Thursday, 21 March 2019

MAKALAH KOMUNIKASI PADA ANAK DAN ORANG TUA





BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Komunikasi adalah usaha, tingkah laku atau kegiatan penyampaian informasi mengenai pikiran, makna atau perasaan. Komunikasi merupakan proses di mana informasi disampaikan pada orang lain melalui simbol-simbol, tanda-tanda atau tingkah laku.
tujuan komunikasi adalah menciptakan pemahaman bersama atau mengubah persepsi, bahkan perilaku. Sedangkan menurut Katz an Robert Kahn yang merupakan hal utama dari komunikasi adalah pertukaran informasi dan penyampaian makna suatu system social atau organisasi. Akan tetapi komunikasi tidak hanya menyampaikan informasi atau pesan saja, tetapi komunikasi dilakukan seorang dengan pihak lainnya dalam upaya membentuk suatu makna serta mengemban harapan-harapannya (Rosadi Ruslan, 2003:83). Dengan demikian komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan betapa efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha untuk mencapai tujuan.

B.       Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian dari komunikasi. ?
2.      Mengetahui Tujuan dari Komunikasi.?
3.      Mengetahui cara-cara dalam berkomunikasi.?




C.     
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses yang melibatkan usaha-usaha untuk mengelompokkan, memilih-milih dan mengirimkan lambang-lambang sedemikian rupa yang dapat membantu seorang pendengar atau penerima berita mengamati atau menyusun kembali dalam fikirannya arti atau makna yang terkandung dalam fikiran komunikator.
Komunikasi adalah usaha, tingkah laku atau kegiatan penyampaian informasi mengenai pikiran, makna atau perasaan. Komunikasi merupakan proses di mana informasi disampaikan pada orang lain melalui simbol-simbol, tanda-tanda atau tingkah laku.

B.       Tujuan komunikasi sesuai pada anak
Menurut Riant Nugroho (2004:72) tujuan komunikasi adalah menciptakan pemahaman bersama atau mengubah persepsi, bahkan perilaku. Sedangkan menurut Katz an Robert Kahn yang merupakan hal utama dari komunikasi adalah pertukaran informasi dan penyampaian makna suatu system social atau organisasi. Akan tetapi komunikasi tidak hanya menyampaikan informasi atau pesan saja, tetapi komunikasi dilakukan seorang dengan pihak lainnya dalam upaya membentuk suatu makna serta mengemban harapan-harapannya (Rosadi Ruslan, 2003:83). Dengan demikian komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan betapa efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha untuk mencapai tujuan.
Pada umumnya tujuan komunikasi antara lain, yaitu:
a)      Supaya yang kita sampaikan dapat mengerti, sebagai komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan (penerima) dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengerti dan mengakui apa yang kita maksud.
b)      Memahami orang lain. Kita sebagai komunikator harus mengerti benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkan kemauannya.
c)      Supaya gagasan dapat diterima orang lain. Kita berusaha agar gagasan kita dapat diterima orang lain dengan pendekatan persuasive bukan memaksakan kehendak.
d)     Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu, menggerakan sesuatu itu dapat bermacam-macam, mungkin berupa kegiatan. Kegiatan dimaksud di sini adalah kegiatan yang lebih banyak mendorong, namun yang penting harus diingat adalah bagaimana cara baik untuk melakukan (Widjaja, 200:66-67).

C.    Pedoman Komunikasi Dan Wawancara
Pertanyaan penelitian yang disusun sebagai sebuah panduan wawancara yang menggali data pada responden anak antara lain :
a.         Bagaimana konsep Tuhan yang dipahami responden ?
b.         Bagaimana pengalaman individual responden dalam menghayati konsep Tuhan ?
c.         Bagaimana persepsi responden terhadap orangtua ?
d.        Bagaimana peran pola asuh orangtua terhadap kehidupan sehari-hari yang dikaitkan dengan konsep ketuhanan ?
e.         Tingkat pertimbangan moral responden (Proses wawancara untuk hal ini dapat dibantu berdasarkan prosedur Moral Judgement Interview (MJI) oleh Kohlberg. Pertama-tama kepada subjek ditampilkan cerita dilemma moral, kemudian subjek diminta untuk memberikan responnya terhadap beberapa cerita yang ditampilkan. Metode ilmiah Kohlberg untuk mengumpulkan data empiris bersifat langsung, yaitu menghadapkan para partisipan penelitian dengan berbagai dilema moral, dan selanjutnya mencatat semua reaksi verbal yang membenarkan atau memberi kejelasan mengenai keputusan moral mereka)



D.      Komunikasi Dengan Anak Bagaimana
1.         Luangkan Waktu Untuk Berbicara
Kadang-kadang orang tua begitu sibuk sehingga tidak dapat meluangkan waktu dengan anak-anak. Ingat, betapapun handalnya orang tua berkomunikasi, hal itu sulit diwujudkan tanpa memprioritaskan waktu bicara dengan anak-anak. Tapi, hal ini bisa diatasi dengan mencuri waktu untuk berkomunikasi. Anda bisa melakukannya saat mengemudi, melakukan tugas bersama-sama, sebelum tidur, atau waktu-waktu anda bersama dnegan mereka. Akan lebih baik jika anda membuat jadwal rutin sebagai “waktu bicara” dengan masing-masing anak, misalkan sebulan sekali. Dengan meluangkan waktu berdua, maka segala perasaan, kebutuhan, tujuan, kekhawatiran, dan pendapat mereka dapat diketahui dan dibicarakan bersama.
2.         Melibatkan (Bukan Hanya Menyuruh) Mereka
Orang tua tentunya ingin anak-anak dapat bertanggung jawab serta mau bekerja sama. Namun, orang tua harus benar-benar mampu mengirimkan pesan tersebut. Hindari atau kurangi perintah bernada satu arah seperti komando militer. Contohnya seperti kalimat, “Gosok gigimu!”, “Duduk yang tegak!”, “Jangan bicara sambil makan!”.
Kalimat bernada negatif seperti “Kenapa selalu berantakan sih!” atau “Ibu lagi, ibu lagi ang mengerjakannya.”  juga sebaiknya segera ditinggalkan.  Mengapa? Karena anda akan membuat anak merasa tidak mampu, bodoh, atau buruk.  Cobalah menggunakan kata “tolong,” “terima kasih,” “maafkan Ibu (atau Ayah),” dan “terima kasih kembali.” Lalu, rangkai kata anda dengan kalimat ajakan, seperti “Ayo, bereskan kasur.”Kalimat-kalimat seperti ini akan lebih membekas secara positif dalam pembentukan karakternya.
3.         Gunakan Kalimat Pendorong Berbuat Baik
Kalimat-kalimat komunikatif yang bernada hormat akan memiliki efek yang luar biasa terhadap rasa percaya diri anak. Lihatlah beberapa contoh di bawah ini:
“Kamu sekarang terampil sekali membereskan lemari, ya.”
“Terima kasih telah membantu adik membersihkan kamarnya.”
“Itu adalah ide yang bagus!”
“Kamu itu sangat  istimewa.”
“Ikut Ibu ke warung, yuk? Ibu senang sekali berjalan berdua dengan Kakak.”
“Senang deh dibantu anak baik seperti kamu.”
4.      Gambarkan situasi ketika meminta kerjasamanya
Saat anda menginginkan si kecil membantu anda, kurangi kalimat yang bernada curiga atau menyalahkan. Untuk situasi dimana anak menyimpan gelas di meja tamu, dari pada mengatakan, “Siapa yang menaruhnya disini?”, anda bisa mengatakan “Wah, gelas ini bisa jatuh jika tersenggol, lho.” Selain membuat anak tidak merasa bersalah, anda akan membantunya mengembangkan kemampuan berbahasa.
5.      Kurangi kata yang tidak perlu untuk memintanya bertanggung jawab
Semakin sedikit kata yang anda gunakan bisa menjadi semakin baik. Kurangi kebiasaan merangkai kalimat panjang untuk memintanya bekerja sama, seperti, “Tuh kan, coba Ibu tidak membelikan mainan baru, pasti tidak berantakan. Bereskan dong. Ibu sudah bilang berapa kali, sih.” Sekarang sudah saatnya anda langsung menunjuk objeknya untuk diatasi. Contohnya, dengan hanya mengatakan, “Dina, mainanmu nih.” – ketika kamar mainannya berantakan.
6.      Libatkan perasaan anda dalam komunikasi
Bicarakanlah apa yang anda rasakan ketika melihat sesuatu yang tidak anda sukai. Contohnya, daripada berkata “Pasti deh, Dina yang lupa tutup pintunya,” – anda bisa  bisa mengatakan “Dina, Ibu kok agak takut banyak nyamuk ya kalau pintunya dibiarkan terbuka begitu.” Hal ini akan melatih empati anak dan membuat mereka percaya diri karena telah membantu anda. Namun, meski ini efektif, anda perlu berhati-hati melakukannya. Pastikan bahwa pesan yang sampai adalah perilaku mereka yang tidak dapat diterima bukan si anak yang membuat anda tidak nyaman.
7.      Jangan Berkomunikasi Di Saat Marah
Kadang-kadang perasaan negatif begitu kuat sehingga menjadi sangat sulit untuk berkomunikasi dengan efektif. Karena itu, jika anda sangat marah, berhenti berbicara selama beberapa menit. Hal ini sangatlah penting karena amarah sesaat dapat merusak hubungan yang terbangun. Anda juga dapat melakukan hal yang anda sukai untuk meredakan amarah, seperti menghitung sampai sepuluh, berjalan, tidur, membaca, bermain badminton, atau menulis. Apapun itu, intinya adalah, berkomunikasilah pada saat yang tepat.

E.       Komunikasi Dengan Orang Tua Bagaimana
1.         Libatkan dalam pembicaraan ringan
Bicarakan hal-hal ringan terlebih dahulu, misalnya mengenai hewan peliharaan, nanti malam makan apa, dsb. Hal tersebut akan membantu kita terhubung dengan orang tua, sehingga bisa dilanjutkan ke pembicaraan yang lebih besar lagi.
2.         Beri tahu apa yang ingin kamu capai
Apakah Anda memiliki masalah berat yang ingin diselesaikan? Atau sekadar didengarkan oleh orang tua? Jangan hanya diam atau bahkan berbohong kepada orang tua. Ungkapkan apa yang ingin dicapai atau lakukan, agar mereka tahu apa yang kamu butuhkan.
3.      Bicarakan dengan salah satu orang tua terlebih dahulu
Jika takut berbicara kepada orang tua, coba bicarakan dengan salah satu dari mereka yang lebih memahami akan hal tersebut.
4.      Pilih jalan keluar dari pertentangan
Setiap pembicaraan akan berjalan dengan baik jika tidak ada pertengkaran. Menurut McCoy, jika segala sesuatu yang dibicarakan adalah pertentangan, kamu dan orang tuamu hanya akan kelelahan. Jika  tidak mendapatkan titik tengah, coba minta pengecualian, atau dengan melakukan hal-hal yang baru.


5.      Pilih tempat dan waktu yang tepat
Bukan ide bagus jika kamu berbicara mengenai hal-hal buruk ketika orang tuamu sedang terburu-buru menuju kantor. Berbicaralah saat orang tua sedang santai. Jika sedang marah, tunggu hingga meredam.

F.       Teknik Komunikasi Pada Orang Tua
Pernahkah kamu mengalami kesulitan ketika mau mengungkapkan sesuatu kepada kedua orang tuamu ? Atau pernahkah kamu merasakan orang tua kamu gak mengerti keinginanmu ? Apakah kamu pernah bertengkar dengan orang tuamu karena kamu merasa orang tuamu gak mengerti perasaanmu ?. Sehingga kamu merasa bingung, mau bohong salah, jujur maalah dimarahin.
Akhirnya kamu merasa begitu kesal sama orang tuamu. Usia remaja merupakan usia yang serba tanggung. Dibilang anak-anak jelas bukan, dibilang dewasa belum juga. Di usia ini, kamu pasti tidak mau dibilang anak kecil, kamu ingin keberadaan kamu, ide dan pemikiran kamu dihargai. Kamu paling tidak mau dikatakan “Kamu tidak boleh” atau “Jangan melakukan ini” tanpa penjelasan yang masuk akal. Inginnya kamu merasa bebas karena merasa sudah dewasa dan bisa menentukan sendiri keinginanmu. Pada dasarnya orang tuapun menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya.
Namun memang tidak semua orang tua bisa mendengarkan, menghargai dan memahami perasaan anak-anaknya. Hal ini bisa jadi karena orang tua didik secara otoriter saat dia masih muda, dan akhirnya dia mendidik kamu seperti itu pula. Dan akhirnya itu juga demi kebaikan kita karena pada dasarnya orang tua sering khawatir dan cemas sesuatu terjadi pada anaknya.
Terus sekarang bagaimana supaya orang tua kita mau mengerti maksud dan tujuan kita ? Dan ini sebetulnya ini bukan termasuk perkara yang sulit akan tetapi tidak pula mudah. Tetapi ingat, selagi niat kamu baik, aktivitas kamu positif, menjalin hubungan yang baik pula dengan orang tua dan bisa menjaga kepercayaan mereka, menaklukan hati orang tua bukan perkara sulit ko. Berikut ini cara komunikasi agar orang tua bisa memahami dan mendengarkan perasaan kita :
a.       Pahami Perasaan Orang tuamu Pahami perasaan orang tuamu sekalipun kamu sebel diomelin terus sepanjang hari, tujuannya adalah untuk kebaikan dan masa depanmu sendiri.
Orang tua sudah dewasa dan punya pemikiran tertentu, pahami pikiran mereka, maka kamu akan tahu maksud dan tujuan mereka.
b.      Cari waktu yang tepat dan lihat situasi serta kondisi mereka
Sebelum kamu menyampaikan uneg-uneg kamu, lihat dulu situasi dan kondisi mereka. Apa mereka lagi senang ? Santai ? Atau lagi pusing karena beban pekerjaan dikantor atau di rumah tangga ? Jika mereka lagi lelah dan stress, lebih baik kamu menghindari sesaat. Tunggu jika ortu mulai merasa rileks, jangan menambah beban mereka.
c.       Lakukan kegiatan yang bisa dilakukan bersama
Kamu bisa melakukan kegiatan bersama seperti makan bersama keluarga kemudian mulailah perbicangan ringan, sebelum menyampaikan maksud dan tujuanmu.
d.      Sampaikan dengan nada yang baik
Niat baik kalau disampaikan secara memaksa atau mendesak, dengan nada keras tentunya berbeda jika disampaikan dengan nada lembut. Nah, cobalah sampaikan niat kamu dengan kata-kata dan nada yang halus. Jangan menyinggung perasaab mereka.
e.       Dengarkan mereka
Apapun reaksi mereka, jangan terpancing emosi. Coba dengar pendapat mereka, hargai pendapat mereka juga. Jika ingin menyela, tunggu sampai mereka selesai berbicara.
f.       Yakinkan mereka bahwa kamu bisa dipercaya
Setelah itu apa tindakanmu ? Kamu memilih aktivitas yang dapat membantu mengembangkan potensimu, jadi butktikan kepada orang tua bahwa pilihanmu tidak salah dan yakinkan kamu benar-benar bisa menjaga kepercayaay mereka. Jangan lupa belajar dan tetap menjaga diri dari pergaulan negatif.


G.    Teknik Komukasi Dengan Anak
Menurut beberapa ahli pendidikan, banyak teknik-teknik berkomunikasi yang pas untuk anak di semua umur. Namun, beberapa teknik lain justru cocok pada anak di rentang usia tertentu. Karena itu, mengenali dan mengeksplorasi teknik-teknik ini dapat membantu orangtua lebih siap menghadapi setiap fase perkembangan anaknya.
1.      Memperdalam percakapan
Teknik ini dapat diterapkan pada anak usia 6 – 12 tahun. Cara ini dapat membuat anak merasa dekat dengan orangtuanya. Misalnya, jika anak mengatakan, “aku suka Raihan” orangtua dapat meresponnya dengan berkata, “coba, katakan pada Ayah/Ibu hal-hal yang membuat kamu suka Raihan”.
Karena keterbatasan kata-kata dan perkembangan sosialnya, anak mungkin hanya memberikan jawaban berupa satu kata saja terhadap dengan pernyataan orangtuanya. Bila hal ini terjadi, orangtua dapat membantu anak memperdalam percakapan dengan memberikan respon verbal dan non-verbal. Respon verbal dapat berupa pertanyaan balik, sementara respon non-verbal dapat berupa mimik, perhatian atau bahasa tubuh lainnya. Misalnya, bila sebelumnya orangtua sedang membaca koran, maka sebaiknya letak dulu korannya, baru merespon pernyataan anak. Cara ini dapat menyakinkan anak bahwa orangtua mendengarkan dan mengerti perasaan mereka.
2.      Lelucon
Lelucon adalah teknik yang dapat menyelamatkan orangtua dari kemungkinan marah dan dapat diterapkan untuk semua umur. Lelucon dapat membantu orangtua mengeluarkan segala ketegangan sepanjang hari ataupun ketegangan yang dialaminya bersama anak.
Lelucon dapat berwujud banyak bentuk. Salah satu bentuk – bentuk lelucon saat situasi stres adalah menertawakan diri sendiri. Berbuat kesalahan dan menertawakannya disaat genting bukan hanya dapat menurunkan suhu ruangan tapi juga mengajarjan anak-anak untuk tidak tegang menghadapi hidup. Dengan menertawakan diri sendiri, orangtua dapat menunjukan pada anak bahwa kepercayaan diri seseorang tidak berlandaskan apa yang dilakukan seseorang, namun pada siapa dirinya.
Orangtua dapat juga memmbuat lelucon ringan terhadap keselahan anak-anak. Lelucon ini harus memiliki cita rasa yang baik dan mempertimbangkan perasaan anak. Misalnya dalam perjalanan ke sekolah orangtua melihat awan gelap menutupi kecerahan langit, maka teknik ini dapat digunakan untuk mengubah suasana hati anak-anak menjadi lebih ceria. Ayah atau Ibu dapat menyanyikan lagu gembira dengan lirik yang lucu atau saling bertukar cerita lucu. Percayalah, anak-anak akan sangat bersemangat menceritakan cerita lucu mereka.
3.      Menggambarkan
Teknik dapat diterapkan pada anak semua umur. Cara describing digunakan dengan mengambarkan masalah yang dimiliki orangtua, tanpa menyalahkan atau menyerang anak. Untuk mencapai tujuan orangtua harus dapat menerima kenyataan bahwa orangtualah yang memiliki masalah, bukan anak. Misalnya bagi anak, kamar yang berantakan atau rambut yang tidak disisir bukan masalah buat mereka, namun merupakan masalah bagi orangtua.
Orangtua yang demokratis tak hanya mengajarkan anak-anak dari perilaku yang salah menjadi benar tetapi juga menjadi contoh perilaku yang diinginkan orangtua kemudian menerapkan teknik menggambarkan. Teknik menggambarkan juga bisa mengajarkan anak bertanggung jawab terhadap solusinya. Daripada berteriak pada anak, contohnya, orangtua dapat menggambarkan masalah pada anak. Kalimat “Ibu melihat ada handuk basah di kamar mandi” pesannya sama dengan teguran “sudah berapa kali Ibu bilang bahwwa kamu tidak boleh meninggalkan handuk basah di kamar mandi”.
Orantua juga dapat mengambarkan masalah yang membutuhkan pemecahan dengan mengunakan satu kata. Dengan mengatakan “handuk basah” anak akan mengerti bahwa yang dimaksud orangtuanya adalah ia harus mengambil dan menjemur handuk basah di tempatnya.

4.      Pesan “saya”
Pesan “saya” atau “I messages” adalah salah satu cara berkomunikasi yang sangat berpengaruh terhadap lancarnya komunikasi orangtua dan anak. Teknik ini akan membuat anak merasa dihargai orangtua dan merasa terlibat dengan perasaan atau keinginan orangtua. Sayangnya, kebanyakan orangtua lebih suka mengunakan kata “kamu” daripada “saya”. Misalnya “kamu kok susah sekali dikasih tau, sudah berapa kali Ibu bilang, kulit pisang itu dibuang dimana?” Padahal kata “kamu” akan mengeluarkan reaksi defensif dari anak berupa aksi melawan. Reaksi ini lebih jelas terlihat pada remaja.
Karenanya, jauh lebih menguntungkan bila orangtua membiasakan diri mengunakan kata “saya” diawal kalimat, khususnya ketika meminta anak melakukan perbuatan yang dikehendaki orangtua. Salah satu contoh pesan “saya” adalah Ibu/Ayah marah kalau kulit pisang dibuang ditengah jalan karena kulit pisang itu akan membuat orang yang menginjaknya terpeleset dan jatuh.
Pesan “saya” menghubungkan perasaaan kepada konsekuensi, bukannya pribadai anak. Hal ini juga akan mengkomunikasikan nilai dan respek. Salah satu contoh dari pesan “saya” untuk anak yang lenih tua dapat berupa kekhawatiran sebagai berikut : “Ibu khawatir kalau abang pulang terlambat dan tidak memberitahu Ibu karena Ibu takut sesuatu terjadi pada diri abang”.
5.      Pernyataan terbuka
Teknik komunikasi dengan pernyataan terbuka (open ended question) adalah cara lain dari alat yang dapat membuat anak terangsang untuk berbicara dengan orangtua. Pertanyaan terbuka membuat anak harus menjawab lebih dari satu kata. Sebaliknya pertanyaan yang hanya membutuhkan satu kata sebagai pertanyaan adalah pertanyaan tertutup. Contoh “berapa umur kamu” atau “kamu sekarang kelas berapa?” dengan satu kata saja kedua pertanyaan tersebut sudah terjawab.
Untuk melatih anak memperluas percakapan, gunakanlah pertanyaan terbuka seperti “apa saja yang kamu sukai hari ini di sekolah?” atau “apa yang terjadi dengan tes membaca alquran hari ini?” Memmang mungkin terjadi anak akan menjawab “tidak terjadi apa-apa”. Apabila hal itu terjadi ada dua pendekatan yang dapat dilakukan. Pertama, tinggalkan anak sendiri karena anak belum siap untuk membicarakan apa yang dialaminya hari itu. Atau kedua, nakan teknik lain seperti memperdalam pertanyaan pertanyaan dan refleksi. Beberapa anak memiliki kesukaran dalam mengekspresikan pikiran dan perasaaannya. Mengunakan teknik yang bervariasi secara bersamaan diketahui lebih efisien dan membantu memperlancar komunikasi.
Umumnya anak yang lebih tua memuliki kemampuan berkomunikasi yang lebih baik daripada anak yang lebih muda. Namun, orangtua dapat mengunakan teknik ini pada anak pra-sekolah dalam rangka membangun kemapuan berbahasa anak. Kenyataanya, kemapuan komunikasi dapat menurunkan agresifitas anak, seperti saling memukul yang merupakan salah satu tanda reaksi dari frustasi. Pertanyaan terbuka juga mengajarkan anak untuk belajar mendapatkan apa yang diinginkannya.
Melalui berbagai teknik tersebut, mudah-mudahan orangtua tidak cepat putus asa saat menemukan hambatan saat berkomunikasi dengan anak. Tentu saja, orangtualah yang dapat mengenali dengan baiak teknik yang tepat dan sesuai dengan situasi dan tahap perkembangan anak. Selamat mencoba.

H.      Teknik Komunikasi Pada Orang Dewasa
Menurut Erikson 1985,pada orang dewasa terjadi tahap hidup intimasi VS isolasi, dimana pada tahap ini orang dewasa mampu belajar membagi perasaan cinta kasih,minat,masalah dengan orang lain.  Orang dewasa sudah mempunyai sikap-sikap tertentu,pengetahuan tertentu, bahkan tidak jarang sikap itu sudah sangat lama menetap pada dirinya, sehingga tidak mudah untuk merubahnya. Juga pengetahuan yang selama ini dianggapnya benar dan bermanfaat belum tentu mudah digantikan dengan pengetahuan baru jika kebetulan tidak sejalan dengan yang lama. Tegasnya orang dewasa bukan seperti gelas kosong yang dapat diisikan sesuatu.
Oleh karena itu dikatakan bahwa kepada orang dewasa tidak dapat diajarkan sesuatu untuk merubah tingkah lakunya dengan cepat. Orang dewasa belajar kalau ia sendiri dengan belajar, terdorong akan tidak puas lagi dengan perilakunya yang sekarang, maka menginginkan suatu perilaku lain dimasa mendatang, lalu mengambil langkah untuk mencapai perilaku baru itu.
Dari segi psikologis, Orang dewasa dalam situasi komunikasi mempunyai sikap-sikap tertentu yaitu :
a.       Komunikasi adalah sutu pengetahuan yang diinginkan oleh orang dewasa itu sendiri, maka orang dewasa tidak diajari tetapi dimotivasikan untuk mencari pengetahuan yang lebih muktahir.
b.      Komunikasi adalah suatu proses emosional dan intelektual sekaligus, manusia punya perasaan dan pikiran.
c.       Komunikasi adalah hasil kerjasama antara manusia yang saling member dan menerima,akan belajar banyak,karena pertukaran pengalaman, saling mengungkapkan reaksi dan tanggapannya mengenai suatu masalah.

I.         Suasana Komunikasi
Dengan adanya factor tersebut yang mempengaruhi efektifitas komunikasi orang dewasa, maka perhatian dicurahkan pada penciptaan suasana komunikasi yang diharapkan dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa adalah :
1.      Suasana Hormat menghormati
Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat pribadinya dihormati,ia lebih senang kalau ia lebih turut berfikir dan mengemukakan fikirannya.
2.      Suasana Saling Menghargai
Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, system nilai yang dianut perlu dihargai. Meremehkan dan menyampingkan harga diri mereka akan dapat menjadi kendala dalam jalannya komunikasi.
3.      Suasana Saling Percaya
Saling mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan dapat membawa hasil yang diharapkan
4.      Suasana Saling Terbuka
Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang lai, Hanya dalam suasana keterbukaan segala alternative dapat tergali.
Komunikasi verbal dan non verbal adalah sling mendukung satu sama lain. Seperti pada anak-anak,perilaku non verbal sama pentingnya pada orang dewasa. Expresi wajah,gerakan tubuh dan nada suara member tanda tentang status emosional dari orang dewasa. Tetapi harus ditekankan bahwa orang dewasa mempunyai kendala hal-hal ini.
Orang dewasa yang dirawat di rumah sakit merasa tidak berdaya, tidak aman dan tidak mampu dikelilingi oleh tokoh-tokoh yang berwenang. Status kemandirian mereka telah berubah menjadi status dimana orang lain yang memutuskan kapan mereka makan dan kapan mereka tidur. Ini merupakan pengalaman yang mengancam dirinya, dimana orang dewasa tidak berdaya dan cemas, dan ini dapat terungkap dalam bentuk kemarahan dan agresi. Dengan dilakukan komunikasi yang sesuai dengan konteks pasien sebagai orang dewasa oleh para professional,pasien dewasa akan mampu bergerak lebih jauh dari imobilitas bio psikososialnya untuk mencapai penerimaan terhadap maslahnya.



BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Komunikasi adalah suatu proses yang melibatkan usaha-usaha untuk mengelompokkan, memilih-milih dan mengirimkan lambang-lambang sedemikian rupa yang dapat membantu seorang pendengar atau penerima berita mengamati atau menyusun kembali dalam fikirannya arti atau makna yang terkandung dalam fikiran komunikator.
Komunikasi adalah usaha, tingkah laku atau kegiatan penyampaian informasi mengenai pikiran, makna atau perasaan. Komunikasi merupakan proses di mana informasi disampaikan pada orang lain melalui simbol-simbol, tanda-tanda atau tingkah laku.
Menurut Riant Nugroho (2004:72) tujuan komunikasi adalah menciptakan pemahaman bersama atau mengubah persepsi, bahkan perilaku. Sedangkan menurut Katz an Robert Kahn yang merupakan hal utama dari komunikasi adalah pertukaran informasi dan penyampaian makna suatu system social atau organisasi. Akan tetapi komunikasi tidak hanya menyampaikan informasi atau pesan saja, tetapi komunikasi dilakukan seorang dengan pihak lainnya dalam upaya membentuk suatu makna serta mengemban harapan-harapannya (Rosadi Ruslan, 2003:83). Dengan demikian komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan betapa efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha untuk mencapai tujuan.


B.      
DAFTAR PUSTAKA


Graeff, AJudith, dkk. 1996 . Komunikasi dalam kesehatan dan perubahan perilaku. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Saifulloh . (tidak ada tahun). Mencerdaskan anak . Jombang : Lintas Media.

Asuhan Keperawatan anak dan dalam kontek  keluarga,usdiknakes  Depkes RI Jakarta (1993)

Hubungan teraputik perawat – klien Budiana Keliat S.Kp




KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah diberi nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan Askep keperawatan dengan judul Komunikasi Pada Anak Dan  Orang Tua. Tidak lupa kita kirimkan shalawat beriring salam kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW karena atas berkat dari beliaulah kita dapat merasakan alam yang penuh dengan pengetahuan dan teknologi seperti saat ini.
Dalam penulisan Askep ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua  atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari di dalam penyusunan Askep ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Askep selanjutnya.



Banda Aceh,   Juni  2017

Penulis

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.    Latar Belakang............................................................................................. 1
B.    Tujuan Penulisan.......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 2
A.    Pengertian komunikasi................................................................................. 2
B.     Tujuan komunikasi sesuai pada anak............................................................ 2
C.     Pedoman Komunikasi Dan Wawancara ...................................................... 3
D.    Komunikasi Dengan Anak Bagaimana ....................................................... 4
E.     Komunikasi Dengan Orang Tua Bagaimana................................................ 6
F.      Teknik Komunikasi Pada Orang Tua........................................................... 7
G.    Teknik Komukasi Dengan Anak.................................................................. 9
H.    Teknik Komunikasi Pada Orang Dewasa................................................... 12
I.       Suasana Komunikasi.................................................................................. 13

BAB IV PENUTUP............................................................................................. 15
A.    Kesimpulan................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 16


No comments:

Post a Comment