MAKALAH
BERAT
BADAN BAYI LAHIR RENDAH
(BBLR)
KATA
PENGANTAR
Segala puji
hanya milik Allah SWT.
Shalawat dan salam
selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat
limpahan dan rahmat-Nya saya mampu
menyelesaikan tugas makalah ini.
Dalam
penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang saya hadapi.
Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan. Dan saya menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang
tua, sehingga kendala-kendala yang saya hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan memberikan wawasan yang lebih luas. Saya sadar bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pembimbing saya meminta masukannya
demi perbaikan pembuatan
makalah saya di
masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.
Banda Aceh,
April 2018
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.
Latar
Belakang...................................................................................... 1
B.
Tujuan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A.
Definisi
BBLR...................................................................................... 3
B.
Macam-Macam
BBLR.......................................................................... 3
C.
Etiologi.................................................................................................. 3
D.
Patofisiologi.......................................................................................... 5
E.
Tanda
Klinis.......................................................................................... 6
F.
Problematika
BBLR.............................................................................. 7
G.
Komplikasi............................................................................................ 8
H.
Penatalaksanaan.................................................................................. 11
I.
Penatalaksanaan
BBLR dibawah 1750 gram...................................... 15
J.
Pemeriksaan
Penunjang/ Diagnostik................................................... 17
K.
Prognosis............................................................................................. 18
L.
Pemulangan
Bayi................................................................................ 19
M.
Upaya-upaya
Preventif untuk Menurunkan Kejadian IUGR............. 20
BAB III PENUTUP............................................................................................. 21
A.
Kesimpulan......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 22
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bayi dengan badan lahir rendah akan meningkatkan
angka kesakitan dan angka kematian bayi. Berat badan lahir sangat menentukan
prognosa dan komplikasi yang terjadi. Hal ini akan bertambah buruk jika berat
badan tidak bertambah untuk waktu yang lama.
Masalah yang mengancam pada BBLR dan BBLSR adalah
resiko kehilangan panas dan ir yang relative lebih besar karena permukaan tubuh
reltif luas, jaringan lemak subkutan lebih tipis, sehingga resiko kehilangan
panas melalui kulit dan kekurangan cadangan energi lebih besar. Daya tahan
tubuh relative rendah karena prematuritas dan malnutisinya, juga fungsi organ
belum baik (terutama UK < 34 minggu), misalnya : system pernafasan, saluran
cerna, hati , ginjal, metabolisme dan system kekebalan. Bayi BBLSR mempunyai
insiden perumahsakitan kembali yang lebih tinggi selama tahun pertama
kehidupan, jika dibanding dengan bayi yang lebih besar, sebagai akibat dari
hernia inguinalis, infeksi, pengobatan sisa akibat prematuritas dan gangguan
perawatan.
Masalah kesehatan anak di tiap Negara berbeda,
karena perbedaan lingkungan yang mempengaruhinya. Namun secara garis besar
masalah tersebut dikelompokkan menjadi dua kategori. Masalah anak di Negara
maju dan masalah anak di Negara berkembang. Pola penyakit di Negara maju antara
lain : keganasan, kecelakaan, kelainan genetic dan gangguan psikologik.
Sedangkan masalah anak di Negara berkembang yang saat ini terjadi adalah
penyakit infeksi, infeksi parasit dan penyakit kurang gizi. Dimana pola
penyakit di Negara berkembang juga pernah dialami oleh kelompok Negara maju
50-100 tahun yang lalu. Indonesia dikategorikan dalam Negara berkembang,
apalagi dengan adannya krisis ekonomi yang berdampak pada aspek kesehatan.
Tingkat social ekonomi yang rendah sering dihubungkan dengan kelahiran bayi
berat lahir rendah. Jadi baik tidaknya keadaan sosial ekonomi suatu tempat
dapat dilihat dari tinggi rendahnya angka kematian bayi (AKB). Di Indonesia
pada tahun 1980 AKB mencapai 46,0 % sedangkan di Singapura pada tahun yang sama
AKB 13,5 %.
Frekuensi kejadian bayi lahir kurang dari masa
gestasi 37 minggu (menurut U.S. Collaborative Perinatal Study) adalah 7,1 %
untuk kulit putih dan 17,9 % untuk kulit berwarna. Kira-kira 1/3 – ½ bayi berat
lahir rendah mempunyai masa gestasi 37 minggu atau lebih. Kejadian bayi dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram bervariasi antara 6 – 16 %. Di bangsal
Neonatus RSCM (1986) penyebab kematian neonatus adalah : cacat bawaan, sindrom
gawat nafas, infeksi, asfiksia, imaturitas (Markum, AH, 2002).
B. Tujuan
a. Dapat
mengetahui definisi BBLR
b. Dapat
mengetahui etiologi BBLR
c. Dapat
menjelaskan tanda dan gejala BBLR
d. Dapat
menjelaskan patofisiologi BBLR
e. Dapat menjelaskan penalalaksanaan medis pada kasus BBLR
f. Dapat memberikan asuhan keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi BBLR
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badan
lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram sampai dengan 2.499 gram. (Ilmu
Kesehatan Anak 3 FKUI, 1985)
BBLR adalah bayi baru lahir
dengan berat dan 2500 gram atau lebih rendah. (Menurut WHO,1961)
Bayi dengan
berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi berat badannya kurang dari 2.500
gr. Berdasarkan berat badan saja, dianggap bayi prematur adalah kurang dari 37
minggu. (Pengantar Kuliah Obstetri, 2007)
B. Macam-Macam BBLR
Bayi BBLR
dapat dibagi menjadi 2 golongan :
1. Prematuritas Murni
Masa gestasi
kurang dari 37 minggu dan berat badanya sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan-sesuai untuk masa
kehamilan (NKB-SMK).
2. Dismaturitas
Bayi lahir
dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu.
Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intaruterin dan merupakan bayi
yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK)/ Small for Gestatation Age (SGA).
(Ilmu
Kesehatan Anak 3 FKUI, 1985 dan Pengantar Kuliah Obstetri, 2007)
C. Etiologi
a.
Faktor
Ibu :
§ Umur
ibu pada dibawah 20 tahun dan diatas 35 th
§ Perdarahan
antepartum
§ Bahan
teratogonik ( alcohol, radiasi, obat )
§ Penyakit
kronis
§ Keadaan
penyebab Infusifiensi plasenta ( penyakit jantung, ginjal, paru, hipertensi,
dll )
§ Malnutris
§ Kelainan
uterus
§ Infeksi
Hepatitis A-B = menimbulkan gangguan umum karena fungsi hati dalam mengatur
nutrisi kurang sehingga dapat menimbulkan prematuritas.
§ Hidramnion
§ Trauma
§ Jarak
kehamilan terlalu dekat
§ Pekerjaan
berat semasa hamil
§ Faktor penyakit (Toksemia gravidarum, trauma fisik,
keadaan uterus yang buruk, penyakit Vaskular) atau maternal infection (TORCH)
dan Sitomegalovirus = gangguan sel berupa sitolisis sehingga dapat menimbulkan
gangguan fungsi sel.
b.
Faktor
Plasenta
·
Penyakit Vaskuler
·
Kehamilan ganda
·
Malformasi
·
Tumor
·
Plasenta privea
c.
Faktor Janin
·
Kelainan kromosom :
- Trisomi
21 dan 18 = gangguan tumbuh kembang muskulus arteriol sehingga menimbulkan
gangguan sirkulasi darah retroplasenter dengan akibat MKM.
- Trisomi
16 = menimbulkan abortus spontan.
·
Malformasi
·
Infeksi congenital ( missal : rubella )
= gangguan vaskular khusnya kapiler endotelial dan dapat menimbulkan gangguan
kongenital.
·
Kehamilan ganda (Twin Fetuses)
·
Ketuban pecah dini
(Ilmu
Kesehatan Anak 3 FKUI, 1985)
a.
Faktor Genetik (orang tuanya kecil dan pendek,
kromosom abnormal, anancephal).
b.
Kehamilan ganda.
c.
Ibu malnutrisi.
d.
Ibu mengkonsumsi alkohol, rokok, atau
nikotin atau ibu tinggal di lingkungan yang beresiko tinggi.
e.
Infeksi, seperti TORCH
f.
Penurunan plasenta yang disebabkan oleh
diabetes, penyakit ginjal, toxemia, dan hipertensi.
g.
Kongenital anomali.
h.
Obat-obatan, seperti antimetabolisme/
antikonvulsan, diminum oleh ibunya.
(Maternal
Infant Health)
D. Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin premature
bayi itu maka akan semakin tinggi resiko gizinya. Beberapa faktor yang
memberikan efek pada masalah gizi.
1.
Menurunnya
simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh sedikit, hamper semua
lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng di
deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm
mempunyai potensi terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dll. Hipoglikemia
menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR Prematur.
2.
Kurangnya
kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih sedikit simpanan
garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorpsi lemak
dibandingkan dengan bayi aterm.
3.
Belum matangnya
fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara refleks hisap dan
menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-34 minggu, padahal
bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target pencapaian BB nya
lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus terjadi
pada bayi preterm.
4.
Paru yang belum
matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori yang meningkat.
5.
Potensial untuk
kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak sebanding dengan BB dan
sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan
kebutuhan kalori.
E. Tanda Klinis
Gambaran
klinis BBLR secara umum adalah :
1)
Berat kurang dari 2500 gram
2)
Panjang kurang dari 45 cm
3)
Lingkar dada kurang dari 30 cm
4)
Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5)
Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6)
Kepala lebih besar
7)
Kulit tipis, transparan, rambut lanugo
banyak, lemak kurang
8)
Otot hipotonik lemah
9)
Pernapasan tak teratur dapat terjadi
apnea
10)
Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut /
kaki fleksi-lurus
11)
Kepala tidak mampu tegak
12)
Pernapasan 40 – 50 kali / menit
13)
Nadi 100 – 140 kali / menit
Status
Bayi saat dilahirkan :
1)
Nilai Apgar yang rendah, asfiksia,
dilakukan resusitasi.
2)
Terlihat tidak proposional dengan
bagian-bagian badan kecil dan simetris.
3)
BB, TB, dan lingkar kepala yang tidak
sesuai dengan kelahiran.
(Maternal
Infant Health)
F. Problematika BBLR
Dengan
kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya baik anatomis maupun fisiologis
maka mudah timbul beberapa kelainan seperti berikut ini :
1.
Suhu tubuh yang tidak stabil
oleh karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan oleh penguapan
yag bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak dibawah kulit, permukaan
tubuh relatif lebih luas dibandingkan dengan berat badan, otot yang tidak
aktif,produksi panas yang berkurang oleh karena lemak coklat (brown fat) yang belum
cukup serta pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya.
2.
Gangguan pernafasan yang sering
menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal ini disebabkan kekurangan
surfactan(rasio lesitin/sfingomielin kurang dari 2), pertumbuhan dan pengembangan
paru yang belum sempurna, otot pernafasan yang masih lemah yang tulang iga yang
mudah melengkung(pliable thorak)
3.
Penyakit gangguan pernafasan
yang sering pada bayi BBLR adalah penyakit membran hialin dan aspirasi
pneumoni.
4.
Gangguan alat pencernaan dan
problema nutrisi, distensi abdomen akibat dari motilitas usus berkurang, volume
lambung berkurang sehingga waktu pengosongan lambung bertambah, daya untuk
mencernakan dan mengabsorbsi lemak, laktosa,vitamin yang larut dalam lemakdan
bebberapa mineral tertentu berkurang. Kerja dari sfingter kardio esofagus yang
belum sempurna memudahkan terjadinya regurgitasi isi lambung ke esofagus dan
mudah terjadi asspirasi.
5.
Immatur hati memudahkan
terjadinya hiperbilirubinemia dan defisiensi vitamin K.
6.
Ginjal yang immatur baik secara
anatomis maupun fungsinya. Produksi urine yang sedikit, urea clearence yang
rendah, tidak sanggup mengurangi kelebihan airtubuh dan elektrolit dari badan
dengan akibat mudah terjadi edema dan asidosis metabolik.
7.
Perdarahan mudah terjadi karena
pembuluh darah yang rapuh(fragile), kekurangan faktor pembekuan seperti
protrombine, faktor VII dan faktor christmas.
8.
Gangguan imunologok, daya tahan
tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahya kadar Ig G gamma globulin.
Bayi prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis
serta reaksi terhadap infeksi masih belum baik.
9.
Perdarahan intraventrikuler,
lebih dari 50% bayi prematur menderita perdarahan intraventrikuler. Hal ini
disebabkan oleh karena bayi BBLR sering menderita apnea,asfuksia berat dan
sindroma gangguan pernafasan. Luasnya perdarahan intraventrikuler ini dapat
10.
Retrolental Fibroplasia :
dengan menggunakan oksigen dengan konsentrasi tinggi(PaO2 lebih dari 115 mmHg :
15 kPa) maka akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah retina yang diikuti
oleh proliferasi kapiler-kapiler baru kedaerah yang iskemi sehingga terjadi
perdarahan, fibrosis, distorsi dan parut retina sehingga bayi menjadi buta.
Untuk menghindari retrolental fibroplasia maka oksigen yang diberikan pada bayi
prematur tidak boleh lebih dati 40%. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan
oksigen dengan kecepatan 2 liter permenit.
(Ilmu Kesehatan Anak 3 FKUI, 1985)
G. Komplikasi
1. Sindrom
aspirasi mekonium = Keadaan hipoksia intrauterin akan
mengakibatkan janin mengadakan ‘gasping’ dalam uterus. Selain itu mekonium akan
dilepaskan ke dalam likour amnion seperti yang sering terjadi pada ‘subacute
fetal distress’. Akibatnya cairan yang mengandung mekoniumyang lengket itu
masuk ke dalam paru janin karena inhalasi. Pada saat lair bayi akan menderita
gangguan pernapasan idiopatik. Pengobatannya sama dengan pengobatan sindrom
gangguan pernapasan idiopatik ditambah dengan pemberian antibiotik.
2.
Sindrom distres respirasi
= disebut juga penyakit membran hialin karena pada stadium akhir akan
terbentuk membran hialin yang membungkus alveolus paru.
Terjadi pada 10% bayi kurang bulan. Nampak konsolidasi paru progresif akibat kurangnya surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan di alveoli dan mencegah kolaps. Pada waktu atau segera setelah lahir bayi akan mengalami :
a) rintihan waktu inspirasi
b) napas cuping hidung
c) kecepatan respirasi leih dari 70/ menit
d) tarikan waktu inspirasi pada sternum ( tulang dada )
Nampak gambaran sinar- X dada yang khas bronkogrm udara dan pemeriksaan gas darah menunjukkan :
a) kadar oksigen arteri menurun
b) konsentrasi CO2 meningkat
c) asidosis metabolic
Pengobatan dengan oksigen yang dilembabkan, antibiotika, bikarbonas intravena dan makanan intravena. Mungkin diperlukan tekanan jalan positif berkelanjutan menggunakan pipa endotrakea. Akhirnya dibutuhkan pernapasan buatan bila timbul gagal napas dengan pernapasan tekanan positif berkelanjutan.
Terjadi pada 10% bayi kurang bulan. Nampak konsolidasi paru progresif akibat kurangnya surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan di alveoli dan mencegah kolaps. Pada waktu atau segera setelah lahir bayi akan mengalami :
a) rintihan waktu inspirasi
b) napas cuping hidung
c) kecepatan respirasi leih dari 70/ menit
d) tarikan waktu inspirasi pada sternum ( tulang dada )
Nampak gambaran sinar- X dada yang khas bronkogrm udara dan pemeriksaan gas darah menunjukkan :
a) kadar oksigen arteri menurun
b) konsentrasi CO2 meningkat
c) asidosis metabolic
Pengobatan dengan oksigen yang dilembabkan, antibiotika, bikarbonas intravena dan makanan intravena. Mungkin diperlukan tekanan jalan positif berkelanjutan menggunakan pipa endotrakea. Akhirnya dibutuhkan pernapasan buatan bila timbul gagal napas dengan pernapasan tekanan positif berkelanjutan.
3. Fibroplasiasretrolental
Oksigen konsentrasi tinggi pada daerah arteri berakibat pertumbuhan jaringan serat atau fibrosa di belakang lensa dan pelepasan retina yang menyebabkan kebutaan.hal ini dapat dihindari dengan menggunakan konsentrasi oksigen di bawah 40% ( kecuali bayi yang membutuhkan lebih dari 40 % ). Sebagian besar incubator mempunyai control untuk mencegah konsentrasi oksigen naik melebihi 40% tetapi lebih baik menggunakan pemantau oksigan perkutan yang saat ini mudah didapat untuk memantau tekanan oksigen arteri bayi.
Oksigen konsentrasi tinggi pada daerah arteri berakibat pertumbuhan jaringan serat atau fibrosa di belakang lensa dan pelepasan retina yang menyebabkan kebutaan.hal ini dapat dihindari dengan menggunakan konsentrasi oksigen di bawah 40% ( kecuali bayi yang membutuhkan lebih dari 40 % ). Sebagian besar incubator mempunyai control untuk mencegah konsentrasi oksigen naik melebihi 40% tetapi lebih baik menggunakan pemantau oksigan perkutan yang saat ini mudah didapat untuk memantau tekanan oksigen arteri bayi.
4. Dismatur
preterm terutama bila masa gestasinya kurang
dari 35 minggu
5. Enterokolitisnekrotik
Keadaan ini timbul terutama pada bayi kurang bulan dengan riwayat asfiksia. Dapat juga terjadi setelah transfuse tukar. Gejalanya : kembung, muntah, keluar darah dari rectum dan berak cair, syok usus dan usus mungkin mengalami perforasi. Pengobatan diberikan pengobatan gentamisin intravena, kanamisin oral. Hentikan minuman oral dan berikan pemberian makanan intravena. Mungkin diperlukan pembedahan
Keadaan ini timbul terutama pada bayi kurang bulan dengan riwayat asfiksia. Dapat juga terjadi setelah transfuse tukar. Gejalanya : kembung, muntah, keluar darah dari rectum dan berak cair, syok usus dan usus mungkin mengalami perforasi. Pengobatan diberikan pengobatan gentamisin intravena, kanamisin oral. Hentikan minuman oral dan berikan pemberian makanan intravena. Mungkin diperlukan pembedahan
6. Hiperbilirubinemia
=
keadaan ini
disebabkan karena hepar pada bayi prematur belum matang.
7. Perdarahan
intraventrikuler = adalah
perdarahan spontan pada ventrikel otak lateral, biasanya terjadi bersamaan
dengan pembentukan membran hialin di paru-paru.
8. Hipotermia
=
mungkin disebabkan oleh menurunnya glikogen dan cadangan lemak coklat, hasilnya
bayi mengalami penurunan kemampuan untuk mengatur panas normal dan menurunkan
level energi.
Prinsip Termoregulasi
Termoregulasi
adalah keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas. Pencegahan
stress dingin, yang menyebabkan hipotermia (suhu tubuh <350C),
sangat penting untuk pertahanan utuk bayi BBLR. Bayi yang baru lahir tidak
dapat menggigil, bergerak terlalu banyak atau meminta selimut tambahan sehingga
bergantung pada adaptasi fisik yang menghasilkan panas dengan meningkatkan laju
metabolisme basal dan menggunakan cadangan lemak coklat yang ada. Oleh karena
itu, pemajanan terhadap lingkungan yang dingin dapat berakibat pada perubahan
fisiologi multisiste, yang secara signifikan mengganggu status kesehatan bayi.
Saat tubuh turun, konsumsi oksigen jaringan meningkat karena bayi berusaha
meningkatkan laju metabolisme basalnya dengan membakar glukosa untuk
menghasilkan energi dan panas. Tindakan perewatan harus bertujuan memberi
lingkungan yang mendukung kenetralan suhu. Hal ini juga dikenal sebagai ‘lingkungan termal netral (NTE)’,
kisaran suhu sekitar saat lau metabolisme minimal, bayi mendapatkan atau bahkan
kehilangan panas, konsumsi oksigen minimal dan gradien suhu inti-ke-kulit kecil
(Blackburn & Loper 1992 dari Myles 2011).
9. Hipoglikemia
= Cadangan glukosa pada hati rendah sehingga ada kemungkinan sudah habis saat
dipergunakan dalam proses persalinan (Pengantar Kuliah Obstetri, 2007).
Biasanya bayi KMK mengalami kedinginan, bayi yang tumbuh secara asimetris
mengalami peurunan cadangan glikogen pada hati dan otot skeletal (Ogata, 1999
dari Myles, 2011).
10. Hipokalsemia
= dikarenakan terjadi gangguan pada kelenjar hipotiroid. Dapat menanmbah
beratnya asidosis sehingga terjadi kerusakan berantai yang akhirnya dapat
terjadi henti jantung bayi.
(Ilmu
Kesehatan Anak 3 FKUI, 1985 dan I.B.G Manuaba Pengantar Kuliah Obstetri, 2007)
H. Penatalaksanaan
Penanganan
bayi
Semakin
kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang diperlukan,
karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi
harus dilakukan didalam incubator
1.
Suhu
tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan
dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal
suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu
lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic
yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka,
juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus
diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300
C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
2.
Inkubator
Bayi
dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan
dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi
kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0
C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang
lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan
pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi
terhadap pernafasan lebih mudah.
Cara menggunakan inkubator bagi BBLR
:
a) Membersihkan inkubator dengan
disinfektan setiap hari dan bersihkan secara keseluruhan setiap minggu atau
setiap akan dipergunakan
b) Tutup matras dengan kain bersih
c) Kosongkan air reservior (dapat
menjadi tempat tumbuh bakteri berbahaya dan menyerang bayi)
d) Atur suhu inkubator sesuai umur dan
berat bayi :
1) BB <1500 gram Umur 1-10 hari : 35⁰C, umur 11 hari-3 minggu : 34⁰C, umur 3-5minggu : 33⁰C, umur >5minggu : 32⁰C
2) BB 1500-2000 gram Umur 1-10 hari :34⁰C, umur 11-4minggu : 33⁰C, umur >4 minggu : 32⁰C
3) BB 2100-2500 gram Umur 1-2 hari : 34⁰C, umur 3hari-3minggu : 33⁰C, umur > 3 minggu : 32⁰C
4) BB >2500 gram Umur 1-2 hari : 33⁰C, umur >2hari : 32⁰C.
(*bila
jenis inkubator berdinding tebal, setiap perbedaan suhu antara suhu ruang dan
suhu inkubator 7⁰C naikan suhu inkubator 1⁰C)
e) Hangatkan inkubator sebelum
digunakan
f) Bila memerlukan pengamatan seluruh
tubuh bayi atau terapi sinar, lepas semua pakaian bayi dan segera kenakan
pakaian kembali setelah pengamatan terapi selesai
g) Tutup inkubator secepat mungkin,
jaga lubang selalu tertutupagar inkubator tetap hangat
h) Gunakan satu inkubator untuk satu
bayi
i) Periksa suhu inkubator dengan
termometer ruangan dan ukur suhu bayi peraksila setiap jam dalam 8 jam pertama
kemudian setip 3 jam.
1) Bila suhu < 36⁰C atau >37⁰C, atur suhu inkubator secepatnya.
2) Bila suhu inkubator tidak sesuai
dengan suhu yang sudah diatur, berarti inkubator tidak berfungsi baik. Atur
suhu inkubator sampai tercapai suhu yang dikehendaki atau gunakan cara lain
untukmenghangatkan bayi.
j) Bila bayi tetap dingin walau suhu
inkubator telah diatur, lakukan manajemen penanganan suhu tubuh abnormal
k) Pindahkan bayi ke ibu secepatnya
apabila bayi sudah tidak menunjukan tanda-tanda sakit.
Ruangan hangat
Ruangan hangat untuk menghangatkan
bayi BBL, sering membuat petugas tidak nyaman, sehingga menurunkan suhu ruangan
tanpa menambah alat penghangat untuk bayi. Cara menggunakan ruangan hangat bagi
BBLR, yaitu
1. Pastikan bayi diberi pakaian
hangat dan kepala diberi topi
2. Pastikan suhu ruangan paling
rendah 26⁰C
a. BB
1500-2000 gram suhu ruangan 28-30⁰C
b. BB
>2000 gram suhu ruangan 26-28⁰C
3. Letakan bayi dalam boks didalam
kamar, jauhkan dari dinding yang dingin, jendela dan aliran udara
4. Ukur suhu tubuh bayi dan ruangan
4kali sehari
5. Pada malam hari, tambahkan sumber
panas
Pemantauan
I. Kenaikan berat badan dan
pemberian minum setelah 7 hari
- Bayi akan kehilangan berat selama
7-10 hari pertama. Bayi dengan berat lahir >1500 gram dapat kehilangan berat
sampai 10%. Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari kecuali apabila
terjadi komplikasi.
- Setelah berat lahir tercapai
kembali, kenaikan berat badan selama 3 bulan seharusnya:
1. 150-200
g seminggu untuk bayi <1500 gram (misalnya 20-30 g/hari)
2. 200-250
g seminggu untuk bayi 1500-2500 gram (misalnya 30-35 g/hari)
- Bila bayi sudah mendapat ASI
secara penuh (pada semua kategori berat) dan telah berusia lebh dari 7 hari:
1. Tingkatkan jumlah ASI dengan 20
ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari.
2. Tingkatkan jumlah ASI sesuai
dengan kenaikan berat badan bayi agar jumlah pemberia ASI tetap 180 ml/kg/hari
3. Apabila kenaikan berat tidak
adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI sampai 200 ml/kg/hari.
4. Apabila kenaikan berat tetap
kurang dari batas yang telah disebutkan diatas dalam waktu lebih seminggu
padahal bayi sudah mendapat ASI 200 ml/kg bb/hari, tangani sebagai kemungkinan
kenaikan berat badan tidak adekuat.
3.
Pemberian
oksigen
Ekspansi
paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak
adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar
30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam
masa yang panjangakan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang
dapat menimbulkan kebutaan
4.
Pencegahan
infeksi
Bayi
preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang berkembang,
ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk
mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum
dan sesudah merawat bayi.
5.
Glukosa (Hiperglikemia): Penyuntikan
disusul pemberian infuse glukosa
6.
Pemberian
makanan/ nutrisi
Pemberian
makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemia
dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui
kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah.
Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori,
dibandingkan dengan bayi preterm.
I. Penatalaksanaan BBLR dibawah 1750 gram
Sebagian bayi dengan berat lahir 1750 – 2250 gram
mungkin perlu perawatan ekstra, tetapi dapat secara normal bersama ibunya untuk
diberi minum dan kehangatan, terutama jika kontak kulit-ke-kulit dapat dijaga.
a. Pemberian Minum
Mulailah memberikan ASI dalam 1 jam sesudah kelahiran. Kebanyakan bayi mampu
mengisap. Bayi yang dapat mengisap harus diberi ASI. Bayi yang tidak
bisa menyusu harus diberi ASI perah dengan cangkir dan sendok. Ketika bayi
mengisap dari puting dengan baik dan berat badan bertambah, kurangi pemberian
minum melalui sendok dan cangkir. Periksalah bayi sekurangnya dua kali
sehari untuk menilai kemampuan minum, asupan cairan, adanya suatu TANDA
BAHAYA atau tanda-tanda adanya infeksi bakteri berat Jika terdapat salah
satu tanda ini, lakukan pemantauan ketat di tempat perawatan bayi baru
lahir seperti yang dilakukan pada Berat Bayi Lahir Sangat Rendah
(BBLSR). Risiko merawat anak di rumah sakit (misalnya mendapat infeksi
nosokomial), harus seimbang dengan manfaat yang diperoleh dari perawatan
yang lebih baik. Bayi-bayi ini berisiko untuk hipotermia, apnu,
hipoksemia, sepsis, intoleransi minum dan enterokolitis nekrotikan.
Semakin kecil bayi semakin tinggi risiko. Semua Bayi Berat Lahir Sangat
Rendah (BBLSR) harus dikirim ke Perawatan Khusus atau Unit Neonatal.
b.
Tatalaksana
Beri oksigen melalui pipa nasal atau nasal prongs jika terdapat
salah satu tanda hipoksemia.
c.
Suhu
Lakukanlah perawatan kulit-ke-kulit di antara kedua payudara ibu atau beri
pakaian di ruangan yang hangat atau dalam humidicrib jika staf telah
berpengalaman dalam menggunakannya. Jika tidak ada penghangat bertenaga
listrik, botol air panas yang dibungkus dengan handuk bermanfaat untuk menjaga
bayi tetap hangat. Pertahankan suhu inti tubuh sekitar 36.5 – 37.50 C dengan
kaki tetap hangat dan berwarna kemerahan.
d.
Cairan dan pemberian minum
·
Jika mungkin
berikan cairan IV 60 mL/kg/hari selama hari pertama kehidupan. Sebaiknya
gunakan paediatric (100 mL) intravenous burette: dengan sehat dan
aktif, beri 2-4 mL ASI perah setiap 2 jam melalui pipa lambung, tergantung
berat badan bayi (lihat halaman 62).
·
Bayi sangat
kecil yang ditempatkan di bawah pemancar panas atau terapi sinar
memerlukan lebih banyak cairan dibandingkan dengan volume biasa. Lakukan
perawatan hati-hati agar pemberian cairan IV dapat akurat karena
kelebihan cairan dapat berakibat fatal.
·
Jika mungkin,
periksa glukosa darah setiap 6 jam hingga pemberian minum enteral
dimulai, terutama jika bayi mengalami apnu, letargi atau kejang. Bayi
mungkin memerlukan larutan glukosa 10%.
·
Mulai berikan
minum jika kondisi bayi stabil (biasanya pada hari ke-2, pada bayi yang
lebih matur mungkin pada hari ke-1). Pemberian minum dimulai jika perut
tidak distensi dan lembut, terdapat bising usus, telah keluar mekonium
dan tidak terdapat apnu.
·
Gunakan tabel
minum.
·
Hitung jumlah
minum dan waktu pemberiannya.
·
Jika toleransi
minum baik, tingkatkan kebutuhan perhari.
·
Pemberian susu
dimulai dengan 2-4 mL setiap 1-2 jam melalui pipa lambung.
·
Beberapa BBLSR
yang aktif dapat minum dengan cangkir dan sendok atau pipet steril. Gunakan
hanya ASI jika mungkin. Jika volume 2-4 mL dapat diterima tanpa muntah,
distensi perut atau retensi lambung lebih dari setengah yang diminum, volume
dapat ditingkatkan sebanyak 1-2 mL per minum setiap hari. Kurangi atau hentikan
minum jika terdapat tanda-tanda toleransi yang buruk. Jika target pemberian
minum dapat dicapai dalam 5-7 hari pertama, tetesan IV dapat dilepas untuk
menghindari infeksi.
·
Minum dapat
ditingkatkan selama 2 minggu pertama kehidupan hingga 150-180 mL/kg/hari (minum
19-23 mL setiap 3 jam untuk bayi 1 kg dan 28-34 mL untuk bayi 1.5 kg). Setelah
bayi tumbuh, hitung kembali volume minum
berdasarkan berat badan terakhir.
e.
Antibiotika dan Sepsis
·
Faktor-faktor
risiko sepsis adalah: bayi yang dilahirkan di luar rumah sakit atau dilahirkan
dari ibu yang tidak sehat, pecah ketuban >18 jam, bayi kecil (mendekati 1
kg).
·
Jika terdapat
salah satu TANDA BAHAYA (halaman 57) atau tanda lain infeksi bakteri berat
(halaman 58) mulailah pemberian antibiotik.
f.
Apnu
·
Amati bayi
secara ketat terhadap periode apnu dan bila perlu rangsang pernapasan bayi
dengan mengusap dada atau punggung. Jika gagal, lakukan resusitasi dengan balon
dan sungkup.
·
Jika bayi
mengalami episode apnu lebih dari sekali dan atau sampai membutuhkan resusitasi
berikan sitrat kafein atau aminofilin.
·
Kafein lebih
dipilih jika tersedia. Dosis awal sitrat kafein adalah 20 mg/kg oral atau IV (berikan
secara lambat selama 30 menit). Dosis rumatan sesuai anjuran (lihat halaman
79).
·
Jika kafein
tidak tersedia, berikan dosis awal aminofilin 10 mg/kg secara oral atau IV
selama 15-30 menit (halaman 76). Dosis rumatan sesuai anjuran.
·
Jika monitor apnu
tersedia, maka alat ini harus digunakan
J. Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik
a)
Hematokrit (HCT) meningkat 70%
menandakan polistemia (peningkatan viskositas) bila terjadi penurunan kadar menunjukkan anemia
atau hemoragic prenatal /perinatal dan hemoglobin (Hb) 20
g/dl.
b)
Titer Torch sesuai indikasi/ screen
bakteri dan TORCH – mengetahui penyebaran penyakit.
c)
GDA – Oksigen berkurang dan
karbondioksida pada level asfiksia.
d) Menghiung
gula Dextrostix – mengindikasikan glukosa 45 mg/dl 1-2 jam setelah kelahiran
dan untuk 2-3 hari setelah kelahiran.
e)
Pemantauan elektrolit – biasanya dalam batas normal pada
awalnya untuk natrium, kalium, sodium dan kalsium. Dan kemungkinan
mendeteksi adanya penurunan untuk selanjutnya.
f)
Pemeriksaan bilirubin – melihat kembali
adanya peningkatan di polisitemia yang berhubungan dengan hipoksemia. (6 mg/dl pada hari pertama
kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari).
g)
Pemeriksaan IgM – untuk melihat
meningkatnya infeksi ; mungkin terjadi peningkatan/ penurunan jumlah leokosit (18.000/mm3, netrofil meningkat
sampai 23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis )).
; penurunan jumlah platelet ; mungkin terjadi ketidaknormalan waktu protombin/
waktu parsial protombin.
h)
Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal
: foto thorax ). Foto
dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan
terjadi sindrom gawat nafas. Pemeriksaan glucose darah terhadap
hipoglikemia
i)
Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
K. Prognosis
Pada saat ini harapan hidup bayi
dengan berat 1501- 2500 gram adalah 95 %, tetapi berat bayi kurang dari 1500
gram masih mempunyai angka kematian yang tinggi. Kematian diduga karena
displasia bronkhopulmonal, enterokolitis nekrotikans, atau infeksi sekunder.
BBLR yang tidak mempunyai cacat
bawaan selama 2 tahun pertama akan mengalami pertumbuhan fisik yang mendekati
bayi cukup bulan dengan berat sesuai masa gestasi.
Pada BBLR , makin imatur dan makin
rendah berat lahir bayi, makin besar kemungkinan terjadi kecerdasan berkurang
dan gangguan neurologik.
L. Pemulangan Bayi
Sebelum pulang bayi sudah harus
mampu minum sendiri, baik dengan botol maupum putting susu ibu. Selain itu
kenaikan berat badan berkisar antara 10 – 30 gram / hari dan suhu tubuh tetap
normal diruang biasa. Biasanya bayi dipulangkan dengan berat badan lebih dari
2000 gram dan semua masalah berat sudah teratasi.
Pemulangan dan pemantauan BBLR
BBLR dapat dipulangkan apabila :
1)
Tidak terdapat
TANDA BAHAYA atau tanda infeksi berat.
2)
Berat badan
bertambah hanya dengan ASI.
3)
Suhu tubuh
bertahan pada kisaran normal (36-370C) dengan pakaian terbuka.
4)
Ibu yakin dan
mampu merawatnya.
BBLR harus diberi semua vaksin yang dijadwalkan pada
saat lahir dan jika ada dosis kedua pada saat akan dipulangkan.
Konseling pada saat BBLR pulang
Lakukan konseling pada orang tua sebelum bayi pulang mengenai :
1)
pemberian ASI
eksklusif
2)
menjaga bayi
tetap hangat
3)
tanda bahaya
untuk mencari pertolongan
Timbang berat badan, nilai minum dan kesehatan secara
umum setiap minggu hingga berat badan bayi mencapai 2.5 kg.
M. Upaya-upaya Preventif untuk Menurunkan Kejadian IUGR
I. Upaya umum
1)
Meningkatkan kesejahteraan umum masyarakat sehingga
cukup nutrisi dalam bentuk 4 sehat 5 sempurna.
2)
Melakukan pengobatan yang menyertai ibu hamil sedini
mungkin antara lain :
a)
Hipertensi
b)
Penyakit ginjal
c)
Penyakit hati
d)
Kardiovaskuler
e)
DM
f)
Penyakit paru/ asma
3)
Meningkatkan penerimaan KB sehingga ibu hamil dalam
keadaan sehat psikologi, ekonomis, dan fisik yang tepat, dengan memperhatikan
interval kehamilan.
4)
Berhenti hamil setelah mencapai umur sekitar 35 tahun
sehingga kemungkinan penyakit di atas tidak berpengaruh.
5)
Saat hamil lebih banyak instirahat baring.
II. Upaya khusus
Setelah diagnosis ditegakkan, ada kemungkinan akan
terjafi IUGR. Maka upaya yang dapat dilakukan adalah :
1)
Tidur miring ke kiri. Untuk meningkatkan kelancaran
aliran darah menuju retro-plasenter sehingga dapat :
a)
Meningkatkan aliran nutrisi, vitamin dan lainnya.
b)
Meningkatkan pertukuran O2 dan CO2
c)
Meningkatkan fungsi plasenta lainnya.
2)
Memberikan pengaobatan ringan dengan :
a)
Aspirin 150 mg/hari.
b)
Dipiridamol 225 mg/hari.
c)
Pemberian heparin, untuk mengurangi trombosis.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bayi berat
badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada
saat kelahiran kurang dari 2.500 gram sampai dengan 2.499 gram.
Ada 3
penyebab yang biasanya mengikuti bayi BBLR :
1.
Faktor Ibu
2.
Faktor Janin
3.
Faktor Plasenta
Upaya-upaya untuk meminimalisir bayi BBLR ada beberapa
salah satunya menangani kebiasaan buruk sang ibu dan melakukan check up
kehamilan berkala.
DAFTAR
PUSTAKA
I.B.G Manuaba,
dkk.2007.Pengantar Kuliah Obstetri.Jakarta:EGC.
Doenges,
Marilynn E.Rencana Asuhan Keperawatan.2000.Jakarta:EGC.
Dorland.1998.Kamus
Saku Kedokteran. Jakarta : EGC.
Myles.2011.Buku Ajar Bidan Edisi 14. Jakarta:EGC.
Staf Pengajar
Ilmu Kesehatan Anak FKUI.1985. Ilmu Kesehatan
Anak buku 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
T. Heather H.2011.Nanda
Internasional Diagnosa Keperawatan 2009-2011. Jakarta:EGC.
Wilkinson,
Judith M.dkk.2007.Buku
Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta:EGC.
_____________________.2012.
Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:EGC.
Wong, Donna
L.2009.Buku Ajar Keperawatan Pediatrik
Volume 2 Edisi 6. Jakarta:EGC.
_____________________.2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1 Edisi 6. Jakarta:EGC.
No comments:
Post a Comment