Thursday, 21 March 2019

KONSEP KEBUTUHAN HARGA DIRI, KONSEP DIRI DAN KEBUTUHAN AKTUALISASI DIRI

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupuan psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Kebutuhan-kebutuhan manusia dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu: Kebutuhan Primer, yang pada umumnya merupakan kebutuhan faal, seperti lapar, haus, seks, tidur, dan lain-lain. Semua ini adalah kebutuhan faal yang merupakan syarat kelangsungan hidup seseorang. Kebutuhan-kebutuhan semacam ini timbul dengan sendirinya atau sudah ada sejak seseorang lahir. Kebutuhan Sekunder, yang timbul dari interaksi antara orang dengan lingkungannya seperti kebutuhan untuk bersaing, bergaul, ekspresi diri, harga diri dan dan lain-lain.
Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dalam teori Hirarki menyatakan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Potter dan Patricia, 1997). Harga diri merupakan salah satu kebutuhan penting manusia. Maslow dalam teori hierarki kebutuhannya menempatkan kebutuhan individu akan harga diri sebagai kebutuhan pada level puncak, sebelum kebutuhan aktualisasi diri. Hal ini karena harga diri individu mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perilaku yang ditampilkannya.
Kebutuhan harga diri merupakan kebutuhan seseorang untuk merasakan bahwa dirinya adalah seorang yang patut dihargai dan dihormati sebagai manusia yang baik. Setiap individu normal pasti berharap dan menginginkan dapat merasakan hidup sukses, dihormati dan dihargai sebagai manusia.
Pentingnya pemenuhan kebutuhan harga diri individu, terkait erat dengan dampak negatif jika mereka tidak memiliki harga diri yang mantap. Mereka akan mengalami kesulitan dalam menampilkan perilaku sosialnya, merasa inferior dan canggung. Namun apabila kebutuhan harga diri mereka dapat terpenuhi secara memadai, kemungkinan mereka akan memperoleh sukses dalam menampilkan perilaku sosialnya, tampil dengan kayakinan diri (self-confidence) dan merasa memiliki nilai dalam lingkungan sosialnya
Walaupun setiap orang mempunyai sifat tambahan, kebutuhan yang unik, setiap orang mempunyai kebutuhan dasar manusia yang sama. Besarnya kebutuhan dasar yang terpenuhi menentukan tingkat kesehatan dan posisi pada rentang sehat-sakit. Menurut teori Maslow seseorang yang seluruh kebutuhannya terpenuhi merupakan orang  yang sehat, dan sesorang dengan satu atau lebih kebutuhan yang tidak terpenuhi merupakan orang yang berisiko untuk sakit atau mungkin tidak sehat pada satu atau lebih dimensi. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut maslow adalah sebuah teori yang dapat digunakan  perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan. Tentunya selain memperhatikan kebutuhan fisiologis juga harus diperhatikan kebutuhan psikologisnya, yang salah satunya dengan adanya  pengakuan dan penghargaan terhadap diri. Untuk itu, dalam makalah ini penyusun akan membahas mengenai kebutuhan akan harga diri.

B.       Rumusan Masalah
1.       Apa pengertian konsep diri
2.      Apa pengertian harga diri
3.      Apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri ?
4.      Apa pengertian aktualisasi diri ?
5.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi ?

C.      Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui konsep diri
2.      Untuk mengetahui harga diri
3.      Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri
4.      Untuk mengetahui pengertian aktualisasi diri
5.      Urtuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Konsep Kebutuhan Harga Diri Dan Konsep Diri
1.       Konsep diri
Konsep diri adalah  semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sudeen, 1998). Hal ini temasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Sedangkan menurut Beck, Willian dan Rawlin (1986) menyatakan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal, emosional intelektual , sosial dan spiritual.
2.      Harga Diri
Harga diri merupakan salah satu dimensi dari konsep diri. Harga diri adalah proses evaluasi yang ditujukan indivu pada diri sendiri, yang nantinya berkaitan dengan proses penerimaan individu terhadap dirinya. Dalam hal ini evaluasi akan menggambarkan bagaimana penilaian individu tentang dirinya sendiri, menunjukan penghargaan dan pengakuan atau tidak, serta menunjukkan sejauh mana individu tersebut merasa mampu, sukses dan berharga. Secara singkat harga diri diartikan sebagai penilaian terhadap diri tentang keberhargaan diri yang di ekspresikan melalui sikap-sikap yang dianut individu.
Disini individu akan berusaha memenuhi kebutuhan akan rasa harga diri, apabila kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memilikinya telah terpenuhi atau terpuaskan. (Koeswara, 1991 : 124)
Harga diri seseorang tergantung bagaimana dia menilai tentang dirinya dimana hal ini akan mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Penilaian individu ini diungkapkan dalam sikap-sikap yang dapat bersifat tinggi dan negatif.
3.      Karakteristik harga diri
a.       Karakteristik harga diri tinggi
Harga diri yang tinggi akan membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta rasa bahwa kehadirannya diperlukan didalam dunia ini. Contoh : seorang perawat yang memiliki harga diri yang cukup tinggi, dia akan yakin dapat mencapai prestasi yang dia dan orang lain harapkan. Pada gilirannya,keyakinan itu akan memotivasi perawat tersebut untuk sungguh-sungguh mencapai apa yang diinginkan.
Karakteristik orang yang memiliki harga diri yang tinggi menurut Clemes dan Bean (2001 : 334), antara lain :
1)      Bangga dengan hasil kerjanya
2)      Bertindak mandiri
3)      Mudah menerima tanggung jawab
4)      Mengatasi masalah dengan baik
5)      Menanggapi tantangan baru dengan antusiasme
6)      Merasa sanggup mempengaruhi orang lain
7)      Menunjukkan jangkauan perasaan dan emosi yang luas
Manfaat dari dimilkinya harga diri yang tinggi (Branden, 1999 :6-7), diantaranya :
a)      Individu akan semakin kuat dalam menghadapi penderitaan hidup, semakin tabah, dan semakin tahan dalam menghadapi tekana-tekanan kehidupan, serta tidak mudah menyerah dan putus asa.
b)      Individu semakin kreatif dalam bekerja
c)      Individu semakin ambisius, tidak hanya dalam karier dan urusan financial, tetapi dalam hal-hal yang ditemui dalam kehidupan baik secara emisional, kreatif maupun spiritual.
d)     Individu akan memilki harapan yang besar dalam membangun hubungan yang baik dan konstruktif.
e)      Individu akan semakin hormat dan bijak dalam memperlakukan orang lain, karena tidak memandang orang lain sebagai ancaman.
b.      Karakteristik harga diri rendah
Orang yang memiliki harga diri rendah akan cenderung merasa bahwa dirinya tidak mampu dan tidak berharga. Disamping itu orang dengan harga diri rendah cenderung untuk tidak berani mencari tantangan-tantangan baru dalam hidupnya, lebih senang menghadapi hal-hal yang sudah dikenal dengan baik serta menyenangi hal-hal yang tidak penuh dengan tuntutan, cenderung tidak merasa yakin akan pemikiran-pemikiran serta perasaan yang dimilikinya, cenderung takut menghadapai respon dari orang lain, tidak mampu membina komunikasi yang baik dan cenderung merasa hidupnya tidak bahagia.
Pada orang yang memiliki harga diri rendah inilah sering muncul perilaku rendah. Berawal dari rasa tidak mampu dan tidak berharga, mereka mengkompensasikannya dengan tindakan lain yang seolah-olah membuat dia lebih berharga. Misalnya dengan mencari pengakuan dan perhatian dari teman-temannya dengan cara berkelahi, membuat keributan yang dilakukan demi mendapatkan pengakuan dari lingkungan.
Karakteristik orang dengan harga diri yang rendah menurut Clemes dan Bean (2001 : 4-5) diantaranya :
1)      Menghindari situasi yang dapat mencetuskan kecemasan
2)      Merendahkan bakat dirinya
3)      Merasa tak ada seorangpun yang menghargainya
4)      Menyalahkan orang lain atas kelemahannya sendiri
5)      Mudah dipengaruhi oleh orang lain
6)      Bersikap defensif dan mudah frustrasi
7)      Merasa tidak berdaya
8)      Menunjukkan jangkauan perasaan dan emosi yang sempit
Akibat memilki harga diri yang negatif, yaitu :
a)      Mudah merasa cemas, stress, merasa kesepian dan mudah terjangkit depresi
b)      Dapat menyebabkan masalah dengan teman baik dan social
c)      Dapat merusak secara serius, akademik dan penampilan kerja
d)     Membuat peningkatkan penggunaan obat-obat dan alkohol (Utexas. Edu, 2001 : 3)
4.       Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Ketika manusia dilahirkan sampai tumbuh dan berkembang, bahkan hingga bisa mandiri dan dewasa sudah jelas bersama orang tua dan keluarga. Begitupun tugas yang pertama kali dikenal oleh seorang manusia sudah tentu orang tuanya kemudian keluarga selain orang tuanya. Peran Keluarga Dalam Pendidikan Anak sangat tinggi, maka kenapa anak terkadang tak jauh dari sikap atau didikan orang tuanya.
Apabila individu tersebut sudah bisa melepaskan diri dari ketergantungannya dengan keluarga, ia akan berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas dan lebih beragam lagi yang mungkin terkadang menyebabkan seorang manusia yang tidak teguh pendirian akan mengalami permasalahan dan juga mengalami perdebatan diri.
Adapun teori yang mengungkapan bahwa terbentuknya konsep diri seseorang berasal dari interaksinya dengan orang lain. Selain dari pembentukan, setiap individu akan memiliki tanggapan yang jelas dan juga pantas. Dimana cermin menilai ini bisa dijadikan introspeksi diri dan lainnya. Nah, apa saja yang menjadi faktor mempengaruhi konsep diri ?
1.    Orang Sekitar Anda
Faktanya, tidak semua individu memberikan pengaruh apalagi pengaruh yang besar yang sama terhadap diri kita. Anda bisa bayangkan bagaimana anda bisa berubah jika setiap bertemu individu baru anda akan terpengaruh. Semua pasti ada batasannya.
Adapun yang biasanya bisa memberikan pengaruh yaitu orang-orang yang paling dekat dengan kita ataupun mereka yang ada disekitar anda. Dalam dunia psikologi disebut sebagai significant others. Siapa saja mereka ? orang tua, saudara dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita, dan biasanya tetangga yang sering ada di lingkungan rumah kita.
2.    Keberhasilan
Konsep diri bisa didapatkan ketika seseorang mendapatkan keberhasilan atas apa  yang telah dialaminya. Keberhasilan seringkali  mempengaruhi konsep diri dan adaptasi pribadi seseorang. Selain itu, kehidupan sosialnya juga, dan ini berarti mempunyai pengaruh yang nyata terhadap konsep dirinya. Seringkali keberhasilan merupakan produk utama untuk mendapatkan kebanggaan. Biasanya ada perasaan bangga dan juga puas.
3      Kegagalan
Selain keberhasilan kegagalan juga bisa menjadi hal utama yang paling dibutuhkan oleh seseorang atau yang sudah pasti hadir dalam konsep diri seseorang. Mengingat bahwa kegagalan seringkali membawa hikmah atau introspeksi dan pelajaran untuk banyak orang.
5.    Reaksi Orang Lain
Ketika anda menjalankan kehidupan sehari-hari orang akan memandang individu sesuai dengan pola perilaku yang ditunjukkan mereka sendiri. Harry Stack Sullivan (Jalaludin Rakhmat, 1996: 101) telah menjelaskan dengan jelas bahwa jika anda ingin diterima, dihormati dan juga disenangi maka anda harus ikut menghormati, menerima dan juga membuat orang lain merasa diterima oleh kita. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan diri sendiri maka anda tidak bisa menyalahkan diri sendiri saja. Itulah konsep diri yang tepat dan benar.
6.    Keadaan Fisik
Seringkali orang lain melihat penampilan luar diri seseorang. Maka keadaan fisik seseorang dapat mempengaruhi individu dalam menumbuhkan konsep dirinya seperti apa dan juga bagaimana ia memandang orang lain atau sebaliknya. Individu yang memiliki cacat tubuh sudah  tentu akan memandang dirinya rendah, mengingat orang lain juga memandang dia seperti itu.
Beberapa orang juga justru sengaja dan juga membiasakan diri dengan kelemahan,  seperti munculnya perasaan malu, minder, tidak berharga dan perasaan ganjil karena melihat dirinya berbeda dengan orang lain. Padahal hal itu memang benar-benar membuat diri mereka tidak dihargai.
7.    Tuntutan Orang Tua
Apakah anda sudah menjadi orang tua ? seringkali cita-cita yang tidak tercapai menjadi penyebab atau menjadi permasalahan utama anak-anak. Banyak anak yang bermasalah karena mendapatkan tekanan dari orang tua yang selalu menuntut anak untuk menjadi individu yang sangat diharapkan oleh mereka. Membebaskan anak untuk menemukan passion nya meskipun tidak mudah, tetap harus bisa.
Tuntutan yang seringkali dirasakan anak terkadang menerima hambatan dan juga mendapatkan tuntutan yang menyebabkan anak tidak berkembang. Selain itu, sikap orang tua yang berlebihan untuk melindungi anaknya juga akan menyebabkan anak tidak dapat berkembang dan mengakibatkan anak menjadi kurang tingkat percaya dirinya dan memiliki konsep diri yang rendah.
8.    Ras, Kulit dan lainnya
Konsep diri selanjutnya bisa dipengaruhi oleh  Perbedaan mulai dari ras, kulit, lingkungan, keturunan dan lainnya. R Pudjijogyanti (1995: 29) dalam penelitian menyatakan bahwa kelompok ras minoritas dan kelompok sosial ekonomi rendah cenderung mempunyai konsep diri yang rendah. Tentu hal ini berefek dari tekanan dan juga berbagai permasalahan ke arah mereka dibandingkan dengan kelompok ras mayoritas dan kelompok sosial ekonomi tinggi, selain itu untuk jenis kelamin terdapat perbedaan konsep diri antara perempuan dan laki-laki sehingga menyebabkan konsep diri berbeda dengan yang hidup dalam lingkungan yang baik.
8. Mycrosystems
Mycrosystems merupakan pengertian dari sebuah realita psikologis di kehidupan realita atau sebenarnya yang seringkal dilakukan oleh masyarakat setiap harinya. Mikrosistem terdiri dari lingkungan fisik tempat individu berada. Dimana tentu anda ketahui bahwa banyak konsep diri yang terbentuk dari lingkungan sosial di sekitar individu. Begitupun dengan interaksi antara kedua lingkungan di mana individu ikut berpartisipasi.
9.    Mesosystems
Ada lagi yang disebut dengan mesosystems, dimana hubungan antara mikrosistem di mana individu yang sedang berkembang dan mengalami kenyataan hidup. Dengan adanya kekuatan dan lengkap jaringan di antara setting realita maka mesosistem akan semakin kuat dalam mempengaruhi perkembangan individu. Untuk itu mesosystems cukup berperan dalam pembentukan diri atau konsep diri mereka.
10       Kondisi Keluarga
Apa yang anda bayangkan jika kondisi keluarga tidak baik ? maka akan berdampak dan menyebabkan lingkungan tidak baik. Anak yang baik dapat ditandai dengan adanya intregitas dan tenggang rasa yang tinggi serta sikap positif dari anggota keluarga. Karena mereka terbiasa dengan kebiasaan baik dan juga benar. Adanya kondisi semacam itu menyebabkan anak memandang orang tua sebagai figur yang berhasil dan menganggap orang tua dapat dipercaya sebagai tokoh yang dapat mendukung dirinya dalam memecahkan seluruh persoalan hidupnya. Sehingga konsep diri lebih matang dan lebih baik.
  1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Harga Diri
Menurut Coopersmith (1967) ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga diri, yaitu:
a.       Penghargaan dan Penerimaan dari Orang-orang yang Signifikan. Harga diri seseorang dipengaruhi oleh orang yang dianggap penting dalam kehidupan individu yang bersangkutan. orangtua dan keluarga merupakan contoh dari orang-orang yang signifikan. Keluarga merupakan lingkungan tempat interaksi yang pertama kali terjadi dalam kehidupan seseorang.
b.      Kelas Sosial dan Kesuksesan. Menurut Coopersmith (1967), kedudukan kelas sosial dapat dilihat dari pekerjaan, pendapatan dan tempat tinggal. Individu yang memiliki pekarjaan yang lebih bergengsi, pendapatan yang lebih tinggi dan tinggal dalam lokasi rumah yang lebih besar dan mewah akan dipandang lebih sukses dimata masyarakat dan menerima keuntungan material dan budaya. Hal ini akan menyebabkan individu dengan kelas sosial yang tinggi meyakini bahwa diri mereka lebih berharga dari orang lain.
c.       Nilai dan Inspirasi Individu dalam Menginterpretasi Pengalaman. Kesuksesan yang diterima oleh individu tidak mempengaruhi harga diri secara langsung melainkan disaring terlebih dahulu melalui tujuan dan nilai yang dipegang oleh individu.
d.      Cara Individu dalam Menghadapi Devaluasi. Individu dapat meminimalisasi ancaman berupa evaluasi negatif yang datang dari luar dirinya. Mereka dapat menolak hak dari orang lain yang memberikan penilaian negatif terhadap diri mereka.
  1. Aspek-Aspek Harga Diri
Reasoner (1982), mengemukakan aspek-aspek harga diri sebagai berikut:
a.       Sense of Securuty, yaitu sejauh mana seseorang  merasa aman dalam bertingkah laku karena mengetahui apa yang diharapkan oleh orang lain dan tidak takut disalahkan. Anak merasa yakin atas apa yang dilakukannya sehingga merasa tidak cemas terhadap apa yang akan terjadi pada dirinya.
b.      Sense of Identity, yaitu kesadaran anak tentang sejauh mana potensi, kemampuan dan keberartian tentang dirinya sendiri.
c.       Sense of Belongeng, yaitu perasaan yang muncul karena anak merasa sebagai bagian dari kelompoknya, merasa dirinya penting dan dibutuhkan oleh orang lain, dan merasa dirinya dierima oleh kelompoknya
d.      Sense of Purpose, yaitu keyakinan individu bahwa dirinya akan berhasil mencapai tujuan yang diinginkannya, merasa memiliki motivasi.
e.       Sense of Personal Competence, yaitu kesadaran individu bahwa dia dapat mengatasi segala tantangan dan masalah yang dihadapi dengan kemampuan, usaha, serta caranya sendiri.

B.       Kebutuhan Aktualisasi Diri
1.         Pengertian Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang terbaik dari yang dia bisa. Istilah ini digunakan dalam berbagai teori psikologi, seperti oleh Kurt Goldstein, Abraham Maslow, dan Carl Rogers. Goldstein adalah ahli yang pertama melihat bahwa kebutuhan ini menjadi motivasi utama manusia, sementara kebutuhan lainnya hanyalah manifestasi dari kebutuhan tersebut. Namun yang membuat istilah ini lebih mengemuka adalah teori Maslow tentang hirarki kebutuhan, yang menganggapnya sebagai tingkatan tertinggi dari perkembangan psikologis yang bisa dicapai bila semua kebutuhan dasar sudah dipenuhi dan pengaktualisasian seluruh potensi dirinya mulai dilakukan.
Aktualisasi diri merupakan kemampuan individu untuk menggali dan mengembangkan segenap potensi yang dimiliki untuk menjadi diri sendiri dan untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Kepercayaan diri merupakan perasaan puas dan yakin akan kemampuan yang dimiliki dan berusaha mengembangkan penilaian positif terhadap diri sendiri dan lingkungan. Kercayaan diri merupakan aspek kepribadian manusia yang berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya.
Aktualisasi diri adalah daya yang mendorong pengembangan diri dan potensi individu, sifatnya bawaan dan sudah menjadi ciri seluruh manusia. Aktualisasi diri yang mendorong manusia sampai kepada pengembangan yang optimal dan menghasilkan ciri unik manusia seperti kreativitas, inovasi, dan lain-lain.
Tokoh psikologi Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs atau Hirarki Kebutuhan. Kehidupan keluarganya dan pengalaman hidupnya memberi pengaruh atas gagasan gagasan psikologisnya. Setelah perang dunia ke II, Maslow mulai mempertanyakan bagaimana psikolog psikolog sebelumnya tentang pikiran manusia. Walau tidak menyangkal sepenuhnya, namun ia memiliki gagasan sendiri untuk mengerti jalan pikir manusia.
Psikolog humanis percaya bahwa setiap orang memiliki keinginan yang kuat untuk merealisasikan potensi potensi dalam dirinya, untuk mencapai tingkatan aktualisasi diri. Untuk membuktikan bahwa manusia tidak hanya bereaksi terhadap situasi yang terjadi di sekelilingnya, tapi untuk mencapai sesuatu yang lebih, Maslow mempelajari seseorang dengan keadaan mental yang sehat, dibanding mempelajari seseorang dengan masalah kesehatan mental. Hal ini menggambarkan bahwa manusia baru dapat mengalami “puncak pengalamannya” saat manusia tersebut selaras dengan dirinya maupun sekitarnya. Dalam pandangan Maslow, manusia yang mengaktualisasikan dirinya, dapat memiliki banyak puncak dari pengalaman dibanding manusia yang kurang mengaktualisasi dirinya.
Interpretasi dari Hirarki Kebutuhan Maslow yang direpresentasikan dalam bentuk piramida dengan kebutuhan yang lebih mendasar ada di bagian paling bawah. Maslow menggunakan piramida sebagai peraga untuk memvisualisasi gagasannya mengenai teori hirarki kebutuhan. Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Kebutuhan fisiologis atau dasar
2.      Kebutuhan akan rasa aman
3.      Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
4.      Kebutuhan untuk dihargai
5.      Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Maslow menyebut empat kebutuhan mulai dari kebutuhan fisiologis sampai kebutuhan harga diri dengan sebutan homeostatis. Kemudian berhenti dengan sendirinya.
Maslow memperluas cakupan prinsip homeostatik ini kepada kebutuhan-kebutuhan tadi, seperti rasa aman, cinta dan harga diri yang biasanya tidak kita kaitkan dengan prinsip tersebut. Maslow menganggap kebutuhan-kebutuhan defisit tadi sebagai kebutuhan untuk bertahan. Cinta dan kasih sayang pun sebenarnya memperjelas kebutuhan ini sudah ada sejak lahir persis sama dengan insting.
2.      Syarat mencapai aktulisasi diri
Jadi prasyarat untuk mencapai aktualisasi diri adalah memuaskan empat kebutuhan yang berada dalam tingkat yang lebih rendah:
a.       Kebutuhan-kebutuhan fisiologis
b.      kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman
c.       kebutuhan-kebutuhan akan memiliki dan cinta
d.      kebutuhan-kebutuhan penghargaan.
Kebutuhan-kebutuhan ini harus sekurang-kurangnya sebagian dipuaskan dalam urutan ini, sebelum timbul kebutuhan akan aktualisasi diri.
Kebutuhan aktualisasi diri di atas nampaknya merupakan suatu kondisi puncak dari perkembangan individu. Pada awalnya maslow menyatakan bahwa orang-orang yang teraktualisasi diri hanya terdapat pada orang-orang berusia lanjut, cenderung dipandang sebagai suatu keadaan puncak atau keadaan akhir suatu tujuan jangka panjang, bukan sebagai suatu proses dinamis yang terus-menerus.
Namun Maslow juga menyatakan bahwa orang-orang muda tidak dapat mengaktualisasikan diri sepenuhnya, tetapi memiliki kemungkinan untuk memperlihatkan pertumbuhan baik ke arah aktualisasi diri.
3.      Ciri-ciri Pribadi Aktualisasi Diri
Dari hasil penelitian yang merupakan proses analisis panjang, Maslow akhirnya mengidentifikasikan 19 karakteristik pribadi yang sampai pada tingkat aktualisasi diri.
a.         Persepsi yang jelas tentang hidup (realitas), termasuk kemampuan untuk mendeteksi kepalsuan dan menilai karakter seseorang dengan baik. Berkat persepsi yang tajam, mereka lebih tegas dan jitu dalam memprediksikan peristiwa yang bakal terjadi. Mereka lebih mampu melihat dan menembus realitas-realitas yang tersembunyi dalam aneka peristiwa; lebih peka melihat hikmah dari pelbagai masalah.
b.         Pribadi demikian melihat hidup apa adanya dan bukan berdasarkan keinginan mereka. Mereka lebih obyektif dan tidak emosional. Orang yang teraktualisasi diri tidak akan membiarkan harapan-harapan dan hasrat-hasrat pribadi menyesatkan pengamatan mereka. Sebaliknya kebanyakan orang lain mungkin hanya mau mendengarkan apa yang ingin mereka dengar dari orang lain sekalipun menyangkut hal yang tidak benar dan jujur.
c.         Mempunyai spontanitas yang lebih tinggi. Mereka lebih peka terhadap inner life yang kaya dan tidak konvensional, serta memiliki kemampuan untuk melihat dunia dari sudut pandang baru dan menghargai keindahan dalam hal-hal yang biasa. Biasanya mereka tidak merasa perlu menyembunyikan perasaan atau pikiran mereka, atau bertingkah laku yang dibuat-buat. Pribadi teraktualisai punya selera yang tinggi terhadap seni, musik, dan masalah-masalah politik dan filsafat.
d.        Keterpusatan-pada-masalah. Mereka amat konsisten dan menaruh perhatian pada pertanyaan dan tantangan dari luar diri, memiliki misi atau tujuan yang jelas sehingga menghasilkan integritas, ketidakpicikan, dan tekun introspeksi. Mereka mempunyai komitmen yang jelas pada tugas yang harus mereka kerjakan dan mampu melupakan diri sendiri, dalam arti mampu membaktikan diri pada pekerjaan, tugas, atau panggilan yang mereka anggap penting.
e.         Merindukan kesunyian. Selain mencari kesunyian yang menghasilkan ketenteraman batin, mereka juga dapat menikmatinya.
f.          Mereka sangat mandiri dan otonom, namun sekaligus menyukai orang lain. Mereka punya keinginan yang sehat akan keleluasaan pribadi yang berbeda dari kebebasan neurotik (yang serba rahasia dan penuh rasa takut). Terkadang mereka terlihat sangat otonom, karena mereka menggantungkan diri sepenuhnya pada kapasitas sendiri. Inilah paradoksnya: mereka adalah orang yang paling individualis sekaligus sosial dalam masyarakat. Bila mereka menaati suatu aturan atau perintah, hal itu didasarkan pada pemahaman akan manfaat yang dapat dicapai dari pemenuhan aturan yang bersangkutan, dan bukan karena ikut-ikutan.
g.         Ada kalanya mereka mengalami apa yang disebut “pengalaman puncak” (peak experience); saat-saat ketika mereka merasa berada dalam keadaan terbaik, saat diliputi perasaan khidmat, kebahagiaan dan kegembiraan yang mendalam atau ekstase. Hal ini berkaitan dengan kemampuan mereka untuk berkonsentrasi secara luar biasa. Kadang-kadang kemampuan ini membuat mereka seolah linglung. Tidak jarang mereka mengalami flow dalam kegiatan yang mereka lakukan.
h.         Rasa kekeluargaan terhadap sesama manusia yang disertai dengan semangat yang tulus untuk membantu sesama.
i.           Pribadi unggul ini lebih rendah hati dan menaruh hormat pada orang lain. Mereka yakin bahwa dalam banyak hal mereka harus belajar dari orang lain. Hal ini membuat mereka mampu untuk mendengarkan orang lain dengan penuh kesabaran. Keutamaan (virtue) ini lahir dari pemahaman yang lebih dalam tentang diri sendiri. Sama seperti anak-anak, mereka mampu mendengarkan orang lain tanpa apriori atau penilaian sebelumnya. Maslow menyebut keunggulan ini sebagai “Being cognition” atau “B-cognition”; pengamatan yang pasif dan reseptif.
j.           Mereka memiliki etika yang jelas tentang apa yang baik dan apa yang jahat. Namun bagi mereka, pertentangan antara yang baik dan yang buruk tidaklah menjadi masalah. Secara konsisten, mereka akan memilih dan lebih menyukai nilai-nilai yang lebih luhur.
k.         Selera humor yang baik. Mereka tidak tertarik pada pelbagai lelucon yang melukai atau menyiratkan inferioritas yang membuat orang lain merasa dilecehkan. Mereka lebih menyukai humor yang filosofis, kosmik, atau yang nilai humornya terkandung dalam logika kata-kata. Mereka juga menonjol dalam hal toleransi terhadap kelemahan-kelemahan alamiah orang lain. Namun mereka sangat anti terhadap ketidakjujuran, penipuan, kebohongan, kekejaman, dan kemunafikan.
l.           Kreatif dalam mengucapkan, melakukan, dan menyelesaikan sesuatu. Sifat ini dikaitkan dengan fleksibelitas, tidak takut membuat sesuatu yang di kemudian hari ternyata adalah kesalahan, dan keterbukaan. Seperti seorang anak yang lugu, mereka tidak takut berkreasi karena cemoohan orang lain. Mereka kreatif dan melihat aneka peristiwa secara segar tanpa prasangka. Menurut Maslow, hampir setiap anak mampu membuat lagu, sajak, tarian, lakon, atau permainan secara mendadak, tanpa direncanakan atau didahului oleh maksud tertentu sebelumnya. Demikian jugalah kira-kira kreativitas orang yang teraktualisasi diri.
m.       Mereka memiliki penghargaan yang sehat atas diri sendiri bertolak dari pengenalan akan potensi diri mereka sendiri. Mereka bisa menerima pujian dan penghargaan tetapi tidak sampai tergantung pada penghargaan yang diberikan orang lain. Mereka tidak mendewakan kemasyhuran dan ketenaran kosong.
n.         Ketidaksempurnaan. Mereka tentu juga mempunyai perasaan bersalah, cemas, bersalah, iri dan lain-lain. Namun perasaan itu tidak seperti yang dialami orang-orang yang neurotis. Mereka lebih dekat dengan cara pikir positif. Mereka tidak selalu tenang, kadang-kadang bisa meledakkan amarah pula; bosan dengan obrolan basa-basi , omong-kosong, dan hiruk-pikuk suasana pesta.
o.         Mereka mempunyai “hirarki nilai” yang jelas. Mereka mampu melihat dan membedakan mana yang lebih penting dan harus diprioritaskan dalam situasi tertentu. Kadar konflik dirinya rendah. Mereka memiliki lebih banyak energi untuk tujuan-tujuan yang produktif daripada menghabiskan waktu untuk menyesali diri dan keadaan. Bagi mereka, pertentangan antara yang baik dan yang buruk tidaklah menjadi masalah. Secara konsisten, mereka akan memilih dan lebih menyukai nilai-nilai yang lebih luhur, dan dengan tulus mengikutinya. Bagi orang-orang ini, disiplin diri relatif mudah sebab apa yang ingin mereka lakukan sejalan dengan apa yang mereka yakini benar. Nilai-nilai mereka didasarkan pada apa yang nyata bagi mereka, bukan pada apa yang dikatakan orang lain kepada mereka.
p.         Resistensi terhadap inkulturisasi. Mereka mampu melihat hal-hal di luar batasan kebudayaan dan zaman. Maslow menyebut mereka mempunyai apa yang disebut “kemerdekaan psikologis”. Hal itu tercermin dari keputusan-keputusan mereka yang terkadang “melawan arus” pendapat khalayak ramai. Mereka tidak segan menolak kebudayaan mereka jika memang tidak sejalan dengan akal sehat. Untuk hal-hal kecil seperti sopan-santun, bahasa, dan pakaian, makanan, dan sebagainya tidak dipermasalahkan. Tapi bila menyangkut hal-hal yang dirasa melawan prinsip-prinsip dasar, mereka dapat bersikap bebas mandiri dan bertindak di luar kebiasaan.
q.         Mereka cenderung mencari persahabatan dengan orang yang memiliki karakter yang sama, seperti jujur, tulus hati, baik hati dan berani, namun tidak menghiraukan ciri-ciri superfisial seperti kelas sosial, agama, latar belakang ras, dan penampilan. Dalam hal ini mereka tidak merasa terganggu oleh perbedaan-perbedaan. Makin matang kepribadiannya, mereka makin tidak peduli dengan penampilan ayu, tubuh tegap, badan montok, dan sebagainya. Sebaliknya mereka amat menjunjung tinggi soal kecocokan, kebaikan, ketulusan, dan kejujuran.
r.          Secara umum dapat dikatakan bahwa orang yang teraktualisasi diri cenderung membina hidup perkawinan yang kokoh, bahagia, dan berlangsung seumur hidup. Dalam pribadi yang sehat, perkawinan yang terbina memungkinkan kedua belah pihak saling meningkatkan kepercayaan dan harga diri, saling memberikan manfaat.
s.          Mereka itu sangat filosofis dan sabar dalam menuntut atau menerima perubahan yang perlu secara tertib. Sementara kebanyakan orang dalam masyarakat cenderung bersikap sangat praktis atau sangat teoritis, orang yang teraktualisasi diri lebih condong bersikap praktis sekaligus teoritis tergantung kondisi yang bersangkutan. Mereka berusaha mencintai dunia apa adanya, dengan tetap membuka mata pada kekurangan yang ada seraya berupaya memperbaikinya.
4.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktualisasi Diri
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi aktualisasi diri. Orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya sangat memahami bahwa ada eksistensi atau hambatan lain tinggal (indwelling) didalam (internal) atau di luar (eksternal) keberadaannya sendiri yang mengendalikan perilaku dan tindakannya untuk melakukan sesuatu.
a)         Faktor Internal
Faktor internal ini merupakan bentuk hambatan yang berasal dari dalam diri seseorang, yang meliputi:
1.        Ketidaktahuan akan potensi diri 
2.        Perasaan ragu dan takut mengungkapkan potensi diri, sehingga potensinya tidak dapat terus berkembang.
Potensi diri merupakan modal yang perlu diketahui, digali dan dimaksimalkan. Sesungguhnya perubahan hanya bisa terjadi jika kita mengetahui potensi yang ada dalam diri kita kemudian mengarahkannya kepada tindakan yang tepat dan teruji (Fadlymun, 2009).
b)      Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan hambatan yang berasal dari luar diri seseorang, seperti:
1)   Budaya masyarakat yang tidak mendukung upaya aktualisasi potensi diri seseorang karena perbedaan karakter. Pada kenyataannya lingkungan masyarakat tidak sepenuhnya menunjang upaya aktualisasi diri warganya. 
2)   Faktor lingkungan. Lingkungan masyarakat berpengaruh terhadap upaya mewujudkan aktualisasi diri. Aktualisasi diri dapat dilakukan jika lingkungan mengizinkannya (Asmadi, 2008). Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis (Sudrajat, 2008). 
3)   Pola asuh. Pengaruh keluarga dalam pembentukan aktualisasi diri anak sangatlah besar artinya. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam proses perkembangan anak. Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam pengaktualisasian diri adalah praktik pengasuhan anak (Brown, 1961)
Aktualisasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengatur diri sendiri sehingga bebas dari berbagai tekanan, baik yang berasal dari dalam diri maupun di luar diri. Kemampuan seseorang membebaskan diri dari tekanan internal dan eksternal dalam pengaktualisasian dirinya menunjukkan bahwa orang tersebut telah mencapai kematangan diri. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa aktualisasi diri tersebut secara penuh. Hal ini disebabkan oleh terdapatnya dua kekuatan yang saling tarik-menarik dan akan selalu pengaruh-mempengaruhi di dalam diri manusia itu sendiri sepanjang perjalanan hidup manusia. Kekuatan yang satu mengarah pada pertahanan diri, sehingga yang muncul adalah rasa takut salah atau tidak percaya diri, takut menghadapi resiko terhadap keputusan yang akan diambil, mengagungkan masa lalu dengan mengabaikan masa sekarang dan mendatang, ragu-ragu dalam mengambil keputusan/bertindak, dan sebagainya. Sementara kekuatan yang lainnya adalah kekuatan yang mengarah pada keutuhan diri dan terwujudnya seluruh potensi diri yang dimiliki, sehingga yang muncul adalah kepercayaan diri dan penerimaan diri secara penuh (Asmadi, 2008).



BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Harga diri merupakan sebuah penilaian individu yang dipengarui oleh sejauh mana ideal diri seseorang dapat dicapai. Kita harus menghargai diri kita sendiri, sebelum orang menghargai kita. Begitu pula bila kita ingin dihargai oleh orang lain, kita wajib menghargai orang lain. Banyak cara untuk menghargai diri kita sendiri, dan yang paling penting adalah kita harus bersyukur dengan apa yang telah dianugrahkan Allah untuk kita. Baik itu dari segi jasmaniyah, latar belakang keluarga atau dari segi harta.
Aktualisasi diri juga merupakan salah satu kebutuhan yang diharapkan dapat terpenuhi oleh setiap orang. Aktualisasi diri dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah kepercayaan diri.Maslow (Sobur, 2009:278) mengungkapkan kembali bahwa kebutuhan aktualisasi diri sebagai hasrat untuk menjadi diri sendiri sepenuhnya bagi seseorang, menjadi apa saja menurut kemampuan yang melekat pada dirinya. Setiap manusia memiliki hakikat  intrinsik yang baik. Itu memungkinkan untuk mewujudkan perkembangan secara utuh dan masksimal. Perkembangan yang sehat terjadi jika manusia dapat mengatualisasikan diri dan mewujudkan segenap potensinya.

DAFTAR PUSTAKA

Adi Jujunan Musa (2012). Orang yang melakukan Aktualisasi Diri. Diakses pada 11 April 2014, dari, http://reina93.mhs.unimus.ac.id/2012/10/21/orang-yang-melakukan-aktualisasi-diri/
Ahmad , Rifqi. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri. Tersedia di http://Konselor-Profesional.Blogspot.Com/2012/03/Faktor-Faktor-Yang-Mempengaruhi-Harga-Diri.Html diakses tanggal 5 Januari 2013
Ardi Al Maqqassary (2012). Pengertian Aktualisasi diri. Diakses pada  10 April 2014 dari,http://www.psychologymania.com/2012/12/pengertian-aktualisasi-diri.html
Broadley, Barbara Temaner. The Actualizing Tendency Concept in Client-Centered Theory. Chicago: Illinois School
http://ayuamaliyah-fpsi11.web.unair.ac.id/artikel_detail-99226-Umum-Aktualisasi%20Diri%20dan%20Fully%20Function.html
http://belajarpsikologi.com/pengertian-harga-diri/
http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._psikologi_pend_dan_bimbingan/196211121986102-setiawati/self-esteem.pdf diakses tanggal 5 Januari 2013
http://kabarsurade.blogspot.co.id/2016/11/makalah-aktualisasi-diri-terhadap.html
http://klikpsikologi.com/faktor-yang-mempengaruhi-harga-diri/
http://pakdanidancivic.blogspot.com/2010/05/contoh-bentuk-harga-diri.html
http://www.kapukonline.com/2012/02/kebutuhandasarmanusiaabrahammaslow.html diakses tanggal 5 Januari 2013
Schneider,K.J., dkk. (2001). The Handbook of Humanistic Psychology. California : Sage Publication.inc
Sudrajat, Akhmad. 2009. Konsep Harga Diri. Tersedia di http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/05/16/harga-diri/ diakses tanggal 5 Januari 2013



No comments:

Post a Comment