DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar
belakang......................................................................................... 1
B. Tujuan
Makalah...................................................................................... 2
C. Rumusan
Makalah................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A. Larutan.................................................................................................... 3
B. Konsentrasi.............................................................................................. 3
C. Pelarutan.................................................................................................. 3
D. Larutan
Non-elektrolit ............................................................................ 4
E. Sifat
– sifat Koligatif Larutan Non-elektrolit ......................................... 6
BAB III
PENUTUP............................................................................................. 14
A. Kesimpulan............................................................................................ 14
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-
hari, istilah larutan sudah sering didengar. Larutan didefinisikan sebagai
campuran homogen yaitu campuran yang memiliki komposisi serba sama di seluruh
bagian volumenya. Suatu larutan terdiri dari satu atau beberapa macam zat
terlarut dan satu pelarut. Secara umum zat terlarut merupakan komponen yang
jumlahnya sedikit sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah
banyak. Larutan yang mengandung dua komponen yaitu zat terlarut dan pelarut
disebut sebagai larutan biner (Widjajanti, 2007).
Pengetahuan mengenai
larutan sangat penting, karena sebagian besar reaksi kimia dan biologis terjadi
dalam bentuk cairan, terutama dalam bentuk larutan dengan pelarut air. Larutan
dapat didefinisikan sebagai suatu system homogen yang terdiri dari dua komponen
atau lebih. Terdapat banyak tipe larutan yang berlainan. Salah satunya dapat
dibedakan berdasarkan kemampuannya menghantarkan arus litrik. Larutan yang
dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan elektrolit. sedangkan larutan
yang tidak dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan non elektrolit.
Proses melarut adalah
proses menyebarnya partikel- partikel zat yang dilarutkan ke dalam ruang- ruang
di antara partikel- partikel pelarut. Proses melarut terjadi bila ada gaya
tarik- menarik antara partikel zat terlarut dan partikel pelarut. Kemampuan
pelarut melarutkan zat terlarut pada suatu suhu mempunyai batas tertentu.
Larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur tertentu disebut
sebagai larutan jenuh. Kelarutan suatu zat bergantung pada sifat zat itu yaitu
struktur molekul pelarut, temperatur dan tekanan. Pada umumnya zat terlarut dan
pelarut yang mempunyai struktur molekul yang sama (misal keduanya berstruktur
polar) akan mempunyai daya larut yang besar, dan makin tinggi suhu makin tinggi
pula kelarutan zat terlarut (Widjajanti, 2007).
B.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Agar
dapat mengetahui tentang Larutan non-elektrolit.
2. Agar
dapat memahami sifat-sifat koligatif larutan non elektrolit.
C.
Rumusan Masalah
1. Apa
maksud/arti dari larutan non elektrolit ?
2. Apa
sifat – sifat koligatif dari larutan non elektrolit ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Larutan
Dalam kimia, larutan
adalah campuran homogen yang terdiri dari dua atau lebih zat. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di
dalam larutan disebut (zat) terlarut
atau solut, sedangkan zat yang
jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan
dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat
terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi (Oxtoby, 2001).
Contoh larutan
yang umum dijumpai adalah padatan
yang dilarutkan dalam cairan,
seperti garam atau gula
dilarutkan dalam air. Gas juga dapat pula dilarutkan dalam cairan, misalnya karbon dioksida atau oksigen
dalam air. Selain itu, cairan dapat pula larut dalam cairan lain, sementara gas
larut dalam gas lain. Terdapat pula larutan padat, misalnya aloi (campuran logam) dan mineral
tertentu.
B. Konsentrasi
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif
komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya
dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam
larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut.
Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per million, ppm). Sementara itu, secara kualitatif,
komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah)
atau pekat (berkonsentrasi tinggi) (Oxtoby,
2001).
C. Pelarutan
Molekul
komponen-komponen larutan berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Pada
proses pelarutan, tarikan antarpartikel komponen murni terpecah dan tergantikan
dengan tarikan antara pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut dan zat terlarut sama-sama polar, akan terbentuk suatu sruktur zat
pelarut mengelilingi zat terlarut; hal ini memungkinkan interaksi antara zat
terlarut dan pelarut tetap stabil.
Ion natrium tersolvasi oleh molekul-molekul air
Bila komponen
zat terlarut ditambahkan terus-menerus ke dalam pelarut, pada suatu titik
komponen yang ditambahkan tidak akan dapat larut lagi. Misalnya, jika zat
terlarutnya berupa padatan dan pelarutnya berupa cairan, pada suatu titik
padatan tersebut tidak dapat larut lagi dan terbentuklah endapan. Jumlah zat
terlarut dalam larutan tersebut adalah maksimal, dan larutannya disebut sebagai
larutan jenuh. Titik tercapainya keadaan jenuh larutan sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, seperti suhu, tekanan, dan kontaminasi. Secara umum, kelarutan suatu
zat (yaitu jumlah suatu zat yang dapat terlarut dalam pelarut tertentu)
sebanding terhadap suhu. Hal ini terutama berlaku pada zat padat, walaupun ada
perkecualian. Kelarutan zat cair dalam zat cair lainnya secara umum kurang peka
terhadap suhu daripada kelarutan padatan atau gas dalam zat cair. Kelarutan gas
dalam air umumnya berbanding terbalik terhadap suhu (Oxtoby, 2001).
D.
Larutan Non-elektrolit
Pada permulaan abad
ke-19, para ilmuwan tertarik dengan dampak arus listrik yang dialirkan melalui
berbagai jenis larutan. Pada saat itu pula diketahui ada larutan yang dapat
menghantarkan listrik dan ada juga larutan yang tidak dapat menghantarkan
listrik. Ada tidaknya aliran listrik dapat ditunjukkan oleh perubahan yang
terjadi pada elektrode yang dicelupkan ke dalam larutan.
Michael Faraday adalah
orang pertama yang berhasil menemukan bahwa larutan dapat menghantarkan arus
listrik. Dia menempatkan dua elektrode yang terhubung dengan sumber arus listrik
ke dalam larutan yang mengandung pelarut air dan zat-zat terlarut. Saat arus
listrik dialirkan ke dalam larutan, dia melihat bahwa zat-zat terlarut
tersebut, yang kemudian lebih dikenal dengan nama elektrolit, dapat
menghantarkan arus listrik. Michael Faraday juga orang pertama yang memberikan
istilah elektrode dan elektrolit. Elektrode adalah unsur padat yang dihubungkan
langsung dengan sumber arus listrik (Tanawi, 2010).
Larutan
nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Hal
ini karena larutan nonelektrolit tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak
mengion). Yang termasuk larutan nonelektrolit antara lain:
a.
Larutan
urea
b.
Larutan
sukrosa
c.
Larutan
glukosa
d.
Larutan
alkohol
Larutan nonelektrolit adalah kebalikan dari larutan
nonelektrolit. Larutan non-elektrolit terbentuk dari senyawa nonpolar yang
dilarukan kedalam pelarut. Larutan non-elektrolit adalah larutan yang tidak
bisa memproduksi ion-ion saat dilarutkan kedalam air. Karena tidak memiliki
ion-ion, larutan nonelektrolit tidak dapat menghantarkan arus listrik. Bebeda
dengan senyawa elektrolit, senyawa nonelektrolit tersusun dari ikatan kovalen.
Pembuktian
sifat larutan non elektrolit yang tidak dapat menghantarkan listrik ini dapat
diperlihatkan melalui eksperimen. Hantaran listrik melalui larutan dapat
ditunjukkan oleh alat penguji berikut :
Pada gambar terlihat Jika larutan
elektrolit bersifat elektrolit, lampu pada alat penguji akan menyala atau
terjadi perubahan seperti timbulnya gelembung gelembung gas. Bila berupa
larutan nonelektrolit, perubahan–perubahan di atas tidak terjadi. Contoh
larutan non elektrolit yaitu, larutan sukrosa, larutan alkohol, larutan
glukosa, larutan urea.
Contoh lain
adalah, bila NaCl dilarutan dalam air akan terurai menjadi ion positif dan ion
negatif. Ion positif yang dihasilkan dinamakan kation dan ion negatif yang
dihasilkan dinamakan anion. Larutan NaCl adalah contoh larutan elektrolit (Miladi,
2010). Perhatikan
reaksi berikut.
Bila gula dilarutkan dalam air, molekul-molekul gula tersebut tidak terurai
menjadi ion tetapi hanya berubah wujud dari padat menjadi larutan. Larutan gula
adalah contoh dari larutan non elektrolit. Perhatikan reaksi berikut:
E.
Sifat – sifat Koligatif Larutan Non-elektrolit
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak
tergantung pada macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh
banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut). Hukum Roult merupakan dasar
dari sifat koligatif larutan. Keempat sifat itu ialah:
1. Penurunan tekanan uap relatif
terhadap tekanan uap pelarut murni.
2. Peningkatan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Gejala tekanan osmotik
Sifat koligatif
larutan dapat dibedakan menjadai dua macam, yaitu sifat larutan non-elektrolit
dan elektrolit. Hal itu disebabkan zat terlarut dalam larutan elektrolit
bertambah jumlahnya karena terurai menjadi ion-ion, sedangkan zat terlarut pada
larutan non-elektrolit jumlahnya tetap karena tidak terurai menjadi ion-ion,
sesuai dengan hal-hal tersebut maka sifat koligatif larutan non-elektrolit
lebih rendah dari pada sifat koligatif larutan elektrolit. Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan
sifat larutan itu sendiri (Sabariasih, 2012). Namun
sebelum itu kita harus mengetahui hal-hal berikut:
·
Molar,
yaitu jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
·
Molal,yaitu
jumlah mol zat terlarut dalam 1 kg larutan.
·
Fraksi
mol, yaitu perbandingan mol zat terlarut dengan jumlah mol zat pelarut dan zat
terlarut.
Sebagai tambahan, larutan non elektrolit memiliki karakteristik sebagai
berikut:
·
Tidak menghasilkan ion.
·
Semua dalam bentuk molekul netral dalam
larutannya.
·
Tidak terionisasi Jika dilakukan uji
daya hantar listrik: tidak menghasilkan gelembung, dan lampu tidak menyala.
·
Derajat ionisasi sama dengan nol, contohnya
adalah larutan gula, larutan alkohol, bensin, larutan urea.
1.
Penurunan Tekanan Uap
Proses penguapan adalah perubahan suatu wujud zat
dari cair menjadi gas. Ada kecenderungan bahwa suatu zat cair akan mengalami
penguapan. Kecepatan penguapan dari setiap zat cair tidak sama, tetapi pada
umumnya cairan akan semakin mudah menguap jika suhunya semakin tinggi
Penurunan tekanan
uap adalah kecenderungan molekul-molekul cairan untuk melepaskan diri dari
molekul-molekul cairan di sekitarnya dan menjadi uap. Jika ke dalam cairan
dimasukkan suatu zat terlarut yang sukar menguap dan membentuk suatu larutan,
maka hanya sebagian pelarut saja yang menguap, karene sebagian yang lain
penguapannya dihalangi oleh zat terlarut. Besarnya penurunan ini di selidiki
oleh Raoult lalu dirumuskan sebagai berikut.
Banyak sedikitnya uap diatas permukaan cairan diukur
berdasarkan tekanan uap cairan tersebut. Semakin tinggi suhu cairan semakin
banyak uap yang berada diatas permukaan cairan dan berarti tekanan uapnya
semakin tinggi. Jumlah uap diatas permukaan akan mencapai suatu kejenuhan pada
tekanan tertentu, sebab bila tekanan uap sudah jenuh akan terjadi pengembunan,
tekanan uap ini disebut tekanan uap jenuh
Pada saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka
akan terjadi penurunan tekanan uap. Pada suhu 20 C tekanan uap air jenuh
diatas permukaan air adalah 17,53 mmHg. Besarnya penurunan tekanan uap air
akibat adanya zat terlarut disebut penurunan tekanan uap larutan.
Sejak tahun 1887 – 1888 Francois Mario Roult telah mempelajari
hubungan antara tekanan uap dan konsentrasi zat terlarut, dan mendapatkan suatu
kesimpulan bahwa besarnya tekanan uap larutan sebanding dengan fraksi mol
pelarut dan tekanan uap dari pelarut murninya. Penurunan tekanan uap menurut hukum Roult, tekanan uap salah
satu cairan dalam ruang di atas larutan ideal bergantung pada fraksi mol cairan
tersebut dalam larutan PA = XA . PAo.
Dari hukum Roult ternyata tekanan uap pelarut murni lebih besar daripada
tekanan uap pelarut dalam larutan. Jadi penurunan tekanan uap pelarut
berbanding lurus dengan fraksi mol zat terlarut.
P = Po . X pelarut
P
= tekanan uap larutan
X =
fraksi mol
P
= tekanan uap pelarut murni
Terjadinya penurunan tekanan uap larutan disebabkan oleh
adanya zat terlarut. Untuk menentukan seberapa besar pengaruh jumlah partikel
zat terlarut terhadap penurunan tekanan uap dapat dituliskan:
P = Po – P
Karena X1 = 1-X2 untuk larutan yang terdiri atas dua
komponen, maka hukum Roult dapat ditulis:
P larutan = X pelarut . P pelarut
Jadi, perubahan tekanan uap pelarut berbanding lurus
dengan fraksi mol zat terlarut. Tanda negatif menyiratkan penurunan tekanan
uap. Tekanan uap selalu lebih rendah diatas larutan encer dibandingkan diatas
pelarut murninya.
2.
Peningkatan Titik Didih
Sifat yang
berikutnya adalah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku. Titik didih
larutan selalu lebih tinggi dibandingkan titik didih pelarut. hal sebaliknya
berlaku pada titik beku larutan yang lebih rendah dibandingkan pelarut. Sifat
ini dirumuskan sebagai berikut :
Bila suatu zat cair dinaikkan suhunya, maka semakin
banyak zat cair yang menguap. Pada suhu tertentu jumlah uap diatas permukaan
zat cair akan menimbulkan tekanan uap yang sama dengan tekanan udara luar.
Keadaan saat tekanan uap zat cair diatas permukaan zat cair tersebut sama
dengan tekanan udara disekitarnya disebut mendidih dan suhu ketika tekanan uap
diatas pemukaan cairan sama dengan tekanan uap luar disebut titik didih. Pada
saat zat konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi kenaikan
titik didih dari larutan tersebut.
Titik didih air murni pada tekanan 1 atm adalah 100 C.
Hal itu berarti tekanan uap air murni akan mencapai 1 atm ( sama dengan tekanan
udara luar) pada saat air dipanaskan sampai 100 C. Dengan demikian bila tekanan
udara luar kurang dari 1 atm (misalnya dipuncak gunung) maka titik didih air
kurang dari 100 C.
Bila kedalam air murni dilarutkan suatu zat yang sukar
menguap, maka pada suhu 100 C tekanan uap air belum mencapai 1 atm dan berarti
air itu belum mendidih. Untuk dapat mendidih ( tekanan uap air mencapai 1 atm)
maka diperlukan suhu yang lebih tinggi. Besarnya kenaikan suhu itulah yang
disebut kenaikan titik didih.
Menurut hukum Roult, besarnya kenaikan titik didih
larutan sebanding dengan hasil kali molalitas larutan (m) dan kenaikan titik
didih molalnya (Kb). Dapat dirumuskan sebagai:
Δ Tb = Kb . m
Jika
M = n x
Maka
rumus diatas dapat dinyatakan sebagai berikut:
Tb
= Kb ( n x )
Tb =
besar penurunan titik beku
Kb = konstanta kenaikan titik didih
M = molalitas dari zat terlarut
N = jumlah mol zat terlarut
P = massa
pelarut
Harga Kb bervariasi untuk masing-masing pelarut. Kb
diperoleh dengan mengukur kenaikan titik didih dari larutan encer yang
molalitasnya diketahui (artinya, mengandung zat terlarut yang diketahui jumlah
dan massa molalnya). Titik didih larutan merupakan titik didih pelarut
murni ditambah dengan kenaikan titik didihnya atau Tb = Tb
+ Tb (Oxtoby, 2001).
3.
Penurunan titik Beku
Proses pembekuan suatu zat cair terjadi bila suhu
diturunkan sehingga jarak antar partikel sedemikian dekat satu sama lain dan
akhirnya bekerja gaya tarik menarik antar molekul yang sangat kuat. Adanya
partikel-partikel dari zat terlarut akan menghasilkan proses pergerakan
molekul-molekul pelarut terhalang, akibatnya untuk mendekatkan jarak antar
molekul diperlukan suhu yang lebih rendah. Perbedaan suhu adanya
partikel-partikel zat terlarut disebut penurunan titik beku. Pada saat zat
konvalatil ditambahkan kedalam larutan maka akan terjadi penurunan titik beku
larutan tersebut.
Seperti halnya kenaikan titik didih, penurunan titik beku
larutan sebanding dengan hasil kali molalitas larutan dengan tetapan penurunan
titik beku pelarut (Kf) dinyatakan dengan persamaan:
ΔTf = Kf . m
Tf
= Kf ( n x )
Tf
= penurunan titik beku
Kf
= tetapan ttitik beku molal
n
= jumlah mol zat terlarut
p = massa pelarut
Titik beku larutan merupakan titik beku pelarut murni
dikurangi dengan penurunan titik bekunya. Pengukuran penurunan titik beku,
seperti halnya peningkatan titik didih, dapat digunakan untuk menentukan massa
molar zat yang tidak diketahui.
Gejala penurunan titik beku analog dengan peningkatan
titik didih. Di sini kita hanya mempertimbangan kasus jika padatan pertama yang
mengkristalkan dari larutan adalah pelarut murni. Jika zat terlarut mengkristal
bersama pelarut, maka situasinya akan lebih rumit. Pelarut padat murni berada
dalam kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut, sebagimana
ditentukan oleh suhunya. Pelarut dalam larutan demikian pula, berada dalam
kesetimbangan dengan tekanan tertentu dari uap pelarut. Jika pelarut padat dan
pelarut dalam larutan berada bersama-sama, mereka harus memiliki tekanan uap
yang sama. Ini berarti bahwa suhu beku larutan dapat diidentifikasi sebagi suhu
ketika kurva tekanan uap pelarut padat murninya berpotongan dengan kurva
larutan. Jika zat terlarut ditambahkan ke dalam larutan, tekanan uap pelarut
turun dan titik beku, yaitu suhu ketika kristal pertama pelarut murni mulai
muncul, turun. Selisih dengan demikian bertanda negatif dan penurunan titik
beku dapat diamati
4.
Tekanan Osmotik
Sifat koligatif keempat terutama penting dalam biologi
sel, sebab peranannya penting dalam trasfor molekul melalui membran sel.
Membran ini disebut semipermiabel, yang membiarkan molekul kecil lewat tetapi
menahan molekul besar seperti protein dan karbohidrat. Membran semi permiabel
dapat memisahkan molekul pelarut kecil dari molekul zat terlarut yang besar.
Peristiwa bergeraknya partikel (molekul atau ion) melalui dinding semipermeabel
disebut osmotik. Tekanan yang ditimbulkan akibat dari tekanan osmotik disebut
tekanan osmotik. Besar tekanan osmotik diukur dengan alat osmometer,
dengan memberikan beban pada kenaikan permukaan larutan menjadi sejajar pada
permukaan sebelumnya.
Osmosis atau tekanan
osmotik adalah proses berpindahnya zat cair dari larutan hipotonis ke larutan
hipertonis melalui membran semipermiabel. Osmosis dapat dihentikan jika diberi
tekanan, tekanan yang diberikan inilah yang disebut tekanan osmotik. Tekanan
osmotik dirumuskan :
Berdasarkan persamaan gas ideal:
PV = nRT
Maka
tekanannya
P =
Jika
tekanan osmotik larutan dilambangkan dengan π, dari persamaan diatas dapat diperoleh:
π =
atau
π = M R T
Untuk larutan elektrolit ditemukan penyimpangan oleh Vanit Hoff. Penyimpangan
ini terjadi karena larutan elektrolit terdisosiasi di dalam air menjadi ion,
sehingga zat terlarut jumlahnya menjadi berlipat. Dari sini dibutuhkan faktor
pengali atau lumrah disebut faktor Vanit Hoff. Dirumuskan sebagai berikut :
π
= tekanan osmotik
M =
konsentrasi molar
R
= tetapan gas ideal (0,082 L atm K mol )
T = suhu mutlak
(K)
Tetapan titik beku molal (Kf)
|
Titik
beku (oC) |
Kf
(oC) |
Air Benzena Fenol Naftalena Asam
asetat Kamfer Nitrobenzena |
0 5,4 39 80 16,5 180 5,6 |
1,86 5,1 7,3 7 3,82 40 6,9 |
Partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan
jumlah partikel dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama.
Hal ini dikarenakan larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan
larutan non elektrolit tidak terurai menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat
koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif larutan non elektrolit dan
sifat koligatif larutan elektrolit.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan
makalah ini adalah sebagai berikut.
1.
Larutan adalah campuran homogeny yang
terdiri dari zat terlarut/ solut (jumlahnya
sedikit) dan zat pelarut/ solvent (jumlahnya banyak).
2.
Berdasarkan daya hantar listrik,
ditandai dengan lampu nyala, redup dan tidak menyala dan didapatkan gelembung
gas pada elektroda disebut larutan elektrolit. Sedangkan larutan non elektrolit
akan didapatkan lampu tidak menyala dan tidak ada gelembung gas.
3.
Larutan non-elektrolit memiliki sifat
karakteristik antara lain tidak menghasilkan ion, semua dalam bentuk molekul
netral dalam larutannya, tidak terionisasi, jika dilakukan uji daya hantar
listrik: tidak menghasilkan gelembung dan lampu tidak menyala, derajat ionisasinya
sama dengan nol, contohnya adalah larutan gula, larutan alkohol, bensin,
larutan urea.
4.
Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan
yang tidak tergantung pada macamnya zat terlarut tetapi semata-mata hanya
ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat terlarut) sehingga sifat koligatif larutan non-elektrolit
lebih rendah dari pada sifat koligatif larutan elektrolit.
5.
Ada
4 sifat dasar koligatif larutan yaitu: a) Penurunan tekanan uap relatif
terhadap tekanan uap pelarut murni, b) Peningkatan titik didih, c) Penurunan
titik beku, d) Gejala tekanan osmotik.
DAFTAR PUSTAKA
Miladi. 2010. Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit. (online). (http://sahri.ohlog.com/
larutan-elektrolit-dan-non-elektrolit.cat3416.html, diakses pada 29
November 2013).
Oxtoby, D.W., Gillis, H.P., Nachtrieb, N.H. (2001) Prinsip-prinsip
Kimia Modern. Edisi ke-4. Jilid 1. Diterjemahkan oleh S.S. Achmadi.
Jakarta: Erlangga.
Sabariasih. 2012. Makalah Sifat Koligaif Larutan Elektrolit dan
Non-elektrolit. (online). (http://sugar-science.blogspot.com/2012/05/makalah-sifat-koligatif-larutan.html,
diakses pada 29 November 2013).
Tanawi. 2010. Larutan Elektrolit dan Larutan Non-elektrolit. (online).
(http://www.scribd.com/doc/50281637/MAKALAH-KIMIA-LARUTAN,
diakses pada 29 November 2013).
Widjajanti. 2007. SIFAT LARUTAN BINER NON ELEKTROLIT. (online). (http://staff.uny.ac.id/system/files/pengabdian/endang-widjajanti-lfx-ms-dr/ppm-sifat-larutan.pdf,
diakses pada 29 November 2013).
https://id.wikipedia.org/wiki/Larutan_non_elektrolit
https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/10/023509969/perbedaan-larutan-elektrolit-dan-larutan-non-elektrolit?page=all
No comments:
Post a Comment