BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kebutuhan
dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam
mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya
bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan-kebutuhan
manusia dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu: Kebutuhan Primer, yang pada
umumnya merupakan kebutuhan faal, seperti lapar, haus, seks, tidur, dan
lain-lain. Semua ini adalah kebutuhan faal yang merupakan syarat kelangsungan
hidup seseorang. Kebutuhan-kebutuhan semacam ini timbul dengan sendirinya atau
sudah ada sejak seseorang lahir. Kebutuhan Sekunder, yang timbul dari interaksi
antara orang dengan lingkungannya seperti kebutuhan untuk bersaing, bergaul,
ekspresi diri, harga diri dan dan lain-lain.
Kebutuhan
dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam teori Hirarki menyatakan bahwa
setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis,
keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter dan Patricia, 1997).
Harga diri merupakan salah satu kebutuhan penting manusia. Maslow dalam teori
hierarki kebutuhannya menempatkan kebutuhan individu akan harga diri sebagai
kebutuhan pada level puncak, sebelum kebutuhan aktualisasi diri. Hal ini karena
harga diri individu mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perilaku yang
ditampilkannya.
Kebutuhan
harga diri merupakan kebutuhan seseorang untuk merasakan bahwa dirinya adalah
seorang yang patut dihargai dan dihormati sebagai manusia yang baik. Setiap
individu normal pasti berharap dan menginginkan dapat merasakan hidup sukses,
dihormati dan dihargai sebagai manusia.
Pentingnya
pemenuhan kebutuhan harga diri individu, terkait erat dengan dampak negatif
jika mereka tidak memiliki harga diri yang mantap. Mereka akan mengalami
kesulitan dalam menampilkan perilaku sosialnya, merasa inferior dan canggung.
Namun apabila kebutuhan harga diri mereka dapat terpenuhi secara memadai,
kemungkinan mereka akan memperoleh sukses dalam menampilkan perilaku sosialnya,
tampil dengan kayakinan diri (self-confidence) dan merasa memiliki nilai dalam
lingkungan sosialnya
Walaupun
setiap orang mempunyai sifat tambahan, kebutuhan yang unik, setiap orang
mempunyai kebutuhan dasar manusia yang sama. Besarnya kebutuhan dasar yang
terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang sehat-sakit.
Menurut teori Maslow seseorang yang seluruh kebutuhannya terpenuhi merupakan
orang yang sehat, dan sesorang dengan
satu atau lebih kebutuhan yang tidak terpenuhi merupakan orang yang berisiko
untuk sakit atau mungkin tidak sehat pada satu atau lebih dimensi. Hirarki
kebutuhan dasar manusia menurut maslow adalah sebuah teori yang dapat
digunakan perawat untuk memahami
hubungan antara kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan.
Tentunya selain memperhatikan kebutuhan fisiologis juga harus diperhatikan
kebutuhan psikologisnya, yang salah satunya dengan adanya pengakuan dan penghargaan terhadap diri.
Untuk itu, dalam makalah ini penyusun akan membahas mengenai kebutuhan akan
harga diri.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian konsep diri
2. Apa pengertian harga diri
3. Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri ?
4. Apa pengertian aktualisasi diri ?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi ?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui konsep diri
2. Untuk
mengetahui harga diri
3. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri
4. Untuk
mengetahui pengertian aktualisasi diri
5. Urtuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Kebutuhan Harga Diri Dan Konsep Diri
1.
Konsep diri
Konsep
diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui
individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain (Stuart dan Sudeen, 1998).
Hal ini temasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan
orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan
objek, tujuan serta keinginannya. Sedangkan menurut Beck, Willian dan Rawlin (1986) menyatakan bahwa
konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal,
emosional intelektual , sosial dan spiritual.
2.
Harga
Diri
Harga diri merupakan salah satu dimensi dari konsep
diri. Harga diri adalah proses evaluasi yang ditujukan indivu pada diri sendiri,
yang nantinya berkaitan dengan proses penerimaan individu terhadap dirinya.
Dalam hal ini evaluasi akan menggambarkan bagaimana penilaian individu tentang
dirinya sendiri, menunjukan penghargaan dan pengakuan atau tidak, serta
menunjukkan sejauh mana individu tersebut merasa mampu, sukses dan berharga.
Secara singkat harga diri diartikan sebagai penilaian terhadap diri tentang
keberhargaan diri yang di ekspresikan melalui sikap-sikap yang dianut individu.
Disini individu akan berusaha memenuhi kebutuhan
akan rasa harga diri, apabila kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memilikinya
telah terpenuhi atau terpuaskan. (Koeswara, 1991 : 124)
Harga diri seseorang tergantung bagaimana dia
menilai tentang dirinya dimana hal ini akan mempengaruhi perilaku dalam kehidupan
sehari-hari. Penilaian individu ini diungkapkan dalam sikap-sikap yang dapat
bersifat tinggi dan negatif.
3.
Karakteristik
harga diri
a. Karakteristik
harga diri tinggi
Harga diri yang tinggi akan membangkitkan rasa
percaya diri, penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna
serta rasa bahwa kehadirannya diperlukan didalam dunia ini. Contoh : seorang
perawat yang memiliki harga diri yang cukup tinggi, dia akan yakin dapat
mencapai prestasi yang dia dan orang lain harapkan. Pada gilirannya,keyakinan
itu akan memotivasi perawat tersebut untuk sungguh-sungguh mencapai apa yang
diinginkan.
Karakteristik orang yang memiliki harga diri yang
tinggi menurut Clemes dan Bean (2001 : 334), antara lain :
1) Bangga
dengan hasil kerjanya
2) Bertindak
mandiri
3) Mudah
menerima tanggung jawab
4) Mengatasi
masalah dengan baik
5) Menanggapi
tantangan baru dengan antusiasme
6) Merasa
sanggup mempengaruhi orang lain
7) Menunjukkan
jangkauan perasaan dan emosi yang luas
Manfaat dari dimilkinya harga diri yang tinggi
(Branden, 1999 :6-7), diantaranya :
a) Individu
akan semakin kuat dalam menghadapi penderitaan hidup, semakin tabah, dan
semakin tahan dalam menghadapi tekana-tekanan kehidupan, serta tidak mudah
menyerah dan putus asa.
b) Individu
semakin kreatif dalam bekerja
c) Individu
semakin ambisius, tidak hanya dalam karier dan urusan financial, tetapi dalam
hal-hal yang ditemui dalam kehidupan baik secara emisional, kreatif maupun
spiritual.
d) Individu
akan memilki harapan yang besar dalam membangun hubungan yang baik dan
konstruktif.
e) Individu
akan semakin hormat dan bijak dalam memperlakukan orang lain, karena tidak
memandang orang lain sebagai ancaman.
b. Karakteristik
harga diri rendah
Orang yang memiliki harga diri rendah akan cenderung
merasa bahwa dirinya tidak mampu dan tidak berharga. Disamping itu orang dengan
harga diri rendah cenderung untuk tidak berani mencari tantangan-tantangan baru
dalam hidupnya, lebih senang menghadapi hal-hal yang sudah dikenal dengan baik
serta menyenangi hal-hal yang tidak penuh dengan tuntutan, cenderung tidak
merasa yakin akan pemikiran-pemikiran serta perasaan yang dimilikinya,
cenderung takut menghadapai respon dari orang lain, tidak mampu membina
komunikasi yang baik dan cenderung merasa hidupnya tidak bahagia.
Pada orang yang memiliki harga diri rendah inilah
sering muncul perilaku rendah. Berawal dari rasa tidak mampu dan tidak
berharga, mereka mengkompensasikannya dengan tindakan lain yang seolah-olah
membuat dia lebih berharga. Misalnya dengan mencari pengakuan dan perhatian
dari teman-temannya dengan cara berkelahi, membuat keributan yang dilakukan
demi mendapatkan pengakuan dari lingkungan.
Karakteristik orang dengan harga diri yang rendah
menurut Clemes dan Bean (2001 : 4-5) diantaranya :
1) Menghindari
situasi yang dapat mencetuskan kecemasan
2) Merendahkan
bakat dirinya
3) Merasa
tak ada seorangpun yang menghargainya
4) Menyalahkan
orang lain atas kelemahannya sendiri
5) Mudah
dipengaruhi oleh orang lain
6) Bersikap
defensif dan mudah frustrasi
7) Merasa
tidak berdaya
8) Menunjukkan
jangkauan perasaan dan emosi yang sempit
Akibat
memilki harga diri yang negatif, yaitu :
a) Mudah
merasa cemas, stress, merasa kesepian dan mudah terjangkit depresi
b) Dapat
menyebabkan masalah dengan teman baik dan social
c) Dapat
merusak secara serius, akademik dan penampilan kerja
d) Membuat
peningkatkan penggunaan obat-obat dan alkohol (Utexas. Edu, 2001 : 3)
4. Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Ketika
manusia dilahirkan sampai tumbuh dan berkembang, bahkan hingga bisa mandiri dan
dewasa sudah jelas bersama orang tua dan keluarga. Begitupun tugas yang pertama
kali dikenal oleh seorang manusia sudah tentu orang tuanya kemudian keluarga
selain orang tuanya. Peran Keluarga Dalam
Pendidikan Anak sangat tinggi, maka kenapa anak terkadang tak jauh dari sikap
atau didikan orang tuanya.
Apabila
individu tersebut sudah bisa melepaskan diri dari ketergantungannya dengan
keluarga, ia akan berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas dan lebih
beragam lagi yang mungkin terkadang menyebabkan seorang manusia yang tidak
teguh pendirian akan mengalami permasalahan dan juga mengalami perdebatan diri.
Adapun
teori yang mengungkapan bahwa terbentuknya konsep diri seseorang berasal dari
interaksinya dengan orang lain. Selain dari pembentukan, setiap individu akan
memiliki tanggapan yang jelas dan juga pantas. Dimana cermin menilai ini bisa
dijadikan introspeksi diri dan lainnya. Nah, apa saja yang menjadi faktor
mempengaruhi konsep diri ?
1. Orang Sekitar Anda
Faktanya,
tidak semua individu memberikan pengaruh apalagi pengaruh yang besar yang sama
terhadap diri kita. Anda bisa bayangkan bagaimana anda bisa berubah jika setiap
bertemu individu baru anda akan terpengaruh. Semua pasti ada batasannya.
Adapun
yang biasanya bisa memberikan pengaruh yaitu orang-orang yang paling dekat
dengan kita ataupun mereka yang ada disekitar anda. Dalam dunia psikologi
disebut sebagai significant others. Siapa saja mereka ? orang tua, saudara dan
orang yang tinggal satu rumah dengan kita, dan biasanya tetangga yang sering
ada di lingkungan rumah kita.
2. Keberhasilan
Konsep
diri bisa didapatkan ketika seseorang mendapatkan keberhasilan atas apa
yang telah dialaminya. Keberhasilan seringkali mempengaruhi konsep diri
dan adaptasi pribadi seseorang. Selain itu, kehidupan sosialnya juga, dan ini
berarti mempunyai pengaruh yang nyata terhadap konsep dirinya. Seringkali
keberhasilan merupakan produk utama untuk mendapatkan kebanggaan. Biasanya ada
perasaan bangga dan juga puas.
3 Kegagalan
Selain
keberhasilan kegagalan juga bisa menjadi hal utama yang paling dibutuhkan oleh
seseorang atau yang sudah pasti hadir dalam konsep diri seseorang. Mengingat
bahwa kegagalan seringkali membawa hikmah atau introspeksi dan pelajaran untuk
banyak orang.
5.
Reaksi
Orang Lain
Ketika
anda menjalankan kehidupan sehari-hari orang akan memandang individu sesuai
dengan pola perilaku yang ditunjukkan mereka sendiri. Harry Stack Sullivan
(Jalaludin Rakhmat, 1996: 101)
telah menjelaskan dengan jelas bahwa jika anda ingin diterima, dihormati dan
juga disenangi maka anda harus ikut menghormati, menerima dan juga membuat
orang lain merasa diterima oleh kita. Sebaliknya, bila orang lain selalu
meremehkan diri sendiri maka anda tidak bisa menyalahkan diri sendiri saja.
Itulah konsep diri yang tepat dan benar.
6.
Keadaan
Fisik
Seringkali
orang lain melihat penampilan luar diri seseorang. Maka keadaan fisik seseorang
dapat mempengaruhi individu dalam menumbuhkan konsep dirinya seperti apa dan
juga bagaimana ia memandang orang lain atau sebaliknya. Individu yang memiliki
cacat tubuh sudah tentu akan memandang dirinya rendah, mengingat orang
lain juga memandang dia seperti itu.
Beberapa
orang juga justru sengaja dan juga membiasakan diri dengan
kelemahan, seperti munculnya perasaan malu, minder, tidak berharga dan
perasaan ganjil karena melihat dirinya berbeda dengan orang lain. Padahal hal
itu memang benar-benar membuat diri mereka tidak dihargai.
7.
Tuntutan
Orang Tua
Apakah
anda sudah menjadi orang tua ? seringkali cita-cita yang tidak tercapai menjadi
penyebab atau menjadi permasalahan utama anak-anak. Banyak anak yang bermasalah
karena mendapatkan tekanan dari orang tua yang selalu menuntut anak untuk
menjadi individu yang sangat diharapkan oleh mereka. Membebaskan anak untuk
menemukan passion nya meskipun tidak mudah, tetap harus bisa.
Tuntutan
yang seringkali dirasakan anak terkadang menerima hambatan dan juga mendapatkan
tuntutan yang menyebabkan anak tidak berkembang. Selain itu, sikap orang tua
yang berlebihan untuk melindungi anaknya juga akan menyebabkan anak tidak dapat
berkembang dan mengakibatkan anak menjadi kurang tingkat percaya dirinya dan memiliki
konsep diri yang rendah.
8.
Ras,
Kulit dan lainnya
Konsep
diri selanjutnya bisa dipengaruhi oleh Perbedaan mulai dari ras, kulit,
lingkungan, keturunan dan lainnya. R Pudjijogyanti (1995: 29) dalam
penelitian menyatakan bahwa kelompok ras minoritas dan kelompok sosial ekonomi
rendah cenderung mempunyai konsep diri yang rendah. Tentu hal ini berefek dari
tekanan dan juga berbagai permasalahan ke arah mereka dibandingkan dengan
kelompok ras mayoritas dan kelompok sosial ekonomi tinggi, selain itu untuk
jenis kelamin terdapat perbedaan konsep diri antara perempuan dan laki-laki
sehingga menyebabkan konsep diri berbeda dengan yang hidup dalam lingkungan
yang baik.
8. Mycrosystems
Mycrosystems
merupakan pengertian dari sebuah realita psikologis di kehidupan realita atau
sebenarnya yang seringkal dilakukan oleh masyarakat setiap harinya. Mikrosistem
terdiri dari lingkungan fisik tempat individu berada. Dimana tentu anda ketahui
bahwa banyak konsep diri yang terbentuk dari lingkungan sosial di sekitar
individu. Begitupun dengan interaksi antara kedua lingkungan di mana individu
ikut berpartisipasi.
9. Mesosystems
Ada lagi yang disebut dengan mesosystems, dimana hubungan
antara mikrosistem di mana individu yang sedang berkembang dan mengalami
kenyataan hidup. Dengan adanya kekuatan dan lengkap jaringan di antara setting
realita maka mesosistem akan semakin kuat dalam mempengaruhi perkembangan individu.
Untuk itu mesosystems cukup berperan dalam pembentukan diri atau konsep diri
mereka.
10 Kondisi Keluarga
Apa yang
anda bayangkan jika kondisi keluarga tidak baik ? maka akan berdampak dan
menyebabkan lingkungan tidak baik. Anak yang baik dapat ditandai dengan adanya
intregitas dan tenggang rasa yang tinggi serta sikap positif dari anggota
keluarga. Karena mereka terbiasa dengan kebiasaan baik dan juga benar. Adanya
kondisi semacam itu menyebabkan anak memandang orang tua sebagai figur yang
berhasil dan menganggap orang tua dapat dipercaya sebagai tokoh yang dapat
mendukung dirinya dalam memecahkan seluruh persoalan hidupnya. Sehingga konsep
diri lebih matang dan lebih baik.
- Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Harga Diri
Menurut Coopersmith (1967) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi harga diri, yaitu:
a. Penghargaan
dan Penerimaan dari Orang-orang yang Signifikan. Harga diri seseorang
dipengaruhi oleh orang yang dianggap penting dalam kehidupan individu yang
bersangkutan. orangtua dan keluarga merupakan contoh dari orang-orang yang
signifikan. Keluarga merupakan lingkungan tempat interaksi yang pertama kali
terjadi dalam kehidupan seseorang.
b. Kelas
Sosial dan Kesuksesan. Menurut Coopersmith (1967), kedudukan kelas sosial dapat
dilihat dari pekerjaan, pendapatan dan tempat tinggal. Individu yang memiliki
pekarjaan yang lebih bergengsi, pendapatan yang lebih tinggi dan tinggal dalam
lokasi rumah yang lebih besar dan mewah akan dipandang lebih sukses dimata
masyarakat dan menerima keuntungan material dan budaya. Hal ini akan
menyebabkan individu dengan kelas sosial yang tinggi meyakini bahwa diri mereka
lebih berharga dari orang lain.
c. Nilai
dan Inspirasi Individu dalam Menginterpretasi Pengalaman. Kesuksesan yang
diterima oleh individu tidak mempengaruhi harga diri secara langsung melainkan
disaring terlebih dahulu melalui tujuan dan nilai yang dipegang oleh individu.
d. Cara
Individu dalam Menghadapi Devaluasi. Individu dapat meminimalisasi ancaman
berupa evaluasi negatif yang datang dari luar dirinya. Mereka dapat menolak hak
dari orang lain yang memberikan penilaian negatif terhadap diri mereka.
- Aspek-Aspek
Harga Diri
Reasoner (1982), mengemukakan aspek-aspek harga diri
sebagai berikut:
a. Sense
of Securuty, yaitu sejauh mana seseorang
merasa aman dalam bertingkah laku karena mengetahui apa yang diharapkan
oleh orang lain dan tidak takut disalahkan. Anak merasa yakin atas apa yang
dilakukannya sehingga merasa tidak cemas terhadap apa yang akan terjadi pada
dirinya.
b. Sense
of Identity, yaitu kesadaran anak tentang sejauh mana potensi, kemampuan dan
keberartian tentang dirinya sendiri.
c. Sense
of Belongeng, yaitu perasaan yang muncul karena anak merasa sebagai bagian dari
kelompoknya, merasa dirinya penting dan dibutuhkan oleh orang lain, dan merasa
dirinya dierima oleh kelompoknya
d. Sense
of Purpose, yaitu keyakinan individu bahwa dirinya akan berhasil mencapai
tujuan yang diinginkannya, merasa memiliki motivasi.
e. Sense
of Personal Competence, yaitu kesadaran individu bahwa dia dapat mengatasi
segala tantangan dan masalah yang dihadapi dengan kemampuan, usaha, serta
caranya sendiri.
B.
Kebutuhan Aktualisasi Diri
1.
Pengertian Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri adalah
kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang terbaik dari yang dia
bisa. Istilah ini digunakan dalam berbagai teori psikologi, seperti oleh Kurt
Goldstein, Abraham Maslow, dan Carl Rogers. Goldstein adalah ahli yang pertama
melihat bahwa kebutuhan ini menjadi motivasi utama manusia, sementara kebutuhan
lainnya hanyalah manifestasi dari kebutuhan tersebut. Namun yang membuat
istilah ini lebih mengemuka adalah teori Maslow tentang hirarki kebutuhan, yang
menganggapnya sebagai tingkatan tertinggi dari perkembangan psikologis yang
bisa dicapai bila semua kebutuhan dasar sudah dipenuhi dan pengaktualisasian
seluruh potensi dirinya mulai dilakukan.
Aktualisasi diri
merupakan kemampuan individu untuk menggali dan mengembangkan segenap potensi
yang dimiliki untuk menjadi diri sendiri dan untuk meningkatkan kualitas
hidupnya. Kepercayaan diri merupakan perasaan puas dan yakin akan kemampuan
yang dimiliki dan berusaha mengembangkan penilaian positif terhadap diri
sendiri dan lingkungan. Kercayaan diri merupakan aspek kepribadian manusia yang
berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya.
Aktualisasi diri adalah
daya yang mendorong pengembangan diri dan potensi individu, sifatnya bawaan dan
sudah menjadi ciri seluruh manusia. Aktualisasi diri yang mendorong manusia
sampai kepada pengembangan yang optimal dan menghasilkan ciri unik manusia
seperti kreativitas, inovasi, dan lain-lain.
Tokoh psikologi Abraham
Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya
bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin.
Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang
Hierarchy of Needs atau Hirarki Kebutuhan. Kehidupan keluarganya dan pengalaman
hidupnya memberi pengaruh atas gagasan gagasan psikologisnya. Setelah perang
dunia ke II, Maslow mulai mempertanyakan bagaimana psikolog psikolog sebelumnya
tentang pikiran manusia. Walau tidak menyangkal sepenuhnya, namun ia memiliki
gagasan sendiri untuk mengerti jalan pikir manusia.
Psikolog humanis
percaya bahwa setiap orang memiliki keinginan yang kuat untuk merealisasikan
potensi potensi dalam dirinya, untuk mencapai tingkatan aktualisasi diri. Untuk
membuktikan bahwa manusia tidak hanya bereaksi terhadap situasi yang terjadi di
sekelilingnya, tapi untuk mencapai sesuatu yang lebih, Maslow mempelajari
seseorang dengan keadaan mental yang sehat, dibanding mempelajari seseorang
dengan masalah kesehatan mental. Hal ini menggambarkan bahwa manusia baru dapat
mengalami “puncak pengalamannya” saat manusia tersebut selaras dengan dirinya
maupun sekitarnya. Dalam pandangan Maslow, manusia yang mengaktualisasikan
dirinya, dapat memiliki banyak puncak dari pengalaman dibanding manusia yang
kurang mengaktualisasi dirinya.
Interpretasi dari
Hirarki Kebutuhan Maslow yang direpresentasikan dalam bentuk piramida dengan
kebutuhan yang lebih mendasar ada di bagian paling bawah. Maslow menggunakan
piramida sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai teori hirarki
kebutuhan. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan
atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai
yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah
sebagai berikut :
1.
Kebutuhan
fisiologis atau dasar
2.
Kebutuhan akan
rasa aman
3.
Kebutuhan untuk
dicintai dan disayangi
4.
Kebutuhan untuk
dihargai
5.
Kebutuhan untuk
aktualisasi diri
Maslow menyebut empat
kebutuhan mulai dari kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan harga diri dengan
sebutan homeostatis. Kemudian berhenti dengan sendirinya.
Maslow memperluas
cakupan prinsip homeostatik ini kepada kebutuhan-kebutuhan tadi, seperti rasa
aman, cinta dan harga diri yang biasanya tidak kita kaitkan dengan prinsip
tersebut. Maslow menganggap kebutuhan-kebutuhan defisit tadi sebagai kebutuhan
untuk bertahan. Cinta dan kasih sayang pun sebenarnya memperjelas kebutuhan ini
sudah ada sejak lahir persis sama dengan insting.
2.
Syarat mencapai aktulisasi diri
Jadi prasyarat untuk
mencapai aktualisasi diri adalah memuaskan empat kebutuhan yang berada dalam
tingkat yang lebih rendah:
a.
Kebutuhan-kebutuhan
fisiologis
b.
kebutuhan-kebutuhan
akan rasa aman
c.
kebutuhan-kebutuhan
akan memiliki dan cinta
d.
kebutuhan-kebutuhan
penghargaan.
Kebutuhan-kebutuhan ini
harus sekurang-kurangnya sebagian dipuaskan dalam urutan ini, sebelum timbul
kebutuhan akan aktualisasi diri.
Kebutuhan aktualisasi
diri di atas nampaknya merupakan suatu kondisi puncak dari perkembangan
individu. Pada awalnya maslow menyatakan bahwa orang-orang yang teraktualisasi
diri hanya terdapat pada orang-orang berusia lanjut, cenderung dipandang sebagai
suatu keadaan puncak atau keadaan akhir suatu tujuan jangka panjang, bukan
sebagai suatu proses dinamis yang terus-menerus.
Namun Maslow juga
menyatakan bahwa orang-orang muda tidak dapat mengaktualisasikan diri
sepenuhnya, tetapi memiliki kemungkinan untuk memperlihatkan pertumbuhan baik
ke arah aktualisasi diri.
3.
Ciri-ciri Pribadi Aktualisasi Diri
Dari hasil penelitian
yang merupakan proses analisis panjang, Maslow akhirnya mengidentifikasikan 19
karakteristik pribadi yang sampai pada tingkat aktualisasi diri.
a.
Persepsi yang
jelas tentang hidup (realitas), termasuk kemampuan untuk mendeteksi kepalsuan
dan menilai karakter seseorang dengan baik. Berkat persepsi yang tajam, mereka
lebih tegas dan jitu dalam memprediksikan peristiwa yang bakal terjadi. Mereka
lebih mampu melihat dan menembus realitas-realitas yang tersembunyi dalam aneka
peristiwa; lebih peka melihat hikmah dari pelbagai masalah.
b.
Pribadi demikian
melihat hidup apa adanya dan bukan berdasarkan keinginan mereka. Mereka lebih
obyektif dan tidak emosional. Orang yang teraktualisasi diri tidak akan
membiarkan harapan-harapan dan hasrat-hasrat pribadi menyesatkan pengamatan
mereka. Sebaliknya kebanyakan orang lain mungkin hanya mau mendengarkan apa
yang ingin mereka dengar dari orang lain sekalipun menyangkut hal yang tidak
benar dan jujur.
c.
Mempunyai
spontanitas yang lebih tinggi. Mereka lebih peka terhadap inner life yang kaya
dan tidak konvensional, serta memiliki kemampuan untuk melihat dunia dari sudut
pandang baru dan menghargai keindahan dalam hal-hal yang biasa. Biasanya mereka
tidak merasa perlu menyembunyikan perasaan atau pikiran mereka, atau bertingkah
laku yang dibuat-buat. Pribadi teraktualisai punya selera yang tinggi terhadap
seni, musik, dan masalah-masalah politik dan filsafat.
d.
Keterpusatan-pada-masalah.
Mereka amat konsisten dan menaruh perhatian pada pertanyaan dan tantangan dari
luar diri, memiliki misi atau tujuan yang jelas sehingga menghasilkan
integritas, ketidakpicikan, dan tekun introspeksi. Mereka mempunyai komitmen
yang jelas pada tugas yang harus mereka kerjakan dan mampu melupakan diri
sendiri, dalam arti mampu membaktikan diri pada pekerjaan, tugas, atau
panggilan yang mereka anggap penting.
e.
Merindukan
kesunyian. Selain mencari kesunyian yang menghasilkan ketenteraman batin,
mereka juga dapat menikmatinya.
f.
Mereka sangat
mandiri dan otonom, namun sekaligus menyukai orang lain. Mereka punya keinginan
yang sehat akan keleluasaan pribadi yang berbeda dari kebebasan neurotik (yang
serba rahasia dan penuh rasa takut). Terkadang mereka terlihat sangat otonom,
karena mereka menggantungkan diri sepenuhnya pada kapasitas sendiri. Inilah
paradoksnya: mereka adalah orang yang paling individualis sekaligus sosial
dalam masyarakat. Bila mereka menaati suatu aturan atau perintah, hal itu
didasarkan pada pemahaman akan manfaat yang dapat dicapai dari pemenuhan aturan
yang bersangkutan, dan bukan karena ikut-ikutan.
g.
Ada kalanya
mereka mengalami apa yang disebut “pengalaman puncak” (peak experience);
saat-saat ketika mereka merasa berada dalam keadaan terbaik, saat diliputi
perasaan khidmat, kebahagiaan dan kegembiraan yang mendalam atau ekstase. Hal
ini berkaitan dengan kemampuan mereka untuk berkonsentrasi secara luar biasa.
Kadang-kadang kemampuan ini membuat mereka seolah linglung. Tidak jarang mereka
mengalami flow dalam kegiatan yang mereka lakukan.
h.
Rasa
kekeluargaan terhadap sesama manusia yang disertai dengan semangat yang tulus
untuk membantu sesama.
i.
Pribadi unggul
ini lebih rendah hati dan menaruh hormat pada orang lain. Mereka yakin bahwa
dalam banyak hal mereka harus belajar dari orang lain. Hal ini membuat mereka
mampu untuk mendengarkan orang lain dengan penuh kesabaran. Keutamaan (virtue)
ini lahir dari pemahaman yang lebih dalam tentang diri sendiri. Sama seperti
anak-anak, mereka mampu mendengarkan orang lain tanpa apriori atau penilaian
sebelumnya. Maslow menyebut keunggulan ini sebagai “Being cognition” atau
“B-cognition”; pengamatan yang pasif dan reseptif.
j.
Mereka memiliki
etika yang jelas tentang apa yang baik dan apa yang jahat. Namun bagi mereka,
pertentangan antara yang baik dan yang buruk tidaklah menjadi masalah. Secara
konsisten, mereka akan memilih dan lebih menyukai nilai-nilai yang lebih luhur.
k.
Selera humor
yang baik. Mereka tidak tertarik pada pelbagai lelucon yang melukai atau
menyiratkan inferioritas yang membuat orang lain merasa dilecehkan. Mereka
lebih menyukai humor yang filosofis, kosmik, atau yang nilai humornya
terkandung dalam logika kata-kata. Mereka juga menonjol dalam hal toleransi
terhadap kelemahan-kelemahan alamiah orang lain. Namun mereka sangat anti
terhadap ketidakjujuran, penipuan, kebohongan, kekejaman, dan kemunafikan.
l.
Kreatif dalam
mengucapkan, melakukan, dan menyelesaikan sesuatu. Sifat ini dikaitkan dengan
fleksibelitas, tidak takut membuat sesuatu yang di kemudian hari ternyata
adalah kesalahan, dan keterbukaan. Seperti seorang anak yang lugu, mereka tidak
takut berkreasi karena cemoohan orang lain. Mereka kreatif dan melihat aneka
peristiwa secara segar tanpa prasangka. Menurut Maslow, hampir setiap anak
mampu membuat lagu, sajak, tarian, lakon, atau permainan secara mendadak, tanpa
direncanakan atau didahului oleh maksud tertentu sebelumnya. Demikian jugalah
kira-kira kreativitas orang yang teraktualisasi diri.
m.
Mereka memiliki
penghargaan yang sehat atas diri sendiri bertolak dari pengenalan akan potensi
diri mereka sendiri. Mereka bisa menerima pujian dan penghargaan tetapi tidak
sampai tergantung pada penghargaan yang diberikan orang lain. Mereka tidak
mendewakan kemasyhuran dan ketenaran kosong.
n.
Ketidaksempurnaan.
Mereka tentu juga mempunyai perasaan bersalah, cemas, bersalah, iri dan
lain-lain. Namun perasaan itu tidak seperti yang dialami orang-orang yang
neurotis. Mereka lebih dekat dengan cara pikir positif. Mereka tidak selalu
tenang, kadang-kadang bisa meledakkan amarah pula; bosan dengan obrolan
basa-basi , omong-kosong, dan hiruk-pikuk suasana pesta.
o.
Mereka mempunyai
“hirarki nilai” yang jelas. Mereka mampu melihat dan membedakan mana yang lebih
penting dan harus diprioritaskan dalam situasi tertentu. Kadar konflik dirinya
rendah. Mereka memiliki lebih banyak energi untuk tujuan-tujuan yang produktif
daripada menghabiskan waktu untuk menyesali diri dan keadaan. Bagi mereka,
pertentangan antara yang baik dan yang buruk tidaklah menjadi masalah. Secara
konsisten, mereka akan memilih dan lebih menyukai nilai-nilai yang lebih luhur,
dan dengan tulus mengikutinya. Bagi orang-orang ini, disiplin diri relatif
mudah sebab apa yang ingin mereka lakukan sejalan dengan apa yang mereka yakini
benar. Nilai-nilai mereka didasarkan pada apa yang nyata bagi mereka, bukan
pada apa yang dikatakan orang lain kepada mereka.
p.
Resistensi
terhadap inkulturisasi. Mereka mampu melihat hal-hal di luar batasan kebudayaan
dan zaman. Maslow menyebut mereka mempunyai apa yang disebut “kemerdekaan
psikologis”. Hal itu tercermin dari keputusan-keputusan mereka yang terkadang
“melawan arus” pendapat khalayak ramai. Mereka tidak segan menolak kebudayaan
mereka jika memang tidak sejalan dengan akal sehat. Untuk hal-hal kecil seperti
sopan-santun, bahasa, dan pakaian, makanan, dan sebagainya tidak
dipermasalahkan. Tapi bila menyangkut hal-hal yang dirasa melawan
prinsip-prinsip dasar, mereka dapat bersikap bebas mandiri dan bertindak di
luar kebiasaan.
q.
Mereka cenderung
mencari persahabatan dengan orang yang memiliki karakter yang sama, seperti
jujur, tulus hati, baik hati dan berani, namun tidak menghiraukan ciri-ciri
superfisial seperti kelas sosial, agama, latar belakang ras, dan penampilan.
Dalam hal ini mereka tidak merasa terganggu oleh perbedaan-perbedaan. Makin
matang kepribadiannya, mereka makin tidak peduli dengan penampilan ayu, tubuh
tegap, badan montok, dan sebagainya. Sebaliknya mereka amat menjunjung tinggi
soal kecocokan, kebaikan, ketulusan, dan kejujuran.
r.
Secara umum
dapat dikatakan bahwa orang yang teraktualisasi diri cenderung membina hidup
perkawinan yang kokoh, bahagia, dan berlangsung seumur hidup. Dalam pribadi
yang sehat, perkawinan yang terbina memungkinkan kedua belah pihak saling
meningkatkan kepercayaan dan harga diri, saling memberikan manfaat.
s.
Mereka itu
sangat filosofis dan sabar dalam menuntut atau menerima perubahan yang perlu
secara tertib. Sementara kebanyakan orang dalam masyarakat cenderung bersikap
sangat praktis atau sangat teoritis, orang yang teraktualisasi diri lebih
condong bersikap praktis sekaligus teoritis tergantung kondisi yang
bersangkutan. Mereka berusaha mencintai dunia apa adanya, dengan tetap membuka
mata pada kekurangan yang ada seraya berupaya memperbaikinya.
4.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktualisasi Diri
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
aktualisasi diri. Orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya sangat memahami
bahwa ada eksistensi atau hambatan lain tinggal (indwelling) didalam (internal)
atau di luar (eksternal) keberadaannya sendiri yang mengendalikan perilaku dan
tindakannya untuk melakukan sesuatu.
a)
Faktor Internal
Faktor internal ini merupakan bentuk hambatan yang berasal dari dalam diri
seseorang, yang meliputi:
1.
Ketidaktahuan akan potensi diri
2.
Perasaan ragu dan takut mengungkapkan
potensi diri, sehingga potensinya tidak dapat
terus berkembang.
Potensi diri merupakan modal yang perlu diketahui, digali dan
dimaksimalkan. Sesungguhnya perubahan hanya bisa terjadi jika kita mengetahui
potensi yang ada dalam diri kita kemudian mengarahkannya kepada tindakan yang
tepat dan teruji (Fadlymun, 2009).
b)
Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan hambatan yang
berasal dari luar diri seseorang, seperti:
1)
Budaya masyarakat yang tidak mendukung
upaya aktualisasi potensi diri seseorang karena perbedaan karakter. Pada
kenyataannya lingkungan masyarakat tidak sepenuhnya menunjang upaya aktualisasi
diri warganya.
2)
Faktor lingkungan. Lingkungan masyarakat
berpengaruh terhadap upaya mewujudkan aktualisasi diri. Aktualisasi diri dapat
dilakukan jika lingkungan mengizinkannya (Asmadi, 2008). Lingkungan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan
perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis
(Sudrajat, 2008).
3)
Pola asuh. Pengaruh keluarga dalam
pembentukan aktualisasi diri anak sangatlah besar artinya. Banyak faktor dalam
keluarga yang ikut berpengaruh dalam proses perkembangan anak. Salah satu
faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam pengaktualisasian
diri adalah praktik pengasuhan anak (Brown, 1961)
Aktualisasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengatur diri sendiri
sehingga bebas dari berbagai tekanan, baik yang berasal dari dalam diri maupun
di luar diri. Kemampuan seseorang membebaskan diri dari tekanan internal dan
eksternal dalam pengaktualisasian dirinya menunjukkan bahwa orang tersebut
telah mencapai kematangan diri. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
aktualisasi diri tersebut secara penuh. Hal ini disebabkan oleh terdapatnya dua
kekuatan yang saling tarik-menarik dan akan selalu pengaruh-mempengaruhi di
dalam diri manusia itu sendiri sepanjang perjalanan hidup manusia. Kekuatan
yang satu mengarah pada pertahanan diri, sehingga yang muncul adalah rasa takut
salah atau tidak percaya diri, takut menghadapi resiko terhadap keputusan yang
akan diambil, mengagungkan masa lalu dengan mengabaikan masa sekarang dan
mendatang, ragu-ragu dalam mengambil keputusan/bertindak, dan sebagainya.
Sementara kekuatan yang lainnya adalah kekuatan yang mengarah pada keutuhan
diri dan terwujudnya seluruh potensi diri yang dimiliki, sehingga yang muncul
adalah kepercayaan diri dan penerimaan diri secara penuh (Asmadi, 2008).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Harga diri merupakan
sebuah penilaian individu yang dipengarui oleh sejauh mana ideal diri seseorang
dapat dicapai. Kita harus menghargai diri kita sendiri, sebelum orang
menghargai kita. Begitu pula bila kita ingin dihargai oleh orang lain, kita
wajib menghargai orang lain. Banyak cara untuk menghargai diri kita sendiri,
dan yang paling penting adalah kita harus bersyukur dengan apa yang telah
dianugrahkan Allah untuk kita. Baik itu dari segi jasmaniyah, latar belakang
keluarga atau dari segi harta.
Aktualisasi diri juga merupakan salah satu kebutuhan yang diharapkan dapat
terpenuhi oleh setiap orang. Aktualisasi diri dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya adalah kepercayaan diri.Maslow (Sobur, 2009:278) mengungkapkan
kembali bahwa kebutuhan aktualisasi diri sebagai hasrat untuk menjadi diri
sendiri sepenuhnya bagi seseorang, menjadi apa saja menurut kemampuan yang
melekat pada dirinya. Setiap manusia memiliki hakikat intrinsik yang
baik. Itu memungkinkan untuk mewujudkan perkembangan secara utuh dan masksimal.
Perkembangan yang sehat terjadi jika manusia dapat mengatualisasikan diri dan
mewujudkan segenap potensinya.
DAFTAR PUSTAKA
Adi Jujunan Musa
(2012). Orang yang melakukan Aktualisasi Diri. Diakses pada 11 April 2014,
dari,
http://reina93.mhs.unimus.ac.id/2012/10/21/orang-yang-melakukan-aktualisasi-diri/
Ahmad , Rifqi.
2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri. Tersedia di
http://Konselor-Profesional.Blogspot.Com/2012/03/Faktor-Faktor-Yang-Mempengaruhi-Harga-Diri.Html
diakses tanggal 5 Januari 2013
Ardi Al
Maqqassary (2012). Pengertian Aktualisasi diri. Diakses pada 10 April 2014
dari,http://www.psychologymania.com/2012/12/pengertian-aktualisasi-diri.html
Broadley,
Barbara Temaner. The Actualizing Tendency Concept in Client-Centered Theory.
Chicago: Illinois School
http://ayuamaliyah-fpsi11.web.unair.ac.id/artikel_detail-99226-Umum-Aktualisasi%20Diri%20dan%20Fully%20Function.html
http://belajarpsikologi.com/pengertian-harga-diri/
http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._psikologi_pend_dan_bimbingan/196211121986102-setiawati/self-esteem.pdf
diakses tanggal 5 Januari 2013
http://kabarsurade.blogspot.co.id/2016/11/makalah-aktualisasi-diri-terhadap.html
http://klikpsikologi.com/faktor-yang-mempengaruhi-harga-diri/
http://pakdanidancivic.blogspot.com/2010/05/contoh-bentuk-harga-diri.html
http://www.kapukonline.com/2012/02/kebutuhandasarmanusiaabrahammaslow.html
diakses tanggal 5 Januari 2013
Schneider,K.J.,
dkk. (2001). The Handbook of Humanistic Psychology. California : Sage
Publication.inc
Sudrajat,
Akhmad. 2009. Konsep Harga Diri. Tersedia di http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/05/16/harga-diri/
diakses tanggal 5 Januari 2013
No comments:
Post a Comment