalah suatu keadaan yang serius, dimana jumlah darah yang
dipompa oleh jantung setiap menitnya (cardiac output, curahjantung) tidak mampu
memenuhi kebutuhan normal tubuh akan oksigen dan zat-zat makanan. Kadang orang
salah mengartikan gagal jantung sebagai berhentinya jantung. Sebenarnya istilah
gagal jantung menunjukkan berkurangnya kemampuan jantung untuk mempertahankan
beban kerjanya
DAFTAR
PUSTAKA
Hardhi,
A. (2015). Aplikasi NANDA NIC-NOC. Jogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Kasron.
(2016). Buku Ajar Keperawatan Sistem Kardivaskuler. Jakarta: Trans Info Media.
Manurung,
N. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskular . Jakarta: Trans
Info Media.
Morton,
P. G. (2013). Keperawatan Kritis. Jakarta: Kedokteran EGC.
Muttaqin,
A. (2012). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler dan
Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
PPNI,
T. p. (2016). Standart Diagosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Indonesia.
Wilkinson,
J. M. (2016). Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
No comments:
Post a Comment