Sunday, 24 October 2021

VISI, MISI, DAN TUJUAN MANAJEMEN STRATEGIK

 

1.     Visi

a.      Pengertian Visi

Langkah awal dalam strategy formulation adalah penetapan visi. Visi merupakan bayangan cermin mengenai keadaan internal dan kehandalan inti seluruh organisasi. definisi visi menurut Indra karalesa adalah merupakan refleksi keyakinan-keyakinan dan asumsi-asumsi dasar tentang segala hal, tentang kemanusiaan, ilmu dan teknologi, ekonomi, politik, seni budaya, dan etika.[1] Sering kali dalam melihat pengertian visi tertukar artinya dengan misi. Oleh karena itu, perlu batasan yang agak spesifik tentang terminologi visi sehingga mudah membedakan dengan misi dalam melihat tentang masa depan organisasi.

Visi merupakan gambaran tentang masa depan (future) yang realistik dan ingin diwujudkan dalam kurun waktu tertentu (dapat mengisyaratkan adanya misi dan tantangan). Setiap organisasi pastilah mempunyai sebuah visi untuk mencapai kesuksesannya.[2] Visi digunakan sebagai pemandu untuk merubah yang berhubungan dengan yayasan, visi menjelaskan pada karyawan ke arah mana kita akan menuju.

b.      Penyusunan Visi

Visi yang baik (vision of succes) dapat didefinisikan sebagai “deskripsi tentang apa yang ingin dicapai oleh organisasi setelah organisasi tersebut mengimplementasikan strateginya dan mencapai potensi sepenuhnya. Visi yang terumuskan dengan baik setidaknya harus memiliki dua unsur utama, yaitu:

(1). Ideologi inti. Ideologi inti menunjukan karakter abadi dari sebuah organisasi dan merupakan identitas yang begitu penting, yang bahkan melebihi model manajemen, siklus hidup barang atau pasar, dan terobosan teknologi sebuah Yayasan.

(2). Membayangkan masa depan. Dalam menggambarkan masa depan pentingnya tujuan yang besar, panjang dan kuat (BHAG) yang mempunyai karakteristik yang baik.

Menurut Kuncoro, visi dikategorikan menjadi:[3]

(1). Visi dibangun berdasarkan nilai inti, nilai yang diharapkan oleh yayasan.

(2). Visi perlu mengelaborasikan tujuan organisasi. Tujuan dapat berorientasi pada laba atau tidak, besar atau kecil, lokal atau global, yayasan harus memiliki tujuan akan keberadaannya.

(3). Visi perlu memasukkan gambaran singkat tentang apa yang dilakukan oleh organisasi tersebut untuk mencapai tujuannya.

(4). Visi perlu merumuskan sasaran umum. Sasaran adalah target di mana semua organisasi bekerja sama untuk mewujudkannya. Sasaran juga menyatukan semua anggota organisasi dan unit sub-bisnisnya mencapai tujuan akhir.

Selain itu ada juga teknik perumusan visi yang dikemukakan oleh Made Pradita yaitu:[4]

(1). Melibatkan seluruh anggota satuan organisasi dan satuan kerja untuk memberikan partisipasi (sharing) secara maksimal sesuai dengan kemampuannya.

(2). Menumbuhkan sikap rasa memiliki (melu handarbeni atau sense of belongingness) mengenai visi yang akan dirumuskan bersama.

(3). mengakomodasi cita-cita dan keinginan seluruh anggota satuan organisasi atau satuan kerja. Dengan pendekatan seperti ini (bottom up) akan menstimulasi segenap komponen yang ada dalam satuan organisasi untuk memberikan kontribusi terbaiknya bagi pencapaian visi yang akan disepakati.

(4). Rumusan Visi yang berasal dari pimpinan (top down) perlu disosialisasikan kepada seluruh anggota organisasi dengan pendekatan yang demokratis dan terbuka untuk penyempurnaan dan memperoleh masukan atau partisipasi dari bawah.

 

 

c.       Kriteria Visi

Iwa Sukiswa, menegaskan bahwa terdapat 12 kriteria mengenai visi dan yang efektif dan efisien yang mencakup yaitu:[5]

(1). Visi harus sesuai dengan roh zaman dan semangat perjuangan organisasi

(2). Visi harus mampu menggambarkan sosok organisasi idaman yang mampu memikat hati orang.

(3). Visi harus mampu menjelaskan arah dan tujuan organisasi

(4). Visi harus mudah dipahami karena diungkapkan dengan elegan sehingga mampu menjadi panduan taktis dan strategis.

(5). Visi harus memiliki daya persuasi yang mampu mengungkapkan harapan, aspirasi, sentimen, penderitaan para stakeholder organisasi

(6).Visi harus mampu mengungkapkan keunikan organisasi, mencarikan kompetensi khas organisasi yang mampu menjelaskan jati dirinya dan apa yang mampu dilakukannya

(7). Visi harus ambisius, artinya ia harus mampu mengkristalkan keindahan, ideal kemajuan, dan sosok organisasi dambaan masa depan, sehingga mampu meminta pengorbanan dan investasi emosional dari segenap stakeholder organisasi.

Sementara itu, kriteria menurut Henry L Silk visi yang baik itu adalah: (1). Understandable (Jelas dan mudah dimengerti); (2). Desirable (Apa yang diharapkan); (3). Feasible (Realistik dan dapat dicapai); (4). Guiding (Memberi arah); (4). Motivating (Menumbuhkan motivasi); (5). Flexible (Menstimulasi inisiatif dan penyesuaian pada perubahan).[6]

Lebih memperkuat hal itu, menurut Dakir kriteria pembuatan visi yang baik harus meliputi sejumlah nilai: (1). Imaginable (dapat dibayangkan); (2). Desirable (menarik); (3). Feasible (realistis dan dapat dicapai); (4). Focused (jelas); (5). Flexible (aspiratif dan responsif terhadap perubahan lingkungan); dan (6). Communicable (mudah dipahami)[7]

Banyak yayasan atau organisasi yang memiliki dan menyatakan visinya dengan kalimat yang sangat bagus dan bombastis, dibingkai dengan pigura yang indah dan ditempelkan di dinding ruang tamu yayasan tersebut. Namun, sering kali pernyataan visi tersebut tidak memberikan makna bagi karyawan karena mereka tidak mengerti esensi yang terkandung dalam visi dan implikasinya bagi pekerjaan mereka. Begitu pentingnya pernyataan visi ini bagi yayasan dan lebih penting lagi untuk bisa dimengerti dan dihayati oleh seluruh karyawan.

d.      Strategi Menentukan Visi

Kalau misi menggambarkan kehendak organisasi maka visi lebih jauh lagi. Helgeso, seperti yang dikutip oleh Salusu menjelaskan bagaimana rupa seharusnya suatu organisasi dapat berjalan dengan baik. Visi keberhasilan dapat dijelaskan sebagai suatu deksripsi tentang bagaimana seharusnya rupa dari suatu organisasi pada saat ia berhasil dengan sukses melaksanakan strateginya dan menemukan dirinya yang penuh potensi yang mengagumkan. Meskipun dalam perumusan misi sudah terjadi perdebatan yang mungkin cukup sengit, menggambarkan visi pun masih sering dilakukan dengan diskusi panjang diantara berbagai pandangan yang mungkin saling bertentangan. Menurut Huge seperti yang dikutip oleh Salusu,[8] perumusan visi adalah tugas dari manajemen tingkat atas. Namun, itu haruslah merupakan proses interaksi yang memberi peluang untuk mendapatkan umpan balik dari semua tingkat manajemen

2.      Misi

Misi dan visi merupakan sebuah rangkaian filosofi atau tujuan yang ditetapkan suatu organisasi sebagai arah tujuan kemana organisasi atau perusahaan akan dibawa. Menurut Yunus, misi merupakan penetapan sasaran atau tujuan lembaga/yayasan dalam jangka pendek (biasanya 1 sampai 3 tahun). Sedangkan visi merupakan cara pandang yayasan di masa depan. Visi biasanya disusun untuk jangka panjang (biasanya 3 sampai 10 tahun). Dengan kata lain, definisi misi dapat dimaknainya sebagai pernyataan-pernyataan yang mendefinisikan apa yang sedang/akan dilakukan atau ingin dicapai dalam waktu (sangat) dekat atau saat ini.

Misi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang harus dicapai organisasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan di masa datang. Pernyataan misi mencerminkan tentang segala sesuatu penjelasan tentang produk atau layanan yang ditawarkan yang sangat diperlukan oleh masyarakat untuk pencapaian misi.[9]

Misi itu tugasnya melengkapi atau menerjemahkan dari visi itu sendiri, menurut Akdon Misi itu seharusnya:

1). Memberikan arah;

2). Memfokuskan langkah-langkah yang akan diambil;

3). Objektif, target dan program perusahaan dirancang berdasarkan misi yang sudah dibentuk;

4). Membantu semua stakehoder pada tingkat apapun untuk mengerti arah mana yang harus diambil atau melangkah;

5). Membimbing aksi dalam berbagai tingkat; dan 6). Membantu mencegah karyawan agar tidak salah melangkah.

Terdapat delapan karakteristik dasar yang berfungsi sebagai kerangka kerja praktis untuk mengevaluasi dan menuliskan pernyataan misi. Ada 4 Proses perumusan visi yaitu :

(1). Tentukan rentang waktu dan lingkup analisis secara tepat;

(2). Identifikasi trend sosial, ekonomi, politik, dan teknologi yang akan mempengaruhi masa depan;

(3). Identifikasi kondisi persaingan; dan

(4). Evaluasi sumber daya dan kapabilitas internal.

Adapun misi yang ingin dicapai oleh suatu lembaga/organisasi yakni: Publik atau pengguna jasa yang hendak dilayan; Jasa utama yang ditawarkan; Wilayah geografis yang dilayani; Komitmen organisasi terhadap pilihan teknologi; Komitmen organisasi terhadap alternatif tujuan; Elemen kunci dalam filosofi organisasi; dan Konsep kedirian dan citra organisasi.[10]

3.      Tujuan Manajemen Strategi

Menurut Suwandyanto, terdapat empat tujuan manajemen strategi yaitu:

  • Memberikan Arah Pencapaian Tujuan Organisasi atau Perusahaan
    Dalam hal ini, manajer strategi harus mampu menunjukkan kepada semua pihak kemana arah tujuan organisasi atau perusahaan. Karena arah yang jelas akan dapat dijadikan landasan untuk pengendalian dan mengevaluasi keberhasilan.
  • Membantu Memikirkan Kepentingan Berbagai Pihak
    Organisasi atau perusahaan harus mempertemukan kebutuhan berbagai pihak, pemasok, karyawan, pemegang saham, pihak perbankan dan masyarakat luas lainnya yang memegang peranan terhadap sukses atau gagalnya perusahaan.
  • Mengantisipasi Setiap Perubahan Kembali Secara Merata
    Manajemen strategi memungkinkan eksekutif puncak untuk mengantisipasi perubahan dan menyiapkan pedoman dan pengendalian, sehingga dapat memperluas kerangka waktu/berpikir secara perspektif dan memahami kontribusi yang baik untuk hari ini dan hari esok.
  • Berhubungan Dengan Efisiensi Dan Efektivitas
    Tanggung jawab seorang manajer bukan hanya mengkonsentrasikan terhadap kemampuan atas kepentingan efisiensi akan tetapi hendaknya juga mempunyai perhatian yang serius agar bekerja keras melakukan sesuatu secara lebih baik dan efektif.[11]

 

Daftar Pustaka

Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Organisasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Hill, Robertson. 2017. “Strategic Planning and Development Process of Municipal Education in Finland.” Journal of Entrepreneurship and Business. Vol.01, Number.12.

L. Silk, Henry. 1969. Principles of Management. New York: South Western Publishing Company.

M. Bryson, John. 1999. Perencanaan Strategis untuk Organisasi Publik dan Nirlaba: Sebuah Panduan untuk Memperkuat dan Mempertahankan Prestasi Organisasi. San Francisco Jossey-Bass.

Mudrajad, Kuncoro. 2014. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif. Bandung: PT. Gelora Aksara pratama.

Pidarta, Made. 2014. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta, Edisi Revisi

Salusu. 2014. Pengambilan Keputusan Strategik untuk Organisasi Publik dan Organisasi Non-Profit. Jakarta, Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Sukiswa, Iwa. 2016. Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan. Bandung: Tarsito.

Susanto, Ab. 2014. Manajemen Strategik Komprehensif Untuk Mahasiswa dan Praktisi,.Surabaya: Erlangga.

Suwandyanto, M. 2010. Manajemen Strategi dan kebijakan Lembaga. Jakarta: Salemba Empat.

Taufiqurokhman. 2016. Manajemen Strategik. Jakarta: Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama.



[1] Ab Susanto, Manajemen Strategik Komprehensif Untuk Mahasiswa dan Praktisi, (Surabaya: Erlangga, 2014)

[2] Robertson Hill. “Strategic Planning and Development Process of Municipal Education in Finland.” Journal of Entrepreneurship and Business. Vol.01, Number.12, 2017

[3] Kuncoro Mudrajad, Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif, (Bandung: PT. Gelora Aksara pratama, 2014)

[4] Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: PT Rineka Cipta, Edisi Revisi 2014)

[5] Iwa Sukiswa, Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan, (Bandung: Tarsito, 2016)

[6] Henry L Silk, Principles of Management, (New York: South Western Publishing Company, 1969)

[7] Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Organisasi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004)

[8] Salusu, Pengambilan Keputusan Strategik untuk Organisasi Publik dan Organisasi Non-Profit, (Jakarta, Gramedia Widia Sarana Indonesia: 2014)

[9] John M. Bryson, Perencanaan Strategis untuk Organisasi Publik dan Nirlaba: Sebuah Panduan untuk Memperkuat dan Mempertahankan Prestasi Organisasi, (San Francisco Jossey-Bass, 1999)

[10] Taufiqurokhman, Manajemen Strategik, (Jakarta: Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama, 2016)

[11] M. Suwandyanto, Manajemen Strategi dan kebijakan Lembaga, (Jakarta: Salemba Empat, 2010)

No comments:

Post a Comment