Thursday, 21 March 2019

MAKALAH H5N1 DAN H1N1

MAKALAH H5N1 DAN H1N1


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Virus sering diperdebatkan statusnya sebagai makhluk hidup karena ia tidak dapat menjalankan fungsi biologisnya secara bebas. Karena karakteristik khasnya ini virus selalu terasosiasi dengan penyakit tertentu, baik pada unggas misalnya virus flu burung. Penyakit flu burung atau yang juga dikenal sebagai  Avian Influenza (AI) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A subtipe H5N1. Hingga saat ini, AI masih mendapatkan perhatian serius di seluruh dunia,  karena selain mengakibatkan kerugiaan ekonomi yang besar dan penyebarannya yang luas, penyakit ini juga diketahui  dapat menular ke manusia.
Flu babi (Swine Influenza) adalah penyakit virus yang disebabkan oleh strain virus influenza yang biasanya menginfeksi babi yang disebut swine influenza virus (SIV). Virus ini banyak ditemukan di Amerika Utara, Eropa, Kenya, Cina daratan dan Asia Timur yang dapat menimbulkan wabah (epidemi) penyakit pernapasan pada babi ( Soedarto,2010).
Pada awalnya virus flu burung H5N1 dan flu babai H1N1 ini hanya terbatas pada unggas, tetapi dalam beberapa tahun terakhir telah muncul sebagai penyakit menular yang sangat fatal pada  manusia

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengertian H5N1 dan H1N1 ?
2.      Apa etiologi H5N1 dan H1N1 ?
3.      Apa saja klasifikasi H5N1 dan H1N1 ?
4.      Bagaimana virologi H5N1 dan H1N1 ?
5.      Apa manifestasi klinis dari H5N1 dan H1N1 ?
6.      Bagaimana patofisiologi H5N1 dan H1N1 ?
7.      Bagaimana penatalaksanaan pada H5N1 dan H1N1 ?
8.      Apa saja komplikasi pada H5N1 dan H1N1 ?
9.      Bagaimana asuhan keperawatan pada H5N1 dan H1N1 ?

C.     Tujuan
a.       Tujuan khusus
Untuk mengetahui dan mempelajari secara spesifik tentang H5N1 dan H1N1 dan asuhan keperawatan pada pasien dengan H5N1 dan H1N1.
b.      Tujuan umum
1.      Mengetahui pengertian H5N1 dan H1N1 ?
2.      Mengetahui etiologi H5N1 dan H1N1 ?
3.      Mengetahui klasifikasi H5N1 dan H1N1 ?
4.      Mengetahui virologi H5N1 dan H1N1 ?
5.      Mengetahui  manifestasi klinis dari H5N1 dan H1N1 ?
6.      Mengetahui patofisiologi H5N1 dan H1N1 ?
7.      Mengetahui penatalaksanaan pada H5N1 dan H1N1 ?
8.      Mengetahui komplikasi pada H5N1 dan H1N1 ?
9.      Mengetahui asuhan keperawatan pada H5N1 dan H1N1 ?

BAB II
PEMBAHASAN
       I.            H5NI (Flu Burung)
A.    DEFINISI
Flu burung adalah penyakit influenza (disebabkan oleh virus influenza tipe A) yang terdapat pada unggas dan umumnya tidak menular pada manusia. Namun beberapa tipe diantaranya ternyata dapat menyerang manusia khususnya virus influenza subtipe H5N1. ( Tamher, Noorkasiani. 2008 : 6)
Flu burung adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang secara alami hanya dapat menginfeksi unggas dan kadang-kadang babi. Pada keadaan tertentu virus flu burung dapat ditularkan dari unggas ke manusia Penyebabnya adalah Virus Influenza Tipe A yang dapat menyebabkan wabah (epidemi) global yang menjalar keseluruh dunia (pandemi)( Soedarto,2010).
Patogenik tinggi influenza avian, atau istilah aslinya, wabah flu burung, mulainya dikenal infeksi burung pada ayam  di Italia tahun 1878. Virus influenza avian di dalam hospes habitan asli, burung air liar, umumnya infeksi terjadi tanpa gejala, virus influenza A biotipe ini termasuk patogenik rendah berada keseimbangan yang baik dengan hospes (Kamps, 2007).

B.     ETIOLOGI
Virus influenza tipe A sub tipe H5N1. Virus influenza termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus strain A ini dibedakan menurut tipe hemaglutinin (H) dan neuramidase (N) nya sehingga virus ini dapat diklarifikasikan menurut sub tipenya, seperti H1N1 dan H2N1. Sub tipe H5 dan H7 diperkirakan merupakan penyebab wabah dengan tingkat kematian yang tinggi atau patogenik. Sampai saat ini sudah teridentifikasi 15 sub tipe virus.
Subtipe H5N1 dapat bermutasi secara genetik dengan subtipe lain sehingga dapat menular ke manusia atau hewan selain burung. Virus AI juga diidentifikasi berdasarkan strainnya, yaitu terdapat strain A, B, dan C. WHO melaporkan bahwa virus AI strain A bertanggung jawab atas terjadinya wabah flu burung saat ini. (Widoyono, 2011).

C.     KLASIFIKASI
Penderita Konfirm H5N1 dapat dibagi dalam 4 kategori sesuai beratnya penyakit :
Derajat I          : Penderita tanpa Pneumonia
Derajat II        : Penderita dengan Pneumonia Derajat Sedang dan tanpa Gagal Nafas 
Derajat III       : Penderita dengan Pneumonia Berat dan dengan Gagal Nafas
Derajat IV : Pasien dengan Pneumonia Berat dan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) atau dengan Multiple Organ Failure (MOF)(MOPH Thailand, 2005).

D.    VIROLOGI
Menkes Siti Fadilah Supari menyatakan bahwa virus flu burung (H5N1) jauh lebih berbahaya dari virus flu babi (H1N1) terutama untuk wilayah tropis seperti Indonesia. Pasalnya, diprediksi virus H1N1 tidak akan mampu hidup di daerah tropis karena biasanya virus ini hidup di daerah empat musim.
Menurut Menkes, virus H5N1 jauh lebih berbahaya dari H1N1 bisa terlihat dari data-data yang sudah ada. Jika diibaratkan, 100 penderita flu babi kemungkinan meninggal adalah 6 orang, sementara 100 penderita flu burung kemungkinan meninggal bisa mencapai 80 orang. Lebih jauh Menkes menyatakan penyakit flu babi (swine flu) adalah penyakit influenza yang disebabkan oleh virus influenza A subtipe H1N1 yang dapat ditularkan melalui binatang, terutama babi. Secara umum penyakit ini mirip dengan influenza (Influenza Like Illness-ILL, red).
Virus Influenza C subtipe H5N1 adalah subtipe dari virus influenza A yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan banyak spesies hewan lainnya. Patogen virus flu burung tipe A subtipe H5N1 adalah agen penyebab flu H5N1 yang sangat patogen, umumnya dikenal sebagai flu burung ("flu burung"). Hal ini enzootik (dipertahankan dalam populasi) di banyak populasi burung, khususnya di Asia Tenggara. Virus H5N1 menyebar secara global setelah pertama kali muncul di Asia. Ini adalah kasus wabah (epidemi non manusia) dan panzootic (mempengaruhi hewan dari banyak spesies, terutama di daerah yang luas), menewaskan puluhan juta burung dan memacu pemusnahan ratusan juta orang lain untuk membendung penyebarannya
Virus Influenza (H1N1) adalah subtipe dari virus influenza A yang merupakan penyebab paling umum dari influenza manusia (flu) pada tahun 2009. Ini adalah Orthomyxovirus yang berisi glikoprotein hemaglutinin dan neuraminidase. Untuk alasan ini, mereka digambarkan sebagai H1N1, H1N2 dll tergantung pada jenis H atau N antigen yang mereka ungkapkan. Hemaglutinin menyebabkan sel darah merah untuk mengumpul dan mengikat virus ke sel yang terinfeksi. Neuraminidase adalah jenis enzim hidrolase glikosida yang membantu untuk memindahkan partikel virus melalui sel yang terinfeksi dan membantu tunas dari sel inang. Beberapa kecenderungan H1N1 yang endemik pada manusia dan menyebabkan sebagian kecil dari semua penyakit influenza seperti dan sebagian kecil dari semua influenza musiman. Kecenderungan H1N1 menyebabkan sebagian kecil dari semua infeksi flu manusia pada tahun 2004-2005.

E.     MANIFESTASI KLINIS
Sesudah melewati masa inkubasi selama 1-3 hari, penderita flu burung akan mengalami demam dengan menggigil, sakit kepala, malaise, lemah badan, nyeri otot, dan konjungtiva merah. Komplikasi yang dapat terjadi berupa bronkitis, sinusitis, batuk berdahak dan pneumonia disertai batuk darah, selain itu penderita juga dapat mengalami mual, muntah, diare dan gangguan neurologik.
Diagnosis flu burung ditetapkan jika dapat ditemukan virus penyebabnya melalui biakan atas hapusan tenggorok. Pemeriksaan serologi misalnya uji inhibisi hemaglutinasi dan uji fiksasi komplemen dapat mendukung ditegakkannya diagnosis flu burung (Widoyono, 2011).

F.      MASA INKUBASI
Pada ayam, masa inkubasi virus, yaitu saat virus masuk ke tubuh sampai timbul gejala membutuhkan beberapa jam sampai dengan 3 hari dalam satu individu dan 14 hari dalam satuflok. Hal ini tergantung pada barbagai faktor, antara lain; jumlah dan patogenitas virus yang menginfeksi, jenis spesies yang terinfeksi, kemampuan deteksi gejala klinis.
Pada manusia, inkubasi virus membutuhkan 1- 3 hari, tergantung umur, kekebalan dan  kondisi individu.Pada umumnya kasus terjadi pada anak-anak karena sistim kekebalan pada anak belum berkembang sempurna.

G.    KOMPLIKASI
ü  Bronkitis
ü  Infeksi sekunder (adang telinga)
ü  Radang paru-paru (pneumonia)
(Tamher, Noorkasiani.2008.4)
1.       Meningitis (aseptic meningitis, meningitis serosa/non bakterial)
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membrane atau selaput yang melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk ke dalam darah dan berpindah ke dalam cairan otak.

2.      Encephalitis ( bulbar )    
Encephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari encephalitis, kebanyakan  disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-infeksi ini disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan peradangan dari otak.
3.      Myocarditis (Coxsackie Virus Carditis) atau pericarditis
Myocarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium, pada umumnya disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek toxin bahan-bahan kimia dan radiasi (FKUI, 1999).
Kerusakan miokard oleh kuman-kuman infeksius dapat melalui tiga mekanisme dasar, yaitu:
1)      Invasi langsung ke miokard.
2)      Proses immunologis terhadap miokard.
3)      Mengeluarkan toksin yang merusak miokardium.
4.      Paralisis akut flaksid
5.      Pneumonia ( peradangan paru )
Penyakit pada paru-paru dengan kondisi pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteriavirusjamur, ataupasilan (parasite). Radang paru-paru dapat juga disebabkan oleh kepedihan zat-zat kimia atau cedera jasmani pada paru-paru atau sebagai akibat dari penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau berlebihan minum alkohol.
6.      Kematian
Terjadi jika mengalami gagal nafas akut

H.    PATOFISIOLOGI
Penularan virus flu burung dari unggas ke manusia dapat terjadi ketika manusia kontak dengan kotoran unggas yang terinfeksi flu burung, atau dengan permukaan atau benda-benda yang terkontaminasi oleh kotoran unggas sakit yang mengandung virus H5N1. Orang yang berisiko tinggi tertular flu burung adalah pekerja di peternakan ayam ,pemotong ayam ,orang yang kontak dengan unggas hidup yang sakit atau terinfeksi flu burung orang yang menyentuh produk unggas yang terinfeksi flu burung ,populasi dalam radius 1 km dari lokasi terjadinya kematian unggas akibat flu burung. Pada dasarnya sampai saat ini, H5N1 tidak mudah untuk menginfeksi manusia dan apabila seseorang terinfeksi, akan sulit virus itu menulari orang lain. Pada kenyataannya, penularan manusia ke manusia, terbatas, tidak efisien dan tidak berkelanjutan (Radji,2006).
Penyakit dimulai dari infeksi virus pada sel epitel saluran napas. Virus ini kemudian bereplikasi sangat cepat hingga menyebabkan lisis sel epitel & terjadi deskuamasi lapisan epitel saluran napas.
Pada tahap infeksi awal, respons imun innate akan menghambat replikasi virus. Apabila kemudian terjadi re-eksposure, respons imun adaptif yang bersifat antigen spesific mengembangkan memori imunologis yang akan memberikan respons yang lebih cepat. Replikasi virus akan merangsang pembentukan sitokinintermasuk IL-1, IL-6 dan TNF-Alfa yang kemudian masuk ke sirkulasi sistemik & pada gilirannya menyebabkan gejala sistemik seperti demam, malaise, myalgia dll. Pada keadaan tertentu seperti kondisi sistem imun yang menurun virus dapat lolos masuk sirkulasi darah & ke organ tubuh lain. Bila strain/subtipe virus baru yang menginfeksi maka situasi akan berbeda.Imunitas terhadap virus subtipe baru yang sama sekali belum terbentuk dapat menyebabkan keadaan klinis yang lebih berat. Sistem imunitas belum memiliki immunological memory terhadap virus baru. Apalagi bila virus subtipe baru ini memiliki tingkat virulensi atau patogenisitas yang sangat tinggi seperti virus H5N1. Tipe virus yang berbeda akan menyebabkan respons imun & gejala klinis yang mungkin berbeda. Diketahui bahwa pada infeksi oleh virus influenza A H5N1 terjadi pembentukan sitokin yang berlebihan (cytokine storm) untuk menekan replikasi virus, tetapi justru hal ini yang menyebabkan kerusakan jaringan paru yang luas & berat. Terjadi pneumonia virus berupa pneumonitis intertitial.
Proses berlanjut dengan terjadinya eksudasi & edema intraalveolar, mobilisasi sel sel radang dan juga eritrosit dari kapiler sekitar, pembentukan membran hyalin dan juga fibroblast. Sel radang akan memproduksi banyak sel mediator peradangan. Secara klinis keadaan ini dikenal dengan ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). Difusi oksigen terganggu, terjadi hipoksia/anoksia yang dapat merusak organ lain. Proses ini biasanya terjadi secara cepat & penderita dapat meninggal dalam waktu singkat karena proses yang ireversibel(Emedicine,2009).

I.       FAKTOR RESIKO
Anak kecil merupakan kelompok yang paling banyak terinfeksi oleh virus influenza. Anak yang mengalami pajanan primer dengan galur virus influenza mempunyai kadar virus (viral load) yang lebih tinggi dan berlangsung lebih lama dibandingkan pasien dewasa, sehingga menjadi sumber penularan utama. Usia lanjut, rentang waktu yang lebih panjang dari timbulnya gejala hingga dirawat, adanya pneumonia, leukopeni dan limfopeni merupakan faktor risiko terjadinya penyakit yang berat pada infeksiA/H5N1.
Menangani unggas sakit atau bangkai unggas ternak dalam minggu sebelum timbulnya gejala merupakan faktor risiko yang paling sering dijumpai. Sebagian besar pasien mendapatkan infeksi A/H5N1 dari unggas ternak di dalam atau diluar lingkungan rumah. Menyembelih,mencabut bulu, atau menyiapkan daging unggas sakit untuk dimasak; bermain dengan unggas sakit atau bangkai unggas yang sakit sebelumnya merupakan riwayat yang didapat pada pasien A/H5N1. Bahkan ada 1 pasien dari Indonesia yang mempunyai riwayat bekerja membuat shuttlecock bulutangkis dari bulu bebek. Memakan daging unggas yang mentah atau tidak dimasak dengan baik juga merupakan faktor risiko terjadinya H5N1.

J.       PENATALAKSANAAN
1)      Penatalaksanaan Medis
Berkat adanya sistem imunitas yang sudah dibentuk untuk influenza manusia, maka penyakit ini umumnya akan membaik dengan sendirinya (self limiting diseases). Asupan cairan yang memadai dan istirahat merupakan unsur penting dalam tatalaksana influenza. Parasetamol dan ibuprofen dapat diberikan sebagai antipiretik. Penggunaan asetosal tidak dianjurkan pada anak karena risiko terjadinya sindrom Reye.
a.       Terapi antiviral
Oseltamivir yang hanya tersedia dalam bentuk oral, sampai saat ini masih merupakan obat antiviral primer pilihan untuk terapi A/H5N1. Observasi terbatas menunjukan bahwa pemberian oseltamivir dini berhubungan dengan penurunan mortalitas. Oleh karena itu dianjurkan untuk memberikan oseltamivir secepatnya pada pasien yang dicurigai terinfeksi A/H5N1 atas dasar klinis sebelum konfirmasi etiologi diperoleh. Baku terapi adalah pemberian selama 5 hari, mengacu pada kasus influenza manusia. Dosis baku adalah 75mg dua kali perhari untuk pasien dewasa. Dosis untuk anak adalah 2mg/kgBB/kali diberikan dua kali perhari.
Untuk avian influenza dosis dan lamanya pemberian yang optimal belum diketahui pasti. Bila tidak ada perbaikan klinis setelah terapi baku, oseltamivir dapat diperpanjang hingga 5 hari lagi. Pada kasus infeksi manusia oleh H5N1 efikasi oseltamivir suboptimal agaknya karena kelambatan pemberian atau karena pasien dalam keadaan sangat berat. Hal ini menimbulkan pemikiran untuk meningkatkan dosis maupun lamanya pemberian oseltamivir. Dosis yang lebih tinggi dan pemberian yang lebih lama (dua kali lipat) cukup rasional mengingat replikasi A/H5N1 yang tinggi, atau bila dilihat setelah pemberian dengan dosis baku dalam 3 hari awal tidak menunjukan pebaikan klinis.
b.      Antibiotik
Sebagian besar pasien yang dirawat karena A/H5N1 secara radiologis menunjukan gambaran pnemonia pada saat masuk. Seringkali etiologi pneumonia belum diketahui pada saat masuk, sementara infeksi sekunder oleh bakteri sering terjadi, dan dalam keadaan demikian antibiotik perlu diberikan. Infeksi bakteri dipikirkan bila demam menetap atau turun naik, atau terjadi perburukan keadaan klinis lain. Influenza manusia tanpa komplikasi akan membaik dalam 48-72 jam.
c.       Steroid
Steroid sistemik sering diberikan untuk terapi Acute lung injury (ALI) atau acute respiratory distress syndrome (ADRS) pada pasien infeksi A/H5N1 dengan asumsi adanya efek antiinflamasi dan antifibrosis. Namun dari beberapa pengamatan  terakhir, disimpulkan bahwa tidak ada manfaat nyata pemberian steroid dosis tinggi untuk virus associated pneumonia maupun ARDS. (Rahajoe, 2013).
2)      Penatalaksanaan Keperawatan
-          Identifikasi
ü  Keadaan umum
ü  Kesadaran
ü  Tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi napas, suhu).
ü  Bila fasilitas tersedia, pantau saturasi oksigen dengan alat pulse oxymetry.
-          Terapi suportif : terapi oksigen, terapi cairan, dll.
-          Mengenai antiviral maka antiviral sebaiknya diberikan pada awal infeksi yakni pada 48 jam pertama. Adapun pilihan obat :
o   Penghambat M2 : a. Amantadin (symadine), b. Rimantidin (flu madine). Dengan dosis 2x/hari 100 mg atau 5 mg/kgBB selama 3-5 hari.
o   Penghambatan neuramidase (WHO) : a. Zanamivir (relenza), b. Oseltamivir (tami flu). Dengan dosis 2x75 mg selama 1 minggu.

K.    PENULARAN
Influenza manusia secara umum ditularkan mealui percik renik (droplet nuclei) sekresi respiratori yang disebarkan oleh pasien, utamanya pada saat batuk atau bersin. Penularan dalam masyarakat berlangsung cepat, insidens tertinggi tercapai dalam 2-3 minggu awal timbulnya penyakit. Virus influenza manusia kemudian akan berikatan dengan reseptor virus yang berada disepanjang saluran respiratori.
Penularan virus A/H5N1 pada manusia umumnya terjadi secara langsung dari unggas ke manusia, walaupun mekanisme dan lokasi masuknya kuman ke sistem respiratori manusia belum diketahui secara pasti. Dari laporan kasus terkonfirmasi adanya kontak dengan unggas dalam 2 minggu sebelumnya dijumpai pada 76-100% kasus. Virus avian influenza tidak dapat bereplikasi secara efisien pada manusia, sehingga walaupun ada indikasi penularan dari manusia ke manusia, namun sejauh ini penularan antar manusia ini tidak berlanjut. Pada saat terjadinya wabah di Vietnam, tidak ada satupun petugas rumah sakit di Hanoi yang menangani kasus H5N1 yang tertular.
Setelah terpajan dengan unggas yang terinfeksi, masa inkubasi avian influenza umumnya sekitar 7 hari atau kurang, dan pada beberapa kasus hanya dalam 2-5 hari. Pada klaster dengan terjadinya penularan manusia ke manusia, masa inkubasi sekitar 3-5 hari, walaupun pada suatu klaster diperirakan masa inkubasi berlangsung hingga 8-9 hari.

L.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

No
Pemeriksaan Diagnostik
Temuan
Normal
1
Pemeriksaan Apusan
Ditemukan virus / bakteri yang menyebabkan flu burung
Tidak ditemukan virus / bakteri yang menyebabkan flu burung
2
Pemeriksaan Lab.virologi
ü PCR
Pemeriksaan dapat mendeteksi adanya virus influenza
Tidak ditemukan virus influenza

M.   PENCEGAHAN
Upaya pencegahan penularan tentu saja dilakukan dengan cara menghindari bahan yang terkontaminasi kotoran (feses) dan secret unggas, dengan berbagai tindakan seperti:
1.      Tiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran cerna unggas harus menggunakan pelindung (seperti masker dan kacamata renang)
2.      Bahan yang berasal dari saluran cerna unggas seperti kotoran (feses) harus di tatalaksana dengan baik (ditanam atau dibakar) agar tidak menjadi sumber penularan bagi orang disekitarnya,
3.      Alat-alat yang digunakan dalam peternakan  harus dicuci dengan desinfektan,
4.      Kandang dan kotoran (feses) tidak boleh dikeluarkan darilokasi peternakan
5.      Mengonsumsi daging ayam yang telah dimasak pada suhu 80oC selama 1 menit dan telur unggas yang telah dipanaskan pada suhu 64oC selama 5 menit,
6.      Melaksanakan kebersihan lingkungan,
7.      Melakukan kebersihan diri.(Tamher, Noorkasiani. 2008:41)
a.       Masyarakt umum
-          Memilih daging yang baik dan segar
-          Memasak daging ayam minimal 80oC selama 1 menit dan telur minimal 64oC selama 5 menit (atau sampai air atau kuahnya mendidih cukup lama)
-          Menjaga kshatan dan ketahanan umum tubuh dengan makan, olahhraga, dan istirahat yang cukup
-          Segera ke dokter/puskesmas/rumah sakit/ bagi masyrakat yang mengalami gejala-gejala di atas.
b.      Vaksin
Vaksin influenza pada populasi yang sesuai merupakan cara pencegahan terbaik terhadap terjadinya influenza berat. Penggunaan vaksin makin direkomendasikan karena manfaatnya untuk kelompok ibu hamil dan anak kecil. Profilaksis dengan antivirus merupakan cara pencegahan kedua.
c.       Imunisasi
Mengingat serotip virus influenza yang beredar mempunyai pola tahunan, maka sepanjang waktu dilakukan surveilans influenza untuk memperkirakan serotip yang akan timbul tahun berikutnya. Vaksin influenza inaktif tersedia setiap musim panas dengan kandungan serotip virus yang diantisipasi untuk musim dingin mendatang. Imunisasi influenza dianjurkan mulai dari bayi ≥ 6 bulan hingga anak dan orang dewasa berisiko tinggi mengalami komplikasi. Imunisasi direkomendasikan juga untuk orang yangberpotensi menulari pasien berisiko tinggi. Vaksin yang diberikan secara intramuscular, untuk imunisasi primer pada anak < 9 tahun vaksin diberikan 2 kali dengan selang 1 bulan, setelah itu vaksin diberikan setahun sekali. Dosis 0,25 mL diberikan pada bayi 6-36 bulan, dan dosis  0,5 mL untuk anak 3-8 tahun.  (Rahajoe, 2013)
ü  Pencegahan dan Pengobatan
                          Tidak ada pngobatan khusus. Pencegahan dapat dilakukan dengan sanitasi dan kebersihan kandang yang memadai, pengasingan terhadap unggas sakit serta menghindari perbedaan umur dalam kelompok dapat membantu mmperbaiki keadaan. Penyakit ini dapat sembuh secara spontan. Tindakan vaksinasi untuk penyakit influenza unggas sampai saat ini masih diragukan keberhasilannya.
ü  Pencegahan dan Kewaspadaan
                          Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan secara umum prinsip-prinsip kerja yang hygienis seperti mencuci  tangan dengan sabun atau desinfektan lain dan menggunakan alat pelindung diri, merupakan upaya yang harus di lakukan oleh mereka yang kontak dengan unggas, baik unggas hidup maupun unggas mati. WHO juga menyatakan bahwa dengan memasak bahan makanan asal unggas secara baik (merebus daging sampai 80oC/sampai mendidih, merebus telur menjadi masak) maka virus akan mati. Juga perlu diperhatikan pada saat mengolah/memasak unggas dengan memakai perlindungan dan setelah itu mncuci tangan dengan sabun deterjen secara bersih, khusus pada peternakan dan pemotongan hewan terdapat beberapa anjuran WHO yang dapat dilakukan :
a.       Semua orang yang kontak dengan binatang yang telah terinfeksi harus sering-sering mencuci tangan dengan sabun. Mereka yang langsung memegang dan membawa binatang yang sakit sebaiknya menggunakan desinfektan untuk membersihkan tangannya.
b.      Mereka yang memegang, membunuh dan membawa atau memindahkan unggas yang sakit dan atau mati karena flu burung seyogyanya melengkapi diri dengan baju pelindung,sarung tangan karet, masker, kacamata, dan juga sepatu bot.
c.       Ruangan kandang perlu selalu dibesihkan dengan prosedur yang baku dan memperhatikan faktor keamanan petugas.
d.      Pekerja peternakan, pemotongan dan keluarganya perlu diberi tau untuk melaporkan ke petugas kesehatan bila mengidap gejala-gejala pernapasan, seperti batuk,pilek,sakit tenggrokan,susah napas, infeksi mata dan gejala flu lainnya.
e.      Dianjurkan juga agar petugas yang dicurigai punya potensi tertular ada dalam pengawasan petugas kesehatan secara ketat. Ada yang menganjurkan pemberian vaksin influenza, penyediaan obat antivirus, dan pengamatan petubhan kondisi pekerja.

N.    DIAGNOSA BANDING
1.      Tuberkulosis Paru
Pada tuberkulosis primer hal-hal berikut dapat terlihat pada sinar-X dada yaitu daerah konsolidasi pneumonik perifer (fokus Ghon) dengan pembesaran kelenjar hilusmediastinum (kompleks primer). Keadaan ini biasanya dapat sembuh dengan gambaran kalsifikasi. Daerah konsolidasi yang dapat berukuran kecil, lobaris, atau lebih luas hingga seluruh lapangan paru. Sedangkan pada tuberkulosis postprimer atau tuberkulosis reaktif yaitu konsolidasi bercak, terutama pada lobus atas atau segmen apikal pada lobus bawah, sering disertai kavitasi. Efusi pleura, empiema, atau penebalan pleura. Pada Tuberkulosis milier : nodul-nodul diskret berukuran 1-2 mm yang dapat terdistribusi di seluruh lapangan paru akibat penyebaran hematogen. Limfadenopati mediastinum atau hilus bukan merupakan gambaran tuberkulosis, kecuali pada pasien AIDS.
Selama berlangsung proses penyembuhan, gambaran yang dapat dikenali adalah fibrosis dan pengecilan volume paru; fokus kalsifikasi; tuberkuloma; granuloma terlokalisasi yang sering mengalami kalsifikasi; kalsifikasi pleura.
2.      Severe Acute Respiratory Syndrome
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) adalah penyakit infeksi saluran napas yang disebabkan oleh virus Corona dengan sekumpulan gejala klinis yang berat. SARS secara klinis lebih banyak melibatkan saluran napas bagian bawah, dibandingkan dengan saluran napas bagian atas. Pada saluran napas bawah, sel-sel asinus adalah sasaran yang lebih banyak terkena daripada trakea ataupun bronkus.
Penampakan yang paling banyak sebagai ground glass opacification yang dapat muncul unilateral atau bilateral. Konsolidasi yang didapatkan dengan air bronchograms sign ditemukan pada beberapa pasien tetapi konsolidasi lobaris tidak ditemukan. Tidak ditemukan pula efusi pleura atau pembesaran hilar.
3.      Pneumonia Bakterial
Pneumonia bakterial disebabkan oleh infeksi patogen pada paru-paru dan dapat timbul sebagai proses penyakit primer atau proses akhir penyakit dari seseorang yang telah lemah. Pneumonia lebih jauh lagi dikategorikan sebagai community-acquired pneumonia (CAP) atau hospitalized atau institutional-acquired pneumonia (HAP atau IAP).
Air Bronchograms dapat dievaluasi saat terinfeksi S. Pneumoniae. Konsolidasi terbuka dan air bronchograms sign saling berhubungan dengan insidens tinggi dari bakteriemia. Legionella memiliki predileksi di lapangan bawah paru, sedangkan Klebsiella memiliki tendensi untuk muncul pada lapangan atas paru


    II.            H1N1 (Flu Babi)
A.    DEFINISI
Flu babi (Swine Influenza) adalah penyakit virus yang disebabkan oleh strain virus influenza yang biasanya menginfeksi babi yang disebut swine influenza virus (SIV). Virus ini banyak ditemukan di Amerika Utara, Eropa, Kenya, Cina daratan dan Asia Timur yang dapat menimbulkan wabah (epidemi) penyakit pernapasan pada babi ( Soedarto,2010).
Menurut Cahyono (2009), flu babi merupakan suatu penyakit influenza yang ditandai dengan keluhan : demam, menggigil, nyeri telan, nyeri otot, nyeri kepala, batuk, pilek, badan lemas. Penyakit flu babi ini disebabkan oleh virus influenza yangdikenal sebagai swine influenza virus (SIV), yang biasanya menyerang binatang babi. Menurut Fenner et.al (1987) flu babi adalah penyakit pernapasan akut pada babi yangdisebabkan oleh virus influenza tipe A.Varian baru ini dikenal dengan nama virus H1N1 yang merupakan singkatan dari dua antigen utama virus yaitu hemag glutinin tipe 1 dan neuraminidase tipe 1.

B.     ETIOLOGI
Flu babi merupakan penyakit yang disebabkan virus influenza Famili Orthomyxoviridae tipe A subtipe H1N1 yang dapat ditularkan oleh binatang,terutama babi, dan ada kemungkinan menular antarmanusia.Virus ini erat kaitannya dengan penyebab swine influenza, equine influenza dan avian influenza (fowl plaque). Ukuran virus tersebut berdiameter 80- 120 nm. Selaininfluenza A, terdapat influenza B dan C yang juga sudah dapat diisolasi dari babi. Sedangkan 2 tipe virus influenza pada manusia adalah tipe A dan B. Kedua tipe ini diketahui sangat progresif dalam perubahan antigenik yang sangat dramatik sekali (antigenik shift) (Devi, 2012).
Pada kasus H1N1, banyak laporan yang menyebutkan babwa kemampuan untuk menginfeksi manusia disebabkan oleh 2 model , yaitu :
a.       Antigenic shift
Ini adalah proses pencampuran didalam tubuh babi yang terinfeksi oleh virus flu babi, flu burung, atau flu manusia. Pencampuran ini menyebabkan munculnya virus H1N1 penyimpangan yang mengakibatkan kemampuan menular dari manusia ke manusia.
b.      Drift
Terjadinya pencampuran seperti diatas mengakibatkan salah satu atau lebih segmen RNA yang bisa mnyebabkan perubahan sifat . salah satunya adalah kemampuan menular dari manusia ke manusia.

C.     MANIFESTASI KLINIS
Gejala H1N1 mirip dengan gejala influenza pada umumya, yaitu :
a.       Demam lebih dari 38oC
b.      Nyeri tenggorokan
c.       Batuk, pilek, dan besin-bersin
d.      Gangguan pernapasan lain hingga sesak napas
e.       Bisa terjadi gejala tambahan, seperti lesu dan letih
f.       Mungkin disertai oleh gejala tidak khas seperti mual, muntah, atau diare
Masa inkubasi sering berkisar antara 1-2 hari tetapi bisa 2-7 hari dengan rata-rata 4 hari. Biasanya sembuh secara tiba-tiba pada hari ke 5-7 setelah gejala klinis. Penderita dapat terkena radang paru atau pneumonia karena adanya infeksi sekunder oleh bakteri bahkan ada yang sampai kejang. Gejala bervariasi dari ringan sampai berat. Penderita yang  mengalami gejala berat memerlukan perawatan dirumah sakit. Kematian yang terjadi bisa disebabkan oleh kegagalan sistem pernapasan. (Widoyono, 2011).


D.    PATOFISIOLOGI
Penyebaran virus Swine Influenza melalui udara (droplet infection) dimana virus dapat tertanam pada membran mukosa yang melapisi saluran napas atau langsung memasuki alveoli (tergantung dari ukuran droplet). Masa inkubasi virus 3-5 hari.Virus yang tertanam pada membran mukosa akan terpajan mukoprotein yang mengandung asam sialat yang dapat mengikat virus. Reseptor spesifik yang dapat berikatan dengan virus influenza berkaitan dengan spesies darimana virus berasal. Virus Swine influenza manusia dapat berikatan dengan alpha 2,6 sialiloligosakarida yang berasal dari membran sel dimana didapatkan residu asam sialat yang dapat berikatan dengan residu galaktosa melalui ikatan 2,6 linkage. Virus  dapat berikatan dengan membran sel mukosa melalui ikatan yang berbeda yaitu ikatan 2,3 linkage. Adanya perbedaan pada reseptor yang terdapat pada membran mukosa diduga sebagai penyebab mengapa virus H1N1 tidak dapat mengadakan replikasi secara efisien pada manusia. Mukoprotein yang mengandung reseptor ini akan mengikat virus sehingga perlekatan virus dengan sel epitel saluran napas dapat dicegah. Tetapi virus yang mengandung protein neuraminidase pada permukaannya dapat memecah ikatan tersebut. Virus selanjutnya akan melekat pada epitel pada permukaan saluran napas untuk kemudian bereplikasi didalam sel tersebut. Replikasi virus terjadi selama 4-6 jam sehingga dalam waktu singkatvirus dapat menyebar ke sel-sel didekatnya. Masa inkubasi virus 18 jam sampai 4 hari, lokasi utama dari infeksi yaitu pada sel-sel kolumnar yang bersilia. Sel-sel yang terinfeksi akan membengkak dan intinya mengerut dan mengalami piknosis. Bersamaan dengan terjadinya disintegrasi dan hilangnya silia selanjutnya akan terbentuk badan inklusi.

E.     FAKTOR RESIKO
Karena H1N1 ini adalah virus baru, semua orang memiliki risiko. Pekerja layanan kesehatan yang terlibat langsung menangani pasien memiliki risiko khusus terkena flu H1N1. Mahasiswa dan pelajar di sekolah atau tempat penitipan anak juga memiliki risiko tinggi. Anak-anak mudah terkena virus ketika di sekolah atau saat berkumpul bersama teman-temannya.

F.      KOMPLIKASI
-          Meningitis
-          Encephalitis
-          Myocarditis
-          Paralisis akut flaksid

G.    PENATALAKSANAAN
Pengobatan flu babi pada manusia yang sakit dengan obat anti virus Tamiflu (oseltamifir ) atau relenza ( zanamivir ) dapat memperingankan gejala klinis penyakit dan keluhan penderita. Selain itu komplikasi yang berat dapat dicegah. Obat antivirus harus diberikan segera, tidak lebih dari dua hari sesudah timbulnya gejala. Selain pemberian obat antivirus, pengobatan palliatif dengan perawatan yang baik dirumah maupun dirumah sakit, terutama untuk mengatasi deman dan mengatur keseimbangan cairan ( Soedarto,2010).






H.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada flu babi sebenarnya sudah dapat diarahkan dengan memperhatikan gejala-gejala klinis dan epidemiologi penyakit ini. Untuk menetapkan diagnosis yang pasti, berbagai diagnosis dapat dilakukan, yaitu :
-          Pemeriksaan imunohistokimia
-          Hemagglutination-inhibition yang dilakukan bersama neuramidase-inhibition
-          ELISA
-          PCR
Sebagai bahan pemeriksaan yang dapat digunakan adalah hapusan hidung( nasal swab) atau hapusan paring ( pharyngeal swab ) dari penderita yang hidup, atau bahan jaringan paru penderita yang sudah mati.
Untuk pemeriksaan serologi ,sampel darah penderita sebanyak 20 ml pada saat penyakit sedang akut dan pada stadium konvalesen ( 2-3 minggu sesudahnya ). Pada umumnya dilakukan uji hemaglutinasi inhibisi untuk menunjukan adanay kenaikan titer antibodi. Pemeriksaan serologi pada penderita muda lebih sulit di pastikan hasilnya karena masih adanya antibodi maternal.
Identifikasi virus dapat ditentukan melalui imunohistokimia, uji inhibisi-hemaglutinasi bersama uji neuromidase, ELISA, dan PCR.

I.       PENCEGAHAN
Pencegahan penyakit infeksi influenza A/ H1N1 padamanusia harus melibatkan pencegahan infeksi pada babi danunggas. Banyak ahli menyarankan untuk melakukan imunisasibabi terhadap infeksi virus influenza A/H1N1 sehingga jumlahvirus yang beredar pada babi berkurang dan penularan kemanusia juga menurun. Hal yang sama juga diharapkan jikaunggas diimunisasi.
ü  Imunisasi Babi
Dahulu banyak para ahli tidak setuju untuk mengimunisasi babi agar tidak menularkan virus influenza kepada manusia. Kemudian imunisasi babi dianggap perlu, karena dapat mengurangi replikasi virus sehingga babi tidak sakit dan virus tidak menyebar ke populasi manusia. Masalah yang selalu dihadapi dalam mengimunisasi babi adalah mutasi drift dan mutasi shift pada gen virus, sehingga vaksin kurang efektif untuk mencegah penyakit. Selain itu, babi umur muda masih memiliki antibodi maternal yang diperoleh dari induknya yang mendapat imunisasi, sehingga efikasi vaksin menjadi rendah. Dengan demikian, virus masih tetap dapat beredar di dalam populasi babi.
Vaksin influenza babi yang ada saat ini adalah vaksin virus utuh mati yang dicampur adjuvan. Virus yang digunakan diperbanyak di dalam telor bebek yang berembrio. Vaksin tersebut mampu merangsang munculnya IgG titer tinggi didalam serum dan paru, sehingga dapat mengurangi timbulnya gejala klinis. Antibodi terhadap protein H tampak paling protektif. Perlindungan terhadap infeksi tidak seluruhnya dapat dihambat, tetapi multiplikasi virus dapat dikurangi.
Karena adanya varian virus baru yang menginfeksi babi maka Departemen Pertanian Amerika Serikat menyarankan untuk menambahkan komponen virus baru, agar vaksin memberikan efikasi yang lebih tinggi, tetapi harga vaksin akan menjadi lebih mahal dan waktu yang dibutuhkan untuk uji klinis akan lama. Untungnya, perlindungan silang yang diberikan oleh vaksin terhadap berbagai varian antigenik virus influenza lebih luas pada babi dibandingkan dengan vaksin influenza pada manusia. Saat ini, vaksin virus hidup yang dimodifikasi untuk babi tidak ada. Jenis vaksin tersebut sebenarnya mempunyai keuntungan, karena dapat meningkatkan rangsangan imunitas seluler, terutama ditujukan terhadap protein NP yang sangat dilindungi, sehingga lebih memberikan imunitas heterosubtipik. Penggunaan jenis vaksin hidup harus berhati-hati karena dapat terjadi reassortment dengan galur virus liar.
Ada berbagai jenis vaksin lain, misalnya vaksin dengan menggunakan vektor seperti virus vaksinia, baculovirus,alphavirus, dan adenovirus yang sekarang sedang dipelajari. Vaksin DNA juga sekarang sedang dipelajari. Vaksin ini tampaknya cukup menguntungkan karena tidak menggunakan virus hidup, tetapi dapat menghasilkan protein virus dengan konformasi yang normal. Vaksin ini dapat merangsang imunitas humoral maupun seluler dalam jangka waktu yang sangat panjang.
ü  Imunisasi Unggas
Unggas, terutama burung air dapat diinfeksi berbagai subtipe virus influenza, jadi tanpa memandang subtipe Hdan N. Strategi mengawasi infeksi influenza pada unggas liarsampai saat ini belum ada. Karena virus influenza selalu beredar pada unggas liar, maka tujuan utama pengawasan adalah untuk mengurangi paparan virus terhadap peternakan unggas dan babi. Imunisasi ternak unggas pada prinsipnya sama dengan imunisasi pada mamalia yaitu pada manusia dan babi.
Antibodi terhadap protein H sangat penting untuk perlindungan terhadap infeksi virus. Vaksin pada unggas mempunyai perlindungan silang yang lebih luas terhadap berbagai variasi antigenik virus influenza dibandingkan vaksin influenza untuk manusia. Selain itu, virus influenza liar yang menginfeksi unggas hanya sedikit mengalami mutasi drift, sehingga perubahan struktur protein sangat jarang, walaupun pernah dilaporkan mutasi drift pada virus influenza yang menginfeksi ternak di Meksiko.
ü  Imunisasi pada Manusia
Imunisasi pada manusia sangat penting untuk mencegah agar tidak menderita penyakit virus influenza rH1N1, tetapi vaksin tersebut sampai saat ini belum ada. Pemerintah Amerika Serikat sekarang sedang berusaha untuk membuat vaksin yang mengandung virus rH1N1.18 Vaksin virus influenza yang ada walaupun sudah mengandung komponen virus influenza H1N1 musiman pada manusia, kurang efektif untuk mencegah penyakit virus influenza rH1N1. Meskipun demikian, beberapa ahli menyatakan bahwa vaksin masih dapat digunakan untuk meringankan gejala penyakit, karena masih memiliki beberapa persamaan epitop antigenik pada protein H maupun protein N.
ü  Kemoprofolaksis Antivirus
Untuk profilaksis infeksi virus influenza A rH1N1 disarankan menggunakan oseltamivir atau zanamivir. Lama pemberian kemoprofilaksis antivirus setelah pajanan adalah10 hari sesudah terpajan virus influenza A rH1N1. Indikasi pemberian kemoprofilaksis pasca pajanan adalah bila mengadakan kontak erat dengan kasus confirmed, probable,dan suspect penderita rH1N1 dalam masa infeksius. Masa infeksius seseorang yang terinfeksi virus rH1N1 diperkirakan sama dengan yang diamati pada infeksi virus influenza A musiman. Dari studi yang dilakukan pada infeksi influenza musiman, penderita dapat menularkan penyakit mulai satu hari sebelum munculnya gejala sampai 7 hari sesudah menjadi sakit. Anak-anak terutama bayi yang masih muda mempunyai kecenderungan untuk infeksius dalam waktu yang lebih panjang. Sebagai pegangan, masa infeksius adalah satu hari sebelum munculnya gejala sampai 7 hari setelah munculnya gejala. Bila kontak dengan penderita terjadi lebih dari 7 haridari saat munculnya penyakit, maka pemberian profilaksistidak perlu. Untuk profilaksis sebelum terpajan, antivirus diberikan selama terpajan dan diteruskan 10 hari setelah terpajan terakhir dengan penderita rH1N1 dalam masainfeksius. Oseltamivir dapat juga digunakan untuk profilaksispada anak yang berumur kurang dari 1 tahun. Kemoprofilaksis antivirus setelah terpapar penderita infeksi virus rH1N1 menggunakan oseltamivir atau zanamivir dapat dipertimbangkan untuk:
1.           Orang yang mengadakan kontak erat dengan kasus (confirmed,probable, dan suspect) yang mempunyai risiko tinggi mendapat komplikasi influenza.
2.           Petugas perawatan, petugas kesehatan masyarakat, orang yang menemukan kasus pertama yang tidak menggunakan alat proteksi terpapar dengan penderita influenza H1N1 (confirmed, probable, suspect) dalam masainfeksius. Kemoprofilaksis antivirus sebelum terpapar harus digunakan seperlunya dan harus dikonsultasikan kepada petugas kesehatan yang berwenang. Untuk petugas yang mempunyai risiko tinggi mendapat komplikasi (petugas keperawatan, petugas kesehatan masyarakat, petugas terdepandi masyarakat) harus menggunakan alat pelindung diri atau melakukan tugas secara bergantian.
ü  Pencegahan Pribadi
Untuk menjaga kesehatan pribadi dan mengurangipenyebaran virus disarankan:
1.      Tutup mulut dan hidung bila batuk dan bersin; tisu yang digunakan dibuang ke bak sampah.
2.      Cuci tangan terutama setelah batuk atau bersin menggunakan sabun dan air; akan lebih baik bila menggunakan pencuci tangan yang mengandung alkohol.
3.      Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut, karena dapat menyebarkan virus.
4.      Jangan berdekatan dengan orang yang sedang sakit flu.
5.      Bila menderita flu, anda harus tinggal di rumah selama 1 minggu setelah gejala mulai muncul atau sampai 24 jam atau lebih sesudah gejala menghilang agar tidak menularkan penyakit kepada orang lain.
6.      Dalam keadaan pandemi, sebaiknya sekolah ditutup agar penyebaran tidak terjadi dengan cepat. Hindari bepergian ke tempat banyak orang berkumpul.


 III.            ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN H5N1 DAN H1N1
Kasus :
Tuan A dan Tuan B dibawa masing-masing keluarganya ke RS. Tuan A mengalami demam tinggi, beberapa hari kemudian tuan A meninggal dunia. Setelah dilakukan foto torak didapatkan paru-paru Tuan A mengalami pneumonia. Dokter mengatakan Tuan A terkena virus H5N1. Tuan B mengalami gejala yang samadengan Tuan A, tapi Tuan B sempat tertolong. Setelah dikaji sebelum dibawa ke RS ternyata Tuan B sempat mengunjungi ternak babi di pedalaman.

1.      PENGKAJIAN
a.       Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin dan penanggung jawab.
b.      Riwayat kesehatan sekarang
Demam (suhu> 37oC), sesak napas, sakit tenggorokan, batuk, pilek, diare.
c.       Riwayat kesehatan masa lalu
Misalnya pernah sakit paru  atau riwayat sakit lain.
d.      Riwayat kesehatan  keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama.
e.       Riwayat perjalanan
Dalam waktu 7 hari sebelumnya apakah melakukan kunjungan ke peternakan atau bertempat tinggal di wilayah yang terjangkit flu burung/babi, mengkonsumsi hewan ternak yang sakit, kontak dengan ternak/orang yang positif flu burung/babi.
f.       Kondisi lingkungan rumah
Dekat dengan pemeliharaan unggas dan memelihara unggas.
g.      Pola fungsi keperawatan
-          Aktivitas istirahat: lelah, tidak bertenaga.
-          Sirkulasi: sirkulasi O2 < 95%, sianosis
-          Eliminasi: diare, bising usus hiperaktif, karakteristik feces encer, defekasi > 3x/hari.
-          Nyeri atau ketidaknyamanan: nyeri otot, sakit pada mata, konjungtivitis.
-          Respirasi: sesak napas, ronchi, penggunaan otot bantu napas, takipnea, RR > 20x/menit, batuk berdahak.
-          Kulit: tidak terjadi infeksi pada sistem integument. 
-          Psikososial: gelisah, cemas.
h.      Kebiasaan sehari-hari (aktivitas)
Waktu bekerja, jenis pekerjaan dan kebersihan diri (kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan  kegiatan).
i.        Pemeriksaan fisik
1.      Status neurologi
-          Tingkat kesadaran       : CM, Somnolen, Apatis, Sopor
-          Glasgow Coma Scale (GCS) : Eye, Motorik, Verbal
2.      Status respirasi
Jalan napas,pernapasan,frekuensi pernapasan, irama napas, jenis pernapasan (Spontan, Kusmaul,s Cheynestokes), batuk, sputum, konsistensi, suara napas (Vesikuler, Ronki, Wheezing,Rales), palpasi dada, perkusi dada,nyeri saatbernapas, menggunakan alat bantu  pernapasan.
3.      Status kardiovaskuler
Nadi (irama, denyut), tekanan darah,distensi vena jugularis(kanan, kiri), warna kulit, pengisian kapiler, edema, kelainan bunyi jantung, sakit dada.
4.      Gastrointestinal
Keadaan mulut (gigi, stomatitis, lidah kotor, saliva), muntah, nyeri daerah perut,  bising usus, diare, konstipasi.
5.      Ekstremitas
-          Kesulitan dalam pergerakan
-          Keadaan tonus otot
-          Kekuatan otot

j.        Pemeriksaan penunjang
-          Laboratorium meliputidarah lengkap, AGD, kimia darah, serologi,PCR,Widal,IgM,IgG, mikrobiologi, pemeriksaan anti HIV, kultur, BTA.
-          Radiologi meliputi foto toraks dan CT-Scan
k.      Riwayat psikososial dan spiritual
-       Dampak penyakit pasien terhadap keluarga
-       Persepsi terhadap penyakit
-       Masalah yang mempengaruhi pasien
-       Mekanisme koping

2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan gejala klinis yang ada,berikut ini beberapa diagnosa keperawatan yang dapat diangkat antara lain :
a.       Hipertermi b.d proses infeksi.
b.      Bersihan jalan napas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum.
c.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan muntah.
d.      Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d kehilangan cairan berlebihan, status hipermetabolisme, demam, dehidrasi.
e.       Resiko tinggi penyebaran infeksi b.d proses perjalanan penyakit.


3.      INTERVENSI KEPERAWATAN
a.        Hipertermi b.d proses infeksi.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … X 24 jam diharapkan diharapkan suhu tubuh pasien kembali normal dengan
Kriteria hasil:
-       Suhu tubuh pasien normal ( 36,50 C – 37,50 C)
-       Kulit pasien tidak teraba hangat
-       Kulit pasien tidak tampak kemerahan
No.
INTERVENSI
RASIONAL
1
Monitor suhu minimal tiap 2 jam.
Untuk mengetahui perubahan suhu yang terjadi.
2
Monitor warna dan suhu kulit
Untuk mengetahui ada tidaknya tanda-tanda infeksi
3
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Dapat membantu mengganti cairan tubuh yang hilang
4
Lakukan kompres hangat pada lipat paha dan aksila
Dapat membantu mengurangi demam
5
Kolaborasi pemberian antipiretik
Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentral nya di hypothalamus.




b.      Bersihan jalan napas tidak efektif b.d peningkatan produksi sputum.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam bersihan jalan napas kembali efektif.
Kriteria Hasil :
-       Tidak ada keluhan sesak nafas
-       Frekuensi dan irama nafas kembali normal (20x/menit)
-       Klien dapat melakukan batuk efektif secara mandiri
-       Klien mampu mengidentifikasi faktor yang dapat menghambat jalan nafas
No
Intervensi
Rasional
1

Lakukan pengkajian jumlah atau kedalaman pernafasan dan pergerakan dada.
Evaluasi awal untuk melihat kemajuan dari hasil intervensi yang dilakukan.
2
Lakukan auskultasi pada daerah paru, catat area yang konsolidasi dengan cairan/menurun/tidak adanya aliran udara dan adanya suara nafas tambahan seperti crakelss, ronchi, dan whezing
.
Penurunan aliran udara timbul pada area yang konsolidasi dengan cairan. Suara napas bronkhial (normal diatas bronkus) dapat juga. Crakelss, ronchi, whezing terdengar pada saat inspirasi dan atau ekspirasi sebagai respon dari akumulasi cairan, sekresi kental, dan spasme/obstruksi saluran napas.
3



Berikan posisi senyaman mungkin (semifowler)



Diafragma yang lebih rendah akan membantu dalam meningkatkan ekspansi dada, pengisian udara, mobilisasi dan ekspetorasi dari sekresi lebih optimal.

4

.      Ajarkan klien nafas dalam.

Napas dalam akan menfasilitasi ekspansi maksimim paru-paru/saluran udara kecil supaya kinerjanya lebih maksimal,  Menahan dada akan membantu untuk mengurangi ketidaknyamanan.
5


Ajarkan klien batuk efektif


Batuk merupakan mekanisme diri untuk membersihkan jalan nafas, dibantu oleh sillia untuk kepatenan saluran udara.


6
6

La  Lakukan tindakan suction bila diperlukan.
Melakukan tindakan pembersihan jalan nafas dengan alat bantu dikarenakan ketidakefektifan batuk atau penurunan kesadaran klien.
7


Anjurkan klien meminum air hangat.


au
Cairan (terutama cairan hangat) akan membantu memobilisasi dan mengencerkan sekret.
8
Bi  Berikan obat atas indikasinya, misalnya mukolitik, ekspetoran, bronkodilator, dan analgesik.
Membantu proses pencairan sekret. Analgesik diberikan untuk mengurangi rasa tidak nyaman ketika klien melakukan usaha batuk untuk mengeluarkan sekret, tatapi harus digunakan sesuai penyebabnya.





c.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual dan muntah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24jam, klien mampu mepertahankan nutrisi yang adekuat
Kriteria Hasil :
-          Tidak ada tanda malnutrisi
-          BB ideal
-          Klien menghabiskan porsi makanan yang disediakan
-          Klien tidak mengeluh mual saat makan
-          Klien tidak tampak lemah lagi
-          Bising usus 5-15 x/mnt

No
Intervensi
Rasional
1
Kaji kemampuan mengunyah, merasakan dan menelan.
Lesi mulut, esophagus menyebabkan disfagia, menurunkan kemampuan mengunyah & nafsu makan.
2
Lakukan pengkajian penyebab mual klien.
Untuk mengetahui penyebab dan memudahkan pengambilan     tindakan selanjutnya
3
Auskultasi bising usus
Hipermotilitas dihubungkan dengan muntah & diare, tidak mampu mentoleransi laktosa dan malabsorbsi membutuhkan perubahan diet.
4
Timbang BB sesuai indikasi
Indikator kebutuhan nutrisi/pemasukan yang adekuat
5
Berikan makanan sedikit tapi sering, termasuk makan kecil yang memiliki kandungan nutrisi yang lumayan bagi tubuh.
Agar klien tidak merasa cepat kenyang dan untuk menambah jumlah nutrisi yang masuk kedalam tubuh


d.       Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b.d kehilangan cairan berlebihan, status hipermetabolisme, demam, dehidrasi.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam, kekurangan volume cairan dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
-          Membrane mukosa lembab
-          Turgor kulit baik
-          Tanda-tanda vital stabil
-          Balance cairan stabil

No
Intervensi
Rasional
1
Pantau tanda-tanda vital.
Indikator dari volume cairan sirkulasi.
22  2
.      Kaji turgor kulit,membrane mukosa
Indikator tidak langsung dari status cairan.
3
Catat peningkatan suhu, kompres air biasa.
Demam akan meningkat metabolisme harus dikontrol.
4
Pantau intake cairan.
Mempertahankan keseimbangan cairan
5
Berikan cairan elektrolit melalui oral / IV
Mengurangi resiko kekurangan cairan melalui muntah, diare, dan demam hipermetabolisme.









e.     Resiko tinggi penyebaran infeksi b.d proses perjalanan penyakit
Tujuan : pencegahan penularan infeksi.
Kriteria hasil :
-          Tidak terdapat tanda-tanda infeksi nosokomial dan komplikasi proses penyakit, tidak ada tanda-tanda penularan infeksi dari pasien ke orang lain.
No
Intervensi
Rasional
1
Cuci tangan secara konsisten dilakukan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
Teknik mencuci tangan penting dalam mengurangi transien lapisan  luar kulit.
2
Gunakan alat perlindungan diri sesuai prosedur.
Menghindari penyebaran infeksi.
3
Kolaborasi pemberian antimikrobakterial.
Obat ini digunakan untuk membunuh kebanyakan microbial pneumonia.





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Flu burung (H5N1) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus yang secara alami hanya dapat menginfeksi unggas. Pada keadaan tertentu virus flu burung dapat ditularkan dari unggas ke manusia.
Flu babi/Swine Influenza (H1N1) adalah penyakit virus yang disebabkan oleh strain virus influenza yang biasanya menginfeksi babi yang disebut swine influenza virus (SIV). Flu babi merupakan suatu penyakit influenza yang ditandai dengan keluhan : demam, menggigil, nyeri telan, nyeri otot, nyeri kepala, batuk, pilek, badan lemas.
Virus flu burung (H5N1) jauh lebih berbahaya dari virus flu babi (H1N1) terutama untuk wilayah tropis seperti Indonesia. Pasalnya, diprediksi virus H1N1 tidak akan mampu hidup di daerah tropis karena biasanya virus ini hidup di daerah empat musim.


DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E dkk.2000. Rencana Asuhan  Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokomentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Rahajoe, Nastiti N dkk. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama. Jakarta: IDAI.
Soedarto. 2010. Virologi Klinik. Surabaya : Sagung Seto.
Tamher,Noorkasiani.2008. Flu Burung: Aspek Klinis Dan Epidemiologis. Jakarta. Salemba Medika.
Widoyono. 2011. Penyakit Tropis Epidemiologi Penularan Pencegahan dan PemberatasannyaEdisi Kedua. Semarang : Erlangga.




No comments:

Post a Comment