Friday, 30 July 2021

LAPORAN KASUS TINEA PEDIS

 

DAFTAR ISI

 

 

KATA PENGANTAR........................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

 

BAB I LAPORAN KASUS.................................................................................. 1

 

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................... 5

2.1 Dermatofitosis.................................................................................................... 7

2.1.1    Definisi Dermatofitosis......................................................................... 7

2.1.2    Etiologi.................................................................................................. 7

2.1.3    Klasifikasi............................................................................................. 7

2.1.4    Tinea Pedis............................................................................................ 8

2.1.5    Gejala Klinis.......................................................................................... 8

2.1.6    Penunjang Diagnosis............................................................................. 9

2.1.7    Diagnosis Banding................................................................................ 9

2.1.8    Penatalaksanaan.................................................................................. 10

2.1.9    Edukasi pasien dengan infeksi jamur.................................................. 11

2.1.10 Prognosis............................................................................................. 11

 

BAB III  PEMBAHASAN.................................................................................. 12

 

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 15

 


BAB I

                                     LAPORAN KASUS       

 

IDENTITAS

 

Nama                           :Tn. M

Umur                           :62 tahun

Jenis Kelamin              :Laki-Laki

Bangsa/Suku               :Aceh

Kawin/Tidak Kawin   :Kawin

Agama                         :Islam

Pekerjaan                     :Pensiun

Alamat                                    :Lampoh Daya, Banda Aceh

 

ANAMNESIS

» Keluhan Utama:

Ø  Gatal di kaki kanan dan kiri, berbentuk bintik-bintik kemerahan serta sisik berwarna putih dan terdapat bercak kecoklatan sejak 1 minggu yang lalu.

 

» Riwayat Perjalanan Penyakit:

Ø  Pasien seorang laki-laki berusia 62 tahun datang ke poliklinik RSUD Meuraxa dengan keluhan gatal pada kaki kanan dan kiri yang berbentuk bintik – bintik  kemerahan serta terdapat kecoklatan dan sisik berwarna putih yang sudah berlangsung sejak 1 minggu yang lalu.

Ø  1 Minggu yang lalu pasien mengeluh timbul bercak kemerahan di kaki kanan dan kiri, berak tersebut kering dan gatal. Karena gatal, pasien mengaku sering menggaruk bercak tersebut. Lama kelamaan bercak kemerahan tersebut berubah menjadi bersisik, berwarna putih dan bercak kecoklatan.

 

Ø  Pasien mengatakan keluhan gatal yang dirasakan mengganggu kehidupan sehari – hari, sehingga pasien akhirnya memutuskan untuk berobat ke poliklinik RSUD Meuraxa.

 

» Riwayat Penyakit Keluarga:

Ø  Pasien menyangkal ada yang menderita keluhan yang serupa di keluarganya. Riwayat penyakit kulit dalam keluarga juga disangkal.

 

» Riwayat Penyakit Terdahulu:

Ø  Pasien pernah menderita keluhan yang sama sebelumnya. Gejala seperti ini  pernah dirasakan pasien 6 bulan yang lalu.

 

PEMERIKSAAN:

 

STATUS GENERALISATA:

 

Keadaan Umum          : Tampak sakit ringan

Kesadaran                   : Compos Mentis                                            

 

Gizi                             : Baik                                      

Suhu Badan                : Dalam Batas Normal

Nadi                            : Dalam Batas Normal

Tekanan Darah            : Normal

Pernafasan                   : Normal

 

Keadaan Spesifik

Kepala             : Normocephali

Leher               : Dalam Batas Normal

Abdomen        : Dalam Batas Normal

Genitalia          : Tidak Dilakukan Pemeriksaan

Thoraks           : Dalam Batas Normal

Ekstremitas     : Tidak terdapat kelainan gerakan, tidak terdapat atrofi otot

 

STATUS DERMATOLOGIKUS:

 

Lokalisasi                    :Regional

 

Ruam

 

Primer                       

Bentuk                                    :Makula,Eritema

Ukuran                                    :Miliar, Lentikular

Susunan                       :Anuler

Distribusi                     :Regional

Warna                          :Merah, sisik berwarna putih, bercak kecoklatan

Lesi                             :Multipel, diskret, berbentuk tidak beraturan, berbatas tegas,  kering

Efloresensi                  :Makula eritematosa, skuama halus berwarna putih

 




        

 

Sekunder

Skuama, Krusta, likenifikasi

 

TES TES YANG DILAKUKAN:

Ø  Tidak dilakukan tes

 

 

PEMERIKSAAN LABOLATORIK:

 

Rutin              :Tidak dilakukan pemeriksaan

 

Khusus           :Tidak dilakukan pemeriksaan

 

RINGKASAN:

Ø  Pasien seorang laki-laki berusia 62 tahun datang ke poliklinik RSUD Meuraxa dengan keluhan gatal pada kaki kanan dan kiri yang berbentuk bintik – bintik  kemerahan serta terdapat kecoklatan dan sisik berwarna putih yang sudah berlangsung sejak 1 minggu yang lalu.

Ø  Pada anamnesis didapatkan 1 minggu yang lalu, pasien mengeluh timbul bercak kemerahan di kaki kanan dan kiri, bercak tersebut kering dan gatal. Karena gatal, pasien mengaku sering menggaruk bercak tersebut yang lama – kelamaan berubah menjadi bersisik dan berwarna putih. Keluhan yang dirasakan sangat menggangu aktifitas sehari – hari, sehingga akhirnya pasien memutuskan untuk berobat ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Meuraxa. Penderita sudah pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya yaitu ± 6 bulan yang lalu. Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit DM. Pasien menyangkal ada yang menderita keluhan yang serupa di keluarganya.

Ø  Pada pemeriksaan fisik, status generalis dalam batas normal. Pada status dermatologi, didapatkan distribusi : regional; ad regio: dorsum pedis dextra dan sinistra; lesi: multipel, diskret, berbentuk tidak beraturan, berbatas tegas, kering; efloresensi: makula eritematosa, skuama halus berwarna putih.

 

DIAGNOSA BANDING:

Ø  Tinea Pedis

Ø  Liken simpleks kronik

Ø  Dermatitis Kontak

Ø  Kandidosis

Ø  Psoriasis

DIAGNOSIS:

Ø  Tinea Pedis

 

DIAGNOSIS SEMENTARA:

Ø  Tinea Pedis

 

PENATALAKSANAAN     :

 

Umum           

Ø  Memberikan penjelasan kepada pasien tentang penyakit yang diderita dan cara pengobatannya.

Ø  Menerangkan pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggal.

Ø  Menyarankan bila terasa gatal, sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras karena dapat menyebabkan luka dan infeksi sekunder.

Ø  Pemakaian obat yang diberikan harus diberikan rutin agar mencapai penyembuhan yang maksimal.

Ø  Gunakan sandal atau sepatu yang lebar dan keringkan jari kaki setelah mandi.

 

Khusus                                  

a)      Topikal

Ø  Obat pilihan: Golongan Alilamin (krim terbinafin, butenafin) sekali sehari selama 1-2 minggu.

Ø  Alternatif:

o   Golongan azol: misalnya, krim mikonazol, ketokonazol, klotrimazol 2 kali sehari selama 4-6 minggu.

o   Siklopiroksalamin (ciclopirox gel 0.77% atau krim 1%) 2 kali sehari selama 4 minggu untuk tinea pedis dan tinea interdigitalis.

 

b)      Sistemik

Ø  Obat pilihan  : Terbinafin 250 mg/hari selama 2 minggu.

Ø  Alternatif    : Itrakonazol 2×100 mg/hari selama 3 minggu atau 100 mg/hari selam 4 minggu.

 

PEMERIKSAAN ANJURAN:

Ø  Pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 10-20%

 

PROGNOSIS:

Ø  Bila diobati dengan benar, penyakit akan sembuh dan tidak kambuh, kecuali bila terpajan ulang dengna jamur penyebab. Tinea pedis menjadi kronik dan rekuren bila sumber penularan terus-menerus ada.

o   Quo ad vitam                       : Bonam

o   Quo ad functionam            : Bonam

o   Quo ad sanactionam            : Bonam


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

 

2.1 Dermatofitosis

2.1.1 Definisi Dermatofitosis

            Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita. Jamur ini dapat menginvasi seluruh lapisan stratum korneum dan menghasilkan gejala melalui aktivasi respons imun pejamu. 1

           

2.1.2 Etiologi

            Dermatofita adalah golongan jamur yang menyebabkan dermatofitosis. Golongan jamur ini mempunyai sifat mencekam keratin. Dermatifita termasuk kelas Fungi imperfecti, yang terbagi dalam 3 genus, yaitu Microsporum, Tricophyton dan Eidemophyton. 1

            Untuk kepentingan klinis dan epidemiologis, dermatofita yang menginfeksi manusia dibagi berdasarkan tempat hidupnya, yaitu geofilik untuk jamur yang berasal dari tanah antara lain M.Gypseum; golongan zoofilik berasal dari hewan, misalnya M.Canis; antropofilik khusus untuk jamur yang bersumber dari manusia contohnya T.rubrum. 1

 

2.1.3 Klasifikasi

            Terdapat beberapa variasi gambaran klinis dermatofitoss, hal ini bergantung pada spesies penyebab, ukuran inokulum jamur, bagian tubuh yang terkena, dan sistem imun pejamu. Selanjutnya untuk kemudahan diagnosis dan tatalaksana maka dermatofitosis dibagi menjadi beberapa bentuk, yaitu  : 1

·         Tinea kapitis, dermatofitosis pada kulit dan rambut kepala

·         Tinea barbe, dermatofitosis pada dagu dan jenggot

·         Tinea kruris, dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan kadang-kadang samapi perut bagian bawah

·         Tinea pedis et manum, dermatofitosis pada kaki dan tangan

·         Tinea unguium, dermatofitosis pada kuku jari tangan dan kaki

·         Tinea korporis, dermatofitosis pada kulit glabrosa pada bagian lain yang tidak termasuk bentuk 5 tinea di atas.

 

2.1.4 Tinea Pedis

Tinea pedis adalah dermatofitosis pada kaki terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki. Tinea pedis disebabkan oleh T. rubrum (tersering), T. Interdigitale, E. Flocossum. Faktor predisposisi dapat berupa panas, lingkungan lembab, penggunaan alas kaki tertutup, hiperhidrosis. 1

 

2.1.5 Gejala Klinis

            Tinea pedis (Athlete’s foot, ringworm of the foot, kutu air)

1.      Tinea pedis yang paling tersering dilihat adalah bentuk interdigitalis. Di antara jari IV dan V terlihat fisura yang dilingkara sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Oleh karena daerah ini lembab, maka sering dilihat maserasi. Aspek klinis maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Bila bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit baru, yang pada umumnya juga telah diserang oleh jamur. Bentuk klinis dapat berlangsung bertahun-tahun dengan menimbulkansedikit keluhan atau tanpa keluhan sama sekali. Pada suatu ketika kelainan ini dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi selulitis, limfangitis, limfadenitis, dan dapat pula terjadi erisipelas, yang disetai gejala-gejala umum.

2.      Bentuk lain ialah yang disebut moccasin foot. Pada seluruh kaki, dari telapak, tepi sampai punggung kaki terlihat kulit menebal dan bersisisk; eritema biasanya ringan dan terutama terlihat pada bagian tei lesi. Bersifat kronik dan sering resisten pada pengobatan. Di bagian tep lesi dapat pula dilihat papul dan kadang-kadang vesikel.

3.      Pada bentuk subakut terlihat vesikel, vesiko-pustul dan kadang-kadang bula. Kelainan ini dapat mulai pada daerah sela jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Isi vesikel berupa cairan jernih yang kental. Setelah pecah, vesikel tersebut meninggalkan sisik, yang terbentuk lingkaran yang disebut koleret. Infeksi sekunder oleh bakteri dapat terjadi juga bentuk ini. Jamur terdapat pada bagian atap vesikel. Untuk menemukannya, sebaiknya diambil atap vesikel atau bula untuk diperiksa secara sediaan langsung atau untuk dibiak.

Tinea pedis banyak terlihat pada orang yang dalam kehidupan sehari – hari banyak bersepatu tertutup disertai perawatan kaki yang buruk dan para pekerja dengan kaki yang selalu atau sering basah. Penderita biasanya orang dewasa. 1

 

2.1.6 Penunjang Diagnosis

            Pemeriksaan mikologik untuk membantu menegakkan diagnosis terdiri atas pemeriksaan langsung sediaan basah dan biakan. Pemeriksaan lain, misalnya pemeriksan histopatologik, percobaan binatang, dan imunologik tidak diperlukan. 1

            Pada pemeriksaan mikologik untuk mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis, yang dapat berupa kerokan kulit, rambut, kuku. 1

            Pemeriksaan sediaan langsung kerokan kulit atau kuku menggunakan mikroskop dan KOH 20% yang tampak hifa panjang atau artrospora. 2

 

2.1.7 Diagnosis Banding

            Tinea pedis harus dibedakan dengan dengan dermatitis, yang biasanaya batasnya tidak jelas, bagian tepi tidak lebih aktif daripada bagian tengah. Adanya vesikel-vesikel steril pada jari-jari kaki dan tangan (pomlifoks) dapat merupakan reaksi id, yaitu akibat setempat hasil reaksi hipersensitivitas terhadap antingen yang yang beerada di lokasi lain. Efek samping obat topikal juga dapat memberi gambaran serupa yang menyerupai eksim atau dermatitis, sehingga perlu dipikirkan adanya dermatitis kontak. Pada hiperhidrosis terlihat kulit mengelupas atau maserasi. Kalau hanya terlihat vesikel-vesikel, biasanya terletak sangat dalam dan terbatas pada telapak kaki dan tangan. Kelainan tidak meluas sampai di sela-sela jari. 1

            Penyakit lain yang harus mendapat perhatian adalah kandidosis (erosi interdigitalasis blastomisetika), Dermatitis kontak, psoriasis, keratoderma, skabies, liken simpleks kronik, membedakannya dengan tinea pedis murni kadang-kadang agak sulit. Infeksi sekunder dengan spesies Candida atau bakteri lain juga sering menyertai tinea pedis, sehingga pemeriksaan laboratorium dan interpretasi yang bijaksana diperlukan untuk membedakan satu dengan yang lain. 1

 

2.1.8 Penatalaksanaan

         Nonmedikamentosa

1.      Menghindari dan mengeliminasi agen penyebab

2.      Mencegah agen penularan3

 

Medikamentosa

Ø  Tinea pedis

1.      Topikal

o   Obat pilihan : golongan alilamin (krim terbinafin, butenafin) sekali sehari selama  1-2 minggu.

o   Alternatif:

§  Golongan azol: misalnya, krimmikonazol, ketokonazol, klotrimazol 2 kali sehari selama 4-6 minggu.

§  Siklopiroksalamin (ciclopirox gel 0,77% atau krim 1%) 2 kali sehari selama 4 minggu untuk tinea pedis dan tinea interdigitalis.3

2.      Sistemik

§  Obat pilihan : Terbinafin 250 mg/hari selama 2 minggu. Anak-anak 5 mg/kgBB/hari selama 2 minggu.

§  Alternatif : Itrakonazol 2×100 mg/hari selama 3 minggu atau 100 mg/hari selama 4 minggu.3

                                           

 

2.1.9 Edukasi pasien dengan infeksi jamur

Ø  Memberikan penjelasan kepada pasien tentang penyakit yang diderita dan cara pengobatannya.

Ø  Menerangkan pentingnya menjaga kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggal.

Ø  Menyarankan bila terasa gatal, sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras karena dapat menyebabkan luka dan infeksi sekunder.

Ø  Pemakaian obat yang diberikan harus diberikan rutin agar mencapai penyembuhan yang maksimal.

Ø  Gunakan sandal atau sepatu yang lebar dan keringkan jari kaki setelah mandi.3

 

2.1.10 Prognosis

Ø  Quo ad vitam            : Bonam

Ø  Quo ad functionam  : Bonam

Ø  Quo ad sanactionam : Bonam


BAB III

PEMBAHASAN

 

Temuan pada pasien

Berdasarkan teori

Data diri pasien

Nama               : Tn. M

Jenis kelamin  : Laki-laki

Umur               : 62 tahun

No.RM            : 138632

Diagnosa         : Tinea pedis

Tinea pedis adalah dermatofitosis pada kaki terutama pada sela-sela jari dan telapak kaki. Tinea pedis disebabkan oleh T. rubrum (tersering), T. Interdigitale, E. Flocossum. Faktor predisposisi dapat berupa panas, lingkungan lembab, penggunaan alas kaki tertutup, hiperhidrosis.

 

Pasien seorang laki-laki berusia 62 tahun datang ke poliklinik RSUD Meuraxa dengan keluhan gatal pada kaki kanan dan kiri yang berbentuk bintik – bintik  kemerahan serta terdapat kecoklatan dan sisik berwarna putih yang sudah berlangsung sejak 1 minggu yang lalu. Pada anamnesis didapatkan 1 minggu yang lalu, pasien mengeluh timbul bercak kemerahan di kaki kanan dan kiri, bercak tersebut kering dan gatal. Karena gatal, pasien mengaku sering menggaruk bercak tersebut yang lama – kelamaan berubah menjadi bersisik dan berwarna putih. Keluhan yang dirasakan sangat menggangu aktifitas sehari – hari, sehingga akhirnya pasien memutuskan untuk berobat ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Meuraxa. Penderita sudah pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya yaitu ± 6 bulan yang lalu. Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit DM. Pasien menyangkal ada yang menderita keluhan yang serupa di keluarganya.

 

Tinea pedis (Athlete’s foot, ringworm of the foot, kutu air)

1.      Tinea pedis yang paling tersering dilihat adalah bentuk interdigitalis. Di antara jari IV dan V terlihat fisura yang dilingkara sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Oleh karena daerah ini lembab, maka sering dilihat maserasi. Aspek klinis maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Bila bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit baru, yang pada umumnya juga telah diserang oleh jamur. Bentuk klinis dapat berlangsung bertahun-tahun dengan menimbulkansedikit keluhan atau tanpa keluhan sama sekali. Pada suatu ketika kelainan ini dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi selulitis, limfangitis, limfadenitis, dan dapat pula terjadi erisipelas, yang disetai gejala-gejala umum.

2.      Bentuk lain ialah yang disebut moccasin foot. Pada seluruh kaki, dari telapak, tepi sampai punggung kaki terlihat kulit menebal dan bersisisk; eritema biasanya ringan dan terutama terlihat pada bagian tei lesi. Bersifat kronik dan sering resisten pada pengobatan. Di bagian tep lesi dapat pula dilihat papul dan kadang-kadang vesikel.

3.      Pada bentuk subakut terlihat vesikel, vesiko-pustul dan kadang-kadang bula. Kelainan ini dapat mulai pada daerah sela jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Isi vesikel berupa cairan jernih yang kental. Setelah pecah, vesikel tersebut meninggalkan sisik, yang terbentuk lingkaran yang disebut koleret. Infeksi sekunder oleh bakteri dapat terjadi juga bentuk ini. Jamur terdapat pada bagian atap vesikel. Untuk menemukannya, sebaiknya diambil atap vesikel atau bula untuk diperiksa secara sediaan langsung atau untuk dibiak.

      Tinea pedis banyak terlihat pada orang yang dalam kehidupan sehari – hari banyak bersepatu tertutup disertai perawatan kaki yang buruk dan para pekerja dengan kaki yang selalu atau sering basah. Penderita biasanya orang dewasa.

Pemeriksaan Fisik Kulit

Makroskopik (Inspeksi): Pasien mengeluh timbul bercak kemerahan di kaki kanan dan kiri, bercak tersebut kering dan gatal. Karena gatal, pasien mengaku sering menggaruk bercak tersebut yang lama – kelamaan berubah menjadi bersisik dan berwarna putih

 



 

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik kulit (Inspeksi), dan gejala klinis dapat ditegakkan diagnosis Tinea pedis.

 

Topikal

Ø  Obat pilihan : golongan alilamin (krim terbinafin, butenafin) sekali sehari selama  1-2 minggu.

Ø  Alternatif:

o   Golongan azol: misalnya, krimmikonazol, ketokonazol, klotrimazol 2 kali sehari selama 4-6 minggu.

o   Siklopiroksalamin (ciclopirox gel 0,77% atau krim 1%) 2 kali sehari selama 4 minggu untuk tinea pedis dan tinea interdigitalis

Sistemik

Ø  Obat pilihan : Terbinafin 250 mg/hari selama 2 minggu. Anak-anak 5 mg/kgBB/hari selama 2 minggu.

Ø  Alternatif : Itrakonazol 2×100 mg/hari selama 3 minggu atau 100 mg/hari selama 4 minggu.

 

Tatalaksana

Medikamentosa:

Topikal

Ø  Golongan alilamin, Golongan azol, Siklopiroksalamin

Sistemik

Terbinafin, Itrakonazol

 

 

 

 


DAFTAR PUSTAKA

 

1.        Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. 7th ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2017.

 

2.        Murtiastutik D, ed. Atlas Penyakit Kulit Dan Kelamin. 2nd ed. Surabaya: AIRLANGGA UNIVERSITY PRESS; 2018.

 

3.        Widaty S, ed. Panduan Praktik Klinis. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit Dan Kelamin Indonesia; 2017.

 

No comments:

Post a Comment