BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mioma
uteri adalah tumor jinak yang tumbuh pada rahim. Disebut fibromioma uteri,
leiomioma, atau uterine fibroid dalam istilah kedokterannya. Mioma uteri
merupakan tumor kandungan yang terbanyak pada organ reproduksi wanita.
Kejadiannya lebih tinggi pada usia di atas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40
%. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun, menunjukkan adanya
hubungan mioma uteri dengan estrogen. (Dokterku online, 19 Maret 2012, Novie
Hediyani, diakses tanggal 27 Agustus 2012)
Berdasarkan
penelitian World health organisation (WHO) penyebab angka kematian ibu karna
mioma uteri pada tahun 2010 sebanyak 22 (1,95 %) kasus dan tahun 2011 sebanyak 21 (2,04 %)
kasus. (Penelitian who, 2010 diakses tanggal 13 Juli 2012)
Hampir
separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan tidak
sadar bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus.
Penyakit
mioma uteri berasal dari otot polos rahim. Beberapa teori menyebutkan
pertumbuhan tumor ini disebabkan rangsangan hormon estrogen. Pada jaringan
mioma jumlah reseptor estrogen lebih tinggi dibandingkan jaringan otot
kandungan (miometrium) sekitarnya sehingga mioma uteri ini sering kali tumbuh
lebih cepat pada kehamilan (membesar pada usia reproduksi) dan biasanya
berkurang ukurannya sesudah menopause (mengecil pada pascamenopause) Sering
kali mioma uteri membesar ke arah rongga rahim dan tumbuh keluar dari mulut
rahim. Ini yang sering disebut sebagai Myoma Geburt (Geburt berasal dari bahasa
German yang berarti lahir). Tumor yang ada dalam rahim dapat tumbuh lebih dari
satu, pada perabaan memiliki konsistensi kenyal, berbentuk bulat dan permukaan
berbenjol-benjol seperti layaknya tumor perut. Beratnya bervariasi, mulai dari
beberapa gram saja, namun bisa juga mencapai 5 kilogram atau lebih.
Mioma
uteri dapat ditemukan melalui pemeriksaan ginekologi rutin.Diagnosis mioma
uteri dicurigai bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu atau lebih massa
yang lebih licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini
adalah bagian dari uterus. Sedangkan untuk pemeriksaan untuk mengetahui adanya
mioma dapat dilakukan Ultrasonografi, Histeroskopi dan MRI (Magnetic Resonance
Imaging) yang Akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma
tetapi jarang diperlukan karena keterbatasan ekonomi dan sumber daya. MRI dapat
menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan
Khusus
a)
Mahasiswa mengetahui dan memahami
pengertian mioma uteri
b)
Mahasiswa mengetahui dan memahami
penyebab dari mioma uteri
c)
Mahasiswa mengetahui dan memahami
klasifikasi mioma uteri
d)
Mahasiswa mengetahui dan memahami
pencegahan dan deteksi dini terhadap mioma uteri
e)
Mahasiswa mengetahui dan memahami
bagaimana cara mengobati mioma uteri
C. Manfaat Penulisan
a)
Mahasiswa mampu memahami pengertian,
penyebab dan klasifikasi mioma uteri
b)
Mahasiswa mampu megetahui dan memahami
pencegahan, deteksi dini, serta cara mengobati mioma uteri
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
a)
Mioma uteri adalah tumor jinak yang tumbuh pada rahim.
Disebut fibromioma uteri, leiomioma, atau uterine fibroid dalam istilah
kedokterannya. Mioma uteri merupakan tumor kandungan yang terbanyak pada organ
reproduksi wanita. (Dokterku online, 19 Maret 2012, Novie Hediyani, diakses
tanggal 27 Agustus 2012)
b)
Mioma merupakan tumor yang paling umum
pada traktus genitalis. Mioma terdiri atas serabut – serabut otot polos yang
diselingi dengan untaian jaringan ikat dan dikelilingi kapsul yang tipis.
(LieweIIyn.j. 2002 Hal 263)
c)
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang
berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam
kepustakaan dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid. (Winkjosastro.H 2009, Hal 338)
d)
Mioma Uteri adalah tumor jinak pada otot
rahim, disertai jaringan ikat sehingga dapat dalam bentuk padat, karena
jaringan ikat dan otot rahimnya yang dominan (Manuaba I.B.G 2010 Hal 556).
B. Etiologi
Penyebab
pasti dari mioma pada rahim masih belum diketahui secara jelas. Namun beberapa
penelitian mengatakan bahwa mioma muncul dari satu sel ganas yang berada
diantara otot polos dalam rahim. Selain itu adanya faktor keturunan sebagai
penyebab mioma. Pertumbuhan dari mioma uteri di duga berkaitan dengan hormon
estrogen. Mioma menunjukkan pertumbuhan maksimal selama masa reproduksi, ketika
pengeluaran estrogen maksimal dan dapat bertambah besar dengan cepat selama
kehamilan dimana saat itu kadar estrogennya sangat tinggi. Tidak didapatkan
bukti bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab mioma namun diketahui
bahwa estrogen berpengaruh terhadap pertumbuhan mioma. (Artikel kesehatan,
Zidane 6 april 2012 diakses tanggal 27
Agustus 2012).
Sering
kali mioma uteri membesar ke arah rongga rahim dan tumbuh keluar dari mulut
rahim. Ini yang sering disebut sebagai Myoma Geburt (Geburt berasal dari bahasa
German yang berarti lahir). Tumor yang ada dalam rahim dapat tumbuh lebih dari
satu, pada perabaan memiliki konsistensi kenyal, berbentuk bulat dan permukaan
berbenjol-benjol seperti layaknya tumor perut. Beratnya bervariasi, mulai dari
beberapa gram saja, namun bisa juga mencapai 5 kilogram atau lebih.
C. Faktor Predisposisi Mioma Uteri
a.
Umur
Mioma
uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada
wanita berusia lebih dari 40 tahun.Mioma menunjukkan pertumbuhan maksimal
selama masa reproduksi dimana saat itu kadar estrogen sangat tinggi. Tumor ini
paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun. Dan mengalami
pengecilan pada saat menopause.
b.
Paritas
lebih
sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil, tetapi
sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma uteri
atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua
keadaan ini saling mempengaruhi.
c.
Faktor ras dan genetik
Pada
wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma
uteri tinggi.Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita
dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
d.
Fungsi ovarium
Diperkirakan
ada korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma
uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami
regresi setelah menopause.
D. Patologi Anatomi
Sarang
mioma di uterus dapat berasal dari serviks uterus hanya 1 – 3 %, sisanya dari
korpus uterus.
Menurut
letaknya, mioma dapat kita dapati sebagai:
- Mioma
submukosum : berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga
uterus.
- Mioma
intramural : Mioma terdapat di dinding uterus, diantara serabut
miometrium.
- Mioma
subserosum : Apabila tumbuh keluar
dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi
oleh serosa Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip.
E. Patofisiologi
Sampai
saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga merupakan
penyakit multifaktorial. Dipercayai bahwa mioma merupakan sebuah tumor
monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal.
Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom, khususnya pada kromosom lengan
12q13-15.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, di samping faktor predisposisi genetik,
adalah estrogen, progesteron dan human growth hormone.
1.
Estrogen
a.
Mioma uteri dijumpai setelah menarke.
b.
Seringkali terdapat pertumbuhan tumor
yang cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen.
c.
Mioma uteri akan mengecil pada saat
menopause dan pengangkatan ovarium.
d.
Adanya hubungan dengan kelainan lainnya
yang tergantung estrogen seperti endometriosis (50%), perubahan fibrosistik
dari payudara (14,8%), adenomyosis (16,5%) dan hiperplasia endometrium (9,3%).
e.
Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan
dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas.
f.
17B hidroxydesidrogenase: enzim ini
mengubah estradiol (sebuah estrogen kuat) menjadi estron (estrogen lemah).
Aktivitas enzim ini berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai
jumlah reseptor estrogen yang lebih banyak daripada miometrium normal.
2.
Progesteron
Progesteron
merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat pertumbuhan
tumor dengan dua cara yaitu: mengaktifkan 17B hidroxydesidrogenase dan
menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
3.
Hormon pertumbuhan
Level
hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon yang mempunyai
struktur dan aktivitas biologik serupa yaitu HPL, terlihat pada periode ini,
memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomioma selama kehamilan
mingkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen.
F. Perubahan Pada Mioma Uteri
Perubahan
sekunder. (Manuaba I.B.G, 2010 Hal.601)
a.
Atrofi
Sesudah
menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.
b.
Degenerasi hialin
Perubahan
ini sering terjadi terutama pada usia lanjut tumor kehilangan struktur aslinya
menjadi homogen.
c.
Degenerasi kistik
Dapat
meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi cair,
sehingga terbentuk ruang-ruang yang tidak teratur, dapat juga terjadi
pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma.
d.
Degenerasi membatu
Terutama
terjadi pada wanita usia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi.
e.
Degenerasi merah (carneous degeneration)
Perubahan
ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas degenerasi merah tampak khas apabila
terjadi pada kehamilan muda disertai dengan emesis, sedikit demam, kesakitan
tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabaan.
f.
Degenerasi lemak
Jarang
terjadi merupakan degenerasi hialin.
G. Klasifikasi Mioma Uteri
Klasifikasi
mioma uteri dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena :
a)
Lokasi
1)
Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah
vagina menyebabkan infeksi.
2)
Isthmica (7,2%), lebih sering
menyebabkan nyeri dan gangguan traktusurinarius.
3)
Corporal (91%), merupakan lokasi paling
lazim, dan seringkali tanpa gejala.
b)
Lapisan
Mioma
Uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi tiga jenis
yaitu:
1)
Mioma Uteri Subserosa
Lokasi
tumor di subserosa korpus uteri hanya
sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan
uterus melalui tangkai. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal
sebagai suatu massa. Mioma ini dapat menyebabkan torsi jika pertumbuhannya
semakin membesar.
2)
Mioma Uteri Intramural
Biasanya
multipel apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar
akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol sehingga bentuk uterus bertambah besar
dan berubah. Tidak memberikan dejala klinis yang berarti, kecuali rasa tidak
enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah.
3)
Mioma Uteri Submukosa
Terletak
dibawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak. Mioma bertangkai dapat
menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada keadaan ini mudah terjadi torsi
atau infeksi. Tumor ini memperluas permukaan ruangan rahim.
H. Gejala klinik mioma uteri
Sebagian
penyakit ini ditemukan secara kebetulan pada saat pemeriksaan panggul rutin.
Gejala yang timbul tergantung pada lokasi dan besarnya tumor, yang paling
sering ditemukan adalah :
- Perdarahan
abnormal
1.
Hipermenorea perdarahan banyak saat
menstruasi, karena meluasnya permukaan endometrium dalam proses menstruasi
2.
Gangguan kontraksi otot rahim
3.
Perdarahan berkepanjangan. Akibat
pendarahan penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah, pusing,
cepat lelah, dan mudah terjadi infeksi.
- Penekanan
rahim yang membesar
Penekanan
rahim karena pembesaran mioma uteri dapat terjadi :
i.
Terasa berat di abdomen bagian bawah
ii.
Sukar miksi atau defekasi
iii.
Terasa nyeri karena tertekannya urat
saraf.
- Gangguan
pertumbuhan dan perkembangan kehamilan
Kehamilan
dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling mempengaruhi :
i.
Kehamilan dapat mengalami keguguran
ii.
Persalinan prematuritas
iii.
Gangguan saat persalinan
iv.
Tertutupnya saluran indung telur
menimbulkan infertilitas
I.
Pencegahan
a.
Pada pemeriksaan fisik
mioma
uteri dapat ditemukan melalui pemeriksaan ginekologi rutin. Diagnosis mioma
uteri dicurigai bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh satu atau lebih massa
yang lebih licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa seperti ini
adalah bagian dari uterus.
b.
Pemeriksaan penunjang
1.
Ultrasonografi (USG) Ultrasonografi
transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan adanya mioma uteri.
Ultrasonografi transvaginal terutama lebih bermanfaat untuk mendeteksi
kelainain pada rahim, termasuk mioma uteri. Uterus yang besar lebih baik
diobservasi melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri dapat
menampilkan gambaran secara khas yang mendemonstrasikan irregularitas kontur
maupun pembesaran uterus. Sehingga sangatlah tepat untuk digunnakan dalam monitoring
(pemantauan) perkembangan mioma uteri.
2.
Histeroskopi Dengan pemeriksaan ini
dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika tumornya kecil serta
bertangkai. Pemeriksaan ini dapat berfungsi sebagai alat untuk penegakkan
diagnosis dan sekaligus untuk pengobatan karena dapat diangkat.
3.
MRI (Magnetic Resonance Imaging) Akurat dalam menggambarkan jumlah, ukuran,
dan lokasi mioma tetapi jarang diperlukan karena keterbatasan ekonomi dan
sumber daya. MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus-kasus yang
tidak dapat disimpulkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mioma
uteri merupakan tumor jinak yang sering terjadi pada wanita berusia lebih dari
35 tahun yaitu sekitar 20 hingga 30 persen Hampir separuh dari kasus mioma
uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita
memang tidak mempunyai keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang
mengandung satu tumor dalam uterus. Karenanya sangat penting untuk melakukan
deteksi pribadi secara dini untuk menghindari dan mencegah timbulnya penyakit
ini, kalaupun penyebabnya genetik pada keluarga paling tidak dapat di deteksi
secara dini sebelum penyakit ini bertambah hebat dan menyebabkan komplikasi
yang serius bagi organ organ disekelilingnya yakni dengan melakukan pemeriksaan
ginekologis rutin dan USG, sedangkan Histeroskopi dan MRI merupakan pilihan
lain untuk hasil lebih akurat, namun dengan USG saja sudah bisa dideteksi Mioma
yang berkembang pada rahim seseorang.
B. Saran
1.
Apabila seorang wanita mengalami
perdarahan diluar siklus menstruasi dan mengalami nyeri abdomen bagian bawah,
maka sebaiknya segera memeriksakan diri ke petugas kesehatan.Penegakan diagnosa
untuk mioma uteri ditunjang dengan pemeriksaan USG. Pengkajian data juga harus
dilakukan lebih dalam dimana petugas kesehatan melakukan pendekatan kepada ibu
dan keluarga agar ditemukan data yang akurat, baik itu data subjektif maupun
objektif, karena dalam menentukan diagnosa sangatlah penting untuk menentukan
tindakan selanjutnya.
2.
Sebagai petugas kesehatan khususnya seorang
bidan, diharapkan senantiasa berupaya untuk meningkatkan keterampilan dan
kemampuan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan yang lebih profesional.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim
(http://www.scribd.com/online/Makalah-Mioma-Uteri, tanggal 27 Agustus 2012
Fakhruddin,
E,(http://www.emirfakhruddin.com/2010/02/mioma-uteri.html) diakses tanggal 30
Agustus 2012
Hediyani,N(http://referensiartikelkedokteran.blogspot.com/2011/05 /mioma-uteri.diakses tanggal 27 Agustus 2012)
LieweIIyn.j 2002. Dasar-dasar Obsestri dan
Ginekologi.Yayasan joko suyono. Edisi VI.Jakarta
Manuaba, I.B.G
2010, ilmu Kebidanan penyakit Kandungan dan KB untuk pendidikan Bidan, penerbit
buku Kedokteran EGC. Edisi II jakarta
Manuaba, IBG
2001. Kapita Selekta penatalaksanaan rutin obstetri ginekologi dan KB. Penerbit
buku kedokteran EGC Jakarta
Simatupang, E.J,
2006. Penerapan unsur – unsur manajemen dalam praktek kebidanan. Awan indah.
Jakarta
Winkjosastro.H 2009.ilmu Kebidanan .Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo. Edisi IV. Jakarta
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kita
panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah diberi nikmat sehat sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah dengan judul MIOMA UTERI. Tidak lupa kita kirimkan
shalawat beriring salam kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW karena
atas berkat dari beliaulah kita dapat merasakan alam yang penuh dengan
pengetahuan dan teknologi seperti saat ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis
banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua atas bantuan yang telah diberikan kepada
penulis.
Penulis menyadari di dalam
penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu kami
selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah selanjutnya.
Banda
Aceh, Mei 2017
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.
Latar
Belakang............................................................................................. 1
B.
Tujuan
Penulisan.......................................................................................... 2
C.
Manfaat
Penulisan........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A.
Pengertian............................................................................................. ....... 3
B.
Etiologi......................................................................................................... 3
C.
Faktor
Predisposisi Mioma Uteri ................................................................. 4
D.
Patologi
Anatomi......................................................................................... 5
E.
Patofisiologi................................................................................................. 5
F.
Perubahan
Pada Mioma Uteri...................................................................... 6
G.
Klasifikasi
Mioma Uteri .............................................................................. 7
H.
Gejala
klinik mioma uteri............................................................................. 8
I.
Pencegahan................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP............................................................................................. 11
A.
Kesimpulan................................................................................................. 11
B.
Saran........................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 12
No comments:
Post a Comment