Sunday, 24 October 2021

MAKALAH KONSEP DAN PRINSIP PHT

 

DAFTAR ISI

 

 

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................................... ii

 

BAB  I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 1

1.2 Tujuan Dan Kegunaan.............................................................................................. 1

 

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................ 2

2.1 Pengertian Pengelolaan Hama Terpadu.................................................................... 2

2.2 Konsep dan Prinsip PHT.......................................................................................... 2

2.3. Komponen – Komponen Pengendalian Secara Terpadu......................................... 3

2.4  Ciri – Ciri Pengendalian Secara Terpadu................................................................. 6

2.5 Langkah – Langkah Pengembangan Pengendalian Secara Terpadu......................... 7

2.6  Bermacam-Macam Metode Pengendalian............................................................... 9

 

BAB III PENUTUP.................................................................................................................... 15

3.1 Kesimpulan............................................................................................................... 15

3.2 Saran......................................................................................................................... 15

 

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 16

 

 

 

 

 


BAB  I
PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang

            Hama adalah mahkluk yang sangat ditakuti oleh petani. Hama juga merupakan musuh para petani dari dulu hingga sampai sekarang ini. Kegagalan hasil panen yang disebabkan oleh hama masih sering kita dengar dan jumpai. Hama menjadi permasalahan yang sangat krusial bagi para petani hingga saat ini. Pengendalian Hama Terpadu (PHT)  merupakan penanganan masalah kerusakan pada tanaman akibat dari serangga atau penyakit pada tanaman tersebut.

            Dalam proses budi daya pertanian tidak terlepas dari apa yang namanya Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), kerugian akibat serangan hama bisa mencapai 37 %, penyakit 35 %, gulma 29 %, dan bahkan akibat yang di timbulkan oleh serangan hama bisa menyebabkan gagal panen.

            Pengendalian OPT bertujuan untuk mempertahankan produksi pertanian agar produksi tetap optimal, pengendalian hama adalah usaha–usaha manusia untuk menekan populasi hama sampai dibawah ambang batas yang merugikan secara ekonomi. Pengendalian dapat dilakukan dengan Pengendalian Hama Terpadu secara tradisional, yaitu memilih suatu cara atau menggabungkan beberapa cara pengendalian, sehingga tidak merugikan secara ekonomis, biologi dan ekologi. Dengan tingkat kesadaran yang tinggi tentang lingkungan yang sehat dan pertnian yang berkelanjutan diperlikan cara pengendalian yang tepat.

 

1.2    Tujuan Dan Kegunaan

Untuk mengetahui cara mengendalikan hama dengan cara Pengendalian Hama Terpadu (PHT) secara tradisional.

 

 

 


 

BAB II
PEMBAHASAN

 

2.1       Pengertian Pengelolaan Hama Terpadu

          Ada dua istilah yang sering ditemukan dari Pengelolaan Hama Terpadu (PHT), yaitu Pengendalian Hama Terpadu (Integrated Pest Control=IPC) dan Pengelolaan Hama Terpadu (Integrated Pest Management=IPM). Secara umum kedua istilah tersebut memiliki pengertian yang sama, namun pada dasarnya kedua istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda, Pada IPM terdapat kata pengelolaan yang merupakan kegiatan jangka Panjang yang bertujuan untuk pencegahan kerusakan tanaman yang ditimbulkan oleh hama yang managemennya lebih difokuskan untuk menjaga populasi hama tetap rendah, sedangkan pada IPC terdapat kata pengendalian yang diartikan sebagai kegiatan jangka pendek yang fokusnya lebih kepada mematikan hama. Di Indonesia sendiri lebih dikenal dengan istilah Pengelolaan Hama Terpadu.

          Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) adalah merupakan program pengelolaan pertanian secara terpadu dengan memperhatikan aspek-aspek ekologi, ekonomi dan budaya untuk menciptakan suatu sistem pertanian yang berkelanjutan dengan menekan terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh pestisida dan kerusakan lingkungan secara umum dengan memanfaatkan berbagai Teknik pengendalian yang layak (kultural, mekanik, fisik dan hayati). Konsep dasar PHT adalah menggunakan pengetahuan tentang biologi, perilaku, dan ekologi hama untuk menerapkan serangkaian taktik sepanjang tahun secara terpadu yang menekan dan mengurangi populasi mereka. Pendekatan ini mempertimbangkan taktik untuk menekan atau menghindari hama di seluruh lahan pertanian dan sekitarnya, dan taktik untuk mengelola hama dan populasi serangga yang menguntungkan dalam tanaman, termasuk penggunaan insektisida yang bertanggung jawab. 

 

2.2       Konsep dan Prinsip PHT

Empat prinsip dasar PHT tersebut adalah:

1.      Budidaya tanaman sehat

Budidaya tanaman yang sehat dan kuat menjadi bagian penting dalam program pengendalian hama dan penyakit. Tanaman yang sehat memiliki daya tahan yang baik terhadap serangan hama dan penyakit. Tanaman sehat juga memiliki kemampuan lebih cepat dalam mengatasi dan memulihkan dirinya sendiri dari kerusakan akibat serangan hama dan penyakit tersebut. Untuk memperoleh tanaman yang sehat perlu memperhatikan varietas yang akan dibudidayakan, penyemaian dengan cara yang benar, serta pemeliharaan tanaman yang tepat.

2.   Pemanfaatan musuh alami

Pengendalian hama dan penyakit dengan memanfaatkan musuh alami yang potensial merupakan tolok ukur dalam sistem PHT. Musuh alami atau agens hayati terbukti mampu menekan populasi hama dan menurunkan resiko kerusakan tanaman akibat serangan hama dan penyakit. Pemanfaatan musuh alami di dalam agroekosistem diharapkan mampu menjaga keseimbangan antara populasi hama dan populasi musuh alaminya. Dengan demikian tidak akan terjadi peledakan populasi hama yang melampaui ambang toleransi tanaman.

3.   Pengamatan rutin atau pemantauan

Pengamatan dan pemantauan perkembangan populasi hama merupakan bagian terpenting yang harus dilakukan oleh setiap petani. Pengamatan dan pemantauan harus dilakukan secara rutin dan berkala, sehingga perkembangan populasi hama, kondisi tanaman serta perkembangan populasi musuh alaminya dapat diketahui. Hasil pemantauan dan pengamatan digunakan sebagai dasar tindakan yang akan dilakukan.

4.   Petani sebagai ahli PHT

Sistem pengendalian hama terpadu (PHT) sebaiknya dikembangkan oleh petani sendiri, karena penerapan PHT harus disesuaikan dengan keadaan ekosistem setempat. Setiap wilayah atau daerah memiliki ekosistem yang berbeda-beda, sehingga suatu sistem PHT yang dikembangkan pada wilayah tertentu belum tentu cocok jika diterapkan pada wilayah lainnya. Agar setiap petani mampu menerapkan PHT diwilayahnya masing-masing, maka setiap petani harus proaktif untuk mempelajari konsep PHT. Dalam hal ini peran aktif instansi terkait dalam memasyarakatkan PHT sangat diperlukan.

 

2.3.       Komponen – Komponen Pengendalian Secara Terpadu

Menurut beberapa ahli, komponen PHT adalah perpaduan dari kultur teknis, hayati, varietas yang tahan, fisik dan mekanik,serta kimiawi (pestisida).

1.      Perlindungan tanaman

Perlindungan tanaman adalah suatu usaha ataupun cara pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) di sekitar area pertanian dimana pengendalian ini dilakukan tanpa mengganggu keseimbangan ekosistem alam dan pengendalian dilakuakan untuk menekan pertumbuhan hama hanya sampai dibawah Amabang Ekonomi (AE).

Tujuan perlindungan tanaman adalah :

a.     Pencegahan, pengendalian dana pemantauan OPT

b.    Peningkatan kuantitas dan kualitas hasil-hasil pertanian, peningkatan daya saing produk pertanian dipasar.

c.     Peningkatan penghasilan dan kesejahteraan petani

d.    Peningkatan kualitas dan kesimbangan lingkungan hidup

2.      Sistem PHT

Pengendalian OPT tetap harus mengarah dan berpegang pada prinsip bahwa sistem pengendalian pada suatu wilayah adalah efektif dan efisien serta berwawasan lingkungan.

Sistem penerapan PHT bersifat dinamis, artinya penerapan PHT bukan dalam bentuk pake teknologi, tetapi dalam bentuk lentur sesuai dengan ekosistem pertanaman. Oleh sebab itu, perlu diketahiu unsur dasar dan komponen PHT.

Berikut merupakan beberapa komponen PHT, yaitu

1.      Pengendalian dengan peraturan/regulasi/karantina

Pengedalian dengan peraturan perundang-undangan yaitu pencegahan penyebaran/ perpindahan dan penularan organisme pengganggu tanaman melalui kebijakan perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah.

2.  Pengendalian secara fisik

Pengendalian ini dilakukan dengan cara mengatur faktor-faktor fisik yang dapat mempengaruhi perkembangan hama, sehingga memberi kondisi tertentu yang menyebabkan hama sukar untuk hidup.

3.   Pengendalian secara mekanik

Pengendalian secara mekanik mencakup usaha untuk menghilangkan secara langsung hama yang sedang menyerang dengan tangan secara langsung atau dengan melibatkan tenaga manusia telah banyak dilakukan oleh banyak negara dipermulaan abad ini.

4.   Pengendalian secara varietas tahan

            Tanaman yang tahan merupakan tanaman yang menderita kerusakan yang lebih sedikit dibandingkan dengan tanaman lain dalam keadaan tingkat populasi hama yang sama. Sifat ketahanan yang dimiliki oleh tanaman dapat berupa sifat asli (keturunan faktor genetik), tetapi dapat juga berupa faktor lingkungan yang mendorong tanaman menjadi relatif tahan terhadap serangan hama ataupun penyakit

5.   Pengendalian secara kultur teknis

Kultur teknis adalah taktik memanipulasi lingkungan untuk membuat ketidakcocokan hama pada suatu lingkungan dengan cara mengganggu siklus reproduktif, mengeliminasi makanan, dan membuat lingkungan lebih cocok untuk perkembangan musuh alami. Tujuan dari pengendalian secara kultur teknis adalah menemukan link yang lemah dar siklus musiman hama sehingga hama tiak berkembang.

6.   Pengendalian Secara Hayati

Pengendalian hayati adalah taktik pengelolaan hama yang dilakukan secara sengaja dengan memanfaatkan atau memanipulasikan musuh alami untuk menurunkan atau mengendalikan populasi hama. Usaha pengendalian hama yang mengikutsertakan organisme hidup, oleh karena itu pengendalian hama dengan teknik jantan mandul, varietas tahan hama, dan manipulasi genetik termasuk dalam pengertian pengendalian hayati.

Pengendalian hayati pada dasarnya adalah usaha untuk memanfaatkan dan menggunakan musuh alami sebagai pengendali populasi hama yang merugikan.Pengendalian hayati sangat dilatarbelakangi oleh berbagai pengetahuan dasar ekologi, terutama teori tentang pengaturan populasi oleh pengendali alami dan keseimbangan ekosistem. Musuh alami dalam fungsinya sebagai pengendali hama bekerja secara tergantung kepadatannya.

 

 

7.   Pengendalian secara Genetik

Pengendalian secara genetik merupakan teknik pengendalian serangga hama dengan menggunakan jenisnya sendiri bukan musuh alaminya. Seperti Penggunaan Serangga Jantan Mandul.

8.   Pengendalian secara Kimia 

Merupakan teknik pengendalian OPT dengan menggunakan bahan kimia beracun untuk melindungi tanaman atau hasil tanaman. Sering di sebut dengan teknik pengendalian menggunakan pestisida.

Pestisida adalah sebutan untuk semua jenis obat (zat/bahan kimia) pembasmi hama yang ditujukan untuk melindungi tanaman dari serangan serangga, jamur, bakteri, virus dan hama lainnya seperti tikus, bekicot, dan nematoda (cacing). Walaupun demikian, istilah pestisida tidak hanya dimaksudkan untuk racun pemberantas hama tanaman dan hasil pertanian, tetapi juga racun untuk memberantas binatang atau serangga dalam rumah, perkantoran atau gudang, serta zat pengatur tumbuh pada tumbuhan di luar pupuk.

 

2.4        Ciri – Ciri Pengendalian Secara Terpadu

Suatu konsep pengendalian hama dapat dikatakan sebagai sistem PHT jika mencerminkan konsep pengendalian hama dan penyakit  yang ramah lingkungan, dengan ciri-ciri sebagai berikut :

1)      Penerapan sistem pengendalian hama terpadu (PHT) dilakukan secara bersistem, terpadu, dan terkoordinasi dengan baik.

2)      Tujuan utama PHT bukanlah pemusnahan, pembasmian, atau pemberantasan hama, tetapi pengendalian populasi hama agar tetap berada di bawah suatu tingkatan atau arah yang dapat mengakibatkan kerusakan atau kerugian ekonomi.

3)      Sasarannya adalah produksi dan ekonomi tercapai tanpa merusak lingkungan hidup dan aman bagi kesehatan manusia.

4)      Mempertahankan produksi dan mengedepankan kualitas produk pertanian.

5)      Mempertahankan populasi hama atau tingkat serangan hama di bawah AE/AK/AT.

6)      Mengurangi dan membatasi penggunaan pestisida kimia

7)      Penggunaan pestisida kimia merupakan alternatif terakhir apabila teknik pengendalian yang ramah lingkungan tidak mampu mengatasi.

 

2.5        Langkah – Langkah Pengembangan Pengendalian Secara Terpadu

Pengembangan PHT didasarkan pada keadaanagroekosistem setempat. Sehingga pengembangan PHT pada suatu daerah boleh jadi berbeda dengan pegembangan di daera lain. Sistem PHT harus disesuaikan dengan keadaan ekosistem dan sosial ekonomi masyarakat petani setempat.

Menurut Smith dan Apple (1978), langkah – langkah pokok yang perlu dikerjakan dalam pengembangan PHT adalah sebagai berikut :

1. Mengenal status hama yang dikelolah.

Hama – hama yang menyerang pada suatu agroekosistem, perlu dikenal dengan baik. Sifat- sifat hama tertentu perlu diketahui, meliputi perilaku hama, dinamika perkembangan populasi, tingkat kesukaan makanan, dan tingkat kerusakan yang diakibatkannya.pengenalan hama dapat dilakukan melalui identifikasi dan hasil analisis status hama yang ada.

2. Mempejari komponen saling tindak dalam ekosistem.

Komponen suatu ekosistem perlu ditelaah dan dipelajari. Terutama yang

mempengaruhi dinamika perkembangan populasi hama- hama utama. Termasuk dalam langkah ini ialah, menginventarisir musuh – musuh alami, sekaligus mengetahui potensi mereka sebagai pengendali alami.

Interaksi antar komponen biotis dan abiotis, dinamika populasi hama dan musuh alami, studi fenologi tanaman dan hama, studi sebaran hama,dll, merupakan bahan yang sangat diperlukan untuk menetapkan strategi pengendalian hama yang tepat.

 

3. Penetapan dan pengembangan Ambang Ekonomi

Ambang ekonomi atau ambang pengendalian sering juga diistilahkan sebagai ambang toleransi ekonomic. Ambang ini merupakan ketetapan tentang pengambilan keputusan, kapan harus dilaksanakan penggunaan pestisida. Apabila ternyata populasi atau kerusakan hama belum mencapai arah tersebut, peggunaan pestisida masih belum diperlukan.

4. Pengembangan sistem pengamatan dan monitoring hama

Pengamatan dan monitoring hama untuk mengetahui padat populasi hama pada suatu waktu dan tempat, yang berkaitan terhadap amabang ekonomi tersebut, dibutuhkan program pengamatan atau monitoring hama secara rutin dan terorganisir dengan baik

5. Pengembangan model deskriptif dan paramalan hama

Dengan mengetahui gejolak populasi hama dan hubungannya dengan komponen – komponen ekosistem lainnya, maka perlu dikembangkan model kuantitatif yang dinamis. Model yang dikembangkan diharapkan mapu menggambarkan gejolak populasi dan kerusakan yang ditimbulkan pada waktu yang akan datang. Sehingga, akan dapat diperkirakan dinamika populasi, sekaligus mempertimbangkan bagaimana penanganan agar tidak sampai terjadi ledakan populasi yang nerugikan sevara ekonomi.

6. Pengembangan strategi pengelolaan hama

Strategi dasar PHT adalah menggunakan taktik pengendalian ganda dalam suatu kesatuan sistem yang tekordinasi. Strategi PHT mengusahakan agar populasi atau kerusakan yang ditimbulkan hama tetap berada di bawah arah toleransi manusia. Beberapa taktik dasar PHT adalah :

a)      Memanfaatkan pengendalian hayati yang aski ditempat tersebut

b)      Mengoptimalkan pengelolaan lingkungan melaliu penerapan kultur teknik yang baik, dan

c)      Penggunaan pestisida secera seketif

 

7. Penyuluhan kepada petani agar menerima dan menetapkan PHT

Petani sebagai pelaksana utama pengendalian hama , perlu menyadari dan mengerti tentang cara pendekatan PHT, termasuk bagaimana menerapkannya di lapangan. Pemahaman lama secara konvensional tentang pemberantasan  perlu diganti dengan  pengendalian atau pengelolaan hama. Petani perlu diberikan kepercyaan dan kemampuan untuk dapat mengamati sendiri dan melaporkan keadaan hama pada pertanamannya.

8. Pengembangan organisasi PHT

Sistem PHT mengharuskan adanya suatu organisasi yang efesien dan efektif, yang dapat bekerja secara cepat dan tepat dalam menanggapi setiap perubahan yang terjadi pada agroekosistem. Organisasi tersebut tersusun oleh komponen monitoring pengambil keputusan, program tindakan, dan penyuluhan pada petani. Organisasi PHT merupakan suatu organisasi yang mampu menyelesaikan permasalahan hama dan penyakit secara mandiri, pada daerah atau unit kerja yang menjadi tanggungjawabnya.

 

2.6       Bermacam-Macam Metode Pengendalian


            Pengendalian hama terpadu didefinisikan sebagai cara pendekatan atau cara berfikir tentang pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agroekosistem yang berwawasan lingkungan berkelanjutan. Dengan pengertian ini,konsepsi PHT telah sejalan dengan paradigma pembangunan agribisnis. Konsep PHT muncul dan berkembang sebagai koreksi terhadap kebijakan pengendalian hama secara konvensional yang menekankan penggunaan pestisida. Penggunaan pestisida dalam kerangka penerapan PHT secara konvensional ini menimbulkan dampak negatif yang merugikan baik ekonomi, kesehatan, maupun lingkungan sebagai akibat penggunaan yang tidak tepat dan berlebihan.


            Pelaksanaan program pengendalian hama terpadu (Integreted Pest Management) merupakan langkah yang sangat strategis dalam kerangka tuntutan masyarakat dunia terhadap berbagai produk yang aman dikonsumsi, menjaga kelestarian lingkungan, serta pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan yang memberikan manfaat antar waktu dan antar generasi. Salah satu pertimbangan dasar, pentingnya melakukan introduksi teknologi PHT, adalah adanya pergeseran strategi pembangunan dari pendekatan pertumbuhan, top down, dan bersifat jangka pendek (pola pembangunan konvensional) ke arah pendekatan pembangunan pemerataan, partisipatif, jangka panjang dan berkelanjutan yang disebut pola
pembangunan berkelanjutan. Berikut ini ada beberapa metode pengendalian hama terpadu dengan cara tradisional.  

 

1.      Petak Perangkap

 Untuk menarik tikus, buatlah petak perangkap dengan ukuran 25 x 25 m. Tanami padi pada petak perangkap tiga minggu lebih dulu sebelum pertanaman lain disekitarnya. Lokasi petak didekat habitat tikus seperti tepi kampung, tanggul irigasi, pematang besar, dsb. Buat pagar di sekeliling petak kemudian buat parit air dengan ukuran 0,5 m disekeliling pagar

 

 

2.      Pembuatan Pagar

 Pengendalian hama dengan penghalang/pagar atau barier adalah berbagai ragam factor fisik yang dapat menghalangi atau membatasi pergerakan hyama sehingga tidak menjadi masalah bagi petani. Cara ini menekankan aspek pencegahan terhadap hama yang dating atau yang menyerang, macam penghalang seperti pematang yang tinggi, lobang atau selokan jebakan, parit berisi air, pagar terbuat dari seng, atau lembaran plastic yang dipasang.            

Pagar dapat dibuat dari plastik maupun terpal. Jika menggunakan plastik, pilih plastik dengan tebal 0,8 mm dan lebar 50 cm. Sebagai tiang penyangga pagar, pancangkan tiang bamboo disekeliling parit dengan tinggi sekitar 75 cm pada jarak setiap 1 m. Selanjutnya bentangkan tali plastik atau rafia dengan kuat antara tiap ujung, bagian luar tiang-tiang, kemudian kaitkan plastik pada tali dengan lidi
            Jika menggunakan terpal, potong terpal selebar 65 cm. Lipat dan jahit kedua tepinya agar kuat. Pada jarak setiap 1 meter, jahitkan pula tempelan berbentuk selongsong untuk menyisipkan tiang bamboo. Pagar dari terpal dapat digunakan terus menerus selama tiga tahun. Sedangkan pagar plastik hanya dapat dipakai untuk 1 musim            tanam.

 

3. Bubu Perangkap

 Perangkap bubu termasuk kedalam komponen pengendalian fisik dan mekanik, yang merupakan teknik pengendalian yang paling kuno, dilakukan oleh manusia sejak manusia mengusahakan pertanian. Pengendalian fisik dan mekanik merupakan tindakan yang dilakukan dengan tujuan secara langsung dan tidak langsung, mematikan, mengganggu aktivitas dan merubah lingkungan sedemikian rupa sehingga lingkungan menjadi tidak sesuai bagi kehidupan hama. Pengendalian dengan perangkap bubu aman akan kesehatan manusia dan lingkungan karena tanpa menggunakan        bahan   kimia   yang    berbahaya.
            Bubu dibuat dari kawat ram berbentuk kotak dengan ukuran panjang 40 cm, lebar 30 cm, dengan tinggi 30 cm. Salah satu sisi bubu dilengkapi corong kawat yang dapat dilalui tikus. Sisi lainnya mempunyai pintu untuk mengeluarkan tikus yang terperangkap

              Tempatkan bubu di dalam petak (dibelakang pagar) dengan pintu corong bubu tepat di belakang lubang yang dibuat pada bagian bawah pagar. Jumlah bubu paling sedikit empat, masing-masing ditempatkan di satu sisi petak. Di parit di bagian luar pagar dibuat            jembatan bagi tikus menuju lubang perangkap.
Cara Pemeliharaan Perangkap Bubu Tikus

a)       Periksa bubu setiap pagi

b)       Bila ada tikus yang terperangkap, bubu diambil dan dibenamkan ke dalam air selama 10 menit

c)      Keluarkan tikus yang telah mati dari bubu

d)      Bersihkan bubu sebelum digunakan kembali. Bila kurang bersih, maka bubu akan dihindari Tikus

e)       Pertanaman padi pada petak perangkap harus dirawat seperti pertanaman lain disekitarnya.

 

Hal yang harus dihindari

Beberapa kesalahan umum yang membuat petak perangkap kurang berhasil, antara lain      :
•     Petak perangkap dibuat jauh dari habitatnya.

•     Ukuran petak perangkap terlalu kecil

•     Umur pertanaman petak tidak berbeda, dengan pertanaman di sekitarnya.

•     Parit kering sehingga memudahkan tikus untuk melubangi pagar

•    Ada tumbuhan atau benda lain di bagian luar pagar, sehingga dapat dipanjat tikus


Efektifitas Perangkap Bubu Tikus

Bila dibuat dengan baik, setiap petak perangkap dapat menarik perhatian tikus dari jarak 200 meter. Pengendalian tikus dengan perangkap bubu akan lebih efektif bila digabungkan dengan cara lain misalnya emposan.

 

4. Membuat Perangakap Hama

Pengendalian dengan perangkap terhadap hama adalah mengupayakan hama bisa masuk/ tertangkap dalam jebakan, sehingga tidak bisa keluar lagi. Macam perangkap bisa dengan zat-zat penarik dari tumbuhan / sintetik sepertieugenol yang dipasang pada aqua untuk menarikdan memangkap hama lalat buah, dengan lubang bubu untuk menangkap hama tikus.

  Adapun bahan-bahan yang dipergunakan untuk membuat perangkap hama bisa dibuat dari bahan sederhana yang sudah tidak terpakai lagi kita anggap sebagai sampah dan mudah di dapatkan seperti :

•    botol aqua besar atau sejanis botol plastic yang lainnya.

•    corong ukuran sedang.

•    lem

•    cuka

•    gula merah

•    kawat ikat atau tali yang gunanya untuk mengikat


Cara pembuatan.


•    Lubangi botol pada bagian samping minimal dua buah lubang dengan ukuran sebesar leher corong. Masukan leher corong kebagian lubang tersebut dan kemudian rekatkan dengan lem agar lebih kuat dudukannya pada botol tersebut.
•    Lalu masukan gula merah satu potong kedalam botol aqua tersebut dan tambah cuka seukuran setengah botol aqua akua tersebut.
•    Lalu ikatkan tali atau kawat untuk memudahkan kita untuk mengantungnya pada tempat-tempat yang kita inginkan.



5. Perangkap Papan Kuning

 Tehnik ini dapat juga kita gunakan dalam penanggulangan hama. Namun tehnik ini harus ada perawatan khusus karena bahan yang di pergunakan adalah perekat alami yang berasal dari getah sukun, getah nangka. Sedangkan perekat sintetis lainnya dapat juga dipergunakan seperti lem yang masa pengeringannya agak sedikit lama.

 

Bahan-bahan untuk membuat perangkap.

•    Satupotong papan berukuran 2x20x20 cm atau dapat juga digantikan dengan menggunakan tempurung kelapa.

•    Cat kuning + kuas.

•    Gula merah

•    Gagang penyangga dan paku.


Cara pembuatan dan pengunaannya.

•    Lumuri papan atau tempurung dengan cat kuning dan tunggu beberapa saat hingga kering.

•    Tambahkan perekat pada permukaan papan atau tempurung tersebut.

•    Berikan umpan yang diletakan ditengah perangkap untuk mengundang hama tersebut agar datang dan memakan umpan tersebut.

•    Lalu tancapkan perangkap yang sudah kita buat tadi di tengah bedeng atau kebun. Buatlah beberapa buah perangkap yang sama dan letakkan dengan jarak

           2 meter antara perangkap yang satu dengan yang lainnya.

 

6. Perangkap jaring.


Bahan-bahan yang diperlukan
:

•    Jaring nyamuk.

•    Benang dan jarum jahit.

•    Gagang penyangga kayu atau bambu.

•    Kawat pembentuk

•    Umpan.



Cara pembuatan

•    Bentuklah jaring dengan menjahit tergantung bentuk yang di inginkan dengan mengikuti bentuk bingkai kawat.

•    Buatlah atau sisakan lubang masuk yang berbentuk krucut agar hama bisa keluar setelah masuk

•    Dapat dipasang dipingiran kebun atau lahan sesuai dengan kebutuhan.

7. Perangkap Lidi Dan Pelepah Sagu.

Tehnik ini hampir sama halnya dengan perangkap papan kuning yang membedakanya hanya skala jangkauannya lebih kecil dari papan kining sedangkan bahan dan cara kerjanya tetap sama.


Bahan yang digunakan:

•    Lidi aren/kelapa.

•    Perekat.

•    Umpan penarik perhatian.


Cara pembuatan dan penggunaannya
:

•    Lumuri lidi dengan perekat lalu tusukkan umpan tersebut pada ujung lidi dan siap untuk dipergunakan yang ditancapkan pada lahan.

•    Berbeda halnya dengan pengunaan perangkap dari pelepah sagu karena pelepah sagu mempunyai lender sebagai getah yang dapat berfungsi sebagai lemperekat. kita hanya perlu menambahkan umpan dan menancapkanya dibagian atas.

•    Tancapkan perangkap tersebut dalam kebun dengan jarak 50cm untuk perangkap jenis lidi.

•    Untuk jenis perangkap yang mempergunakan pelepah sagu dapat diperjarak dengan ukuran 70cm atau tergantung kebutuhan.




 

BAB III

PENUTUP

 

3.1 Kesimpulan

 Pengendalian OPT tetap harus mengarah dan berpegang pada prinsip bahwa sistim pengendalian pada suatu wilayah adalah efektif dan efisien serta berwawasan lingkungan. Konsepsi pengendalian yang dikombinasikan dari berbagai cara dan dikembangkan secara lebih luas yaitu sebagai suatu sistim  pengelolaan populasi hama yang menggunakan semua tehnik yang sesuai dan  kompatibel (saling mendukung) untuk menurunkan populasi sampai tingkat dibawah ambang kerugian ekonomi dan konsep ini dikenal dengan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT).
            PHT adalah upaya pengendalian populasi atau tingkat serangan OPT dengan menggunakan berbagai teknik pengendalian yang kompatibel dan di kembangkan dalam satu kesatuan untuk mencegah timbulnya kerugian secara ekonomis dan kerusakan
lingkungan hidup.

Sistem penerapan PHT bersifat dinamis, artinya penerapan PHT bukan dalam bentuk paket teknologi, tetapi dalam bentuk lentur sesuai dengan ekosistem pertanaman. Oleh sebab itu, perlu informasi dan pengetahuan berupa  unsur dasar dan komponen dasar.

 

3.2       Saran

Disarankan kepada pembaca khususnya bagi petani agar memahami isi maupun inti dari makalah ini, sehingga pengetahuan mengenai pengendalian hama dan penyakit secara terpadu akan bertambah. Dan apabila tanaman mereka terserang hama maupun penyakit, maka dengan mudah hama atapun penyakit tersebut dapat dibasmi dengan mudah.

Dan diharapkan bagi pembaca (petani) agar dapat menerapkan sistem pengendalian ini dalam kehidupan sehari – harinya, karena sistem pengendalian ini merupakan sistem pengendalian yang ramah lingkungan, dan tidak berdampak pada lingkungan dan agroekosistem.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 


Azzami.2017. pengertian, prinsip, dasar dan konsep pengendalian hama terpadu. From http://mitalom.com/pengertian-prinsip-dasar-dan-konsep-pengendalian-hama-terpadu-pht/

Blogspot.2013. konsep pengendalian hama terpadu. From : http://kendalikanopt.blogspot.co.id/2015/06/konsep-dan-prinsip-pengendalian-hama.html.

Bumi lestari.2012. mengendaliakn OPT secara terpadu. From : http://bumilestari.blogspot.com/2012/08/mengendalikan-OPT-secara-terpadu-html?m=1

Pertanian organi.2013. pengertian PHT. From http://jurnalorganik.blogspot.com/2013/06/pengertian-pengendalian-hama-terpadu.html?m=1

 

 

No comments:

Post a Comment