Laporan
Praktek Lapang
MARGIN PEMASARAN
TEMPE PADA CV. SOYA AULA
DI KECAMATAN
INGIN JAYA
KABUPATEN ACEH
BESAR
KATA
PENGANTAR
Bismillahhirrahmannirrahim
Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis
dalam menyelesaikan laporan praktek lapangan yang berjudul “Margin Pemasaran Tempe Pada CV. Soya Aula Di Kecamatan Ingin Jaya
Kabupaten Aceh Besar”. Salawat dan salam kepada junjungan alam Nabi Besar
Muhammad Saw sebagai pembawa Risalah
Islam dan ilmu pengetahuan untuk kebahagiaan umat di dunia dan akhirat.
Tak lupa penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada Ibu Dosen Pembimbing Khumaira,
SP.,M.Si atas bimbingan dan bantuannya dalam pelaksanaan dan penyusunan
laporan praktek lapangan ini. Selain itu, penulis juga berterimakasih kepada
segenap pihak yang telah terlibat dalam penyusunan laporan ini baik yang secara
langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa laporan praktek
lapangan ini masih terdapat kekurangan baik dari segi penyajian maupun materi
pembahasan. Untuk itu penulis mangharapkan kritikan yang bersifat konstruktif
demi kesempurnaan laporan praktek lapangan ini. Akhir kata semoga laporan
praktek lapangan ini bermanfaat bagi semua. Amin yarabbal’ alamin.
Aceh Besar, Maret
2020
Penulis
RATNA DEWI K
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
DAFTAR TABEL..................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1
Latar
Belakang.......................................................................... 1
1.2
Tujuan
Praktek Lapangan ........................................................ 5
1.3
Manfaat
Praktek Lapangan....................................................... 6
1.4
Metode
Pengumpulan Data...................................................... 6
1.5
Sistematik
Penulisan................................................................. 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 8
2.1
Penelitian
Terdahulu................................................................. 8
2.2
Pemasaran ................................................................................ 8
2.3
Margin
Pemasaran..................................................................... 9
2.4
Tempe........................................................................................ 10
BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH
PRAKTEK LAPANGAN 13
3.1
Sejarah
Berdirinya CV. Soya Aula........................................... 13
3.2
Lokasi
dan Letak CV. Soya Aula............................................. 14
3.3
Perkembangan
CV. Soya Aula................................................. 15
3.4
Aktivitas
Kegiatan CV. Soya Aula........................................... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................. 16
4.1
Karakteristik
Pengusaha Tempe CV. Soya Aula...................... 16
4.2
Sistem
Pemasaran...................................................................... 18
4.3
Saluran
Pemasaran.................................................................... 18
4.4
Margin
Pemasaran..................................................................... 20
4.5
Biaya
Pemasaran....................................................................... 21
4.6
Keuntungan
Pemasaran............................................................. 22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 23
5.1
Kesimpulan............................................................................... 23
5.2
Saran
........................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 25
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1.
Komposisi kimia kedelai dan tempe per 100 gram bahan................ 8
2.
Rata-rata
karakteristik pengusaha tempe di daerah praktek
lapangan........................................................................................... 16
3.
Jenis
dan harga tempe pada CV.Soya Aula di
Gampong
Reuloh
Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar................... 18
4.
Harga
dan margi pemasaran saluran 1 dan saluran II...................... 21
5.
Biaya
pemasaran, keuntungan dan total margin.............................. 22
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1.
Saluran
I pemasaran usaha tempe.................................................... 19
2.
Saluran
II pemasaran usaha tempe................................................... 20
3.
Wawancara
bersama dengan pemilik CV. Soya Aula...................... 27
4.
Proses
pengemasan tempe................................................................ 27
5.
Jenis
tempe ukuran 70 gram............................................................. 28
6.
Jenis
Tempe Ukuran 110 gram......................................................... 28
7.
Jenis
tempe ukuran 140 gram........................................................... 28
8.
Jenis
Tempe Ukuran Jumbo............................................................. 29
9.
Penyerahan
Piagam Kepada CV. Soya Aula................................... 29
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris artinya memang
peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat
ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tetangga kerja yang hidup dan bekerja
pada sektor pertanian (Mubyarto, 1989). Pembamgunan pertanian di Indonesia
bukan hanya berorientasi pada salah satu komoditi pangan tertentu saja, tetapi
juga pada komoditi pangan lainnya seperti tanaman hortikultura dan perkebunan (
Sastraadmadja, 1985).
Sektor pertanian dikatakan sebagai sektor yang tangguh
karena memang terbukti bahwa sektor pertanian mampu untuk menjadi penghasil
bahan pangan, penyedia lapangan kerja, pendorong, munculnya kesempatan berusaha
dan bahkan pesatnya industri pun sebagian besar berasal dari industri yang
berbahan baku pertanian, penyediaan faktor produksi dan bahkan industri bahan
baku seperti industri peralatan pertanian dan pupuk kini berkembang pesat
karena berkembangnya sektor pertanian ini, serta sebagai penghasil devisa yang
cukup besar.
Agroindustri merupakan kegiatan industri dengan memanfaatkan hasil-hasil pertanian sebagai bahan baku. Perusahaan agroindustri pada umumnya tidak mempunyai lahan pertanian
sendiri untuk memproduksi
produk pertanian yang dijadikan sebagai
bahan baku agroindustri tersebut, sehingga masalah pembelian bahan baku menjadi amat penting bahkan menentukan keberlanjutan usaha agroindustri (Soekartawi, 2000). Salah satu
agroindustri yang potensial untuk dikembangkan adalah industri
tempe, namun perkembangan industri tempe selalu dihadapkan pada permasalahan yang menyangkut bahan baku utama yaitu kedelai.
Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting setelah beras dan
jagung. Konsumsi
kedelai yang meningkat
tidak diimbangi dengan tingkat
produksinya, bahkan luas panen dari tahun 2009-2013
menurun dengan rata-rata laju sebesar 6,54%
dan
produksi kedelai juga menurun dengan rata-rata laju sebesar 5,38%. Terjadinya penurunan
luas
panen dan produksi sementara permintaan
kedelai di dalam negeri terus meningkat, mengakibatkan Indonesia harus mengimpor kedelai untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri. Untuk memenuhinya sejak tahun 1975
posisi Indonesia bergeser dari negara eksportir menjadi negara
importer kedelai
(Amang dkk, 1996). Kedelai mengandung
protein 35%, bahkan pada varietas unggul kadar protein mencapai40%-43%.
Sebagian besar kedelai di Indonesia dimanfaatkan untuk memenuhi industri tempe,
tahu dan kecap (Adam, 2009).
Produksi kedelai dalam negeri hanya mampu mencukupi
32% konsumsi domestik, sedangkan sisanya harus dicukupi melalui impor (Marlin,
2004). Hal ini karena rata-rata produksi kedelai ditingkat petani masih rendah
yaitu 1,3 ton per hektar (Anonymous, 2008). Penggunaan kedelai pada
umumnya dimanfaatkan untuk konsumsi masyarakat dan masukan dalam usaha tani
berupa bibit. Kedelai yang dikonsumsi masyarakat sebagian besar dalam bentuk
olahan yaitu tahu, tempe, susu kedelai, kerupuk tempe dan berbagai bentuk
olahan makanan ringan.
Permintaan kedelai pada
industri tahu dan
tempe
lebih tinggi jika dibandingkan untuk industri kecap dan
tauco, hal ini dikarenakan
permintaan kedelai untuk industri kecap dan
tauco tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan
permintaan kedelai
pada industri tahu dan tempe (Mahabirama dkk, 2013).
Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di
dunia dan menjadi pasar kedelei terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi
kedelai Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40% tahu dan 10% dalam bentuk lain
(seperti Tauco, kecap dan lain-lain). Konsumsi tempe rata-rata per orang per
tahun di Indonesia saat ini diduga sekitar 6,45 kg (Astawan, 2003).
Provinsi Aceh merupakan
salah satu produsen kedelai yang ada di Indonesia, setelah Jawa Timur, Jawa
Tengah, Nusa Tenggara Barat. Aceh memiliki potensi lahan dan keadaan iklim yang
sesuai untuk pengembangan kedelai.
Terpenuhi
kedelai di Provinsi Aceh melalui pengadaan dari daerah tingkat II ini
dikarenakan tersedianya lahan produksi dan paket teknologi yang ada.
Ketersediaan kedelai dalam daerah sangat tergantung pada ketersediaan lahan
produksi yang ada di Aceh.
Sektor pertanian sangat
berkembang di daerah Aceh, khususnya di Kabupaten Aceh Besar. Di Kabupaten Aceh
Besar merupakan salah satu penghasil kedelai di Aceh. Aceh Besar memiliki luas
tanam sebesar 855 Ha dengan luas puso sebesar 58 Ha dan luas panen sebesar 134
Ha (BPS, 2013).
Peranan industri kecil
terhadap roda perekonomian suatu negara sangat besar,sistem pemasaran produk
tersebut mencakup kegiatan produktif yang di lakukan oleh lembaga-lembaga
pemasaran yang ada dalam sistem pemasaran tersebut.pemasaran mempunyai peranan
penting dalam membangunan ekonomi,
hal
ini dapat di lihat dalam menciptakan nilai guna dari suatu barang.Nilai guna
yang diciptakan terjadi arena tempat,
waktu, bentuk dan kepemilikan. Melalui fungsinya pemasaran memberi
nilai tambah dari
suatu barang atau komoniti melalui peningkatan mutu dari barang tersebut.
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan yang pokok yang harus
dilakukan oleh
para pengusaha
termasuk pengusaha
tani (agribusinessman)
dalam usahanya
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya
(survival), untuk
mendapatkan laba,
dan untuk berkembang.
Berhasil
tidaknya usaha tersebut sangat tergantung pada keahliannya di bidang
pemasaran, produksi, keuangan dan
sumber daya manusia
(Firdaus, 2009).
Sistem pemasaran
pertanian merupakan suatu kesatuan urutan lembaga-lembaga pemasaran yang
melakukan fungsi-fungsi pemasaran untuk memperlancarkan aliran produk dari
produsen awal ke tangan konsumen akhir dan sebaliknya memperlancar aliran uang, menambah nilai produk yang tercipta
oleh kegiatan lembaga-lembaga pemasaran (Said dan Intan, 2006).
Peluang pasar tempe
yang propekti dapat mendorong dan memacu perajin tempe untuk lebih dapat
memanfaatan peluang pasar, tidak menutup kemungkinan kesempatan berusaha tempe
ini mengundang orang-orang lain yang selama ini yang belum memahami dunia
petempean ,dapat menyadari dan memahami bahwa bagaimanapun, usaha tempe kedelai
ini akan menjanjikan keuntungan. Tempe akan mengalami peningkatan seiring
dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan meningkatnya pendapatan, daya beli masyarakat, serta tumbuhnya kesadaran
masyarakat akan kecukupan gizi. Hal
ini terlihat dengan banyaknya industri tempe yang tersebar di kota Banda aceh.
Marjin pemasaran merupakan perbedaan antara harga di
tingkat produsen dengan harga ditingkat
pengecer. Marjin pemasaran
hanya menjelaskan perbedaan harga dan tidak menyatakan tentang kuantitas
dari produk yang
dipasarkan. Selain itu, marjin pemasaran dapat
didefinisikan
sebagai
perbedaan harga yang dibayar konsumen
dengan harga yang diterima produsen, tetapi dapat
juga
dinyatakan
sebagai nilai
dari jasa-jasa
pelaksanaan kegiatan
tataniaga sejak
dari tingkat produsen hingga tingkat konsumen
akhir (Hasyim,
2012).
Berdasarkan dari uraian latar belakang tersebut, maka
penulis tertarik untuk menulis laporan Praktek Lapangan yang berjudul “Margin Pemasaran Tempe Pada CV.SOYA AULA
Di Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar”.
1.2 Tujuan Praktek Lapangan
Adapun tujuan praktek lapangan ini adalah :
1. Mengkaji pola saluran pemasaran Tempe pada CV.Soya
Aula Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh
Besar
2. Mengkaji
biaya,keuntungan margin pemasaran Tempe pada CV. Soya Aula Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar
3. Mengetahui
saluran pemasaran Tempe pada CV.Soya Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar
yang paling efisien secara ekonomi
1.3 Manfaat Praktek Lapangan
Adapun
kegunaan praktek lapangan ini adalah:
1. Bagi
yang praktek lapangan ini, bermanfaat untuk menambah pengetahuan serta
merupakan salah satu syarat untuk memproleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Abulyatama.
2. Bagi
pemerintah, sebagai dasar pengambilan kebijakan hasil dari praktek lapangan ini
di harapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran,bahan pertimbangan dan
evaluasi terhadap penetapan kebijakan, terutama kaitannya dengan pemasaran
Tempe pada CV. Soya Aula Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar.
3. Bagi
produsen, hasil
praktek ini dapat memberikan informasi tentang pentingnya pemasaran sehingga
dapat bermanfaat bagi petani.
4. Bagi
lembaga pemasaran, hasil praktek lapangan ini dapat
memberikan informasi tentang saluran pemasaran yang paling efisien sehingga
dapat bermanfaat bagi masing-masing lembaga pemasaran.
5. Bagi
pembaca dan peminat permasalahan yang sama,
hasil
praktek lapangan ini di harapkan dapat memberikan tambahan informasi dan
pengetahuan.
1.4 Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh
informasi yang tepat dan yang baik,maka metode yang di gunakan dalan penulisan
ini yaitu metode kasus data yang di perlukan dalam penelitian ini terdiri dari
data primer dan data sekunder. Data
primer di peroleh dari hasil wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan
yang telah di persiapkan terlebih dulu ,yang terpilih CV. Soya Aula yang terpilih mengambil
sampel. Sedangkan data sekunder di peroleh dari studi perpustaka, piblikasi ilmiah yang terkait
dengan penelitian ini.
1.5 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan ini
laporan praktek lapangan ini penulis akan menguraikan secara sistematis, isinya
berdasarkan bab demi bab.
BAB
1 Pendahuluan : Pada bab ini membahas tentang latar belakang, tujuan praktek
lapangan, manfaat praktek lapangan dan metode pengumpulan data.
BAB
II Tinjauan Pustaka : Pada bab ini menjelaskan tentang
deskipsi tempe, sejarah singkat tempe, penelitian terdahulu, pemasaran, margin pemasaran, tempe dan manfaat tempe.
BAB
11I Gambaran Umum CV. Soya Aula : Pada bab ini membahas
tentang letak batas dan luas daerah, aktifitas, perkembangan, kelemahan perusahaan, keadaan penduduk ,dan sosial
ekonomi.
BAB
1V Hasil Praktek Lapang dan Pembahasan :
Pada
bab ini membahas tentang karakteristik pengusaha, saluran
pemasaran, margin
pemasaran dan keuntungan pemasaran.
BAB
V Kesimpulan dan Saran : Pada bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Penelitan
Terdahulu
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Fathur
J.Rahman, 2015) menyatakan bahwa terdapat 3 pola pemasaran tempe. Marjin pola pemasaran
I yaitu: pedangang pengecer/warung Rp 1.500/potong, marjin pola pemasaran II
yaitu: pengumpul/keliling Rp 1.500/potong,
marjin pola pemasaran III yaitu: pedagang pengumpul keliling dan
pedagang pengeceng Rp 1.000/potong, pola pemasaran IV yaitu: pedagang pengecer/warung
Rp 1.000/potong, pola pemasaran V yaitu: pedagang pengumpul/keliling Rp
1.500/potong.
Dari hasil penelitian yang di lakukan
oleh (Ananda D., dkk, 2014). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua saluran pemasaran tahu dan tempe,
yaitu meliputi : Produsen → Konsumen Akhir dan Produsen → Pedagang Pengecer →
Konsumen Akhir.
2.2 Pemasaran
Pemasaran
merupakan fungsi
organisasi
dan serangkaian
proses untuk menciptakan,
mengkomunikasikan dan memberikan nilai kepada pelanggan
untuk mengelola hubungan pelanggan dengan
cara yang
menguntungkan organisasi dan
pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap organisasi (Kotler P.
dan keller, 2009).
Menurut Assauri
(1996), pemasaran mempunyai peranan yang sangat
penting dalam pencapaian
tujuan dan sasaran
perusahaan, karena pemasaran
merupakan pintu terdepan untuk mengalirnya dana kembali ke dalam perusahaan.
Kelancaran masuknya kembali
dana dari hasil operasi sangat ditentukan oleh bidang pemasaran. Pencapaian
keuntungan
usaha perusahaan
sangat ditentukan oleh kemampuan perusahaan memasarkan
produk perusahaan
dengan harga yang menguntungkan.
Hanafiah
dan
Saefudin (1983) mengartikan pemasaran
atau tataniaga sebagai
kegiatan yang bertalian
dengan penciptaan
atau penambahan
kegunaan
dari
barang dan jasa,
dan tataniaga merupakan
suatu tindakan yang produktif.
Semua kegiatan
ekonomi, tidak terkecuali pemasaran, menghendaki adanya
efisiensi. Menurut Mubyarto
(1995), sistem pemasaran
dianggap efisien apabila memenuhi dua syarat, yaitu:
a) Mampu menyampaikan hasil-hasil dari
petani produsen kepada konsumen dengan biaya serendah mungkin.
b) Mampu mengadakan pembagian yang adil dari
keseluruhan
harga yang
dibayar konsumen
akhir kepada semua pihak yang telah
ikut serta di dalam kegiatan
produksi dan kegiatan pemasaran komoditas
tersebut. Pengertian
adil disini adalah
perbandingan antara pengorbanan yang
dikeluarkan dan keuntungan yang diperoleh setiap
komponen pemasaran berada dalam
keseimbangan.
2.3 Margin
Pemasaran
(Tata Niaga)
Marjin pemasaran
adalah
perbedaan harga suatu barang yang diterima produsen
dengan harga yang
di bayar konsumen yang terdiri
dari: biaya – biaya untuk
menyalurkan atau
memasarkan dan
keuntungan lembaga pemasaran atau marjin
itu adalah perbedaan
harga pada suatu
tingkat pasar dari harga yang dibayar
dengan
harga yang diterima (Saifuddin, 2002).
Marjin pemasaran atau
marjin tataniaga adalah perbedaan antara harga yang dibayarkan
oleh konsumen dengan
harga yang
diterima oleh produsen(Napitupulu, 2006).
Marjin dapat
didefinisikan dengan dua cara, yaitu
: Pertama, marjin
pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan
konsumen dengan harga yang
diterima petani.
Kedua, marjin
pemasaran merupakan biaya dari
jasa-jasa
pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan
dan penawaran dari
jasa-jasa pemasaran
(Sudiyono, 2002)
2.4
Tempe
Tempe adalah
salah satu produk fermentasi yang umumnya berbahan
baku kedelai yang difermentasi
dan mempunyai nilai gizi yang baik.
Fermentasi pada
pembuatan tempe terjadi karena aktivitas
kapang Rhizopus oligosporus. Fermentasi pada
tempe dapat
menghilangkan bau langu dari kedelai yang disebabkan oleh aktivitas dari enzim lipoksigenase.
Fermentasi kedelai
menjadi tempe akan meningkatkan kandungan fosfor. Hal ini disebabkan
oleh hasil kerja enzim fitase yang dihasilkan kapang Rhizopus oligosporus yang mampu menghidrolisis asam
fitat menjadi inositol dan
fhosfat yang bebas. Jenis kapang
yang terlibat dalam
fermentasi
tempe tidak memproduksi toksin,
bahkan mampu melindungi tempe
dari aflatoksin. Tempe mengandung senyawa anti bakteri yang
diproduksi oleh kapang tempe selama proses fermentasi
(Koswara, 1995).
Tempe merupakan
sumber
protein yang baik. Setiap
100 gram tempe mengandung
18-20
gram zat
protein dan 4 gram zat lemak (Tarwotjo,
1998). Tempe juga memiliki
berbagai sifat
unggul seperti
mengandung lemak
jenuh
rendah, kadar
vitamin B12 tinggi,
mengandung antibiotik,
dan berpengaruh baik
pada pertumbuhan badan. Selain itu
asam-asam amino
pada tempe lebih mudah dicerna oleh
tubuh jika dibandingkan
dengan kacang kedelai. Vitamin B12 yang terdapat pada
tempe
diproduksi oleh sejenis bakteri Klabsiella
peumoniae. Kekurangan
vitamin B12 ini dapat menghambat pembentukan
sel
darah
merah (Koswara, 1995).
Bahan baku
utama produksi tempe
ialah kedelai (Glycine max (L) Merr). Menurut Ketaren (1986), secara fisik
setiap
kedelai
berbeda dalam
hal warna, ukuran
dan komposisi kimianya. Perbedaan
secara fisik
dan kimia tersebut dipengaruhi oleh varietas dan
kondisi dimana kedelai
tersebut dibudidayakan.
Tabel 1. Komposisi kimia kedelai
dan
tempe per 100 gram bahan
Komponen
|
Kedelai
|
Tempe Kedelai
|
Protein (g)
|
30,2
|
18,3
|
Lemak (g)
|
15,6
|
4,0
|
Karbohidrat
(g)
|
30,1
|
12,7
|
Air
(g)
|
20,0
|
64,0
|
Sumber : Direktorat Gizi Departemen
Kesehatan
RI.,
1979
Tempe memiliki manfaat baik dari
segi
nutrisi maupun manfaat kesehatan. Sebagai sumber nutrisi, tempe berperan sebagai
sumber protein dan mineral besi. Sebagai obat dan
penunjang kesehatan, tempe berperan
sebagai anti diare (misalnya dalam
pembuatan super oralit
dari 40-50 g tempe) dan
anti bakteri.
Senyawa anti bakteri
pada tempe dapat
menghambat sembilan
jenis bakteri gram postitif
dan satu jenis bakteri
gram negatif, yaitu: Streptococcus lactis,
S. cremoris, Leuconostoc dextranicum, L. mesenteroides, Staphylococcus aureus,
Bacillus subtillis, Clostridium botulinum, C. sporogenes, C.
butyricum, dan Klebsiella pneumoniae
(Syarief, 1999). Wang dan Hesseltine (1981) menyatakan bahwa Rhizopus oligosporus bahkan dapat mencegah
akumulasi aflatoksin yang ada pada kedelai
dengan
melakukan hidrolisis.
BAB
III
GAMBARAN
UMUM DAERAH PRAKTEK LAPANGAN
3.1
Sejarah
Berdirinya CV. Soya
CV.Soya Aula merupakan
salah satu pabrik atau industri yang memproduksi tempe yang berada di atas lahan
seluas 2000 meter
berlokasi di Jln. Balee
Krueng Raba, Gampong
Reuloh Kecamatan Ingin jaya Kabupaten Aceh Besar. CV. Soya Aula berdiri pada tahun 2001
yang dulu terletak di lampaseh, akan
tetapi masih skala kecil atau skala rumah tangga dengan modal usaha pertama Rp
5 juta dari modal sendiri.
Akan tetapi pada tahun 2004 gelombang tsunami
menggulung usaha tempe
ini dan membuat usaha tempe
ini tidak berproduksi untuk beberapa tahun.
Sedikit
demi sedikit dengan tambahan modal dan dukungan dari istri, kerabat dan lembaga nirlaba asing. Pelaku industri tempe ini mampu memperbesar produksi
hingga sekarang. Dalam
sekali produksi CV. Soya
Aula ini mampu menghasilkan 17.900
potong/harinya dengan variasi dan bentuk tempe yang berbeda-beda dan juga
dengan harga yang berbeda-beda.
Pada awalnya pelaku
industri tempe
hanya bekerja dengan istrinya dan sekarang CV. Soya
Aula sudah mempekerjakan sekitar 40 pekerja,
yang
terdiri dari 65% perempuan dan 35% laki-laki. Dan
tenaga kerja tersebut berasal dari daerah tempat berproduksinya tempe soya di Gampong Reuloh Kecamatan
Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar.
13
|
3.2 Lokasi Dan Letak CV.Soya Aula
Gampong Reuloh
merupakan salah satu gampong yang ada di pemukiman pagar Air di Kecamatan Ingin
Jaya Kabupaten Aceh Besar. Gampong
Reuloh memiliki kawasan yang tidak terlalu luas dan memiliki hamparan areal
persawahan mencapai 15 Ha dan lahan non
pertanian seluas 20 Ha. Secara
geografis letak batas wilaya admitrasi Gampong Reuloh adalah sebagai berikut:
a) Sebelah
Barat berbatasan dengan Gampong Jurong Penjera
b) Sebelah
Timur berbatasan dengan Gampong Ateuk Deah Tanoh
c) Sebelah
Utara berbatasan dengan Gampong Tanjong
d) Sebelah
Selatan berbatasan dengan Gampong Meunasah Ajee
Dengan luas wilayah
keseluruhan Gampong Reuloh mencapai 35 Ha yang terdiri dari 2 Dusun, dengan
jumlah penduduk adalah 858 jiwa/orang yang terdiri dari 433 laki-laki dan
perempuan,dari 190 KK (Kepala Keluarga ).
3.3
Perkembangan
CV.Soya Aula
Sejak awal berdirinya pada
tahun 2001 sampai saat ini CV. Soya Aula terus berkembang. Di awali keinginan untuk memiliki
usaha pribadi dengan modal awal Rp 5 juta dari hasil menjual sepeda motor. Pada awal berdirinya usaha ini
pelaku industri tempe hanya bekerja dengan hanya di bantu oleh istrinya.
Perusahaan
ini juga memiliki relasi sangat banyak,
baik
dari dari instansi pemerintah setempat maupun dari pihak swasta. Selain itu CV. Soya Aula juga menjadi distributor kacang kedelai
yang dibelinya dari medan lalu di jual kembali ke Aceh terutama Banda Aceh dan
Aceh Besar.
3.4
Aktivitas
Kegiatan CV.Soya Aula
Dalam
tinjauan penelitian di CV.Soya Aula aktifitas atau kegiatan yang peneliti lihat
di lapangan adalah proses pengolahan tempe kedelai dengan teknologi
sederhana,serta tidak memerlukan ketrampilan khusus.Untuk memperoleh tempe
kedelai yang baik,kita prlu menggunakan kedelai yang berkualitas yang baik.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik pengusaha Tempe CV.
Soya Aula
Pada
penelitian pemasaran tempe CV. Soya Aula ini, analisis data yang di lakukan
meliputi umur responden, tingkat
pendidikan responden, pengalaman
mengusahakan Tempe
Soya Aula, status
pekerjaan usaha tempe CV. Soya Aula Di Gampong Reuloh Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar.
Adapun
karakteristik responden bisa dilihat pada tabel 2 dibawah ini :
Tabel
2. Rata-rata karakteristik pengusaha tempe di daerah praktek lapangan Tahun
2020
No
|
Karakteristik
pengusaha
|
Satuan
|
Rata-Rata
|
1
|
Umur
|
Tahun
|
43
|
2
|
Pendidikan
|
Tahun
|
9
|
3
|
Pengalaman
|
Tahun
|
18
|
4
|
Tanggungan
|
Jiwa
|
6
|
Sumber : data primer tahun 2020
a. Umur
Pengusaha
Usia merupakan salah satu faktor yang
berpengaruh pada keberhasilan suatu usaha Tempe Soya Aula ini akan lebih baik
di lakukan oleh pengusaha yang berusia produktif karena tenaga yang digunakan
lebih baik di bandingkan pengusaha yang berusia nonproduktif. Pengusah tempe CV. Soya Aula tersbut yang
bernama Basri Ubit yang berusia
usia 43
tahun di
harapkan pengusaha mampu membaca pasar dan memanfaatkan peluang untuk
mengangkatkan penerima usahanya.
Golongan usia 43 tahun adalah golongan usia produktif yaang
dianggap dapat bekerja dan berkonstribusi secara ekonomi maupun sosial kepada
yang lain.
b. Tingkat
Pendidikan Pengusaha
Pendidikan
merupakan faktor yang mempengaruhi terhadap pola pikir pengusaha dalam
menjalankan usahanya dan dalam pengambilan keputusan dalam hal pemasaran tempe
CV. Soya Aula yang di produksi nya. Selain itu pendidikannya 9 tahun tamatan
SMP, juga akan mempengaruhi dalam penyerapan inovasi yang dapat di terapkan
dalam kegiatan uasahanya.
c. Lama
Mengusahakan Tempe CV. Soya Aula
Lama
mengusahakan tempe CV. Soya Aula merupakan faktor yang mempengaruhi terhadap
usahanya tempe CV. Soya Aula tersebut.
Semakin
lama usaha tempe CV. Soya Aula di lakukan, mengindikasikan bahwa pelaku dari
usaha tersebut semakin paham tentang usahanya yang di jalankan 18 tahun.
d. Status
pekerjaan
Status pekerjaan
nya pengusaha tempe CV. Soya Aula pada
pabrik milik sendiri. Usaha
ini di lakukan untuk menambah pendapatan keluarga dengan tanggungan 6 0rang dan
untuk meningkatnya kesejahteraan keluarganya.
e. Usaha
Tempe CV. Soya Aula
Usaha tempe CV.
Soya Aula merupakan langkah awal sebelum terjadinya pemasaran tempe hingga ke konsumen atau ke
pasar. Pengusaha tempe sebagai produsen berusaha untuk
memasarkan atau memproduksi tempe
tersebut di hasilkan dapat di terima pasar atau konsumen.
4.2 Sistem
Pemasaran
Sistem
pemasaran pada tempe CV. Soya Aula di Gampong Reuloh Kecamatan Ingin Jaya
Kabupaten Aceh Besar adalah tenaga kerja mengatar langsung ke pasar-pasar yang
ada di Aceh Besar. Dan ada juga konsumen datang membeli langsung di pabrik Tempe Soya Aula tersebut. Untuk harga produk tempe CV. Soya Aula bervariasi yaitu:.
Tabel 2. Jenis
dan harga tempe pada CV. Soya Aula di Gampong Reuloh Kecamatan
Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar.
NO
|
Jenis / ukuran
|
Satuan (Bungkus /Rp)
|
Harga (Rp)
|
1
|
70
gram
|
2.550
bks
|
700
|
2
|
110
gram
|
3.600
bks
|
1.000
|
3
|
140
gram
|
4.000
bks
|
1.250
|
4
|
220
gram
|
6.750
bks
|
2.000
|
5
|
Jumbo
(Besar)
|
1.000
bks
|
5.000
|
Sumber : Data primer,2020
Bedasarkan
tabel
diatas bisa di lihat jenis-jenis dan
ukuran tempe serta harga tempe untuk setiap ukuran tempe.
4.3 Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran
merupakan serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam
proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa untuk digunakan atau dikonsumsi. Fungsi saluran pemasaran sangatlah
penting khususnya dalam melihat tingkat harga di masing-masing lembaga
pemasaran (Soekartawi, 1989)
Adapun saluran
pemasaran yang digunakan oleh pengusaha tempe CV.Soya Aula untuk menjual tempe
kepada konsumen
adalah sebagai berikut:
a.
Saluran pemasran I
Pengecer
|
Produsen
|
Konsumen
|
Gambar 1.Saluran 1 Pemasaran
Usaha Tempe
Berdasarkan Gambar 1
diatas dapat dilihat pemasaran yang dilakukan pada usaha tempe CV. Soya Aula dengan memasarkan hasil
produksinya ke pasar-pasar terdekat seperti pasar lambaro, pasar ulee kareng, pasar penayong, pasar setui dan pasar sekitaran
Aceh Besar. Dengan menjual hasil produksi tempe CV.Soya Aula ke pengecer yang
ada di pasar-pasar tersebut, setelah itu pengecer menjualnya kembali pada
konsumen dengan harga yang lebih tinggi.
Harga
tempe dari produsen ke pengecer bervariasi menurut ukuran.yang ukuran 70 gram
dijual oleh produsen 700.00 kepada
pengecer, kemudian pengecer
menjualnya kembali kepada
konsumen dengan harga Rp 1.000, yang ukuran 110 gram di jual oleh produsen ke pengecer Rp 1.000 dan pengecer
menjualnya lagi ke konsumen dengan harga
Rp 1.500,yang ukuran 140 gram di jual oleh produsen ke pengecer dengan harga Rp
1.250 kepada pengecer
lalu menjualnya lagi ke konsumen dengan harga Rp 2.000 dan Yang ukurannya 220
gram di jual oleh produsen dengan harga Rp 2.000 kepada pengecer kemudian pengecer menjualnya
lagi kepada konsumen
dengan harga Rp 2.500.
Serta tempe berukuran Jumbo (Besar) di jual oleh produsen Rp
5.000 kepada
pengecer, pengecer menjualnya lagi ke konsumen dengan harga Rp 5.5000.
b.
Saluran
pemasaran II
produsen
|
konsumen
|
Gambar 2.Saluran Pemasaran II Usaha Tempe
Berdasarkan
Gambar diatas dapat dilihat pemasaran di tempe CV. Soya Aula di Gampong Reuloh
Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar.
yaitu
masyarakat setempat atau konsumen datang langsung ke tempat pabrik tempe CV. Soya Aula. Harganya beda dan
lebih murah di bandingkan di pasar.
4.4
Margin Pemasaran
Margin pemasaran
didefinisikan dengan dua cara, yaitu:
1. Margin
pemasaran adalah selisih harga yang di bayar konsumen akhir dan harga yang di
terima produsen.
2. Margin
pemasaran merupakan menunjukkan perbedaan harga di tingkat lembaga dalam sistem
pemasaran .
Kenaikan margin pemasaran dapat
terjadi karna adanya peningkatan jasa pemasaran.
Tabel
3.
Harga dan margi pemasaran saluran 1 dan saluran II
No
|
Lembaga Pemasaran
|
Saluran I
|
Saluran II
|
||
Harga Jual
|
Harga Beli
|
Harga Jual
|
Harga Beli
|
||
1.
|
Produsen
-Ukuran 70
gram
-Ukuran 110
gram
-Ukuran 140
gram
-Ukuran 220
gram
-Ukuran Jumbo
|
Rp 700
Rp 1.000
Rp 1.250
Rp 2.000
Rp 5.000
|
-
-
-
-
-
|
Rp 700
Rp 1.000
Rp 1.250
Rp 2.000
Rp 5.000
|
-
-
-
-
-
|
2.
|
Pengecer
-Ukuran 70
gram
-Ukuran 110
gram
-Ukuran 140
gram
-Ukuran 220
gram
-Ukuran Jumbo
|
Rp 700
Rp 1.000
Rp 1.250
Rp 2.000
Rp 5.000
|
Rp 1.000
Rp 1.500
Rp 2.000
Rp 2.500
Rp 6.000
|
-
-
-
-
-
|
-
-
-
-
-
|
3.
|
Konsumen
-Ukuran 70
gram
-Ukuran 110
gram
-Ukuran 140
gram
-Ukuran 220
gram
-Ukuran Jumbo
|
Rp 1.000
Rp 1.500
Rp 2.000
Rp 2.500
Rp 6.000
|
-
-
-
-
-
|
Rp 700
Rp 1.000
Rp 1.250
Rp 2.000
Rp 5.000
|
-
-
-
-
-
|
Bedasarkan Tabel diatas Besar margin pemasaran berbeda di
setiap saluran pemasaran tempe di karenakan lembaga melakukan fungsi pemasaran
dan penetapan jumlah keuntungan berbeda satu dengan yang lain (Sudiyono,2001).
4.5 Biaya Pemasaran
Pada saluran pemasaran I lembaga pemasaran yang terlibat, adalah pengecer mengeluarkan biaya
transportasi (Bensin) dan biaya pakir.
Dan
pada saluran pemasaran II
lembaga pemasaran (pengecer) mengeluarkan biaya transpontasi, bensin dan uang pakir
4.6
Keuntungan
Pemasaran
Tabel
4 . Biaya
Pemasaran, Keuntungan
dan Total Margin
Saluran
Distribusi
|
Lembaga
Pemasaran
|
Beli
(Rp)
|
Jual
(Rp)
|
Biaya
Pemasaran
|
Keuntungan
(Rp)
|
Total Margin
(Rp)
|
1
|
Produsen
-Ukuran
70 gram
-Ukuran
110 gram
-Ukuran
140 gram
-Ukuran
220 gram
-Ukuran Jumbo
|
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Rp
1.000
Rp 1.500
Rp 2.000
Rp 2.500
Rp 6.000
|
Rp
700
Rp 1.000
Rp 1.250
Rp 2.000
Rp 5.000
Rp
1.000
Rp 1.500
Rp 2.000
Rp 2.500
Rp 6.000
-
-
-
-
-
|
-
-
-
-
-
Rp 100
Rp 200
Rp 250
Rp 200
Rp 300
-
-
-
-
-
|
-
-
-
-
-
Rp 200
Rp 300
Rp 500
Rp 300
Rp 700
-
-
-
-
-
|
-
-
-
-
-
Rp 300
Rp 500
Rp 750
Rp 500
Rp 1000
-
-
-
-
-
|
Pengecer
-Ukuran
70 gram
-Ukuran
110 gram
-Ukuran
140 gram
-Ukuran
220 gram
-Ukuran Jumbo
|
||||||
Konsumen
-Ukuran
70 gram
-Ukuran
110 gram
-Ukuran
140 gram
-Ukuran
220 gram
-Ukuran Jumbo
|
||||||
2
|
Produsen
-Ukuran
70 gram
-Ukuran
110 gram
-Ukuran
140 gram
-Ukuran
220 gram
- Ukuran Jumbo
Konsumen
-Ukuran
70 gram
-Ukuran
110 gram
-Ukuran
140 gram
-Ukuran
220 gram
- Ukuran Jumbo
|
-
-
-
-
-
Rp
700
Rp 1.000
Rp 1.250
Rp 2.000
Rp 5.000
|
Rp
700
Rp 1.000
Rp 1.250
Rp 2.000
Rp 5.000
-
-
-
-
-
|
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
|
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
|
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
|
BAB V
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pembahasan ,maka penulis mengambil kesimpulan yaitu:
1. Terdapat
2 (dua)
macam saluran pemasaran di daerah penelitian praktek lapangan, yaitu saluran pemasaran 1 prrodusen→pengecer→Konsumen
,saluran pemasaran 11 produsen→konsumen.
2. Biaya
pemasaran total pada pemasaran 1 untuk pengecer, untuk ukuran
tempe 70 gram Rp 100 dengan keuntungan Rp 200 per bungkus, untuk ukuran 110
gram Rp 200 dengan keuntungan Rp 300 per bungkus, untuk ukuran 140 gram Rp 250
dengan keuntungan Rp 500 per bungkus, untuk ukuran 220 gram Rp 200 dengan
keuntungan Rp 300 per bungkus, ukuran jumbo Rp 300 dengan keuntungan Rp 700 per
bungkus. Dan pada saluran pemasaran ke II tidak biaya pemasaran dan keuntungan.
3. Saluran
pemasaran I memiliki margin pemasaran yang bervariasi untuk tiap-tiap jenis
tempe yang di produksi, untuk ukuran 70 gram margin pemasarannya adalah Rp 300
per bungkus, ukuran 110 gram margin pemasaran Rp 500 per bungkus, ukuran 140
gram margin pemasaran Rp 750 per bungkus, ukuran 220 gram margin pemasaran Rp
500 per bungkus, ukuran jumbo margin pemasarannya adalah Rp 1.000 per bungkus.
5.2 Saran
Berdasarkan
hasil penelitian praktek lapangan tersebut maka dapat dapat di saran kan
sebagai berikut :
1. Kepada
pengusaha, dengan
memproduksi tempe CV Soya Aula yang lebih baik dan sebaiknya menjual langsung
ke konsumen tanpa melalui parantara agar mendapat keuntungan yang lebih tinggi.
2. Kepada
Pemerintah, Agar
kiranya pemerintah menominalkan biaya retribusi yang harus dibayarkan oleh
lembaga pemasaran dan pengusahan dalam proses pemasaran tempe.
3. Kepada
penelitian selanjutnya, Penulis
berharap penelitian praktek lapangan ini dapat bermanfaat bagi para penelitian
selanjutnya yang melakukan penelitian praktek lapangan mengenai margin
pemasaran tempe CV.Soya Aula di Gampong
Reuloh Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar .
DAFTAR PUSTAKA
Adam, J., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Dalam: Dislipidemia. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FakultasKedokteran Universitas Indonesia,
pp. 1948-1954.
Amang B, Sawit MH,
Rachman A. 1996.Ekonomi Kedelai di Indonesia. Bogor (ID):
IPB Press.
Ananda D.,
Suparmin dan Ibrahim. 2014. Analisa Pemasaran Tahu dan Tempe Di Desa Puyung
Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah.
Anonymous, 2008. Ketersediaan
Teknologi dalam Mendukung Peningkatan Produksi Kedelai Menuju Swasembada.
Siaran Pers, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
www. Litbang,deptan.go.id
Astawan, 2003. “mengemukakan bahwa
Indonesia merupakan Negara Produsenn Tempe Terbesar di dunia dan menjadi Pasar
Kedelai Tebesar Di Asia”.
Assauri, 1996.
Manajemen
Pemasaran : Dasar, Konsep,
dan Strategi. Jakarta :
PT. Raja Grafindo Persada.
406 hlm.
BPS,
2013, Luas dan Produksi Tanaman Kedelai menurut Kabupaten/Kota. Badan Pusat Statistik Indonesia.
Direktorat Gizi
Departemen
Kesehatan RI. 1979.
Daftar Komposisi Bahan Makanan. Binatara Aksara. Jakarta. 58 hlm.
Fathur,
J.Rahman. 2015. Analisis Marjin Pemasaran Tempe Suatu Kasus di Desa Kenanga
Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu
Tahun
2014.
Firdaus, M. (2009). Manajemen Agribisnis.
Bumi Aksara. Jakarta.
Hanafiah, A.M. dan
A.M. Saefuddin. 1983. Tataniaga Hasil Pertanian. Penerbit UI.
Jakarta.
Hasyim,
A.I. 2012. Tataniaga Pertanian. Diktat Kuliah. Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Koswara, S.
1995. Teknologi
Pengolahan Kedelai Menjadikan Makanan Bermutu. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. 131 hlm.
Kotler P.
dan keller, 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi Ke 13 Jakarta: Erlangga.
Mahabirama, A.K., Kuswanti, H., Daryanto, S., dan Winandi, R. 2013. Analisis Efisiensi dan Pendapatan Usahatani
Kedelai di Kabupaten Garut Provinsi
Jawa Barat. Jurnal Apl. Manajemen 11 : 197-206.
Marlin, A.H. 2004. Kebijakan
perdagangan Internasional Komoditas pertanian Indonesia. AKP Vol. 2, No. 2;
135-156.
Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES,
Jakarta.
Mubyarto. 1995.
Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : Edisi Ke-Tiga.LP3S
Napitupulu, Bismar,
2006, Tataniaga Pemasaran, Penerbit Airlangga,
Jakarta
Said,
E.
Gumbira dan
Intan,
A. Harizt.
2006. Manajemen Agribisnis. Ghalia. Indonesia. Jakarta.
Saifuddin,
2002, Ekonomi Pertanian,
Penerbit Alumni Bandung.
Sastraatmadja, Entang., 1985. Ekonomi pertanian.
Indonesia Masalah, Gagasan dan Strategi. Penerbit Angkasa, Bandung.
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta (ID): UI-Press.
Sudiyono. 2002.Pemasaran
Pertanian. Universitas Muhammadiyah
Malang. Malang: UMM Press.
Syarief, 1999. Wacana Tempe
Indonesia. Surabaya
Tarwotjo,
C. Soejoeti. 1998. Dasar-Dasar Gizi Kuliner. Grasindo.Jakarta.148 hlm.
Wang, H. L. dan C. W.
Hesseltine. 1981. Use of microbial cultures
in legumes and cereal
products.
Food
Technol. 1:79.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. Wawancara
bersama dengan pemilik CV. Soya Aula
Gambar 4. Proses
pengemasan tempe
Gambar 5. Jenis tempe ukuran 70 gram
Gambar 6. Jenis
tempe ukuran 110 gram
Gambar 7. Jenis
tempe ukuran 140 gram
Gambar 8. Jenis
tempe ukuran jumbo
Gambar 9.
Penyerahan piagam kepada CV. Soya Aula
No comments:
Post a Comment