Sunday, 24 October 2021

Makalah LARUTAN NON ELEKTROLIT

 

 

DAFTAR ISI

 

 

KATA PENGANTAR........................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

 

BAB I  PENDAHULUAN.................................................................................... 1

A.    Latar belakang......................................................................................... 1

B.     Tujuan  Makalah...................................................................................... 2

C.     Rumusan Makalah................................................................................... 2

 

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3

A.    Larutan.................................................................................................... 3

B.     Konsentrasi.............................................................................................. 3

C.     Pelarutan.................................................................................................. 3

D.    Larutan Non-elektrolit ............................................................................ 4

E.     Sifat – sifat Koligatif Larutan Non-elektrolit ......................................... 6

 

BAB III PENUTUP............................................................................................. 14

A.    Kesimpulan............................................................................................ 14

 

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 15

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari- hari, istilah larutan sudah sering didengar. Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen yaitu campuran yang memiliki komposisi serba sama di seluruh bagian volumenya. Suatu larutan terdiri dari satu atau beberapa macam zat terlarut dan satu pelarut. Secara umum zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak. Larutan yang mengandung dua komponen yaitu zat terlarut dan pelarut disebut sebagai larutan biner (Widjajanti, 2007).

Pengetahuan mengenai larutan sangat penting, karena sebagian besar reaksi kimia dan biologis terjadi dalam bentuk cairan, terutama dalam bentuk larutan dengan pelarut air. Larutan dapat didefinisikan sebagai suatu system homogen yang terdiri dari dua komponen atau lebih. Terdapat banyak tipe larutan yang berlainan. Salah satunya dapat dibedakan berdasarkan kemampuannya menghantarkan arus litrik. Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan elektrolit. sedangkan larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan non elektrolit.

Proses melarut adalah proses menyebarnya partikel- partikel zat yang dilarutkan ke dalam ruang- ruang di antara partikel- partikel pelarut. Proses melarut terjadi bila ada gaya tarik- menarik antara partikel zat terlarut dan partikel pelarut. Kemampuan pelarut melarutkan zat terlarut pada suatu suhu mempunyai batas tertentu. Larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur tertentu disebut sebagai larutan jenuh. Kelarutan suatu zat bergantung pada sifat zat itu yaitu struktur molekul pelarut, temperatur dan tekanan. Pada umumnya zat terlarut dan pelarut yang mempunyai struktur molekul yang sama (misal keduanya berstruktur polar) akan mempunyai daya larut yang besar, dan makin tinggi suhu makin tinggi pula kelarutan zat terlarut (Widjajanti, 2007).       

 

 

B.     Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

1.      Agar dapat mengetahui tentang Larutan  non-elektrolit.

2.      Agar dapat memahami sifat-sifat koligatif larutan non elektrolit.

 

C.    Rumusan Masalah

1.      Apa maksud/arti dari larutan non elektrolit ?

2.      Apa sifat – sifat koligatif dari larutan non elektrolit ?

 


BAB II

PEMBAHASAN

A.    Larutan

Dalam kimia, larutan adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi (Oxtoby, 2001).

Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam cairan, seperti garam atau gula dilarutkan dalam air. Gas juga dapat pula dilarutkan dalam cairan, misalnya karbon dioksida atau oksigen dalam air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan lain, sementara gas larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi (campuran logam) dan mineral tertentu.

 

B.     Konsentrasi

Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per million, ppm). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi) (Oxtoby, 2001).

 

C.    Pelarutan

Molekul komponen-komponen larutan berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Pada proses pelarutan, tarikan antarpartikel komponen murni terpecah dan tergantikan dengan tarikan antara pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut dan zat terlarut sama-sama polar, akan terbentuk suatu sruktur zat pelarut mengelilingi zat terlarut; hal ini memungkinkan interaksi antara zat terlarut dan pelarut tetap stabil.

Description: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/67/Na%2BH2O.svg/220px-Na%2BH2O.svg.png

Ion natrium tersolvasi oleh molekul-molekul air

 

 

Bila komponen zat terlarut ditambahkan terus-menerus ke dalam pelarut, pada suatu titik komponen yang ditambahkan tidak akan dapat larut lagi. Misalnya, jika zat terlarutnya berupa padatan dan pelarutnya berupa cairan, pada suatu titik padatan tersebut tidak dapat larut lagi dan terbentuklah endapan. Jumlah zat terlarut dalam larutan tersebut adalah maksimal, dan larutannya disebut sebagai larutan jenuh. Titik tercapainya keadaan jenuh larutan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, seperti suhu, tekanan, dan kontaminasi. Secara umum, kelarutan suatu zat (yaitu jumlah suatu zat yang dapat terlarut dalam pelarut tertentu) sebanding terhadap suhu. Hal ini terutama berlaku pada zat padat, walaupun ada perkecualian. Kelarutan zat cair dalam zat cair lainnya secara umum kurang peka terhadap suhu daripada kelarutan padatan atau gas dalam zat cair. Kelarutan gas dalam air umumnya berbanding terbalik terhadap suhu (Oxtoby, 2001).

 

D.      Larutan Non-elektrolit

Pada permulaan abad ke-19, para ilmuwan tertarik dengan dampak arus listrik yang dialirkan melalui berbagai jenis larutan. Pada saat itu pula diketahui ada larutan yang dapat menghantarkan listrik dan ada juga larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik. Ada tidaknya aliran listrik dapat ditunjukkan oleh perubahan yang terjadi pada elektrode yang dicelupkan ke dalam larutan.

Michael Faraday adalah orang pertama yang berhasil menemukan bahwa larutan dapat menghantarkan arus listrik. Dia menempatkan dua elektrode yang terhubung dengan sumber arus listrik ke dalam larutan yang mengandung pelarut air dan zat-zat terlarut. Saat arus listrik dialirkan ke dalam larutan, dia melihat bahwa zat-zat terlarut tersebut, yang kemudian lebih dikenal dengan nama elektrolit, dapat menghantarkan arus listrik. Michael Faraday juga orang pertama yang memberikan istilah elektrode dan elektrolit. Elektrode adalah unsur padat yang dihubungkan langsung dengan sumber arus listrik (Tanawi, 2010).     

Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Hal ini karena larutan nonelektrolit tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak mengion). Yang termasuk larutan nonelektrolit antara lain:

a.       Larutan urea

b.      Larutan sukrosa

c.       Larutan glukosa

d.      Larutan alkohol

Larutan  nonelektrolit adalah kebalikan dari larutan nonelektrolit. Larutan non-elektrolit terbentuk dari senyawa nonpolar yang dilarukan kedalam pelarut. Larutan non-elektrolit adalah larutan yang tidak bisa memproduksi ion-ion saat dilarutkan kedalam air. Karena tidak memiliki ion-ion, larutan nonelektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik. Bebeda dengan senyawa elektrolit, senyawa nonelektrolit tersusun dari ikatan kovalen.

Pembuktian sifat larutan non elektrolit yang tidak dapat menghantarkan listrik ini dapat diperlihatkan melalui eksperimen. Hantaran listrik melalui larutan dapat ditunjukkan oleh alat penguji berikut :

Pada gambar terlihat  Jika larutan elektrolit bersifat elektrolit, lampu pada alat penguji akan menyala atau terjadi perubahan seperti timbulnya gelembung gelembung gas. Bila berupa larutan nonelektrolit, perubahan–perubahan di atas tidak terjadi. Contoh larutan non elektrolit yaitu, larutan sukrosa, larutan alkohol, larutan glukosa, larutan urea.

Contoh lain adalah, bila NaCl dilarutan dalam air akan terurai menjadi ion positif dan ion negatif. Ion positif yang dihasilkan dinamakan kation dan ion negatif yang dihasilkan dinamakan anion. Larutan NaCl adalah contoh larutan elektrolit (Miladi, 2010). Perhatikan reaksi berikut.

Description: 8
Bila gula dilarutkan dalam air, molekul-molekul gula tersebut tidak terurai menjadi ion tetapi hanya berubah wujud dari padat menjadi larutan. Larutan gula adalah contoh dari larutan non elektrolit. Perhatikan reaksi berikut:

Description: 9

E.     Sifat – sifat Koligatif Larutan Non-elektrolit

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut). Hukum Roult merupakan dasar dari sifat koligatif larutan. Keempat sifat itu ialah:

1.      Penurunan tekanan uap relatif terhadap tekanan uap pelarut murni.

2.      Peningkatan titik didih

3.      Penurunan titik beku

4.      Gejala tekanan osmotik

Sifat koligatif larutan dapat dibedakan menjadai dua macam, yaitu sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit.  Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan elektrolit bertambah jumlahnya karena terurai menjadi ion-ion, sedangkan zat terlarut pada larutan non-elektrolit jumlahnya tetap karena tidak terurai menjadi ion-ion, sesuai dengan hal-hal  tersebut maka sifat koligatif  larutan non-elektrolit lebih rendah dari pada sifat koligatif larutan elektrolit. Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat larutan itu sendiri (Sabariasih, 2012). Namun sebelum itu kita harus mengetahui hal-hal berikut:

·         Molar, yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.

·         Molal,yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg larutan.

·         Fraksi mol, yaitu perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol zat pelarut dan zat terlarut.

Sebagai tambahan, larutan non elektrolit memiliki karakteristik sebagai berikut:

·         Tidak menghasilkan ion.

·         Semua dalam bentuk molekul netral dalam larutannya.

·         Tidak terionisasi Jika dilakukan uji daya hantar listrik: tidak menghasilkan gelembung, dan lampu tidak menyala.

·         Derajat ionisasi sama dengan nol, contohnya adalah larutan gula, larutan alkohol, bensin, larutan urea.

 

1.      Penurunan Tekanan Uap

Proses penguapan adalah perubahan suatu wujud zat  dari cair menjadi gas. Ada kecenderungan bahwa suatu zat cair akan mengalami penguapan. Kecepatan penguapan dari setiap zat cair tidak sama, tetapi pada umumnya cairan akan semakin mudah menguap jika suhunya semakin tinggi

Penurunan tekanan uap adalah kecenderungan molekul-molekul cairan untuk melepaskan diri dari molekul-molekul cairan di sekitarnya dan menjadi uap. Jika ke dalam cairan dimasukkan suatu zat terlarut yang sukar menguap dan membentuk suatu larutan, maka hanya sebagian pelarut saja yang menguap, karene sebagian yang lain penguapannya dihalangi oleh zat terlarut. Besarnya penurunan ini di selidiki oleh Raoult lalu dirumuskan sebagai berikut.

Banyak sedikitnya uap diatas permukaan cairan diukur berdasarkan tekanan uap cairan tersebut. Semakin tinggi suhu cairan semakin banyak uap yang berada diatas permukaan cairan dan berarti tekanan uapnya semakin tinggi. Jumlah uap diatas permukaan akan mencapai suatu kejenuhan pada tekanan tertentu, sebab bila tekanan uap sudah jenuh akan terjadi pengembunan, tekanan uap ini disebut tekanan uap jenuh

Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi penurunan tekanan uap. Pada suhu 20 C tekanan uap air jenuh  diatas permukaan air adalah 17,53 mmHg. Besarnya penurunan tekanan uap air akibat adanya zat terlarut disebut penurunan tekanan uap larutan.

Sejak tahun 1887 – 1888 Francois Mario Roult telah mempelajari hubungan antara tekanan uap dan konsentrasi zat terlarut, dan mendapatkan suatu kesimpulan bahwa besarnya tekanan uap larutan sebanding dengan fraksi mol pelarut dan tekanan uap dari pelarut murninya. Penurunan tekanan uap menurut hukum Roult, tekanan uap salah satu cairan dalam ruang di atas larutan ideal bergantung pada fraksi mol cairan tersebut dalam larutan P= XA  .  PAo. Dari hukum Roult ternyata tekanan uap pelarut murni lebih besar daripada tekanan uap pelarut dalam larutan. Jadi penurunan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut.

P = Po . X ­­­­­­­­p­­­­­­­­­elarut

P  = tekanan uap larutan

X = fraksi mol

P  = tekanan uap pelarut murni

Terjadinya penurunan tekanan uap larutan disebabkan oleh adanya zat terlarut. Untuk menentukan seberapa besar pengaruh jumlah partikel zat terlarut terhadap penurunan tekanan uap dapat dituliskan:

                                        P = Po – P

Karena X1 = 1-X2 untuk larutan yang terdiri atas dua komponen, maka hukum Roult dapat ditulis:

P larutan = X pelarut . P pelarut

Jadi, perubahan tekanan uap pelarut berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut. Tanda negatif menyiratkan penurunan tekanan uap. Tekanan uap selalu lebih rendah diatas larutan encer dibandingkan diatas pelarut murninya.

 

2.      Peningkatan Titik Didih

Sifat yang berikutnya adalah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku. Titik didih larutan selalu lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut. hal sebaliknya berlaku pada titik beku larutan yang lebih rendah dibandingkan pelarut. Sifat ini dirumuskan sebagai berikut :

Bila suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka semakin banyak zat cair yang menguap. Pada suhu tertentu jumlah uap diatas permukaan zat cair akan menimbulkan tekanan uap yang sama dengan tekanan udara luar. Keadaan saat tekanan uap zat cair diatas permukaan zat cair tersebut sama dengan tekanan udara disekitarnya disebut mendidih dan suhu ketika tekanan uap diatas pemukaan cairan sama dengan tekanan uap luar disebut titik didih. Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi kenaikan titik didih dari larutan tersebut.

Titik didih air murni pada tekanan 1 atm adalah 100 C. Hal itu berarti tekanan uap air murni akan mencapai 1 atm ( sama dengan tekanan udara luar) pada saat air dipanaskan sampai 100 C. Dengan demikian bila tekanan udara luar kurang dari 1 atm (misalnya dipuncak gunung) maka titik didih air kurang dari 100 C.

Bila kedalam air murni dilarutkan suatu zat yang sukar menguap, maka pada suhu 100 C tekanan uap air belum mencapai 1 atm dan berarti air itu belum mendidih. Untuk dapat mendidih ( tekanan uap air mencapai 1 atm) maka diperlukan suhu yang lebih tinggi. Besarnya kenaikan suhu itulah yang disebut kenaikan titik didih.

Menurut hukum Roult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding dengan hasil kali molalitas larutan (m) dan kenaikan titik didih molalnya (Kb). Dapat dirumuskan sebagai:

                                                   Δ Tb = Kb . m

 

Jika

M = n x

Maka rumus diatas dapat dinyatakan sebagai berikut:

Tb = Kb ( n x  )

Tb           = besar penurunan titik beku

Kb          = konstanta kenaikan titik didih

M         = molalitas dari zat terlarut

N         = jumlah mol zat terlarut

P          = massa pelarut             

Harga Kb bervariasi untuk masing-masing pelarut. Kb diperoleh dengan mengukur kenaikan titik didih dari larutan encer yang molalitasnya diketahui (artinya, mengandung zat terlarut yang diketahui jumlah dan massa molalnya).  Titik didih larutan merupakan titik didih pelarut murni ditambah dengan kenaikan titik didihnya atau Tb = Tb +   Tb (Oxtoby, 2001).

 

3.      Penurunan titik Beku

Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu diturunkan sehingga jarak antar partikel sedemikian dekat satu sama lain dan akhirnya bekerja gaya tarik menarik antar molekul yang sangat kuat. Adanya partikel-partikel dari zat terlarut akan menghasilkan proses pergerakan molekul-molekul pelarut terhalang, akibatnya untuk mendekatkan jarak antar molekul diperlukan suhu yang lebih rendah. Perbedaan suhu adanya partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan titik beku. Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi penurunan titik beku larutan tersebut.

Seperti halnya kenaikan titik didih, penurunan titik beku larutan sebanding dengan hasil kali molalitas larutan dengan tetapan penurunan titik beku pelarut (Kf) dinyatakan dengan persamaan:

ΔTf = Kf . m

Tf = Kf ( n x   )

 Tf     = penurunan titik beku

 Kf     = tetapan ttitik beku molal

  n     = jumlah mol zat terlarut

  p     = massa pelarut                   

Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni dikurangi dengan penurunan titik bekunya. Pengukuran penurunan titik beku, seperti halnya peningkatan titik didih, dapat digunakan untuk menentukan massa molar zat yang tidak diketahui.

Gejala penurunan titik beku analog dengan peningkatan titik didih. Di sini kita hanya mempertimbangan kasus jika padatan pertama yang mengkristalkan dari larutan adalah pelarut murni. Jika zat terlarut mengkristal bersama pelarut, maka situasinya akan lebih rumit. Pelarut padat murni berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut, sebagimana ditentukan oleh suhunya. Pelarut dalam larutan demikian pula, berada dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut. Jika pelarut padat dan pelarut dalam larutan berada bersama-sama, mereka harus memiliki tekanan uap yang sama. Ini berarti bahwa suhu beku larutan dapat diidentifikasi sebagi suhu ketika kurva tekanan uap pelarut padat murninya berpotongan dengan kurva larutan. Jika zat terlarut ditambahkan ke dalam larutan, tekanan uap pelarut turun dan titik beku, yaitu suhu ketika kristal pertama pelarut murni mulai muncul, turun. Selisih dengan demikian bertanda negatif dan penurunan titik beku dapat diamati

 

4.      Tekanan Osmotik

Sifat koligatif keempat terutama penting dalam biologi sel, sebab peranannya penting dalam trasfor molekul melalui membran sel. Membran ini disebut semipermiabel, yang membiarkan molekul kecil lewat tetapi menahan molekul besar seperti protein dan karbohidrat. Membran semi permiabel dapat memisahkan molekul pelarut kecil dari molekul zat terlarut yang besar. Peristiwa bergeraknya partikel (molekul atau ion) melalui dinding semipermeabel disebut osmotik. Tekanan yang ditimbulkan akibat dari tekanan osmotik disebut tekanan osmotik. Besar tekanan osmotik diukur dengan alat osmometer, dengan memberikan beban pada kenaikan permukaan larutan menjadi sejajar pada permukaan sebelumnya.

Osmosis atau tekanan osmotik adalah proses berpindahnya zat cair dari larutan hipotonis ke larutan hipertonis melalui membran semipermiabel. Osmosis dapat dihentikan jika diberi tekanan, tekanan yang diberikan inilah yang disebut tekanan osmotik. Tekanan osmotik dirumuskan :

Berdasarkan persamaan gas ideal:

PV = nRT

Maka tekanannya

P =   

Jika tekanan osmotik larutan dilambangkan dengan π, dari persamaan diatas dapat diperoleh:

π =

atau

                                                       π = M R T      
Untuk larutan elektrolit ditemukan penyimpangan oleh Vanit Hoff. Penyimpangan ini terjadi karena larutan elektrolit terdisosiasi di dalam air menjadi ion, sehingga zat terlarut jumlahnya menjadi berlipat. Dari sini dibutuhkan faktor pengali atau lumrah disebut faktor Vanit Hoff. Dirumuskan sebagai berikut :

π   = tekanan osmotik

M = konsentrasi molar

R   = tetapan gas ideal (0,082 L atm K   mol  )

T    = suhu mutlak (K)            

 

 

 

Tetapan titik beku molal (Kf)

 

Titik beku (oC)

Kf (oC)

Air

Benzena

Fenol

Naftalena

Asam asetat

Kamfer

Nitrobenzena

0

5,4

39

80

16,5

180

5,6

1,86

5,1

7,3

7

3,82

40

6,9

 

Partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.

 

 


BAB IV

PENUTUP

 

A.      Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut.

1.      Larutan adalah campuran homogeny yang terdiri dari zat terlarut/ solut (jumlahnya sedikit) dan zat pelarut/ solvent (jumlahnya banyak).

2.      Berdasarkan daya hantar listrik, ditandai dengan lampu nyala, redup dan tidak menyala dan didapatkan gelembung gas pada elektroda disebut larutan elektrolit. Sedangkan larutan non elektrolit akan didapatkan lampu tidak menyala dan tidak ada gelembung gas.

3.      Larutan non-elektrolit memiliki sifat karakteristik antara lain tidak menghasilkan ion, semua dalam bentuk molekul netral dalam larutannya, tidak terionisasi, jika dilakukan uji daya hantar listrik: tidak menghasilkan gelembung dan lampu tidak menyala, derajat ionisasinya sama dengan nol, contohnya adalah larutan gula, larutan alkohol, bensin, larutan urea.

4.      Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut) sehingga sifat koligatif  larutan non-elektrolit lebih rendah dari pada sifat koligatif larutan elektrolit.

5.      Ada 4 sifat dasar koligatif larutan yaitu: a) Penurunan tekanan uap relatif terhadap tekanan uap pelarut murni, b) Peningkatan titik didih, c) Penurunan titik beku, d) Gejala tekanan osmotik.

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Miladi. 2010. Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit. (online). (http://sahri.ohlog.com/ larutan-elektrolit-dan-non-elektrolit.cat3416.html, diakses pada 29 November 2013).

 

Oxtoby, D.W., Gillis, H.P., Nachtrieb, N.H. (2001) Prinsip-prinsip Kimia Modern. Edisi ke-4. Jilid 1. Diterjemahkan oleh S.S. Achmadi. Jakarta: Erlangga.

 

Sabariasih. 2012. Makalah Sifat Koligaif Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit. (online). (http://sugar-science.blogspot.com/2012/05/makalah-sifat-koligatif-larutan.html, diakses pada 29 November 2013).

 

Tanawi. 2010. Larutan Elektrolit dan Larutan Non-elektrolit. (online). (http://www.scribd.com/doc/50281637/MAKALAH-KIMIA-LARUTAN, diakses pada 29 November 2013).

 

Widjajanti. 2007. SIFAT LARUTAN BINER NON ELEKTROLIT. (online). (http://staff.uny.ac.id/system/files/pengabdian/endang-widjajanti-lfx-ms-dr/ppm-sifat-larutan.pdf, diakses pada 29 November 2013).

 

https://id.wikipedia.org/wiki/Larutan_non_elektrolit

 

https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/10/023509969/perbedaan-larutan-elektrolit-dan-larutan-non-elektrolit?page=all

 

 

No comments:

Post a Comment