1. Visi
a.
Pengertian Visi
Langkah awal dalam strategy formulation adalah
penetapan visi. Visi merupakan bayangan cermin mengenai keadaan internal dan
kehandalan inti seluruh organisasi. definisi visi menurut Indra karalesa adalah
merupakan refleksi keyakinan-keyakinan dan asumsi-asumsi dasar tentang segala
hal, tentang kemanusiaan, ilmu dan teknologi, ekonomi, politik, seni budaya,
dan etika.[1]
Sering kali dalam melihat pengertian visi tertukar artinya dengan misi. Oleh
karena itu, perlu batasan yang agak spesifik tentang terminologi visi sehingga
mudah membedakan dengan misi dalam melihat tentang masa depan organisasi.
Visi merupakan gambaran tentang masa depan (future)
yang realistik dan ingin diwujudkan dalam kurun waktu tertentu (dapat
mengisyaratkan adanya misi dan tantangan). Setiap organisasi pastilah mempunyai
sebuah visi untuk mencapai kesuksesannya.[2]
Visi digunakan sebagai pemandu untuk merubah yang berhubungan dengan yayasan,
visi menjelaskan pada karyawan ke arah mana kita akan menuju.
b.
Penyusunan Visi
Visi
yang baik (vision of succes) dapat didefinisikan sebagai “deskripsi
tentang apa yang ingin dicapai oleh organisasi setelah organisasi tersebut
mengimplementasikan strateginya dan mencapai potensi sepenuhnya. Visi yang
terumuskan dengan baik setidaknya harus memiliki dua unsur utama, yaitu:
(1).
Ideologi inti. Ideologi inti menunjukan karakter abadi dari sebuah organisasi
dan merupakan identitas yang begitu penting, yang bahkan melebihi model
manajemen, siklus hidup barang atau pasar, dan terobosan teknologi sebuah
Yayasan.
(2).
Membayangkan masa depan. Dalam menggambarkan masa depan pentingnya tujuan yang
besar, panjang dan kuat (BHAG) yang mempunyai karakteristik yang baik.
Menurut
Kuncoro, visi dikategorikan menjadi:[3]
(1).
Visi dibangun berdasarkan nilai inti, nilai yang diharapkan oleh yayasan.
(2).
Visi perlu mengelaborasikan tujuan organisasi. Tujuan dapat berorientasi pada
laba atau tidak, besar atau kecil, lokal atau global, yayasan harus memiliki
tujuan akan keberadaannya.
(3).
Visi perlu memasukkan gambaran singkat tentang apa yang dilakukan oleh
organisasi tersebut untuk mencapai tujuannya.
(4).
Visi perlu merumuskan sasaran umum. Sasaran adalah target di mana semua
organisasi bekerja sama untuk mewujudkannya. Sasaran juga menyatukan semua
anggota organisasi dan unit sub-bisnisnya mencapai tujuan akhir.
Selain
itu ada juga teknik perumusan visi yang dikemukakan oleh Made Pradita yaitu:[4]
(1).
Melibatkan seluruh anggota satuan organisasi dan satuan kerja untuk memberikan
partisipasi (sharing) secara maksimal sesuai dengan kemampuannya.
(2).
Menumbuhkan sikap rasa memiliki (melu handarbeni atau sense of
belongingness) mengenai visi yang akan dirumuskan bersama.
(3).
mengakomodasi cita-cita dan keinginan seluruh anggota satuan organisasi atau
satuan kerja. Dengan pendekatan seperti ini (bottom up) akan
menstimulasi segenap komponen yang ada dalam satuan organisasi untuk memberikan
kontribusi terbaiknya bagi pencapaian visi yang akan disepakati.
(4).
Rumusan Visi yang berasal dari pimpinan (top down) perlu
disosialisasikan kepada seluruh anggota organisasi dengan pendekatan yang
demokratis dan terbuka untuk penyempurnaan dan memperoleh masukan atau
partisipasi dari bawah.
c.
Kriteria Visi
Iwa
Sukiswa, menegaskan bahwa terdapat 12 kriteria mengenai visi dan yang efektif
dan efisien yang mencakup yaitu:[5]
(1).
Visi harus sesuai dengan roh zaman dan semangat perjuangan organisasi
(2).
Visi harus mampu menggambarkan sosok organisasi idaman yang mampu memikat hati
orang.
(3).
Visi harus mampu menjelaskan arah dan tujuan organisasi
(4).
Visi harus mudah dipahami karena diungkapkan dengan elegan sehingga mampu
menjadi panduan taktis dan strategis.
(5).
Visi harus memiliki daya persuasi yang mampu mengungkapkan harapan, aspirasi,
sentimen, penderitaan para stakeholder organisasi
(6).Visi
harus mampu mengungkapkan keunikan organisasi, mencarikan kompetensi khas
organisasi yang mampu menjelaskan jati dirinya dan apa yang mampu dilakukannya
(7).
Visi harus ambisius, artinya ia harus mampu mengkristalkan keindahan, ideal
kemajuan, dan sosok organisasi dambaan masa depan, sehingga mampu meminta
pengorbanan dan investasi emosional dari segenap stakeholder organisasi.
Sementara
itu, kriteria menurut Henry L Silk visi yang baik itu adalah: (1). Understandable
(Jelas dan mudah dimengerti); (2). Desirable (Apa yang diharapkan); (3).
Feasible (Realistik dan dapat dicapai); (4). Guiding (Memberi
arah); (4). Motivating (Menumbuhkan motivasi); (5). Flexible
(Menstimulasi inisiatif dan penyesuaian pada perubahan).[6]
Lebih
memperkuat hal itu, menurut Dakir kriteria pembuatan visi yang baik harus
meliputi sejumlah nilai: (1). Imaginable (dapat dibayangkan); (2). Desirable
(menarik); (3). Feasible (realistis dan dapat dicapai); (4). Focused (jelas);
(5). Flexible (aspiratif dan responsif terhadap perubahan lingkungan);
dan (6). Communicable (mudah dipahami)[7]
Banyak
yayasan atau organisasi yang memiliki dan menyatakan visinya dengan kalimat
yang sangat bagus dan bombastis, dibingkai dengan pigura yang indah dan
ditempelkan di dinding ruang tamu yayasan tersebut. Namun, sering kali
pernyataan visi tersebut tidak memberikan makna bagi karyawan karena mereka
tidak mengerti esensi yang terkandung dalam visi dan implikasinya bagi
pekerjaan mereka. Begitu pentingnya pernyataan visi ini bagi yayasan dan lebih penting
lagi untuk bisa dimengerti dan dihayati oleh seluruh karyawan.
d.
Strategi Menentukan Visi
Kalau
misi menggambarkan kehendak organisasi maka visi lebih jauh lagi. Helgeso, seperti
yang dikutip oleh Salusu menjelaskan bagaimana rupa seharusnya suatu organisasi
dapat berjalan dengan baik. Visi keberhasilan dapat dijelaskan sebagai suatu
deksripsi tentang bagaimana seharusnya rupa dari suatu organisasi pada saat ia
berhasil dengan sukses melaksanakan strateginya dan menemukan dirinya yang
penuh potensi yang mengagumkan. Meskipun dalam perumusan misi sudah terjadi
perdebatan yang mungkin cukup sengit, menggambarkan visi pun masih sering
dilakukan dengan diskusi panjang diantara berbagai pandangan yang mungkin
saling bertentangan. Menurut Huge seperti yang dikutip oleh Salusu,[8]
perumusan visi adalah tugas dari manajemen tingkat atas. Namun, itu haruslah
merupakan proses interaksi yang memberi peluang untuk mendapatkan umpan balik
dari semua tingkat manajemen
2.
Misi
Misi
dan visi merupakan sebuah rangkaian filosofi atau tujuan yang ditetapkan suatu
organisasi sebagai arah tujuan kemana organisasi atau perusahaan akan dibawa.
Menurut Yunus, misi merupakan penetapan sasaran atau tujuan lembaga/yayasan
dalam jangka pendek (biasanya 1 sampai 3 tahun). Sedangkan visi merupakan cara
pandang yayasan di masa depan. Visi biasanya disusun untuk jangka panjang
(biasanya 3 sampai 10 tahun). Dengan kata lain, definisi misi dapat dimaknainya
sebagai pernyataan-pernyataan yang mendefinisikan apa yang sedang/akan
dilakukan atau ingin dicapai dalam waktu (sangat) dekat atau saat ini.
Misi
adalah pernyataan mengenai hal-hal yang harus dicapai organisasi bagi pihak-pihak
yang berkepentingan di masa datang. Pernyataan misi mencerminkan tentang segala
sesuatu penjelasan tentang produk atau layanan yang ditawarkan yang sangat
diperlukan oleh masyarakat untuk pencapaian misi.[9]
Misi
itu tugasnya melengkapi atau menerjemahkan dari visi itu sendiri, menurut Akdon
Misi itu seharusnya:
1).
Memberikan arah;
2).
Memfokuskan langkah-langkah yang akan diambil;
3).
Objektif, target dan program perusahaan dirancang berdasarkan misi yang sudah
dibentuk;
4).
Membantu semua stakehoder pada tingkat apapun untuk mengerti arah mana
yang harus diambil atau melangkah;
5).
Membimbing aksi dalam berbagai tingkat; dan 6). Membantu mencegah karyawan agar
tidak salah melangkah.
Terdapat
delapan karakteristik dasar yang berfungsi sebagai kerangka kerja praktis untuk
mengevaluasi dan menuliskan pernyataan misi. Ada 4 Proses perumusan visi yaitu
:
(1).
Tentukan rentang waktu dan lingkup analisis secara tepat;
(2).
Identifikasi trend sosial, ekonomi, politik, dan teknologi yang akan
mempengaruhi masa depan;
(3).
Identifikasi kondisi persaingan; dan
(4).
Evaluasi sumber daya dan kapabilitas internal.
Adapun
misi yang ingin dicapai oleh suatu lembaga/organisasi yakni: Publik atau
pengguna jasa yang hendak dilayan; Jasa utama yang ditawarkan; Wilayah
geografis yang dilayani; Komitmen organisasi terhadap pilihan teknologi;
Komitmen organisasi terhadap alternatif tujuan; Elemen kunci dalam filosofi
organisasi; dan Konsep kedirian dan citra organisasi.[10]
3.
Tujuan Manajemen Strategi
Menurut Suwandyanto,
terdapat empat tujuan manajemen strategi yaitu:
- Memberikan Arah Pencapaian Tujuan Organisasi atau Perusahaan
Dalam hal ini, manajer strategi harus mampu menunjukkan kepada semua pihak kemana arah tujuan organisasi atau perusahaan. Karena arah yang jelas akan dapat dijadikan landasan untuk pengendalian dan mengevaluasi keberhasilan. - Membantu Memikirkan Kepentingan Berbagai Pihak
Organisasi atau perusahaan harus mempertemukan kebutuhan berbagai pihak, pemasok, karyawan, pemegang saham, pihak perbankan dan masyarakat luas lainnya yang memegang peranan terhadap sukses atau gagalnya perusahaan. - Mengantisipasi Setiap Perubahan Kembali Secara Merata
Manajemen strategi memungkinkan eksekutif puncak untuk mengantisipasi perubahan dan menyiapkan pedoman dan pengendalian, sehingga dapat memperluas kerangka waktu/berpikir secara perspektif dan memahami kontribusi yang baik untuk hari ini dan hari esok. - Berhubungan Dengan Efisiensi Dan Efektivitas
Tanggung jawab seorang manajer bukan hanya mengkonsentrasikan terhadap kemampuan atas kepentingan efisiensi akan tetapi hendaknya juga mempunyai perhatian yang serius agar bekerja keras melakukan sesuatu secara lebih baik dan efektif.[11]
Daftar Pustaka
Dakir. 2004. Perencanaan dan Pengembangan
Organisasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Hill, Robertson. 2017. “Strategic Planning and
Development Process of Municipal Education in Finland.” Journal of
Entrepreneurship and Business. Vol.01, Number.12.
L. Silk, Henry. 1969. Principles of Management. New
York: South Western Publishing Company.
M. Bryson, John. 1999. Perencanaan Strategis untuk
Organisasi Publik dan Nirlaba: Sebuah Panduan untuk Memperkuat dan
Mempertahankan Prestasi Organisasi. San Francisco Jossey-Bass.
Mudrajad, Kuncoro. 2014. Strategi Bagaimana Meraih
Keunggulan Kompetitif. Bandung: PT. Gelora Aksara pratama.
Pidarta, Made. 2014. Manajemen Pendidikan Indonesia.
Jakarta: PT Rineka Cipta, Edisi Revisi
Salusu. 2014. Pengambilan Keputusan Strategik untuk
Organisasi Publik dan Organisasi Non-Profit. Jakarta, Gramedia Widia Sarana
Indonesia.
Sukiswa, Iwa. 2016. Dasar-Dasar Manajemen
Pendidikan. Bandung: Tarsito.
Susanto, Ab. 2014. Manajemen Strategik Komprehensif
Untuk Mahasiswa dan Praktisi,.Surabaya: Erlangga.
Suwandyanto, M. 2010. Manajemen Strategi dan
kebijakan Lembaga. Jakarta: Salemba Empat.
Taufiqurokhman. 2016. Manajemen Strategik. Jakarta:
Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama.
[1] Ab Susanto, Manajemen Strategik Komprehensif Untuk Mahasiswa dan
Praktisi, (Surabaya: Erlangga, 2014)
[2] Robertson Hill. “Strategic Planning and Development Process of
Municipal Education in Finland.” Journal of Entrepreneurship and Business.
Vol.01, Number.12, 2017
[3] Kuncoro Mudrajad, Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif,
(Bandung: PT. Gelora Aksara pratama, 2014)
[4] Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, Edisi Revisi 2014)
[5] Iwa Sukiswa, Dasar-Dasar Manajemen Pendidikan, (Bandung: Tarsito,
2016)
[6] Henry L Silk, Principles of Management, (New York: South Western
Publishing Company, 1969)
[7] Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Organisasi, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2004)
[8] Salusu, Pengambilan Keputusan Strategik untuk Organisasi Publik dan
Organisasi Non-Profit, (Jakarta, Gramedia Widia Sarana Indonesia: 2014)
[9] John M. Bryson, Perencanaan Strategis untuk Organisasi Publik dan
Nirlaba: Sebuah Panduan untuk Memperkuat dan Mempertahankan Prestasi
Organisasi, (San Francisco Jossey-Bass, 1999)
[10] Taufiqurokhman, Manajemen Strategik, (Jakarta: Universitas Prof.
Dr. Moestopo Beragama, 2016)
[11] M. Suwandyanto, Manajemen Strategi dan kebijakan Lembaga, (Jakarta:
Salemba Empat, 2010)
No comments:
Post a Comment