BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Salah satu kelemahan
pelayanan kesehatan adalah pelaksanaan rujukan yang kurang cepat dan tepat.
Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu tanggung jawab yang tinggi dan
mendahulukan kebutuhan masyarakat. Kita ketahui bersama bahwa tingginya
kematian ibu dan bayi merupakan masalah kesehatan yang dihadapi oleh bangsa
kita. Pada pembelajaran sebelumnya, telah dibahas mengenai masalah 3T (tiga
terlambat) yang melatar belakangi tingginya kematian ibu dan anak, terutama
terlambat mencapai fasilitas pelayanan kesehatan.
Dengan adanya system
rujukan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu
karena tindakan rujukan ditunjukan pada kasus yang tergolong berisiko tinggi.
Oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat menjadi factor yang menentukan untuk
menurunkan angka kematian ibu dan perinatal, terutama dalam mengatasi
keterlambatan.
Bidan sebagai tenaga
kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu atau bayi ke fasilitas
kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi penyulit. Jika
bidan lemah atau lalai dalam melakukannya, akan berakibat fatal bagi
keselamatan ibu dan bayi.
B. Rumusan Masalah
1. Adaptasi bayi baru lahir terhadap
kehidupan diluar uterus
2. Pencegahan Infeksi
3. Rawat Gabung
4. Metode Kanguru
5. IMD
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Adaptasi fisiologi fetus
Fisiologi neonatus
merupakan ilmu yang mempelajari fungsi dan proses vital neonatus. Neonatus
adalah individu yang baru saja mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Selain
itu, neonatus adalah indivisu yang sedang bertumbuh.
Adaptasi neonatal (bayi
baru lahir) adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan di
dalam uterus. Kemampuan adaptasi fungsional neonatus dari kehidupan di dalam
uterus kekehidupan di luar uterus.Kemampuan adaptasi fisiologis ini di sebut
juga homeostasis.Bila terdapat gangguan adaptasi, maka bayi akan sakit. Banyak
perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan
interna (dalam kandungan ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya
terpenuhi(Oksigen dan nutrisi)ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu)
yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk
memenuhinya.
Perbedaan lingkungan
fisik sebelum dan sesudah lahir (Timiras dalam Johnson, 1986), adalah sbb :
1) Perubahan Sistem Pernapasan
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen
dari pertukaran gas melalui plasenta dan setelah bayi lahir, pertukaran gas
harus melalui paru-paru bayi. Organ yang bertanggung jawab untuk oksigensi
janin sebelum bayi lahir adalah plsenta. Selama masa kehamilan bayi mengalami
banyak perkembangan yang menyediakan infrastruktur untuk mulainya proses
pernapasan. Pada masa kehamilan di trimester II atau III janin sudah
mengembangkan otot-otot yang diperlukan untuk bernapas, alveoli juga berkembang
dan sudah mampu menghasilkan surfaktan, fosfolipid yang mengurangi tegangan
permukaan pada tempat pertemuan antara udara- alveoli. Ruang interstitial
antara alveoli sangat tipis sehinga memungkinkan kontak maksimum antara kapiler
dan alveoli untuk pertukaran udara.
Pada saat bayi lahir,
dinding alveoli disatukan oleh tegangan permukaan cairan kental yang
melapisinya. Diperlukan lebih dari 25 mmHg tekanan negatif untuk melawan
pengaruh tegangan permukaan tersebut dan untuk membuka alveoli untuk pertama
kalinya. Tetapi sekali membuka alveoli, pernapasan selanjutnya dapat di
pengaruhi pergerakan pernapasan yang relatif lemah. Untungnya pernapasan bayi
baru lahir yang pertamakali sangat kuat, biasanya mampu menimbulkan tekanan
negatif sebesar 50 mmHg dalam ruang intrapleura.
Pada bayi baru lahir,
kekuatan otot–otot pernapasan dan kemampuan diafragma untuk bergerak, secara
langsung mempengaruhi kekuatan setiap inspirasi dan ekpirasi. Bayi yang baru
lahir yang sehat mengatur sendiri usaha bernapas sehingga mencapai keseimbangan
yang tepat antar-oksigen, karbon dioksida, dan kapasitas residu fungsional. Frekuensi
napas pada bayi baru lahir yang normal adalah 40 kali permenit dengan rentang
30–60 kali permenit ( pernapasan diafragma dan abdomen ) apabila frekuensi
secara konsisten lebih dari 60 kali permenit, dengan atau tanpa cuping hidung,
suara dengkur atau retraksi dinding dada, jelas merupakan respon abnormal pada
2 jam setelah kelahiran.
Rangsangan gerakan
pernapasan pertama terjadi karena beberapa hal berikut :
a. Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui
jalan lahir (stimulasi mekanik)
b. Penurunan PaO2 dan peningkatan PaO2
merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus (stimulasi mekanik).
c. Rangsangan dingin di
daerah muka dan perubahan suhu di salam uterus ( stimulasi sensorik).
d.Refleks deflasi
Hering Breur.
Pernapasan pertama pada
bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir.Usaha bayi
pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli,selain karena adanya
surfaktan,juga karena adanya tarikan nafas dan pengeluaran napas dengan
merintih sehingga udara bisa gtertahan di dalam. Cara neonates bernapas dengan
cara bernapas difragmatik dan abdominal, sedangkan untuk frekuensi dan dalamnya
bernapas belum teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps
dan paru-paru kaku, sehingga terjadi atelektasis. Dalan kondisi seperti
ini(anoksia), neonatus masih mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan
metabolism anaerobik.
a. Perkembangan
paru-paru
Paru-paru berasal dari
titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang dan kemudian bercabang
kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus berlanjut
sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolus akan sepenuhnya
berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang
trimester II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan
hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak
tercukupinya jumlah surfaktan.
b. Awal adanya napas
Faktor-faktor yang
berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan
rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di
otak.
2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi
karena kompresi paru - paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara
ke dalam paru - paru secara mekanis. Interaksi antara system pernapasan,
kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan
berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
3) Penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah
bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan.
Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya
kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.
4) Perubahan suhu. Keadaan dingin akan
merangsang pernapasan.
c. Surfaktan dan upaya
respirasi untuk bernapas
Upaya pernafasan
pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1). Mengeluarkan cairan
dalam paru-paru
2). Mengembangkan
jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
Agar alveolus dapat
berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin /sfingomielin) yang cukup
dan aliran darah ke paru – paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu
kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34
minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan
paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps
pada akhir pernapasan.
Tidak adanya surfaktan
menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit
bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen
dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang
sebelumnya sudah terganggu.
d. Dari cairan menuju
udara
Bayi cukup bulan
mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir selama
persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang
bayi yang dilahirkan secara sectio cesaria kehilangan keuntungan dari kompresi
rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama.
Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea
dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan
diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
e. Fungsi sistem
pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler
Oksigenasi yang memadai
merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran
udara.Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi.
Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna
menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan
oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.
Peningkatan aliran
darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan
membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi
janin menjadi sirkulasi luar rahim.
2) Perubahan Pada Sistem Sirkulasi
Penyesuaian sirkulasi
sangat memungkinkan aliran darah yang adekuat melalui paru adalah satu faktor
penting selain mulainya pernapasan ketika lahir. Oleh karena itu paru tidak
berfungsi terutama selama kehidupan fetal,maka jantung fetus tidak perlu
memompa banyak darah melalui paru.sebaliknya jantung fetus harus memompa darah
dalam jumlah besar melalui plasenta. Sebagian besar darah yang masuk ke atrium
kanan dari vena kava inferior langsung berjalan lurus melalui permukaan
posterior atrium kanan dan kemudian melalui foramen ovale langsung masuk ke
dalam atrium kiri. Jadi, darah yang di ogsigenisasi baik dari plasenta masuk ke sisi kiri jantung
bukan ke sisi kanan jantung dan dipompa oleh ventrikel kiri terutrama ke dalam
pembuluh darah kepala dan anggota gerak bawah.
Darah yang masuk atrium
kanan dari vena kava superior langsung berjalan turun melalui katup
trikuspidalis masuk ke dalam ventrikel kanan. Darah ini terutama darah
deoksigenisasi dari daerah kepala fetus, dan dipompa oleh ventrikel kanan masuk
ke dalam arteria pulmonalis, kemudian terutama melalui duktus arteriosus masuk
ke dalam aorta desenden dan melalui arteria umbilikalis masukke plasenta,
tempat darah deoksigenisasi mengalami oksigenisasi.
3) Sistem Sirkulasi dan Hematologi
Aliran darah fetal
bermula dari vena umbilikalis, akibat tahanan pembuluh paru yang besar (lebih
tinggi dibanding tahanan vascular sistemik) hanya 10% dari keluaran ventrikel
kanan yang sampai paru, sedangkan sisanya (90%) terjadi shunting kanan ke kiri
melalui duktus arteriosus bottali.
Pada waktu bayi lahir,
terjadi pelepasan dari plasenta secara mendadak (saat umbilical cord
dipotong/dijepit),tekanan atrium kanan menjadi rendah,tahanan pembuluh darah
sistemik(SVR) naik dan pada saat yang sama paru mengembang,tahanan vascular
paru menyebabkan penutupan foramen ovale menutup setelah beberapa minggu,aliran
darah di duktus arteriosus bottali berbalik dari kiri ke kanan. Kejadian ini
disebut sirkulasi transisi. Penutupan duktus arteriosus secara fisiologis
terjadi pada umur bayi 10-25 jam yang di sebabkan kontraksi otot polos pada
akhir atreri pulmonalis dan secara anatomis pada usia 2-3 minggu.
Pada neonatus, reaksi
pembuluh darah masih sangat kurang sehingga keadaan kehilangan darah,
dehidrasi,dan kelebihan volume juga sangat kurang untuk di toleransi. Manajemen
cairan pada neonatus harus dilakukan dengan cermat dan teliti. Tekanan sistolik
merupakan indicator yang baik untuk menilai sirkulasi volume darah dan
dipergunakan sebagai parameter yang adekuat terhadap penggantian volume.
Otoregulasi aliran darah otak pada bayi baru lahir tetap terpelihara normal
pada tekanan sistemik antara 60-130 mmHg. Frekuensi nadi bayi rata-rata
120x/menit dengan tekanan darah sekitar 80/60mmHg.
Perubahan pada Sistem
Peredaran Darah
Setelah lahir, darah
bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan
sirkulasi melalui tubuh guna
mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan
diluar rahim harus terjadi dua perubahan besar, yaitu sebagai barikut :
Sistem sirkulasi darah janin yaitu melalui,
a. Vena umbilical
1. Berasal dari korda umbilika ke sisi bawah
hati dan bawah darah kaya akan oksigen dan nutrisi.
2. Vena ini punya satu cabang yang
menghubungkan vena porta dan menyuplai hati.
b. Ductus Venosus (dari vena ke vena)
1. Menghubungkan vena umbilikal ke vena cava
inverior.
2. Pada titik ini, darah tercampur dengan
darah deogsigenasi yang kembali dari bagian bawah tubuh.jadi, darah
terogsigenasi dengan baik .
c. Foramen ovale
1. Foramen ovale adalah lubang sementara
antara atrium yang merupakan jalan masuk mayoritas darah dari vena cava
inferior menyebrang ke dalam atrium kiri.
2. Alasan pengalihan ini adalah darah tidak
perlu melalui paru-paru untuk mengumpulkan oksigen.
d. Duktus arteriosus (dari arteri ke arteri)
Duktus dari arah dua
percabangan arteri pulmoner ke aorta desenden, masuk ke titik dibawah tempat
terdapat arteri subklavia dan arteri carotid.
e. Arteri hipogastik
Percabangan dari arteri
iliaka interna dan jadi arteri umbilikal saat percabangan ini masuk ke korda
umbilical.Percabangan ini megembalikan darah ke plasenta. Darah perlu waktu 1,5
menit untuk bersikulasi dan melalui perjalanan berikutnya.
4) Adaptasi ke kehidupan ekstrauterin
a. Setelah anak lahir anak bernapas untuk
pertama kalinya.maka, terjadilah penurunan tekanan dalam arteri pulmonalis
sehingga banyak darah yang mengalir ke paru-paru.
b. Ductus arteriosus tertutup satu sampai
dua menit setelah anak bernapas
c. Dengan terguntingnya tali pusat, darah
dalam vena cava inferior berkurang. Dengan demikian, tekanan dalam atrium atau
serambi kanan berkurang.
d. Sebaliknya, tekanan dalam atrium kiri
bertambah sehingga menyebabkan penutupan voramen ovale.
e. Sisa ductus arteri menjadi ligamentum
arteriosus.
f. Sisa ductus venosus menjadi ligamentum
teres hepatic.
g. Arteri umbilikal menjadi ligamentum
pesikoumbilical lateral kiri dan kanan.
Struktur anatomi khas
sirkulasi fetal, paru tidak berfungsi selama kehidupan fetal dan hati hanya
berfungsi sebagaian, maka tidak perlu bagi jantung fetus untuk memompa banyak
darah baik melalui paru atau hati. Sebaliknya jatung fetus harus memompa darah
dalam jumlah yang besar melalui plasenta. Oleh karena itu, susunan anatomi
sistem sirkulasi fetal bekerja sangat berbeda dengan sistem sirkulasi orang
dewasa.
• Peredaran darah
Pada masa fetus,
peredaran darah dimulai dari plasenta melalui vena umbilikalis lalu sebagian ke
hati dan sebagian lainnya langsung ke serambi kiri jantung, kemudian ke bilik
kiri jantung. Dari bilik kiri darah di pompa melalui aorta ke seluruh tubuh,
sedangkan yang dari bilik kanan darah di pompa sebagian ke paru dan sebagian
melalui duktus arteriosus ke aorta.
Setelah bayi lahir, paru akan
berkembang yang akan mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun yang
diikuti dengan menurunnya tekanan pada jantung kanan. Kondisi ini menyebabkan
tekanan jantung kiri lebih besar dibandingkan dengan tekanan jantung kanan, dan
hal tersebutlah yang membuat foramen ovale secarafungsional menutup. Hal ini
terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru
turun dan tekanan dalam aorta desenden naik dan juga karena rangsangan biokimia
(PaO2 yang naik) serta duktus arteriosus yang berobliterasi. Hal ini terjadi
pada hari pertama.
Aliran darah paru pada
hari pertama kehidupan adalah 4-5 liter per menit/m² (gessner, 1965). Aliran
darah sistolik pada hari pertama rendah yaitu 2,96 liter/menit/m² dan bertambah
pada hari kedua dan ketiga (3,54 liter/m²) karena penutupan duktus arteriosus.
Tekanan darah pada waktu lahir di pengaruhi oleh jumlah darah yang melalui
transfuse plasenta yang pada jam-jam pertama sedikit menurun, untuk kemudian
naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/40 mmHg.
• Transisi Pada Darah
Pada umumnya bayi baru
lahir ( BBL) dilahirkan dengan nilai hemoglobin ( Hb) yang tinggi. Hemoglobin F
adalah Hb yang dominan pada periode janin, namun akan lenyap pada satu bulan
pertama kehidupan selama beberapa hari pertama. Nilai Hb akan meningkat
sedangkan volume plasma akan menurun, akibatnya hematokrit normal hanya pada 51
– 56% neonatus. Pada saat kelahiran meningkat dari 3% manjadi 6% , pada minggu
ke-7 sampai ke-9 setelah bayi baru lahir akan turun perlahan. Nilai Hb untuk bayi
berusia 2 bulan rata-rata 12 g/dl.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai hemoglobin pada bayi baru lahir :
1. Waktu pengkleman
tali pusat. Penundaan pengkleman tali pusat dapat meningkatakan volume darah
neonotus 25-40% , keuntungan penundaan pengkleman :
a. Volume yang besar meningkatkan perfusi
kapiler baru
b. Berlanjutnya bolus darah teroksigenasi
selama nafas pertama yang tidak teratur.
2. Pencapaian
oksigenasi adekuat yang lebih cepat membuat penutupan struktur janin.
3. Posisi bayi baru
lahir segera setelah lahir
Sedangkan darah merah
BBL memiliki umur yang singkat , yaitu 80 hari , sedangkan sel darah merah
orang dewasa 120 hari. Pergantian sel yang cepata ini menghasilkan lebih banyak
sampah metabolic akibat penghancuran sel termasuk bilirubin yang harus di
metabolisme. Muatan bilirubin yang berlebihan ini menyebabkan ikterus
fisiologis yang terlihat pada bayi baru lahir. Oleh karena itu, terdapat hitung
retukulosit yang tinggi pada bayi baru lahir yang mencerminkan pembentukan sel darah
merah baru dalam jumlah besar.
Sel darah putih
rata-rata pada bayi baru lahir memiliki rentang dari 10.000 hingga 30.000/mm .
peningkatan lebih lanjut dapat terjadi pada BBL normal selama 24 jam pertama
kehidupan. Pada saat menangis yang lama juga dapat menyebabkan hitung sel darah
putih mengandung granulosit dalam jumlah yang besar.
Perbedaan sirkulasi
darah fetus dan bayi :
a. Sirkulasi Darah
Fetus
1) Struktur tambahan pada sirkulasi fetus
a). Vena umbulicalis
membawa darah yang telah mengalami
deoksigenasi dari plasenta ke permukaan dalam hepar
b). Ductus venosus
meninggalkan vena umbilicalis sebelum mencapai
hepar dan mengalirkan sebagian besar darah baru yang mengalami oksigenasi ke
dalam vena cava inferior.
c). Foramen ovale
merupakan lubang yang memungkinkan darah lewat
atrium dextra ke dalam ventriculus sinistra
d). Ductus arteriosus
merupakan bypass yang terbentang dari
venrtriculuc dexter dan aorta desendens
e). Arteri hypogastrica
dua pembuluh darah yang mengembalikan darah
dari fetus ke plasenta. Pada feniculus umbulicalis, arteri ini dikenal sebagai
ateri umbilicalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut dikenal sebagai arteri
hypogastica.
2) Sistem sirkulasi fetus
a). Vena umbulicalis
membawa darah yang kaya
oksigen dari plasenta ke permukaan dalam hepar. Vena hepatica meninggalkan
hepar dan mengembalikan darah ke vena cava inferior
b). Ductus venosus
merupakan cabang – cabang dari venaumbilicalis dan
mengalirkan sejumlahbesar darah yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava
inferior
c). Vena cava inferior
mengalirkan darah yang
telah beredar dalam ekstremitas inferior dan badan fetus, menerima darah dari
vena hepatica dan ductus venosus dan membawanya ke atrium dextrum
d). Foramen ovale
memungkinkan lewatnya
sebagian besar darah yang mengalami oksigenasi dalam ventriculus dextra untuk
menuju ke atrium sinistra, dari sini darah melewati valvula mitralis ke
ventriculuc sinister dan kemudian melaui aorta masuk kedalam cabang
ascendensnya untuk memasok darah bagi kepala dan ekstremitas superior. Dengan
demikian hepar, jantung dan serebrum menerima darah baru yang mengalami
oksigenasi
e). Vena cava superior
mengembalikan darah
dari kepala dan ekstremitas superior ke atrium dextrum. Darah ini bersama sisa
aliran yang dibawa oleh vena cava inferior melewati valvula tricuspidallis
masuk ke dalam venriculus dexter
f). Arteria pulmonalis
mengalirkan darah
campuran keparu - paru yang nonfungsional,yanghanya memerlukan nutrien sedikit.
g). Ductus arteriosus :
mengalirkan sebagian
besar darah dari vena ventriculus dexter ke dalam aorta descendens untuk
memasok darah bagi abdomen, pelvis dan ekstremitas inferior
h). Arteria
hipogastrika
merupakan lanjutan dari
arteria illiaca interna, membawa darah kembali ke plasenta dengan mengandung
leih banyak oksigen dan nutrien yang dipasok dari peredaran darah maternal.
b. Perubahan yang terjadi pada saat lahir
1) Penghentian pasokan darah dari plasenta
2) Pengembangan dan pengisian udara pada
paru-paru
3) Penutupan foramen ovale
4) Fibrosis
a). Vena umbilicalis
b). Ductus venosus
c). Arteriae
hypogastrica
d). Ductus arteriosus
sirkulasi pulmonari :
vena umbilikus, duktus venosus,foramen ovale,dan duktus anteriosus.
Sirkulasi Fetus
a. Rintangan tinggi pada saat sirkulasi
pulmonal.
b. Rintangan rendah pada saat sirkulasi
sistemik.
Terjadinya pergerakan
darah dari sebelah kanan ke kiri.
a. Foramen Ovale
Tekanan arteri sebelah
kiri rendah karena darah yang kembali ke paru-paru adalah rendah dan tingginya
tekanan pada arteri sebelah kanan karena isis pada darah dari plasenta tinggi.
b. Duktus Arteriosus
Rintangan tinggi pada
sirkulasi pulmonary. Rintanga (resisten) rendah pada sirkulasi sistemik fetus
dan fungsi prostaglandin.
Sirkulasi Neonatal
a. Banyak perubahan dalam sirkulasi ketika
kelahiran. Bertambahnya aliran darah pada sirkulasi pulmonal terjadi akibat
turunnya resisten pada sirkulasi pulmonal sehingga paru-paru mengembang.
b. Darah vena kembali daripada jantung
meningkat.
c. Tekanan arteri kiri meningkat,sedangkan
arteri kanan berkurang mengakibatkan foramen ovale tertutup.
d. Resisten sirkulasi sistemik lebih tinggi
daripada resisten pulmonal dalam masa 24 jam. Fungsi prostaglandin menyebabkan
duktus arteriosus menutup.
e. Arteri-arteri umbilikus mengerut dan
aliran darah ke plasenta berhenti.
Perubahan Sirkulasi
Fetal Waktu Lahir
a. Hilangnya aliran darah dalam jumlah
besar melalui plasenta.
Sebenarnya hal ini
meningkatkan tekanan aorta serta tekanan atrium kiri.
b. Tahapan vaskular paru sangat menurun.
Sebagai akibat dari
pengembangan paru-paru. Pada fetus yang tidak mengembang, pembuluh darah
tertekan karena volume paru yang kecil. Segera setelah mengembang, pembuluh
darah tersebut tidak lagi tertekan dan tahanan terhadap aliran darah berkurang.
c. Penutupan foramen ovale
Tekanan atrium kanan
yang rendah dan tekanan atrium kiri yang tinggi, secara sekunder akan
berpengaruh terhadap perubahan tahanan paru dan sistem waktu lahir sehingga
menyebabkan kecenderungan darah mengalirkan balik dari atrium kiri ke atrium
kanan bukan sebaliknya,seperti yang terjadi dalam kehidupan fetal. Akibatnya
katup kecil yang terletak diatas foramen ovale pada sisi kiri septum atrium
menutup lubang tersebut karena hal tersebut dapat mencegah aliran lebih lanjut.
d. Penutupan duktus arteriosus
Efek yang sama terjadi
dalam hubungannya dengan duktus arteriosus karena meningkatkan tahanan pada
paru dan mengurangi trahanan pada arteri purmonalis. Sebagai akibatnya, segera
setelah lahir, darah mulai mengalir balik dari aorta ke arteri pulmonalis bukan
dengan arah sebaliknya dari aorta seperti kehidupan fetal. Akan tetapi, hanya
setelah beberapa jam dinding otot duktus arteriosus mengadakan kontraksi nyata,
dan dalam 8 hari kontraksi cukup untuk menghentikan aliran darah. Hal ini dinamakan penutupan
fungsional duktus arteriosus. Kemudian, terkadang selama bulan ke-2 kehidupan,
biasanya duktus arteriosus tertutup secara anatomi oleh pertumbuhan jaringan
fibrosa.
Pembentukan Sel-Sel
Darah
a. Sel-sel darah berinti mulai dibentuk pada
kantung kuning telur dan lapisan mesotel plasenta sekitar minggu ke-3
perkembangan fetus. Satu minggu kemudian diikuti pembentukan sel-sel darah
merah oleh mesenkim dan endotel pembuluh darah fetus.
b. Minggu ke-6, hati mulai membentuk sel
darah.
c. Pada bulan ke-3 dan seterusnya sumsum tulang
mulai semakin membentuk sel-sel darah merah dan putih. Sementara itu,
struktur-struktur lain kehilangan kemampuannya sama sekali untuk membentuk sel-sel
darah.
5) Perubahan pada Sistem Gastrointestinal
Sebelum lahir, janin
cukup bulan mempraktikkan perilaku mengisap dan menelan. Pada saat lahir,
reflek muntah dan batuk yang matur telah lenyap. Kemampuan bayi baru lahir
cukup bulan untuk menelan dan mencerna sumber makanan dari luar cukup terbatas.
Sebagaian besar keterbatasan tersebut membutuhkan berbagai enzim dan hormon
pencernaan yang dapat di saluran cerna ( mulai dari mulut sampai dengan usus ).
Kamampuan absorpsi
karbohidrat pada bayi baru lahir kurang efisien, sedangkan absorpsi
monosakarida ( glukosa ) telah efisien. Regurgitasi pada bayi baru lahir
disebabkan oleh sfingter jantung, sambungan esophagus bawah, dan lambung yang
tidak sempurna. Kapasitas lambung pada bayi baru lahir cukup bulan sangat
terbatas, kurang dari 30cc. hal ini di sebabkan karena usus bayi baru lahir
relatif tidak matur dan sistem otot yang menyusun organ tersebut lebih tipis
dan kurang efisien di bandingkan orang dewasa sehingga gelombang peristaltiknya
sukar untuk di prediksi. Lipatan dan vili dinding usus belum berkembang
sempurna. Sel epitel yang melapisi usus halus bayi baru lahir tidak berganti
dengan cepat sehingga meningkatkan absorpsi yang paling efektif. Awal pemberian
makan oral menstimulasi lapisan usus agar matur dengan meningkatkan pergantian
sel yang cepat dan produksi enzim mikrovilus. Epitel sel yang tidak matur
mempengaruhi usus untuk melindungi dirinya dari zat-zat yang sangat berbahaya.
Pada awal kehidupan,
bayi baru lahir menghadapi proses penutupan usus ( permukaan epitel usus
menjadi tidak permeable terhadap antigen ). Sebelum penutupan usus bayi akan
rentan terhadap infeksi virus / bakteri dan juga terhadap stimulasi allergen
melalui penyerapan molekul-molekul besar oleh usus. Kolon bayi baru lahir kurang
efisien dalam menyimpan cairan daripada kolon orang dewasa sehingga bayi
cenderung mengalami kompilasi kehilangan cairan, misalnya gangguan diare.
6) Perubahan imunitas
Pada kehamilan 8 minggu
telah ditemukan limfosit, dengan tuanya kehamilan maka limfosit juga banyak di
temukan dalam ferifer dan terdapat pula limfe. Sel –sel limfoid membentuk molekul immunoglobulin gamma G yang merupakan gabungan immunoglobulin gamma A dan
gamma M. Gamma G dibentuk paling banyak setelah 2 bulan bayi dilahirkan. Gamma
G globulin janin di dapat dari ibu melalui plasenta. Bila terjadi infeksi maka
janin mengadakan reaksi dengan plasmasitosis, penambahan penambahan folikel
limfoid dan sintesis gamma M immunoglobulin. Gamma A immunoglobulin telah dapat
dibentuk pada kehamilan 2 bulan dan banyak ditemukan segera setelah lahir,
khususnya sekret dari traktus digestifus,respiratorus,kelenjar ludah,pancreas
dan traktus urogenital.
Gamma M immunoglobulin
meningkat segera setelah bayi dilahirkan setara dengan keadaan flora normal
dalam saluran pencernaan. Akan tetapi bayi hanya dilindungi oleh Gamma G
immunoglobulin dari ibu dan terbatas kadarnya juga kurangnya Gamma A
immunoglobulin yang menyebabkan neonatus berkemungkinan besar rentan infeksi
dan sepsis.
Sistem imunitas bayi baru lahir
masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai
infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami
maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh
yang mencegah atau meminimalkan infeksi.
Berikut beberapa contoh
kekebalan alami:
a. perlindungan oleh
kulit membran mukosa
b. fungsi saringan
saluran napas
c. pembentukan koloni
mikroba oleh klit dan usus
d. perlindungan kimia
oleh lingkungan asam lambung
Kekebalan alami juga
disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu BBL membunuh
mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum matang,
artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat
akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam
tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum
dapat dilakukan sampai awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama selama masa
bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh.
Bayi memiliki
imunoglobulin waktu lahir, namun keberadaannya dalam rahim terlindung
membatasi kebutuhan untuk bereaksi pada
kekebalan trhadap antigen tertentu. Ada tiga macam imunoglobulin (Ig) atau
antibodi (huruf menunjukan masing-masing golongan ),yaitu IgG,igA, dan IgM.
Hanya IgG yang cukup kecil melewati pembatas plasenta , IgG merupakan golongan
antibodi yang sangat penting dan kira-kira 75% dari seluruh antibodi. IgG
mempunyai kekebalan terhadap infeksi kuman virus tertentu. Pada waktu lahir,
tingkat IgG bayi sama dengan atau sedikit lebih banyak daripada ibu. Tingkat Ig
ini memberikan kekebalan pasif selama beberapa bulan kehidupan.
IgM dan IgA tidak
melintasi pembatas plasenta, namun dibuat oleh janin. Tingkat IgM pada periode
kehamilan besarnya 20% dari IgM orang bisa dan diperlukan waktu 2 tahun untuk
dapat menyamai tingkat orang dewasa. Tingkat IgM yang relative rendah membuat
bayi rentan terkena infeksi. IgM juga penting sebab sebagian besar antibodi
yang terbentuk pada sewaktu terjadi respons primer adalah golongan ini. Tingkat IgA sangat
rendah dan diproduksi dalam waktu yang lama walaupun tingkat salive sekresi
mencapai tingkat oreang dewasa dalam kurun waktu 2 bulan. IgA melindungi dari
infeksi saluran pernafasan , saluran usus lambung ,dan mata. Sedangkan
,imunoglobulin jenis lainnya, yaitu IgD dan IgE, tidak begitu berkembang pada
masa awal bayi/neonatus.
7) Perubahan Sistem Ginjal
Bayi baru lahir memiliki rentang
keseimbangan kimia dan rentang keamanan yang kecil. Infeksi,diare, dan pola
makan yang tidak teratur secara cepat dapat menimbulkan asidosis dan
ketidakseimbangan cairan seperti dehidrasi dan edema ketidakmaturan ginnjal
dapat membatasi kemampuan bayi baru lahir untuk mengeksresi obat. Biasanya
sejumlah kecil urine terdapat pada kandung kemih bayi saat lahir tetapi bayi
baru lahir memungkinkan tidak mengeluarkan urine selama 12
24 jam. Berkemih sering
terjadi selama periode ini.Berkemih 6-10x dengan warna urine pucat menunjukan
masukan cairan yan cukup. Umumnya, bayi cukup bulan mengeluarkan urine 15
sampai 60 ml per kilogram /hari.
Ginjal janin mulai
terbentuk pada kehamilan 12 minggu,dimana dalam kandung kemih telah ada air
kemih yang diekresi kedalam air ketuban.Pada bayi baru lahir,kapasitas kandung
kemih kira-kira 45 cc dan produksi air kemih rata-rata 0,05 – 0,10 cc
permenit.Ginjal bayi baru lahir menunjukkan penurunan aliran darah ginjal dan
penurunan kecepatan filtrasi glomerulus. Kondisi itu mudah meyebabkan retensi
cairan dan intoksikasi air. Fungsi tubulus tidak matur sehingga dapat
menyebabkan kehilangan natrium dalam jumlah yang besar dan ketidak seimbangan
elektrolit lain. Bayi baru lahir tidak mampu mengonsentrasikan urine yang baik
yang tercermin dalam berat urine ( 1,004 ) dan osmolitas urine yang rendah.
Semua keterbatasan ginjal ini lebih buruk pada bayi kurang bulan.
Bayi baru lahir
mengekskresikan sedikit urine pada 48 jam pertama kehidupan, serinmgkali hanya
30 hingga 60 ml, seharusnya tidak terdapat protein atau darah dalam urine bayi
baru lahir. Debris sel yang banyak dapat mengidentifikasi adanya cedera atau
iritasi di dalam sistem ginjal.
Fungsi ginjal belum sempurna karena :
a. Jumlah nefron masih belum sebanyak orang
dewasa
b. Ketidakseimbangan luas permukaan
glomerulus dan volume tubulus proksimal
c. Renal blood flow relative kurang bila
dibandingkan dengan orang dewasa
8) Ikterus
Neonatorum Fisiologis
Ikterus sendiri
sebenarnya adalah perubahan warna kuning akibat deposisi bilirubin berlebihan
pada jaringan; misalkan yang tersering terlihat adalah pada kulit dan konjungtiva mata.
Sedangkan definisi
ikterus neonatorum adalah keadaan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir
dengan keadaan meningginya kadar bilirubun di dalam jaringan ekstravaskuler
sehingga kulit, konjungtiva,mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kucing. Ikterus juga disebut sebagai keadaan
hiperbilirubinemia (kadar bilirubin dalam darah lebih dari 12 mg/dl). Keadaan
hiperbilirubinemia merupakan salah satu kegawatan pada BBL karena bilirubin
bersifat toksik pada semua jaringan terutama otak yang menyebabkan penyakit
kern icterus (ensefalopati bilirubin) yang pada akhirnya dapat mengganggu
tumbuh kembang bayi.
Ikterus neonatorum
dibedakan menjadi 2,yaitu :
1. Neonatorum Fisiologis
Adalah keadaan
hiperbirirubin karena faktor fisiologis merupakan gejala normal dan sering
dialami bayi baru lahir.
Ikterus ini terjadi
atau timbul pada hari ke-2 atau ke-3 dan tampak jelas pada hari ke-5 sampai dengan ke-6 dan akan menghilang pada hari
ke-7 atau ke-10. kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih daro
12 mg/dl dan pada BBLR tidak lebih dari 10 mg/dl, dan akan menghilang pada hari
ke-14. Bayi tampak biasa, minum baik dan berat badan naik biasa.
Penyebab ikterus
neonatorum fisiologis diantaranya adalah organ hati yang belum “matang” dalam
memproses bilirubin, kurang protein Y dan Z dan enzim glukoronyl tranferase
yang belum cukup jumlahnya. Meskipun merupakan gejala fisiologis, orang tua
bayi harus tetap waspada karena keadaan fisiologis ini sewaktu-waktu bisa
berubah menjadi patologis terutama pada keadaan ikterus yang disebabkan oleh
karena penyakit atau infeksi.
2. Ikterus Neonatorum Patologis
Adalah keadaan
hiperbilirubin karena faktor penyakit atau infeksi. Ikterus neonatorum
patologis ini ditandai dengan :
a. Ikterus timbul dalam 24 jam pertama
kehidupan; serum bilirubin total lebih dari 12 mg/dl.
b. Peningkatan kadar bilirubin 5 mg/dl atau
lebih dalam 24 jam.
c. Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10
mg% pada bayi kurang bulan (BBLR) dan12,5
mg% pada bayi cukup
bulan..
d. Ikterus yang disertai proses hemolisis.
e. Bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl, atau
kenaikan bilirubin serum 1 mg/dl/jam atau lebih 5 mg/dl/hari.
f. Ikterus menetap sesudah bayi berumur 10
hari (cukup bulan) dan lebih dari 14 hari pada
BBLR.
9) Perubahan Sistem Termogulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu
tubuh mereka, sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan
lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi
tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin yang jauh lebih
dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga
mendinginkan darah bayi. Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa
mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini
merupakan hasil penggunaan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh, dan mereka
mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100 %. Untuk membakar lemak coklat,
seorang bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan
mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh
bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat
dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan, semakin banyak
persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai
mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Oleh karena itu, upaya
pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban
untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir. Disebut sebagai
hipotermia bila suhu tubuh turun dibawah 360C.Suhu normal pada neonatus adalah
36,5–37,0 Bayi baru lahir mudah
sekali terkena hipotermia yang
disebabkan oleh:
a. Pusat pengaturan
suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna.
b. Permukaan tubuh bayi yang relatife lebih
luas.
c. Tubuh bayi terlalu
kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas.
d. Bayi belum mampu mengatur possisi tubuh dan
pakaiannya agar ia tidak kedinginan.
Hipotermia dapat
terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya
mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat, terutama pada masa
stabilisasi yaitu 6 – 12 jam pertama setelah lahir. Misal: bayi baru lahir
dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu plasenta lahir atau meskipun
lingkungan disekitar bayi cukup hangat namun bayi dibiarkan telanjang atau
segera dimandikan.
Gejala hipotermi :
1. Sejalan dengan
menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis, hipotonus, tidak
kuat menghisap ASI dan menangis lemah.
2. Pernapasan
megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun.
3. Timbul sklerema :
kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai dan
lengan.
4. Muka bayi berwarna
merah terang
5. Hipotermia
menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme tubuh yang akan berakhir dengan
kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus dan
kematian.
Terdapat empat
mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir
kelingkunganya.
a. Konduksi
Panas dihantarkan dari
tubuh bayi ketubuh benda di sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi.
(Pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain
melalui kontak
langsung). Contoh hilangnya pans tubuh bayi secara konduksi, ialah menimbang
bayi tanpa alas timbangan, tangan dpenolong yang dingin memegang bayi baru
lahir, menggunakan stetoskop dingin
untuk pemeriksaan bayi baru lahir.
b. Konveksi
Panas hilang dari bayi
ke udara sekitanya yang sedang bergerak (jumlah pans yang hilang tergantung pad
kecepatan dan suhu udara). Contoh hilanya panas tubuh bayi secara konveksi,
ialah membiarkan atau menempatkan bayi baru lahir dekat jendela, membiarkan
bayi baru lahir diruangan yang terpasng kipas angin.
c. Radiasi
Panas di pancarkan dari
bayi baru lahir, keluar tubuhnya kelingkungan yang lebih dingin (Pemindahan
panas anatar dua objek yang mempunyai suhu berbeda). Contoh bayi mengalami
kehilangan panas tubuh secara radiasi, ialah bayi baru lahir di biarkan dalam
ruangan dengan Air onditioner (AC) tanpa di berikan pemanas(Radiant Warmer),
bayi baru lahir dibiarkan keadaan telanjang, bayi baru lahir di tidurkan
berdekatan dengan ruangan yang dingin, misalnya dekat tembok.
d. Evaporasi
Panas hilang melalui
proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan kelembababan udara (perpindahan
panas dengan cara merubah cairan menjadu uap). Evaporasi di pengaruhi oleh
jumlah panas yang di pakai tingkat kelembaban udara, aliran udar yang melewati
apabila bayi baru lahir di biarkan suhu kamar 250C, maka bayi akan kehilangan
panas melalui konveksi, radiasi dan evaporasi 200 perkilogram berat badan (Perg
BB), sedangkan yang di bentuk hanya satu persepuluhnya.
Untuk mencegah
kehilangan panas pada bayi baru lahir, antar lain mengeringkan bayi secara
seksama, menyelimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat,
menutup bagian kepala bayi, menganjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan
bayinya.
10) Sistem Metabolisme
Untuk memfungsikan otak
memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat
dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar
glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun
dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).
Koreksi penurunan kadar
gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
a. melalui penggunaan
ASI
b. melaui penggunaan
cadangan glikogen
c. melalui pembuatan
glukosa dari sumber lain terutama lemak.
BBL yang tidak mampu
mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan membuat glukosa dari glikogen
(glikogenisasi). Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen
yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen
terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim.
Bayi yang mengalami
hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan
cadangan glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak
sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran pada bayi cukup bulan. Jika
semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak dalam keadaan
berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan (post matur),
bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merpakan
risiko utama, karena simpanan energi berkurang (digunakan sebelum lahir).
Gejala hipoglikemi
dapat tidak jelas dan tidak khas,meliputi; kejang-kejang halus, sianosis,
apneu, tangis lemah, letargi,lunglai dan menolak makanan. Hipoglikemi juga
dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemi adalah
kerusakan yang meluas di seluruh di sel-sel otak.
2. Infeksi Pada
Neonatus
Infeksi pada neonatus
lebih sering ditemukan pada BBLR. Infeksi lebih sering ditemukan pada bayi yang
lahir di rumah sakit dibandingkan dengan bayi yang lahir di luar rumah sakit.
Dalam hal ini tidak termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengan cara
septik. Bayi baru lahir mendapat imunitas trans. Plasenta terhadap kuman yang
berasal dari ibunya. Sesudah lahir, bayi terpapar pada kuman yang berasal bukan
saja dari ibunya tetapi juga berasal dari ibu lain. Terhadap kuman yang disebut
terakhir ini, bayi tidak mempunyai imunitas.
# Patogenesis
Infeksi pada neonatus
dapat melalui beberapa cara. Blanc membaginya dalam 3 golongan, yaitu :
1. Infeksi Antenatal
Kuman mencapai janin
melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Di sini kuman itu melalui batas plasenta dan
menyebabkan intervilositis. Selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan
masuk ke janin. Kuman yang dapat menyerang janin melalui jalan ini ialah :
(a). Virus, yaitu
rubella, polyomyelitis, covsackie, variola, vaccinia, cytomegalic inclusion ;
(b). Spirokaeta, yaitu
treponema palidum ( lues ) ;
(c). Bakteri jarang
sekali dapat melalui plasenta kecuali E. Coli dan listeria monocytogenes.
Tuberkulosis kongenital dapat terjadi melalui infeksi plasenta. Fokus pada
plasenta pecah ke cairan amnion dan akibatnya janin mendapat tuberkulosis
melalui inhalasi cairan amnion tersebut.
2. Infeksi Intranatal
Infeksi melalui jalan
ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain. Mikroorganisme dari vagina
naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketubah pecah lama
( jarak waktu antara pecahnya ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam ),
mempunyai peranan penting terhadap timbulnya plasentisitas dan amnionitik.
Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh misalnya pada partus
lama dan seringkali dilakukan manipulasi vagina. Infeksi janin terjadi dengan
inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi pneumonia kongenital selain itu
infeksi dapat menyebabkan septisemia. Infeksi intranatal dapat juga melalui kontak
langsung dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya blenorea dan ” oral
trush ”.
3. Infeksi Pascanatal
Infeksi ini terjadi
setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang berakibat fatal terjadi
sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat penggunaan alat atau akibat
perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi silang. Infeksi
pasacanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat dicegah. Hal ini penting sekali
karena mortalitas sekali karena mortalitas infeksi pascanatal ini sangat
tinggi. Seringkali bayi mendapat infeksi dengan kuman yang sudah tahan terhadap
semua antibiotika sehingga pengobatannya sulit.
Diagnosa infeksi
perinatal sangat penting, yaitu disamping untuk kepentingan bayi itu sendiri
tetapi lebih penting lagi untuk kamar bersalin dan ruangan perawatan bayinya.
Diagnosis infeksi perianatal tidak mudah. Tanda khas seperti yang terdapat bayi
yang lebih tua seringkali tidak ditemukan. Biasanya diagnosis dapat ditegakkan
dengan observasi yang teliti, anamnesis kehamilan dan persalinan yang teliti
dan akhirnya dengan pemeriksaan fisis dan laboratarium seringkali diagnosis
didahului oleh persangkaan adanya infeksi, kemudian berdasarkan persangkalan
itu diagnosis dapat ditegakkan dengan permeriksaan selanjutnya.
Infeksi pada nonatus
cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum, sehingga gejala infeksi lokal tidak
menonjol lagi. Walaupun demikian diagnosis dini dapat ditegakkan kalau kita
cukup wasdpada terhadap kelainan tingkah laku neonatus yang seringkali
merupakan tanda permulaan infeksi umum. Neonatus terutama BBLR yang dapat hidup
selama 72 jam pertama dan bayi tersebut tidak menderita penyakit atau kelaianan
kongenital tertentu, namun tiba – tiba tingkah lakunya berubah, hendaknya harus
selalu diingat bahwa kelainan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh infeksi.
Beberapa gejala yang dapat disebabkan diantaranya ialah malas, minum, gelisah
atau mungkin tampak letargis. Frekuensi pernapasan meningkat, berat badan tiba
– tiba turun, pergerakan kurang, muntah dan diare. Selain itu dapat terjadi
edema, sklerna, purpura atau perdarahan, ikterus, hepatosplehomegali dan
kejang. Suhu tubuh dapat meninggi, normal atau dapat pula kurang dari normal.
Pada bayi BBLR seringkali terdapat hipotermia dan sklerma. Umumnya dapat
dikatakan bila bayi itu ” Not Doing Well ” kemungkinan besar ia menderita
infeksi.
Pembagian infeksi
perinatal.
Infeksi pada neonatus
dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua golongan besar, yaitu berat dan
infeksi ringan.
1. Infeksi berat (
major in fections ) : sepsis neonatal, meningitis, pneumonia, diare epidemik,
plelonefritis, osteitis akut, tetanus neonaturum.
2. Infeksi ringan (
minor infection ) : infeksi pada kulit, oftalmia neonaturum, infeksi umbilikus
( omfalitis ), moniliasis.
Sepsis Neonatal
Gejala sespis pada
neonantus telah diterangkan pada diagnosis infeksi perinatal. Dengan menemukan
gejala tersebut, apalagi dari anamnesis diketahui terdapat kemungkinan adanya
infeksi antenatal atau infeksi maka tindakan yang dilakukan ialah :
1. Memberikan antibiotika
spektrum luas sambil menunggu biakan darah dan uji resistensi. Antibiotika yang
menjadi pilihan pertama ialah sefalosporin ( sefotaksim ) dengan dosis 200 mg /
kgbb / hari intravena dibagi dalam 2 dosis, dikombinasi dengan amikasin yang
diberikan dosis awal 10 mg / kgbb / hari intarvena, dilanjutkan dengan 15 mg /
kgbb / hari atau dengan gentomisin 6 mg / kgbb / hari. Pilihan kedua ialah
ampisilin 300 – 400 mg / kgbb / hari intravena, dibagi dalam 4 dosis. Pilihan
selanjutnya ialah kotriminazol 10 mg / kgbb / hari intravena dibagi dalam 2
dosis selama 3 hari, dilanjutkan dengan dosis 6 mg / kgbb / hari intravena
dibagi dalam 2 dosis ( dihitung berdasarkan dosis trimetoprim ). Lama
pengobatan untuk sepsis neonatal ialah 14 hari. Pada klorompenikol pada
neonatus tidak melebihi 50 mg / kgbb / hari untuk mencegah terjadinya syndrom ”
Grey Baby ” dan pemberian sefalosporin serta kotrimoksazol tidak dilakukan pada
bayi yang berumur kurang dari 1 minggu.
2. Pemeriksaan
laboratorium rutin.
3. Biakan darah 2 uji
resistensi.
4. Fungsi lumbal dan
biakan cairan serebrospinalis dan uji resistensi.
5. Bila ada indikasi,
dapat dilakukan biakan tinja dan urin.
Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi
adalah bagian penting setiap komponen perawatan pada bayi baru lahir. Bayi baru
lahir lebih rentan terhadap infeksi karena sistem imun mereka imatur, oleh
karena itu, akibat kegagalan mengikuti prinsip pencegahan infeksi terutama
sangat membahayakan. Praktik pencegahan infeksi yang penting diringkas di bawah
ini.
Prinsip Umum Pencegahan
Infeksi
Dengan mengamati
praktik pencegahan infeksi di bawah akan melindungi bayi, ibu dan pemberi
perawatan kesehatan dari infeksi. Hal itu juga akan membantu mencegah
penyebaran infeksi :
o Berikan perawatan rutin kepada bayi
baru lahir.
o Pertimbangkan setiap orang ( termasuk
bayi dan staf ) berpotensi menularkan infeksi.
o Cuci tangan atau gunakan pembersih
tangan beralkohol.
o Pakai – pakaian pelindung dan sarung
tangan.
o Gunakan teknik aseptik.
o Pegang instrumen tajam dengan hati –
hati dan bersihkan dan jika perlu sterilkan atau desinfeksi instrumen dan
peralatan.
o Bersihkan unit perawatan khusus bayi
baru lahir secara rutin dan buang sampah.
o Pisahkan bayi yang menderita infeksi
untuk mencegah infeksi nosokomial.
Asuhan Neonatus Pencegahan
Infeksi
Berikan perawatan rutin
bayi baru lahir :
o Setelah enam jam pertama kehidupan
atau setelah suhu tubuh bayi stabil, gunakan kain katun yang direndam dalam air
hangat untuk membersihkan darah dan cairan tubuh lain ( misal: dari kelahiran )
dari kulit bayi, kemudian keringkan kulit. Tunda memandikan bayi kecil ( kurang
dari 2,5 kg pada saat lahir atau sebelum usia gestasi 37 minggu ) sampai
minimal hari kedua kehidupan.
o Bersihkan bokong dan area perineum
bayi setiap kali mengganti popok bayi, atau sesering yang dibutuhan dengan
menggunakan kapas yang direndam dalam air hangat bersabun, kemudian keringkan
area tersebut secara cermat.
o Pastikan bahwa ibu mengetahui
peraturan posisi penempatan yang benar untuk meyusui untuk mencegah mastitis
dan kerusakan puting.
3. Rawat Gabung
Rawat gabung merupakan
sistem perawatan bayi yang disatukan dengan ibu sehingga ibu dapat
melakukan semua perawatan dasar bagi bayinya. Bayi bisa tinggal bersama ibunya
dalam satu kamar sepanjang siang maupun malam hari sampai keduanya observasi
pada saat-saat tertentu, seperti pada malam hari atau pada jam-jam kunjungan /
besuk.Rawat gabung atau rooming in
adalah suatu sistem perawatan dimana bayi serta ibu dirawat dalam satu unit. Dalam pelaksanaannya bayi
harus berada di samping ibu
Tujuan Rawat Gabung
1. Bantuan emosional
Hubungan antara ibu dan
bayi sangat penting untuk saling mengenal terutama pada hari-hari pertama
setelah persalinan. Bayi akan memperoleh kehangatan tubuh ibu, suara ibu,
kelembutan dan kasih sayang ibu (bonding effect).
2. Penggunaan air susu ibu
ASI adalah makanan yang
terbaik. Produksi ASI akan lebih cepat dan lebih banyak bila dirangsang sedini
mungkin dengan cara menetekkan sejak bayi lahir hingga selama mungkin. Pada
hari-hari pertama, yang keluar adalah colostrum yang jumlahnya sedikit. Tidak
perlu khawatir bahwa bayi akan kurang minum, karena bayi harus kehilangan
cairan pada hari-hari pertama dan absorbsi usus juga sangat terbatas.
3. Pencegahan infeksi
Pada tempat perawatan
bayi dimana banyak bayi disatukan, infeksi silang sulit dihindari. Dengan rawat
gabung, lebih mudah mencegah infeksi silang. Bayi yang melekat pada kulit si
ibu akan memperoleh transfer antibodi dari si ibu. Kolostrum yang mengandung
antibodi dalam jumlah tinggi, akan melapisi seluruh permukaan kulit dan saluran
pencernaan bayi dan diserap oleh bayi, sehingga bayi akan mempunyai kekebalan
tinggi. Kekebalan ini akan mencegah infeksi, terutama pada diare.
4. Pendidikan kesehatan
Kesempatan melaksanakan
rawat gabung dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan pada ibu,
terutama pada primipara. Bagaimana teknik menyusui, memandikan bayi merawat
tali pusat, perawatan payudara dan nasihat makanan yang baik, merupakan
bahan-bahan yang diperlukan si ibu. Keinginan ibu untuk bangun dari tempat
tidur, menggendong bayi dan merawat sendiri akan mempercepat mobilisasi,
sehingga si ibu akan lebih cepat pulih dari persalinan.
Pelaksaan Rawat Gabung
Kriteria yang ambil
sebagai syarat untuk dapat dirawat bersama ibunya ialah :
1. Nilai apgar 7.
2. Berat badan lebih dari 2500.
3. Masa kehamilan lebih dari 36 minggu.
4. Lahir spontan presentasi kepala.
5. Tanpa infeksi intrapartum.
6. Ibu sehat dalam jam pertama setelah
lahir, bayi segera disusukan kepada ibunya untuk merangsang pengeluaran ASI.
7. Memberikan penyuluhan mengenai ASI dan
perawatan bergabung bayi terutama bayi yang belum mendapat penyuluhan di
poliklinik.
Kontra Indikasi Rawat
Gabung
Pihak Ibu :
1. Fungsi kardiorespiratorik yang tidak
baik. Pasein penyakit jantung sementara tidak menyusi sampai keadaan jantung
membaik.
2. Preeklampsia dan eklampsia, keadaan ibu
biasanya tidak baik karena pengaruh obat-obatan untuk mengatasi penyakit
biasanya kesadaran ibu menurun. Tidak diperbolehkan ASI dipompa dan diberikan
pada bayi.
3. Penyakit infeksi akut dan aktif. Bahaya
penularan pada bayi yang dikhawatirkan. Tubercolosis paru yang aktif dan
terbuka merupakan kontraindikasi yang mutlak.
4. Karsinoma payudara. Pasien dengan
penyakit ini harus dicegah jangan sampai ASI nya keluar karena akan mempersulit
penilaian penyakitnya. Apabila menyusui ditakutkan adanya sel-sel karsinoma
yang terminum si bayi.
5. Psikosis : tidak dapat dikontrol
keadaan jiwa si ibu bila menderita psikosis. Meskipun pada dasarnya ibu sayang
pada bayinya, tetapi selalu ada kemungkinan penderita psikosis membuat cedera
pada bayi.
Pihak Bayi :
1. Bayi kejang. Kejang-kejang pada bayi
akibat cedera persalinan atau infeksi tidak memungkinkan menyusui. Ada bahaya
aspirasi, bila kejang timbul saat bayi menyusui. Kesadaran bayi yang menurun
juga tidak memungkinkan bayi untuk menyusui.
2. Bayi yang sakit berat. Bayi yang
penyakit jantung atau paru-paru atau penyakit lain yang memerlukan perawatan
intensif tentu tidak mungkin menyusu dan dirawat gabung.
3. Bayi yang memerlukan observasi atau
terapi khusus. Selama observasi rawat
gabung tidak dapat dilaksanankan.
4. Very Low Birth Weight (BBLSR), karena
refleks menghisap bayi tersebut belum baik sehingga tidak mungkin menyusu dan
dirawat gabung.
5. Cacat bawaan. Diperlukan persiapan
mental si ibu untuk menerima keadaan bahwa bayinya cacat. Cacat ringan seperti
labiopalatiskhisis masih memungkinkan untuk menyusui.
6. Kelainan metabolik dimana bayi tidak
dapat menerima ASI.
Asuhan :
1. Bayi ditempatkan bersama ibunya dalam
sebuah ruangan.
2. Bayi dapat diletakkan ditempat tidur
bersama ibunya atau dalam books disamping tempat tidur ibu.
3. Books bayi bisa juga ditempatkan diatas
tempat tidur, disebelah ujung kaki ibu.
4. Perawat harus memperhatikan KU bayi dan
mengenali keadaan abnormal.
5. Ibu menyusui bayinya sewaktu-waktu sesuai
dengan keinginan bayi.
6. Perawat harus membantu ibu untuk merawat
payudara, menyusui, menyendawakan dan merawat bayi secara benar.
4. Perawatan Metode
Kanguru (PMK)
BBLR membutuhkan
bantuan dan waktu untuk penyesuaian kehidupan di luar rahim. Mereka juga
memerlukan bantuan untuk tetap hangat dan mendapatkan ASI yang cukup untuk
tumbuh. Satu cara untuk menolong bayi mendapatkan kebutuhan ini adalah menjaga
bayi tetap kontak kulit dengan kulit ibunya. Perawatan metode kanguru adalah
suatu cara agar BBLR terpenuhi kebutuhan khusus mereka terutama dalam
mempertahankan kehangatan suhu tubuh. Untuk melakukan PMK, tentukan bayi memiliki
berat lahir <2500 gram, tanpa masalah/komplikasi.
Butir untuk diingat,
diperhatikan dan dilaksanakan:
• Perawatan metode kanguru adalah suatu
cara perawatan untuk BBLR yang sederhana dan mudah dikerjakan di mana saja
dengan mendekap bayi agar kulit bayi bersentuhan langsung dengan kulit ibu.
• Kontak kulit bayi dengan ibu dapat
mempertahankan suhu bayi, mencegah bayi kedinginan
• Keuntungan untuk bayi: bayi menjadi
hangat, bayi lebih sering menetek, banyak tidur dan tidak rewel, sehingga
kenaikan berat badan lebih cepat
• Keuntungan untuk ibu: hubungan kasih
sayang lebih erat dan ibu bisa bekerja sambil menggendong bayinya.
Syarat melakukan PMK :
a. Bayi tidak mengalami Kesulitan Bernapas
b. Bayi tidak mengalami Kesulitan Minum
c. Bayi tidak Kejang
d. Bayi tidak Diare
e. Ibu dan keluarga bersedia dan tidak
sedang sakit
Lakukan PMK untuk
menghangatkan bayi bila memenuhi syarat diatas. Metoda kanguru sangat baik
dilakukan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan. Metoda ini berguna untuk
mempercepat terjadinya kestabilan suhu tubuh dan merangsang bayi baru lahir
segera mengisap puting payudara ibu.
Pelaksanaan PMK
memiliki 4 komponen :
a) Posisi
b) Nutrisi
c) Dukungan
d) Pemantauan
1. Posisi Melakukan Perawatan Metode Kanguru
(PMK)
Bayi telanjang dada
(hanya memakai popok,topi, kaus tangan, kaus kaki), diletakkan telungkup di
dada dengan posisi tegak atau diagonal. Tubuh bayi menempel/kontak langsung
dengan ibu. Atur posisi kepala, leher dan badan dengan baik untuk menghindari
terhalangnya jalan napas. Kepala menoleh ke samping di bawah dagu ibu (ekstensi
ringan). Tangan dan kaki bayi dalam keadaan fleksi seperti posisi “katak”
Kemudian “fiksasi”
dengan selendang
Ibu mengenakan pakaian/blus longgar sehingga bayi
berada dalam 1 pakaian dengan ibu.
Jika perlu, gunakan
selimut.
Selain ibu, ayah dan
anggota keluarga lain bisa melakukan metoda kanguru
.
Sumber gambar: WHO
& UNICEF dan Beck et al, 2004
2. Nutrisi.
Selama pelaksanaan PMK,
BBLR hanya diberikan ASI. Melalui PMK akan mendukung dan mempromosikan
pemberian ASI eksklusif, karena ibu menjadi lebih cepat tanggap bila bayi ingin
menyusu. Bayi bisa menyusu lebih lama dan lebih sering. Bila bayi dibawa ke
fasilitas kesehatan dan bayi tidak mampu menelan ASI dapat dilakukan pemasangan
Oro Gastric Tube (OGT) untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
3. Dukungan.
Keluarga memberikan
dukungan pada ibu dan bayi untuk pelaksanaan perawatan metoda kanguru. Di
fasilitas kesehatan , pelaksanaan PMK akan dibantu oleh petugas kesehatan.
4. Pemantauan.
BBLR yang dirawat di
fasilitas kesehatan yang dapat dipulangkan lebih cepat (berat < 2000 gram)
harus dipantau untuk tumbuh kembangnya. Apabila didapatkan tanda bahaya harus
dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
Kunjungi BBLR minimal
dua kali dalam minggu pertama, dan selanjutnya sekali dalam setiap minggu
sampai berat bayi 2500 gram dengan mempergunakan algoritma MTBM.
Hal- hal yang perlu
dipantau selama PMK:
• Pastikan suhu aksila
normal (36,5 – 37,5 ° C )
• Pastikan pernapasan
normal (30-60 X/menit)
• Pastikan tidak ada
tanda bahaya
• Pastikan bayi
mendapatkan ASI yang cukup (minimal menyusu tiap 2 jam)
Pastikan pertumbuhan
dan perkembangan baik (berat badan akan turun pada minggu pertama antara
10-15%, pertambahan berat badan pada minggu kedua 15g/KgBB/hari).
5. Inisiasi Menyusui Dini Setelah Bayi Baru
Lahir
Hal yang harus di
lakukan setelah bayi baru lahir adalah melakukan inisiasi dini , ini adalah
suatu prosedur atau langkah awal yang harus di lakukan antara sang ibu dan
bayi. Inisiasi dapat di lakukan setelah
bayi lahir dengan cara menempelkan kulit bayi ke kulit sang ibu , (lakukanlah
hal ini secepatnya setelah anda melakukan persalinan ).
Ada 5 tahap perilaku
bayi sebelum menyusu kepada sang ibu
1. Bayi istirahat selama 30 menit , dan
sesekali melihat sang ibu
2. Bayi Istirahat selama 30-40 menit dan
bayi mengeluarkan suara
3. Bayi Mengeluarkan air liur
4. Bayi akan menekan sang ibu dengan kaki
nya
5. Bayi akan menjilat kulit sang ibu dan
menemukan punting susu
INISIASI MENYUSUSI DINI
(IMD)
Inisiasi menyusui dini
dapat mengurangi stress pada bayi dan dapat menyesuaikan suhunya dengan suhu
yang di butuhkan bayi . dengan Inisiasi dini – bayi akan lebih tenang dan denyut
nadi / jantungnya akan lebih stabil , selain itu dengan melakukan pemberisa ASI
atau air susu ibu saat bayi baru lahir
akan mengurangi kemungkinan angka kematian pada bayi (saat bulan bula pertama
dalam hidupnya)
Tahukan anda – bahwa
inisiasi menyusui dini dapat merangsang produksi AIR SUSU IBU atau ASI,
sehingga dapat meningkatkan keberhasilan menyusui / atau pemberian asi kepada
sang bayi .
INISIASI MENYUSUI DINI
PADA PERSALINAN CASAR
Jika anda melakukan
persalinan casar dan melakukan pembiusan secara spinal , anda akan tetap sadar
dan sang bayi pun akan lahir tanpa meninggalkan lemak(di dalam tubuh sang ibu).
Jika kondisi persalinan yang memungkinkan , bayi di letakan di atas dada sang
ibu. lalu biarkan bayi mencari punting susu ibu dengan sendirinya – tanpa
memakasa bayi atau meletakan ke punting susu sang ibu
Jika persalinan casar
anda di lakukan dengan pembiasan anestesi , sang ayah bias melakukan kontak
kulit dengan kulit sang bayi (sambil menunggu sang ibu selesai di operasi).
Jika kontak ini di tunda – sang bayi dapat di masukan ke incubator dan
melakukan imd saat kondisi bayi dan ibu stabil
INISIASI MENYUSUI DINI
PADA PERSALINAN KEMBAR
Jika anda mengalami
atau mempunyai bayi kembar , anda dapat melakukan IMD dengan cara meletakan
bayi pertama kepada kulit sang ibu (sampai anda memulai proses melahirkan yang
ke 2). Setelah bayi ke2 anda lahir (bayi pertama di tengkurepkan di dada sang
ayah) dan bayi ke2 di tengkurepkan di dada sang ibu
Alangkah baiknya – bagi
anda yang akan melakukan persalinan , harus mengetahui tahap apa saja yang akan
anda lakukan setelah anda lahir , salah satunya adalah melakukan inisiasi
menyusui dini . semoga artikel ini bermanfaat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada waktu kelahiran,
tubuh bayi baru lahir, mengalami sejumlah adaptasi psikologik. Bayi memerlukan
masa transisi kehidupannya ke kehidupan luar uterus. Hal tersebut berlangsung
baik atau tidak. Namun demikian, kenyataan didunia ini amat banyak bayi lahir
tidak sehat, mengalami kelainan dan berbagai hal yang tidak diinginkan
B. Saran
Berikanlah asuhan yang
tepat pada bayi baru lahir, karena adaptasi pada bayi memerlukan bantuan
lingkungan sekitarnya yang dapat dibantu oleh bidan yang telah memahami asuhan
apa yang harus diberikan kepada bayi baru lahir
DAFTAR PUSTAKA
Behrman,dkk.(2000).Ilmu
kesehatan Anak Nelson Vol 3.Jakarta: EGC
Marimbi,H.(2010).Biologi
Reproduksi.Yogyakarta:Nuha medika.
Dewi,L.Nanny
Vivian.(2010).Asuhan Neonatal Bayi dan Bidan.Jakarta:Salemba Medika.
Wulandari,F.Ayu.(2011).Biologi
Reproduksi.Jakarta:Salemba Medika.
Budi Nike Subakti, dkk.
Buku Saku Managemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter, Perawat dan Bidan.
Jakarta : EGC, 2007.
FK_UI. Ilmu Kesehatan
Anak. 1985
http://www.sumbarsehat.com/2012/08/asuhan-pada-bayi-baru-lahir-selama.html
BUKU SAKU Pelayanan
Kesehatan Neonatal Esensial, Kemkes RI, 2010
http://bidanmu.com/2013/01/inisiasi-menyusui-dini-setelah-bayi-baru-lahir.html
DAFTAR PUSTAKA
Behrman,dkk.(2000).Ilmu
kesehatan Anak Nelson Vol 3.Jakarta: EGC
Marimbi,H.(2010).Biologi
Reproduksi.Yogyakarta:Nuha medika.
Dewi,L.Nanny
Vivian.(2010).Asuhan Neonatal Bayi dan Bidan.Jakarta:Salemba Medika.
Wulandari,F.Ayu.(2011).Biologi
Reproduksi.Jakarta:Salemba Medika.
Budi Nike Subakti, dkk.
Buku Saku Managemen Masalah Bayi Baru Lahir untuk Dokter, Perawat dan Bidan.
Jakarta : EGC, 2007.
FK_UI. Ilmu Kesehatan
Anak. 1985
http://www.sumbarsehat.com/2012/08/asuhan-pada-bayi-baru-lahir-selama.html
BUKU SAKU Pelayanan
Kesehatan Neonatal Esensial, Kemkes RI, 2010
http://bidanmu.com/2013/01/inisiasi-menyusui-dini-setelah-bayi-baru-lahir.html
Konsep Anak Sehat
KONSEP DASAR
KEPERAWATAN ANAK
PENGERTIAN
Anak adalah seseorang
yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah menikah/kawin.Batasan ini
ditetapkan berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan sosial, kematangan
pribadi dan kematangan mental seseorang yang dicapai pada umur 21 tahun.Anak
merupakan potensi serta penerus cita –cita bangsa yang dasar-dasarnya telah
diletakkan generasi sebelumnya. Oleh karena itu anak harus mendapat
perhatian yang sempurna dalam memenuhi
perkembangan dan pertumbuhan baik fisik maupun mental sejak dini.
TUJUAN:
1. Menurunkan angka kematian anak
2. Menurunkan angka kesakitan anak
3. Menurunkan angka kematian atau kesakitan
prasekolah atau remaja.
RUANG LINGKUP
1. Pediatric klinik, terdiri dari
penyakit, pengobatan dan perawatan
2. Peditric pencegahan : imunisasi
3. Pediatric sosial
o Mempelajari dan melaksanakan cara agar
anak sehat fisik, psikis dan sosial
o Kebutuhan anak yang harus dipenuhi sejak
konsepsi, supaya mencapai tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang baik
o Lingkungan yang sejahtera dan bahagia (
harmonis
o Sandang , pangan dan papan
o Lingkungan tempat tingggal yang baik (Lokasi
WTS, judi, mabuk dan preman)
FILOSOFI KEPERAWATAN
ANAK
Filosofi adalah
merupakan pandangan atau keyakinan yang dimiliki perawat dalam memberikan
pelayanan keperawatan pada anak .Keperawatan anak adalah konsisten dengan
pengertian keperawatan “ the diagnosis and treatment of human respones to
actual or potential health problems( whaley & wong,1995, hal 14).
Tujuannya adalah
pencapaian derajat kesehatan bagi anak sebagai suatu bagian dari sistem
pelayanan kesehatan di keluarga. Untuk
menekankan pada tujuan tersebut.Pada bagian ini akan diuraikan kunci filosofi
keperawatan anak:
1. Family center care
Filosofi ini
memperkenalkan keluarga sebagai suatu kehidupan yang konstan dan seorang
individu yang mendukung, menghargai dan meningkatkan kekuatan dan kompetensi
dalam memberikan asuhan terhadap anak (Johson, 1989).Hal ini menjelaskan bahwa
Keluarga merupakan unsur penting dalam merawat anak, mengingat anak adalah
bagian dari keluarga.Sebagai perawat, dalam memberikan pelayanan keperawatan
pada anak, harus mampu menfasilitasi keluarga dalam berbagai bentuk pelayanan
kesehatan baik berupa pemberian tindakan keperawatan maupun pemberian
penyuluhan kesehatan.
Ada 2 konsep dasar pada
proses filosofi family center care,
yaitu enabling dan empowering. Enabling
adalahdengan menciptakan kesempatan keluarga untuk menunjukkan kemampuan
dan kompetensinya yang berguna dalam memenuhi kebutuhan anak dan keluarga.
Dukungan (empowering)
menjelaskan interaksi profesional dengan keluarga dimana keluarga memerlukan
perasaan aman terhadap kehidupan keluarganya dan mendukung perubahan yang
positif sebagai dampak dari perilaku saling tolong menolong, memperkokoh
kemampuan dan tindakan yang diberikan.
Jadi dalam pemberian
asuhan keperawatan anak diperlukan keterlibatan keluarga, mengingat anak selalu
membutuhkan orang tua ketika berada dirumah sakit. Keterlibatan keluarga dengan
tenaga kesehatan selama anak berada di rumah sakit sangat diperlukan , karena
itu menjadi dasar dalam memberikan asuhan keperawatan yang berfokus pada
keluarga. Perawat dengan memfasilitasi
keluarga dapat membantu proses
penyembuhan anak pada anak yang sakit selama dirumah sakit, sehingga kebutuhan
keamanan dan kenyamanan bagi keluarga dan anak diperhatikan. dan berdampak
besar bagi program penyembuhan perawatan pada anak.
2. Atraumatic care
Kemampuan dalam
memberikan asuhan keperawatan yang terapoutik oleh individu melalui
pelaksananaan intervensi keperawatan untuk membatasi/ mengurangi pengalaman
yang tidak menyenangkan terhadap anak dan keluarga di tatanan pelayanan
kesehatan.
Tujuan utama dari
atraumatic care adalah do no harm yang terdiri dari
a. mencegah/mengurangi anak berpisah dari
orang tua
b. perlindungan
c. mencegah/mengurangi trauma fisik dan
nyeri
3. Primary Nursing
Primary nursing adalah
menjaga /merawat anak selama 24 jam, jika asuhan keperawatan oleh perawat tidak
berjalan. Primary nursing secara umum mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan
pada anak dan menjadikan asuhan yang konsisten terhadap anak serta berfokus
pada unit keluarga sebagai bagian komponen integral pada perencanaan dan
pelaksanaan.
4. Case management
Merupakan sistem
pemberian asuhan yang seimbang antara
biaya dan kualitas dengan memperhatikan pembiayaan yang berlebihan. Kemampuan
perawat dalam memgelola kasus dengan baik tentu berdampak pada proses
penyembuhan pada anak.
PRINSIP PRINSIP
KEPERAWATAN ANAK
Beberapa prinsip dasar
keperawatan anak yang dijadikan sebagai pedoman dalam memahami filosofi
keperawatan anak
1. anak bukan miniatur orang dewasa tetapi
sebagai individu yang unik
2. anak sebagai individu yang unik dan
mempunyai kebutuhan sesuai tahap perkembangan.
3. Pelayanan keperawatan anak beroriantasi
pada upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya
mengobati anakl sakit.
4. keperawatan anak merupakan disiplin ilmu
kesehatan yang berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung
jawab secara komprehensif dalam memberikan askep pada anak
5. praktek keperawatan aanak mencakup
kontrak dengan anak dan keluarga
6. tujuan keparawatan anak dan remaja adalah
untuk meningkatkan maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja
sebagai mahluk biopsikososial dan spiritual dalam kontek keluarga dan masyarakat.
7. pada masa yang akan datang kecenderungan
keperawatan anak berfokus pada ilmu tumbuh kembang.
KOMPONEN KEPERAWATAN
ANAK
Komponen keperawatan
anak meliputi:
1. Asuhan keperawatan
2. Anak
3. Perawat
4. Keluarga
Perawatan bukan pada anak
sakit saja, tetapi secara komprehensif yang bisa memenuhi kebutuhan anak
malalui keluarganya, sehingga perlu kerja sama yang harmonis antara perawat dan
keluarga.
PERAN PERAWAT DALAM
KEPERAWATAN ANAK
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan anak , perawat mempunyai
peran dan fungsi sebagai perawat anak diantaranya:
1. Pemberi perawatan
Peran utama perawat adalah memberikan
pelayanan keperawatan pada anak yang dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan
dasar anak seperti kebutuhan asah, asih dan asuh
2. Sebagai advokat keluarga
Sebagai pembela keluarga dalam beberapa hal seperti dalam
menentukan haknya sebagai klien
3. Pencegahan penyakit
Upaya pencegahan merupakan bagian dari bentuk pelayanan
keperawatan sehingga dalam melakukan asuhan keperawatan perawat harus selalu
memgutamakan tindakan pencegahan terhadap timbulnya masalah baru sebagai dampak
dari timbulnya penyakit.
4. Pendidikan
Perawat harus mampu berperan sebagai pendidik untuk
memyampaikan pesan atau mengubah perilaku pada anak dan keluarga malalui
pendidikan kesehatan khususnya dalam keperawatan.
5. Konseling
Upaya perawat dalam memberikan waktu untuk berkonsultasi
terhadap masalah yang dialami oleh klien dan keluarga. Konseling ini bis
memberikan kemandirian keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan
6. Kolaborasi
Merupakan tindakan kerjasama dalam menentukan tindakan
yang akan dilaksanakan oleh perawat dengan team kesehatan lain
7. Pengambil keputusan etik
Dalam memgambil keputusan, perawat mempunyai peran sangat
penting karena selalu berhubungan dengan anak kurang lebih 24 jam.
8. Peneliti
Sebagai peneliti harus
melakukan kajian –kajian keperawatan anak, yang dapat dikembangkan untuk
perkembangan teknologi keperawatan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
nak.
PERSPEKTIF PERAWATAN
ANAK
PROGRAM DAN KEBIJAKAN
PEMERINTAH TERHADAP KESEHATAN ANAK.
Tujuan pembangunan
nasional dibidang kesehatan terutama ditujukan untuk:
1. Penurunan angka kematian bayi dan
perinatal
2. Penurunan angka kematian balita
3. Penurunan angak kesakitan anak usia
sekolah dan remaja
4. Peningkatan derajat kesehatananak secara
keseluruhan yang akan menjamin proses tumbuh kembang anak secara optimal menuju
generasi muda yang sehat sebagai sumber daya pembangunan.
a. Upaya pembinaan kesehatan anak mencakup
pemenuhan kebutuhan primer sejak didalam kandungan sampai remaja dengan
mengkaji tumbuh kembang anak, pemberian makanan bergizi pada anak, penyuluhan
kesehatan keluarga, asuhan keparawatan mulai dari bayi sampai remaja
b. Untuk mencapai hal tersebut diatas
perlu adanya peningkatan kemampuan tenaga kesehatan khususnya bidang yang
berkwalitas dan merata ditanah air. Bidan mempunyai peranan dan tanggung jawab
yang besar dalam bidang kesehatan ibu
dan anak. Untuk itu sejak dini siswa bidan harus dibekali dengan pengetahuan
dan keterampilan yang cukup. Hal ini dimulai dari para pendidik kesehatan yang
cukup ditunjang dengan kepustakaan yang memadahi.
c. Perlu diyakini bahwa tim perawatan
mampu mengembangkan dan mengkoordinasikan pola perawatan anak yang dapat
mengisi kebutuhan hubungan keluarga dan anak, sehingga perawat akan sadar
tentang pola hubungan keluarga dan anak, tanggap apabila keluarga membutuhkan
dukungan moral. Berdasarkan hal tersebut, maka perawat profesional dapat
menyediakan bantuan inter disiplin dalam rangka perawatan anak terpadu dan
menyeluruh serta berusaha menyediakan sumber daya yang tersedia dalam pelayanan
kesehatan dan masyarakat untuk memungkinkan peningkatan pelayanan perawatan
anak yang bermutu.
d. Pelayanan perawatan dapat tersedia
melalui tim perawatan yang terpadu dimana tiap anggota tim perlu diberi
kesempatan meningkatkan pengetahuan dan kaeterampilannya dalam, bidang
perawatan anak. Anggota tim harus bertanggung jawab untuk memeastikan
terlaksananya asuhan keperawatan anak yang perpusat pada keluarga.
ISSUE DAN KECENDURUNGAN
DALAM KEPERAWATAN ANAK
Masalah kesehatan anak
ditiap negara berbeda karena perbedaan lingkungan yang mempengaruhinya.Namun
dalam garis besarnya, masalah tersebut diseluruh dunia dapat dikelompokkan
menjadi dua katagori, yaitu masalah kesehatran anak yang terdapat dinegara maju
dan masalah kesehatan anak dinegara sedang berkembang.
Bila ditinjau dari
indikator kesehatan, maka masalah utama kesehatan anak di Indonesia adalah
masih tingginya morbiditas dan mortalitas pada golongan bayi dan
balita.Penyebab utamanya adalah lingkungan yang kurang menunjang, mutu
pelayanan kesehatan ayang rendah dan keadaan sosial/ekonomi/budaya masyarakat
yang kurang memadahi.Sebagian besar penyebabnya bukan bidang kedokteran, tetapi
merupakan bidang kesehatan masyarakat.
Untuk mengevaluasi
pengaruh penyakit terhadap kesehatan masyarakat dan keberhasilan upaya
kesehatan, diperlukan sejumlah parameter atau indikator kesehatan. Diantara indikator
dasar yang berkaitan erat dengan kesehatan anak adalah AKB (Angka Kematian
Bayi), GNP (Gross National Product) perkapita, umur harapan hidup, tingkat
pendidikan teruatama perempuan.
Untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat,
termasuk masalah kesehatan anak pada tahun 1982 oleh pemerintan telah disusun
tatanan atau program menyeluruh khusus untuk bidang kesehatan yang dikenal sebagai Sistem
Kesehatan Nasional (SKN). Tujuan dan sasaran SKN :
1. Peningkatan kemampuan masyarakat yaitu
menolong diri sendiri dalam menghadapi masalah kesehatan yang dijimpai
sehari-hari.
2. Peningkatan mutu lingkungan hidup .
3. Peningkatan status gizi masyarakat.
4. Pengurangan kejadian Morbiditas dan
Mortalitas.
5. Pengembangan keluarga sejahtera.
Kedalam SKN ini telah
dimasukkan dasar pelayanan kesehatan primer (Primary heald care) yang
dicanangkan di Alma Ata tahun 1978 dan telah disepakati oleh seluruh anggota
WHO.
Delapan unsur pokok
bidang kesehatan primer:
1. Penyuluhan kesehatan.
2. Gizi
3. sanitasi dasar dan air bersih.
4. KIA dan KB.
5. Imunisasi terhadap enam penyakit utama.
6. Pencegahan dan pengelolaan penyakit endemik.
7. Pengobatan penyakit yang umum dijumpai.
8. Tersedianya obat yang esensial.
https://books.google.com/books?id=-IEgphlP8E8C&pg=PA10&lpg=PA10&dq=konsep+anak&source=bl&ots=Vg2QLni5Tt&sig=C-6pxtL9YnI1-QAm5sF9gL25AGs&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwj1g9fru4bLAhUJ2GMKHZsLBEkQ6AEIODAD#v=onepage&q=konsep%20anak&f=false
MAKALAH KEPERAWATAN
ANAK “ASKEP MENINGITIS PADA ANAK”
MAKALAH KEPERAWATAN
ANAK
“ASKEP MENINGITIS PADA
ANAK”
Makalah ini diajukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak
AKADEMI KEPERAWATAN
MUHAMMADIYAH CIREBON
TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah swt. Yang telah memberikan rahmad dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan segala keterbatasan.
Makalah ini dibuat
sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Anak, yang merupakan salah satu mata
kuliah dalam Program Akper Muhammadiyah Cirebon. Dan juga dapat digunakan
sebagai salah satu literatur dalam proses belajar Anak di kelas.
Kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini. Akan tetapi, dalam makalah ini terdapat kekurangan untuk itu dengan sangat
kami senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca.
Akhirnya, dengan segala
kerendahan hati, kami berharap para pembaca dapat memanfaatkan makalah ini,
baik bagi kepentingan-kepentingan praktis di dalam kelas maupun untuk
pengembangan ilmu pengetahuan.
DAFTAR ISI
Kata
Pengatar...................................................................................................
Daftar
Isi..........................................................................................................
BAB I
Pendahuluan.........................................................................................
1.1 Latar
Belakang...........................................................................................
1.2 Tujuan
Penulisan.........................................................................................
1.2.1 Tujuan
Umum..........................................................................................
1.2.2 Tujuan
Khusus.........................................................................................
1.3 Sistematika
Penulisan.................................................................................
BAB II Tinjauan
Teori.....................................................................................
2.1
Definisi.......................................................................................................
2.2
Klasifikasi...................................................................................................
2.3
Etiologi.......................................................................................................
2.4
Patofisiologi................................................................................................
2.5 Manisfestasi
Klinis.....................................................................................
2.6 Pemeriksaan
Diagnostik.............................................................................
2.7 Komplikasi..................................................................................................
BAB III Asuhan
Keperawatan Meningitis Pada Anak....................................
3.1
Pengkajian..................................................................................................
3. 2 Diagnosa
Keperawatan..............................................................................
3.3
Intervensi....................................................................................................
3.4
Evaluasi......................................................................................................
BAB IV
PENUTUP.........................................................................................
4.1
Kesimpulan.................................................................................................
4.2
Saran...........................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit infeksi di Indonesia masih
merupakan masalah kesehatan yang utama. Salah satu penyakit tersebut adalah
infeksi susunan saraf pusat. Penyebab infeksi susunan saraf pusat adalah virus,
bakteri atau mikroorganisme lain. Meningitis merupakan penyakit infeksi dengan
angka kematian berkisar antara 18-40% dan angka kecacatan 30-50%.
Bakteri penyebab meningitis ditemukan di
seluruh dunia, dengan angka kejadian penyakit yang bervariasi. Di Indonesia,
dilaporkan bahwa Haemophilus influenzae tipe B ditemukan pada 33% diantara
kasus meningitis.
Pada penelitian
lanjutan, didapatkan 38% penyebab meningitis pada anak kurang dari 5 tahun. Di
Australia pada tahun 1995 meningitis yang disebabkan Neisseria meningitidis 2,1
kasus per 100.000 populasi, dengan puncaknya pada usia 0 – 4 tahun dan 15 – 19
tahun . Sedangkan kasus meningitis yang disebabkan Steptococcus pneumoniae
angka kejadian pertahun 10 – 100 per 100.000 populasi pada anak kurang dari 2
tahun dan diperkirakan ada 3000 kasus per tahun untuk seluruh kelompok usia,
dengan angka kematian pada anak sebesar 15%, retardasi mental 17%, kejang 14%
dan gangguan pendengaran 28%.
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan
memahami tenteng asuhan keperawatan meningitis
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan
Memahami tentang pengertian dari meningitis
2. Mengetahui dan
Memahami tentang etiologi dari meningitis
3. Mengetahui dan
Memahami tentang patofisiologi/pathway dari meningitis
4. Mengetahui dan
Memahami tentang manifestasi klinis dari meningitis
5. Mengetahui dan
Memahami tentang pemerikaan diagnosa dari meningitis
6. Mengetahui dan
Memahami tentang penatalaksanaan medis dari meningitis
7. Mengetahui Memahami
tentang pengkajian keperawatan meningitis
8. Mengetahui dan
Memahami tentang diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan meningitis
9. Mengetahui dan
Memahami tentang perencanaan keperawatan meningitis
10. Mengetahui dan Memahami tentang
evaluasi keperawatan meningitis
1.3 Sistematika
Penulisan
Dalam penyusunan
makalah ini, penulis membagi maklah ini dalam 4 BAB yang terdiri dari:
BAB I Pendahuluan
terdiri dari: Latar belakang, Tujuan penulisan, Sistematika penulisan
BABII Tinjaun Teori terdiri dari: Definisi ,
Klasifikasi , Etiologi , Patofisiologi, Manisfestasi klinis, Pemeriksaan
diagnostik , Komplikasi,
BAB IV Asuhan Keperawatan Meningitis Pada
Anak : Pengkajian, Diagnosa keperawatan, Intervensi, Evaluasi
BAB III Penutup :
Kesimpulan dan Saran
Daftar pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Sehat –
Sakit
2.1.1 Definisi Sehat
1. Pada tahun 1930, American Nurses
Association (ANA) dalam pernyataan kebijakan sosialnya mendefinisikan sehat
sebagai “keadaan dinamik ketika potensi perkembangan dan perilaku individu
terpenuhi hingga seoptimal mungkin” (FUNDAMENTAL KEPERAWATAN Konsep Proses dan
praktik edisi 7 volume 1 dari kozier).
2. Defini sehat adalah ”kondisi yang
normal dan alami, karenanya segala sesuatu yang tidak normal alami karenya
segala sesuatu yang tidak normal dan bertentangan dengan alam dianggap sebagai
kondisi tidak sehat yang harus dilegal.” Konsep Dasar Keperawatan Asmadi
3. Definisi sehat menurut Perkins (1939)
adalah ”suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh
dan beberapa factor yang berusaha mempengaruhinya.”
4. Definisi sehat menurut WHO (1974)
adalah “sehat adalah suatu keadaan yang semprna dari aspek fisik, mental,
social dan tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.” (FUNDAMENTAL OF
NURSING volume 1 edisi 4 dari Potter dan Perry).
5. Menurut neuman (1990) adalah “ sehat
dalam suatu rentang merupakan tingkat kesejahteraan klien pada waktu tertentu,
yang terdapat dalam rentang dan kondisi sejahtera yang optimal, dengan energy
yang paling maksimum, sampai kondisi kematian yang menandakan habisnya energi
total”
Definisi sakit :
1. Menurut Larson Sakit adalah
ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia, termasuk sejumlah system
biologis dan kondisi penyesuaian
2. Menurut bauman ada kriteria keadaan
sakit, yaitu adanya gejala, persepsi tentang keadan sakit yang di rasakan, dan
kemampuan beraktifitas sehat yang menurun.
3. Menurut batasan medis sakit adalah
mengemukakan 2 bukti adanya sakit yaitu Tanda dan Gejala.
4. Menurut Perkins sakit adalah suatu
keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan
gangguan pada aktivitas sehari-hari, baik aktivitas jasmani maupun sosial.
5. Menutut perry dan potter sakit adalah
suatu keadaan di mana fungsi fisik, emosional,intelektual, social, perkembangan
atau spiritual seseorang berkurang atau terganggu bila dibandingkan kondisi
sebelumnya. (Potter dan perry, 2010 Fundamental keperawatan edisi 4 jakarta ;
EGC)
Model Sehat – Sakit
Model kontinum sehat
sakit atau rentang sehat sakit. Neuman (1990) “sehat dalam suatu rentang adalah
tingkat sejahtera klien pada waktu tertentu, yang terdapat dalam rentang dari
kondisi sejahtera yang optimal, dengan energi yang paling maksimum, sampai
kondisi kematian, yang menandakan habisnya energi total”
Menurut model kontinum
sehat sakit, sehat adalah sebuah keadaaan yang dinamis yang berubah secara
terus menerus sesuai dengan adaptasi individu terhadap perubahan lingkungan
internal dan eksternal untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional,
intelektual, sosial, perkembangan dan spiritual yang sehat.
Sakit adalah sebuah
proses dimana fungsi individu mengalami perubahan atau penurunan bila
dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya.
Karena sehat dan sakit
merupakan kualitas yang relatif, yang mempunyai beberapa tingkat maka akan
lebih akurat bila ditentukan dengan titik tertentu pada skala kontinum sehat
sakit.
1. Model kesejahteraan tingkat tinggi
Model kesejahteraan
tingkat tinggi berorientasi pada cara memaksimalkan potensi sehat sakit pada
setiap individu untuk mampu mempertahankan rentang keseimbangan dan arah yang
memiliki tujuan tertentu dalam lingkungan.
Model ini mencakup
kemajuan tingkat fungsi kearah yang lebih tinggi, yang menjadi suatu tantangan
yang luas dimana individu mampu hidup dengan potensi yang paling maksimal,
merupakan suatu proses yang dinamis, bukan sutu keadaan yang statis dan pasif.
2. Model agen-penjamu-lingkungan
Menurut pendekatan ini,
tingkat sehat sakit individu atau kelompok ditentukan oleh hubungan yang
dinamis antara ketiga variabel agent, penjamu dan lingkungan.
Agent : faktor internal
atau eksternal yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit. Contoh : seorang
terkena penyakit typoid dimana agen adalah bakteri.
Pejamu : seseorang atau
sekelompok orang yang rentan terhadap penyakit atau sakit tertentu. Contoh :
riwayat keluarga, usia, gaya hidup.
Lingkungan : seluruh
faktor yang ada diluar pejamu. Lingkungan fisik antara lain tingkat ekonomi,
iklim, kondisi tempat tinggal.
Lingkungan sosial
terdiri dari interaksi seseorang dengan orang lain, termasuk strees, konflik
dengan orang lain, kesulitan ekonomi, krisis hidup, kematian pasangan.
3. Model keyakinan kesehatan
Menyatakan hubungan
antara keyakinan seseorang dengan perilaku yang ditampilkannya.
Komponen pertama adalah
presepsi individu tentang kerentangan dirinya terhadap suatu penyakit .
Komponen kedua adalah presepsi individu terhadap keseriusan penyakit tertentu
dipengaruhi oleh variabel demaografi dan sosiofisikologis, peresaan terancam
oleh penyakit dan tanda-tanda untuk bertindak. Komponen ketiga dimana seseorang
akan menagmbil tidakan preventif, misal mengubah gaya hidup .
4. Model peningkatan kesejahteraan
Peningkatan kesehatan
bertujuan untuk meningkatkan tingkat kesehatan klien “(Pender 1993, 1996).
Model tersebut mengidentifikasi beberapa faktor (demografi dan sosial) yang
dapat meningkatkan atau menurunkan partisipasi untuk meningkatkan kesehatan.
Model tersebut juga mengatur berbagai tanda kedalam sebuah kedalam sebuah pola
untuk menjelaskan kemungkinan munculnya partisipasi klien dalam perilaku
peningkatan kesehatan. (Pender 1993,1996).
2.3 Faktor yang
mempengaruhi sehat, Tindakan Kesehatan
1. Keturunan
Keturunan secara
sederhana, penyakit manusia dapat dibagi kedalam beberapa kategori salah
satunya adalah penyakit yang di sebabkan oleh faktor Gen.
2. Layanan kesehatan
Layanan kesehatan dapat
mempengaruhi status kesehatan individu dan masyarakat. Beberapa aspek layanan
kesehatan yang dapat mempengaruhi status kesehatan sebagai berikut:
1. Tempat layanan kesehatan
Jika letak layanan
kesehatan jauh dari pemukiman penduduk masyarakat akan sulit menjangkaunya
terlebih lagi jika saran transportasi tidak memadai kondisi ini menghambat
upaya pertolongan segera tentunya untuk seseorang yang menderita sakit.
1. Kualitas petugas kesehatan
Jika petugas kesehatan
tidak memiliki kompetensi yang berkualitas, samgat berpengaruh terhasdap status
kesehatan individu atau masyarakat.
1. Biaya kesehatan
Tingginya biaya
pengobatan tidak semua orang mampu memanfaatkan layanan kesehatan.
1. Sistem layanan kesehatan
Sistem layanan
kesehatan sangat berpengaruh pada peningkatan kualitas hidup lansia
(pemeliharaan dan peningkatan kesehatan).
3. Lingkungan
Lingkungan memberi
pengaruh besar terhadap status kesehatan pada individu.
4. Perilaku
Perilaku merupakan
factor berikutnya yang mempengaruhi status kesehatan. Sehat atau sakitnya
individu, keluarga, atau masyarakat dipengaruhi oleh perilakunya
Sakit dan Perilaku Sakit
Berikut ini adalah
contoh beberapa perilaku sakit:
1. Tidak memegang tanggung jawab selama
sakit. Orang yang sakit biasanya dibebaskan dari tanggung jawab yang di
embannya sewaktu sakit. Jika yang sakit adalah ibu, tanggung jawab sebagai ibu
rumah tangga akan dialihkan keayah, misalnya mengurus anak-anak. Dengan kata
lain ibu dibebaskan dari tanggung jawabnya mengurus rumah tangga selama ia
sakit. Begitu pula dalam kasus hukum. Jika si terdakwa sakit, pemeriksaan atau
persidangan yang dilakukan atas dirinya akan ditunda sampai ia sehat kembali.
Sayangnya, perilaku sakit ini sering kali dimanfaatkan oleh orang-orang yang
tidak bertanggung jawab. Sebagai contoh, banyak koruptor yang berhasil
melarikan diri dengan bermodalkan surat keterangan sakit guna berobat keluar
negeri.
2. Bebas dari tugas dana peran social.
Dalam hubungan social, seseorang yang didiagnosis menderita penyakit akan
dibebaskan dari segala tugas dan perannya dimasyarakat. Sebagai contoh, jika
ketua RT sakit, tugas dan perannya sebagai ketua RT akan dilimpahkan kepada
wakilnya.
3. Berupaya mencapai kondisi sehat secepat
mungkin. Seseorang yang merasa tubuhnya tidak sehat, secara naluriah akan
berusaha mencari cara untuk memulihkan kondisi tubuhnya. Beberapa cara yang
mungkin ditempuh adalah pergi kedokter, puskesmas, rumah sakit, bahkan datang
ke paranormal. Pilihan cara ini bergantung pada pengetahuan dan keyakinan yang
dimiliki terkait penyembuhan. Tetapi satu hal yang pasti, individu akan
berusaha sesegera mungkin kembali sehat.
4. Bersama keluarga mencari bantuan dengan
segera. Selain individu, keluarga juga berusaha mencari bantuan guna
kesembuhannya. Jika salah satu anggota keluarga ada yang sakit, hal ini akn
berpengaruh terhadap seluruh anggota keluarga.
Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sakit
2.5.1 Faktor Intenal
Persepsi individu terhadap gejala dan
sifat sakit yang dialami. Klien akan segera mencari pertiolongan jika gejala
tersebut dapat mengganggu rutinitas kegiatan sehari-hari. Misal: tukang kayu
yang menderita sakit punggung, jika ia merasa hal tersebut bisa membahayakan
dan mengancam kehudupanya maka ia akan segara mencari bantuan. Akan tetapi
persepsi sepeti itu dapat pula mempunyai akibat yang sebaliknya. Bisa saja
orang yang takut mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan cara
menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan.
2.5.2 Faktor eksternal
1. Gejala uang dapat dilihat
Gejala yang terlihat
dari suatu penyakit dapat mempengaruhi citra tubuh dan perilaku sakit. Misal:
orang yang mengalami bibir pecah-pecah mungkin akan lebih cepa tmencari
pertolongan dari pada orang dengan serak tenggorokan, karena mungkin komentar
orang lain terhadap gejala bibir pecah-pecah yang dialaminya.
1. Kelompok sosial
Kelompok sosial klien
akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau justru menyangkal potensi
terjadinya suatu penyakit. Misalnya: ada dua orang wanita, sebut saja nyonya A
dan nyonya B berusia 35 tahun yang berasal dari dua kelompok sosial yang
berbeda telah menemukan adanya benjolan pada payudaranya saat melakukan sadari.
Kemudia mereka mendiskusikannya dengan temannya masing-masing. Teman nyonya A
mungkin akan mendorong mencari pengobatan untuk menentukan apakah perlu di
operasi atau tidak, sedangkan teman nyonya B mungkin akan mengatakan itu
hanyalah benjolan biasa dan tidak perlu diperiksa ke dokter.
1. Latar belakang budaya
Latar belakang budaya
dan etik mengajarkan seseorang bagaimana menjadi sehat, mengenal sakit, dan
menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu memahanmi lartar belakang budaya
yang dimiliki klien.
1. Ekonomi
Semakin tinggi tingkat
ekonomi seseorang biasanya ia akn lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit
yng ia rasakan, sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa adda
gangguan pada kesehatannya.
1. Kemudahan akses terhadap sistem
pelayanan
Dekatnya jarak klien
dengan rumah sakit, klinik atau tempat pelayanan medis lain sering mempengaruhi
kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan kesehatan. Demikian pula
beberapa klien enggan mencari pelayanan yang kompleks dan besar dn mereka lebih
suka untuk mengunjungi puskesmas yang tidak membutuhkan prosedur rumit.
1. Dukungan sosial
Dukungan sosial disini
meliputi meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang bersifat peningkatan
kesehatan. Di institusi tersebut dapat dilakukan berbagai kegiatan, seperti
seminar kesehatan, pendidikan dan pelatihan kesehatan, pelatihan (erobik, senam
poco-poco dll). Juga menyediakan fasilitas olah raga juga seperti kolam renang,
lapangan bola, basket, lapangan sepak bola dan dll.
Tahapan Perilaku Sakit
2.6.1 Tahap 1
kemunculan gejala
Pada tahap sahat ini
individu berasa ada yang tidak beres. Orang terdekat menegaskan dengan
mengatakan individu tersebut terlihat tidak sehat, atau individu merasakan
beberapa gejala seperti nyeri, ruam, demam, atau pendarahan.ada 3 aspek pada
tahap 1
-Kemunculan gejala
fisik
-aspek Kognitif
(penafsiran gejala, apakah gejala bermakna bagi orang tersebut)
– respons emosi
misalnya ketakutan atau ansietas
Pada tahap ini, orang
yangf sakit biasanya berkonspitasi dengan orang lain tentang gejala yang
dirasakannya untuk memastikan bahwa gejala itu memang nyata dan harus mencoba
pengobatan yang efektif.
Asumsi peran sakit
Pada tahap ini kondisi
sakitnya menjadi sebuah fenomena dan orang yang sakit akan mencari konspirmasi
dari keluarga dan kelompok sosialnya bahwa mereka harus diistirahatkan dari
kewajiban normalnya dan dari harapan terhadap perannya.
Asumsi terhadap peran
sakit dapat menyebabkan emosional, seperti menarik diri atau depresi dari
perubahn fisik .
Kontak dengan pelayanan kesehatan
Pada tahap ini klien
mencari kepastian penyakit dan pengobatan dari seorang ahli. Selain itu klien
juga akan mencari penjelasan tentang gejala yang ada. Jika klien menerima
diagnose tersebut, maka mereka mungkin melakukan kunjungan ketempat pelayanan
kesehatan. Pada keadaan itu, klien akan berkonsultasi dengan beberapa pemberi
pelayanan kesehatan sampai mereka menumukan diagnosa seperti apa yang di
inginkan oleh klien.
Peran klien Dependen
Pada tahap ini klien
tergantung pada pemberi kesehatan untuk menghilangkan gejala yang ada. Klien
menerima perawatan, simpati atau perlindungan dari berbagai tuntuta dan stress
hidupnya. Seorang klien dapat melakukan peran dependennya di dalam institusi
pelayanan kesehatan, di rumah, atau pun di tempat pelayanan masyarakat.
Pemulihan dan rehabilitas
Tahap akhir dari
perilaku sakit yantu penyembuhan dan rehabilitas dapat terjdi secara tiba-tiba,
misalnya saat terjadi penurunan demam. Jika penyembuhan tidak dilakukan denga
tepat, maka perawatan jangka panjang mungkin perlu di berikan sebelum klien
mampu mencapai tingkat fungsi yang optimal. (contoh fraktur) .
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN DENGAN MENINGITIS
A. Definisi
Meningitis adalah
radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan
disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).
Meningitis merupakan
infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan oleh salah satu dari
mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus
influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah
peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang
menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).
B. Etiologi
1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa,
Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok),
Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
2. Penyebab lainnya lues, Virus,
Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
3. Faktor predisposisi : jenis kelamin
lakilaki lebih sering dibandingkan dengan wanita
4. Faktor maternal : ruptur membran fetal,
infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan
5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme
imun, defisiensi imunoglobulin.
6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan
atau injury yang berhubungan dengan sistem persarafan
C. Klasifikasi
Meningitis dibagi
menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, yaitu :
1. Meningitis serosa
Adalah radang selaput
otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang jernih. Penyebab
terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya lues, Virus,
Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah
arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya
antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis
(meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus
influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
C. Patofisiologi
Meningitis bakteri
dimulai sebagai infeksi dari oroaring dan diikuti dengan septikemia, yang
menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi
mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel
sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan
pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga
bagian tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena
meningen; semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke
dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam meningen dan di bawah
korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral.
Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen,
vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak
dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel
serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis
intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah
pertahanan otak (barier oak), edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut
pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum terjadi meningitis. Infeksi
terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal, kolaps sirkulasi dan
dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada sindromWaterhouse-Friderichssen)
sebagai akibat terjadinya kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang
disebabkan oleh meningokokus.
D. Manifestasi klinis
Gejala meningitis
diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal
yang sering)
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat
terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah
tanda sbb:
a) Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya
untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
b) Tanda kernik positip: ketika pasien
dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di
ekstensikan sempurna.
c) Tanda brudzinki : bila leher pasien di
fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif
pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat
peda sisi ektremita yang berlawanan.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif
yang berlebihan pada cahaya.
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat
eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik
tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak
teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok
pada meningitis meningokokal.
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda
septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok
dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :
a) Meningitis bakterial : tekanan
meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat
glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri.
b) Meningitis virus : tekanan bervariasi,
cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein
biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur
khusus.
2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis
)
3. LDH serum : meningkat ( meningitis
bakteri )
4. Sel darah putih : sedikit meningkat
dengan peningkatan neutrofil ( infeksi bakteri )
5. Elektrolit darah : Abnormal .
6. ESR/LED : meningkat pada meningitis
7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/
urine : dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab
infeksi
8. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam
melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral,
hemoragik atau tumor
9. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada
indikasi sumber infeksi intra kranial.
F. Komplikasi
1. Hidrosefalus obstruktif
2. MeningococcL Septicemia ( mengingocemia
)
3. Sindrome water-friderichen (septik
syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
4. SIADH ( Syndrome Inappropriate
Antidiuretic hormone )
5. Efusi subdural
6. Kejang
7. Edema dan herniasi serebral
8. Cerebral palsy
9. Gangguan mental
10. Gangguan belajar
11. Attention deficit disorder
.
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Biodata klien
b) Riwayat kesehatan yang lalu
(1) Apakah pernah menderita penyait ISPA dan
TBC ?
(2) Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
(3) Pernahkah operasi daerah kepala ?
c) Riwayat kesehatan sekarang
(1) Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak
enak (malaise). Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter.
(2) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat
kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda : tekanan darah meningkat, nadi
menurun, dan tekanan nadi berat, taikardi, disritmia.
(3) Eliminasi
Tanda : Inkontinensi
dan atau retensi.
(4) Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan
nafsu makan, sulit menelan. Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan
membran mukosa kering.
(5) Higiene
Tanda : Ketergantungan
terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
(6) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala,
parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena, kehilangan sensasi,
hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan halusinasi penciuman.
Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi,
kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal,
hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas nukal,
babinski positif,reflek abdominal menurun dan reflek kremastetik hilang pada
laki-laki.
(7) Nyeri/keamanan
Gejala : sakit
kepala(berdenyut hebat, frontal). Tanda : gelisah, menangis.
(8) Pernafasan
Gejala : riwayat
infeksi sinus atau paru. Tanda : peningkatan kerja pernafasan.
2. Diagnosa keperawatan
a) Resiko tinggi terhadap penyebaran
infeksi sehubungan dengan diseminata hematogen dari patogen
b) Risiko tinggi terhadap perubahan
serebral dan perfusi jaringan sehubungan dengan edema serebral, hipovolemia.
c) Risisko tinggi terhadap trauma
sehubungan dengan kejang umum/fokal, kelemahan umum, vertigo.
d) Nyeri (akut) sehubungan dengan proses
inflamasi, toksin dalam sirkulasi.
e) Kerusakan mobilitas fisik sehubungan
dengan kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan
f) Anxietas berhubungan dengan krisis
situasi, ancaman kematian.
3. Intervensi keperawatan
a) Resiko tinggi terhadap penyebaran
infeksi sehubungan dengan diseminata hematogen dari patogen.
Mandiri
Beri tindakan isolasi sebagai
pencegahan
Pertahan kan teknik aseptik dan teknik
cuci tangan yang tepat.
Pantau suhu secara teratur
Kaji keluhan nyeri dada, nadi yang
tidak teratur demam yang terus menerus
Auskultasi suara nafas ubah posisi
pasien secara teratur, dianjurkan nfas dalam
Cacat karakteristik urine (warna,
kejernihan dan bau )
Kolaborasi
Berikan terapi antibiotik iv: penisilin
G, ampisilin, klorampenikol, gentamisin.
b) Resiko tinggi terhadap perubahan
cerebral dan perfusi jaringan sehubungan dengan edema serebral, hipovolemia.
Mandiri
Tirah baring dengan posisi kepala
datar.
Pantau status neurologis.
Kaji regiditas nukal, peka rangsang dan
kejang
Pantau tanda vital dan frekuensi
jantung, penafasan, suhu, masukan dan haluaran.
Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah
mengejan.
Kolaborasi.
Tinggikan kepala tempat tidur 15-45
derajat.
Berikan cairan iv (larutan hipertonik,
elektrolit ).
Pantau BGA.
Berikan obat : steoid, clorpomasin,
asetaminofen
c) Resiko tinggi terhadap trauma
sehubungan dengan kejang umum/vokal, kelemahan umum vertigo.
Mandiri
Pantau adanya kejang
Pertahankan penghalang tempat tidur
tetap terpasang dan pasang jalan nafas buatan
Tirah baring selama fase akut
kolaborasi berikan obat : venitoin, diaepam, venobarbital.
d) Nyeri (akut ) sehubungan dengan proses
infeksi, toksin dalam sirkulasi.
Mandiri.
Letakkan kantung es pada kepala,
pakaian dingin di atas mata, berikan posisi yang nyaman kepala agak tinggi
sedikit, latihan rentang gerak aktif atau pasif dan masage otot leher.
Dukung untuk menemukan posisi yang
nyaman(kepala agak tingi)
Berikan latihan rentang gerak
aktif/pasif.
Gunakan pelembab hangat pada nyeri
leher atau pinggul
Kolaborasi
Berikan anal getik, asetaminofen, codein
e) Kerusakan mobilitas fisik sehubungan
dengan kerusakan neuromuskuler.
Kaji derajat imobilisasi pasien.
Bantu latihan rentang gerak.
Berikan perawatan kulit, masase dengan
pelembab.
Periksa daerah yang mengalami nyeri
tekan, berikan matras udsra atau air perhatikan kesejajaran tubuh secara
fumgsional.
Berikan program latihan dan penggunaan
alat mobiluisasi.
f) Perubahan persepsi sensori sehubungan
dengan defisit neurologis
Pantau perubahan orientasi, kemamapuan
berbicara,alam perasaaan, sensorik dan proses pikir.
Kaji kesadara sensorik : sentuhan,
panas, dingin.
Observasi respons perilaku.
Hilangkan suara bising yang berlebihan.
Validasi persepsi pasien dan berikan
umpan balik.
Beri kessempatan untuk berkomunikasi
dan beraktivitas.
Kolaborasi ahli fisioterapi, terapi
okupasi,wicara dan kognitif.
g) Ansietas sehubungan dengan krisis
situasi, ancaman kematian.
Kaji status mental dan tingkat
ansietasnya.
Berikan penjelasan tentang penyakitnya
dan sebelum tindakan prosedur.
Beri kesempatan untuk mengungkapkan
perasaan.
Libatkan keluarga/pasien dalam
perawatan dan beri dukungan serta petunjuk sumber penyokong.
H. Evaluasi
Hasil yang diharapkan
1. Mencapai masa penyembuhan tepat waktu,
tanpa bukti penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan orang lain.
2. Mempertahankan tingkat kesadaran
biasanya/membaik dan fungsi motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda
vital stabil.
3. Tidak mengalami kejang/penyerta atau
cedera lain.
4. Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan
menunjukkan postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.
5. Mencapai kembali atau mempertahankan
posisi fungsional optimal dan kekuatan.
6. Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya
dan fungsi persepsi.
7. Tampak rileks dan melaporkan ansietas
berkurang dan mengungkapkan keakuratan pengetahuan tentang situasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, Marilyn E, dkk.(1999).Rencana
Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Alih Bahasa, I Made Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa
Indonesia, Monica Ester, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC.
2. Harsono.(1996).Buku Ajar Neurologi
Klinis.Ed.I.Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
3. Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda
G.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.Alih
bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa Indonesia, Monica
Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.
4. Tucker, Susan Martin et al. Patient
care Standards : Nursing Process, diagnosis, And Outcome. Alih bahasa Yasmin
asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998.
5. Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology
: Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4.
Jakarta : EGC; 1994.
6. Long, Barbara C. perawatan Medikal
Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Bandung : yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan; 1996.
No comments:
Post a Comment