DAFTAR
ISI
Kata
Pengantar …………………………………………………………………………………….I
Daftar
Isi ………………………………………………………………………………………….II
BAB
I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………..1
A. Latar
Belakang ……………………………………………………………………………1
B. Tujuan
Penulisan ………………………………………………………………………….1
C. Rumusan
Masalah ………………………………………………………………………...2
BAB
II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………...3
A.
Definisi
………...………………………………………………………………………...3
B.
Etika
…………….………………………………………………………………………..3
C. Patofisiologi …….………………………………………………………………………..5
D. Manifestasi Klinis………………………………………………………………………...7
E. Pemeriksaan Diagnostik …...……………………………………………………………..7
F.
Penatalaksaan
………………………………...…………………………………………..9
G. Komplikasi……………………………………………………………………………….9
H. Konsep Dasar Medik………………………………………..…………………………..10
BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………….19
A. Kesimpulan
……………………………………………………………………………...19
B. Saran
…………………………………………………………………………………….19
Daftar
Pustaka …………………………………………………………………………………...20
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penyakit jantung koroner
(PJK) merupakan kelompok penyakit jantung yang terutama disebabkan penyempitan
arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau spasme koroner, atau
kombinasi dari keduanya. Secara statistik, angka kejadian penyakit jantung
koroner di dunia terus meningkat dari tahun ke tahun, baik di negara berkembang
maupun negara maju. Di Amerika misalnya, sekitar 500.000 orang meninggal akibat
penyakit ini tiap tahunnya. Di Eropa, 40.000 dari 1 juta orang juga menderita
penyakit jantung koroner.(http//google.co.id)
Di Indonesia, penyebab kematian
mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit kardiovaskular. Secara
keseluruhan, jumlah kematian akibat PJK di seluruh dunia adalah sekitar 15 juta
per tahun atau 30% dari seluruh kematian dengan berbagai sebab.Manifestasi
klinik PJK yang klasik adalah angina pektoris.
Angina pektoris ialah
suatu sindroma klinis di mana didapatkan sakit dada yang timbul pada waktu
melakukan aktivitas karena adanya iskemik miokard. Hal ini menunjukkan bahwa
telah terjadi > 70% penyempitan arteri koronaria. Angina pektoris dapat
muncul sebagai angina pektoris stabil (APS, stable angina), dan keadaan ini
bisa berkembang menjadi lebih berat dan menimbulkan sindroma koroner akut (SKA)
atau yang dikenal sebagai serangan jantung mendadak (heart attack) dan bisa menyebabkan
kematian. (American Heart Association (AHA))
Mengingat tingginya
angka kematian akibat PJK, maka kami sebagai mahasiswa/i pembuat makalah ini
akan menjelaskan lebih banyak lagi mengenai Angina Pektoris ini.
B.
Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
penulisan makalah ini
adalah untuk menjelaskan tentang penyakit jantung koroner yaitu angina
pektoris.
2.
Tujuan Khusus
a.
Agar mahasiswa/i dapat mengetahui gejala dari
angina pektoris.
b.
Agar mahasiswa/mahasiswi dapat mengetahui faktor penyebab dan
faktor pencetus.
c.
Agar mahasiswa/i memahami bagaimana membuat asuhan keperawatan
pada pasien dengan angina pektoris.
C.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian dari angina
pektoris?
2. Apa etiologi dari angina pektoris?
3. Ada berapakah klasifikasi angina
pektoris?
4. Bagaimanakah tanda gejala angina
pektoris?
5. Bagaimanaka pathways angina
pectoris?
6. Bagaimanakah penatalaksanaan angina
pectoris?
7. Bagaimanakah pengkajian keperawatan
angina pectoris?
8. Bagaimanakah diagnose keperawatan
dan intervensi angina pectoris?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
Angina pektoris adalah
nyeri dada yang ditimbukan karena iskemik miokard dan bersifat sementara atau
reversibel. (Dasar-dasar keperawatan kardiotorasik, 1993).Angina pektoris
adalah suatu sindroma kronis dimana klien mendapat serangan sakit dada yang
khas yaitu seperti ditekan, atau terasa berat di dada yang seringkali menjalar
ke lengan sebelah kiri yang timbul pada waktu aktifitas dan segera hilang bila
aktifitas berhenti. (Prof. Dr. H.M. Sjaifoellah Noer, 1996)
Angina pektoris adalah
suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis rasa tidak nyaman yang
biasanya terletak dalam daerah retrosternum. (Penuntun Praktis Kardiovaskuler) Angina
pektoris adalah suatu sindroma klinis yang ditandai dengan episode atau
paroksismal nyeri atau perasaan tertekan di dada depan. (Brunner dan Suddart,
1997 Angina pectoris ialah keadaan di mana klien merasa sakit dada yang kuat
akibat dari penyakit jantung ischemic iaitu kekurangan pengaliran darah dan
oksigen ke myocardium jantung. (Angina bermaksud tercekik. Pectoris bermaksud
dada).
Angina biasanya terjadi
waktu latihan, stres emosi yang parah, atau setelah makan yang berat. Selama
periode-periode ini, otot jantung menuntut lebih banyak oksigen darah daripada
arteri-arteri yang menyempit dapat berikan. Angina secara khas berlangsung dari
1 sampai 15 menit dan dibebaskan dengan istirahat atau dengan menempatkan
tablet nitroglycerin dibawah lidah. Nitroglycerin mengendurkan pembuluh-pembuluh
darah dan menurunkan tekanan darah. Keduanya istirahat dan nitroglycerin
mengurangi permintaan otot jantung untuk oksigen, jadi membebaskan angina.
B.
ETIOLOGI
1.
Faktor
penyebab Angina Pektoris
a.
Suplai oksigen yang tidak mencukupi ke
sel-sel otot-otot jantung dibandingkan kebutuhan.
b.
Ketika beraktivitas, terutama aktivitas yang berat, beban kerja
jantung meningkat. Otot jantung memompa lebih kuat.
c.
Riwayat merokok (Baik perokok aktif maupun perokok pasif)
d.
Angina disebabkan oleh penurunan aliran darah yang menuju area
jantung. Kadang-kadang , jenis penyakit jantung yang lain atau hipertensi yang
tidak terkontrol dapat menyebabkan angina.
e.
Ateriosklerosis merupakan istilah umum untuk beberapa
penyakit, dimana dinding arteri menjadi lebih tebal dan kurang
lentur dimana bahan lemak terkumpul dibawah lapisan sebelah dalam dari
dinding arteri.
·
Spasme arteri koroner
·
Anemia berat
·
Artritis
·
Aorta Insufisiensi
2.
Faktor resiko
a.
Dapat Diubah (dimodifikasi)
·
Diet (hiperlipidemia)
·
Rokok
·
Hipertensi
·
Stress
·
Obesitas
·
Kurang aktifitas
·
Diabetes Mellitus
·
Pemakaian kontrasepsi oral
b.
Tidak dapat diubah
·
Usia
·
Jenis Kelamin
·
Ras
·
Herediter
3.
Faktor
pencetus yang dapat menimbulkan serangan
a.
Emosi
b.
Stress
c.
Kerja fisik terlalu berat
d.
Hawa terlalu panas dan lembab
e.
Terlalu kenyang
f.
Banyak merokok
Mekanisme timbulnya
angina pektoris didasarkan pada ketidak adekuatan suplay oksigen ke sel-sel
miokardium yang diakibatkan karena kekakuan arteri dan penyempitan lumen arteri
koroner (ateriosklerosis koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab
ateriosklerosis, namun jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang
bertanggungjawab atas perkembangan ateriosklerosis.
Ateriosklerosis
merupakan penyakir arteri koroner yang paling sering ditemukan. Sewaktu beban
kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan oksigen juga meningkat. Apabila
kebutuhan meningkat pada jantung yang sehat maka artei koroner berdilatasi dan
megalirkan lebih banyak darah dan oksigen keotot jantung. apabila arteri
koroner mengalami kekauan atau menyempit akibat ateriosklerosis dan tidak dapat
berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka
terjadi iskemik (kekurangan suplai darah) miokardium.
Angina Pectoris Adanya
endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya produksi No (nitrat Oksida yang
berfungsi untuk menghambat berbagai zat yang reaktif. Dengan tidak adanya
fungsi ini dapat menyababkan otot polos berkontraksi dan timbul spasmus koroner
yang memperberat penyempitan lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang.
Penyempitan atau blok
ini belum menimbulkan gejala yang begitu nampak bila belum mencapai 75 %. Bila
penyempitan lebih dari 75 % serta dipicu dengan aktifitas berlebihan maka
suplai darah ke koroner akan berkurang.
Sel-sel miokardium
menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan energi mereka.
Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH miokardium dan
menimbulkan nyeri. Apabila kenutuhan energi sel-sel jantung berkurang, maka
suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali fosforilasi oksidatif
untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam laktat. Dengan
hilangnya asam laktat nyeri akan reda. Sejumlah faktor yang dapat menimbulkan
nyeri angina:
1.
Latihan fisik dapat memicu serangan dengan cara meningkatkan
kebutuhan oksigen jantung.
2.
Pajanan terhadap dingin dapat mengakibatkan vasokontriksi dan
peningkatan tekanan darah, disertai peningkatan kebutuhan oksigen.
3.
Makan makanan berat akan meningkatkan aliran darah ke daerah
mesentrik untuk pencernaan, sehingga menurunkan ketersediaan darah unuk supai
jantung.
4.
Stress atau berbagai emosi akibat situasi yang menegangkan,
menyebabkan frekuensi jantung meningkat, akibat pelepasan adrenalin dan
meningkatnya tekanan darah dengan demikian beban kerja jantung juga meningkat.
Penimbunan lemak (lipid) dan jaringan fibrous
pada dinding arteri koroner
↓
Penyempitan pembuluh
darah koroner
↓
Obstruksi / hambatan
aliran darah miokard
↓
Mengubah metabolisme
aerobik menjadi an aerobik
↓
Tertimbun asa laktat
↓
Ph sel menurun
↓
Muncul efek hipoksia
↓
Mengganggu fungsi
ventrikel kiri
↓
Menurunnya fungsi
ventrikel kiri dapat mengurangi curah jantung dengan berkurangnya jumlah curah
jantung sekuncup (jumlah darah yang dikeluarkan setiap kali jantung berdenyut)
↓
Berkurangnya daya
kontraksi dan gangguan gerakan jantung (heremodinamik)
↓
Tekana jantung kiri,
tekanan akhir diastolik ventrikel kiri dan tekanan dan paru-paru kiri meningkat
↓
Peningkatan ringan
tekanan darah dan denyut jantung
↓
Nyeri
Iskemia otot jantung
akan memberi nyeri dengan derajat yang bervariasi, mulai dari rasa tertekan
pada dada sampai nyeri hebat yang disertai dengan rasa takut atau rasa akan
menjelang ajal. Nyeri sangat terasa pada di daerah belakang sternum atas atau
sternum ketiga tengah (retrosentral). Meskipun rasa nyeri biasanya
terlokalisasi, namun nyeri tersebut dapat menyebar ke leher, dagu, bahu, dan
aspek dalam ekstremitas atas.
Pasien biasanya
memperlihatkan rasa sesak, tercekik, dengan kualitas yang terus menerus. Rasa
lemah di lengan atas, pergelangan tangan, dan tangan akan menyertai rasa nyeri.
Selama terjadi nyeri fisik, pasien mungkin akan merasa akan meninggal.
Karakteristik utama nyeri tersebut akan berkurang apabila faktor presipitasinya
dihilangkan. Kualitas nyeri seperti tertekan benda berat, seperti diperas,
terasa panas, kadang-kadang hanya perasaan tidak enak di dada (chest
discomfort).
1.
Elektrokardiogram
Gambaran
elektrokardiogram (EKG) yang dibuat pada waktu istirahat dan bukan pada waktu
serangan angina seringkali masih normal. Gambaran EKG kadang-kadang menunjukkan
bahwa pasien pernah mendapat infark miokard pada masa lampau. Kadang-kadang EKG
menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan angina.
Kadang-kadang EKG menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak
khas. Pada waktu serangan angina, EKG akan menunjukkan adanya depresi segmen ST
dan gelombang T menjadi negatif.
2.
Foto Rontgen
Dada
Foto rontgen dada
seringkali menunjukkan bentuk jantung yang normal, tetapi pada pasien
hipertensi dapat terlihat jantung yang membesar dan kadang-kadang tampak adanya
kalsifikasi arkus aorta.
3.
Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium
tidak begitu penting dalam diagnosis angina pectoris. Walaupun demikian untuk menyingkirkan
diagnosis infark miokard jantung akut maka sering dilakukan pemeriksaan enzim
CPK, SGOT, atau LDH. Enzim tersebut akan meninggi pada infark jantung akut
sedangkan pada angina kadarnya masih normal. Pemeriksaan lipid darah seperti
kadar kolesterol, HDL, LDL, dan trigliserida perlu dilakukan untuk menemukan
faktor resiko seperti hiperlipidemia dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan
untuk menemukan diabetes mellitus yang juga merupakan faktor risiko bagi pasien
angina pectoris.
4.
Uji Latihan Jasmani
Karena pada angina
pectoris gambaran EKG seringkali masih normal, maka seringkali perlu dibuat
suatu ujian jasmani. Pada uji jasmani tersebut dibuat EKG pada waktu istirahat
lalu pasien disuruh melakukan latihan dengan alat treadmill atau sepeda ergometer
sampai pasien mencapai kecepatan jantung maksimal atau submaksimal dan selama
latihan EKG di monitor demikian pula setelah selesai EKG terus di monitor. Tes
dianggap positif bila didapatkan depresi segmen ST sebesar 1 mm atau lebih pada
waktu latihan atau sesudahnya. Lebih-lebih bila disamping depresi segmen ST
juga timbul rasa sakit dada seperti pada waktu serangan, maka kemungkinan besar
pasien memang menderita angina pectoris.
Di tempat yang tidak
memiliki treadmill, test latihan jasmani dapat dilakukan dengan cara Master,
yaitu latihan dengan naik turun tangga dan dilakukan pemeriksaan EKG sebelum
dan sesudah melakukan latihan tersebut.
5.
Thallium
Exercise Myocardial Imaging
Pemeriksaan ini
dilakukan bersama-sama ujian latihan jasmani dan dapat menambah sensifitas dan
spesifitas uji latihan.thallium 201 disuntikkan secara intravena pada puncak
latihan, kemudian dilakukan pemeriksaan scanning jantung segera setelah latihan
dihentikan dan diulang kembali setelah pasien sehat dan kembali normal. Bila
ada iskemia maka akan tampak cold spot pada daerah yang yang menderita iskemia
pada waktu latihan dan menjadi normal setelah pasien istirahat. Pemeriksaan ini
juga menunjukkan bagian otot jantung yang menderita iskemia.
F.
PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan
medis angina adalah untuk menurunkan kebutuhan oksigen jantung dan untuk
meningkatkan suplai oksigen. Secara medis tujuan ini dicapai melalui terapi
farmakologi dan kontrol terhadap faktor risiko. Secara bedah tujuan ini dapat
dicapai melalui revaskularisasi suplai darah jantung melalui bedah pintas
arteri koroner atau angiosplasti koroner transluminar perkutan (PCTA =
percutaneous transluminal coronary angioplasty). Biasanya diterapkan kombinasi
antara terapi medis dan pembedahan.
Tiga teknik utama yang
menawarkan penyembuhan bagi klien dengan penyakit arteri koroner mencakup
penggunaan alat intrakoroner untuk meningkatkan aliran darah, penggunaan laser
untuk menguapkan plak dan endarterektomi koroner perkutan untuk mengangkat
obstruksi. Penelitian yang bertujuan untuk membandingkan hasil akhir yang
dicapai oleh salah satu atau seluruh teknik di atas, melalui bedah pintas
koroner dan PTCA sedang dilakukan. Ilmu pengetahuan terus dikembangkan untuk
mengurangi gejala dan kemunduran proses angina yang diderita pasien.
1)
Stres psikologis
2)
Infark Miokard
3)
Aritmia
4)
Gagal jantung
1.
Pengkajian
Data Subjektif :
1)
Lokasi Nyeri (menyebar kebagian mana)
2)
Dada terasa berat, kencang, seperti diperas.
3)
Awitan dan lamanya nyeri
4)
Faktor-faktor pencetus nyeri: kegiatan, panas, dingin, stres,
makanan.
5)
Faktor-faktor yang dapat mengurangi nyeri : istirahat,
nitrogliserin.
Data Objektif :
Apabila nyeri angina
sedang dialami pasien, fokus perawat adalah tingkah laku pasien, seperti tampak
cemas, ketakutan & memegang dada. Disamping itu, perawat perlu melihat TTV
dan perubahan pada irama jantung.
2.
Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri yang berhubungan dengan penyumbatan arteria koronaria,
vasospasme, hipoksia, uji diagnostik, dan kegiatan yang melelahkan.
2.
Gangguan perfusi jaringan yang berhubungan dengan hipertensi,
angina, penyumbatan arteria koronaria.
3.
Intoleran aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan, suplai
oksigen tidak seimbang dengan kebutuhan, imobilisasi, nyeri kelelahan.
4.
Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan kemampuan kognitif.
5.
Cemas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan,
perubahan fungsi dan peran, konsep diri, ancaman kematian.
3.
Rencana Keperawatan
1. NYERI
AKUT BERHUBUNGAN DENGAN ISKEMIK MIOKARDIUM |
|
Tujuan : Setelah
diberikan tindakan keperawatan diharapkan nyeri pasien berkurang/ teratasi Kriteria hasil
: Pasien menyatakan/menunjukan nyeri hilang, pasien melaporkan
episode angina menurun dalam frekuensi durasi dan beratnya. |
|
INTERVENSI |
RASIONAL |
Anjurkan pasien untuk
memberitahu perawat dengan cepat bila terjadi nyeri dada. |
Nyeri dan penurunan
curah jantung dpat merangsang sistem saraf simpatis untuk mengeluarkan
sejumlah besar nor epineprin, yang meningkatkan agregasi trombosit dan
mengeluarkan trombokxane A2.Nyeri tidak bisa ditahan menyebabkan respon
vasovagal, menurunkan TD dan frekuensi jantung. |
Identifikasi
terjadinya faktor pencetus, bila ada: frekuensi, durasi, intensitas dan
lokasi nyeri. |
Membantu membedakan
nyeri dada dini dan alat evaluasi kemungkinan kemajuan menjadi angina tidak
stabil (angina stabil biasanya berakhir 3 sampai 5 menit sementara angina
tidak stabil lebih lama dan dapat berakhir lebih dari 45 menit. |
Evaluasi laporan
nyeri pada rahang, leher, bahu, tangan atau lengan (khusunya pada sisi kiri. |
Nyeri jantung dapat
menyebar contoh nyeri sering lebih ke permukaan dipersarafi oleh tingkat
saraf spinal yang sama. |
Letakkan pasien pada
istirahat total selama episode angina. |
Menurunka kebutuhan
oksigen miokard untuk meminimalkan resiko cidera jaringan atau nekrosis. |
Tinggikan kepala
tempat tidur bila pasien napas pendek |
Memudahkan pertukaran
gas untuk menurunkan hipoksia dan napas pendek berulang |
Pantau kecepatan atau
irama jantung |
Pasien angina tidak
stabil mengalami peningkatan disritmia yang mengancam hidup secara akut, yang
terjadi pada respon terhadap iskemia dan atau stress |
Panatau tanda vital
tiap 5 menit selama serangan angina |
TD dapat meningkat
secara dini sehubungan dengan rangsangan simpatis, kemudian turun bila curah
jantung dipengaruhi. |
Pertahankan tenang ,
lingkungan nyaman, batasi pengunjung bila perlu |
Stres mental atau
emosi meningkatkan kerja miokard |
Berikan makanan
lembut. Biarkan pasien istirahat selama 1 jam setelah makan |
Menurunkan kerja
miokard sehubungan dengan kerja pencernaan, manurunkan risiko serangan angina |
Kolaborasi: Berikan antiangina
sesuai indikasi: nitrogliserin: sublingual |
Nitrigliserin
mempunyai standar untuk pengobatan dan mencegah nyeri angina selam lebih dari
100 tahun |
2. PENURUNAN
CURAH JANTUNG BERHUBUNGAN DGN PERUBAHAN INOTROPIK (ISKEMIA MIOKARD
TRANSIEN/MEMANJANG) |
|
Tujuan: Setelah
diberikan tindakan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan curah jantung. Kriteria
hasil: Pasien melaporkan penurunan episode dipsnea, angina dan disritmia
menunjukkan peningkatan toleransi aktivitas, klien berpartisipasi pada
perilaku atau aktivitas yang menurunkan kerja jantung. |
|
INTERVENSI |
RASIONAL |
Pantau tanda vital,
contoh frekuensi jantung, tekanan darah. |
Takikardi dapat terjadi
karena nyeri, cemas, hipoksemia, dan menurunnya curah jantung. Perubahan juga
terjadi pada TD (hipertensi atau hipotensi) karena respon jantung |
Evaluasi status
mental, catat terjadinya bingung, disorientasi. |
Menurunkan perfusi
otak dapat menghasilkan perubahan sensorium. |
Catat warna kulit dan
adanya kualitas nadi |
Sirkulasi perifer
menurun bila curah jantung turun, membuat kulit pucat dan warna abu-abu
(tergantung tingkat hipoksia) dan menurunya kekuatan nadi perifer |
Mempertahankan tirah
baring pada posisi nyaman selama episode akut |
Menurunkan konsumsi
oksigen atau kebutuhan menurunkan kerja miokard dan risiko dekompensasi |
Berikan periode
istirahat adekuat. Bantu dalam atau melakukan aktivitas perawatan diri,
sesuai indikasi |
Penghematan energy,
menurunkan kerja jantung. |
Pantau dan catat efek
atau kerugian respon obat, catat TD, frekuaensi jantung dan irama (khususnya
bila memberikan kombinasi antagonis kalsium, betabloker, dan nitras) |
Efek yang diinginkan
untuk menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan menurunkan stress
ventricular. Obat dengan kandungan inotropik negative dapat menurunkan
perfusi terhadap iskemik miokardium. Kombinasi nitras dan penyekat beta dapat
memberi efek terkumpul pada curah jantung. |
Kaji tanda-tanda dan
gejala-gejala GJK |
Angina hanya gejalab
patologis yang disebabkan oleh iskemia miokard.penyakit yang emepengaruhi
fungsi jantung emnjadi dekompensasi. |
Kolaborasi : Berikan obat sesuai
indikasi : penyekat saluran kalsium, contoh ditiazem (cardizem); nifedipin
(procardia); verapamil(calan). |
Meskipun berbeda pada
bentuk kerjanya, penyekat saluran kalsium berperan penting dalam mencegah dan
menghilangkan iskemia pencetus spasme arteri koroner dan menurunkan tahanan
vaskuler, sehingga menurunkan TD dan kerja jantung. |
Penyakit beta, contoh
atenolol (tenormin); nadolol (corgard); propanolol (inderal); esmolal
(brebivbloc). |
Obat ini menurunkan
kerja jantung dengan menurunkan frekuensi jantung dan TD sistolik. |
3. INTOLERANSI
AKTIFITAS BERHUBUNGAN DENGAN SERANGAN ISKEMIA OTOT JANTUNG, BERKURANGNYA
CURAH JANTUNG. |
|
Tujuan : Setelah
diberikan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat berpartisipasi dalam
aktivitas yang diinginkan/diperlukan. Kriteria hasil
: Pasien melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat
diukur, pasien menunjukan penurunan dalam tanda-tanda intoleransi fisiologis. |
|
INTERVENSI |
RASIONAL |
Kaji respons klien
terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 20 kali per menit di
atas frekuensi istirahat; peningkatan TD yang nyata selama/sesudah aktivitas;
dispnea atau nyeri dada; keletihan dan kelemahan yang berlebihan;
diaphoresis; pusing atau pingsan. |
Menyebutkan parameter
membantu dalam mengkaji respons fisiologi terhadap stress aktivitas dan, bila
ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat
aktivitas. |
Instruksikan pasien
tentang teknik penghematan energi. |
Teknik menghemat
energi mengurangi penggunaan energy, juga membantu keseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen. |
Berikan dorongan
untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi.
Berikan bantuan sesuai kebutuhan. |
Kemajuan aktivitas
bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba. Memberikan bantuan
hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam melakukan aktivitas. |
4. ANSIETAS
BERHUBUNGAN DENGAN RESPON PATOFISIOLOGIS DAN ANCAMAN TERHADAP STATUS
KESEHATAN. |
|
Tujuan : Setelah
diberikan tindakan keperawatan diharapkan ansietas pasien turun sampai
tingkat yang dapat diatasi. Kriteria hasil
: Pasien menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara sehat sesuai,
pasien menunjukkan strategi koping efektif/keterampilan pemecahan masalah,
pasien melaporkan ansietas menurun sampai tingkat yang dapat diatasi. |
|
INTERVENSI |
RASIONAL |
Jelaskan tujuan tes
dan prosedur, contoh tes stress. |
Menurunkan cemas dan
takut terhadap diagnose dan prognosis. |
Tingkatkan ekspresi
perasaan dan takut,contoh menolak, depresi, dan marah. |
Perasaan tidak
ekspresikan dapat menimbulkan kekacauan internal dan efek gambaran diri. |
Dorong keluarga dan
teman untuk menganggap pasien sebelumnya. |
Meyakinkan pasien
bahwa peran dalam keluarga dan kerja tidak berubah. |
Kolaborasi : berikan
sedative, tranquilizer sesuai indikasi |
Mungkin diperlukan
untuk membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu untuk membuat strategi
koping adekuat. |
5. KURANG
PENGETAHUAN (KEBUTUHAN BELAJAR) MENGENAI KODISI, KEBUTUHAN PENGOBATAN
BERHUBUNGAN DENGAN KURANGNYA INFORMASI. |
|
Tujuan
: Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan pengetahuan pasien
bertambah. Kriteria hasil
: Pasien menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan pengobatan,
berpartisipasi dalam program pengobatan serta melakukan perubahan pola hidup. |
|
INTERVENSI |
RASIONAL |
Kaji ulang
patofisiologi kondisi. Tekankan perlyunya mencegah serangan angina. |
Pasien dengan angina
membutuhkan belajar mengapa hal itu terjadi dan apakah dapat dikontrol. Ini
adalah focus manajemen terapeutik supaya menurunkan infark miokard. |
Dorong untuk menghindari
faktor/situasi yang sebagai pencetus episode angina, contoh: stress
emosional, kerja fisik, makan terlalu banyak/berat, terpajan pada suhu
lingkungan yang ekstrem |
Dapat menurunkan
insiden /beratnya episode iskemik. |
Kaji pentingnya
control berat badan, menghentikan merokok, perubahan diet dan olahraga. |
Pengetahuan faktor
resiko penting memberikan pasien kesempatan untuk membuat perubahan
kebutuhan. |
Tunjukan/dorong
pasien untuk memantau nadi sendiri selama aktivitas, jadwal/aktivitas
sederhana, hindari regangan. |
Membiarkan pasien
untuk mengidentifikasi aktivitas yang dapat dimodifikasi untuk menghindari
stress jantung dan tetap dibawah ambang angina. |
Diskusikan langkah
yang diambil bila terjadi serangan angina, contoh menghentikan aktivitas, pemberian
obat bila perlu, penggunaan teknik relaksasi. |
Menyiapkan pasien
pada kejadian untuk menghilangkan takut yang mungkin tidak tahu apa yang
harus dilakukan bila terjadi serangan. |
Kaji ulang obat yang
diresepkan untuk mengontrol/mencegah serangan angina. |
Angina adalah kondisi
rumit yang sering memerlukan penggunaan banyak obat untuk menurunkan kerja
jantung, memperbaiki sirkulasi koroner, dan mengontrol terjadinya serangan. |
Tekankan pentingnya
mengecek dengan dokter kapan menggunakan obat-obat yang dijual bebas. |
Obat yang dijual
bebas mempunyai potensi penyimpangan. |
4.
Evaluasi
1.
Mengungkapkan bahwa nyeri angina berkurang atau hilang.
2.
Menunjukkan hemodinamik yang stabil (nadi dan tekanan darah)
dengan melakukan kegiatan seperti aktivitas hidup sehari-hari.
3.
Dapat mengidentifikasi kegiatan yang melelahkan dan dapat
menghindarinya.
4.
Dapat menyebutkan faktor-faktor pencetus serangan angina.
5.
Dapat menjelaskan sifat angina & pengobatannya.
6.
Dapat menjelaskan teknik yang efektif untuk menangani stres.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari makalah yang telah
dibuat maka dapat disimpulkan bahwa Angina Pektoris merupakan nyeri dada
sementara atau perasaan tertekan didaerah jantung. atau nyeri dada
yang disebabkan oleh tidak adekuatnya aliran oksigen terhadap miokardium.
Angina Pektoris merupakan suatu penyakit berbahaya yang timbul karena
penyempitan arteri yang menyalurkan darah ke otot-otot jantung.
B. SARAN
1)
Mahasiswa diharapkan lebih memahami konsep dari penyakit angina
pektoris sebagai dasar dalam memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas.
2)
Mahasiswa harus mampu memberikan pengarahan dan motivasi pada
keluarga dengan klien yang menderita angina pektoris.
DAFTAR
PUSTAKA
Mary Baradero, Mary Wilfrid Dayrit, Yakobus
Siswadi, 2008, Seri Asuhan Keperawatan Kilen Gangguan Kardiovaskuler,
Jakarta: EGC
http://samudra-fox.blogspot.com/2012/04/laporan-pendahuluan-angina-pectoris.html
http://seputarsehat.com/asuhan-keperawatan-angina-pectoris
http://sistemkardiovaskular.blogspot.com/2009/01/penyakit-arteri-koronari.html
No comments:
Post a Comment