DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR
ISI.......................................................................................................... ii
BAB
I LAPORAN KASUS.................................................................................. 1
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 5
2.1
Dermatofitosis.................................................................................................... 7
2.1.1 Definisi
Dermatofitosis......................................................................... 7
2.1.2 Etiologi.................................................................................................. 7
2.1.3 Klasifikasi............................................................................................. 7
2.1.4 Tinea
Pedis............................................................................................ 8
2.1.5 Gejala
Klinis.......................................................................................... 8
2.1.6 Penunjang
Diagnosis............................................................................. 9
2.1.7 Diagnosis
Banding................................................................................ 9
2.1.8 Penatalaksanaan.................................................................................. 10
2.1.9 Edukasi
pasien dengan infeksi jamur.................................................. 11
2.1.10 Prognosis............................................................................................. 11
BAB
III PEMBAHASAN.................................................................................. 12
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................... 15
BAB I
LAPORAN
KASUS
IDENTITAS
Nama :Tn. M
Umur :62 tahun
Jenis Kelamin :Laki-Laki
Bangsa/Suku :Aceh
Kawin/Tidak Kawin :Kawin
Agama :Islam
Pekerjaan :Pensiun
Alamat :Lampoh
Daya, Banda Aceh
ANAMNESIS
»
Keluhan Utama:
Ø Gatal di kaki kanan dan
kiri, berbentuk bintik-bintik
kemerahan serta sisik
berwarna putih dan terdapat bercak kecoklatan sejak 1 minggu yang lalu.
»
Riwayat Perjalanan Penyakit:
Ø Pasien seorang
laki-laki berusia 62 tahun datang ke poliklinik RSUD Meuraxa dengan keluhan
gatal pada kaki kanan dan kiri yang berbentuk bintik – bintik kemerahan serta terdapat kecoklatan dan sisik
berwarna putih yang sudah berlangsung sejak 1 minggu yang lalu.
Ø 1 Minggu yang
lalu pasien mengeluh timbul bercak kemerahan di kaki kanan dan kiri, berak
tersebut kering dan gatal. Karena gatal, pasien mengaku sering menggaruk bercak
tersebut. Lama kelamaan bercak kemerahan tersebut berubah menjadi bersisik,
berwarna putih dan bercak kecoklatan.
Ø Pasien
mengatakan keluhan gatal yang dirasakan mengganggu kehidupan sehari – hari,
sehingga pasien akhirnya memutuskan untuk berobat ke poliklinik RSUD Meuraxa.
» Riwayat Penyakit Keluarga:
Ø Pasien
menyangkal ada yang menderita keluhan yang serupa di keluarganya. Riwayat
penyakit kulit dalam keluarga juga disangkal.
» Riwayat Penyakit Terdahulu:
Ø Pasien pernah
menderita keluhan yang sama sebelumnya. Gejala seperti ini pernah dirasakan pasien 6 bulan yang lalu.
PEMERIKSAAN:
STATUS
GENERALISATA:
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Gizi : Baik
Suhu Badan : Dalam Batas Normal
Nadi : Dalam Batas Normal
Tekanan Darah : Normal
Pernafasan : Normal
Keadaan Spesifik
Kepala : Normocephali
Leher : Dalam Batas Normal
Abdomen : Dalam Batas Normal
Genitalia : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Thoraks : Dalam Batas Normal
Ekstremitas : Tidak terdapat kelainan gerakan, tidak
terdapat atrofi otot
STATUS
DERMATOLOGIKUS:
Lokalisasi :Regional
Ruam
Primer
Bentuk :Makula,Eritema
Ukuran :Miliar,
Lentikular
Susunan :Anuler
Distribusi :Regional
Warna :Merah, sisik berwarna
putih, bercak kecoklatan
Lesi :Multipel,
diskret, berbentuk tidak beraturan, berbatas tegas, kering
Efloresensi :Makula
eritematosa, skuama halus berwarna putih
Sekunder
Skuama, Krusta,
likenifikasi
TES
TES YANG DILAKUKAN:
Ø Tidak dilakukan tes
PEMERIKSAAN
LABOLATORIK:
Rutin :Tidak dilakukan
pemeriksaan
Khusus :Tidak
dilakukan pemeriksaan
RINGKASAN:
Ø Pasien seorang
laki-laki berusia 62 tahun datang ke poliklinik RSUD Meuraxa dengan keluhan
gatal pada kaki kanan dan kiri yang berbentuk bintik – bintik kemerahan serta terdapat kecoklatan dan sisik
berwarna putih yang sudah berlangsung sejak 1 minggu yang lalu.
Ø Pada anamnesis
didapatkan 1 minggu yang lalu, pasien mengeluh timbul bercak kemerahan di kaki
kanan dan kiri, bercak tersebut kering dan gatal. Karena gatal, pasien mengaku
sering menggaruk bercak tersebut yang lama – kelamaan berubah menjadi bersisik
dan berwarna putih. Keluhan yang dirasakan sangat menggangu aktifitas sehari –
hari, sehingga akhirnya pasien memutuskan untuk berobat ke poliklinik kulit dan
kelamin RSUD Meuraxa. Penderita sudah pernah mengalami keluhan yang sama
sebelumnya yaitu ± 6 bulan yang lalu. Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit
DM. Pasien menyangkal ada yang menderita keluhan yang serupa di keluarganya.
Ø Pada pemeriksaan
fisik, status generalis dalam batas normal. Pada status dermatologi, didapatkan
distribusi : regional; ad regio: dorsum pedis dextra dan sinistra; lesi:
multipel, diskret, berbentuk tidak beraturan, berbatas tegas, kering;
efloresensi: makula eritematosa, skuama halus berwarna putih.
DIAGNOSA
BANDING:
Ø Tinea Pedis
Ø Liken simpleks
kronik
Ø Dermatitis
Kontak
Ø Kandidosis
Ø Psoriasis
DIAGNOSIS:
Ø Tinea Pedis
DIAGNOSIS
SEMENTARA:
Ø Tinea Pedis
PENATALAKSANAAN :
Umum
Ø Memberikan
penjelasan kepada pasien tentang penyakit yang diderita dan cara pengobatannya.
Ø Menerangkan pentingnya
menjaga kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggal.
Ø Menyarankan bila
terasa gatal, sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras karena dapat menyebabkan
luka dan infeksi sekunder.
Ø Pemakaian obat
yang diberikan harus diberikan rutin agar mencapai penyembuhan yang maksimal.
Ø Gunakan sandal
atau sepatu yang lebar dan keringkan jari kaki setelah mandi.
Khusus
a) Topikal
Ø Obat pilihan:
Golongan Alilamin (krim terbinafin, butenafin) sekali sehari selama 1-2 minggu.
Ø Alternatif:
o Golongan azol:
misalnya, krim mikonazol, ketokonazol, klotrimazol 2 kali sehari selama 4-6
minggu.
o Siklopiroksalamin
(ciclopirox gel 0.77% atau krim 1%) 2 kali sehari selama 4 minggu untuk tinea
pedis dan tinea interdigitalis.
b)
Sistemik
Ø Obat
pilihan : Terbinafin 250 mg/hari selama
2 minggu.
Ø Alternatif : Itrakonazol 2×100 mg/hari selama 3 minggu
atau 100 mg/hari selam 4 minggu.
PEMERIKSAAN
ANJURAN:
Ø Pemeriksaan
kerokan kulit dengan KOH 10-20%
PROGNOSIS:
Ø Bila diobati
dengan benar, penyakit akan sembuh dan tidak kambuh, kecuali bila terpajan
ulang dengna jamur penyebab. Tinea pedis menjadi kronik dan rekuren bila sumber
penularan terus-menerus ada.
o Quo ad vitam : Bonam
o Quo ad functionam : Bonam
o Quo ad sanactionam : Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dermatofitosis
2.1.1 Definisi
Dermatofitosis
Dermatofitosis
adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum
korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur
dermatofita. Jamur ini dapat menginvasi seluruh lapisan stratum korneum dan
menghasilkan gejala melalui aktivasi respons imun pejamu. 1
2.1.2
Etiologi
Dermatofita
adalah golongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis. Golongan jamur ini
mempunyai sifat mencekam keratin. Dermatifita termasuk kelas Fungi imperfecti, yang terbagi dalam 3
genus, yaitu Microsporum, Tricophyton dan Eidemophyton. 1
Untuk
kepentingan klinis dan epidemiologis, dermatofita yang menginfeksi manusia
dibagi berdasarkan tempat hidupnya, yaitu geofilik untuk jamur yang berasal
dari tanah antara lain M.Gypseum;
golongan zoofilik berasal dari hewan, misalnya M.Canis; antropofilik khusus untuk jamur yang bersumber dari manusia
contohnya T.rubrum. 1
2.1.3
Klasifikasi
Terdapat
beberapa variasi gambaran klinis dermatofitoss, hal ini bergantung pada spesies
penyebab, ukuran inokulum jamur, bagian tubuh yang terkena, dan sistem imun
pejamu. Selanjutnya untuk kemudahan diagnosis dan tatalaksana maka
dermatofitosis dibagi menjadi beberapa bentuk, yaitu : 1
·
Tinea kapitis, dermatofitosis pada kulit dan rambut
kepala
·
Tinea barbe, dermatofitosis pada dagu dan jenggot
·
Tinea kruris, dermatofitosis pada daerah genitokrural,
sekitar anus, bokong, dan kadang-kadang samapi perut bagian bawah
·
Tinea pedis et manum, dermatofitosis pada kaki dan tangan
·
Tinea unguium, dermatofitosis pada kuku jari tangan dan
kaki
·
Tinea korporis, dermatofitosis pada kulit glabrosa pada
bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5 tinea di atas.
2.1.4
Tinea Pedis
Tinea pedis
adalah dermatofitosis pada kaki terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki.
Tinea pedis disebabkan oleh T. rubrum (tersering),
T. Interdigitale, E. Flocossum. Faktor predisposisi dapat
berupa panas, lingkungan lembab, penggunaan alas kaki tertutup, hiperhidrosis. 1
2.1.5
Gejala Klinis
Tinea pedis (Athlete’s foot, ringworm of the foot,
kutu air)
1.
Tinea pedis yang paling tersering dilihat adalah bentuk
interdigitalis. Di antara jari IV dan V terlihat fisura yang dilingkara sisik
halus dan tipis. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari. Kelainan ini dapat
meluas ke bawah jari (subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Oleh karena
daerah ini lembab, maka sering dilihat maserasi. Aspek klinis maserasi berupa kulit putih dan
rapuh. Bila bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit
baru, yang pada umumnya juga telah diserang oleh jamur. Bentuk klinis dapat
berlangsung bertahun-tahun dengan menimbulkansedikit keluhan atau tanpa keluhan
sama sekali. Pada suatu ketika kelainan ini dapat disertai infeksi sekunder
oleh bakteri sehingga terjadi selulitis, limfangitis, limfadenitis, dan dapat
pula terjadi erisipelas, yang disetai gejala-gejala umum.
2.
Bentuk lain ialah yang disebut moccasin foot. Pada seluruh kaki, dari telapak, tepi sampai punggung
kaki terlihat kulit menebal dan bersisisk; eritema biasanya ringan dan terutama
terlihat pada bagian tei lesi. Bersifat kronik dan sering resisten pada
pengobatan. Di bagian tep lesi dapat pula dilihat papul dan kadang-kadang
vesikel.
3.
Pada bentuk subakut terlihat vesikel, vesiko-pustul dan
kadang-kadang bula. Kelainan ini dapat mulai pada daerah sela jari, kemudian
meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Isi vesikel berupa cairan jernih
yang kental. Setelah pecah, vesikel tersebut meninggalkan sisik, yang terbentuk
lingkaran yang disebut koleret. Infeksi sekunder oleh bakteri dapat terjadi
juga bentuk ini. Jamur terdapat pada bagian atap vesikel. Untuk menemukannya,
sebaiknya diambil atap vesikel atau bula untuk diperiksa secara sediaan
langsung atau untuk dibiak.
Tinea pedis
banyak terlihat pada orang yang dalam kehidupan sehari – hari banyak bersepatu
tertutup disertai perawatan kaki yang buruk dan para pekerja dengan kaki yang
selalu atau sering basah. Penderita biasanya orang dewasa. 1
2.1.6
Penunjang Diagnosis
Pemeriksaan
mikologik untuk membantu menegakkan diagnosis terdiri atas pemeriksaan langsung
sediaan basah dan biakan. Pemeriksaan lain, misalnya pemeriksan histopatologik,
percobaan binatang, dan imunologik tidak diperlukan. 1
Pada
pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis, yang
dapat berupa kerokan kulit, rambut, kuku. 1
Pemeriksaan
sediaan langsung kerokan kulit atau kuku menggunakan mikroskop dan KOH 20% yang
tampak hifa panjang atau artrospora. 2
2.1.7
Diagnosis Banding
Tinea pedis
harus dibedakan dengan dengan dermatitis, yang biasanaya batasnya tidak jelas,
bagian tepi tidak lebih aktif daripada bagian tengah. Adanya vesikel-vesikel
steril pada jari-jari kaki dan tangan (pomlifoks) dapat merupakan reaksi id,
yaitu akibat setempat hasil reaksi hipersensitivitas terhadap antingen yang
yang beerada di lokasi lain. Efek samping obat topikal juga dapat memberi
gambaran serupa yang menyerupai eksim atau dermatitis, sehingga perlu dipikirkan
adanya dermatitis kontak. Pada hiperhidrosis terlihat kulit mengelupas atau
maserasi. Kalau hanya terlihat vesikel-vesikel, biasanya terletak sangat dalam
dan terbatas pada telapak kaki dan tangan. Kelainan tidak meluas sampai di
sela-sela jari. 1
Penyakit
lain yang harus mendapat perhatian adalah kandidosis (erosi interdigitalasis
blastomisetika), Dermatitis kontak, psoriasis, keratoderma, skabies, liken
simpleks kronik, membedakannya dengan tinea pedis murni kadang-kadang agak
sulit. Infeksi sekunder dengan spesies Candida
atau bakteri lain juga sering menyertai tinea pedis, sehingga pemeriksaan
laboratorium dan interpretasi yang bijaksana diperlukan untuk membedakan satu
dengan yang lain. 1
2.1.8
Penatalaksanaan
Nonmedikamentosa
1.
Menghindari dan mengeliminasi agen penyebab
2.
Mencegah agen penularan3
Medikamentosa
Ø Tinea pedis
1.
Topikal
o
Obat pilihan : golongan alilamin (krim terbinafin,
butenafin) sekali sehari selama 1-2
minggu.
o
Alternatif:
§ Golongan azol:
misalnya, krimmikonazol, ketokonazol, klotrimazol 2 kali sehari selama 4-6
minggu.
§ Siklopiroksalamin
(ciclopirox gel 0,77% atau krim 1%) 2 kali sehari selama 4 minggu untuk tinea
pedis dan tinea interdigitalis.3
2.
Sistemik
§ Obat pilihan :
Terbinafin 250 mg/hari selama 2 minggu. Anak-anak 5 mg/kgBB/hari selama 2
minggu.
§ Alternatif :
Itrakonazol 2×100 mg/hari selama 3 minggu atau 100 mg/hari selama 4 minggu.3
2.1.9
Edukasi pasien dengan infeksi jamur
Ø Memberikan
penjelasan kepada pasien tentang penyakit yang diderita dan cara pengobatannya.
Ø Menerangkan
pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggal.
Ø Menyarankan bila
terasa gatal, sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras karena dapat menyebabkan
luka dan infeksi sekunder.
Ø Pemakaian obat
yang diberikan harus diberikan rutin agar mencapai penyembuhan yang maksimal.
Ø Gunakan sandal
atau sepatu yang lebar dan keringkan jari kaki setelah mandi.3
2.1.10
Prognosis
Ø
Quo ad vitam :
Bonam
Ø
Quo ad functionam
: Bonam
Ø
Quo ad sanactionam : Bonam
BAB III
PEMBAHASAN
Temuan pada
pasien |
Berdasarkan
teori |
Data diri
pasien Nama : Tn. M Jenis
kelamin : Laki-laki Umur : 62 tahun No.RM : 138632 Diagnosa : Tinea pedis |
Tinea pedis adalah dermatofitosis pada kaki terutama
pada sela-sela jari dan telapak kaki. Tinea pedis disebabkan oleh T. rubrum (tersering), T. Interdigitale, E. Flocossum. Faktor predisposisi dapat berupa panas, lingkungan
lembab, penggunaan alas kaki tertutup, hiperhidrosis. |
Pasien seorang
laki-laki berusia 62 tahun datang ke poliklinik RSUD Meuraxa dengan keluhan
gatal pada kaki kanan dan kiri yang berbentuk bintik – bintik kemerahan serta terdapat kecoklatan dan
sisik berwarna putih yang sudah berlangsung sejak 1 minggu yang lalu. Pada
anamnesis didapatkan 1 minggu yang lalu, pasien mengeluh timbul bercak
kemerahan di kaki kanan dan kiri, bercak tersebut kering dan gatal. Karena
gatal, pasien mengaku sering menggaruk bercak tersebut yang lama – kelamaan
berubah menjadi bersisik dan berwarna putih. Keluhan yang dirasakan sangat
menggangu aktifitas sehari – hari, sehingga akhirnya pasien memutuskan untuk
berobat ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Meuraxa. Penderita sudah pernah
mengalami keluhan yang sama sebelumnya yaitu ± 6 bulan yang lalu. Pasien
tidak mempunyai riwayat penyakit DM. Pasien menyangkal ada yang menderita
keluhan yang serupa di keluarganya. |
Tinea pedis
(Athlete’s foot, ringworm of the foot, kutu air) 1. Tinea pedis yang paling tersering dilihat
adalah bentuk interdigitalis. Di antara jari IV dan V terlihat fisura yang
dilingkara sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari.
Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan juga ke sela jari
yang lain. Oleh karena daerah ini lembab, maka sering dilihat maserasi. Aspek
klinis maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Bila bagian kulit yang mati ini
dibersihkan, maka akan terlihat kulit baru, yang pada umumnya juga telah
diserang oleh jamur. Bentuk klinis dapat berlangsung bertahun-tahun dengan
menimbulkansedikit keluhan atau tanpa keluhan sama sekali. Pada suatu ketika
kelainan ini dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi
selulitis, limfangitis, limfadenitis, dan dapat pula terjadi erisipelas, yang
disetai gejala-gejala umum. 2. Bentuk lain ialah yang disebut moccasin
foot. Pada seluruh kaki, dari telapak, tepi sampai punggung kaki terlihat kulit
menebal dan bersisisk; eritema biasanya ringan dan terutama terlihat pada
bagian tei lesi. Bersifat kronik dan sering resisten pada pengobatan. Di
bagian tep lesi dapat pula dilihat papul dan kadang-kadang vesikel. 3. Pada bentuk subakut terlihat vesikel, vesiko-pustul
dan kadang-kadang bula. Kelainan ini dapat mulai pada daerah sela jari,
kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Isi vesikel berupa cairan
jernih yang kental. Setelah pecah, vesikel tersebut meninggalkan sisik, yang
terbentuk lingkaran yang disebut koleret. Infeksi sekunder oleh bakteri dapat
terjadi juga bentuk ini. Jamur terdapat pada bagian atap vesikel. Untuk
menemukannya, sebaiknya diambil atap vesikel atau bula untuk diperiksa secara
sediaan langsung atau untuk dibiak. Tinea pedis banyak terlihat pada orang
yang dalam kehidupan sehari – hari banyak bersepatu tertutup disertai
perawatan kaki yang buruk dan para pekerja dengan kaki yang selalu atau
sering basah. Penderita biasanya orang dewasa. |
Pemeriksaan
Fisik Kulit Makroskopik
(Inspeksi): Pasien mengeluh timbul bercak kemerahan di kaki kanan dan kiri,
bercak tersebut kering dan gatal. Karena gatal, pasien mengaku sering
menggaruk bercak tersebut yang lama – kelamaan berubah menjadi bersisik dan
berwarna putih Berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik kulit (Inspeksi), dan gejala klinis dapat
ditegakkan diagnosis Tinea pedis. |
Topikal Ø Obat pilihan : golongan alilamin (krim
terbinafin, butenafin) sekali sehari selama
1-2 minggu. Ø Alternatif: o
Golongan
azol: misalnya, krimmikonazol, ketokonazol, klotrimazol 2 kali sehari selama
4-6 minggu. o
Siklopiroksalamin
(ciclopirox gel 0,77% atau krim 1%) 2 kali sehari selama 4 minggu untuk tinea
pedis dan tinea interdigitalis Sistemik Ø Obat pilihan : Terbinafin 250
mg/hari selama 2 minggu. Anak-anak 5 mg/kgBB/hari selama 2 minggu. Ø Alternatif : Itrakonazol 2×100
mg/hari selama 3 minggu atau 100 mg/hari selama 4 minggu. |
Tatalaksana Medikamentosa:
Topikal Ø Golongan alilamin, Golongan
azol, Siklopiroksalamin Sistemik Terbinafin, Itrakonazol |
|
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A. Ilmu Penyakit
Kulit Dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2017.
2. Murtiastutik D, ed. Atlas Penyakit
Kulit Dan Kelamin. 2nd ed. Surabaya: AIRLANGGA UNIVERSITY PRESS; 2018.
3. Widaty S, ed. Panduan Praktik Klinis.
Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit Dan Kelamin Indonesia; 2017.
No comments:
Post a Comment