DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................
i
DAFTAR
ISI.......................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................
1
A.
Latar
Belakang
Masalah.............................................................................
1
B.
Rumusan
Masalah.......................................................................................
2
C.
Tujuan.........................................................................................................
2
BAB II
PEMBAHASAN....................................................................................
3
A. Definisi dan
karakteristik
Amphibi............................................................ 3
B.
Klasifikasi
dalam Kelas Amphibi.......................................................... .... 5
1.
Ordo
Caecilia..................................................................................
.... 6
2.
Ordo Urodela
(Caudata).....................................................................
7
3.
Ordo Anura....................................................................................
.... 10
4.
Ordo
Proanura.....................................................................................
15
C. Morfologi Kelas Amphibi...........................................................................
15
D. Anatomi dan
fisiologi.................................................................................
17
E.
Habitat
dan persebaran...............................................................................
31
F.
Relasi
dengan
Manusia...............................................................................
32
BAB III
PENUTUP............................................................................................
33
Kesimpulan................................................................................................
33
DAFTAR
PUSTAKA.........................................................................................
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Amfibi adalah
kelompok terkecil di antara vertebrata, dengan jumlah hanya 3.000 spesies.
Seperti ikan dan reptilia, amfibi adalah hewan berdarah dingin. Ini berarti
amfibi tidak dapat mengatur suhu badannya sendiri. Untuk itu, amfibi memerlukan
matahari untuk menghangatkan badan. Awalnya amfibi mengawali hidup di perairan
dan melakukan pernapasan menggunakan insang. Seiring dengan pertumbuhannya
paru-paru dan kakinya berkembang dan amfibi pun dapat berjalan di atas daratan.
Amfibi dijumpai diseluruh dunia kecuali di kutub. Mereka menempati
sejumlah habitat yang berbeda-beda seperti hutan hujan, kolam, dan danau.
Mereka juga ada di daerah berumput di lereng pegunungan tinggi, bahkan juga di
gurun. Meskipun amfibi dewasa dapat bertahan hidup selama periode kemarau
panjang, umumnya mereka membutuhkan tempat-tempat lembab seperti sungai dan
kolam. Di wilayah hutan hujan tropis yang lembab, banyak katak dapat bertahan
hidup tanpa memiliki sumber air tetap.
Sebagai hewan yang
berdarah dingin, amfibi tidak aktif dalam kondisi dingin. Pada kondisi ini
mereka melakukan hibernasi, biasanya dalam lumpur di dasar kolam. Musim kawin
amfibi sering berlangsung kacau. Amfibi jantan dan betina berkumpul bersama
dalam jumlah besar. Setelah membuahi telur, biasanya amfibi tidak lagi
mempedulikan telurnya. Hanya sedikit jenis amfibi yang melindungi telur.
Umumnya spesies amfibi kecil mengandalkan penyamaran atau melarikan diri saat
terancam pemangsa. Ada pula amfibi yang mengandalkan kulit yang mencolok untuk
menakuti musuh. Ada jenis amfibi yang mempunyai racun.
Katak beracun dari
Amerika Selatan memiliki warna yang mencolok sebagai tanda bahaya pemangsanya.
Racun katak sangat kuat ‘racun emas’ yang dimiliki kodok dart dari kolombia
misalnya, dapat menewaskan sekitar 1.000 orang sekaligus. Kebanyakan orang
kesulitan dalam membedakan anggota dari kelas amphibia yaitu antara katak dan
kodok. Maka dari itulah kita perlu mengenal kelas amphibia lebih jauh lagi.
B. Rumusan masalah
Melihat uraian diatas
maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
a.
Apa
yang dimaksud dengan amphibia dan bagaimana karakteristiknya?
b.
Bagaimana
klasifikasi dari kelas amphibia?
c.
Bagaimana anatomi dan fisiologi pada amphibia?
d.
Bagaimana persebaran dan habitat dari amphibia?
e.
Bagaimana hubungan manusia dengan amphibia?
C. Tujuan
Adapun maksud dan
tujuan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui definisi serta karakteristik
dari amphibia.
2. Mengetahui klasifikasi dari kelas
amphibia
3. Mengetahui anatomi dan fisiologi dari
amphibia.
4. Mengetahui bagaimana persebaran dan
habitat dari amphibia.
5. Mengetahui hubungan atau relasi antara
manusia dengan amphibia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi dan
karakteristik Amphibi
Kata amphibi berasal
dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu “Amphi” (rangkap)
dan “bios” (hidup). Atau dapat diartikan sebagai hewan bertulang
belakang (vertebrata) dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh
rambut yang hidup di dua alam; yakni di air dan di daratan. Karena itu amphibi
diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan
di air. Pada umumnya, amphibia mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus
hidup kedua adalah di daratan. ( Zug, 1993)
Pada fase berudu
amphibi hidup di perairan dan bernafas dengan insang. Pada fase ini berudu
bergerak menggunakan ekor. Pada fase dewasa hidup di darat dan bernafas dengan
paru-paru. Pada fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara
bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan
menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama kelamaan menghilang. Pada
anura, tidak ditemukan leher sebagai mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam
liang dan bergerak dengan cara melompat. (Zug, 1993)
Amphibia memiliki
kelopak mata dan kelenjar air mata yang berkembang baik. Pada mata terdapat
membrana nictitans yang berfungsi untuk melindungi mata dari debu, kekeringan
dan kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem syaraf mengalami
modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup. Otak depan menjadi lebih besar dan
hemisphaerium cerebri terbagi sempurna. Pada cerebellum konvulasi hampir tidak
berkembang. Pada fase dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah yang menghasilkan
bahan pelembab atau perekat. Walaupun demikian, tidak semua amphibi melalui
siklus hidup dari kehidupan perairan ke daratan. Pada beberapa amphibi,
misalnya anggota Plethodontidae, tetap tinggal dalam perairan dan tidak menjadi
dewasa. Selama hidup tetap dalam fase berudu, bernafas dengan insang dan
berkembang biak secara neotoni. Ada beberapa jenis amphibi lain yang sebagian
hidupnya berada di daratan, tetapi pada waktu tertentu kembali ke air untuk
berkembang biak. Tapi ada juga beberapa jenis yang hanya hidup di darat selama
hidupnya. Pada kelompok ini tidak terdapat stadium larva dalam air. (Duellman
and Trueb, 1986)
Amfibia mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut:
Penutup tubuh |
Kulit yang
berlendir |
Alat gerak |
Dua pasang kaki dan
pada setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat di antara jari-jari
kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang. |
Alat pernapasan |
Pernapasan pada
saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat pernapasannya berupa
paru-paru dan kulit dan hidung amfibi mempunyai katup yang mencegah air masuk
ke dalam rongga mulut ketika menyelam |
Suhu tubuh |
tidak tetap,
berubah-ubah mengikuti suhu lingkungannya (berdarah dingin/poikiloterm) |
Peredaran darah |
Tertutup |
Alat penglihatan |
Mata dan matanya
mempunyai selaput tambahan yang disebut membrana niktitans yang sangat
berfungsi waktu menyelam |
Berkembang biak |
Dengan cara
melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantan di luar tubuh induknya
(pembuahan eksternal |
Jantung |
Terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik |
Sedangkan, ciri-ciri khusus dari
amphibi yaitu:
- Tubuh diselubungi kulit yang berlendir serta tidak mempunyai sisik
- Merupakan hewan
berdarah dingin (poikiloterm)
- Mempunyai
jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi dan satu bilik
- Mempunyai dua
pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yang terdapat
di antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat dan
berenang
- Memiliki dua
lubang hidung yang berhubungan dengan ruang mulut yang mempunyai klep
untuk menahan air
- Umumnya pada
mulut terdapat gigi dan lidah sering kali dapat dikeluarkan
- Matanya
mempunyai selaput tambahan yang disebut membrana niktitans yang sangat
berfungsi waktu menyelam
- Pernapasan pada
saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat pernapasannya
berupa paru-paru dan kulit dan hidungnya mempunyai katup yang mencegah air
masuk ke dalam rongga mulut ketika menyelam
- Berkembang biak
dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantan di luar tubuh
induknya (pembuahan eksternal).
- Otak memiliki 10
pasang sarang krainal
- Fertilisasi
secara internal dan ekternal dan umumnya ovivar dengan stadium larva dalam
air dan bermetamorfosis menjadi dewasa.
B.
Klasifikasi
dalam Kelas Amphibi
Adapun kedudukan
amphibia dalam sistem klasifikasi yaitu:
Kerajaan
: Animalia
Filum
: Chordata
Upafilum
: Vertebrata
Superkelas :
Tetrapoda
Kelas
: Amphibia
Anggota amphibia
terdiri dari 4 ordo yaitu Apoda (Caecilia), Urodela (Salamander), dan Anura (
katak dan kodok), Proanura (telah punah).
1.
Ordo
Caecilia
Ordo ini mempunyai
anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai kaki sehingga disebut Apoda.
Tubuh menyerupai cacing (gilig), bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor
mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup oleh
kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor.
Di bagian anterior
terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ sensory. Kelompok ini
menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva hidup dalam air dan
bernafas dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya
ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik. Fertilisasi pada Caecilia
terjadi secara internal. ( Webb et.al, 1981)
Ordo Caecilia
mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae,
dan Caecilidae. Famili Caecilidae mempunyai 3 subfamili yaitu Dermophinae,
Caecilinae dan Typhlonectinae. ( Webb et.al, 1981)
Famili yang ada di
indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota famili ini mempunyai ciri-ciri tubuh
yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif berkembang. Reproduksi dengan
oviparous. Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang insang yang bercabang
yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama di air sebelum
metamorphosis. Anggota famili ini yang ditemukan di indonesia adalah Ichtyophis
sp., yaitu di propinsi DIY.
Contoh ordo caecilia
Anatomi tulang kepala ordo Caecilia
2.
Ordo Urodela (Caudata)
Ordo ini mempunyai
ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta tidak
memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher dan badan.
Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya bernafas dengan paru-paru.
Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa jenis, mata
mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa. Anggota ordo
Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Pola
persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan
Eropa. Urodella mempunyai 3 sub ordo yaitu Sirenidea, Cryptobranchoidea
dan Salamandroidea. Sub ordo Sirenidae hanya memiliki 1 famili yaitu Sirenidae,
sedangkan sub ordo Cryptobranchoidea memiliki 2 famili yaitu Cryptobranchidae
dan Hynobiidae. Sub ordo Salamandroidea memiliki 7 famili yaitu Amphiumidae,
Plethodontidae, Rhyacotritoniade, Proteidae, Ambystomatidae, Dicamptodontidae
dan Salamandridae. ( Pough et. al., 1998)
Salamander
memiliki tubuh yang memanjang dan memiliki ekor. Sebagian besar Salamander memiliki
empat kaki, meskipun tungkai pada beberapa spesies akuatik jelas sekali
mereduksi. Ada 2 kecenderungan yang cukup menonjol dalam proses evolusi
Salamander yaitu hilangnya (mereduksi) paru-paru serta adanya paedomorphosis
(adanya karakteristik larva pada Salamander dewasa) (Pough et al., 1998).
Sangat mengherankan
jika suatu hewan terestrial dapat bertahan hidup tanpa adanya paru-paru akan
tetapi pada family terbesar Salamander yaitu Plethodontidae memiliki
karakteristik tidak adanya paru-paru. Tidak adanya paru-paru mungkin terjadi
pada Salamander karena kulit Salamander memungkinkan terjadinya pertukaran gas.
Beberapa penjelasan telah disusun untuk menunjukkan keuntungan dari hilangnya
paru-paru pada Plethodontidae, hipotesis yang paling mudah diterima berkaitan
dengan evolusi hilangnya paru-paru adalah spesialisasi dari apparatus hyoideus
yang terdapat di dalam tenggorokan sebagai suatu mekanisme dalam menjulurkan
lidah untuk menangkap mangsa. Kartilago hyoideus merupakan bagian dari alat
bantu pernapasan pada Salamander yang memiliki paru-paru. Jadi pada
Plethodontidae, apparatus hyoideus yang seharusnya berperan sebagai alat bantu
pernapasan jika dia memiliki paru-paru mengalami modifikasi menjadi mekanisme
penjuluran lidah untuk menangkap mangsa dikarenakan paru-paru mereduksi.
Anggota dari Pletodhontidae yang mampu menjulurkan lidah lebih jauh
daripada panjang kepala dan tubuh dikelompokkan dalam Bolitoglossine (Pough et
al., 1998).
Paedomorphosis adalah
salah satu contoh dari fenomena evolusi yang disebut dengan heterochrony.
Herterochorny terkait dengan perubahan waktu dan tingkat dari proses
perkembangan (terutama dalam masa embryonik) yang merubah bentuk tubuh hewan
dewasanya. Hewan dewasa yang paedomorphic biasanya memiliki habitat aquatic dan
memiliki karakteristik larva seperti adanya insang luar, hilangnya kelopak mata
serta perubahan pola gigi dewasanya. Paedomorphosis merupakan karakteristik
pada beberapa Salamander aquatic seperti Proteidae. Pada family lain,
seperti Ambystomatidae, beberapa spesies paedomorphic tetap
bermetamorfosis menjadi Salamander dewasa yang terrestrial (Pough et al.,
1998).
Cau data atau Urodela
mempunya anggota sekitar 350 spesies, tersebar terbatas di belahan bumi utara;
Amerika Utara, Amerika Tengah, Asia Tengah (Cina, Jepang) dan Eropa. Bentuk
tubuh setiap anggota Salamander sangat berbeda, sehingga mudah untuk
mengidentifikasi. Kebanyakan family-family dari urodela terdapat di amerika dan
tidak terdapat di Indonesia. Sebagian besar masa hidupnya di darat. Pembuahan
ada yang eksternal dan ada yang internal. Reproduksinya ovipar dan ovovivipar.
Ciri yang lainnya yaitu tidak memiliki tympanum, mempunyai insang atau tanpa
insang dan mata kecil atau mereduksi (Pough et al., 1998).
Salamander merupakan
kelompok Amphibia yang berekor. Semua anggota dari family ini memiliki ekor
yang panjang, tubuh silinder yang memanjang serta kepala yang berbeda. Sebagian
besar memiliki tungkai yang berkembang dengan baik, biasanya pendek tergantung
pada ukuran tubuh. Tengkoraknya mereduksi dikarenakan adanya beberapa bagian
yang menghilang. Sebagian besar anggotanya memiliki fertilisasi internal meski
tak satu pun anggota dari family ini yang memiliki organ kopulasi. Fertilisasi
internal terjadi ketika jantan mendepositkan spermatopora yang kemudian akan
diterima oleh betina melalui bibir kloakanya (Zug, 1993).
Salamander
Morfologi ordo Urodela
:
Tulang
Rangka ordo urodela :
3. Ordo Anura
Nama anura
mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti namanya, anggota ordo ini mempunyai
ciri umum tidak mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai
leher dan tungkai berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar daripada
tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat. Pada
beberapa famili terdapat selaput diantara jari-jarinya.
Membrana tympanum
terletak di permukaan kulit dengan ukuran yang cukup besar dan terletak di
belakang mata. Kelopak mata dapat digerakkan. Mata berukuran besar dan
berkembang dengan baik. Fertilisasi secara eksternal dan prosesnya dilakukan di
perairan yang tenang dan dangkal. (Duellman and Trueb, 1986)
Ordo Anura dibagi
menjadi 27 famili, yaitu:
·
Ascaphidae
Leiopelmatidae
·
Bombinatoridae
Discoglossidae
·
Pipidae
Rhinophrynidae
·
Megophryidae
Pelodytidae
·
Pelobatidae
Allophrynidae
·
Bufonidae
Branchycephalidae
·
Centrolenidae
Heleophrynidae
·
Hylidae,Leptodactylidae
Myobatrachidae
·
Pseudidae
Rhinodermatidae
·
Sooglossidae
Arthroleptidae
·
Dendrobatidae
Hemisotidae
·
Hyperoliidae
Microhylidae,
·
Ranidae
Rachoporidae
Ada 5 Famili yang
terdapat di indonesia yaitu Bufonidae, Megophryidae, Ranidae, Microhylidae dan Rachoporidae.
Adapun penjelasan mengenai kelima famili tersebut adalah sebagai berikut:
a. Bufonidae
Famili ini sering
disebut kodok sejati. Ciri-siri umumnya yaitu kulit kasar dan
berbintil, terdapat kelenjar paratoid di belakang tympanum dan terdapat
pematang di kepala. Mempunyai tipe gelang bahu arciferal.
Sacara diapophisis
melebar, Bufo mempunyai mulut yang lebar akan tetapi tidak memiliki gigi.
Tungkai belakang lebih panjang dari pada tungkai depan dan jari-jari tidak
mempunyai selaput. Fertilisasi berlangsung secara
eksternal.
Famili ini terdiri
dari 18 genera dan kurang lebih 300 spesies. Beberapa contoh famili Bufo yang
ada di Indonesia antara lain: Bufo asper, Bufo biporcatus, Bufo melanosticus
dan Leptophryne borbonica. ( Eprilurahman, 2007)
(Bufo
melanostictus)
b. Megophryidae
Ciri khas yang
paling menonjol adalah terdapatnya bangunan seperti tanduk di atas matanya,
yang merupakan modifikasi dari kelopak matanya. Pada umumnya famili ini
berukuran tubuh kecil. Tungkai relatif pendek sehingga pergerakannya lambat dan
kurang lincah.
Gelang bahu
bertipe firmisternal. Hidup di hutan dataran tinggi. Pada fase berudu terdapat
alat mulut seperti mangkuk untuk mencari makan di permukaan air. Adapun contoh
spesies anggota famili ini adalah Megophrys montana dan Leptobranchium
hasselti. ( Eprilurahman, 2007)
Megophrys montana
c. Ranidae
Famili ini sering
disebut juga katak sejati. Bentuk tubuhnya relatif ramping.
Tungkai relatif panjang dan diantara jari-jarinya terdapat selaput untuk
membantu berenang. Kulitnya halus, licin dan ada beberapa yang berbintil.
Gelang bahu
bertipe firmisternal. Pada kepala tidak ada pematang seperti pada Bufo. Mulutnya lebar dan terdapat gigi seperti parut di bagian maxillanya. Sacral
diapophysis gilig. Fertilisasi secara eksternal dan
bersifat ovipar.
Famili ini terdiri
dari 36 genus. Adapun contoh spesiesnya adalah: Rana chalconota, Rana hosii,
Rana erythraea, Rana nicobariensis, Fejervarya cancrivora, Fejervarya
limnocharis, Limnonectes kuhli, Occidozyga sumatrana.( Eprilurahman,2007).
Rana chalconota
d. Microhylidae
Famili ini
anggotanya berukuran kecil, sekitar 8-100 mm. Kaki relatif
panjang dibandingkan dengan tubuhnya. Terdapat gigi pada maxilla dan
mandibulanya, tapi beberapa genus tidak mempunyai gigi.
Karena anggota
famili ini diurnal, maka pupilnya memanjang secara horizontal. Gelang bahunya
firmisternal. Contoh spesiesnya adalah: Microhyla achatina. (
Eprilurahman, 2007)
Microhyla achatina
e. Rachoporidae
Famili ini sering
ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis mempunyai kulit yang
kasar, tapi kebanyakan halus juga berbintil.
Tipe gelang bahu
firmisternal. Pada maksila terdapat gigi seperti parut. Terdapat pula gigi
palatum. Sacral diapophysis gilig. Berkembang biak dengan ovipar dan
fertilisasi secara eksternal. ( Eprilurahman, 2007).
Rhacophorus leucomystax sexvirgata
4. Ordo Proanura
Anggota-anggota
ordo ini tidak dapat diketemukan atau dapat dikatakan telah punah.
Anggota-anggota ordo ini hidupnya di habitat akuatik sebagai larva dan hanya
sedikit saja yang menunjukkan perkembangan ke arah dewasa.
Ciri-ciri umumnya
adalah mata kecil, tungkai depan kecil, tanpa tungkai belakang, kedua rahang
dilapisi bahan tanduk, mempunyai 3 pasang insang luar dan paru-paru mengalami
sedikit perkembangan. Amphibi ini tidak menunjukkan adanya dua bentuk dalam
daur hidupnya. (Duellman and Trueb, 1986)
C. Morfologi Kelas Amphibi
Kelompok hewan amfibi adalah binatang
bertulang belakang berkulit lembab tanpa bulu yang hidup di dua alam.
Kebanyakan hewan amfibi pada waktu berupa berudu hidup di air dan bernapas
dengan insang. Selanjutnya setelah dewasa hidup di darat dan bernapas dengan
paru-paru dan kulit. Hewan amfibi termasuk kelompok hewan berdarah dingin,
artinya hewan yang memanfaatkan suhu lingkungan untuk mengatur suhu tubuhnya.
Kepala dan badan
lebar bersatu, ada dua pasang kaki atau anggota, tak ada leher dan ekor. Bagian
dalam ditutupi dengat kulit basah halus lunak. Pada kepala mempunyai mulut yang lebar untuk mengambil makanan, 2 lubang hidung/ nares externa yang
kecil dekat ujung hidung yang berfungsi dalam pernapasan, terdapat sepasang
mata yang bulat, dibelakangnya terdapat 2 lubang pipih tertutup oleh membrane tympani yang berfungsi sebagai
telinga untuk menerima gelombang suara. Tiap mata mempunyai kelopak mata atas
dan bawah, serta di dalamnya mempunyai selaput mata bening membrane nictitans
untuk menutupi mata apabila berada di dalam air. Di bagian ujung belakang badan
dijumpai anus, lubang kecil untuk membuang sisa-sisa makananyang tak dicerna,
urine dan sel-sel kelamin/ telur atau sperma dari alat reproduksi.
Kaki katak terdiri atas sepasang kaki depan dan sepasang kaki belakang. Kaki depan
terdiri atas lengan atas (brancium), lengan bawah (antebrancium),
tangan (manus), dan jari-jari (digiti). Pada kaki belakang terdiri atas paha (femur), betis (crus),
kaki (pes) dan jari-jari (digiti).
Tubuh katak bentuknya bilateral simetris, dengan bagian sisi
kiri dan kanan equal. Bagian tengah disebut medial, samping/lateral, badan muka
depan adalah ujung anterior, bagian belakang disebutujung posterior, bagian
punggung atau dorsal, sedang bagian muka ventral. Bagian badan terdiri atas
kepala/ caput, kerongkongan/ cervik, dada/ thorax atau pectoral, perut atau
abdomen, pantat pelvis serta bagian kaudal pendek.
Gambar morfologi katak
Pada rongga mulut
( cavum oris), dibatasi oleh maxillae (rahang atas), sedangkan
dibagian bawah dibatasi oleh mandibula (rahang bawah) dan os hyoid. Pada
rongga mulut terdapat lingula yang pipih berpangkal pada dasar sebelah antrior
mulut.Pada permukaannya terdapat kuncup perasa dan papil yang dilapisi oleh
lendir dan dapat dijulurkan dari belkang ke muka untuk menangkap mangsa. Pada maxillae
sebelah luar terdapat denta maxillaris (gigi maxillaris), sedangkan dibelakang maxillae
terdapat gigi vormerin yang berfungsi untuk menahan mangsa yang akan
ditelan.Dekat denta vomerin terdapat dua lubang nares interna yang berhubungan
dengan nares eksterna. Glotis terletak pada medium ventral pharynx sebelah
belakang lingula yang merupakan pintu menuju ke pulmo. Dibelakang masing-masing
mata di dekat sudut mulut terdapat ostium pharyngeum dari tuba Eustachii yang
menghubungkan cavum oris dengan ruang telinga dalam.Pada katak jantan dari
banyak spesies memiliki saccus vocalis (saku suara) yang terbuka disebelah muka
dari ostium pharyngeum auditiivae Eustachii. Saku suara ini dapat dikembang
kempiskan sehingga menimbulkan suara.
D. Anatomi dan fisiologi
Sistem Rangka
Rangka katak
tersusun atas endoskeleton yang disokong oleh bagian-bagian yang lunak. Fungsi
rangka adalah untuk melindungi bagian-bagian tubuh yang vital, melekatnya otot
daging berguna untuk gerak dan berjalan. Pada fase cebong (berudu)
tulang-tulang masih lunak.Kemudian pada fase dewasa menjadi keras. Tapi pada
sambungan-sambungan tulang masih tetap lunak dengan permukaan yang
licin.Tempurung kepala,vertebrae dan sternum merupakan skeleton axiale sedang
kaki merupakan skeleton appendiculare.
Tempurung kepala
yang besar serta pipih terdiri atas:
1. Cranium yang
sempit
2. Beberapa pasang
kapsula sensoris dari hidung kapsula pendengar dan kapsula yang besar untuk
mata.
3.
Tulang-tulang rahang, os hyoid dan tulang rawan dari
larynx (skleton viseral).
Bangsa amphibi
merupakan Vertebrata yang pertama mempunyai sternum (tulang dada) tetapi
perkembangannya kurang sempurna. Tulang iga hanya pendek dan kurang
berkembang sehingga tidak berhubungan dengan sternum seperti yang terjadi pada
reptil, burung atau mamal.
Sebagian besar
amfibi mempunyai dua pasang tungkai dengan empat jari kaki pada kaki depan dan
lima jari kaki belakang.Jumlah jari mungkin ada yang berkurang seperti pada
salamander, dan pasangan tungkai tidak ada pada Caecillia.Tungkai biasanya
tidak mempunyai kuku, tapi ada semacam tanduk pada jari-jarinya.
Tulang punggung
yang bersambung dengan kepala dan extrimitas berfungsi menyokong tubuh dan
melindungi sumsum, terdiri atas 9 columna vertebralis dan urostyl, yang
merupkan silindris, masing-masing vertebrae merupakan satu segmen pendek yang
fleksibel seperti vertebrae lainnya. Tiap-tiap vertebrae terdiri atas centrum
atau corpus yang memiliki lengkung atas (archus neuralis) sebagai tempat
sumsum.Sebelah atasnya terdapat cuatan neuralis terdapat sepasang processus
articularis yang menyebabkan vertebrae dapat sedikit bergerak; tidak memunyai
tulang rusuk (costale).
Tempat tumpuan
extemitas anterior berupa cingulum cranialis (pectoral gridle) yang
berbentuk sebagai rangka yang melingkari alat-alat dalam thorax. cingulum
cranialis melekat pada vertebrae dengan otot daging. Masing-masing
setengahnya terdiri atas tulang rawan lebar. Supra scapula sebelah dorsal,
scapula kecil sebelah lateral dan clavicula yang silindris dan coracoid yang
lebar sebelah ventral.Coracoid bergabung dengan sternum yang berupa tulang
rawan besar, tersusun atas episternum, omosternum,mesosternum,xiphisternum.Pada
sternum bertemulah os scapula dan carocoid, dan terbentuk mangkok cavitalis
glenoidalis yang merupakan sendi tempat kepala os humerus.
Tumuan extemitas
posterior berupa cingulum posterior (pelvic gridle) merupakan persatuan
tulang yang mempunyai bentuk yanng terdiri atas os illium sebelah anterior, os
oschium sebelah posterior dan os pubis sebelah ventral. Pada ketiga tulang
tersebut bertemu teerdapat mangkokan yang disebut acetabulum tempat kepala os
femur melekat.Tiap-tiap bagian dari sepasang os illium yang merupakan tulang
yang memanjang sejajar dengan urostyl dan sejajar dengan sacrum.
Gambar Sistem Rangka
Katak
Bentuk tulang
mempunyai hubungan erat dengan tugasnya.Tulang tempurung kepala bersenyawa,
sedang cingulum anterior dengan cingulum posterior merupakan tulang-tulang yang
terangkai menjadi satu. Tulang yang bersenyawa tidak dapat digerak-gerakkan
terhadap satu sama lain. Pada humerus dan femur terdapat satu hubungan bentuk
bola dan mangkokan yang menyebabkan gerak putar. Hubungan engsel terdapat pada
siku dan lutut. Gerakan-gerakan itu dimungkinkan oleh adanya otot ligamen dari
jaringan ikat.Kecuali itu juga disebabkan oleh otot-otot daging yang dapat
memanjang dan memendek, sebagai penggeraknya.Pada tulang yang panjang dibedakan
atas bagian central yang disebut diaphyse sedang kedua ujungnya disebut epiphyse.Pada
tulang-tulang yang bersenyawa terdapat hubungan satu sama lain, dan
amsing-masing epiphyse dan diaphyse juga terdapat hubungan tidak
teratur dan terkunci oleh sutura.Pada katak sutura masih berupa tulang rawan,
sehingga tulang itu dapat tumbuh terus.Pada burung dan sebagian besar mamalia,
masing-masing sutura menjadi tulang keras pada saat tertentu. Dengan demikian pertumbuhan menjadi lebih besar lagi tidak mungkin terjadi.
Sistem Otot
Sistem otot pada
amfibi, seperti sistem-sistem organ yang lain, sebagai transisi antara ikan dan
reptil. Sistem otot paada ikan berpusat pada gerakana tubuh ke lateral, membuka
dan menutup mulut serta gill apertura (celah insang) dan gerakan sirip yang
relatif sederhana.Kebutuhan hidup di darat mengubah susunan ini.
Sistem otot pada amfibi masih metamerik seperti pada ikan, tetapai tampak
tanda-tanda perbedaan. Sekat horizontal membagi otot dorsal dan ventral. Bagian
dari otot epeksial atau dorsal mempengaruhi gerakan kepala. Otot ventral adalah
menjadi bukti dalam pembagian otot-otot setiap segmen tubuh amfibi.
Selanjutnya otot hipaksial terlepas atau terbagi-bagi dalam lapisan-lapisan,
kemudian membentuk otot-otot oblique eksternal,oblique internal dan otot
tranversus, sedangkan otot dermal sangat kurang.Berbagai macam gerakan pada
amfibi yaitu, berenang,berjalan, meloncat atau memanjat, melibatkan
perkembangan berbagai tipe otot.Beberapa diantaranya terletak dalam tungkai itu
dan berupa otot intrinsik.
Tubuh katak dan vertebrata lainnya mengandung tiga macam
otot daging, yaitu otot daging berserat halus, otot daging jantung, dan otot
daging berserat melintang. Perbedaan itu berdasar susunan secara mikroskopis
dan fisologis. Otot daging sebelah luar tediri atas otot daging skletal atau
otot daging yang melekat pada tulang-tulang.Otot daging tersebut terkendalikan
oleh kemauan pada gerakannya.Masing-masing otot daging itu terdiri atas
serat-serat yang satu sama lain digabung oleh jaringan ikat.Kedua ujung
biasanya melekat pada tulang yang berlainan.Bagian central yang sedikit gerak
disebut “origin” sedang bagian distal yang merupakan bagian yang banyak gerak
disebut “insertion”. Banyak otot daging yang memiliki perluasan dengan jaringan
ikat sehingga dapat membungkus sebelah ujung tulang yang disebut “tendon”.
Otot daging mengadakan aktivitas dengan jalan kontraksi yakni
memanjang-memendekkan jari;dengan demikian kedua tulang yang terikat olehnya
akan bergerak.Otot daging secara umum dibagi atas dua kelompok yang berlawanan.
Dibawah ini akan disebutkan tipe umum dari otot-otot daging dengan model
aktivitasnya dengan masing-masing contoh:
Flexor
: Mengikat satu bagian dengan bagian lain; contoh biceps sebagai pengikat
lengan bawah dengan lengan atas.
Extensor
: Meluruskan atau memperluas suatu bagian; contoh triceps meluruskan lengan
bawah pada lengan atas.
Abductor
: Menarik suatu bagian menjauh dari sumbu tubuh (atau anggota); contoh deltoid
menarik lengan ke samping.
Adductor
: Menarik satu bagian menuju ke arah sumbu tubuh (atau anggota); contoh atianus
dorsi menarik lengan keatas dan kembali.
Depressor
: Menurunkan suatu bagian; contoh depresor manbulae menggerakkan kebawah
rahang bawah untuk menggerakkan mulut.
Levator
:
Mengangkat atau meninggikan suatu bagian;contoh masseter
mengangkat rahang untuk menutup mulut.
Rotator
:
Memutar suatu bagian;contoh pyriformis, meninggikan dan memutar femur.
Otot daging yang tunduk kepada kemauan dibagian atas tiga bentuk struktur umum:
(1) otot daging lebar dan pipih misalnya obliqus externus dan transversus yang
membentuk didnding abdomen; (2) otot daging gilik (silindris) dengan ujung yang
menyisip, misalnya biceps atau deltoid dan (3) otot daging sphincter dengan
serat melingkar, misalnya sphincter ini yang berfungsi untuk menutup anus.
Dalam banyak gerakan berbagai tubuh beberapa otot daging bereaksi bersama-sama
dengan beberapa kontraksi. Koordinasi dalam hal tersebut dilaksanakan oleh
sistem saraf. Tiap-tiap serat atau berkas otot mempunyai akhir ujung saraf
motoris yang membawa perintah untuk merangsang kontraksi.
Sistem Pencernaan
Di dalam mulut
terdapat gerigi kecil di sepanjang rahang atas, dan ada gigi vomerin pada
langit-langit mulut. Lidah berotot dan bfurfate (cabang dua) pada ujungnya, dan
bertaut pada bagian anterior mulut. Saluran pencernaan mulai dari esophagus
(bedinding lurus dan besar) langsung bersatu dengan lambung. Lambung memanjang
dan erkelok ke samping kiri dan berotot. Usus terdiri dari intestinum (keci,
panjang, berkelok-kelok), rectum yang langsung bersatu dengan cloaca. Hati dn
pancreas mempunyai mempunyai saluran-saluran menuju ke duodenum, kandung empedu,
lambung intestinum. Pada potongan melintang intestinum terdiri dari empat
lapisan, yaitu: peritoneum, lapisan otot, submukosa dan mukosa (Brotowidjoyo,
1994: 56).
Alat pencernaan
makanan diawali oleh cavum oris dan di akhiri oleh anus. Pada beberapa bagian
dari trackus digestoria mempunyai struktur dan ukuran yang berbeda. Mangsa yang
berupa hewan kecil yang ditangkap untuk dimakan akan dibasahi oleh air liur.
Katak tidak begitu banyak mempunyai kelenjar ludah. Dari cavum oris makanan
akan melalui pharynx, oesophagus yang menghasilkan sekresi alkalis dan
mendorong makanan masuk ke dalam vetriculus yang berfungsi sebagai gudang
pencernaan. Kontraksi dinding otot ventriculus meremas makanan menjadi hancur
dan dicampur dengan sekresi ventriculus yang mengandung enzim, yang merupakan
katalisator. Enzim yang dihasilkan oleh ventriculus dan intestinum terdiri atas
pepsin, tripsin, erepsin untuk protein, lipase untuk lemak. Di samping itu
ventrikulus menghasilkan asam klorida untuk mengasamkan bahan makanan. Gerakan
yang menyebabkan bahan makanan berjalan dalam saluran disebut gerak
peristaltik. Makanan masuk ke dalam intestinum dari ventriculus melalui klep
pyloris. Kelenjar pencernaan yang besar ialah hepar dan pancreaticum yang
memberikan sekresinya pada intestinum. Hepar yang besar terdiri dari beberapa
lobus dan bilus (zat empedu) yang dihasilkan akan ditampung sementara dalam
vesica felea, yang kemudian akan dituangkan dalam intestinum melalui ductus
Cystecus dahulu kemudian melalui ductus cholydocus yang merupakan saluran
gabungan dengan dengan saluran yang dari pankreas. Fungsi bilus untuk
mengemulsikan zat lemak. Bahan yang merupakan sisa di dalam intestinum mayor
menjadi feses dan selanjutnya di keluarkan melalui anus.
Amfibi darat juga memiliki kelenjar intermaksilari pada dinding mulutnya. Ada
beberapa amfibi yang lidahnya tidak dapat bergerak, tetapi sebagian besar
bangsa Amfibi mempunyai lidah yang dapat dijulurkan ke luar serta katak dan
kodok lidah digulung ke lambung. Usus menunjukkan berbagai variasi. Pada
Caecillia menunjukkan ada gulungan kecil dan tidak dibedakan antara usus kecil
dan usus besar, pada katak dan kodok terdapat usus yang relatif panjang,
menggulung yang membuka kloaka.
Sistem saraf
Sistem saraf pada
amfibi terdiri atas sistem saraf sentral dan sistem saraf periforium.
Sistem saraf sentral terdiri dari : encephalon (otak) dan medulla
spinalis. Enchephalon terdapat pada kotak otak (cranium).
Pada sebelah dorsal akan tampak dua lobus olfactorium menuju saccus
nasalis, dua haemisperium cerebri atau cerebrum kanan kiri
yang berbentuk ooid yang dihubungkan dengan comisure anterior,
sedangkan bagian anteriornya dergabung dengan dienchepalon medialis.
Dibagian belakang ini terdapat dua bulatan lobus opticus yang ditumpuk
otak tengah tengah (mesenchepalon) sebelah bawahnya merupakan cerebreum
(otak kecil). Dibelakang terdapat bagian terbuka sebelah atas yakni medulla
oblongata yang berhubungan dengan medulla spinalis dan berakhir
disebelah felium terminale (Jasin, 1984: 271).
Terdiri atas sistem nervorum central dan sistem nervorum
periforium. Dalam Sistem nervorum central terdiri dari encephalon (otak)
dan medulla spinalis (nervecord). Encephalon terdapat dalam kotak otak
(Cranium). Dari pandangan sebelah dorsal akan tampak dua lobus olfactorius
menuju saccus nasalis, dua hemispherium cerebri atau cerebrum kanan kiri yang
berbentuk ovoid yang dihubungkan oleh comissura anterior sedang bagian
anteriornya bergabung dengan diencephalon medialis. Di bagian belakang terdapat
dua bulatan lobus opticus yang ditumpu otak tengah (mesencephalon)
sebelah bawah dan selanjutnya diikuti oleh cerebellum (otak kecil) yang
merupakan bagian kecil. Di belakangnya terdapat bagian yang terbuka sebelah
atas yaitu medulla oblongata yang selanjutnya berhubungan dengan medulla
spinalis, berakhir di sebelah caudal dengan felium terminale. Diencephalon
mempunyai badan sebelah dorsal yang disebut epiphyse atau glandulae pinealis.
Di bawah diencephalon terdapat chiasma opticua, yang selanjutnya diikuti oleh
infudibulum yang tumbuh keluar sebagai segitiga tumpul dengan hypophyse atau
glandulae pituitaria pada posteriornya. Di dalam otak terdapat rongga-rongga
yang disebut ventriculus. Cairan cerebrospinalis mengisi ventriculus-ventriculus
tersebut dan sekitar otak. Pertukaran zat atau metabolism pada otak dilakukan
oleh pembuluh-pembuluh darah arteri dan venulae yang meliputi jaringan
permukaan otak. Otak dan medulla spinalis dibungkus oleh dua membran yang tebal
yaitu duramater yang berbatasan dengan tulang, dan membran halus yaitu piamater
yang berbatasan dengan jaringan saraf. System nervorum perivorum terdiri atas
nervi Cranialis dan nervi spinalis. Nervi spinalis berpusat pada otak di
berbagai lobus.
Sistem respirasi
Respirasi adalah
suatu proses penyediaan oksigen bagi tubuh. Sistem ini terdiri atas paru-paru
(pulmo) dan cutan (kulit), serta lapisan rongga kulit. Alat-alat ini mempunyai
permukaan yang basah (lapisan epithelium yang banyak mengandung pembuluh
darah). Oksigen yang berasal dari udara larut dalam cairan permukaan respirasi
dengan jalan difusi masuk ke pembuluh darah. Dalam proses ini hemoglobin
memegang peranan dalam oksidasi yang selanjutnya akan dibawa ke
jaringan-jaringan tubuh yang memerlukan. Sebagian besar karbondioksida diangkut
oleh plasma darah dari jaringan ke alat respirasi. Struktur paru-paru amphibi
masih sederhana. Paru-paru katak terdiri atas dua sakus yang elastis yang
berisi lipatan yang membentuk kamar-kamar kecil yang disebut alviola, yang
masing-masing diliputi oleh pembuluh-pembuluh kapiler. Masing-masing sakus
paru-paru dihubungkan dengan saluran bronchi yang pendek, kemudian kedua
bronchi bersatu menuju larynx (kotak suara) dengan lubangnya yang disebut
glottis.
Pada kodok, oksigen berdifusi
melalui kulit, dan paru-paru. Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang
karena hidupnya di air. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat
pernapasan karena tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat
itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, Iubang hidung terbuka
dan glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi
masuk melalui selaput rongga mulut yang tipis. Selain bernapas dengan selaput
rongga mulut, katak bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan karna kulitnya
selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler sehingga gas
pernapasan mudah berdifusi (Godknecht, 2004).
Oksigen yang masuk
lewat kulit akan melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung
untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan
di bawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri
kulit pare-paru (arteri pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan
karbon dioksida dapat terjadi di kulit. Selain bernapas dengan selaput rongga
mulut dan kulit, katak bernapas juga dengan paruparu walaupun paru-parunya
belum sebaik paru-paru mamalia. Katak mempunyai sepasang paru-paru yang
berbentuk gelembung tempat bermuaranya kapiler darah. Permukaan paru-paru
diperbesar oleh adanya bentuk- bentuk seperti kantung sehingga gas pernapasan
dapat berdifusi. Paru-paru dengan rongga mulut dihubungkan oleh bronkus yang
pendek. Dalam paru-paru terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya
terjadi saat mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya oksigen)
yang masuk lewat selaput rongga mulut dan kulit berdifusi pada
gelembung-gelembung di paru-paru.
Mekanisme inspirasi adalah dimulai dari otot Sternohioideus berkonstraksi
sehingga rongga mulut membesar, akibatnya oksigen masuk melalui koane. Setelah
itu koane menutup dan otot rahang bawah dan otot geniohioideus berkontraksi
sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen
masuk ke paru-paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru terjadi pertukaran gas,
oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler dinding paru-paru dan
sebaliknya, karbon dioksida dilepaskan ke lingkungan.
Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut. Otot-otot perut dan sternohioideus
berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru tertekan keluar dan masuk ke dalam
rongga mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya koane membuka. Bersamaan
dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi yang juga diikuti dengan
berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil. Dengan
mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya karbon dioksida keluar.
System respirasi pada
amphibi
Sistem Reproduksi
Reproduksi pada
amphibi ada dua macam yaitu secara eksternal pada anura pada umumnya dan
internal pada Ordo Apoda. Proses perkawinan secara eksternal dilakukan di dalam
perairan yang tenang dan dangkal.
Di musim kawin, pada
anura ditemukan fenomena unik yang disebut dengan amplexus, yaitu katak jantan
yang berukuran lebih kecil menempel di punggung betina dan mendekap erat tubuh
betina yang lebih besar. Perilaku tersebut bermaksud untuk menekan tubuh betina
agar mengeluarkan sel telurnya sehingga bisa dibuahi jantannya.
Amplexus bisa terjadi
antara satu betina dengan 2 sampai 4 pejantan di bagian dorsalnya dan sering
terjadi persaingan antar pejantan pada musim kawin. Siapa yang paling lama
bertahan dengan amplexusnya, dia yang mendapatkan betinanya.
Amphibi berkembang biak secara ovipar, yaitu dengan bertelur, namun ada juga
beberapa famili amphibi yang vivipar, yaitu beberapa anggota ordo apoda.
(Duellman and Trueb, 1986)
Reproduksi pada katak
yaitu dengan cara fertilisasi eksternal, katak jantan menjepit katak betina
ketika perkawinan (yaitu ketika telur dilepaskan dan sperma disemprotkan)
(Brotowijdoyo.1989: 201).
Organon
Uropetricum
Ginjal amfibi, seperti pada ikan sejenis opistonefros.
Amfibi berekor ginjalnya berstruktur elongasi seperti pada Elasmobranchii
tetapi pada jenis Anura ada tendensi menjadi pendek. Banyak amphibi yang
sebagian atau seluruh hidupnya berada dalam air, korpuskel renalis nya
berkembang untuk membantu mencegah pengenceran yang berlebihan dari cairan
tubuh. Pembuluh arkinefrik amfibi jantan berupa genital ekskretori. Pembuluh
arkinefrik tersebut hanya melakukan transport sperma.
Sistem ini masih
disebut sebagai suatu sistem gabungan karena masing-masing sistem masih
tergabung pada kloaka sebagai muara bersama baik untuk sistem ekskresi maupun
untuk sistem reproduksi, dan kecuali untuk feses.
Sistem ekskresi sebagai sistem pembuangan zat-zat yang tidak berguna pada
amphibi dilakukan oleh kulit, paru-paru, dan beberapa zat yang tidak berguna
itu dilepaskan oleh hati berupa empedu dan yang terpenting dilakukan oleh ren.
Ren yang berbentuk bulat panjang, berwarna coklat terpisah dari coelom di bawah
vertebrae. Pemisahan ini disebut “retroperitonial”. Ren merupakan alat filter
selektif untuk membuang sisa-sisa zat organis dan garam-garam mineral dari
pembuluh darah. Proses filtrasi terjadi pada capsula
renalis. Sebuah capsula renalis terdiri atas:
1.
Pembuluh darah kecil yang berlekuk-lekuk yang disebut
“glomerulus”
2.
Dinding ganda yang berbentuk mangkokan yang disebut
“capsula bowman”
3.
Tubulus uriniferus yang merupakan pembuluh lanjutan dari
capsula bowman dililiti oleh pembuluh darah arteri. Tubulus itu akan
menyalurkan isinya pada pembuluh pengumpul yang disebut ductus Wolfian atau
ureter, yang merupakan pembuluh sepanjang dorsal menuju ke vesica
urinaria sebagai penyimpan sementara. Akhirnya urin sebagai bahan sampah
dibuang ke kloaka dan selanjutnya dikeluarkan dari tubuh.
Organon Genitale
Organon ini terdiri atas:
Organon genitalis masculinus yang berupa sepasang testis
berbentu oval berwarna keputih-putihan, terletak di sebelah anterior dari ren;
diikat oleh alat penggantungnya yang kita sebut mesorchium yang terjadi
dari lipatan peritoneum. Di sebelah cranial testis melekatlah corpus adiposum,
suatu zat lemak yang berwarna kekuning-kuningan, sedang di sebelah median
dataran testis terdapat saluran-saluran halus yang disebut vasa efferentia yang
bermuara pada saluran kencing, kemudian menuju ke kloaka. Akhir dari ureter
mengalami pembesaran dan disebut vesicular seminalis, sebagai tempat
penampungan spermatozoa sementara.
Organon genitalis femimus yang
terdiri atas sepasang ovarium dilekatkan dengan bagian dorsal coelom oleh alat
penggantung yang disebut mesovarium, yang terjadi dari lipatan peritoneum.
Pada hewan yang telah dewasa kadang-kadang terdapat ova yang berwarna hitam dan
putih berbentuk bintik-bintik. Pada ovarium juga terdapat corpus adiposum
yang berwarna kekuning-kuningan. Pada “breeding season” ova yang telah masak
menembus dinding ovarium untuk masuk ke dalam oviduct, yaitu suatu
saluran yang berkelok-kelok dengan ujung terbuka sehingga tidak berhubungan
dengan ovarium. Pada sebelah posterior saluran ini melebar dengan dinding yang
tipis, kadang-kadang ada yang menyebut sebagai uterus. Selanjutnya ovum menuju
ke kloaka pada suatu papilae. Fertilisasi terjadi di luar tubuh, tapi walaupun
demikian pada “breeding season” katak jantan menempel di punggung katak betina
untuk memudahkan terjadinya fertilisasi.
Sistem reproduksi
pada katak
Organ Indra
Perubahan yang terjadi pada lingkungan hewan merupakan rangsangan bagi organon
sensoris atau receptor tubuh. Organon sensoris mempunyai hubungan dengan nervi
sensori yang membawa rangsangan ke pusat (lobos pada otak). Tiap-tiap
rangsangan akan merangsang organon sensoris tertentu. Organon visus akan
menerima rangsangan yang berupa gelombang sinar, sedangkan reseptor kulit
menerima rangsangan yang berupa sentuhan. Pada lingua terdapat papil-papil yang
berupa tonjolan yang berisi reseptor perasa yang peka terhadap zat-zat kimia
yang larut dalam air. Saccus nasalis yang mengandung receptor yang peka
terhadap rangsangan yang berupa gas. Telinga yang berisi organon auditorius dan
alat kesetimbangan tubuh.
Lensa mata tetap dan tidak berubah kecembungannya untuk jarak pandangan yang
relative jauh. Kelopak mata kurang bagus bagi yang di air tetapi berkembang
bagus pada spesies yang di darat. Kelopak bagian bawah biasanya lebih mudah
bergerak daripada bagian atas karena kornea amphibi darat menjadi kering akibat
evaporasi, sehingga perlu dibasahi dengan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar
Harderian. Parietal dan pinael body berfungsi sebagai fotoreseptor, sensitive
terhadap gelombang panjang dan intensitas cahaya, berperan dalam termoregulasi
dan orientasi arah. Untuk alat pendengaran, salamander dan golongannya tidak
mempunyai pendengaran tengah, sedangkan katak dan kodok mempunyai pendengaran
tengah dan gendang telinga.
Sistem Kelenjar Endokrin
Sistem endokrin mirip dengan vertebrata tingkat tinggi. Pada dasar otak
terdapat glandula pituitari atau glandula hypophysa. Bagian
anteriokelenjar ini pada larva menghasilkan hormon pertumbuhan. Hormon ini
mengontrol pertumbuhan tubuh terutama panjang tulang. Bila seekor berudu
diambil bagian anterior glandula hypophysanya, berudu tersebut tak akan tumbuh
menjadi katak. Tapi bila potongan ini ditranspantasikan kembali, maka
pertumbuhan akan terjadi sebagaimana mestinya. Pemberian hormon yang dihasilkan
oleh bagian anterior glandula hypophysa ini baik secara oral maupun
suntik mengakibatkan pertumbuhan raksasa. Kelenjar paratiroid ada (tidak ada
pada ikan), sebagai regulator kalsium dalam sistem endokrin.
Pada katak dewasa bagian anterior glandula pituitaria ini menghasilkan
hormon yang merangsang gonad untuk menghasilkan sel kelamin. Jika
dilakukan inplantasi kelenjar ini dengan sukses pada seekor katak dewasa yang
tak dalam keadaan berkembangbiak , maka mulai saat itu segera terjadi
perubahan. Inplantasi pada katak betina menyebabkan hewan ini menghasilkan ovum
yang telah masak. Inplantasi pada katak jantan mengakibatkan hewan ini
menghasilkan sperma.
Bagian tengah glandula pituitaria akan menghasilkan
hormon intermidine yang mempunyai peranan dalam pengatran chromorophora dalam
kulit.
Bagian posterior glandula pituitaria menghasilkan suatu hormon yang
mengatur pengambilan air.
Glandula thyroidea yang terdapat di belakang tulang rawan hyoid menghasilkan
hormon thyroid yang mengatur metabolisme secara umum. Kelenjar ini
menjadi besar pada berudu sebelum metamorphose menjadi katak. Jika kelenjar ini
di ambil maka berudu tidak akan menjadi katak. Bila ekstrak ini disuntikan pada
berudu yang secara normal memerlukan waktu dua tahun (untuk katak yang diam di
daerah dingin ) untuk berubah menjadi dewasa maka waktu metamorphose ini akan
dipercepat. Kelenjar tiroid tidak hanyamengatur aktivitas metabolisme tubuh
tetapi dipercaya sangat penting dalam mempengaruhi periode pengelupasan lapisan
luar kulit.
Kelenjar pancreas di samping menghasilkan enzim juga menghasilkan hormon insuline
yang mengatur metabolisme zat gula. Hormon ini juga dihasilkan oleh
sekelompok sel dalam pulau Langerhans.
Pada permukaan sebelah luar dari ginjal terdapat glandulae supra renalis
atau glandulae adrenalis yang menghasilkan hormon adrenalin
atau aphinephrine yang bekerja berlawanan dengan insuline (hormon
adrenalin mengubah glycogen menjadi glucosa, kecuali itu menyebabkan pigmen
mengumpul sehingga kulit berwarna lebih gelap. Kelenjar adrenal, korteks
dan medula bergabung tidak terpisah seperti pada ikan.
E.
Habitat
dan persebaran
Amphibi muncul pada
pertengahan periode Jura, pra era Paleozoik sebagai vertebrata yang tertua.
Kebanyakan Amfibi adalah hewan tropis, karena sifatnya yang poikiloterm atau
berdarah dingin. Amphibi memerlukan sinar matahari untuk
mendapatkan panas ke tubuhnya, karena tidak bisa memproduksi panas sendiri.
Oleh karena itu
banyak amphibi yang ditemukan di wilatah tropis dan sub tropis, termasuk di
seluruh indonesia.
Amphibi umumnya
merupakan makhluk semi akuatik, yang hidup di darat pada daerah yang terdapat
air tawar yang tenang dan dangkal. Tetapi ada juga amphibi yang hidup di pohon
sejak lahir sampai mati, dan ada juga yang hidup di air sepanjang hidupnya.
Amphibi banyak
ditemukan di areal sawah, daerah sekitar sungai, rawa, kolam, bahkan di
lingkungan perumahan pun bisa ditemukan.
F.
Relasi
dengan Manusia
Adapun relasi
manusia dengan katak adalah sebagai berikut:
a.
Digunakan
untuk pengobatan khususnya di negara Cina
b.
Dijadikan
bahan kosmetik
c.
Dijadikan sebagai bahan penelitian ilmu pengetahuan
d.
Digunakan sebagai umpan ikan
e.
Salah satu kelas amphibi yaitu Bufo melanosticus
sebagai alat tes kehamilan
f.
Digunakan sebagai bahan makanan
g.
Dijadikan hewan peliharaan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan
tersebut dapat disimpulkan bahwa, kedudukan amphibia dalam sistem klasifikasi
yaitu:
Kerajaan
: Animalia
Filum
: Chordata
Upafilum
: Vertebrata
Superkelas :
Tetrapoda
Kelas
: Amphibia
Kata amphibi berasal
dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu “Amphi” (rangkap)
dan “bios” (hidup). Atau dapat diartikan sebagai hewan bertulang
belakang (vertebrata) dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh
rambut yang hidup di dua alam; yakni di air dan di daratan.
Anggota amphibia
terdiri dari 4 ordo yaitu Urodela (Salamander), Apoda (Caecilia), dan Anura (
katak dan kodok), Proanura (telah punah).
Adapun morfologi kelas amphibi yaitu kepala dan badan
lebar bersatu, ada dua pasang kaki atau anggota, tak ada leher dan ekor. Kaki katak terdiri atas sepasang kaki depan dan
sepasang kaki belakang. Kaki depan terdiri atas lengan atas (brancium),
lengan bawah (antebrancium), tangan (manus), dan jari-jari (digiti). Pada kaki belakang terdiri atas paha (femur), betis (crus),
kaki (pes) dan jari-jari (digiti).
Anatomi kelas
amphibi yaitu
·
Rangka katak tersusun atas endoskeleton yang disokong
oleh bagian-bagian yang lunak.Fungsi rangka adalah untuk melindungi
bagian-bagian tubuh yang vital, melekatnya otot daging berguna untuk gerak dan
berjalan.
·
Sistem otot pada amfibi masih metamerik seperti pada
ikan, tetapai tampak tanda-tanda perbedaan. Tubuh katak dan vertebrata lainnya
mengandung tiga macam otot daging, yaitu otot daging berserat halus, otot
daging jantung, dan otot daging berserat melintang.
·
Jantung amfibi terdiri dari tiga ruang yaitu 2 atrium dan
1 ventrikel. Jantung mempunyai sekat interatrial, kantong
ventrikulur, dan pembagian konus arteriosus dalam pembuluh sistemik dan pembuluh
pulmonari.
·
Sistem lymphatic terdiri dari beberapa macam saccus yaitu : Saccus
submaxillaris, Saccus pectolaris, Saccus abdominalis, Saccus lateralis, Saccus
brachialis, Saccus femuralis, Saccus inter-femuralis dan Saccus cruralis.
·
Sistem pencernaan terdiri atas beberapa alat pencernaan yaitu cavum
oris, pharynx, oesophagus, ventriculus, intestinum dan di akhirin oleh
anus.
·
Respirasi adalah suatu proses penyediaan oksigen bagi tubuh. Sistem ini
terdiri atas paru-paru (pulmo) dan cutan (kulit), serta lapisan rongga kulit.
·
Sistem urogenital disebut sebagai suatu sistem gabungan karena
masing-masing sistem masih tergabung pada kloaka sebagai muara bersama baik
untuk sistem ekskresi maupun untuk sistem reproduksi, dan kecuali untuk feses.
Terdiri dari organon uropetricum dan organon genitalis. Organon genitalis terdiri
dari organon
genitalis masculinus dan organon
genitalis feminus.
·
Sistem
saraf terdiri atas sistem nervorum central dan sistem nervorum periforium.
·
Sistem
indra terdiri dari beberapa organ seperti lingua, organon visus Saccus nasalis,
telinga.
·
Sistem
endokrin terdiri dari beberapa glandula yang menghasilkan hormone tertentu
yaitu glandula pituitari atau glandula hypophysa, glandula thyroidea, kelenjar pancreas, glandulae supra
renalis atau glandulae adrenalis
Amphibi umumnya
merupakan makhluk semi akuatik, yang hidup di darat pada daerah yang terdapat
air tawar yang tenang dan dangkal. Tetapi ada juga amphibi yang hidup di pohon
sejak lahir sampai mati, dan ada juga yang hidup di air sepanjang hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
Djarubito
Brotowidjoyo, Mukayat.1994. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Campbell, Reece,
Michele. 2003. Biologi Edisi Kelima-Jilid III. Jakarta: Erlangga.
Tuti Kurniati, M.Pd,
Bintarti Yusriana, M.Si, Sumiyati Sa’adah M.Si. 2011. Zoologi
Vertebrata. Prodi Pendidikan Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. UIN
SGD Bandung.
http://202.153.132.136/hadiruntukmu/fahutanipb/BOBY%20DARMAWAN_E34103018.pdf
http://zonabawah.blogspot.com/2011/07/sistem-rangka-dari-kelasamfibiamphibia.html
http://ksh.biologi.ugm.ac.id/index.php?option=com_content&view=section&layout=blog&id=3&Itemid=14
http://id.wikipedia.org/wiki/Amfibia
http://www.gudangmateri.com/2010/03/amphibi.html
http://biologionline.blogspot.com/2011/04/kelas-amphibia.html
http://blog.uad.ac.id/uminatifatulchusnah/2011/12/06/kelas-amphibia/
http://zonabawah.blogspot.com/2011/07/morfologi-amfibiamphibia.html
www.scribd.com/doc/80092463/dunia-hewan
http://dhey2riska.blogspot.com/2009/10/kelas-amfibi-hewan-amfibi-kelas.html
No comments:
Post a Comment