BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Komunikasi adalah usaha, tingkah
laku atau kegiatan penyampaian informasi mengenai pikiran, makna atau perasaan. Komunikasi merupakan proses di mana
informasi disampaikan pada orang lain melalui simbol-simbol, tanda-tanda atau tingkah laku.
tujuan komunikasi adalah menciptakan pemahaman bersama atau
mengubah persepsi, bahkan perilaku. Sedangkan menurut Katz an Robert Kahn yang
merupakan hal utama dari komunikasi adalah pertukaran informasi dan penyampaian
makna suatu system social atau organisasi. Akan tetapi komunikasi tidak hanya
menyampaikan informasi atau pesan saja, tetapi komunikasi dilakukan seorang dengan
pihak lainnya dalam upaya membentuk suatu makna serta mengemban
harapan-harapannya (Rosadi Ruslan, 2003:83). Dengan demikian komunikasi
mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan betapa efektifnya
orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha untuk mencapai
tujuan.
B.
Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui
pengertian dari komunikasi. ?
2. Mengetahui
Tujuan dari Komunikasi.?
3. Mengetahui
cara-cara dalam berkomunikasi.?
C.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses yang melibatkan usaha-usaha untuk
mengelompokkan, memilih-milih dan mengirimkan lambang-lambang sedemikian rupa
yang dapat membantu seorang pendengar atau penerima berita mengamati atau menyusun
kembali dalam fikirannya arti atau makna yang terkandung dalam fikiran komunikator.
Komunikasi adalah usaha, tingkah laku atau kegiatan penyampaian
informasi mengenai pikiran, makna atau perasaan. Komunikasi merupakan proses di mana informasi
disampaikan pada orang lain melalui simbol-simbol, tanda-tanda atau tingkah laku.
B.
Tujuan komunikasi sesuai pada anak
Menurut Riant Nugroho (2004:72) tujuan komunikasi adalah menciptakan
pemahaman bersama atau mengubah persepsi, bahkan perilaku. Sedangkan menurut Katz
an Robert Kahn yang merupakan hal utama dari komunikasi adalah pertukaran informasi
dan penyampaian makna suatu system social atau organisasi. Akan tetapi komunikasi
tidak hanya menyampaikan informasi atau pesan saja, tetapi komunikasi dilakukan
seorang dengan pihak lainnya dalam upaya membentuk suatu makna serta mengemban harapan-harapannya
(Rosadi Ruslan, 2003:83). Dengan demikian komunikasi mempunyai peranan yang sangat
penting dalam menentukan betapa efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan
usaha-usaha untuk mencapai tujuan.
Pada umumnya tujuan komunikasi antara lain, yaitu:
a) Supaya yang kita sampaikan dapat mengerti,
sebagai komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan sebaik-baiknya
dan tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan mengakui apa yang kita maksud.
b) Memahami orang lain. Kita sebagai komunikator
harus mengerti benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkan kemauannya.
c) Supaya gagasan dapat diterima orang lain.
Kita berusaha agar gagasan kita dapat diterima orang lain dengan pendekatan persuasive
bukan memaksakan kehendak.
d) Menggerakkan orang lain untuk melakukan
sesuatu, menggerakan sesuatu itu dapat bermacam-macam, mungkin berupa kegiatan.
Kegiatan dimaksud di sini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun yang
penting harus diingat adalah bagaimana cara baik untuk melakukan (Widjaja, 200:66-67).
C.
Pedoman
Komunikasi Dan Wawancara
Pertanyaan penelitian yang disusun sebagai
sebuah panduan wawancara yang menggali data pada responden anak antara lain :
a.
Bagaimana konsep Tuhan yang
dipahami responden ?
b.
Bagaimana pengalaman individual
responden dalam menghayati konsep Tuhan ?
c.
Bagaimana persepsi responden
terhadap orangtua ?
d.
Bagaimana peran pola asuh
orangtua terhadap kehidupan sehari-hari yang dikaitkan dengan konsep ketuhanan ?
e.
Tingkat pertimbangan moral
responden (Proses wawancara untuk hal ini dapat dibantu berdasarkan prosedur Moral
Judgement Interview (MJI) oleh Kohlberg. Pertama-tama kepada subjek ditampilkan
cerita dilemma moral, kemudian subjek diminta untuk memberikan responnya terhadap
beberapa cerita yang ditampilkan. Metode ilmiah Kohlberg untuk mengumpulkan data
empiris bersifat langsung, yaitu menghadapkan para partisipan penelitian dengan
berbagai dilema moral, dan selanjutnya mencatat semua reaksi verbal yang membenarkan
atau memberi kejelasan mengenai keputusan moral mereka)
D.
Komunikasi Dengan Anak Bagaimana
1.
Luangkan Waktu Untuk Berbicara
Kadang-kadang orang tua begitu sibuk
sehingga tidak dapat meluangkan waktu dengan anak-anak. Ingat, betapapun handalnya
orang tua berkomunikasi, hal itu sulit diwujudkan tanpa memprioritaskan waktu bicara
dengan anak-anak. Tapi, hal ini bisa diatasi dengan mencuri waktu untuk berkomunikasi.
Anda bisa melakukannya saat mengemudi, melakukan tugas bersama-sama, sebelum tidur,
atau waktu-waktu anda bersama dnegan mereka. Akan lebih baik jika anda membuat jadwal
rutin sebagai “waktu bicara” dengan masing-masing anak, misalkan sebulan sekali.
Dengan meluangkan waktu berdua, maka segala perasaan, kebutuhan, tujuan, kekhawatiran,
dan pendapat mereka dapat diketahui dan dibicarakan bersama.
2.
Melibatkan (Bukan Hanya Menyuruh)
Mereka
Orang tua tentunya ingin
anak-anak dapat bertanggung jawab serta mau bekerja sama. Namun, orang tua harus
benar-benar mampu mengirimkan pesan tersebut. Hindari atau kurangi perintah bernada
satu arah seperti komando militer. Contohnya seperti kalimat, “Gosok gigimu!”, “Duduk
yang tegak!”, “Jangan bicara sambil makan!”.
Kalimat bernada negatif
seperti “Kenapa selalu berantakan sih!” atau “Ibu lagi, ibu lagi ang mengerjakannya.” juga sebaiknya segera ditinggalkan. Mengapa? Karena anda akan membuat anak merasa
tidak mampu, bodoh, atau buruk. Cobalah menggunakan
kata “tolong,” “terima kasih,” “maafkan Ibu (atau Ayah),” dan “terima kasih kembali.”
Lalu, rangkai kata anda dengan kalimat ajakan, seperti “Ayo, bereskan kasur.”Kalimat-kalimat
seperti ini akan lebih membekas secara positif dalam pembentukan karakternya.
3.
Gunakan Kalimat Pendorong Berbuat
Baik
Kalimat-kalimat komunikatif
yang bernada hormat akan memiliki efek yang luar biasa terhadap rasa percaya diri
anak. Lihatlah beberapa contoh di bawah ini:
“Kamu sekarang terampil
sekali membereskan lemari, ya.”
“Terima kasih telah membantu adik
membersihkan kamarnya.”
“Itu adalah ide yang bagus!”
“Kamu itu sangat istimewa.”
“Ikut Ibu ke warung, yuk? Ibu senang sekali
berjalan berdua dengan Kakak.”
“Senang deh dibantu anak baik seperti
kamu.”
4.
Gambarkan situasi ketika meminta
kerjasamanya
Saat anda menginginkan
si kecil membantu anda, kurangi kalimat yang bernada curiga atau menyalahkan. Untuk
situasi dimana anak menyimpan gelas di meja tamu, dari pada mengatakan, “Siapa yang
menaruhnya disini?”, anda bisa mengatakan “Wah, gelas ini bisa jatuh jika tersenggol,
lho.” Selain membuat anak tidak merasa bersalah, anda akan membantunya mengembangkan
kemampuan berbahasa.
5.
Kurangi kata yang tidak perlu untuk
memintanya bertanggung jawab
Semakin sedikit kata
yang anda gunakan bisa menjadi semakin baik. Kurangi kebiasaan merangkai kalimat
panjang untuk memintanya bekerja sama, seperti, “Tuh kan, coba Ibu tidak membelikan
mainan baru, pasti tidak berantakan. Bereskan dong. Ibu sudah bilang berapa kali,
sih.” Sekarang sudah saatnya anda langsung menunjuk objeknya untuk diatasi.
Contohnya, dengan hanya mengatakan, “Dina, mainanmu nih.” – ketika kamar mainannya
berantakan.
6.
Libatkan perasaan anda dalam komunikasi
Bicarakanlah apa yang
anda rasakan ketika melihat sesuatu yang tidak anda sukai. Contohnya, daripada berkata
“Pasti deh, Dina yang lupa tutup pintunya,” – anda bisa bisa mengatakan “Dina, Ibu kok agak takut banyak
nyamuk ya kalau pintunya dibiarkan terbuka begitu.” Hal ini akan melatih empati
anak dan membuat mereka percaya diri karena telah membantu anda. Namun, meski ini
efektif, anda perlu berhati-hati melakukannya. Pastikan bahwa pesan yang sampai
adalah perilaku mereka yang tidak dapat diterima bukan si anak yang membuat anda
tidak nyaman.
7.
Jangan Berkomunikasi Di Saat Marah
Kadang-kadang perasaan
negatif begitu kuat sehingga menjadi sangat sulit untuk berkomunikasi dengan efektif.
Karena itu, jika anda sangat marah, berhenti berbicara selama beberapa menit. Hal
ini sangatlah penting karena amarah sesaat dapat merusak hubungan yang terbangun.
Anda juga dapat melakukan hal yang anda sukai untuk meredakan amarah, seperti menghitung
sampai sepuluh, berjalan, tidur, membaca, bermain badminton, atau menulis. Apapun
itu, intinya adalah, berkomunikasilah pada saat yang tepat.
E.
Komunikasi Dengan Orang Tua Bagaimana
1.
Libatkan
dalam pembicaraan ringan
Bicarakan
hal-hal ringan terlebih dahulu, misalnya mengenai hewan peliharaan, nanti malam
makan apa, dsb. Hal tersebut akan membantu kita terhubung dengan orang tua, sehingga
bisa dilanjutkan ke pembicaraan yang lebih besar lagi.
2.
Beri tahu apa yang ingin kamu capai
Apakah Anda memiliki masalah berat yang ingin diselesaikan? Atau sekadar
didengarkan oleh orang tua? Jangan hanya diam atau bahkan berbohong kepada orang
tua. Ungkapkan apa yang ingin dicapai atau lakukan, agar mereka tahu apa yang kamu
butuhkan.
3. Bicarakan dengan salah satu
orang tua terlebih dahulu
Jika
takut berbicara kepada orang tua, coba bicarakan dengan salah satu dari mereka yang
lebih memahami akan hal tersebut.
4. Pilih jalan keluar dari pertentangan
Setiap pembicaraan akan berjalan dengan baik jika tidak ada pertengkaran.
Menurut McCoy, jika segala sesuatu yang dibicarakan adalah pertentangan, kamu dan
orang tuamu hanya akan kelelahan. Jika tidak
mendapatkan titik tengah, coba minta pengecualian, atau dengan melakukan hal-hal
yang baru.
5. Pilih tempat dan waktu yang
tepat
Bukan ide bagus jika kamu berbicara mengenai hal-hal buruk ketika orang
tuamu sedang terburu-buru menuju kantor. Berbicaralah saat orang tua sedang santai.
Jika sedang marah, tunggu hingga meredam.
F.
Teknik Komunikasi Pada Orang
Tua
Pernahkah kamu mengalami
kesulitan ketika mau mengungkapkan sesuatu kepada kedua orang tuamu ? Atau pernahkah
kamu merasakan orang tua kamu gak mengerti keinginanmu ? Apakah kamu pernah bertengkar
dengan orang tuamu karena kamu merasa orang tuamu gak mengerti perasaanmu ?. Sehingga
kamu merasa bingung, mau bohong salah, jujur maalah dimarahin.
Akhirnya kamu merasa
begitu kesal sama orang tuamu. Usia remaja merupakan usia yang serba tanggung. Dibilang
anak-anak jelas bukan, dibilang dewasa belum juga. Di usia ini, kamu pasti tidak
mau dibilang anak kecil, kamu ingin keberadaan kamu, ide dan pemikiran kamu dihargai.
Kamu paling tidak mau dikatakan “Kamu tidak boleh” atau “Jangan melakukan ini” tanpa
penjelasan yang masuk akal. Inginnya kamu merasa bebas karena merasa sudah dewasa
dan bisa menentukan sendiri keinginanmu. Pada dasarnya orang tuapun menginginkan
yang terbaik bagi anak-anaknya.
Namun memang tidak semua
orang tua bisa mendengarkan, menghargai dan memahami perasaan anak-anaknya. Hal
ini bisa jadi karena orang tua didik secara otoriter saat dia masih muda, dan akhirnya
dia mendidik kamu seperti itu pula. Dan akhirnya itu juga demi kebaikan kita karena
pada dasarnya orang tua sering khawatir dan cemas sesuatu terjadi pada anaknya.
Terus sekarang bagaimana
supaya orang tua kita mau mengerti maksud dan tujuan kita ? Dan ini sebetulnya ini
bukan termasuk perkara yang sulit akan tetapi tidak pula mudah. Tetapi ingat, selagi
niat kamu baik, aktivitas kamu positif, menjalin hubungan yang baik pula dengan
orang tua dan bisa menjaga kepercayaan mereka, menaklukan hati orang tua bukan perkara
sulit ko. Berikut ini cara komunikasi agar orang tua bisa memahami dan mendengarkan
perasaan kita :
a. Pahami Perasaan Orang tuamu Pahami perasaan orang tuamu sekalipun kamu sebel
diomelin terus sepanjang hari, tujuannya adalah untuk kebaikan dan masa depanmu
sendiri.
Orang tua sudah dewasa dan punya pemikiran tertentu, pahami pikiran mereka,
maka kamu akan tahu maksud dan tujuan mereka.
b. Cari waktu yang tepat dan lihat situasi
serta kondisi mereka
Sebelum
kamu menyampaikan uneg-uneg kamu, lihat dulu situasi dan kondisi mereka. Apa mereka
lagi senang ? Santai ? Atau lagi pusing karena beban pekerjaan dikantor atau di
rumah tangga ? Jika mereka lagi lelah dan stress, lebih baik kamu menghindari sesaat.
Tunggu jika ortu mulai merasa rileks, jangan menambah beban mereka.
c. Lakukan kegiatan yang bisa dilakukan
bersama
Kamu
bisa melakukan kegiatan bersama seperti makan bersama keluarga kemudian mulailah
perbicangan ringan, sebelum menyampaikan maksud dan tujuanmu.
d. Sampaikan dengan nada yang baik
Niat
baik kalau disampaikan secara memaksa atau mendesak, dengan nada keras tentunya
berbeda jika disampaikan dengan nada lembut. Nah, cobalah sampaikan niat kamu dengan
kata-kata dan nada yang halus. Jangan menyinggung perasaab mereka.
e. Dengarkan mereka
Apapun
reaksi mereka, jangan terpancing emosi. Coba dengar pendapat mereka, hargai pendapat
mereka juga. Jika ingin menyela, tunggu sampai mereka selesai berbicara.
f. Yakinkan mereka bahwa kamu bisa dipercaya
Setelah
itu apa tindakanmu ? Kamu memilih aktivitas yang dapat membantu mengembangkan potensimu,
jadi butktikan kepada orang tua bahwa pilihanmu tidak salah dan yakinkan kamu benar-benar
bisa menjaga kepercayaay mereka. Jangan lupa belajar dan tetap menjaga diri dari
pergaulan negatif.
G.
Teknik Komukasi
Dengan Anak
Menurut beberapa ahli pendidikan, banyak teknik-teknik berkomunikasi
yang pas untuk anak di semua umur. Namun, beberapa teknik lain justru cocok pada
anak di rentang usia tertentu. Karena itu, mengenali dan mengeksplorasi teknik-teknik
ini dapat membantu orangtua lebih siap menghadapi setiap fase perkembangan anaknya.
1.
Memperdalam percakapan
Teknik
ini dapat diterapkan pada anak usia 6 – 12 tahun. Cara ini dapat membuat anak merasa
dekat dengan orangtuanya. Misalnya, jika anak mengatakan, “aku suka Raihan” orangtua
dapat meresponnya dengan berkata, “coba, katakan pada Ayah/Ibu hal-hal yang membuat
kamu suka Raihan”.
Karena
keterbatasan kata-kata dan perkembangan sosialnya, anak mungkin hanya memberikan
jawaban berupa satu kata saja terhadap dengan pernyataan orangtuanya. Bila hal ini
terjadi, orangtua dapat membantu anak memperdalam percakapan dengan memberikan respon
verbal dan non-verbal. Respon verbal dapat berupa pertanyaan balik, sementara respon
non-verbal dapat berupa mimik, perhatian atau bahasa tubuh lainnya. Misalnya, bila
sebelumnya orangtua sedang membaca koran, maka sebaiknya letak dulu korannya, baru
merespon pernyataan anak. Cara ini dapat menyakinkan anak bahwa orangtua mendengarkan
dan mengerti perasaan mereka.
2. Lelucon
Lelucon adalah teknik yang dapat menyelamatkan
orangtua dari kemungkinan marah dan dapat diterapkan untuk semua umur. Lelucon dapat
membantu orangtua mengeluarkan segala ketegangan sepanjang hari ataupun ketegangan
yang dialaminya bersama anak.
Lelucon dapat berwujud banyak bentuk.
Salah satu bentuk – bentuk lelucon saat situasi stres adalah menertawakan diri sendiri.
Berbuat kesalahan dan menertawakannya disaat genting bukan hanya dapat menurunkan
suhu ruangan tapi juga mengajarjan anak-anak untuk tidak tegang menghadapi hidup.
Dengan menertawakan diri sendiri, orangtua dapat menunjukan pada anak bahwa kepercayaan
diri seseorang tidak berlandaskan apa yang dilakukan seseorang, namun pada siapa
dirinya.
Orangtua dapat juga memmbuat lelucon
ringan terhadap keselahan anak-anak. Lelucon ini harus memiliki cita rasa yang baik
dan mempertimbangkan perasaan anak. Misalnya dalam perjalanan ke sekolah orangtua
melihat awan gelap menutupi kecerahan langit, maka teknik ini dapat digunakan untuk
mengubah suasana hati anak-anak menjadi lebih ceria. Ayah atau Ibu dapat menyanyikan
lagu gembira dengan lirik yang lucu atau saling bertukar cerita lucu. Percayalah,
anak-anak akan sangat bersemangat menceritakan cerita lucu mereka.
3. Menggambarkan
Teknik dapat diterapkan pada anak semua
umur. Cara describing digunakan dengan mengambarkan masalah yang dimiliki orangtua,
tanpa menyalahkan atau menyerang anak. Untuk mencapai tujuan orangtua harus dapat
menerima kenyataan bahwa orangtualah yang memiliki masalah, bukan anak. Misalnya
bagi anak, kamar yang berantakan atau rambut yang tidak disisir bukan masalah buat
mereka, namun merupakan masalah bagi orangtua.
Orangtua yang demokratis tak hanya mengajarkan
anak-anak dari perilaku yang salah menjadi benar tetapi juga menjadi contoh perilaku
yang diinginkan orangtua kemudian menerapkan teknik menggambarkan. Teknik menggambarkan juga bisa mengajarkan
anak bertanggung jawab terhadap solusinya. Daripada berteriak pada anak, contohnya,
orangtua dapat menggambarkan masalah pada anak. Kalimat “Ibu melihat ada handuk
basah di kamar mandi” pesannya sama dengan teguran “sudah berapa kali Ibu bilang
bahwwa kamu tidak boleh meninggalkan handuk basah di kamar mandi”.
Orantua juga dapat mengambarkan masalah
yang membutuhkan pemecahan dengan mengunakan satu kata. Dengan mengatakan “handuk
basah” anak akan mengerti bahwa yang dimaksud orangtuanya adalah ia harus mengambil
dan menjemur handuk basah di tempatnya.
4. Pesan “saya”
Pesan “saya” atau “I messages” adalah
salah satu cara berkomunikasi yang sangat berpengaruh terhadap lancarnya komunikasi
orangtua dan anak. Teknik ini akan membuat anak merasa dihargai orangtua dan merasa
terlibat dengan perasaan atau keinginan orangtua. Sayangnya, kebanyakan orangtua
lebih suka mengunakan kata “kamu” daripada “saya”. Misalnya “kamu kok susah sekali
dikasih tau, sudah berapa kali Ibu bilang, kulit pisang itu dibuang dimana?” Padahal
kata “kamu” akan mengeluarkan reaksi defensif dari anak berupa aksi melawan. Reaksi
ini lebih jelas terlihat pada remaja.
Karenanya, jauh lebih menguntungkan bila
orangtua membiasakan diri mengunakan kata “saya” diawal kalimat, khususnya ketika
meminta anak melakukan perbuatan yang dikehendaki orangtua. Salah satu contoh pesan
“saya” adalah Ibu/Ayah marah kalau kulit pisang dibuang ditengah jalan karena kulit
pisang itu akan membuat orang yang menginjaknya terpeleset dan jatuh.
Pesan “saya” menghubungkan perasaaan
kepada konsekuensi, bukannya pribadai anak. Hal ini juga akan mengkomunikasikan
nilai dan respek. Salah satu contoh dari pesan “saya” untuk anak yang lenih tua
dapat berupa kekhawatiran sebagai berikut : “Ibu khawatir kalau abang pulang terlambat
dan tidak memberitahu Ibu karena Ibu takut sesuatu terjadi pada diri abang”.
5. Pernyataan terbuka
Teknik komunikasi dengan pernyataan terbuka
(open ended question) adalah cara lain dari alat yang dapat membuat anak terangsang
untuk berbicara dengan orangtua. Pertanyaan terbuka membuat anak harus menjawab
lebih dari satu kata. Sebaliknya pertanyaan yang hanya membutuhkan satu kata sebagai
pertanyaan adalah pertanyaan tertutup. Contoh “berapa umur kamu” atau “kamu sekarang
kelas berapa?” dengan satu kata saja kedua pertanyaan tersebut sudah terjawab.
Untuk melatih anak memperluas percakapan,
gunakanlah pertanyaan terbuka seperti “apa saja yang kamu sukai hari ini di sekolah?”
atau “apa yang terjadi dengan tes membaca alquran hari ini?” Memmang mungkin terjadi
anak akan menjawab “tidak terjadi apa-apa”. Apabila hal itu terjadi ada dua pendekatan
yang dapat dilakukan. Pertama, tinggalkan anak sendiri karena anak belum siap untuk
membicarakan apa yang dialaminya hari itu. Atau kedua, nakan teknik lain seperti
memperdalam pertanyaan pertanyaan dan refleksi. Beberapa anak memiliki kesukaran
dalam mengekspresikan pikiran dan perasaaannya. Mengunakan teknik yang bervariasi
secara bersamaan diketahui lebih efisien dan membantu memperlancar komunikasi.
Umumnya anak yang lebih tua memuliki
kemampuan berkomunikasi yang lebih baik daripada anak yang lebih muda. Namun, orangtua
dapat mengunakan teknik ini pada anak pra-sekolah dalam rangka membangun kemapuan
berbahasa anak. Kenyataanya, kemapuan komunikasi dapat menurunkan agresifitas anak,
seperti saling memukul yang merupakan salah satu tanda reaksi dari frustasi. Pertanyaan
terbuka juga mengajarkan anak untuk belajar mendapatkan apa yang diinginkannya.
Melalui berbagai teknik tersebut, mudah-mudahan
orangtua tidak cepat putus asa saat menemukan hambatan saat berkomunikasi dengan
anak. Tentu saja, orangtualah yang dapat mengenali dengan baiak teknik yang tepat
dan sesuai dengan situasi dan tahap perkembangan anak. Selamat mencoba.
H.
Teknik
Komunikasi Pada Orang Dewasa
Menurut Erikson
1985,pada orang dewasa terjadi tahap hidup intimasi VS isolasi, dimana pada tahap
ini orang dewasa mampu belajar membagi perasaan cinta kasih,minat,masalah dengan
orang lain. Orang dewasa sudah mempunyai
sikap-sikap tertentu,pengetahuan tertentu, bahkan tidak jarang sikap itu sudah sangat
lama menetap pada dirinya, sehingga tidak mudah untuk merubahnya. Juga pengetahuan
yang selama ini dianggapnya benar dan bermanfaat belum tentu mudah digantikan dengan
pengetahuan baru jika kebetulan tidak sejalan dengan yang lama. Tegasnya orang dewasa
bukan seperti gelas kosong yang dapat diisikan sesuatu.
Oleh karena itu
dikatakan bahwa kepada orang dewasa tidak dapat diajarkan sesuatu untuk merubah
tingkah lakunya dengan cepat. Orang dewasa belajar kalau ia sendiri dengan belajar,
terdorong akan tidak puas lagi dengan perilakunya yang sekarang, maka menginginkan
suatu perilaku lain dimasa mendatang, lalu mengambil langkah untuk mencapai perilaku
baru itu.
Dari segi psikologis,
Orang dewasa dalam situasi komunikasi mempunyai sikap-sikap tertentu yaitu :
a. Komunikasi adalah
sutu pengetahuan yang diinginkan oleh orang dewasa itu sendiri, maka orang dewasa
tidak diajari tetapi dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang lebih muktahir.
b. Komunikasi adalah
suatu proses emosional dan intelektual sekaligus, manusia punya perasaan dan pikiran.
c. Komunikasi adalah
hasil kerjasama antara manusia yang saling member dan menerima,akan belajar banyak,karena
pertukaran pengalaman, saling mengungkapkan reaksi dan tanggapannya mengenai suatu
masalah.
I.
Suasana Komunikasi
Dengan adanya factor
tersebut yang mempengaruhi efektifitas komunikasi orang dewasa, maka perhatian dicurahkan
pada penciptaan suasana komunikasi yang diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam berkomunikasi
dengan orang dewasa adalah :
1.
Suasana Hormat menghormati
Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan
baik apabila pendapat pribadinya dihormati,ia lebih senang kalau ia lebih turut
berfikir dan mengemukakan fikirannya.
2.
Suasana Saling Menghargai
Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan,
system nilai yang dianut perlu dihargai. Meremehkan dan menyampingkan harga diri
mereka akan dapat menjadi kendala dalam jalannya komunikasi.
3.
Suasana Saling Percaya
Saling mempercayai bahwa apa yang disampaikan
itu benar adanya akan dapat membawa hasil yang diharapkan
4.
Suasana Saling Terbuka
Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka
untuk mendengarkan orang lai, Hanya dalam suasana keterbukaan segala alternative
dapat tergali.
Komunikasi verbal dan non verbal adalah
sling mendukung satu sama lain. Seperti pada anak-anak,perilaku non verbal sama
pentingnya pada orang dewasa. Expresi wajah,gerakan tubuh dan nada suara member
tanda tentang status emosional dari orang dewasa. Tetapi harus ditekankan bahwa
orang dewasa mempunyai kendala hal-hal ini.
Orang dewasa yang dirawat di rumah sakit
merasa tidak berdaya, tidak aman dan tidak mampu dikelilingi oleh tokoh-tokoh yang
berwenang. Status kemandirian mereka telah berubah menjadi status dimana orang lain
yang memutuskan kapan mereka makan dan kapan mereka tidur. Ini merupakan pengalaman
yang mengancam dirinya, dimana orang dewasa tidak berdaya dan cemas, dan ini dapat
terungkap dalam bentuk kemarahan dan agresi. Dengan dilakukan komunikasi yang sesuai
dengan konteks pasien sebagai orang dewasa oleh para professional,pasien dewasa
akan mampu bergerak lebih jauh dari imobilitas bio psikososialnya untuk mencapai
penerimaan terhadap maslahnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Komunikasi adalah suatu proses yang
melibatkan usaha-usaha untuk mengelompokkan, memilih-milih dan mengirimkan
lambang-lambang sedemikian rupa yang dapat membantu seorang pendengar atau
penerima berita mengamati atau menyusun kembali dalam fikirannya arti atau
makna yang terkandung dalam fikiran komunikator.
Komunikasi adalah usaha, tingkah
laku atau kegiatan penyampaian informasi mengenai pikiran, makna atau perasaan. Komunikasi merupakan proses di mana
informasi disampaikan pada orang lain melalui simbol-simbol, tanda-tanda atau tingkah laku.
Menurut Riant Nugroho (2004:72)
tujuan komunikasi adalah menciptakan pemahaman bersama atau mengubah persepsi,
bahkan perilaku. Sedangkan menurut Katz an Robert Kahn yang merupakan hal utama
dari komunikasi adalah pertukaran informasi dan penyampaian makna suatu system
social atau organisasi. Akan tetapi komunikasi tidak hanya menyampaikan
informasi atau pesan saja, tetapi komunikasi dilakukan seorang dengan pihak
lainnya dalam upaya membentuk suatu makna serta mengemban harapan-harapannya
(Rosadi Ruslan, 2003:83). Dengan demikian komunikasi mempunyai peranan yang
sangat penting dalam menentukan betapa efektifnya orang-orang bekerja sama dan
mengkoordinasikan usaha-usaha untuk mencapai tujuan.
B.
DAFTAR PUSTAKA
Graeff,
AJudith, dkk. 1996 . Komunikasi dalam kesehatan dan perubahan perilaku. Yogyakarta
: Gadjah Mada University Press.
Saifulloh
. (tidak ada tahun). Mencerdaskan anak . Jombang : Lintas Media.
Asuhan
Keperawatan anak dan dalam kontek keluarga,usdiknakes Depkes RI Jakarta (1993)
Hubungan
teraputik perawat – klien Budiana Keliat S.Kp
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan
kehadirat Allah SWT karena telah diberi nikmat sehat sehingga kami dapat
menyelesaikan Askep keperawatan dengan judul Komunikasi Pada Anak Dan Orang Tua. Tidak lupa kita kirimkan shalawat beriring
salam kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW karena atas berkat dari
beliaulah kita dapat merasakan alam yang penuh dengan pengetahuan dan teknologi
seperti saat ini.
Dalam penulisan Askep ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua atas bantuan yang telah diberikan kepada
penulis.
Penulis menyadari di dalam penyusunan Askep ini
masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kami selaku penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Askep
selanjutnya.
Banda Aceh,
Juni 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR
ISI.......................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN....................................................................................... 2
A. Pengertian komunikasi................................................................................. 2
B. Tujuan komunikasi
sesuai pada anak............................................................ 2
C. Pedoman Komunikasi
Dan Wawancara ...................................................... 3
D. Komunikasi Dengan
Anak Bagaimana ....................................................... 4
E. Komunikasi Dengan
Orang Tua Bagaimana................................................ 6
F. Teknik Komunikasi
Pada Orang Tua........................................................... 7
G. Teknik Komukasi
Dengan Anak.................................................................. 9
H. Teknik Komunikasi
Pada Orang Dewasa................................................... 12
I. Suasana Komunikasi.................................................................................. 13
BAB
IV PENUTUP............................................................................................. 15
A. Kesimpulan................................................................................................. 15
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................... 16
No comments:
Post a Comment