MAKALAH
TETANUS
NEONATURUN
KATA
PENGANTAR
Segala puji
hanya milik Allah SWT.
Shalawat dan salam
selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat
limpahan dan rahmat-Nya saya mampu
menyelesaikan tugas makalah ini.
Dalam penyusunan tugas atau materi
ini, tidak sedikit hambatan yang saya hadapi. Namun dengan penuh kesabaran dan
terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Dan
saya menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang saya
hadapi teratasi.
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan yang lebih luas. Saya sadar
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,
kepada dosen pembimbing saya meminta
masukannya demi perbaikan
pembuatan makalah saya
di masa yang akan datang dan
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.
Banda Aceh, April 2018
Penulis
DAFTAR ISI
BAB
I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 4
A.
Definisi.................................................................................................. 4
B.
Epidemiologi......................................................................................... 5
C.
Patogenesis............................................................................................ 5
D.
Etiologi.................................................................................................. 5
E.
Faktor
Resiko........................................................................................ 6
F.
Patologi................................................................................................. 6
G.
Diagnosis............................................................................................... 6
H.
Diagnosis
Banding................................................................................ 6
I.
Gejala
Klinis.......................................................................................... 7
J.
Komplikasi............................................................................................ 7
K.
Pengobatan
dan Pencegahan................................................................. 8
L.
Prognosis............................................................................................... 9
M.
Penanganan........................................................................................... 9
BAB III PENUTUP............................................................................................. 11
A.
Kesimpulan......................................................................................... 11
B.
Saran................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa
neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik agar
bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Peralihan dari kehidupan
intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan fungsinya. Namun, banyak masalah pada bayi
baru lahir yang berhubungan dengan gangguan atau kegagalan penyesuaian biokimia
dan fungsinya.
Masalah pada neonatus ini biasanya timbul sebagai akibat
yang spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab
kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya
kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan
yang tidak tepat dan tidak bersih, serta kurangnya perawatan bayi baru lahir.
Contoh penyakit yang sering didapatkan pada neonatus yaitu Tetanus neonatorum masih banyak terdapat di
negara-negara sedang membangun termasuk Indonesia dengan kematian bayi yang
tinggi dengan angka kematian 80%. Di Indonesia pada saat ini persalinan yang
ditolong di rumah sakit hanya 10–15%, 10% lagi ditolong oleh bidan swasta,
sedangkan sisanya 75–80 % masih ditolong oleh dukun.
Di Indonesia, sekitar 9,8% dari 184 ribu kelahiran bayi
menghadapi kematian. Contoh, pada tahun 80-an tetanus menjadi penyebab pertama
kematian bayi di bawah usia satu bulan. Namun, pada tahun 1995 kasus serangan
tetanus sudah menurun, akan tetapi ancaman itu tetap ada sehingga perlu diatasi
secara serius. Tetanus juga terjadi pada bayi, dikenal dengan istilah tetanus
neonatorum, karena umumnya terjadi pada bayi baru lahir atau usia di bawah satu
bulan (neonatus). Penyebabnya adalah spora Clostridium tetani yang masuk
melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi
syarat kebersihan.WHO menunjukkan, kematian akibat tetanus di negara berkembang
adalah 135 kali lebih tinggi dibanding negara maju. Mortalitasnya sangat tinggi karena
biasanya baru mendapat pertolongan bila keadaan bayi sudah gawat. Penanganan
yang sempurna memegang peranan penting dalam menurunkan angka mortalitas.
Tingginya angka kematian sangat bervariasi dan sangat tergantung pada saat
pengobatan dimulai serta pada fasilitas dan tenaga perawatan yang ada.
Tetanus neonatorum angka kematian kasusnya (Case Fatality
Rate atau CFR) sangat tinggi. Pada kasus teanus neonatorum angkanya mendekati
100 %, terutama yang mempunyai masa inkubasi kurang 7 hari. Angka kematian
kasus tetanus neonatorum yahng dirawat di rumah sakit diindonesia bervariasi
dengan kisaran 10,8 – 55 %.
Dengan tingginya kejadian kasus tetanus ini sangat
diharapkan bagi seorang tenaga medis, terutama seorang bidan dapat memberikan
pertolongan/tindakan pertama atau pelayanan asuhan kebidanan yang sesuai dengan
kewenangan dalam menghadapi kasus tetanus neonatorum.
Pemerintah bertekat untuk memperkecil kematian akibat
kematian tetanus neonatorum dengan jalan memberikan 2 kali vaksinasi tetanus
toksoid selama hamil. Diharapkan bidan dapat membantu upaya pemerintah sehingga
dapat menurunkan angka kematian bayi karena tetanus sampai akhir tahun 2000,
menjadi kurang dari 1 %. Dikemukakan bahwa angka kematian karena tetanus dapat
dijadikan ukuran bagaimana pelayanan kesehatan yang diberikan dalam satu daerah
dan secara umum pada negara tersebut.
B. Rumusan Masalah
a.
Apa yang dimaksud dengan Tetanus
Neonatorum?
b.
Bagaimana Epidemiologi dari Tetanus
Neonatorum?
c.
Bagaimana Patogenesis dari Tetanus
Neonatorum?
d.
Apa penyebab terjadinya Tetanus
Neonatorum?
e.
Apa saja factor resiko dari Tetanus
Neonatorum?
f.
Apa saja Patalogi dari Tetanus Neonatorum?
g.
Apa saja diagnosis dan dari Tetanus
Neonatorum?
h.
Apa diagnosis banding dari Tetanus
Neonatorum?
i.
Apa saja yang termasuk gejala klinis
dari Tetanus Neonatorum?
j.
Komplikasi apa saja dari Tetanus
Neonatorum?
k.
Bagaimana cara pengobatan dan
pencegahan dari Tetanus Neonatorum?
l.
Beberapa factor yang dapat
mempengaruhi prognis dari penyakit tetanus yaitu?
m.
Bagaimana cara penanganan dari
Tetanus Neonatorum?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui Apa yang dimaksud
dengan Tetanus Neonatorum?
2.
Untuk mengetahui Bagaimana Epidemiologi
dari Tetanus Neonatorum?
3.
Untuk mengetahui Bagaimana
Patogenesis dari Tetanus Neonatorum?
4.
Untuk mengetahui Apa penyebab
terjadinya Tetanus Neonatorum?
5.
Untuk mengetahui Apa saja factor
resiko dari Tetanus Neonatorum?
6.
Untuk mengetahui Apa saja Patalogi
dari Tetanus Neonatorum?
7.
Untuk mengetahui Apa saja diagnosis
dan dari Tetanus Neonatorum?
8.
Untuk mengetahui Apa diagnosis
banding dari Tetanus Neonatorum?
9.
Untuk mengetahui Apa saja yang
termasuk gejala klinis dari Tetanus Neonatorum?
10. Untuk mengetahui Komplikasi apa saja dari
Tetanus Neonatorum?
11. Untuk mengetahui Bagaimana cara pengobatan dan
pencegahan dari Tetanus Neonatorum?
12. Untuk mengetahui Beberapa factor yang dapat
mempengaruhi prognis dari penyakit tetanus yaitu?
13. Untuk mengetahui Bagaimana cara penanganan
dari Tetanus Neonatorum?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Kata tetanus berasal dari bahasa Yunani, tetanus yang berarti kencang
atau tegang. Tetanus
merupakan suatu infeksi akut yang ditandai kondisi spastik paralisis yang
disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan clostridium tetani. Tetanus
berdasarkan gejala klinisnya dapat dibagi menjadi 3 bentuk, yaitu tetanus
generalisasi (umum), tetanus local dantetanus sefalik. Bentuk tetanus yang
paling sering terjadi adalah tetanus generalisasi dan jugamerupakan bentuk
tetanus yang paling berbahaya Neonatal (berasal dari neos yang
berarti baru dan natus yang berarti lahir) merupakan suatu istilah kedokteran yang digunakan utnuk
menggambarkan masa sejak bayi lahir hingga usia 28 hari kehidupan. Tetanus
neonatorum merupakan suatu bentuk tetanus generalisasi yang terjadi padamasa neonatalum
Tetanus
neonatorum merupakan tetanus terjadi pada bayi yang dapat disebabkan oleh
adanya infeksi melalui tali pusat. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008)
Penyakit tetanus
neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (baying berusia 1 bulan) yang disebabkan oleh
clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang
system saraf pusat. (Sarwono Prawirohardjo)
B.
Epidemiologi
Tetanus
diseluruh dunia tetapi insidens di Negara maju sudah sangat jarang. Penyakit
tetanus ini masih merupakan masalah kesehatan di Negara berkembang karena
sanitasi lingkungan yang kurang baik dan imunisasi aktif yang belum mencapai
sasaran. Di Indonesia dan Negara berkembang lain, penyakit tetanus neonatorum
masih menjadi masalah. Hal ini terutama disebabkan oleh pertolongan persalinan
bagi sebagian masyarakat masih menggunakan tenaga non-profesional
(dukun/paraji). Factor lain adalah sebagian ibu yang melahirkan tidak atau
belum mendapat imunisasi tetanus toksoid (TT) pada masa kehamilannya.
C.
Patogenesis
Clostridium
tetani dalam bentuk spora masuk ke tubuh melalui luka potongan tali pusat,
yaitu tali pusat yang dipotong menggunakan alat yang tidak steril atau
perawatan tali pusat yang tidak baik. Bila keadaan memungkinkan, missal luka
tersebut menjadi anaerob disertai jaringan nekrotis, spora berubah menjadi
menjadi bentuk vegetative dan selanjutnya berkembang biak. Kuman ini tidak
invasive tetapi bila dinding sel kuman lisis, kuman ini akan melepaskan dua
macam toksin yaitu tetanospasmin dan tetanolisin. Tetanospasmin sangat mudah
diikat oleh saraf, oleh karena itu disebut juga neurotoksin.
D.
Etiologi
Penyakit ini
disebabkan oleh clostridium tetani yang bersifat anaerob, dimana kuman tersebut
berkembang pada keadaan tanpa oksigen. Tetanus pada bayi dapat disebabkan
karena tindakan pemotongan tali pusat yang kurang steril. Masa inkubasi
penyakit ini antara 5-14 hari. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2008)
Tetanus
neonatorum disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan
toksin (racun) dan menyerang system saraf pusat. Spora kuman tersebut masuk
kedalam tubuh bayi melalui pintu masuk satu-satunya yaitu tali pusat, yang
dapat terjadi pada saat pemotongan tali pusat ketika bayi lahir maupun pada
saat perawatanya sebelum puput (terlepasnya tali pusat). Masa inkubasi 3-28
hari, rata-rata 6 hari. Apabila masa inkubasi kurang dari 7 hari, biasanya
penyakit lebih parah dan angka kematian tinggi. (Sarwono Prawirohardjo, 2002)
E.
Faktor Resiko
a.
Pemberian
imunisasi TT (tetanus toksoid) pada ibu hamil tidak dilakukan, atau tidak
lengkap, atau tidak sesuai dengan ketentuan program.
b.
Pertolongan
persalinan tidak memenuhi syarat.
c.
Perawatan
tali pusat tidak memnuhi persyaratan kesehatan. (Sarwono
Prawirohardjo, 2002)
F.
Patologi
Kelainan patologik biasanya terdapat pada otak, sumsum tulang belakang, dan
terutama pada nukleus motorik. Kematian disebabkan oleh asfiksia akibat spasmus
laring pada kejang yang lama. Selain itu kematian dapat disebabkan oleh
pengaruh langsung pada pusat pernafasan dan peredaran darah. Sebab kematian
yang lain ialah pneumonia aspirasi dan sepsis. Kedua sebab yang terakhir ini
mungkin sekali merupakan sebab utama kematian tetanus neonatorum di Indonesia.
G. Diagnosis
Biasanya
tidak sukar, anamnesis terdapat luka dan ketegangan otot yang khas teutama pada
rahang sangat membantu.
H. Diagnosis Banding
Spasme yang
disebabkan oleh striknin jarang menyebabkan spasme otot rahang. Tetani di diagnosis
dengan pemeriksaan darah (kalsium dan fosfat). Kejang pada menginitis dapat
dibedakan dengan kelainan cairan serebropinalis. Pada rabies terdapat anamnesis
gigitan anjing atau kucing disertai gejala spasme laring dan faring yang terus
menerus dengan pleositosis tetapi tanpa
trismus. Trismus dapat pula terjadi pada angina yang berat, abses
retrofaringeal, abses gigi terjadi pada meningitis (pada tetanus kesadaran
tidak menurun), mastoiditis pneumonia lobaris atas, miositis leher, spondilitis
leher
.
I. Gejala Klinis
Masa
inkubasi antara 3-14 hari tetapi bisa berkurang atau lebih. Gejala klinis
infeksi tetanus neonatorum umumnya muncul pada hari ke-3 sampai ke-10. Gejala
tetanus neonatorum diantarany:
a.
Bayi rewel
b.
Trimus (kesukaran membuka mulut
karena spasme otot maseter) sehingga sulit menetek
c.
Mulut mencucu seperti mulut ikan
d.
Kejang
e.
Kuduk kaku sampai opistotonus
f.
Kesukaran menelan akibat spasme otot
laring
g.
Asfiksia dan sianosis akibat spasme
otot pernapasan
h.
Bayi sadar dan gelisah
Menurut
beratnya gejala dapat dibedakan 3 stadium:
a.
Trimus (3cm) tanpa kejang tonik umum
meskipun dirangsang
b.
Trimus (3cm atau lebih kecil) dengan
kejang tonik umum bila dirangsang
c.
Trimus (1cm) dengan kejang tonik
umum spontan
J. Komplikasi
a.
Bronkopneumonia
b.
Asfiksia
c.
Sianosis akibat obstruksi saluran pernafasan oleh secret
d.
Sepsis neonatorum
K.
Pengobatan
dan Pencegahan
a.
Tetanus immunoglobulin (TIG)
diberikan secara intramuscular dengan dosis 250-500 unit. Tetanus
immunoglobulin ini diberikan dengan maksud untuk menetralisasi toksin yang
beredar dalam darah.
b.
Antitetanus serum (ATS) diberikan
bila tidak tersedia tetanus immunoglobulin. Selama pemberian harus
diperhatikan, karena antitetanus serum ini berasal dari serum kuda sehingga
harus diantisipasi kemungkinan terjadinya syok anafilaksis. Dosis antitetanus
serum 3000-5000 untit secara intramuscular.
c.
Antikonvulsan diberikan untuk merelaksasi
otot dan kepekaan jaringan saraf terhadap rangsang. Obat lazim digunakan adalah
diazepam (dosis 0,5 mg/kg BB/hari dibagi dalam beberapa dosis dan diberikan
intravena atau intramuscular) dan fenobarbital (dosis 10-20 mg/kg BB/hari
dibagi 4 kali).
d.
Antibiotika digunakan untuk membunuh
kuman C. tetani dalam bentuk vegetative. Antibiotic yang paling sering
digunakan adlah penisilin procain. Dosis 200.000 unit/kg BB/hari diberikan
intramuscular selama 10 hari atau 3 hari setelah panas turun.
e.
Oksigen diberikan bila terjadi
asfiksia atau sianosis
f.
Tindakan pencegahan yang paling
efektif adalah melakukan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada wanita calon
pengantin dan ibu hamil sebanyak dua kali dengan interval minimal satu bulan.
Selain itu, tindakan memotong dan merawat tali pusat harus secara steril.
Tabel pemberian imunisasi TT dan
Lamanya Perlindungan :
Dosis
|
Saat
pemberian
|
%
perlindungan
|
Lama
perlindungan
|
TT 1
|
Pada kunjungan pertama atau sedini
mungkin pada kehamilan
|
0
|
Tidak ada
|
TT2
|
Minimal 4 minggu setelah TT1
|
80%
|
3 tahun
|
TT3
|
Minimal 6 bulan setelah TT2 atau
selama kehamilan berikutnya
|
95%
|
5 tahun
|
TT4
|
Minimal satu tahun setelah TT3
atau selama kehamilan berikutnya
|
99%
|
10 tahun
|
TT5
|
Minimal satu tahun setelah TT4
atau selama kehamilan berikutnya
|
99%
|
Selama usia subur
|
L. Prognosis
Untuk
penyakit tetanus secara umum prognosis dipengaruhi beberapa factor, yaitu:
a.
Masa inkubasi, semakin pendek masa
inkubasi semakin buruk prognosisnya sebaliknya semakin panjang masa inkubasi
semakin prognosisnya. Pada umumnya masa inkubasi yang kurang dari 7 hari
prognosisnya buruk.
b.
Usia, semakin muda usia penderita
semakin buruk prognosisnya.
c.
Periode awitan, waktu antara
terjadina luka dengan gejala klinis. Semakin pendek periode awitan (onset),
semakin buruk prognosisnya.
d.
Panas, penyakit tetanus tidak selalu
disertai panas, maka adanya demam akan memperburuk prognosis.
e.
Perawatan penunjang, mutu perawatan
penunjang juga berpengaruh terhadap prognosis penyakit tetanus.
M. Penanganan
a.
Mengatasi kejang dengan memberikan suntikan
anti kejang
b.
Menjaga jalan nafas tetap bebas
dengan membersihkan jalan nafas. Pemasangan spatel lidah yang dibungkus kain
untuk mencegah lidah tergigit
c.
Mencari tempat masuknya spora
tetanus, umumnya di tali pusat atau di telinga
d.
Mengobati penyebab tetanus dengan
anti tetanus serum (ATS) dan antibiotika
e.
Perawatan yang adekuat seperti
kebutuhan oksigen, makanan, keseimbangan cairan dan elektrolit
f.
Penderita/bayi di tempatkan di kamar
yang tenang dengan sedikit sinar mengingat penderita sangat peka akan suara dan
cahaya yang dapat merangsang kejang.
Bagan Penanganan Tetanus Neonatorum
Kategori
|
Tetanus
Neonatorum Sedang
|
Tetanus
Neonatorum Berat
|
Umur
|
>7 hari
|
0-7 hari
|
Frekuensi kejang
|
Kadang-kadang
|
Sering
|
Bentuk kejang
|
Mulut mencucu, trismus kadang-kadang,
kejang rangsang(+)
|
Mulut mencucu, trismus
terus-menerus, kejang rangsang (+)
|
Posisi Badan
|
Opistotonus kadang-kadang
|
Selalu Opistotonus
|
Kesadaran
|
Masih sadar
|
Masih sadar
|
Tanda infeksi
|
Tali pusat kotor, lubang telinga
bersih/kotor
|
Tali pusat kotor, lubang telinga
bersih/kotor
|
Penanganan
|
||
Puskesmas
|
1. Bersihkan
jalan nafas
2. Masukkan
sendok/spatel dibungkus kain untuk menekan lidah
3. Beri
oksigen
4. Atasi
kejang dengan:
ü Diazepam
0,5 mg/kg/i.m atau supositoria
ü Apabila
masih kejang, ulangi tiap 30 menit
ü ditambah
luminal 30 mg i.m sampai kejang berhenti
5. Infuse
glukosa 10% sebanyak 80 ml/kg/hari
6. Antibiotika
1 kali (penisilin prokain 50.000 U/kg/hari i.m)
7. Bersihkan
tali pusat
Rujuk ke
rumah sakit
|
|
Rumah
Sakit
|
1.
Umur lebih dari 24 jam ditambah bikarbonas natrikus
1,5% (4:1)
2. Dosis anti
kejang i.v dengan dosis rumat
3. Diazepam
8-10 mg/kg i.v diganti tiap 6 jam
4. ATS 10.000
U/hari i.m
5. Ampisilin
100 mg/kg i.v atau prikain penisilin 50.000 U/kg i.m selama 3 hari
Ruang
perawatan tenang
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata tetanus berasal dari bahasa Yunani, tetanus yang berarti kencang
atau tegang. Penyakit tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus
yang terjadi pada neonatus (baying
berusia 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman
yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang system saraf pusat.
Penyakit ini
disebabkan oleh clostridium tetani yang bersifat anaerob, dimana kuman tersebut
berkembang pada keadaan tanpa oksigen. Tetanus pada bayi dapat disebabkan
karena tindakan pemotongan tali pusat yang kurang steril. Masa inkubasi
penyakit ini antara 5-14 hari
Tindakan pencegahan yang paling
efektif adalah melakukan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada wanita calon
pengantin dan ibu hamil sebanyak dua kali dengan interval minimal satu bulan.
Selain itu, tindakan memotong dan merawat tali pusat harus secara steril.
B. Saran
Adapun saran
yang dapat kami berikan , adalah :
a.
Bagi bidan yang akan memberikan
asuhan keperawatan pada bayi dengan penyakit tetanus neonatorum harus lebih
memperhatikan dan tahu pada bagian-bagian mana saja dari asuhan keperawatan
pada bayi yang perlu ditekankan.
b.
Bidan juga memberikan pendidikan
kesehatan kepad bapak dan ibu atau keluarga dari anak tentang bahaya tetanus
dan penyuluhan untuk melakukan persalinan di rumah sakit,puskesmas,klinik
bersalin,atau pelayanan kesehatan lainya agar terhindar dari infeksi tetanus
pada anaknya akibat penggunaan alat.
c.
Kurangnya pengetahuan orang tua
mengenai penyakit, kedua orang pasien yang bayinya menderita tetanus perlu
diberi penjelasan bahwa bayinya menderita sakit berat, maka memerlukan tindakan
dan pengobatan khusus ,keberhasilan pengobatan ini tergantung dari daya tahan
tubuh si bayi dan ada tidaknya obat yang diperlukan hal ini mengingat untuk
tetanus neonatorum memerlukan alat/otot yang biasanya di RS tidak selalu
tersedia dan harganya cukup mahal (misalnya mikrodruip).selain itu yang perlu
dijelaskan ialah jika ibu kelak hamil lagi agar meminta suntikan pencegahan
tetanus, baik di puskesmas atau di bidan,dan minta pertolongan persalinan pada
dokter,bidan atau dukun terlatih yang telah ikut prnataran Depkes.kemudian
perlu diberitahukan pula cara perawatan tali pusat yang baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Aziz Alimul
Hidayat, A. 2008. Ilmu kesehatan anak
untuk pendidikan kebidanan. Jakarta : Salemba
Medika
Departemen
Kesehatan Republic Indonesia.1997.Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Perintal Di
Wilayah Kerja Puskesmas.Jakarta
Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia,Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak.2007.Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta: Infomedika
Jakarta.
Nur
Muslihatun ,Wafi. 2010. Asuhan Neonates,
Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya
Prawihardjo,Sarwono.2005.Buku Acuan
Nasional Pelayanan Maternal Dan Neonatal.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Praworohardjo
No comments:
Post a Comment