Friday, 30 July 2021

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

Sel-sel hidup dalam tubuh diselubungi cairan interstisial yang mengandung konsentrasi nutrien, gas dan elektrolit yang di butuhkan untuk mempertahankan fungsi normal sel. Kelangsungan hidup memerlukan lingkungan internal yang konstan (homeostatis). Mekanisme regulator penting untuk mengendalikan keseimbangan volume, komposisi dan keseimbangan  asam basa cairan tubuh selama fluktuasi metabolik normal atau saat terjadi abnormalisasi  seperti penyakit atau trauma.

Menjaga agar volume cairan tubuh tetap relatif konstan dan komposisinya tetap stabil adalah penting untuk homeostatis. Sistem pengaturan mempertahankan konstannya cairan tubuh, keseimbangan cairan dan elektrolit dan asam basa, dan pertukaran kompartemen cairan ekstraseluler dan intraseluler.

Kehidupan manusia sangat bergantung pada apa yang ada di sekelilingnya termasuk dalam  memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu makan dan minum lebih kurang 60% berat badan orang dewasa pada umumnya terdiri dari cairan (air dan elektrolit). Faktor yang mempengaruhi jumlah cairan tubuh adalah umur, jenis kelamin, dan kandungan lemak dalam tubuh.

Secara umum orang yang lebih muda mempunyai persentase cairan tubuh yang lebih tinggi dibanding dengan orang yang lebih tua, dan pria secara proporsional mempunyai lebih banyak cairan tubuh dibanding dengan wanita. Orang yang lebih gemuk mempunyai jumlah cairan yang lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang lebih kurus, karena sel lemak mengandung sedikit air.

 

1.2  Rumusan Masalah

1.            PengertianKeseimbanganCairandan elektrolit tubuh

2.            Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

3.            Faktor yang mempengaruhi keseimbangan normal cairan dan elektrolit

4.            Asuhan keperawatan pada keseimbangan cairan dan elektrolit

 

1.3  Tujuan Masalah

1.            Mahasiswa dapat menjelaskan keseimbangan cairan dan elektrolit

2.            Mahasiswa dapat menjelaskan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

3.            Mahasiswa dapat menjelaskan variabel apa saja yang mempengaruhi keseimbangan normal cairan dan elektrolit

4.            Mahasiswa dapat melaksanakan proses keperawatan dan ketidakseimbangan cairan dan elektroli


BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1     Pengertian

Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.

Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.

Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

a)      Distribusi Cairan Tubuh

Didistribusikan dalam dua kompartemen yang berbeda.

1.       Cairan Ekstrasel, tediri dari cairan interstisial (CIS) dan Cairan Intravaaskular. Cairan interstisial mengisi ruangan yang berada diantara sebagian besar sel tubuh dan menyusun sebagian besar cairan tubuh. Sekitar 15% berat tubuh merupakan cairan tubuh interstisial.

Cairan intravascular terdiri dari plasma, bagian cairan limfe yang mengandung air tidak berwarna, dan darah mengandung suspensi leukosit, eritrosit, dan trombosit. Plasma menyusun 5% berat tubuh.

2.       Cairan Intrasel adalah cairan didalam membran sel yang berisi subtansi terlarut atau solut yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit serta untuk metabolisme. Cairan intrasel membentuk 40% berat tubuh. Kompartemen cairan intrasel memiliki banyak solute yang sama dengan cairan yang berada diruang ekstrasel. Namun proporsi subtansi subtansi tersebut berbeda. Misalnya, proporsi kalium lebih besar didalam cairan intrasel daripada dalam cairan ekstasel.

3.       Secara Skematis Jenis dan Jumlah Cairan Tubuh dapat digambarkan sebagai berikut :

Distribusi cairan tubuh adalah relatif tergantung pada ukuran tubuh itu sendiri.

ü  dewasa 60%

ü  anak-anak 60 – 77%

ü  infant 77%

ü  embrio 97%

ü  manula 40 – 50 %

Pada manula, prosentase total cairan tubuh berkurang dikarenakan sudah mengalami kehilangan jaringan tubuh.

ü  intracellular volume = total body water – extracellular volume

ü  interstitial fluid volume = extracellular fluid volume – plasma volume

ü  total bloods volume = plasma volume / (1 - hematocrite)

Fungsi Cairan Tubuh

a.       memberi bentuk pada tubuh

b.      berperan dalam pengaturan suhu tubuh

c.       berperan dalam berbagai fungsi pelumasan

d.      sebagai bantalan

e.       sebagai pelarut dan tranfortasi berbagai unsur nutrisi dan elektrolit

f.       media untuk terjadinya berbagai reaksi kimia dalam tubuh

g.      untuk performa kerja fisik

 

b)      Komposisi Cairan Tubuh

Zat

Plasma

(mOsm/l)

Intertisial

(mOsm/l)

Intraselular

(mOsm/l)

Na+

142

139

14

K+

4,2

4,0

140

Ca2+

1,3

1,2

0

Mg2+

0,8

0,7

20

Cl-

108

108

4

HCO3-

24

28,3

1,0

HPO4-, H2PO4

2

2

11

SO42-

0,5

0,5

1

Fosfokreatin

-

-

45

Kamosin

-

-

14

Asam amino

2

2

8

Kreatin

0,2

0,2

9

Laktat

1,2

1,2

1,5

Adenosin trifosfat

-

-

5

Heksosa monofosfat

-

-

3,7

Glukosa

5,6

5,6

-

Protein

1,2

1,2

4

Ureum

4

4

4

Lain-lain

4,8

3,9

10

Total mOsm/l

301,8

300,8

301,2

Aktivitas osmolar terkoreksi

282

281

281

Tekanan osmotik total

5443

5423

5423

 

c)      Pergerakan Cairan Tubuh

Mekanismepergerakancairantubuhmelaluienam proses, yaitu :

a.       Difusi

Perpindahan partikel melewati membran permeabel dan sehingga kedua kompartemen larutan atau gas menjadi setimbang. Partikel listrik juga dapat berdifusi karena ion yang berbeda muatan dapat tarik menarik. Kecepatan difusi (perpindahan yang terus menerus dari molekul dalam suatu larutan atau gas) dipengaruhi oleh :

ü  ukuran molekul ( molekul kecil lebih cepat berdifusi dari molekul besar).

ü  konsentrasi molekul (molekul berpindah dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah).

ü  temperatur larutan (temperatur tinggi meningkatkan kecepatan difusi).

b.      Osmosis

Pelarut bergerak melewati membran menuju larutan yang berkonsentrasi lebih tinggi. Tekanan osmotik terbentuk ketika dua larutan berbeda yang dibatasi suatu membran permeabel yang selektif. Proses osmosis (perpindahan pelarut dari dari yang konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi), dipengaruhi oleh :

ü  pergerakan air

ü  semipermeabilitas membran.

c.       Transfor aktif

Merupakan proses pemindahan molekul atau ion yang memiliki gradien elektrokimia dari area berkonsentrasi rendah menuju konsentrasi yang lebih tinggi. Pada proses ini memerlukan molekul ATP untuk melintasi membran sel.

d.      Tekanan hidrostatik

Gaya dari tekanan zat cair untuk melawan tahanan dinding pembuluh darah. Tekanan hidrostatik berada diantara arteri dan vena (kapiler) sehingga larutan ber[indah dari kapiler ke intertisial. Tekanan hidrostatik ditentukan oleh :

ü  kekuatan pompa jantung

ü    kecepatan aliran darah

ü  tekanan darah arteri

ü  tekanan darah vena

e.       filtrasi

Filtrasi dipengaruhi oleh adanya tekanan hidrostatik arteri dan kapiler yang lebih tinggi dari ruang intertisial. Perpindahan cairan melewati membran permeabel dari tempat yang tinggi tekanan hidrostatiknya ke tempat yang lebih rendah tekanan hidrostatiknya.

 

f.       Tekanan osmotik koloid

Terbentuk oleh larutan koloid (protein atau substansi yang tidak bisa berdifusi) dalam plasma. Tekanan osmotik koloid menyebabkan perpindahan cairan antara intravaskuler dan intertisial melewati lapisan semipermeabel. Hal ini karena protein dalam intravaskuler 16x lebih besar dari cairan intertisial, cairan masuk ke capiler atau kompartemen pembuluh darah bila pompa jantung efektif.

Perpindahancairandanelektrolittubuhterjadidalamtigafaseyaitu :

1.            FaseI :

Plasma darah pindah dari seluruh tubuh kedalam system sirkulasi, dannutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.

2.            Fase II :

 Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel

3.            Fase III :

Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk kedalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membrane sel yang merupakan membrane semi permiabel mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.

d)     Pengaturan Cairan tubuh

Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.

1.      Asupan

Asupan (intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa adalah ± 2500cc per hari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau ditambah dari makanan lain. Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi ketidakseimbangan volume cairan tubuh di mana asupan cairan kurang atau adanya perdarahan, maka curah jantung menurung, menyebabakan terjadinya penurunan tekanan darah.

2.      Pengeluaran

Pengeluaran (output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi asupan cairan pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah ±2300 cc. Jumlah air yang paling banyak keluar berasal dari ekskresi ginjal (berupa urine), sebanyak ±1500 cc per hari pada orang dewasa. Hal ini juga dihubugkan dengan banyaknya asupan air melalui mulut. Asupan air melalui mulut dan pengeluaran air melalui ginjal mudah diukur, dan sering dilakukakan melalui kulit (berupa keringat) dan saluran pencernaan (berupa feses). Pengeluaran cairan dapat pula dikategorikan sebagai pengeluaran cairan yang tidak dapat diukur karena, khususnya pada pasien luka  bakar atau luka besar lainnya, jumlah pengeluaran cairan (melalui penguapan) meningkat sehingga sulit untuk diukur. Pada kasus seperti ini, bila volume urine yang dikeluarkan kurang dari 500 cc per hari, diperlukan adanya perhatian khusus. Setiap 1 derajat celcius akan berpengaruh pada output cairan.

Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan pengawasan asupan dan pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan pernapasan, deman, keringat, dan diare dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan adalah muntah secara terus menerus.

Hasil-hasil pengeluaran cairan adalah:

1.            Urine

Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika urinaria (kandung kemih). Proses ini merupakanproses pengeluaran cairan tubuh yang utama. Cairan dalam ginjal disaring pada glomerulus dan dalam tubulus ginjal untuk kemudian diserap kembali ke dalam aliran darah. Hasil ekskresi terakhir proses ini adalah urine. Jika terjadi penurunan volume dalam sirkulasi darah, reseptor atrium jantung kiri dan kanan akan mengirimkan impuls kembali ke ginjal dan memproduksi ADH sehingga mempengaruhi pengeluaran urine.

2.            Keringat

Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu yang panas. Keringat banyak mengandung garam, urea, asam laktat, dan ion kalium. Banyaknya jumlah keringat yang keluar akan memengaruhi kadar natrium dalam plasma.

3.            Feses

Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat. Pengeluaran air melalui feses merupakan pengeluaran cairan yang paling sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar melalui feses jumlahnya berlebihan,maka dapat mengakibatkan tubuh menjadi lemas. Jumlah rata-rata pengeluaran cairan melalui feese adalah 100 ml/hari.

 

e)      Pengaturan Elektrolit

1.        Natrium (Na+)

Merupakan kation paling banyak dalam cairan ekstrasel. Na+ mempengaruhi keseimbanagan air, hantaran impulssaraf dan kontraksiotot.  ion natrium di dapat dari saluran pencernaan, makanan atau minuman masuk ke dalam cairan ekstrasel  melalui proses difusi. Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran pencarnaan, dan kulit. Pengaturan konsentrasi  ion di lakukan oleh ginjal. Normalnyasekitar 135-148 mEq/lt.

2.        Kalium (K+)

Merupakan kation utama cairan intrasel. Berfungsi sebagaiexcitability neuromuskuler dankontraksiotot. Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturankeseimbanaganasambasa, karena ion K+ dapatdiubahmenjadi ion hidrogen (H+). Kalium dapat diperoleh melalui makanan seperti daging, buah-buahan dan sayur-sayuran. Kalium dapat dikeluarkan melalui ginjal, keringat dan saluran pencernaan. Pengaturan konsentrasi kalium dipengaruhi oleh perubahan ion kalium dalam cairan ekstrasel.Nilainormalnyasekitar 3,5-5,5 mEq/lt.

3.        Kalsium (Ca2+)

Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, berguna untuk integritas kulit dan struktursel, konduksijantung, pembekuandarah, serta pembentukan tulang dan gigi. Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid  dan tiroid. Hormon paratiroid mengabsorpsikalisum melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. Hormon thirocalcitonin menghambat penyerapan Ca+tulang. Kalsuim diperoleh dari absorpsi usus dan resorpsi tulang dan di keluaran melalui ginjal, sedikit melalui keringaserta di simpan dalam tulang. Jumlah normal kalsium 8,5 – 10,5 mg/dl.

4.        Magnesium (Mg2+)

Merupakan kationterbanyakkeduapadacairanintrasel. Sangat penting untuk aktivitas enzim, neurochemia, danmuscular excibility.  Sumber  magnesium didapat dari makanan seperti sayuran hijau, daging dan ikan. Nilainormalnyasekita 1,5-2,5 mEq/lt.

5.        Klorida (Cl ˉ )

Terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel, berperan dalam pengaturan osmolaritas serum dan volume darah, regulasi asam basa, berperan dalam bufer pertukaran oksigen, dan karbon dioksida dalam sel darah merah. Klorida disekresi dan di absorpsi bersama natrium di ginjal dan pengaturan klorida oleh hormin aldosteron.Normalnyasekitar 95-105 mEq/lt.

6.        Bikarbonat (HCO3ˉ )

HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel dengan fungsi utama adalah regulasi keseimbangan asam basa.  Biknat diatur oleh ginjal.

7.        Fosfat

Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskular, metabolism karbohidrat, pengaturan asam basa. Pengaturan oleh hormone paratiroid.

NILAI-NILAI NORMAL

 

Jeniscairandanelektrolit

Nilai normal dalamtubuh

-      Potasium [K+]

-      Sodium [Na+]

-      Kalsium [Ca2+]

-      Magnesium [Mg2+]

-      Fosfat [PO42-]

-      Klorida [Cl-]

-      Bikarbonat [HCO3]

3.5 – 5 mEq/L

135 – 145 mEq/L

8.5 – 10.5 mg/dl (4.5 – 5.8 mEq/L)

1.5 – 2.5 mEq/L

2.7 – 4.5 mg/dl

98 – 106 mEq/L

24 – 28 mEq/L

 

2.2    Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

1.      Ketidakseimbangan cairan

Ketidakseimbangan cairan meliputi dua kelompok dasar, yaitu gangguan keseimbangan isotonis dan osmolar.Ketidakseimbangan isotonis terjadi ketika sejumlah cairan dan elektrolit hilang bersamaan dalam proporsi yang seimbang. Sedangkan ketidakseimbangan osmolar terjadi ketika  kehilangan cairan tidak diimbangi dengan perubahan kadar elektrolit dalam  proporsi yang seimbang sehingga menyebabkan perubahan pada konsentrasi dan osmolalitas serum. Berdasarkan hal tersebut, terdapat empat  kategori  ketidak seimbangan cairan,  yaitu :

a.    Kehilangan cairan dan elektrolit isotonik

b.    Kehilangan cairan (hanya air yang berkurang)

c.    Penigkatan cairan dan elektrolit isotonis, dan

d.   Penigkatan osmolal (hanya air yang meningkat)

 

2.      Defisit Volume Cairan

Defisit volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan  cairan   dan  elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia.Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan   perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler.Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan   intraseluler. Secara umum, defisit  volumecairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan   cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah  untuk mengembalikanya ke   lokasi semula dalam  kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari  lokasi  intravaskuler  menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu,  kondisitertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.

 

3.      Defisit Cairan

Faktor Resiko

1.      kehilangan cairan berlebih (muntah, diare,dan pengisapan lambung) tanda klinis : kehilangan berat badan

2.      ketidakcukupan asupan cairan (anoreksia, mual muntah, tidak ada cairan dan depresi konfusi) tanda klinis : penurunan tekanan darah 

 

4.      Dehidrasi

Dehidrasi disebut juga ketidakseimbangan hiiper osmolar, terjadi akibat kehilangan cairan yang tidak diimbangi dengan kehilangan elektrolit dalam jumlah proporsional, terutama natrium.Kehilangan cairan menyebabkan peningkatan kadarnatrium, peningkatan osmolalitas, serta dehidrasi intraseluler. Air berpindah dari  sel  dan  kompartemen interstitial  menuju ruang vascular. Kondisi ini  menybabkan  gangguan fungsi sel da kolaps sirkulasi. Orang yang beresiko mengalami dehidrasi salah satunya adalah individu lansia.Mereka mengalami penurunan respons haus atau pemekatan urine.Di samping itu lansia memiliki   proporsi lemak yang lebih besar sehingga beresiko tunggi mengalami dehidrasi akibat cadangan air yang sedikit dalam tubuh.Klien dengan diabetes insipidus akibat penurunan hormon diuretik sering mengalami kehilangan cairan tipe hiperosmolar. Pemberian cairan  hipertonik juga meningkatkan jumlah solute dalam aliran darah.

 

5.      Kelebihan Volume Cairan (Hipervolemia)

Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan   dan   elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir   selalu   disebabkan  oleh  penungkatan   jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatispada proses regulasi keseimbangan cairan.  

Penyebab spesifik kelebihan cairan, antara lain :

a.       Asupan natrium yang berlebihan

b.      Pemberian infus berisi natrium terlalu cepat dan banyak, terutama pada klien dengan gangguan mekanisme regulasi cairan.

c.       Penyakit yang mengubah mekanisme regulasi, seperti gangguan jantung (gagal ginjal kongestif), gagal ginjal, sirosis hati, sindrom Cushing

d.      Kelebihan steroid.

e.       Kelebihan Volume Cairan

 

Factor resiko :

1.      Kelebihan cairan yang mengandung natrium dari terapi intravena

Tanda klinis : penambahan berat badan

2.      Asupan cairan yang mengandung natrium dari diet atau obat-obatan

3.      Tanda klinis : edema perifer dan nadi kuat

 

6.      Edema

Pada kasus kelebihan cairan, jumlah cairan dan natrium yang berlebihan dalam kompartemen  ekstraselulermeningkatkan tekanan osmotik. Akibatnya, cairan keluar dari sel sehingga menimbulkan penumpukan cairan dalm ruang interstitial (Edema). Edema yang sering  terlihat disekitar mata, kaki dan tangan. Edema dapat bersifat local atau menyeluruh, tergantung pada kelebihan cairan yang terjadi. Edema dapat terjadi ketika adapeningkatan   produksi cairan  interstisial/gangguan perpindahan cairan interstisial.

Hal ini dapat terjadi ketika:

a.       Permeabilitas kapiler meningkat (mis.,karena luka bakar, alergi yang menyebabkan perpindahan cairan dari kapiler menuju ruang interstisial).

b.      Peningkatan hidrostatik kapiler meningkat (mis., hipervolemia, obstruksisirkulasi vena) yang menyebabkan cairan dalam pembuluh darahterdorong ke ruang interstisial.

c.       Perpindahan cairan dari ruangan interstisial terhambat (mis., pada blokade limfatik)

Edema pitting adalah edema yang meninggalkan sedikit depresi atau cekungan setelah dilakukan  penekanan pada area yang bengkak.  Cekungan unu  terjadiakibat pergerakan cairan dari daerah yang ditekan menuju jaringan sekitar (menjauhi lokasi tekanan). Umumnya, edema jenis ini adalah edema yang disebabkan oleh gangguan natrium. Adapun edema yang disebabkan oleh retensi cairan hanya menimbulkan edema non pitting.

 

2.3       Variabel Yang Mempengaruhi Keseimbangan Normal Cairan Dan Elektrolit

1.      Usia

Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usiaberpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak  juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan   cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan.   Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh   masalah jantung atau gangguan ginjal

2.      Aktivitas

Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah  cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat.

3.      Iklim

Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss,  IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah dengan kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula  pada orang yang bekerja berat di  lingkungan yang bersuhu tinggi, mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehari melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan  kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa  berada di lingkungan  panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.

4.      Diet

Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.

 

5.      Stress

Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.

6.      Penyakit

Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar sel atau jaringan yang rusak (mis., Luka robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita diare juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran gastro intestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga  dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompajantung menurun, tubuh akan melakukan penimbunan cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan (hipervelomia). Lebih lajut, kondisi inidapat menyebabkan edema paru. Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untukmenyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine akan meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkanproduksi urine dengan berbagi cara. Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin. Apabila ginjal mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (mis., gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria (produksi urine kurang dari  40ml/ 24 jam) sehingga anuria (produksi urine kurang dari  200 ml/ 24 jam).

7.      Tindakan Medis

Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.

8.      Pengobatan

Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.

9.      Pembedahan

Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban cairan  akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat-obat anastesia.

 

2.4         Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Keseimbangan Cairan Elektrolit

1.      Pengkajian

Pengkajian pada klien dengan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit meliputi pengkajian riwayat kesehatan (keperawatan), pengukuran klinis (berat badan harian, tanda vital, serta asupan dan haluaran cairan), pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium untuk mengevaluasi keseimbangan cairan dan elektrolit.

2.      Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan dalam pengkajian meliputi asupan makanan dan cairan, haluaran cairan, tanda–tanda kehilangan atau kelebihan cairan, tanda-tanda gangguan keseimbangan elektrolit, penyakit yang diderita, obat atau tindakan yang dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan.

3.      Pengukuran klinis

Tiga jenis pengukuran klinis yang dapat dilakukan oleh perawat adalah pengukuran berat badan harian, tanda-tanda vital, serta asupan dan haluaran cairan.

4.      Pengukuran berat badan

Pengukuran berat badan harian menyediakan informasi yang relatif akurat tentang status cairan sebab perubahan berat badan menunjukkan adanya perubahan cairan akut. Setiap penurunan berat badan satu kilogram menunjukkan tubuh kekurangan cairan sebanyak satu liter. Perubahan berat badan menunjukkan terjadinya perubahan cairan pada seluruh kompartemen tubuh. Apabila kehilangan/kelebihan berta badan mencapai 5%-8% dari total berat badan, ini mengindikasikan terjadinya kelebihan/kehilangan cairan sedang hingga berat. Untuk memperoleh hasil pengukuran berat badan yang akurat, diperlukan standardisasi alat ukur yang digunakan sebelun dan sesudah penimbangan. Selain itu, penimbangan berat badan sebaiknya dilakukan pada waktu yang sama (mis., sebelum sarapan atau setelah buang air besar) dan dengan mengenakan pakaian yang sama. Secara umum, jumlah cairan yang hilang dapat dihitung dengan rumus berikut.

 

Kehilangan air= berat badan normal – berat badan sekarang

 

Jika berat badan turun lebih dari 500 g/hari, ini mungkin menunjukkan telah terjadi kehilangan cairan dari tubuh. Akan tetapi, jika penurunan kurang dari 300 g/hari, ini mungkin disebabkan oleh penyebab lain. Begitu juga bila ada penambahan berat bdan, mungkn ini menunjukkan retensi cairan.

 

5.      Tanda vital

Perubahantanda vital mungkin mengindikasikan adanya ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asma basa, atau sebagai upaya kompensasi dalam mempertahankan keseimbangan dalam tubuh. Peningkatan suhu tubuh mungkin menunjukkan kondisi dehidrasi, sedangkan takikardia merupakan tanda pertama yang menunjukkan adanya hipovolemia akibat kekurangan cairan. Denyut nadi cenderung menguat pada kondisi kelebihan cairan dan melemah pada kekurangan cairan. Perubahan laju dan kedalaman pernapasan mungkin menunjukkan adanya gangguan keseimbangan asam-basa. Tekanan darah cenderung meningkat pada kelebihan cairan dan menurun pada kekurangan cairan.

 

6.      Asupan dan haluaran

Pengukuran klinis ketiga yang tidak kalah pentingnya adalah besarnya asupan dan haluaran cairan. Pengukuran dan pencatatan asupan dan haluaran cairan dalam 24 jam diperlukan sebagai data dalam menentukan keseimbangan cairan tubuh. Perawat harus memberikan informasi pada klien, keluarga, dan seluruh tenaga kesehatan tentang perlunya penghitungan asupan dan haluaran cairan yang akurat. Penghitungan asupan cairan meliputi asupan minum per oral, makanan, makanan cair, cairan parenteral, obat-obat intravena, serta irigasi kateter atau selang. Adapun penghitungan haluaran cairan meliputi haluaran urine, feses encer, muntahan, keringat, drainase (lambung atau usus), drainase luka/fistula, serta dari pernapasan yang cepat dan dalam.

Untuk menentukan apakah asupan dan haluaran cairan proporsional, kita dapat melakukan beberapa teknik, seperti membandingkan total asupan cairan per 24 jam dengan total haluaran dalam 24 jam atau dengan membandingkan hasil pengukuran saat ini dengan sebelumnya. Langkah ini terutama dilakukan untuk mengukur jumlah cairan yang besar, seperti urine. Normalnya, orang dewasa memproduksi urine 40-80 ml/jam. Jika volume urine melebihi kisaran tersebut, kemungkinan tubuh mengalami kelebihan cairan. Sebaliknya, jika volume urine kurang dari 30ml/jam, kemungkinan terjadi dehidrasi.

 

7.      Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk mengkaji kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada kulit, rongga mulut, mata, vena jugularis,vena-vena tangan, dan sistem neurologis.

 

 

8.      Turgor kulit

Turgor kulit menggambarkan cairan intertisial dan elastisitas kulit. Penurunan turgor terkait dengan elastisitas kulit. Normalnya, jika dicubit, kulit akan kembali ke posisi normal setelah dilepaskan. Pada klien dengan defisit volume cairan, kulit akan kembali datar dalam jangka waktu yang lebih lama(hingga beberapa detik). Pada orang dewasa, pengukuran turgor kulit paling baik dilakukan di atas sternum, kening, dan paha sebelah dalam. Pada anak, pengukuran turgor sebaiknya dilakukan di area abdomen atau paha bagian tengah. Pada orang tua, turgor kulit mengalami penurunan sehingga perlu dilakukan penimbangan berat badan untuk mengukur status hidrasi disamping dengan pengukuran turgor kulit.

 

9.      Iritabilitas neuromuscular

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengkaji ketidakseimbangan kalsium dan magnesium. Pemerikaan fisik meliputi pemeriksaan tanda chovstek dan tanda trousseau. Pemeriksaan tanda chovstek dilakukan dengan mengetuk saraf wajah (sekitar 2cm di depan liang telinga). Jika pada saat diketuk terjadi refleks meringis pada otot wajah, termasuk bibir, berarti tanda chovstek positif (mungkin terjadi hipomagnesemia atau hipokalsemia). Untuk melakukan test trousseau, pasang manset tekanan darah pada lengan, pompa dengan tekanan di bawah sistole selama 2-3 menit. Apabila timbul spasme karpal dan tetani, mengindikasikan terjadinya hipokalsemia dan hipomagnesemia.

10.  Pemeriksaan laboratorium

a.       Elektrolit serum

Pemeriksaan kadar elektrolit serum sering dilakukan untuk mengkaji adanya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemeriksaan yang paling sering adalah natrium, kaliium , klorida, dan ion bikarbonat. Penghitungan kebutuhan cairan dengan menggunakan nilai Na+adalah:

Air yang hilang = 0,6 x BB x(Na+ serum terukur – 142)

                                                Na+serum terukur

b.      Hitung darah

Hematokrit (Ht) menggambarkan persentase total darah dengan sel darah merah. Karena hematokrit adalah pengukuran volume sel dalam plasma, nilainya akan dipengaruhi oleh jumlah cairan plasma. Dengan demikian, nilai Ht pada klien yang mengalami dehidrasi atau hipovolemia cenderung meningkat, sedangkan nilai Ht pada pasien yang mengalami overdehidrasi dapat menurun. Normalnya, nilai Ht pada laki-laki adalah 40%-54% dan perempuan 37%-47%. Biasanya, peningkatan kadar hemoglobin diikuti dengan peningkatan kadar hematokrit.

Air yang hilang= PAT x BB x [1- (Ht normal/Ht terukur)

Keterangan

Perbandingan air tubuh(PAT)

a)             nilai 0,2 untuk dehidrasi akut

b)            nilai 0,6 untuk dehidrasi krooni

 

c.       Osmolalitas

Osmolalitas merupakan indikator konsentrasi sejumlah partikel yang terlarut dalam serum dan urine. Biasanya dinyatakan dalam mOsm/kg.

1.      Ph urine

pH urine menunjukkan tingkat keasaman urine yang dapat digunakan untuk menggambarkan ketidakseimbangan asam-basa. pH urine normal adalah 4,6-8 pada kondisi asidosis metabolik.

2.      Berat jenis urine

Berat jenis urine dapat digunakan sebagai indikator gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, walaupun hasilnya kurang reliabel. Akan tetapi, pengukuran BJ urine merupakan cara paling mudah dan cepat untuk menentukan konsentrasi urine. Berat jenis urine dapat meningkat saat terjadi pemekatan akibat kekurangan cairan dan menurun saat tubuh kelebihan cairan. Nilai BJ urine normal adalah 1,005-1,030 (biasanya 1,010-1,025). Selain itu, BJ urine juga meningkat saat terdapat glukosa dalam urine, juga pada pemberian dekstran, obat kontras radiografi, dan beberapa jenis obat lainnya.

 

2.5         Diagnosis keperawatan

1.      kekurangan volume cairan

a.       Definsi

Kondisi ketika individu, yang tidak menjalani puasa, mengalami atau berisiko mengalami dehidrasi vaskular, interstisial, atau intravaskular.

Batasan karakteristik

Mayor

ü  ketidakcukupan asupan cairan per oral

ü  balans negatif antara asupan dan haluaran

ü  penurunan berat badan

ü  kulit/membran mukosa kering(turgor menurun)

Minor

ü  peningkatan natrium serum

ü  penurunan haluaran urine atau haluaran urine berlebihan

ü  urine pekat atau sering berkemih

ü  penurunan turgor kulit

ü  haus, mual/anoreksia

b.      faktor yang berhubungan

berhubungan dengan haluaran urine berlebihan, sekunder akibat diabetes insipidus

ü  berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan melalui evaporasi akibat luka bakar

ü  berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam, drainase abnormal dari luka, diare

ü  berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretik atau alkohol berlebihan

ü  berhubungan dengan mual, muntah

ü  berhubungan dengan penurunan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi atau keletihan

ü  berhubungan dengan masalah diet

ü  berhubungan dengan pemberian makan per slang dengan konsentrasi tinggi

ü  berhubungan dengan kesulitan menelan atau kesulitan makan sendiri akibat nyeri mulut

 

2.      kelebihan volume cairan

a.       Definisi

Kondisi ketika individu mengalami atau berisiko mengalami kelebihan beban cairan intraseluler atau interstisial.

Batasan karakteristik

Mayor

ü  Edema

ü  kulit tegang, mengilap

Minor

ü  asupan melebihi haluaran

ü  sesak napas

ü   kenaikan berat badan

 

b.      faktor yang berhubungan

ü  berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan, sekunder akibat gagal jantung

ü  berhubungan dengan peningkatan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah jantung, sekunder akibat infark miokard, gagal jantung, penyakit katup jantung

ü  berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotik koloid plasma yang rendah, retensi natrium, sekunder akibat penyakit hepar, sirosis hepatis, asites, dan kanke

ü  berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder akibat varises vena, trombus, imobilitas, flebitis kronis

ü  berhubungan dengan retensi natrium dan air, sekunder akibat penggunaan kortikosteroi

ü  berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan

ü  berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet lemak, malnutrisi

ü  berhubungan dengan venostasis/bendungan vena, sekunder akibat imobilitas, bidai atau balutan yang kuat, serta berdiri atau duduk dalam waktu lama.

ü  Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus saat hamil

ü  Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat, sekunder akibat mastektomi

 

3.      gangguan keseimbangan elektrolit(K)

a.       Definisi

Batasan karakteristik

Mayor

ü  Perubahan kadar kalium

Minor

ü  Aritmia

ü  Kram tungkai

ü  Mual

ü  Hipotensi

ü  Bradikardia

ü  Kesemutan

b.      Faktor yang berhubungan

ü  Berhubungan dengan kerusakan jaringan, sekunder akibat trauma panas

ü  Berhubungan dengan pengeluaran kalium berlebihan karena muntah, diare

ü  Berhubungan dengan gangguan regulasi elektrolit, sekunder akibat kerusakan ginjal

ü  Berhubungan dengan diet tinggi-kalium/rendah-kalium

 

 

Rencana dan Implementasi Keperawatan

1.      kekurangan volume cairan

Kriteria hasil

ü  Terjadi peningkatan asupan cairan minimal 2000 ml per hari(kecuali ada kontra indikasi)

ü  Menjelaskan perlunya meningkatkan asupan cairan pada saat stres atau cuaca panas

ü    Mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal

ü  Tidak menunjukkan adanya tanda atau gejala dehidrasi

 

2.      Intervensi

Kaji cairan yang disukai klien dalam batasan diet

ü   Rencanakan target pemberian asupan cairan untuk setiap sif, misalnya siang 1000 ml, sore 800 ml, dan malam 200 m

ü   Kaji pemahaman klien tentang alasan/pentingnya mempertahankan hidrasi yang adekuat dan metode yang dapat digunakan untuk mempertahankan hidrasi yang adekua

ü   Catat asupan dan haluaran

ü   Pantau asupan cairan per oral, minimal 1500 ml/24 jam

ü   Pantau haluaran cairan, minimal 1000-1500 ml/24 jam. Pantau penurunan berat jenis urine

ü   Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan mengenakan pakaian yang sama.

ü   Penurunan BB 2%-4% menunjukkan dehidrasi ringan; penurunan 5%-9% menunjukkan dehidrasi sedang

ü   Pantau kadar elektrolit urine dan serum, BUN, dan osmolalitas, kreatinin, hematokrit, dan hemoglobin

ü   Jelaskan bahwa kopi, teh dan jus buah anggur merupakan diuretik dan dapat menyebabkan kehilangan cairan

ü   Untuk drainase luka, dapat dilakukan pengukuran jumlah dan jenis drainase, bila perlu dengan menimbang balutan. Balut luka untuk meminimalkan kehilangan cairan

3.      kelebihan volume cairan

Kriteria hasil

ü  Klien akan menyebutkan faktor penyebab dan metode pencegahan edema

ü  Klien memperlihatkan penurunan edema

 

Intervensi

ü  Kaji asupan diet dan kebiasaan yang mendorong terjadinya retensi cairan

ü  Anjurkan klien untuk menurunkan konsusi garam

ü  Anjurkan klien untuk:

·         menghindari makanan gurih, makanan kaleng, dan makanan beku;

·         mengonsumsi makanan tanpa garam dan menambahkan bumbu aroma (lemon, kemangi, mint);

·         menggunakan cuka pengganti garam untuk penyedap rasa sop, rebusan, dll.

ü  Kaji adanya tanda venostasis dan bendungan vena pada bagian tubuh yang menggantung

ü  Posisikan ekstremitas yang mengalami edema diatas level jantung, bila memungkinkan (kecuali ada kontra indikasi)

ü  Untuk drainase limfatik yang tidak adekuat

·         tinggikan ekstemitas dengan menggunakan bantal

·         ukur tekanan darah pada lengan yang tidak sakit

·         jangan memberikan suntikan/infus pada lengan yang sakit

·         lindungi lengan yang sakit dari cidera

·         ingatkan klien untuk menghindari detergen yang keras, membawa beban berat, memegang rokok, mencabut kutikula atau bintil kuku, menyentuh kompor panas, mengenakan perhiasan atau jam tangan

·         lindungi kulit yang edema dari cidera

4.      gangguan keseimbangan elektrolit (kalium)

Kriteria hasil

ü  Klien menjelaskan diet yang sesuai untuk mempertahankan kadar kalium dalam batas normal

ü  Klien berpartisipasi untuk melaporkan tanda-tanda klinis hipokalenia/hiperkalenia

ü  Kadar kalium dalam batas normal/dapat ditoleransi

 

Intervensi

Penurunan kadar kalium

ü  Observasi tanda dan gejala hipokalenian(mis., vertigo, hipotensi, aritmia, mual, muntah, diare, distensi abdomen, penurunan peristalsis, kelemahan otot, dan kram tungkai)

ü  Catatan asupan dan haluaran (poliuria dapat menyebabkan pengeluaran kalium secara berlebihan).

ü  Tentukan status hidrase klien bila terjadi hipokalemia (kelebihan cairan dapat menyebabkan penurunan kadar kalium serum).

ü  Kenali perubahan tingkah laku yang merupakan tanda-tanda hipokalemia. Nilai kalium yang rendah dapat menyebabkan konfusi, mudah marah, depresi mental.

ü  Anjurkan klien dan keluarga untuk mengonsumsi makanan tinggi-kalium (mis., buah-buahan, sari buah, buah kering, sayur, daging, kacang-kacangan, teh, kopi, dan kola).

ü  Laporkan perubahan EKG; segmen ST yang memanjang, depresi segmen ST, dan gelombang T yang datar atau terbalik merupakan indikasi hipokalemia.

ü  Encerkan suplemen kalium per oral sedikitnya dalam 113,2 gram air atau sari buah untuk mengurangi resiko iritasi mukosa lambung.

ü  Pantau nilai kalium serum pada klien yang mendapat obat diuretik dan steroid. (steroid kortison dapat menyebabkan retensi natrium dan ekskresi kalium).

ü  Kaji tanda dan gejala toksisitas digitalis jika klien tengah mendapat obat golongan digitalais dan diuretik atau steroid. (nilai kalium yang rendah dapat meningkatkan kerja digitalis).

 

Peningkatan kadar kalium

ü  Observasi tanda dan gejala hiperkalemia (mis., bradikardia, kram abdomen, oliguria, kesemutan, dan kebas pada ekstremitas)

ü  Kaji haluaran urine. Sedikitnya 25 ml/jam atau 600 ml/hari. (haluaran urine yang sedikit dapat menyebabkan hiperkalemia).

ü  Laporkan nilai kalium serum yang melebihi 5mEq/l. Batasi asupan kalium jika perlu. (nilai kaliu lebih dari 7mEq/l dapat menyebabkan henti jantung).

ü  Pantau EKG untuk melihat adanya pelebaran kompleks QRS dan gelombang T tinggi yang merupakan tanda hiperkalemia.

 

Tindakan Keperawatan

1.      Peningkatan Asupan Cairan Per Oral

Tindakan ini dilakukan pada klien yang mengalami atau beresiko mengalami kekurangan cairan (mis., klien yang menderita diare, demam tinggi, atau baru pulih dari pemberian anestesia). Dalam pemberiannya, pasien umunya mendapat makanan/cairan dengan konsentrasi rendah. Jika dapat ditoleransi, selanjutnya pasien akan mendapat makanan/minuman dengan jumlah dan konsentrasi yang lebih tinggi hingga memenuhi kebutuhan diet yang diharapkan.

 

 

 

2.      Pembatasan asupan per oral

Pembatasan cairan per oral diperlukan pada klien yang mengalami retensi cairan(mis., klien yang menderita gagal ginjal, gagal jantung, atau SIADH).

3.      Pemberian makan

Pada kondisi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, diperlukan asupan makanan yang sesuai kebutuhan diet guna memulihkan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh. Sebagai contoh, pada klien yang mendapat furosemit (diuretik), dapat diberikan banyak pisang dan jaruk guna mencegah hipokalemia, sedangkan pada pasien yang kekurangan zat besi dapat diberikan sayuran dan daging.

4.      Pemberian terapi intravena

Terapi intravena merupakan metode yang efektif yang efisian untuk menyuplai kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Perawat berperan dalam melakukan pemasangan terapi intravena, perawatan, serta pemantauan terapi intravena. Secara garis besar, prosedur pemasangan terapi intravena adalah sebagai berikut.

a.       Persiapan alat dan bahan

·         Infus set

·         Cairan infus

·         Standar infus

·         Sarung tangan bersih

·         Torniket

·         Jarum infus

·         Pengalas

·         Gunting dan plester

·         Pompa elektrolik (bila diperlukan)

·         Lidi kapas

·         Bethadine (povidon-iodin)

·         Alkohol

·         Kassa

b.      Prosedur pelaksanaan

·         Persiapkan klien. Minta persetujuan klien setelah memberikan penjelasan mengenai tujuan dan jenis prosedur

·         Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

·         Siapkan lingkungan

·         Cuci tangan

·         Gantungkan botol cairan pada standar infus

·         Buka dan siapkan infus set

·         Buka slang dari plastik, jaga agar slang agar tidak terurai

·         Tutup klem

·         Buka botol, tusukkan pada jarum botol infus

·         Isikan cairan ke dalam tabung reservoir ( tabung penghitung tetes) dan slang infus. Buka klem untuk mengisi slang dengan cairan infus. Jika telah terisi, klem ditutup kembali.

·         Keluarkan udara dari slang (jika ada)

·         Siapkan plester yang diperlukan (mis., empat potong)

·         Pakai sarung tangan bersih

·         Cari lokasi pemasangan (usahakan pada area paling distal pada ekstremitas yang tidak dominan)

·         Pasang pengalas di bawah lengan yang akan dipasang infus.

·         Pasang torniker sekitar 8-15 cm proksimal dari lokasi pemasang

·         Perhatikan kondisi vena dan tentukan vena yang akan digunakan

·         Lakukan desinfeksi pada daerah yang akan dipasangi infus

·         Buka penutup jarum dan tusukkan jarum ke dalam vena. Pastikan jarum telah masuk ke dalam vena (2/3 jarum dimasukkan,mandrin ditarik sedikit untuk melihat ada tidaknyaaliran darah)

·         Jika telah masuk, mandrin ditarik sekitar ½ panjang jaru, kemudian jarum didorong hingga masuk seluruhnya ke dalam vena.

·         Dekatkan ujung infus set

·         Tekan daerah proksimal dari tempat pemasangan (sekitar 5 cm), buka ujung infus set, tarik mandrin, dan segera masukkan ujung infus set pada jarum infus.

·         Buka klem untuk memastikan bahwa cairan infus dapat mengalir ke dalam pembuluh darah dan pastikan tidak terjadi ekstravasasi (ditandai dengan aliran infus yang tidak lancar, edema pada area pemasangan infus, nyeri yang sangat)

·         Apabila akses vena dipastikan lancar, lakukan fiksasi jarum infus

·         Tulis tanggal dan jam pemasangan infus

·         Atur tetesan infus

·         Bereskan alat – alat

·         Cuci tangan

 

c.         Kateterisasi vena sentral

Kateterisasi vena sentral adalah pemasangan kateter ke dalam vena besar di tubuh. Ujung kateter umumnya menjangkau vena besar (mis., vena kava inferior atau atrium kanan). Pemasangan kateter vena sentral dapat dilakukan dengan atau tanpa teknik pembedahan. Pemasangan kateter vena sentral melalui teknik pembedahan dapat dilakukan dalam tiga cara, yaitu pemasangan pada vena subklavia, vena jugularis interna, dan vena parifer. Pemasangan dengan teknik intraklavikular (di bawah klavikula) memungkinkan tubuh untuk melakukan ambulasi, namun tindakan ini beresiko menimbulkan pneumotoraks yang ditandai dengan nyeri dada berat dan mendadak, sesak napas, hipotensi,sianosis, dan gelisah.

d.      Mengobservasi terapi intravena

Hal-hal yang harus diobservasi dalam terapi intravena antara lain jenis cairan yang diberikan; jumlah cairan yang telah, sedang, dan akan diberikan; serta kecepatan tetesan cairan infus. Cairan yang diberikan secara cepat berpotensi menyebabkan gagal jantung dan edema paru. Karenanya, kecepatan tetesan infus harus diobservasi setiap jam atau, jika cairan diberikan secara cepat, observasi harus dilakukan lebih sering.

Di samping itu, kita juga perlu megobservasi area pemasangan infus untuk melihat adanya ekstravasasi-cairan infus tidak lagi mengalir ke pembuluh darah tetapi masuk ke jaringan. Untuk meyakinkan adanya infiltrasi (ekstravasasi), kita dapat menggunakan teknik palpasi. Jika terdapat edema dan perubahan suhu di sekitar area pemasangan infus, bisa dipastikan terjadi ekstravasasi. Selain itu, perawat juga perlu menginspeksi adanya plebitis pada area pemasangan. Jika terjadi plebitis, infus harus segera dicabut dan dipasang kembali pada lokasi yang lain.

Selain upaya di atas, perawat juga perlu memberitahu klien untuk segera melaporkan adanya bengkak pada area pemasangan; menghindari gerakan tiba – tiba pada ekstremitas yang terpasang infus atau menekuk sendi ekstremitas yang terpasang infus; tidak menekan tabung infus dan menjaga agar botol infus selalu lebih tingggi dari lokasi pemasangan; serta segera memanggil perawat apabila aliran infus berhenti atau berubah, botol infus hampir kosong, terdapat darah dalam slang infus, dan adanya nyeri pada lokasi pemasangan infus.

e.         Melakukan penggantian balutan infus

Penggantian balutan infus dilakukan dalam waktu 24-72 jam. Penggantian balutan (kassa atau pembalut transparan) dilakukan menurut prosedur berikut.

1.      Persiapan alat dan bahan

·           Basin/bengkok

·           Pinset 2 buah

·           Sarung tangan bersih

·           Pengalas

·           Gunting plester

·           Kassa steril ukura 2x2

·           Povidon-iodin (bhetadine)

·           Lidi kapas

·           Plester

·           Kapas alkohol

2.      Prosedur

·           Siapkan pasien dan lingkungan

·           Cuci tangan

·           Siapkan alat

ü  siapkan plester sesuai kebutuhan, gantung pada sisi meja troli

ü  pasang pengalas di bawah area pemasangan infus

ü  letakkan bengkok di dekat klien.

ü  Pakai sarung tangan

ü  Lepaskan balutan infus, bersihkan bekas plester dengan alkohol/bensin

ü  Usapkan bhetadine pada area pemasangan infus

ü  Pasang kassa yang baru dan plester

ü  Bereskan alat

ü  Cuci tangan

Transfusi darah umumnya dilakukan dengan menggunakan dua jenis set pemberian, yaitu set Y dan set transfusi satu jalur. Set Y digunakan untuk memberikan whole blood sehingga kita bisa menambahkan cairan NaCl pada jalur lainnya. Umumnya, salin normal (NaCl 0,9%) diberikan sebelum transfusi darah karena dapat mengembalikan isotonisitas darah ke kondisi semula. Adapun cairan lainnya, seperti Ringers, Dextrose, dan beberapa obat lain, dapat menyebabkan hemolisis dan mengakibatkan penggumpalan sel darah merah. Karena sel darah merah umumnya mengandung debris, set infus dilengkapi dengan filter sehingga makroagregat dapat tersaring dan tidak masuk ke dalam pembuluh darah. Secara umum, pemberian transfusi darah dapat menyebabkan berbagai reaksi dalam tubuh.

 

2.6         Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan dilakukan dengan melakukan pengumpulan data selama tindakan keperawatan (mis., turgor , asupan dan haluaran cairan, serta pengukuran berat badan) di samping menentukan apakah kriteria hasil yang telah ditetapkan menurut masing-masing diagnosis telah tercapai atau belum. Jika kriteria hasil belum tercapai, perawat harus menggali mengapa kriteria tersebut belum tercapai dengan mengajukan pertanyaan- prtanyaan berikut.

1.      Mengapa belum terjadi keseimbangan cairan dan elektrolit?

2.      Apa alasan yang diberikan oleh klien?

3.      Apakah klien tidak mampu mengonsumsi cairan melalui oral?

4.      Apakah klien merasa mual?

5.      Adakah kehilangan cairan abnormal?

6.      Apakah obat yang diberikan mempengaruhi asupan dan haluaran cairan?


BAB III

PENUTUP

 

3.1    Kesimpulan

Cairan tubuh merupakan media semua reaksi kimia di dalam sel. Tiap sel mengandung cairan intraseluler (cairan di dalam sel) yang komposisinya paling cocok untuk sel tersebut dan berada di dalam cairan ekstraseluler (cairan di luar sel) yang cocok pula.

Tubuh harus mampu memelihara konsentrasi semua elektrolit yang sesuai didalam cairan tubuh, sehingga tercapai keseimbangan cairan dan elektrolit. Keseimbangan cairan tubuh adalah keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan keluar.

Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan tubuh terdiri dari air (pelarut) dan substansi terlarut (zat terlarut).

Air menyusun ± 50 – 60% dari total berat badan. Hubungan antara berat badan total dan total air dalam tubuh relatif konstan pada tiapindividu dan merupakan refleksi dari lemak tubuh. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit diantaranya adalah :

1.      Usia

2.      Jenis kelamin

3.      Sel-sel lemak

4.      Stres

5.      Sakit

6.      Temperatur lingkungan

7.      Diet

 

 

 

3.2  Saran

Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan makalah ini bagi para pembacanya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

 


DAFTAR PUSTAKA

 

http://nendapurnama.blogspot.com/2013/05/materi-cairan-dan-elektrolit.html

 

http://hasanah619.wordpress.com/2009/11/13/keseimbangan-cairan-dan-elektrolit/

 

http://eonman95.blogspot.com/2011/11/fisiologi-cairan-dan-elektrolit-tubuh.html

 

http://eckobms.blogspot.com/p/micin.html

 

Tamsuri, Anas. 2009. Seri Asuhan Keperawatan “Klien Gangguan Keseimbanga

 

 

 

No comments:

Post a Comment