Thursday, 21 March 2019

MAKALAH BERAT BADAN BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

MAKALAH

BERAT BADAN BAYI LAHIR RENDAH
(BBLR)


KATA PENGANTAR

Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT.  Shalawat  dan  salam  selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW.  Berkat  limpahan dan rahmat-Nya saya mampu  menyelesaikan  tugas  makalah ini.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang saya hadapi. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Dan saya menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang saya hadapi teratasi.
            Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan yang lebih luas. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada  dosen  pembimbing saya  meminta  masukannya  demi  perbaikan  pembuatan  makalah  saya  di  masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Banda Aceh,   April  2018


Penulis


DAFTAR ISI


BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.    Latar Belakang...................................................................................... 1
B.     Tujuan................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A.    Definisi BBLR...................................................................................... 3
B.     Macam-Macam BBLR.......................................................................... 3
C.     Etiologi.................................................................................................. 3
D.    Patofisiologi.......................................................................................... 5
E.     Tanda Klinis.......................................................................................... 6
F.      Problematika BBLR.............................................................................. 7
G.    Komplikasi............................................................................................ 8
H.    Penatalaksanaan.................................................................................. 11
I.       Penatalaksanaan BBLR dibawah 1750 gram...................................... 15
J.       Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik................................................... 17
K.    Prognosis............................................................................................. 18
L.     Pemulangan Bayi................................................................................ 19
M.   Upaya-upaya Preventif untuk Menurunkan Kejadian IUGR............. 20

BAB III PENUTUP............................................................................................. 21
A.    Kesimpulan......................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 22

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bayi dengan badan lahir rendah akan meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian bayi. Berat badan lahir sangat menentukan prognosa dan komplikasi yang terjadi. Hal ini akan bertambah buruk jika berat badan tidak bertambah untuk waktu yang lama.
Masalah yang mengancam pada BBLR dan BBLSR adalah resiko kehilangan panas dan ir yang relative lebih besar karena permukaan tubuh reltif luas, jaringan lemak subkutan lebih tipis, sehingga resiko kehilangan panas melalui kulit dan kekurangan cadangan energi lebih besar. Daya tahan tubuh relative rendah karena prematuritas dan malnutisinya, juga fungsi organ belum baik (terutama UK < 34 minggu), misalnya : system pernafasan, saluran cerna, hati , ginjal, metabolisme dan system kekebalan. Bayi BBLSR mempunyai insiden perumahsakitan kembali yang lebih tinggi selama tahun pertama kehidupan, jika dibanding dengan bayi yang lebih besar, sebagai akibat dari hernia inguinalis, infeksi, pengobatan sisa akibat prematuritas dan gangguan perawatan.
Masalah kesehatan anak di tiap Negara berbeda, karena perbedaan lingkungan yang mempengaruhinya. Namun secara garis besar masalah tersebut dikelompokkan menjadi dua kategori. Masalah anak di Negara maju dan masalah anak di Negara berkembang. Pola penyakit di Negara maju antara lain : keganasan, kecelakaan, kelainan genetic dan gangguan psikologik. Sedangkan masalah anak di Negara berkembang yang saat ini terjadi adalah penyakit infeksi, infeksi parasit dan penyakit kurang gizi. Dimana pola penyakit di Negara berkembang juga pernah dialami oleh kelompok Negara maju 50-100 tahun yang lalu. Indonesia dikategorikan dalam Negara berkembang, apalagi dengan adannya krisis ekonomi yang berdampak pada aspek kesehatan. Tingkat social ekonomi yang rendah sering dihubungkan dengan kelahiran bayi berat lahir rendah. Jadi baik tidaknya keadaan sosial ekonomi suatu tempat dapat dilihat dari tinggi rendahnya angka kematian bayi (AKB). Di Indonesia pada tahun 1980 AKB mencapai 46,0 % sedangkan di Singapura pada tahun yang sama AKB 13,5 %.
Frekuensi kejadian bayi lahir kurang dari masa gestasi 37 minggu (menurut U.S. Collaborative Perinatal Study) adalah 7,1 % untuk kulit putih dan 17,9 % untuk kulit berwarna. Kira-kira 1/3 – ½ bayi berat lahir rendah mempunyai masa gestasi 37 minggu atau lebih. Kejadian bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram bervariasi antara 6 – 16 %. Di bangsal Neonatus RSCM (1986) penyebab kematian neonatus adalah : cacat bawaan, sindrom gawat nafas, infeksi, asfiksia, imaturitas (Markum, AH, 2002).

B.     Tujuan
a.       Dapat mengetahui definisi BBLR
b.      Dapat mengetahui etiologi BBLR
c.       Dapat menjelaskan tanda dan gejala BBLR
d.      Dapat menjelaskan patofisiologi BBLR
e.       Dapat menjelaskan penalalaksanaan medis pada kasus BBLR
f.       Dapat memberikan asuhan keperawatan.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi BBLR
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram sampai dengan 2.499 gram. (Ilmu Kesehatan Anak 3 FKUI, 1985)
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat dan 2500 gram atau lebih rendah. (Menurut WHO,1961)
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi berat badannya kurang dari 2.500 gr. Berdasarkan berat badan saja, dianggap bayi prematur adalah kurang dari 37 minggu. (Pengantar Kuliah Obstetri, 2007)

B.     Macam-Macam BBLR
Bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan :
1.      Prematuritas Murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badanya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan-sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
2.      Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intaruterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK)/ Small for Gestatation Age (SGA).
(Ilmu Kesehatan Anak 3 FKUI, 1985 dan Pengantar Kuliah Obstetri, 2007)

C.    Etiologi
a.         Faktor Ibu :
§  Umur ibu pada dibawah 20 tahun dan diatas 35 th
§  Perdarahan antepartum
§  Bahan teratogonik ( alcohol, radiasi, obat )
§  Penyakit kronis
§  Keadaan penyebab Infusifiensi plasenta ( penyakit jantung, ginjal, paru, hipertensi, dll )
§  Malnutris
§  Kelainan uterus
§  Infeksi Hepatitis A-B = menimbulkan gangguan umum karena fungsi hati dalam mengatur nutrisi kurang sehingga dapat menimbulkan prematuritas.
§  Hidramnion
§  Trauma
§  Jarak kehamilan terlalu dekat
§  Pekerjaan berat semasa hamil
§  Faktor penyakit (Toksemia gravidarum, trauma fisik, keadaan uterus yang buruk, penyakit Vaskular) atau maternal infection (TORCH) dan Sitomegalovirus = gangguan sel berupa sitolisis sehingga dapat menimbulkan gangguan fungsi sel.
b.      Faktor Plasenta
·            Penyakit Vaskuler
·            Kehamilan ganda
·            Malformasi
·            Tumor
·            Plasenta privea
c.       Faktor Janin
·            Kelainan kromosom :
-       Trisomi 21 dan 18 = gangguan tumbuh kembang muskulus arteriol sehingga menimbulkan gangguan sirkulasi darah retroplasenter dengan akibat MKM.
-       Trisomi 16 = menimbulkan abortus spontan.
·            Malformasi
·            Infeksi congenital ( missal : rubella ) = gangguan vaskular khusnya kapiler endotelial dan dapat menimbulkan gangguan kongenital.
·            Kehamilan ganda (Twin Fetuses)
·            Ketuban pecah dini
(Ilmu Kesehatan Anak 3 FKUI, 1985)

a.         Faktor Genetik (orang tuanya kecil dan pendek, kromosom abnormal, anancephal).
b.         Kehamilan ganda.
c.         Ibu malnutrisi.
d.        Ibu mengkonsumsi alkohol, rokok, atau nikotin atau ibu tinggal di lingkungan yang beresiko tinggi.
e.         Infeksi, seperti TORCH
f.          Penurunan plasenta yang disebabkan oleh diabetes, penyakit ginjal, toxemia, dan hipertensi.
g.         Kongenital anomali.
h.         Obat-obatan, seperti antimetabolisme/ antikonvulsan, diminum oleh ibunya.
(Maternal Infant Health)

D.    Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin tinggi resiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
1.      Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai potensi terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dll. Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR Prematur.
2.      Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
3.      Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
4.      Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori yang meningkat.
5.      Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak sebanding dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan kalori.

E.     Tanda Klinis
Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1)      Berat kurang dari 2500 gram
2)      Panjang kurang dari 45 cm
3)      Lingkar dada kurang dari 30 cm
4)      Lingkar kepala kurang dari 33 cm
5)      Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
6)      Kepala lebih besar
7)      Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
8)      Otot hipotonik lemah
9)      Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea
10)  Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus
11)  Kepala tidak mampu tegak
12)  Pernapasan 40 – 50 kali / menit
13)  Nadi 100 – 140 kali / menit

Status Bayi saat dilahirkan :
1)      Nilai Apgar yang rendah, asfiksia, dilakukan resusitasi.
2)      Terlihat tidak proposional dengan bagian-bagian badan kecil dan simetris.
3)      BB, TB, dan lingkar kepala yang tidak sesuai dengan kelahiran.
(Maternal Infant Health)

F.     Problematika BBLR
Dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya baik anatomis maupun fisiologis maka mudah timbul beberapa kelainan seperti berikut ini :
1.     Suhu tubuh yang tidak stabil oleh karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan oleh penguapan yag bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak dibawah kulit, permukaan tubuh relatif lebih luas dibandingkan dengan berat badan, otot yang tidak aktif,produksi panas yang berkurang oleh karena lemak coklat (brown fat) yang belum cukup serta pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana mestinya.
2.     Gangguan pernafasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR. Hal ini disebabkan kekurangan surfactan(rasio lesitin/sfingomielin kurang dari 2), pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna, otot pernafasan yang masih lemah yang tulang iga yang mudah melengkung(pliable thorak)
3.     Penyakit gangguan pernafasan yang sering pada bayi BBLR adalah penyakit membran hialin dan aspirasi pneumoni.
4.     Gangguan alat pencernaan dan problema nutrisi, distensi abdomen akibat dari motilitas usus berkurang, volume lambung berkurang sehingga waktu pengosongan lambung bertambah, daya untuk mencernakan dan mengabsorbsi lemak, laktosa,vitamin yang larut dalam lemakdan bebberapa mineral tertentu berkurang. Kerja dari sfingter kardio esofagus yang belum sempurna memudahkan terjadinya regurgitasi isi lambung ke esofagus dan mudah terjadi asspirasi.
5.     Immatur hati memudahkan terjadinya hiperbilirubinemia dan defisiensi vitamin K.
6.     Ginjal yang immatur baik secara anatomis maupun fungsinya. Produksi urine yang sedikit, urea clearence yang rendah, tidak sanggup mengurangi kelebihan airtubuh dan elektrolit dari badan dengan akibat mudah terjadi edema dan asidosis metabolik.
7.     Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh(fragile), kekurangan faktor pembekuan seperti protrombine, faktor VII dan faktor christmas.
8.     Gangguan imunologok, daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahya kadar Ig G gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap infeksi masih belum baik.
9.     Perdarahan intraventrikuler, lebih dari 50% bayi prematur menderita perdarahan intraventrikuler. Hal ini disebabkan oleh karena bayi BBLR sering menderita apnea,asfuksia berat dan sindroma gangguan pernafasan. Luasnya perdarahan intraventrikuler ini dapat
10. Retrolental Fibroplasia : dengan menggunakan oksigen dengan konsentrasi tinggi(PaO2 lebih dari 115 mmHg : 15 kPa) maka akan terjadi vasokonstriksi pembuluh darah retina yang diikuti oleh proliferasi kapiler-kapiler baru kedaerah yang iskemi sehingga terjadi perdarahan, fibrosis, distorsi dan parut retina sehingga bayi menjadi buta. Untuk menghindari retrolental fibroplasia maka oksigen yang diberikan pada bayi prematur tidak boleh lebih dati 40%. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan oksigen dengan kecepatan 2 liter permenit.
(Ilmu Kesehatan Anak 3 FKUI, 1985)

G.    Komplikasi
1.   Sindrom aspirasi mekonium = Keadaan hipoksia intrauterin akan mengakibatkan janin mengadakan ‘gasping’ dalam uterus. Selain itu mekonium akan dilepaskan ke dalam likour amnion seperti yang sering terjadi pada ‘subacute fetal distress’. Akibatnya cairan yang mengandung mekoniumyang lengket itu masuk ke dalam paru janin karena inhalasi. Pada saat lair bayi akan menderita gangguan pernapasan idiopatik. Pengobatannya sama dengan pengobatan sindrom gangguan pernapasan idiopatik ditambah dengan pemberian antibiotik.
2.   Sindrom distres respirasi = disebut juga penyakit membran hialin karena pada stadium akhir akan terbentuk membran hialin yang membungkus alveolus paru.
Terjadi pada 10% bayi kurang bulan. Nampak konsolidasi paru progresif akibat kurangnya surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan di alveoli dan mencegah kolaps. Pada waktu atau segera setelah lahir bayi akan mengalami :
a) rintihan waktu inspirasi
b) napas cuping hidung
c) kecepatan respirasi leih dari 70/ menit
d) tarikan waktu inspirasi pada sternum ( tulang dada )
Nampak gambaran sinar- X dada yang khas bronkogrm udara dan pemeriksaan gas darah menunjukkan :
a) kadar oksigen arteri menurun
b) konsentrasi CO2 meningkat
c) asidosis metabolic
Pengobatan dengan oksigen yang dilembabkan, antibiotika, bikarbonas intravena dan makanan intravena. Mungkin diperlukan tekanan jalan positif berkelanjutan menggunakan pipa endotrakea. Akhirnya dibutuhkan pernapasan buatan bila timbul gagal napas dengan pernapasan tekanan positif berkelanjutan.
3.   Fibroplasiasretrolental
Oksigen konsentrasi tinggi pada daerah arteri berakibat pertumbuhan jaringan serat atau fibrosa di belakang lensa dan pelepasan retina yang menyebabkan kebutaan.hal ini dapat dihindari dengan menggunakan konsentrasi oksigen di bawah 40% ( kecuali bayi yang membutuhkan lebih dari 40 % ). Sebagian besar incubator mempunyai control untuk mencegah konsentrasi oksigen naik melebihi 40% tetapi lebih baik menggunakan pemantau oksigan perkutan yang saat ini mudah didapat untuk memantau tekanan oksigen arteri bayi.
4.   Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
5.   Enterokolitisnekrotik
Keadaan ini timbul terutama pada bayi kurang bulan dengan riwayat asfiksia. Dapat juga terjadi setelah transfuse tukar. Gejalanya : kembung, muntah, keluar darah dari rectum dan berak cair, syok usus dan usus mungkin mengalami perforasi. Pengobatan diberikan pengobatan gentamisin intravena, kanamisin oral. Hentikan minuman oral dan berikan pemberian makanan intravena. Mungkin diperlukan pembedahan
6.   Hiperbilirubinemia = keadaan ini disebabkan karena hepar pada bayi prematur belum matang.
7.   Perdarahan intraventrikuler = adalah perdarahan spontan pada ventrikel otak lateral, biasanya terjadi bersamaan dengan pembentukan membran hialin di paru-paru.
8.   Hipotermia = mungkin disebabkan oleh menurunnya glikogen dan cadangan lemak coklat, hasilnya bayi mengalami penurunan kemampuan untuk mengatur panas normal dan menurunkan level energi.
Prinsip Termoregulasi
Termoregulasi adalah keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas. Pencegahan stress dingin, yang menyebabkan hipotermia (suhu tubuh <350C), sangat penting untuk pertahanan utuk bayi BBLR. Bayi yang baru lahir tidak dapat menggigil, bergerak terlalu banyak atau meminta selimut tambahan sehingga bergantung pada adaptasi fisik yang menghasilkan panas dengan meningkatkan laju metabolisme basal dan menggunakan cadangan lemak coklat yang ada. Oleh karena itu, pemajanan terhadap lingkungan yang dingin dapat berakibat pada perubahan fisiologi multisiste, yang secara signifikan mengganggu status kesehatan bayi. Saat tubuh turun, konsumsi oksigen jaringan meningkat karena bayi berusaha meningkatkan laju metabolisme basalnya dengan membakar glukosa untuk menghasilkan energi dan panas. Tindakan perewatan harus bertujuan memberi lingkungan yang mendukung kenetralan suhu. Hal ini juga dikenal sebagai ‘lingkungan termal netral (NTE)’, kisaran suhu sekitar saat lau metabolisme minimal, bayi mendapatkan atau bahkan kehilangan panas, konsumsi oksigen minimal dan gradien suhu inti-ke-kulit kecil (Blackburn & Loper 1992 dari Myles 2011).
9.   Hipoglikemia = Cadangan glukosa pada hati rendah sehingga ada kemungkinan sudah habis saat dipergunakan dalam proses persalinan (Pengantar Kuliah Obstetri, 2007). Biasanya bayi KMK mengalami kedinginan, bayi yang tumbuh secara asimetris mengalami peurunan cadangan glikogen pada hati dan otot skeletal (Ogata, 1999 dari Myles, 2011).
10.    Hipokalsemia = dikarenakan terjadi gangguan pada kelenjar hipotiroid. Dapat menanmbah beratnya asidosis sehingga terjadi kerusakan berantai yang akhirnya dapat terjadi henti jantung bayi.
(Ilmu Kesehatan Anak 3 FKUI, 1985 dan I.B.G Manuaba Pengantar Kuliah Obstetri, 2007)

H.    Penatalaksanaan
Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
1.         Suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.
Bayi berat rendah harus diasuh dalam suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000 gram, dan sampai 300 C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram

2.    Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi terhadap pernafasan lebih mudah.
Cara menggunakan inkubator bagi BBLR :
a)      Membersihkan inkubator dengan disinfektan setiap hari dan bersihkan secara keseluruhan setiap minggu atau setiap akan dipergunakan
b)     Tutup matras dengan kain bersih
c)      Kosongkan air reservior (dapat menjadi tempat tumbuh bakteri berbahaya dan menyerang bayi)
d)     Atur suhu inkubator sesuai umur dan berat bayi :
1)      BB <1500 gram Umur 1-10 hari : 35C, umur 11 hari-3 minggu : 34C, umur 3-5minggu : 33C, umur >5minggu : 32C
2)      BB 1500-2000 gram Umur 1-10 hari :34C, umur 11-4minggu : 33C, umur >4 minggu : 32C
3)      BB 2100-2500 gram Umur 1-2 hari : 34C, umur 3hari-3minggu : 33C, umur > 3 minggu : 32C
4)      BB >2500 gram Umur 1-2 hari : 33C, umur >2hari : 32C.
(*bila jenis inkubator berdinding tebal, setiap perbedaan suhu antara suhu ruang dan suhu inkubator 7C naikan suhu inkubator 1C)
e)      Hangatkan inkubator sebelum digunakan
f)      Bila memerlukan pengamatan seluruh tubuh bayi atau terapi sinar, lepas semua pakaian bayi dan segera kenakan pakaian kembali setelah pengamatan terapi selesai
g)     Tutup inkubator secepat mungkin, jaga lubang selalu tertutupagar inkubator tetap hangat
h)     Gunakan satu inkubator untuk satu bayi
i)       Periksa suhu inkubator dengan termometer ruangan dan ukur suhu bayi peraksila setiap jam dalam 8 jam pertama kemudian setip 3 jam.
1)      Bila suhu < 36C atau >37C, atur suhu inkubator secepatnya.
2)      Bila suhu inkubator tidak sesuai dengan suhu yang sudah diatur, berarti inkubator tidak berfungsi baik. Atur suhu inkubator sampai tercapai suhu yang dikehendaki atau gunakan cara lain untukmenghangatkan bayi.
j)       Bila bayi tetap dingin walau suhu inkubator telah diatur, lakukan manajemen penanganan suhu tubuh abnormal
k)     Pindahkan bayi ke ibu secepatnya apabila bayi sudah tidak menunjukan tanda-tanda sakit.
Ruangan hangat
Ruangan hangat untuk menghangatkan bayi BBL, sering membuat petugas tidak nyaman, sehingga menurunkan suhu ruangan tanpa menambah alat penghangat untuk bayi. Cara menggunakan ruangan hangat bagi BBLR, yaitu
1. Pastikan bayi diberi pakaian hangat dan kepala diberi topi
2. Pastikan suhu ruangan paling rendah 26C
a. BB 1500-2000 gram suhu ruangan 28-30C
b. BB >2000 gram suhu ruangan 26-28C
3. Letakan bayi dalam boks didalam kamar, jauhkan dari dinding yang dingin, jendela dan aliran udara
4. Ukur suhu tubuh bayi dan ruangan 4kali sehari
5. Pada malam hari, tambahkan sumber panas
Pemantauan
I. Kenaikan berat badan dan pemberian minum setelah 7 hari
- Bayi akan kehilangan berat selama 7-10 hari pertama. Bayi dengan berat lahir >1500 gram dapat kehilangan berat sampai 10%. Berat lahir biasanya tercapai kembali dalam 14 hari kecuali apabila terjadi komplikasi.
- Setelah berat lahir tercapai kembali, kenaikan berat badan selama 3 bulan seharusnya:
1. 150-200 g seminggu untuk bayi <1500 gram (misalnya 20-30 g/hari)
2. 200-250 g seminggu untuk bayi 1500-2500 gram (misalnya 30-35 g/hari)
- Bila bayi sudah mendapat ASI secara penuh (pada semua kategori berat) dan telah berusia lebh dari 7 hari:
1. Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari.
2. Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan kenaikan berat badan bayi agar jumlah pemberia ASI tetap 180 ml/kg/hari
3. Apabila kenaikan berat tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI sampai 200 ml/kg/hari.
4. Apabila kenaikan berat tetap kurang dari batas yang telah disebutkan diatas dalam waktu lebih seminggu padahal bayi sudah mendapat ASI 200 ml/kg bb/hari, tangani sebagai kemungkinan kenaikan berat badan tidak adekuat.
3.    Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O2yang diberikan sekitar 30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam masa yang panjangakan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan
4.    Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
5.   Glukosa (Hiperglikemia): Penyuntikan disusul pemberian infuse glukosa
6.    Pemberian makanan/ nutrisi
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama, dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.

I.       Penatalaksanaan BBLR dibawah 1750 gram
Sebagian bayi dengan berat lahir 1750 – 2250 gram mungkin perlu perawatan ekstra, tetapi dapat secara normal bersama ibunya untuk diberi minum dan kehangatan, terutama jika kontak kulit-ke-kulit dapat dijaga.
a.    Pemberian Minum
Mulailah memberikan ASI dalam 1 jam sesudah kelahiran. Kebanyakan bayi mampu mengisap. Bayi yang dapat mengisap harus diberi ASI. Bayi yang tidak bisa menyusu harus diberi ASI perah dengan cangkir dan sendok. Ketika bayi mengisap dari puting dengan baik dan berat badan bertambah, kurangi pemberian minum melalui sendok dan cangkir. Periksalah bayi sekurangnya dua kali sehari untuk menilai kemampuan minum, asupan cairan, adanya suatu TANDA BAHAYA atau tanda-tanda adanya infeksi bakteri berat Jika terdapat salah satu tanda ini, lakukan pemantauan ketat di tempat perawatan bayi baru lahir seperti yang dilakukan pada Berat Bayi Lahir Sangat Rendah (BBLSR). Risiko merawat anak di rumah sakit (misalnya mendapat infeksi nosokomial), harus seimbang dengan manfaat yang diperoleh dari perawatan yang lebih baik. Bayi-bayi ini berisiko untuk hipotermia, apnu, hipoksemia, sepsis, intoleransi minum dan enterokolitis nekrotikan. Semakin kecil bayi semakin tinggi risiko. Semua Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR) harus dikirim ke Perawatan Khusus atau Unit Neonatal.
b.      Tatalaksana
Beri oksigen melalui pipa nasal atau nasal prongs jika terdapat salah satu tanda hipoksemia.
c.       Suhu
Lakukanlah perawatan kulit-ke-kulit di antara kedua payudara ibu atau beri pakaian di ruangan yang hangat atau dalam humidicrib jika staf telah berpengalaman dalam menggunakannya. Jika tidak ada penghangat bertenaga listrik, botol air panas yang dibungkus dengan handuk bermanfaat untuk menjaga bayi tetap hangat. Pertahankan suhu inti tubuh sekitar 36.5 – 37.50 C dengan kaki tetap hangat dan berwarna kemerahan.
d.      Cairan dan pemberian minum
·         Jika mungkin berikan cairan IV 60 mL/kg/hari selama hari pertama kehidupan. Sebaiknya gunakan paediatric (100 mL) intravenous burette: dengan sehat dan aktif, beri 2-4 mL ASI perah setiap 2 jam melalui pipa lambung, tergantung berat badan bayi (lihat halaman 62).
·         Bayi sangat kecil yang ditempatkan di bawah pemancar panas atau terapi sinar memerlukan lebih banyak cairan dibandingkan dengan volume biasa. Lakukan perawatan hati-hati agar pemberian cairan IV dapat akurat karena kelebihan cairan dapat berakibat fatal.
·         Jika mungkin, periksa glukosa darah setiap 6 jam hingga pemberian minum enteral dimulai, terutama jika bayi mengalami apnu, letargi atau kejang. Bayi mungkin memerlukan larutan glukosa 10%.
·         Mulai berikan minum jika kondisi bayi stabil (biasanya pada hari ke-2, pada bayi yang lebih matur mungkin pada hari ke-1). Pemberian minum dimulai jika perut tidak distensi dan lembut, terdapat bising usus, telah keluar mekonium dan tidak terdapat apnu.
·         Gunakan tabel minum.
·         Hitung jumlah minum dan waktu pemberiannya.
·         Jika toleransi minum baik, tingkatkan kebutuhan perhari.
·         Pemberian susu dimulai dengan 2-4 mL setiap 1-2 jam melalui pipa lambung.
·         Beberapa BBLSR yang aktif dapat minum dengan cangkir dan sendok atau pipet steril. Gunakan hanya ASI jika mungkin. Jika volume 2-4 mL dapat diterima tanpa muntah, distensi perut atau retensi lambung lebih dari setengah yang diminum, volume dapat ditingkatkan sebanyak 1-2 mL per minum setiap hari. Kurangi atau hentikan minum jika terdapat tanda-tanda toleransi yang buruk. Jika target pemberian minum dapat dicapai dalam 5-7 hari pertama, tetesan IV dapat dilepas untuk menghindari infeksi.
·         Minum dapat ditingkatkan selama 2 minggu pertama kehidupan hingga 150-180 mL/kg/hari (minum 19-23 mL setiap 3 jam untuk bayi 1 kg dan 28-34 mL untuk bayi 1.5 kg). Setelah bayi tumbuh, hitung  kembali volume minum berdasarkan berat badan terakhir.
e.       Antibiotika dan Sepsis
·         Faktor-faktor risiko sepsis adalah: bayi yang dilahirkan di luar rumah sakit atau dilahirkan dari ibu yang tidak sehat, pecah ketuban >18 jam, bayi kecil (mendekati 1 kg).
·         Jika terdapat salah satu TANDA BAHAYA (halaman 57) atau tanda lain infeksi bakteri berat (halaman 58) mulailah pemberian antibiotik.
f.        Apnu
·         Amati bayi secara ketat terhadap periode apnu dan bila perlu rangsang pernapasan bayi dengan mengusap dada atau punggung. Jika gagal, lakukan resusitasi dengan balon dan sungkup.
·         Jika bayi mengalami episode apnu lebih dari sekali dan atau sampai membutuhkan resusitasi berikan sitrat kafein atau aminofilin.
·         Kafein lebih dipilih jika tersedia. Dosis awal sitrat kafein adalah 20 mg/kg oral atau IV (berikan secara lambat selama 30 menit). Dosis rumatan sesuai anjuran (lihat halaman 79).
·         Jika kafein tidak tersedia, berikan dosis awal aminofilin 10 mg/kg secara oral atau IV selama 15-30 menit (halaman 76). Dosis rumatan sesuai anjuran.
·         Jika monitor apnu tersedia, maka alat ini harus digunakan

J.      Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik
a)        Hematokrit (HCT) meningkat 70% menandakan polistemia (peningkatan viskositas) bila terjadi penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal /perinatal dan hemoglobin (Hb) 20 g/dl.
b)        Titer Torch sesuai indikasi/ screen bakteri dan TORCH – mengetahui penyebaran penyakit.
c)        GDA – Oksigen berkurang dan karbondioksida pada level asfiksia.
d)       Menghiung gula Dextrostix – mengindikasikan glukosa 45 mg/dl 1-2 jam setelah kelahiran dan untuk 2-3 hari setelah kelahiran.
e)        Pemantauan elektrolit – biasanya dalam batas normal pada awalnya untuk natrium, kalium, sodium dan kalsium. Dan kemungkinan mendeteksi adanya penurunan untuk selanjutnya.
f)         Pemeriksaan bilirubin – melihat kembali adanya peningkatan di polisitemia yang berhubungan dengan hipoksemia. (6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl pada 3-5 hari).
g)        Pemeriksaan IgM – untuk melihat meningkatnya infeksi ; mungkin terjadi peningkatan/ penurunan jumlah leokosit (18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3, hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis )). ; penurunan jumlah platelet ; mungkin terjadi ketidaknormalan waktu protombin/ waktu parsial protombin.
h)        Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax ). Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
i)          Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi

K.    Prognosis
Pada saat ini harapan hidup bayi dengan berat 1501- 2500 gram adalah 95 %, tetapi berat bayi kurang dari 1500 gram masih mempunyai angka kematian yang tinggi. Kematian diduga karena displasia bronkhopulmonal, enterokolitis nekrotikans, atau infeksi sekunder.
BBLR yang tidak mempunyai cacat bawaan selama 2 tahun pertama akan mengalami pertumbuhan fisik yang mendekati bayi cukup bulan dengan berat sesuai masa gestasi.
Pada BBLR , makin imatur dan makin rendah berat lahir bayi, makin besar kemungkinan terjadi kecerdasan berkurang dan gangguan neurologik.

L.     Pemulangan Bayi
Sebelum pulang bayi sudah harus mampu minum sendiri, baik dengan botol maupum putting susu ibu. Selain itu kenaikan berat badan berkisar antara 10 – 30 gram / hari dan suhu tubuh tetap normal diruang biasa. Biasanya bayi dipulangkan dengan berat badan lebih dari 2000 gram dan semua masalah berat sudah teratasi.
Pemulangan dan pemantauan BBLR
BBLR dapat dipulangkan apabila :
1)      Tidak terdapat TANDA BAHAYA atau tanda infeksi berat.
2)      Berat badan bertambah hanya dengan ASI.
3)      Suhu tubuh bertahan pada kisaran normal (36-370C) dengan pakaian terbuka.
4)      Ibu yakin dan mampu merawatnya.
BBLR harus diberi semua vaksin yang dijadwalkan pada saat lahir dan jika ada dosis kedua pada saat akan dipulangkan.
Konseling pada saat BBLR pulang
Lakukan konseling pada orang tua sebelum bayi pulang mengenai :
1)      pemberian ASI eksklusif
2)      menjaga bayi tetap hangat
3)      tanda bahaya untuk mencari pertolongan
Timbang berat badan, nilai minum dan kesehatan secara umum setiap minggu hingga berat badan bayi mencapai 2.5 kg.




M.   Upaya-upaya Preventif untuk Menurunkan Kejadian IUGR
                   I. Upaya umum
1)   Meningkatkan kesejahteraan umum masyarakat sehingga cukup nutrisi dalam bentuk 4 sehat 5 sempurna.
2)   Melakukan pengobatan yang menyertai ibu hamil sedini mungkin antara lain :
a)    Hipertensi
b)   Penyakit ginjal
c)    Penyakit hati
d)   Kardiovaskuler
e)    DM
f)    Penyakit paru/ asma
3)   Meningkatkan penerimaan KB sehingga ibu hamil dalam keadaan sehat psikologi, ekonomis, dan fisik yang tepat, dengan memperhatikan interval kehamilan.
4)   Berhenti hamil setelah mencapai umur sekitar 35 tahun sehingga kemungkinan penyakit di atas tidak berpengaruh.
5)   Saat hamil lebih banyak instirahat baring.
                II. Upaya khusus
Setelah diagnosis ditegakkan, ada kemungkinan akan terjafi IUGR. Maka upaya yang dapat dilakukan adalah :
1)   Tidur miring ke kiri. Untuk meningkatkan kelancaran aliran darah menuju retro-plasenter sehingga dapat :
a)    Meningkatkan aliran nutrisi, vitamin dan lainnya.
b)   Meningkatkan pertukuran O2 dan CO2
c)    Meningkatkan fungsi plasenta lainnya.
2)   Memberikan pengaobatan ringan dengan :
a)    Aspirin 150 mg/hari.
b)   Dipiridamol 225 mg/hari.
c)    Pemberian heparin, untuk mengurangi trombosis.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2.500 gram sampai dengan 2.499 gram.
Ada 3 penyebab yang biasanya mengikuti bayi BBLR :
1.      Faktor Ibu
2.      Faktor Janin
3.      Faktor Plasenta
Upaya-upaya untuk meminimalisir bayi BBLR ada beberapa salah satunya menangani kebiasaan buruk sang ibu dan melakukan check up kehamilan berkala.




DAFTAR PUSTAKA

I.B.G Manuaba, dkk.2007.Pengantar Kuliah Obstetri.Jakarta:EGC.
Doenges, Marilynn E.Rencana Asuhan Keperawatan.2000.Jakarta:EGC.
Dorland.1998.Kamus Saku Kedokteran. Jakarta : EGC.
Myles.2011.Buku Ajar Bidan Edisi 14. Jakarta:EGC.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI.1985. Ilmu Kesehatan Anak buku 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
T. Heather H.2011.Nanda Internasional Diagnosa Keperawatan 2009-2011. Jakarta:EGC.
Wilkinson, Judith M.dkk.2007.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta:EGC.
_____________________.2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:EGC.
Wong, Donna L.2009.Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 2 Edisi 6. Jakarta:EGC.
_____________________.2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1 Edisi 6. Jakarta:EGC.





No comments:

Post a Comment