DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI ...... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A.
Latar
Belakang .......................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah...................................................................................... 2
C.
Tujuan........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................ 3
A.
Konsep
Palliative care ................................................................................ 3
1.
Pengertian
Palliative care ..................................................................... 3
2.
Tujuan
Palliative Care........................................................................... 3
3.
Prinsip
Palliative care ........................................................................... 4
4.
Peran
dan Fungsi Perawat Palliative Care........................................... 4
5.
Istilah-istilah
dalam Palliative Care....................................................... 5
6.
Cakupan
Palliative Care........................................................................ 6
7.
Model/Tempat
Perawatan Paliatif Care................................................ 8
B.
Konsep
Penyakit Life Limiting.................................................................. 8
1.
Definisi
Penyakit Life Limiting............................................................ 8
2.
Askep
pasien dengan penyakit yang life limiting............................... 20
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 31
A.
Kesimpulan............................................................................................... 31
B.
Saran......................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 32
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Life limiting illness merupakan penyakit yang
membatasi hidup dan digambarkan sebagai penyakit yang memiliki konsekuensi
kematian. Beberapa penyakit yang termasuk dalam life limiting illness
diantaranya adalah kanker, penyakit jantung, penyakit paru obstruktif kronik,
dimensia, gagal jantung, penyakit neurodegeneratif, penyakit hati kronik, gagal
ginjal serta orang lanjut usia yang memiliki keadaan lemah (Palliative Care
Curriculum for Undergraduates (PCC4U), 2019).
Prevalensi life limiting illness di dunia serta di
Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan terjadi pada tahun 2000
hingga 2016 dimana penyakit jantung iskemik dan stroke merupakan penyebab utama
kematian di dunia dengan 15,2 juta kematian pada tahun 2016. Pada tahun 2000
penyakit jantung iskemik menyebabkan 7 juta kematian dan meningkat sebanyak 9,5
juta pada tahun 2016. Begitu pula dengan stroke meningkat sebanyak 5 juta
kematian menjadi 5,9 juta kematian dan penyakit paru obstruksi kronik (PPOK)
sebanyak 3 juta kematian (World Health Organization, 2019).
Data kesehatan DIY pada tahun 2017 mengungkapkan
data pasien dengan kelompok pasien jantung infark miokard sebanyak 1.650 orang,
infark miokard subsequent sebanyak 645 orang, diabetes mellitus sebanyak 8.321
orang (Departemen Kesehatan DIY, 2017). Angka kejadian life limiting illness
(LLI) pada pasien kanker sebanyak 4,5 kasus per 1.000 penduduk, pasien AIDS
dengan 48 orang (Departemen Kesehatan DIY, 2018).
Pasien dengan life limiting illness membutuhkan
perawatan yang spesifik untuk memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, maupun
spiritualnya (Ariyanti, Firmawati & Rochmawati, 2016). Kebutuhan ini pun
menjadi kebutuhan yang terus meningkat di dunia maupun Indonesia. Berbagai
gejala yang dapat dialami oleh pasien dengan kebutuhan perawatan paliatif
diantaranya adalah meliputi gejala fisik yang berupa nyeri, sesak nafas,
gangguan aktifitas, penurunan berat badan, gangguan psikososial serta spiritual
yang mempengaruhi kualitas hidup pasien tersebut. Untuk itu perawatan paliatif
perlu diterapkan dan diketahui oleh keluarga saat pasien berada dalam perawatan
di rumah (Banjarnahor et al., 2017).
Menurut Australian Government Department of Health
(2019), perawatan paliatif ditujukan bagi individu yang memiliki penyakit pada
tingkat tersebut atau biasa disebut dengan penyakit dengan life limiting
illness. Perawatan ini membantu individu untuk hidup sebaik mungkin sehingga
pada akhirnya sesuai tujuan yang ingin dicapai pada perawatan paliatif.
Perawatan paliatif ini tidak tergantung pada diagnosa medis tertentu tetapi
pada berbagai macam penyakit yang membatasi hidup secara progresif dan
berkelanjutan.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah konsep Paliatif Care ?
2.
Bagaimana manajemen penyakit yang life
limiting ?
3.
Bagaimanakah Askep penyakit yang life
limiting ?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui bagaimana konsep
paliatif care dan manajemen pada penyakit yang life limiting
2.
Untuk mengetahui Askep pada penyakit
yang life limiting
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Konsep Palliative care
1. Pengertian Palliative care
Menurut WHO palliative care merupakan pendekatan
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah
yang berkaitan dengan masalah yang mengancam jiwa, melalui pencegahan dan menghentikan
penderitaan dengan identifikasi dan penilaian dini, penangnanan nyeri dan masalah
lainnya, seperti fisik, psikologis, sosial dan spiritual (WHO, 2017). Palliatif
care berarti mengoptimalkan perawatan pasien dan keluarga untuk meningkatkan
kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan mengobati penderitaan.
Palliative care meliputi seluruh rangkaian penyakit melibatkan penanganan fisik,
kebutuhan intelektual, emosional, sosial dan spiritual untuk memfasilitasi otonomi
pasien, dan pilihan dalam kehidupan (Ferrell, 2015).
Berdasarkan penjelasan diatas Palliative care
merupakan sebuah pendekatan yang dapat meningkatkan kualitas hidup orang-orang
dengan penyakit yang mengancam jiwa dan keluarga mereka dalam menghadapi
masalah tersebut, baik dari aspek fisik, psikologis, sosial maupun spiritual.
2. Tujuan Palliative Care
Tujuan dari perawatan palliative adalah untuk
mengurangi penderitaan pasien,memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas
hidupnya, juga memberikan supportkepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien
meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis
dan spiritual, tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.
Tujuan Palliative Care meliputi
:
a)
Menyediakan bantuan dari rasa sakit dan
gejala menyedihkan lainnya
b)
Menegaskan hidup dan mempercepat atau
menunda kematian
c)
Mengintegrasikan aspek-aspek psikologis
dan spiritual perawatan pasien
d)
Tidak mempercepat atau memperlambat
memperlambat kematian
e)
Meredakan nyeri dan gejala fisik lain
yang mengganggu
f)
Menawarkan sistem pendukung untuk
membantu keluarga menghadapi penyakit pasien menghadapi penyakit pasien dan
kehilangan mereka.
3. Prinsip Palliative care
Palliative care secara umum merupakan
sebuah hal penting dan bagian yang tidak terpisahkan dari praktek klinis dengan
mengikuti prinsip:
a)
Fokus perawatan terhadap kualitas hidup,
termasuk kontrol gejala yang tepat
b)
Pendekatan personal, termasuk pengalaman
masa lalu dan kondisi sekarang
c)
Peduli terhadap sesorang dengan penyakit
lanjut termasuk keluarga atau orang terdekatnya
d)
Peduli terhadap autonomy pasien dan pilihan
untuk mendapat rencana perawatan lanjut, eksplorasi harapan dan keinginan
pasien
e)
Menerapkan komunikasi terbuka terhadap
pasien atau keluarga kepada profesional kesehatan (Cohen and Deliens, 2012)
4. Peran dan Fungsi Perawat Palliative Care
Peran
Fungsi Perawat pada Asuhan Keperawatan Paliatif
a)
Pelaksana perawat : pemberi asuhan
keperawatam, penddikan kesehatan, koordinator, advokasi, kolaborator,
fasilitator, modifikasi lingkungan.
b)
Pengelola : manajer kasus, konsultan,
koordinasi
c)
Pendidik : Di pendidikan / dipelayanan
d)
Peneliti
Dalam menjalankan peran dan fungsi perawat dalam
palliative care, perawat harus menghargai hak-hak pasien dalam menentukan
pilihan, memberikan kenyamanan pasien dan pasien merasa bermartabat yang sudah
tercermin didalam rencana asuhan keperawatan. Perawat memiliki tanggung jawab
mendasar untuk mengontrol gejala dengan mengurangi penderitaan dan support yang
efektif sesuai kebutuhan pasien. Peran perawat sebagai pemberi layanan
palliative care harus didasarkan pada kompetensi perawat yang sesuai kode etik
keperawatan (Combs, et al.,2014). Hal-hal yang berkaitan dengan pasien harus
dikomunikasikan oleh perawat kepada pasien dan keluarga yang merupakan standar
asuhan keperawatan yang profesional. Menurut American Nurse Associatiuon Scope
And Standart Practice dalam (Margaret, 2013) perawat yang terintegrasi harus mampu
berkomunikasi dengan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya mengenai
perawatan pasien dan ikut berperan serta dalam penyediaan perawatan tersebut
dengan berkolaborasi dalam membuat rencana yang berfokus pada hasil dan
keputusan yang berhubungan dengan perawatan dan pelayanan, mengindikasikan komunikasi
dengan pasien, keluarga dan yang lainnya.
5. Istilah-istilah dalam Palliative
Care
a)
Life Limiting Illness
Di dalam praktek palliative care sering
disebut istilah life-limiting illness, mengacu pada jenis-jenis penyakit yang
tidak dapat disembuhkan dan sangat dapat menyebabkan kematian. Sering juga
dikatakan sebagai life-threatening (penyakit mengancam jiwa), terminal illness
(penyakit pamungkas), atau progressive dan advanced illness (penyakit yang
semakin lama semakin buruk). Contoh dari life-limiting illness ini adalah
seperti yang disebutkan di atas. Palliative care dapat dimulai pada setiap
tahapan dari penyakit tersebut. Tapi bukan pula berarti pasien yang mendapatkan
palliative care akan meninggal dengan segera. Beberapa penderita bisa
mendapatkan palliative care sampai tahunan lamanya.
b)
End of Life Care
End of life care atau perawatan di akhir
hayat merupakan bagian penting dari palliative care yang mencakup perawatan dan
dukungan untuk orang yang sudah berada pada ujung dari hidupnya. Biasanya
diberikan pada satu tahun terakhir kehidupannya. Tapi karena usia sulit untuk
diprediksi, ada penderita yang hanya mendapatkan perawatan dalam hitungan
minggu bahkan hari saja. End of life care memiliki tujuan menciptakan
kenyamanan semaksimal mungkin bagi penderita. Juga mencakup penjelasan kepada
keluarga dan teman apa yang akan dihadapi dan diharapkan pada saat-saat terakhir
kehidupan penderita. Bahkan di luar negeri end of life care sampai mengurusi
wasiat dan dukungan secara finansial.
c)
Palliative Care dan Hospice Care
Keduanya merupakan end of life care dan
sama-sama bertujuan memberikan kenyamanan pada penderita. Perbedaannya adalah;
palliative care dapat dimulai sejak diagnosis ditegakkan, dan diberikan
bersamaan dengan terapi. Sementara hospice care biasanya diberikan pada sarana
pelayanan kesehatan khusus, dimulai ketika pengobatan dihentikan, dan sudah
jelas bahwa penderita tidak akan sembuh dari sakitnya. Hospice care diberikan
ketika usia statistik penderita sudah dapat diprediksi dan harapan hidupnya
sudah rendah. Paling sering diberikan untuk penderita yang secara statistik
memiliki harapan hidup kurang dari 6 bulan.
6. Cakupan Palliative Care
Penyakit serius memberikan efek dan
masalah tidak saja pada fisik penderita, karena dapat berefek pada seluruh
aspek dari kehidupan penderita, keluarga dan temannya.
a)
Aspek Fisik; untuk membantu meringankan
atau mengatasi kondisi seperti:
1)
Nyeri
2)
Gangguan dan masalah tidur
3)
Sesak dan gangguan bernafas lainnya
4)
Hilang nafsu makan, mual dan muntah.
Untuk aspek fisik ini, pemberian palliative care
mencakup:
1)
Bantuan pemberian obat
2)
Bantuan mengurus diri seperti mandi,
memakai baju, makan, dll.
3)
Bimbingan gizi
4)
Terapi fisik
5)
Terapi okupasi (Terapi okupasi merupakan
perawatan khusus untuk seseorang yang mengalami gangguan kesehatan tertentu
agar bisa mendapatkan harapan positif. Misalnya, mampu melakukan aktivitas
sehari-hari yang sebelumnya tak bisa dilakukannya seorang diri.)
b)
Aspek Emosi, sosial, dan adaptasi.
Penderita dan keluarga sudah tentu menghadapi stres yang dapat mengarah kepada
kecemasan, keputusasaan, rasa takut, sampai depresi. Karenanya, palliative care
dapat mencakup:
1)
Konseling
2)
Diskusi keluarga
3)
Support group
4)
Konsultasi dengan ahli jiwa (psikiater)
c)
Aspek Spiritual. Ketika seseorang sedang
dihadapi dan harus menjalani kondisi berpenyakit yang parah atau tidak dapat
disembuhkan, tidak jarang ia dan keluarganya bisa kehilangan kepercayaan kepada
Tuhan. Tim palliative care termasuk dapat memberikan bantuan kepada penderita
dan keluarga agar kembali mendekatkan diri kepada agama, sesuai dengan
kepercayaannya masing-masing. Agar mereka dapat menemukan kedamaian dan lebih
ikhlas dalam menjalani cobaan yang sedang dihadapi.
d)
Aspek Lainnya; Beberapa masalah yang
muncul akibat penyakit yang diderita terkadang sampai mencetus masalah lain
seperti keuangan, gangguan bekerja, asuransi, bahkan masalah hukum. Tim yang
tergabung di dalam palliative care dapat juga membantu:
1)
Menjelaskan dan memberikan saran
penyelesaian masalah kepada penderita dan keluarganya
2)
Menjembatani penderita dan keluarga
dengan pihak pemberi kerja, pihak asuransi, dan aparat hukum
3)
Memberikan atau merujuk penderita dan
keluarga kepada ahli konseling keuangan
4)
Bahkan, sampai dapat memberikan saran
dan bantuan mengenai masalah tempat tinggal.
7. Model/Tempat Perawatan Paliatif
Care
a)
Rumah sakit, (Hospice hospital care),
Poliklinik, Rawat singkat, Rawat Inap
b)
Rumah (Hospice home care)
c)
Hospis (Hospice care)
d)
Praktek bersama , Tim/ kelompok
perawatan paliatif
B. Konsep Penyakit Life Limiting
1. Definisi Penyakit Life Limiting
Life limiting
illness merupakan penyakit yang membatasi hidup dan digambarkan sebagai
penyakit yang memiliki konsekuensi kematian. Beberapa penyakit yang termasuk
dalam life limiting illness diantaranya adalah kanker, penyakit jantung,
penyakit paru, gagal jantung, penyakit hati, gagal ginjal, multiple sclerosis
dan diabetes. (Palliative Care Curriculum for Undergraduates (PCC4U),
2019)
a)
Gejala yang sering muncul pada pasien Life
Limiting Illness
Gejala yang muncul pada pasien LLI biasanya
bervariasi tergantung dengan penyakit yang dialaminya. Seseorang dengan
penyakit life limiting Illness dapat mengalami berbagai macam gejala baik itu
gejala fisik maupun gejala psikologi. Adapun beberapa gejala fisik yang sering dialami
oleh pasien LLI sebagai adalah kelelahan,dispnea, anoreksia,sembelit dan mudah
lelah. Sedangkan gejala psikologis yang sering muncul yaitu tekanan emosional,
kegelisahan dan depresi (PCC4U, 2016). Perawatan yang sesuai untuk pasien LLI
yang memiliki berbagai macam gejala seperti yang disebutkan adalah perawatan
paliatif.
Perawatan ini tidak hanya berfokus pada aspek
fisik tetapi juga aspek psikologis, dukungan sosial serta peran keluarga dalam
meningkatkan kondisi kesehatan pasien (Arianti et al., 2016).
b)
Masalah yang sering timbul pada fase
life limiting illness
1)
Kurang energi (kelemahan umum)
2)
Nyeri
3)
Mulut kering
4)
Gangguan nafas
5)
Susah tidur
6)
Merasa ngantuk
7)
Kecemasan
8)
Merasa gugup
9)
Batuk
10)
Berat badan menurun
11)
Kurang nafsu makan
12)
Mudah tersinggung
13)
Gangguan seksual
c)
Contoh-contoh penyakit yang Life
Limiting
Jenis penyakit yang termasuk dalam life
limiting illness adalah antara lain yaitu gagal jantung, diabetes, gagal hati,
penyakit paru-paru, multiple sclerosis, HIV/AIDS, gagal ginjal yang memerlukan
dialisis, dan kanker (PCC4U, 2019).
1)
Gagal Jantung
Gagal jantung adalah kondisi yang
terjadi akibat adanya suatu penyakit kronis yang membuat jantung kaku, lemah,
bekerja terlalu keras dalam jangka panjang, atau mengalami kerusakan
struktural, misalnya pada otot atau katup jantung. Penyakit yang menyebabkan
gagal jantung ini bisa berasal dari jantung maupun organ lain.
2)
Diabetes
Kadar gula dalam darah dikendalikan oleh
hormon insulin yang diproduksi oleh pankreas, yaitu organ yang terletak di
belakang lambung. Pada penderita diabetes, pankreas tidak mampu memproduksi
insulin sesuai kebutuhan tubuh. Tanpa insulin, sel-sel tubuh tidak dapat
menyerap dan mengolah glukosa menjadi energi.
(a)
Jenis-Jenis Diabetes
Secara umum, diabetes dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu diabetes tipe 1 dan tipe 2. Diabetes tipe 1 terjadi karena sistem
kekebalan tubuh penderita menyerang dan menghancurkan sel-sel pankreas yang
memproduksi insulin. Hal ini mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah,
sehingga terjadi kerusakan pada organ-organ tubuh. Diabetes tipe 1 dikenal juga
dengan diabetes autoimun. Pemicu timbulnya keadaan autoimun ini masih belum
diketahui dengan pasti. Dugaan paling kuat adalah disebabkan oleh faktor
genetik dari penderita yang dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan.
Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang lebih
sering terjadi. Diabetes jenis ini disebabkan oleh sel-sel tubuh yang menjadi
kurang sensitif terhadap insulin, sehingga insulin yang dihasilkan tidak dapat
dipergunakan dengan baik (resistensi sel tubuh terhadap insulin). Sekitar
90-95% persen penderita diabetes di dunia menderita diabetes tipe ini.
(b)
Gejala Diabetes
Diabetes tipe 1 dapat berkembang dengan cepat dalam
beberapa minggu, bahkan beberapa hari saja. Sedangkan pada diabetes tipe 2,
banyak penderitanya yang tidak menyadari bahwa mereka telah menderita diabetes
selama bertahun-tahun, karena gejalanya cenderung tidak spesifik. Beberapa
ciri-ciri diabetes tipe 1 dan tipe 2 meliputi:
(1)
Sering merasa haus
(2)
Sering buang air kecil, terutama di
malam hari
(3)
Sering merasa sangat lapar
(4)
Turunnya berat badan tanpa sebab yang
jelas
(5)
Berkurangnya massa otot
(6)
Terdapat keton dalam urine. Keton adalah
produk sisa dari pemecahan otot dan lemak akibat tubuh tidak dapat menggunakan
gula sebagai sumber energi
(7)
Lemas
(8)
Pandangan kabur
(9)
Luka yang sulit sembuh
(10) Sering
mengalami infeksi, misalnya pada gusi, kulit, vagina, atau saluran kemih
Beberapa gejala lain juga bisa menjadi ciri-ciri
bahwa seseorang mengalami diabetes, antara lain:
(1)
Mulut kering
(2)
Rasa terbakar, kaku, dan nyeri pada kaki
(3)
Gatal-gatal
(4)
Disfungsi ereksi atau impotensi
(5)
Mudah tersinggung
(6)
Mengalami hipoglikemia reaktif, yaitu
hipoglikemia yang terjadi beberapa jam setelah makan akibat produksi insulin
yang berlebihan
(7)
Munculnya bercak-bercak hitam di sekitar
leher, ketiak, dan selangkangan, (akantosis nigrikans) sebagai tanda terjadinya
resistensi insulin
Beberapa orang dapat mengalami kondisi prediabetes,
yaitu kondisi ketika glukosa dalam darah di atas normal, namun tidak cukup
tinggi untuk didiagnosis sebagai diabetes. Seseorang yang menderita prediabetes
dapat menderita diabetes tipe 2 jika tidak ditangani dengan baik.
3)
Gagal Hati
Gagal hati adalah kondisi ketika
sebagian besar organ hati mengalami kerusakan, sehingga tidak dapat menjalankan
fungsinya dengan baik. Kondisi ini bisa terjadi bertahap dalam waktu
bertahun-tahun, atau terjadi seketika. Gagal hati harus segera ditangani karena
berisiko menyebabkan kematian.
(a)
Tanda dan Gejala gagal hati
Gejala awal gagal hati cenderung ringan dan mirip
dengan gejala pada kondisi lain, yaitu sakit perut bagian atas, diare, lelah,
mual, dan hilang selera makan. Bila kondisi organ hati makin memburuk, gejala
yang lebih serius akan muncul. Gejala pada gagal hati tingkat lanjut tersebut
meliputi:
(1)
Mudah mengalami memar dan perdarahan
(2)
Kulit dan mata menguning
(3)
Penumpukan cairan di perut
(4)
Muntah darah atau BAB berdarah (berwarna
hitam)
(5)
Kesadaran berkabut dan bicara kacau
(6)
Tidak sadarkan diri
4)
Penyakit paru-paru
Penyakit paru-paru adalah kondisi yang
membuat paru-paru tidak dapat berfungsi secara normal. Beberapa yang paling
umum, di antaranya asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), pneumonia,
tuberkulosis, dan kanker paru.
5)
Multiple sklerosis
Penyakit sklerosis ganda atau multiple
sclerosis adalah gangguan saraf pada otak, mata, dan tulang belakang. Multiple
sclerosis akan menimbulkan gangguan pada penglihatan dan gerakan tubuh.
Saat terjadi multiple sclerosis, sistem
kekebalan tubuh menyerang lapisan lemak yang melindungi serabut saraf (mielin).
Hal ini menyebabkan gangguan komunikasi antara otak dan seluruh tubuh. Jika
tidak segera ditangani, sklerosis ganda dapat menyebabkan penurunan atau
kerusakan saraf permanen.
Multiple sclerosis lebih sering terjadi
pada wanita dibandindingkan pria. Tingkatan keparahan serangan penyakit ini
bervariasi dan menimbulkan efek yang berbeda pada setiap penderitanya.
(a)
Gejala Multiple Sclerosis
Gejala multiple sclerosis dapat berbeda-beda,
tergantung pada lokasi saraf yang terpengaruh. Multiple sclerosis dapat
menyebabkan serangkaian gangguan gerak dan penglihatan, serta gejala-gejala
lainnya.
(1)
Gangguan gerak
(2)
Multiple sclerosis dapat menyebabkan
gangguan gerak berupa:
(3)
Kelemahan atau mati rasa pada sisi tubuh
tertentu atau pada tungkai
(4)
Sulit berjalan
(5)
Sulit menjaga keseimbangan
(6)
Sensasi seperti tersengat listrik yang
terjadi akibat gerakan leher tertentu, terutama ketika penderita menggerakan leher
ke depan (Lhermitte’s sign)
(7)
Tremor atau gemetar
(8)
Gangguan penglihatan
Gangguan penglihatan yang dapat terjadi akibat
multiple sclerosis meliputi:
-
Kehilangan sebagian atau seluruh
kemampuan penglihatan. Hal ini biasanya diikuti rasa sakit saat menggerakkan
mata.
-
Penglihatan ganda
-
Pandangan menjadi kabur
-
Selain gangguan bergerak dan gangguan
melihat, penderita multiple sclerosis juga bisa merasakan beberapa gejala di
bawah ini:
ü Pusing.
ü Lemas.
ü Sulit
bicara.
ü Rasa
sakit dan kesemutan pada berbagai bagian tubuh.
ü Gangguan
pada kandung kemih, usus, atau organ seksual.
(b)
Penyebab Multiple Sclerosis
Belum diketahui penyebab pasti dari multiple
sclerosis, tetapi diduga penyebabnya adalah autoimun, di mana sistem kekebalan
tubuh keliru menyerang jaringan tubuh sendiri. Kombinasi dari faktor genetik
dan faktor lingkungan juga diduga dapat meningkatkan risiko terjadinya multiple
sclerosis, di antaranya:
-
Wanita berusia antara 16-55 tahun
-
Terdapat anggota keluarga yang menderita
multiple sclerosis
-
Pernah atau sedang menderita penyakit
mononukleosis, penyakit tiroid, diabetes tipe 1, dan radang usus
-
Kurang mendapatkan paparan sinar
matahari dan rendahnya kadar vitamin D dalam tubuh.
-
Kebiasaan merokok
6)
HIV/AIDS
HIV merupakan singkatan dari Human
immonodeficiensy virus. Disebut human karena virus ini hanya dapat menginfeksi
manusia, immune-deficiency karena efek virus ini adalah menurunkan kemampuan
sistem kekebalan tubuh, dan termasuk golongan virus karena salah satu
karakteristiknya adalah tidak mampu mereproduksi diri sendiri, melainkan
memanfaatkan sel-sel tubuh . Virus ini merupakan penyebab penyakit AIDS
(Desmawati, 2013). Menurut Abrori and Qurbaniah (2017) HIV dapat merusak sistem
kekebalan tubuh manusia yang ditemukan pada cairan-cairan tubuh terutama semen,
cairan vagina dan darah.
(a)
Penyebab HIV/AIDS
AIDS disebabkan oleh human immunodeficiency virus
(HIV). HIV yang masuk ke dalam tubuh akan menghancurkan sel CD4. Sel CD4 adalah
bagian dari sel darah putih yang melawan infeksi. Semakin sedikit sel CD4 dalam
tubuh, maka semakin lemah pula sistem kekebalan tubuh seseorang.
Penularan HIV terjadi saat darah, sperma, atau
cairan vagina dari seseorang yang terinfeksi masuk ke dalam tubuh orang lain.
Hal ini dapat terjadi melalui berbagai cara, antara lain:
(1)
Hubungan seks
Infeksi HIV dapat terjadi melalui
hubungan seks baik melalui vagina maupun dubur (anal). Meskipun sangat jarang,
HIV juga dapat menular melalui seks oral. Akan tetapi, penularan lewat seks
oral hanya akan terjadi bila terdapat luka terbuka di mulut penderita, misalnya
seperti gusi berdarah atau sariawan.
(2)
Berbagi jarum suntik
Berbagi penggunaan jarum suntik dengan
penderita HIV, adalah salah satu cara yang dapat membuat seseorang tertular
HIV. Misalnya menggunakan jarum suntik bersama saat membuat tato, atau saat
menggunakan NAPZA suntik.
(3)
Transfusi darah
Penularan HIV dapat terjadi saat
seseorang menerima donor darah dari penderita HIV.Selain melalui berbagai cara
di atas, HIV juga bisa menular dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya.
Penularan virus HIV pada anak juga dapat terjadi pada proses melahirkan, atau
melalui air susu ibu saat proses menyusui.
(b)
Tanda dan gejala HIV/AIDS
(1)
Fase 1 : Terinfeksi HIV
Rentang waktu sejak virus HIV masuk kedalam tubuh
sampai antibodi terhadap HIV menjadi positif disebut window period. Lama window
period antara 15 hari sampai 6 bulan. Dalam fase ini umumnya seseorang yang
telah terinfeksi HIV masih tampak dan merasa sehat-sehat saja, tanpa
menunjukkan gejala apapun bahwa ia sudah tertular HIV akan tetapi orang ini
juga sudah menularkan HIV pada orang lain (Katiandagho, 2015, p. 32)
(4) Fase
2 : Gejala-gejala mulai terlihat
Dalam fase ini umumnya gejala-gejala mulai nampak,
seperti hilangnya selera makan, gangguan pada rongga mulut dan tenggorokan,
diare, pembengkakan kelenjar, bercak-bercak dikulit, demam serta keringat
berlebihan di malam hari tetapi gejala diatas belum dapat di jadikan patokan
bahwa itu adalah AIDS, karena itu masih gejala-gejala umum dan harus di periksakan ke dokter untuk hasil
yang lebih spesifik (Katiandagho, 2015, p. 33)
(5) Fase
3 : Penyakit AIDS
Dalam fase ini HIV benar-benar menimbulkan AIDS.
Sistem kekebalan tubuh semakin menurun sehingga tidak ada lagi perlawanan
terhadap penyakit yang menyerang termasuk kanker dan infeksi. Perwujudan
penyakit yang menyerang tubuh seseorang tergantung pada virus, bakteri, jamur
atau protozoa yang menyebabkan infeksi,
sehingga orang tersebut akan menderita penyakit yang parah (Katiandagho, 2015,
p. 33)
(6) Fase
4 : Penderita Meninggal karena salah satu Penyakit
Sebagaimana yang telah kita pahami bahwa tanpa
sistem kekebalan tubuh yang baik sulit bagi seseorang untuk mempertahankan
hidupnya dari serangan penyakit. Seseorang bisa bertahan hidup terhadap
berbagai penyakit pada tahapan AIDS, tetapi hanya berlangsung selama 1-2 tahaun
saja, selanjutnya penderita akan meninggal dunia karena penyakt atau komplikasi
dari beberapa penyakit yang ia derita (Nurarif & Kusuma, 2015)
7)
Gagal ginjal
Penyakit ginjal kronis (PGK) atau gagal ginjal
kronis (GGK) adalah kondisi saat fungsi ginjal menurun secara bertahap karena
kerusakan ginjal. Secara medis, gagal ginjal kronis didefinisikan sebagai penurunan
laju penyaringan atau filtrasi ginjal selama 3 bulan atau lebih.
(a)
Gejala Gagal Ginjal
Gejala gagal ginjal kronis disebabkan penurunan
fungsi ginjal secara perlahan. Pada tahap awal, gejala belum dapat terasa
dengan jelas karena penurunan fungsi ginjal masih dapat ditoleransi oleh tubuh.
Gejala lebih parah mulai terasa jelas saat penununan fungsi ginjal sudah
memasuki tahap lanjut. Gejala tersebut antara lain:
(1)
Mual
(2)
Muntah
(3)
Kehilangan nafsu makan
(4)
Kulit gatal yang berkepanjangan
(5)
Penurunan berat badan atau malah meningkat
akibat penumpukan cairan
(6)
Lebih sering ingin buang air kecil,
terutama di malam hari atau bila tahap lebih lanjut lagi urine semakin sedikit
(7)
Terdapat darah dalam urine
(8)
Edema atau pembengkakan pada mata kaki,
tungkai, atau tangan akibat penumpukan cairan
(9)
Nyeri dada, terutama jika ada penumpukan
cairan pada jaringan jantung
(10) Sesak
napas, jika ada penumpukan cairan di paru-paru
(11) Tekanan
darah tinggi yang sulit dikendalikan
(12) Gangguan
tidur atau insomnia
(13) Kram
dan kejang otot
(14) Pucat
(15) Pusing
(16) Disfungsi
ereksi pada pria
(b)
Penyebab Gagal ginjal
Gagal Ginjal kronis umumnya terjadi saat suatu
penyakit mengganggu fungsi ginjal hingga menyebabkan kerusakan yang terus
memburuk dalam beberapa bulan atau tahun. Penyakit tersebut meliputi:
(1)
Diabetes
Kadar
gula dalam darah yang terlalu tinggi dapat merusak penyaring dalam ginjal.
(2)
Hipertensi atau tekanan darah tinggi
Kondisi
ini seiring waktu menambah tekanan pada pembuluh darah kecil di ginjal, yang
kemudian menghambat fungsi ginjal bekerja secara normal.
(3)
Glomerulonefritis atau peradangan pada
glomerulus ginjal.
(4)
Nefritis intersititial atau peradangan
pada tubulus ginjal dan jaringan sekitarnya.
(5)
Infeksi ginjal yang berulang atau
pielonefritis.
(6)
Penyakit ginjal polikistik, yang
ditandai dengan pertumbuhan kista pada ginjal.
(7)
Gangguan saluran urine yang
berkepanjangan, contohnya karena batu ginjal, pembesaran prostat, tumor,
kelainan ginjal atau kandung kemih bawaan.
(8)
Cedera akut ginjal yang tidak sembuh.
(9)
Lupus nefritis.
(10)
Penyakit asam urat.
(11)
Penyakit pembuluh darah ginjal, seperti
penyempitan pembuluh arteri ginjal (stenosis arteri ginjal) atau gumpalan darah
di pembuluh vena ginjal (trombosis vena ginjal).
8)
Kanker
Kanker adalah penyakit yang disebabkan
oleh pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkendali di dalam tubuh . Pertumbuhan
sel abnormal ini dapat merusak sel normal di sekitarnya dan di bagian tubuh
yang lain.
(a)
Penyebab Kanker
Penyebab utama kanker adalah perubahan (mutasi)
genetik pada sel. Mutasi genetik akan membuat sel menjadi abnormal. Sebenarnya,
tubuh memiliki mekanisme sendiri untuk menghancurkan sel abnormal ini. Bila
mekanisme tersebut gagal, sel abnormal akan tumbuh secara tidak terkendali.
Faktor yang dapat memicu pertumbuhan sel kanker
berbeda-beda, tergantung pada jenis kankernya. Meskipun demikian, tidak ada
jenis kanker yang spesifik hanya dipicu oleh 1 faktor.
Faktor yang diduga berisiko menyebabkan mutasi
genetik pada sel normal dan kegagalan tubuh untuk memperbaikinya antara lain:
(1)
Berusia di atas 65 tahun. Namun,
sebagian jenis kanker lebih banyak terjadi pada anak-anak
(2)
Merokok
(3)
Terpapar radiasi, zat kimia (misalnya
asbes atau benzene), atau sinar matahari.
(4)
Terinfeksi virus, seperti hepatitis B,
hepatitis C, dan HPV
(5)
Terpapar hormon dalam kadar tinggi atau
jangka panjang
(6)
Menderita penyakit yang menyebabkan inflamasi
kronis (peradangan jangka panjang), misalnya kolitis ulseratif
(7)
Menurunnya sistem kekebalan tubuh, misalnya
akibat menderita HIV/AIDS
(b)
Gejala Kanker
Gejala yang timbul akibat kanker juga bervariasi,
tergantung pada jenis kanker dan organ tubuh yang terkena kanker. Beberapa
gejala yang sering dialami penderita kanker adalah:
-
Muncul benjolan
-
Nyeri di salah satu bagian tubuh
-
Pucat, lemas, dan cepat lelah
-
Penurunan berat badan secara drastis
-
Gangguan buang air besar atau buang air
-
Batuk kronis
-
Demam yang terus berulang
-
Memar dan mengalami perdarahan secara
spontan
2. Askep pasien dengan penyakit yang
life limiting
Pengkajian pada
klien dengan penyakit yang life
limiting, menggunakan pendekatan holistik yaitu suatu pendekatan yang
menyeluruh terhadap klien bukan hanya terhadap penyakit danaspek pengobatan
saja tetapi juga
aspek psikososial lainnya
. Salah satu
metode untuk membantu
perawat dalam mengkaji psikososial
pada klien penyakit life limiting
yaitu dengan metode:“PERSON “, P
( Personal Strength ) , yaitu kekuatan seseorang dilanjutkan dengan
gayahidup, kegiatan atau
pekerjaan . E (
Emotional Reaction )
yaitu reaksi emosional
yang ditunjukkan klien. R (
Respon to Stress ) yaitu respon klien terhadap situasi saat ini atau di
masa lalu. S (
Support Sistem yaitu keluarga
atau orang lain
yang berarti. O ( Optimum Health Goal ) yaitu alasan untuk
menjadi lebih baik , N ( Nexsus).
a) Pengkajian
1)
Identitas
(a)
Nama – Tuan Anhar
(b)
Umur- 50 Tahun
(c)
Agama- Islam
(d)
Jenis kelamin- Laki-laki
2)
Riwayat kesehatan
a)
Riwayat kesehatan dahulu
Pasien
pernah masuk ke rumah sakit karena tiba-tiba pingsan
b)
Riwayat kesehatan sekarang
Pasien
memiliki penyakit life limiting yaitu gagal jantung
c)
Riwayat kesehatan keluarga
Tidak
ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama seperti klie
3)
Pengkajian faktor predisposisi
(a)
Riwayat psikososial
Hilangnya
harga diri karena kebutuhan tidak
terpenuhi sehingga klien menarik diri , cepat tersinggung dan tidak ada
semangat hidup
(b)
Banyaknya distress yang dialami dan respon
terhadap krisis
Klien
mengalami distress spiritual karena sudah tidak lagi mengerjakan solat
(c)
Kemampuan koping
Tingkat
perkembangan reaksi sedih dan kehilangan
Klien
merasa sedih dan belum dapat menerima kenyataan tentang penyakitnya
(d)
Faktor sosio kultur
Klien
mengekspresikan sesuai tahap perkembangan , pola kultur terhadap kesehatan , penyakit
dan kematian yang dikomunikasikan baik secara verbal maupun non verbal (Klien
menyesal dengan kebiasaan merokok sebelum ini)
(e)
Faktor presipitasi
(1)
Prognosa akhir penyakit yang menyebabkan
kematian Penyakit gagal jantung akan memburuk dari waktu ke waktu. Gejala yang
dialami tidak langsung menyebabkan kematian tetapi sangat menurunkan kualitas
hidup pasien. Walau demikian, ketika penyakit sudah berkembang ke tahap lanjut,
kematian dapat terjadi.
(2)
Support dari keluarga dan orang terdekat
Keluarga dan orang terdekat sering mengunjungi klien di rumah sakit,
kadang-kadang membawa buah-buahan kepada klien
(f)
Faktor perilaku
(1)
Respon terhadap diagnosa
Klien
belum bisa menerima penyakit yang dideritanya
(2)
Isolasi sosial Klien sering menyendiri
(3)
Mekanisme koping
-
Denial Adalah mekanisme
koping yang berhubungan
dengan penyakit fisik
yang berfungsi sebagai pelindung klien untuk memahami penyakit secara
bertahap.
Tahap
awal ( Intial Stage )
Tahap menghadapi
ancaman terhadap kehilangan
“ saya harus meninggal karena penyakit ini”
(4)
Regresi
Keluarga
klien sering memenuhi kebutuhan klien seperti mandi dan makan. Tetapi
kadang-kadang klien menolak
(5)
Kompensasi
Suara tindakan
dimana klien tidak mampun
mengatasi keterbatasan karena penyakit yang dialami
(a)
Belum menyadari ( closed awereness )
b) Pengkajian fisik
1)
Pemeriksaan fisik
(a)
Pemeriksaan Vital Sign
Tekanan
darah : 140/90 mmhg
Nadi
: 80x/menit
Pernafasan
: 16x/menit
Suhu
: 36Oc
(b)
Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus Sering
BAK
(c)
Pemeriksaan Muskuloskeletal
Sering
merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering merasa kesemutan
(d)
Pemeriksaan fisik lainnya meliputi
pemeriksaan kulit, pemeriksaan leher, pemeriksaan dada (thoraks), pemeriksaaan
jantung (cardiovaskular) , pemeriksaan abdomen, pemeriksaan ekstremitas dan
pemeriksaan neurologi
2)
Pemeriksaan laboratorium
3)
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
adalah :
(a) Pemeriksaan
darah
(b)Pemeriksaan
laboratorium lain meliputi pemeriksaan fungsi tiroid, pemeriksaan urine dan
pemeriksaan kultur pus
c) Analisa Data
No |
Data |
Diagnosis |
|
1. |
Ds
: Klien
mengatakan merasa takut akan kematian Klien
mengatakan akan mati jika berterusan dengan kondisi sekarang Klien
mengatakan tidak bisa menerima status kesehatan sekarang Do
: Klien
mengalami depresi Klien
sering berkeringat Klien
tampak cemas Klien
sering mengatakan hal yang sama berulang kali |
Ansietas
atau ketakutan yang berhubungan dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan
kondisi yang tidak dapat diperkirakan, takut akan kematian dan efek negative
pada gaya hidupnya. |
|
2 |
Ds
: Klien
merasa sedih dengan penyakit yang dideritanya Klien
mengatakan tidak bisa menerima penyakitnya Klien
merasa malu karena tidak dapat membahagiakan keluarganya Do
: Klien
tampak sedih Isolasi
diri Klien
tidak banyak bicara |
Berduka yang
berhubungan dengan penyakit
life limiting dan kematian
yang dihadapi, penurunan fungsi
perubahan konsep diri dan menarik diri dari orang lain. |
|
3. |
Ds
: Klien
mengatakan merasa kawatir akan keluarganya jika dia meninggal Klien
mengatakan merasa terkurung di ruang perawatan Klien
mengatakan tidak senang berada di ruang perawatan Do
: Klien
tampak kurang senang Klien
tampak bingung Klien
tampak sedih |
Perubahan proses
keluarga yang berhubungan
dengan gangguan kehidupan keluarga,takut akan hasil
(kematian) dengan lingkungnnya penuh dengan stres (tempat perawatan) |
|
4. |
Ds
: Klien
mengatakan sudah lama tidak solat Klien
mengatakan tidak mampu menghadapi kematian Klien
mengatakan sudah lama tidak mengaji Do
: Klien
tampak menyesal Klien
tampak sedih Klien
tampak putus asa Klien
tampak tidak tenang |
Resiko terhadap
distres spiritual yang
berhubungan dengan perpisahan
dari system pendukung
keagamaan, kurang pripasi atau
ketidakmampuan diri dalam menghadapi
ancaman kematian |
|
d) Diagnosa Keperawatan
1)
Ansietas atau ketakutan yang berhubungan
dengan situasi yang tidak dikenal, sifat dan kondisi yang tidak dapat
diperkirakan, takut akan kematian dan efek negative pada gaya hidupnya.
2)
Berduka
yang berhubungan dengan
penyakit terminal dan
kematian yang dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep
diri dan menarik diri dari orang lain.
3)
Perubahan proses
keluarga yang berhubungan
dengan gangguan kehidupan keluarga,takut akan hasil
(kematian) dengan lingkungnnya penuh dengan stres (tempat perawatan)
4)
Resiko
terhadap distres spiritual
yang berhubungan dengan
perpisahan dari system pendukung keagamaan, kurang
pripasi atau ketidak mampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian
e) Rencana Asuhan Keperawatan
No |
Diagnosis |
Tujuan dan
kriteria hasil |
Intervensi |
||
1. |
Ansietas atau ketakutan yang berhubungan dengan situasi yang tidak dikenal, sifat
dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan, takut akan kematian dan efek negative pada gaya
hidupnya. |
Setelah
diberikan asuhan Keperawatan selama
2x24 jam, klien tidak
menunjukan ansietas atau ketakutan
dengan kriteria hasil : 1.Mengungkapkan
ketakutannya yang berhubungan dengan gangguan. 2.
Menceritakan tentang efek gangguan
pada fungsi normal,tanggungjawab,
peran dan gaya hidup |
1.
Berikan
teknik menenangkan diri. 2.
Berikan dukungan emosi. 3.
Anjurkan keluarga
untuk selalu mendampingi pasien. 4.
Bantu klien
untuk mengurangi ansietasnya: a.
Berikan kepastian dan kenyamanan. b.
Tunjukkan perasaan tentang pemahaman dan empati,
jangan menghindari pertanyaan. c.
Dorong klien untuk mengungkapkan setiap ketakutan
permasalahan yang berhubungan dengan pengobatannya. d.
Identifikasi dan dukung mekanisme koping efektif. e.
Kaji
tingkat ansietas klien : rencanakan pernyuluhan bila tingkatnya rendah atau
sedang 5.
Dorong
keluarga dan teman untuk mengungkapkan ketakutan-ketakutan mereka |
||
2.
|
Berduka yang berhubungan dengan penyakit life limiting dan kematian yang dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan
menarik diri dari orang lain |
Setelah
diberikan Asuhan keperawatan selama
2x24 jam, klien sedikit
menunjukan gejala berduka dengan kriteria hasil : Klien
akan : 1.
Mengungkapkan kan kehilangan dan perubahan 2.
Mengungkapkan
perasaan yang berkaitan kehilangan dan perubahan 3.
Menyatakan kematian akan terjadi Anggota
keluarga akan melakukan: 1.
Mempertahankan hubungan erat yang efektif, yang dibuktikan dengan cara : b.
Menghabiskan waktu bersama klien c.
Memperhatikan
kasih sayang , komunikasi terbuka dengan klien d.
Berpartisipasi dalam Perawatan |
Berikan
kesempatan pada klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan/kekhawatiran didiskusikan kehilangan secara terbuka , dan gali makna pribadi dari kehilangan. a.
Berikan dorongan penggunaan strategi
koping positif yang
terbukti yang memberikan keberhasilan
pada masa lalu masalah. b.
Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikan atribut diri yang
positif. c.
Bantu klien mengatakan dan menerima
kematian yang akan terjadi, jawab semua pertanyaan dengan jujur. d.
Tingkatkan harapan dengan perawatan penuh perhatian,menghilangkan ketidaknyamanan
dan dukungan |
||
3. |
Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan keluarga,takut akan hasil (kematian) dengan lingkungannya
penuh dengan stres (tempat perawatan) |
Setelah
diberikan asuhan Keperawatan selama
2x24 jam, diharapkan klien tidak menunjukan adanya perubahan pada proses
keluarga dengan kriteria hasil
: Anggota
kelurga atau kerabat terdekat
akan : 1.
Mengungkapkan
akan kekhawatirannya mengenai
prognosis klien. 2.
Mengungkapkan kekhawatiran nya mengenai lingkungan tempat perawatan. 3.
Melaporkan fungsi keluarga yang adekuat dan
kontinu selama perawatan klien. |
a.
Luangkan waktu bersama keluarga atau orang
terdekat klien dan tunjukkan pengertian yang empati b.
Izinkan keluarga klien atau orang terdekat untuk
mengekspresikan perasaan, ketakutan dan kekawatiran. c.
Jelaskan lingkungan dan peralatan ICU d.
Jelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan postoperasi
yang dipikirkan dan berikan informasi spesifik tentang kemajuan klien e.
Anjurkan untuk sering berkunjung dan
berpartisipasi dalam tindakan perawatan f.
Konsul dengan atau berikan rujukan kesumber
komunitas dan sumber lainnya |
||
4. |
Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan
perpisahan dari system pendukung
keagamaan, kurang pripasi atau ketidakmampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian |
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama
2x24 jam, klien tidak mengalami
risiko stres spiritual dengan kriteria hasil : 1.
Klien akan mempertahankan praktik spritualnuya
yang akan mempengaruhi penerimaan terhadap ancaman kematian. |
a.
Gali apakah
klien menginginkan untuk melaksanakan praktek
atau ritual keagamaan atau spiritual
yang diinginkan bila ada yang memberi kesempatan pada klien untuk melakukannya. b.
Ekspesikan pengertian dan penerimaan anda tentang pentingnya keyakinan dan praktik
religius atau spiritual klien c.
Berikan
privasidan ketenanganuntuk ritual
spiritual sesuai kebutuhan klien dapat
dilaksanakan. d.
Bila anda
menginginkan tawarkan untuk
berdoa bersama klien lainnya atau membaca buku keagamaan e.
Tawarkan untuk menghubungkan pemimpin religius atau rohaniawan rumah sakit untuk
mengatur kunjungan. |
||
No |
Diagnosis |
Implementasi |
Evaluasi |
||
1. |
Ansietas atau ketakutan yang berhubungan dengan situasi yang tidak dikenal, sifat
dan kondisi yang tidak dapat diperkirakan, takut akan kematian dan efek negative pada gaya
hidupnya. |
1.
Memberikan
teknik menenangkan diri. 2.
Memberikan dukungan emosi. 3.
Menganjurkan keluarga untuk selalu mendampingi pasien. 4.
Membantu
klien untuk mengurangi ansietasnya: a.
Memberikan kepastian dan kenyamanan. b.
Menunjukkan perasaan tentang pemahaman dan empati,
jangan menghindari pertanyaan c.
Mendorong klien untuk mengungkapkan setiap
ketakutan permasalahan yang berhubungan dengan pengobatannya. d.
Mengidentifikasi dan dukung mekanisme koping
efektif. e.
Mengkaji
tingkat ansietas klien : rencanakan pernyuluhan bila tingkatnya rendah atau
sedang f.
Mendorong keluarga
dan teman untuk mengungkapkan ketakutan-ketakutan mereka |
S : Klien mengatakan merasa takut akan
kematian Klien mengatakan akan mati
jika berterusan dengan kondisi sekarang Klien mengatakan tidak bisa menerima
status kesehatan sekarang O: Klien mengalami depresi Klien
sering berkeringat Klien tampak cemas Klien
sering mengatakan hal yang sama berulang kali A
: Ansietas P
: Intervensi dihentikan |
||
2. |
Berduka yang berhubungan dengan penyakit life limiting dan kematian yang dihadapi, penurunan fungsi perubahan konsep diri dan
menarik diri dari orang lain |
Memberikan
kesempatan pada klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan/kekhawatiran didiskusikan kehilangan secara terbuka , dan gali makna pribadi dari kehilangan. 1.
Memberikan dorongan penggunaan strategi koping positif yang terbukti yang memberikan keberhasilan pada masa
lalu masalah. 2.
Memberikan dorongan pada klien
untuk mengekpresikan atribut diri yang positif. 3.
Membantu
klien mengatakan dan menerima kematian
yang akan terjadi, jawab semua pertanyaan dengan jujur. 4.
Meningkatkan harapan dengan perawatan penuh
perhatian, menghilangkan ketidaknyamanan dan dukungan |
S
: Klien merasa sedih dengan penyakit yang dideritanya Klien
mengatakan tidak bisa menerima penyakitnya Klien
merasa malu karena tidak dapat membahagiakan keluarganya O
: Klien tampak sedih Isolasi
diri Klien
tidak banyak bicara A
: Berduka P
: Intervensi dihentikan |
||
3. |
Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan gangguan kehidupan keluarga,takut akan hasil (kematian) dengan lingkungannya
penuh dengan stres (tempat perawatan) |
1.
Meluangkan waktu bersama keluarga atau orang
terdekat klien dan tunjukkan pengertian yang empati 2.
Mengizinkan keluarga klien atau orang terdekat
untuk mengekspresikan perasaan, ketakutan dan kekawatiran. 3.
Menjelaskan lingkungan dan peralatan ICU 4.
Menjelaskan tindakan keperawatan dan kemajuan
postoperasi yang dipikirkan dan berikan informasi spesifik tentang kemajuan
klien 5.
Menganjurkan untuk sering berkunjung dan berpartisipasi
dalam tindakan perawatan 6.
Berkonsultasi dengan atau berikan rujukan kesumber
komunitas dan sumber lainnya |
S
:Klien mengatakan merasa kawatir akan keluarganya jika dia meninggal Klien
mengatakan merasa terkurung
di ruang perawatan Klien
mengatakan tidak senang berada di ruang perawatan O:
Klien tampak kurang senang Klien
tampak bingung Klien
tampak sedih A
: Perubahan proses keluarga P
: Intervensi dihentikan |
||
4. |
Resiko terhadap distres spiritual yang berhubungan dengan
perpisahan dari system pendukung
keagamaan, kurang pripasi atau ketidakmampuan diri dalam menghadapi ancaman kematian |
1.
Menggali
apakah klien menginginkan untuk melaksanakan praktek atau ritual keagamaan atau spiritual yang diinginkan bila ada
yang memberi kesempatan pada
klien untuk melakukannya. 2.
Mengekspesikan pengertian dan penerimaan anda tentang pentingnya keyakinan dan praktik
religius atau spiritual klien 3.
Memberikan
privasi dan ketenangan
untuk ritual spiritual sesuai kebutuhan klien dapat dilaksanakan. 4.
Menawarkan
untuk berdoa bersama klien lainnya atau membaca buku keagamaan jika kita inginkan 5.
Menawarkan untuk menghubungkan pemimpin religius atau rohaniawan rumah sakit untuk
mengatur kunjungan. |
S
: Klien mengatakan sudah lama tidak solat Klien
mengatakan tidak mampu menghadapi kematian Klien
mengatakan sudah lama tidak mengaji O
: Klien tampak menyesal Klien
tampak sedih Klien
tampak putus asa Klien
tampak tidak tenang A
: Resiko terhadap distress spiritual P
: Intervensi dihentikan |
||
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawatan paliatif care adalah
penedekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah
berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, mealaui pencegahan dan
membantu meringankan penderitaan, identifikasi dini dan penilaian yang tertib
serta penanganan nyeri dan masalah lain baik fisik, psikososial dan spiritual.
Life Limiting Illness adalah penyakit yang tidak dapat disembuhkan lagi.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka kami
memberi saran sebagai berikut.
1.
Diharapkan mahasiswa mampu memahami dan
memperhatikan perawatan pada pasien
paliatif dan menjelang ajal
2.
Mahasiswa mampu memahami konsep dan
manajemen life limiting illness
3.
Mahasiswa mampu memahami asuhan
keperawatan pada pasien penyakit yang life limiting
DAFTAR
PUSTAKA
Arianti, A.
(2017) Identifikasi Gejala Pada Pasien dengan Life Limiting Illness
Artikel Dr
Indramuhtadi tentang topik 355 palliative care, 2019
Carpenito-Moyet,
Lynda Juall.2013.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta : EGC
Jurnal Konsep
Keperawatan Paliative dan Menjelang Ajal, Suci Agustin, 2017
Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat, UM Surabaya, Elyse Maria Rosa, 2020
Jurnal Tingkat
Kesiapan keluarga dengan beban keluarga yang merawat pasien life limiting
illness, Ariani dan Pujie Sukma, 2019
Maulida, M.N,
2018 Gambaran Pengetahuan dan sikap perawat mengenai perawatan paliatif
Palliative Care
Curriculum for Undergraduates (PCC4U), 2019, Penyakit-penyakit life limiting
Potter&Perry.2010.Buku
Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2 Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Wilkinson,
Judith M 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Diagnosis NANDA, Intervensi
NIC, Kriteria Hasil Noc Edisi 9 Jakarta : EGC
World Health
Organization. (2017) World Health Statistics
No comments:
Post a Comment