Friday, 30 July 2021

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA Tn. F

 


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar  Belakang

Secara geografis Desa Lampoh Keude berbatasan dengan beberapa gampong. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Lambro Bileu, sebelah barat desa Cot Peutano, sebelah utara berbatasan dengan Desa Lamglupang, dan sebelah selatan dengan Desa Babah Jurong, Desa Lampoh Keude merupakan bagian desa yang termasuk di Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar terdiri atas empat dusun yaitu : Dusun Lampoh Cot, Cot Raya, Lamglee dan Lampoh Adi. Luas wilayah gampong Lampoh Keude yaitu 35 Ha (Hektar).

Kegiatan praktik kebidanan komunitas kompherensif merupakan salah satu metode pembelajaran di Jurusan kebidanan yang bertujuan agar mendapatkan pengalaman nyata dan praktis di masyarakat dalam memberikan pelayanan kebidanan. Praktek kebidanan komunitas memberi kesempatan kepada mahasiswa melakukan intervensi dan pemberdayaan masyarakat terkait dengan masalah kesehatan yang dijumpai di komunitas.

Prodi D-IV Kebidanan Abulyatama Aceh sebagai salah satu institusi pendidikan D-IV Kebidanan yang telah melakukan kegiatan praktik kebidanan komunitas komprehensif yang berlangsung sejak tanggal 21 Juni 2021 s/d 15 Juli 2021 di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data, analisis data sampai evaluasi sehingga dapat dilakukan intervensi pada masalah yang didapatkan.

Menurut WHO tahun 2019 sebagian besar anak saat ini menerima vaksin yang menyelamatkan jiwa, selama tahun 2017 diperkirakan 116,3 juta atau sekitar 86% anak di bawah usia satu tahun dunia menerima tiga dosis vaksin Diphtheria Tetanus Pertussis (DPT3). Anak-anak ini dilindungi dari penyakit menular yang dapat menyebabkan penyakit serius atau cacat dan berakibat fatal. Pada tahun 2018, diperkirakan 19,4 juta bayi diseluruh dunia tidak tercapai dengan layanan imunisasi rutin seperti 3 dosis vaksin DPT, sekitar 60% dari anak-anak ini tinggal di 10 negara: Angola, Brasil, Republik Demokratik Kongo, Ethopia, India, Indonesia, Nigeria, Pakistan, Filipina, Dan Vietnam. Indonesia termasuk2 salah satu Negara dengan jumlah anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap (WHO, 2019)

Berdasarkan data cakupan imunisasi di Indonesia dalam 4 tahun terakhir yaitu pada tahun 2016 (91,6%), tahun 2017 (91,12%), dan menurun pada tahun 2018 menjadi 57,9%, sedangkan pada tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar (94,3%), sedangkan cakupan imunisasi tidak lengkap 32,9% dengan target RENTSTRA 2018 yaitu 92,5% dimana HB-0 (83,1%), BCG (86,9%), DPT-HB-Hib 1 (65,4%), DPT-HB-Hib 2 (63,9%), DPT-HB-Hib 3 (61,3%), polio1-4 dan IPV (25,9%),campak (37,9%). Berdasarkan data tersebut Aceh merupakan urutan pertama imunisasi dasar lengkap terendah yaitu 49,6% (Kemenkes RI, 2019).

Data dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI tahun 2018 Pencapaian imunisasi dasar lengkap di Provinsi Aceh tahun 2016 (69,1%), tahun 2017 meningkat (70,0%) dan pada tahun 2018 imunisasi dasar lengkap di Aceh mengalami penurunan yaitu (19,5%), sedangkan pada tahun 2019 capaian imunisasi mengalami peningkatan sebesar 49, 6%, dengan pencapaian imunisasi HB-0 (53,9%), BCG (50,7%), DPT[1]HB-Hib 1 (26,9%), DPT-HB-Hib 2 (24,9%), DPT-HB-Hib 3 (22,0%), Polio 1-4 atau IPV 1-3 (25,9%) dan Campak (37,9%). Sedangkan Pencapaian desa UCI di Aceh mengalami penurunan yaitu pada tahun 2016 (66%), tahun 2017 (64%) dan pada tahun 2018 Aceh menurunan menjadi (48%) urutan ke dua setelah papua sebesar 40,48% desa UCI di Aceh (Kemenkes RI, 2019).

Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap di Kabupaten Aceh Besar Pada tahun 2016 sebanyak (69,11%), meningkat pada tahun 2017 (85,6%) sedangkan pada tahun 2018 mengalami penurunan sebesar 48,3%, pada tahun 2019 capaian imunisasi mengalami penurunan sebesar 28%, cakupan imunisasi dasar lengkap sebesar 80% dimana HB-0 sebesar 80,3%, BCG sebesar 81,3%, DPT sebesar 80,1%, HB-3 sebesar 87%, polio-4 sebesar 83,0%, campak sebesar 81%. Pada tahun 2018 yaitu (48,30%) dimana HB-0 sebesar (77%), BCG sebesar (71%), DPT-HB3/DPT-HB-Hib3 sebesar (61%), polio sebesar (62,7%), campak sebesar (50,46%). Pencapaian desa UCI di kabupaten Aceh Besar selama tiga tahun terakhir yaitu pada tahun 2016 (72%), tahun 2017 yaitu (86%) dan tahun 2018 mengalami penurunan desa UCI sebesar 44% (Dinkes Aceh Besar, 2019).

Hasil pendataan didapatkan 150 Kepala Keluarga dengan jumlah Penduduk 597 jiwa. Kondisi kesehatan yang masih kurang sesuai dijumpai di Desa Lampoh Keude  antara lain yaitu Imunisasi, ASI eksklusif dan rendahnya akseptor Keluarga Berencana.

Berdasarkan rendahnya angka cakupan pemberian Imunisasi tersebut, maka penulis tertarik untuk mengangkat studi kasus tentang Imunisasi ini sebagai keluarga binaan di Desa Lampoh Keude tahun 2021.

B.     Tujuan Umum dan Khusus

1.      Tujuan umum

Untuk dapat mengetahui tingkat kesehatan khususnya ibu dan anak dalam keluarga binaan di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro serta penanggulangannya.

2.      Tujuan khusus

a)      Melakukan pengkajian-pengkajian ibu dan anak dalam konteks keluarga

b)      Memahami dan mentabulasi masalah-masalah kesehatan yang ada pada keluarga

c)      Melakukan perioritas masalah kebidanan yang muncul pada keluarga binaan

d)     Merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada keluarga binaan

e)      Melaksanakan sesuai dengan perencanaan yang ada

f)       Melakukan evaluasi hasil tindakan serta membuat dokumentasi secara tertulis dengan sederhana

 

 

C.    Manfaat

1.      Bagi institusi pendidikan

Dengan adanya laporan praktik belajar lapangan (PBL) ini dapat dipergunakan sebagai referensi di Jurusan Kebidanan Universitas Abulyatama Banda Aceh sehingga menambah wawasan pengetahuan mahasiswa.

2.      Bagi kebidanan komunitas

Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan untuk mengetahui masalah yang terjadi di masyarakat.

 

3.      Bagi keluarga binaan

Dapat mengetahui secara dini adanya masalah kesehatan dalam keluarga.

4.      Bagi penulis

Dapat menambah wawasan dalam menerapkan manajemen asuhan kebidanan komunitas.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

 

A.    Imunisasi Dasar Lengkap

1.      Definisi

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit tertentu, sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain TBC, Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Pertusis, Campak, Rubella, Polio, Radang selaput otak, dan Radang paru-paru (Kemenkes RI, 2018).

Imunisasi adalah pemberian kekebabalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang (Dinengsih & Hendriyani, 2018). Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk merangsang sistim imunologi tubuh untuk membentuk antibodi (kekebalan) yang spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi, PD3I). Kepercayaan dan perilaku kesehatan ibu juga hal yang penting karena akan mempengaruhi status imunisasi anak (Emilya dkk., 2017).

2.      Manfaat Imunisasi dasar lengkap

Manfaat imunisasi yaitu dapat membentuk imunitas kelompok (herd immunity), sehingga dapat mengurangi transmisi virus ke usia yang lebih dewasa dan melindungi kelompok tersebut ketika memasuki usia reproduksi. Penurunan17 kasus penyakit diharapkan dapat berkontribusi terhadap penurunan angka kematian neonatal, bayi dan balita di Indonesia (Kemenkes RI, 2018).

Imunisasi merupakan salah satu intervensi kesehatan yang terbukti paling cost-effective (murah), karena dapat mencegah dan mengurangi kejadian kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat PD3I yang diperkirakan 2 hingga 3 juta kematian tiap tahunnya. Kekebalan yang didapatkan seseorang melalui imunisasi merupakan kekebalan aktif, sehingga apabila terpapar suatu penyakit tertentu maka hanya akan mengalami sakit ringan dan tidak sampai sakit. Penyakit menular seperti TBC, Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Pertusis, Campak, Polio, Radang selaput otak, dan Radang paru-paru merupakan beberapa penyakit yang termasuk ke dalam Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I). Imunisasi akan memberikan perlindungan bagi anak terhadap penyakit berbahaya tersebut dan dapat mencegah kecacatan serta tidak akan menimbulkan kematian (Dilyana, 2019).

3.      Waktu dan Cara Pemberian Imunisasi

a.      Waktu Pemberian Imunisasi

Tabel 1.1 Waktu pemberian imunisasi

Umur

Jenis Imunisasi

0 bulan

Hepatitis B0

1 bulan

BCG, Polio1

2 bulan

DPT-HB-Hib 1, Polio 2

3 bulan

DPT- HB-Hib 2, Polio 3

4 bulan

bulan DPT-HB-Hib 3

9 bulan

Campak

Sumber : Kemenkes RI, 2017.

b.      Cara Pemberian Imunisasi

Tabel 1.2 Cara pemberian imunisasi

Vaksin

Dosis

Cara pemberian

Hepatitis B

0,5 ml

Disuntikkan secara intramuscular didaerah paha

BCG

0,05 ml

Secara intrakutan didaerah lengan kanan atas

Polio

2 tetes

Diteteskan kemulut

DPT-HB-Hib

0,5 ml

Intramuscular pada anterolateral paha lengan kanan untuk balita

Campak

0,5 ml

Subkutan biasanya dilengan kiri atas

Sumber : Kemenkes RI, 2017

4.      Tujuan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat dan bahkan menghilangkan penyakit tertentu di dunia, program imunisasi dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti seperti TBC, difteri, pertusis, tetanus, dan campak (Afriani dkk., 2014).

Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering terjangkit, melalui imunisasi tubuh tidak mudah terserang penyakit menular sangat efektif mencegah suatu penyakit dan menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) pada balita (Simanjuntak, 2019),

5.      Jenis-jenis imunisasi dasar lengkap

a.       Hepatitis B (HB-O)

Imunisasi Hepatitis B berfungsi untuk memberi tubuh kekebalan terhadap penyakit hepatitis B, penyakit hepatitis disebabkan oleh virus yang telah mempengaruhi organ liver (hati). Bayi yang terjangkit virus hepatitis beresiko terkena kangker hati atau kerusakan pada hati. Imunisasi ini harus didapat segera setelah bayi baru lahir, paling lambat 12 jam setelah kelahiran dengan dosis pemberian sebanyak 0,5 ml secara intra muskular. Namun, bayi harus mendapatkan suntikan vitamin K1 dulu 30 menit sebelum divaksin. Setelah jadwal vaksin yang pertama, imunisasi hepatitis B juga harus diulang saat usia 2,3,4 bulan. Pengulangan imunisasi ini bertujuan untuk “memperbarui” jangka waktu perlindungannya dan memperkuat sistem imun anak. (Febri, 2012)

 

Efek Samping:

Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan disekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.

 

Penanganan efek samping:

Orang tua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak ASI (Air Susu Ibu). Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin. Jika demam kenakan pakaian yang tipis dan berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3-4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam). Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.

 

b.      BCG

Imunisasi BCG adalah imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit tuberculosis (TBC), yaitu penyaki paru-paru yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis Complex dan sangat menular biasanya lewat udara oleh batuk seseorang yang terinfeksi penyakit tersebut.

 


Cara pemberian dan Dosis :

 

 

 

 

Dosis pemberian 0.05 ml, sebanyak 1 kali, disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertion musculus deltoideus), dengan menggunakan ADS 0,05 ml (Sumiati, 2015).

 

Efek samping :

2-6 minggu setelah imunisasi BCG daerah bekas suntikan timbul bisul kecil (papula) yang semakin membesar dan dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2-4 bulan, kemudian menyembuh perlahan dengan menimbulkan jaringan parut dengan diameter 2-10 mm.

 

Penanganan efek samping :

Apabila ulkus mengeluarkan cairan perlu dikompres dengan cairan antiseptik. Apabila cairan bertambah banyak atau koreng semakin membesar anjurkan orang tua membawa bayi ke tenaga kesehatan.

 

c.       Pentavalen (DPT-Hb-Hib)

Vaksin pentavalen merupakan vaksin kombinasi dari vaksin DPT, vaksin HB, dan vaksin HiB (haemophilus influenza tipe B) diberikan untuk mencegah 6 penyakit sekaligus, yaitu difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus, hepatitis B, pneumonia, dan meningitis (radang otak).Vaksin kombinasi adalah pemberian dua atau lebih vaksin yang berbeda dalam satu suntikan saja. Ini mengurangi jumlah suntikan pada tubuh anak yang biasanya menimbulkan rasa nyeri, bengkak bahkan trauma anak pada jarum suntik, pemberian beberapa vaksin kombinasi  tidak menyebabkan masalah kesehatan kronis. Kombinasi vaksin terbukti efektif memberikan perlindungan pada anak selama masa pertumbuhan tubuh dan perkembangan sistem kekebalan tubuhnya.Jadwal pemberian vaksin ini sebanyak 3 kali, yaitu pada usia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan secara intramuskular. Jika tidak dicegah sejak dini, beragam penyakit ini bisa menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius pada anak di masa depannya.Difteri, misalnya, dapat menyebabkan penyumbatan jalur napas dan melumpuhkan kerja jantung. Sementara batuk rejan bisa berujung pada infeksi pneumonia, dan tetanus bisa melumpuhkan saraf dan otot-otot tubuh. (Febri, 2012)

 

Cara pemberian dan dosis :

Vaksin harus disuntikkan secara intramuskular pada anterolateral paha atas. Satu dosis anak adalah 0,5 ml.

 

 

 

 

 

 

 

 

Efek samping:

Reaksi lokal sementara, seperti bengkak, nyeri dan kemerahan pada lokasi suntikan disertai demam dapat timbul dalam sejumlah besar kasus. Kadang-kadang reaksi berat, seperti demam tinggi, irritabilitas (rewel), dan menangis dengan nada tinggi dapat terjadi dalam 24 jam setelah pemberian.

 

Penanganan efek samping :

Orang tua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak ASI (Air susu ibu) atau sari buah. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin. Jika demam kenakan pakaian yang tipis dan berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3-4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam). Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat. Jika reaksi bertambah berat dan menetap bawa bayi ke dokter

 

d.      Polio

Vaksin polio terdiri dari 4 rangkaian yang harus dilengkapi semuanya. Vaksin yang pertama diberikan segera setelah bayi baru lahir, yang kedua pada usia 2 bulan, 3 bulan, dan terakhir saat menginjak 4 bulan. Pada pemberian Dosis pertama 0,5 ml vaksin polio tetes pada usia 6-12 minggu. Dosis kedua diberikan 8 minggu setelah dosis pertama. Dosis ketiga diberikan pada usia 6 bulan, paling lambat diberikan pada usia 18 bulan (Febri, 2012)

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Kontra indikasi:

Pada individu yang menderita immune deficiency tidak ada efek berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit.

 

Efek Samping:

Sangat jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio oral. Setelah mendapat vaksin polio oral bayi boleh makan minum seperti biasa. Apabila muntah dalam 30 menit segera diberi dosis ulang

 

Penanganan efek samping:

Orang tua tidak perlu melakukan tindakan apa pun

 

e.       Campak

Imunisasi campak diberikan untuk mencegah penyakit campak (measles). Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapat dilakukan pada umur 9-11 bulan dengan dosis 0,5 cc0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas atau anterolateral paha. sebelum disuntikan, vaksin campak terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut (Febri, 2012)

 

 

 

 

 

 


Efek samping:

Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.

 

 

 

Penanganan efek samping:

Orang tua dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak ASI (air susu ibu) atau saribuah. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin. Jika demam kenakan pakaian yang tipis dan berikan paracetamol 15 mg/kgBB setiap 3-4 jam (maksimal 6 kali dalam 24 jam). Bayi boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat. Jika reaksi tersebut berat dan menetap bawa bayi ke dokter (Kementerian Kesehatan RI, 2018).


BAB III

TINJAUAN KASUS

 

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DALAM KONTEKS KELUARGA Tn. F DI DESA LAMPOH KEUDE

Desa                                        : Lampoh Keude

Tgl. Pengambilan data            : 28 Juli 2021

Dusun                                      : Lampoh Cot 

Nama Pendata                         : Puspita Dewi

A.    Data dan Identifikasi

1.      Biodata

Nama KK              : Tn.F

Umur                     : 38 Tahun

Pendidikan            : SMP

Pekerjaan               : Petani

Agama                   : Islam

Alamat                  : Desa Lampoh Keude Dusun Lam Glee

2.      Nama Anggota Keluarga

NO

Nama

Umur

L/P

Status

Pendidikan

Pekerjaan

Agama

1.

Ny.A

35 tahun

P

Istri

SMA

IRT

Islam

2.

An.A

5 tahun

L

Anak

Paud

-

Islam

3.

An.S

3,5 tahun

P

Anak

-

-

Islam

4.

An.M

5 bulan

P

Anak

-

-

Islam

 

3.       Kegiatan sehari- hari

a.       Kebiasaan tidur

1)      Tn. F tidak rutin tidur siang, tidur malam ± 6 jam/hari

2)      Ny. A tidur siangnya tidak rutin tapi, kadang-kadang. tidur malam ± 7 jam/hari

3)      By. M rutin tidur siang, tidur malam ± 14 jam/hari

b.      Kebiasaan makan

Semua anggota keluarga makan 3x sehari dengan makanan pokok nasi, lauk pauk sesuai dengan kemampuaan keluarga, keluarga tetap makan secara bersama-sama setiap hari.  Pola eliminasi seluruh anggota keluarga menyatakan BAB ± 2x/hari dan BAK ± 5x/hari.

c.       Kebersihan perorangan/personal hygiene

Mandi, gosok gigi dan ganti baju 2x/ hari.

d.      Pola kebiasaan kesehatan

1)      Ada anggota keluarga yang merokok : Suami

2)      Tidak ada waktu khusus untuk berolahraga

e.       Keadaan sosial ekonomi

Penghasilan Tn. F ± diatas Rp. 800.000/bulan jumlah tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari. Keluarga ada menabung.

4.      Data lingkungan

a.       Perumahan

1)      Jenis rumah           : Kayu/Papan

2)      Atap rumah           : Seng

3)      Lantai rumah         : Semen

4)      Ventilasi                : Cukup

5)      Kebersihan dan kerapian   : Cukup

6)      Pembuangan sampah         : Terbuka dibelakang rumah dibakar 1 minggu 3 kali

b.      Sumber air dipergunakan untuk keperluan sehari- hari : Air sumur

c.      Kualitas air               : Tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa

d.     Saluran pembuangan air limbah (SPAL)            : Got

Jarak sumber pembuangan limbah                     : Lebih dari 10 m dari sumur (± 7 m).

a)      Keadaan          : terpelihara.

b)      Kondisi           : terpelihara

e.       Pembuangan Tinja : Septi Tank

Jarak jamban    : <10 meter dari sumur

5.      Pemanfaatan fasilitas kesehatan    :

Bila ada anggota keluarga yang sakit diperiksa di PUSKESMAS atau Bidan Desa.

Keluarga mempunyai Asuransi Kesehatan yaitu BPJS.

6.      Keadaan Kesehatan Keluarga

1.      Tidak ada penyakit yang sering diderita Tn. F

2.      Tidak ada penyakit yang sering diderita Ny. A

3.      Tidak ada penyakit yang sering diderita By. M

7.      Riwayat Imunisasi Dasar Lengkap

Sejak kelahiran anak pertama Tn. F dan Ny. A, ibu mengatakan tetap memberikan Imunisasi kepada anak pertama dan kedua tetapi hanya imunisasi HB0 saja. Namun karena kurangnya pengetahuan sang ibu dan faktor ketakutan terhadap efek dari imunisasi yang beredar dimasyarakat, sehingga Ibu tidak mau memberi imunisasi kepada anak yang ke tiga.

B.     Pemeriksaan fisik

C.    Analisa Data

Masalah kesehatan yang ada di keluarga Tn. F dan Ny. S disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang Imunisasi dan tingginya rasa kekhawatiran terhadap efek samping imunisasi.

D.    Perumusan Masalah

Berdasarkan data dan analisa yang telah dilakukan, maka didapatkan kesimpulan bahwa permasalahan yang muncul disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang Imunisasi

E.     Prioritas Masalah

Untuk mengatasi masalah keluarga Tn. F secara keseluruhan tidak mungkin, oleh karena itu perlu dilakukan prioritas masalah kesehatan, dimana masalah kesehatan yang mengacam kehidupan dan mengancam kesehatan keluarga itulah yang menjadi prioritas masalah.

F.     SOAP Asuhan Kebidanan pada keluarga Tn. F dengan Imunisasi

Hari/ tanggal    : Rabu/28 juli 2021

Tempat                        : Rumah Pasien

Pukul               : 15.00 wib

 

IDENTITAS / BIODATA

          Nama ibu         : Ny. A                             Nama anak   : By. M

          Umur               : 35 tahun                        Umur            : 5 bulan

          Agama             : Islam                              Jenis Kelamin : laki-laki

          Pekerjaan         : IRT                                Anak ke      : Tiga

          Alamat             : Lampoh Keude             

 

a.       Subjek

Ny. A mengatakan by.M tidak pernah diberikan imunisasi. Ibu dan suami tidak ingin memberikan imunisasi kepada by.M dikarnakan khawatir anak nya menjadi sakit.

b.      Objek

Keadaan Umum : Baik

TTV     :

-          Nadi                : 120 x/m

-          Pernafasan       : 32 x/m          

-          Suhu                : 36,2 ℃

BB            : 8,5  kg

TB            :  70  cm

c.       Pemeriksaan Fisik

Kepala                   : Bersih, rambut hitam, tidak ada benjolan.

Wajah                    : Oval, tidak pucat

Mata                      : Simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih.

Hidung                  : Bersih, tidak ada benjolan

Telinga                   : Bersih, tidak ada benjolan

Mulut                     : Tidak ada stomatis, tidak pucat

Leher                     : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak merah

Dada                      : Simetris, Tidak ada rettraksi

Perut                      : Datar, hati dan limfa tidak teraba

Genitalia                : Normal

Ektremitas             : Normal

d.      Assesment

By. M umur 5 bulan dengan tidak diberikan imunisasi dasar lengkap

e.       Planning

1)   Beritahu ibu tentang kondisi anaknya

2)   Beritahu ibu tentang pentingnya imunisasi dasar lengkap

3)   Beritahu ibu untuk cara mengatasi efek samping imunisasi pada bayi

4)   Anjurkan ibu untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak

5)   Anjurkan ibu untuk datang ke Fasilitas kesehatan seperti posyandu setiap bulan nya untuk memeriksakan tumbuh kembang bayinya

f.       Pelaksanaan

Memberi penyuluhan kesehatan mengenai pengertian imunisasi, tujuan imunisasi, jenis-jenis imunisasi, keuntungan dan efek sampingnya.

g.      Evaluasi

Setelah doiberikan penyuluhan ibu dapat menjelaskan kembali tentang pengertian Imunisasi, tujuan Imunisasi, jenis- jenis Imunisasi, keuntungan dan efek sampingnya.

BAB V

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Setelah penulis melakukan praktik lapangan di Desa Lampoh Keude Kecamatan Kuta Baro Kabupaten Aceh Besar diketahui bahwa masih ada ibu yang tidak mengetahui tentang Imunisasi dan tidak mau memberikan imunisasi dasar lengkap kepada anaknya. hal ini desebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang Imunisasi dan tingginya kekhawatiran terhadap efek samping imunisasi. Oleh karena itu penulis melakukan pendekatan dan memberikan penyuluhan kepada keluarga khususnya ibu tentang pentingnya Imunisasi.

 

B.     Saran

1.      Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan kepada Jurusan Kebidanan Universitas Abulyatama untuk lebih memberi bimbingan kepada mahasiswa dalam melaksanakan pendataan dan penulisan laporan, sehingga hasil pendataan tersebut dapat memberikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi.

2.      Bagi Kebidanan Komunitas

Diharapkan dapat menjadi referensi bagi petugas kesehatan.

3.      Bagi Keluarga Binaan

Diharapkan bagi ibu untuk memberikan yang tepat bagi bayi.

4.      Bagi Penulis

Diharapkan bagi petugas kesehatan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada Ibu dan Anak.

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

-            Afriani Tri, Retnosari Andratjati, Subdibyo Supardi. “Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Anak Dan Pengeolaan Vaksin Di Puskesmas Dan Posyandu Kecamatan X Kota Depok.” Jurnal Bulletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vol 12.1 Hal 135-142. (2014)

-            Dillyana, Tri Anisca. "Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan Persepsi Ibu Dengan Status Imunisasi Dasar Di Wonokusumo." Jurnal Promkes: The Indonesian Journal Of Health Promotion And Health Education Hal 67-77.Vol 7 No 1 (2019).

-            Dinengsih dan Hendriyani. “Hubungan Antara Pendidikan, Pengetahuan, Dukungan Keluarga Dan Peran Tenaga Kesehatan Dengan Kepatuhan Ibu Dalam Melakukan Imunisasi Dasar Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di112 Desa Aweh Kabupaten Lebak Provinsi Banten.” Jurnal Kesehatan Kusuma Husada. Hal 202-212. (2018).

-            Dinas Kesehatan Aceh Besar. Profil Kesehatan Aceh Besar Tahun 2019. Kabupaten Aceh Besar.2019.

-            Emilya, Selvia, Yuniar Lestari, And Asterina Asterina. "Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Balita Terhadap Tindakan Imunisasi Dasar Lengkap Di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014." Jurnal Kesehatan Andalas.Hal 386-390.Vol 6.No 2 (2017)

-            Febri. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi campak pada batita di wilayah kerja pukesmas lareh sago halaban kabupaten 50 kota tahun 2012. Universitas  Sumatera Utara Medan

-            Kemenkes RI. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2019.

-            Kemenkes RI.PID 2019.Tingkatkan Cakupan Dan Mutu Imunisasi Lengkap. Jakarta: Kementrian kesehatan RI, 2019

-            Kemenkes RI. Data Dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2018

-            Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2018.

-            Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2017.

-            Simanjuntak, Samuel M., And Indah Nurnisa Nurnisa. "Peningkatan Penget Dan Sikap Ibu Tentang Imunisasi Dengan Pendekatan Promosi118 Kesehatan Tentang Imuniasi Dasar." Media Karya Kesehatan 2.1 (2019).

-            Sumianti, K. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Toto Utara Kecamatan Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango.” Gorontalo.Fikkung.2015

-            World Health Organization. Immunization Coverage. 2019.

-            World Health Organization. Immunization Week. 2019.

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment