DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.
Latar
Belakang ............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A.
Penggunaan
Bahasa dalam Penulisan karya ilmiah ..................................... 3
B.
Ragam
Penulisan Karya Ilmiah ................................................................... 7
C.
Sifat-Sifat
Bahasa yang Digunakan dalam Karya Ilmiah............................ 8
D.
Syarat-Syarat
Penggunaan Bahasa dalam Karya Ilmiah ........................... 10
E.
Pengaruh
penggunaan bahasa dalam penulisan karya ilmiah .................... 11
F.
Unsur-unsur
Bahasa Dalam Penulisan Karya Ilmiah ................................. 12
BAB III PENUTUP............................................................................................. 19
A.
Kesimpulan................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 20
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Karya tulis ilmiah menuntut kecermatan bahasa karena
karya tersebut harus disebarluaskan kepada pihak yang tidak secara langsung
berhadapan dengan penulis baik pada saat tulisan diterbitkan atau pada beberapa
tahun sesudah itu. Kecermatan bahasa menjamin bahwa makna yang ingin
disampaikan penulis akan sama persis seperti makna yang ditangkap pembaca tanpa
terikat oleh waktu. Kesamaan interpretasi terhadap makna akan tercapai kalau
penulis dan pembaca mempunyai pemahaman yang sama terhadap kaidah kebahasaan
yang digunakan.
Lebih dari itu, komunikasi ilmiah juga akan menjadi
lebih efektif kalau kedua pihak mempunyai kekayaan yang sama dalam hal
kosakata. Ciri bahasa keilmuan adalah kemampuan bahasa tersebut untuk
mengungkapkan gagasan dan pikiran yang kompleks dan abstrak secara cermat.
Kecermatan gagasan dan buah pikiran hanya dapat dilakukan kalau struktur bahasa
(termasuk kaidah pembentukan istilah) sudah canggih dan mantap.
Kemampuan berbahasa yang baik dan benar merupakan
persyaratan mutlak untuk melakukan kegiatan ilmiah sebab bahasa merupakan
sarana komunikasi ilmiah yang pokok. Bahasa juga bisa dikatakan sebagai alat
yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Fungsi bahasa yang dilengkapi
oleh sederetan pengertian untuk karya ilmiah tidak perlu diperdebatkan lagi.
Bahasa di dalam proses berpikir tidak sekedar menjadi bumbu, tetapi mempunyai
fungsi yang menetukan. Karena itu bahasa yang terpelihara di dalam karya ilmiah
adalah alat yang terbaik untuk menyampaikan tingkatan dan proses berpikir,
argumentasi dan penalaran.
Dalam dunia akademik, karya tulis ilmiah
didefinisikan sebagai tulisan yang didasari oleh pengamatan, peninjauan,
penelitian, dan perenungan dalam bidang keilmuan tertentu; disusun menurut
metode tertentu dengan penulisan yang santun, baik, dan benar; atau berdasarkan
kaidah baku ragam bahasa tulis. Kebenaran isinya pun harus dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Berdasarkan kedalaman kajian
permasalahannya, karya tulis ilmiah dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk:
- Laporan
penelitian, yaitu tulisan yang merupakan hasil percobaan, peninjauan, atau
observasi sementara.
- Karya tulis
akademik, berupa skripsi tesis, dan disertasi.
- Buku teks,
yakni diktat atau buku-buku ilmiah yang digunakan sebagai penunjang bahan
ajar (Ekosusilo, 1991; Wibowo, 2008) Berkenaan dengan hal di atas, maka
suatu tata permainan bahasa tidak mungkin dilepaskan dari hakikat bahasa
sebagaimana diyakini oleh aliran Filsafat Bahasa Biasa bahwa makna sebuah
kata adalah penggunaannya dalam kalimat, makna kalimat adalah
penggunaannya dalam bahasa, dan makna bahasa adalah penggunaannya dalam
hidup.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Penggunaan
Bahasa dalam Penulisan karya ilmiah
Bahasa ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan
pengelompokan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan
sifat keilmuan. Bahasa Indonesia harus memenuhi syarat di antaranya benar
(sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku) logis, cermat dan sistematis. Pada
bahasa ragam ilmiah, bahasa, bentuk, dan ide yang di sampaikan melalui bahasa
itu sebagai bentuk dalam, tdiak dapat di pisahkan. Hal ini terlihat pada ciri
bahasa ilmiah sebagai berikut :
- Baku.
Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia baku, baik mengenai struktur kalimat maupun kata. Ragam bahasa
baku memiliki dua sifat sebagai berikut :
a. Kecendekiawan:
sanggup mengungkapkan proses pemikiran yang rumit diberbagai ilmu dan
teknologi.
b. Seragam:
pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa.
Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik keseragaman.
Demikian juga pemilihan kata istilah dan penulisan yang sesuai dengan kaidah
ejaan, untuk ejaan dan peristilahan berpedoman pada EYD dan pedoman pembentukan
istilah.
- Kuantitatif.
Keterangan
yang dikemukan pada kalimat dapat di ukur secara pasti.
Contoh: Da’i di Gunung Kidul “kebanyakan” lulusan
perguruan tinggi. Arti kata “kebanyakan” relatif , mungkin bisa lima, enam atau
sepuluh orang. Jadi, dalam tulisan ilmiah tidak benar memilih kata “kebanyakan”
kalimat di atas dapat kita benahi menjadi Da’i di Gunung Kidul lima orang
lulusan perguruan tinggi, dan ada tiga orang lagi dari lulusan pesantren.
- Tepat.
Ide
yang di ungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh pemutus atau
penulis dan tidak mengandung makna ganda.
Contoh
: “ Jamban pesantren yang telah rusak itu sedang di perbaiki.” Kalimat tersebut
memiliki makna ganda, yang rusaknya itu mungkin jamban atau mungkin juga
pesantren.
- Denotatif.
Kata
yang digunakan atau dipilih sesuai dengan arti yang sesungguhnya dan tidak
diperhatikan perasaan karena sifat ilmu yang obyektif.
- Jelas.
Maksudnya
adalah mengetahui bagian-bagian mana saja yang merupakan subjek, predikat,
objek, keterangan dan setiap kalimat memenuhi kaidah bahasa.
- Lugas
Maksudnya
adalah tidak menimbulkan tafsir ganda dan langsung menunjuk ke pokok persoalan.
- Komunikatif
Maksudnya
adalah apa yang ditangkap pembaca dari tuisan yang disajikan sama dengan yang
dimaksud penulis. Tulisan disajikan secara logis (masuk akal) dan
bersistem(teratur). Oleh karena itu, tata permainan bahasa di dalam karya tulis
ilmiah yang komunikatif dapat disimak melalui ciri-ciri berikut :
a. Koheren
Koheren
dapat pula dipahami sebagai “harmonis”, “integral”, “kompak”, “terintegrasi”,
dan “terpadu”. Dalam hal mengungkapkan suatu masalah dan pemecahannya,
koherensi memang sangat diperlukan. Gorys Keraf, dalam buku klasiknya,
Komposisi (1971), menegaskan bahwa koherensi adalah adanya hubungan yang jelas
antara unsur-unsur yang membentuk suatu kalimat; bagaimana hubungan antara
subjek dan predikat; hubungan antara predikat dan objek; serta keterangan yang
menjelaskan setiap unsur-unsur tersebut. Dalam ungkapan lain, koherensi
menekankan segi struktur atau interrelasi antara kata-kata yang menduduki
sebuah kata dalam kalimat. Oleh karena itu, bisa terjadi sebuah kalimat atau
alinea ditengarai telah mengandung kesatuan pikiran atau mengandung suatu ide
pokok yang tunggal, namun koherensinya kurang baik. Akan tetapi, pendapat Keraf
patut diermati secara kritis, karena dalam perspektif Filsafat Bahasa Biasa
akan segera terihat bahwa koherensi di dalam tata permainan bahasa karya tulis
ilmiah yang komunikatif tidak semata-mata berhubungan dengan penggunaan
struktur atau antar unsur pembentuk kalimat, tetapi terutama mempresentasikan
suatu pikiran penulisnya yang mengandung kesatuan dan ktuhanan (Wibowo, 2007).
Dapat ditegaskan bahwa, pikiran seorang penulis pada dasarnya mengandug nilai
estetik, namun nilai estetik itu muncul bila hubungan timbal balik di anatara
unsur-unsur pendukungnya berjalan secara satu dan utuh (Wahyu Wibowo, 2010)
b. Konsisten
Dalam
mengungkapkan masalah dan pemecahannya secara ilmiah kita memang harus bersikap
konsisten, yaitu teguh dan bertanggung jawab dalam artian dapat memikul dan
bersedia menyuguhkan bahwa jalan yang kita tempuh dalam baik dan benar. Oleh
karena itu, karya tulis ilmiah yang komunikatif harus didukung oleh fakta atau
data yang cukup dan tepercaya (Soeparno, 1997;Wibowo, 2001). Dalam penyusunan
kalimat, kita tidak diperkenankan melakukan peloncatan ide, atau bahkan
menghubungkan ide-ide yang tidak ada pertalian atau hubungannya.
c. Sistematis
Karya
tulis ilmiah yang komunikatif harus disusun berdasarkan prosedur yang
sistematis pula, yaitu teratur, runtut, berkesinambungan, metodis, dan
terorganisir. Sistematika sebuah tulisan pada umumnya terbagi ke dalam tiga
bagian pokok, yaitu pendahuluan, isi, dan simpulan. Serta bagian lain yang
dijadikan sebagai penunjang seperti kover, judul, daftar pustaka, dan indeks.
Sehubungan dengan hal di atas, dapat ditegaskan bahwa sistematika karya tulis
ilmiah yang sebenarnya adalah halaman-halaman pendahuluan, pendahuluan,
bab-bab, simpulan, daftar pustaka, dan indeks.
d. Konseptual
Konsep
adalah kesan mental, suatu pemikiran, ide, atau suatu gagasan yang memiliki
derajat kekonkretan dan abstraksi yang digunakan dalam pemikiran abstrak
(Bagus, 2002). Di dalam penulisan karya tulis ilmiah yang komunikatif, prosedur
atau aturan yang teratur dan runtut harus dilakukan melalui langkah-langkah
perencanaan yang konseptual, karena melalui langkah-langkah yang terkonsep ini
akan menjadikan satu karya tulis ilmiah yang terarah dan terfokus.
e. Komprehensif
Karya
tulis ilmiah yang komunikatif harus ditulis secara komprehensif yaitu tuntas
dan menyeluruh, penelaahannya harus jelas, lengkap, dan rinci. Hal ini
berkesinambugan dengan prinsip koherensi yaitu mengandung pikiran utama yang
jelas. Karena apabila diibaratkan, pikiran utama itu ibarat pintu gerbang yang
akan membawa pembacanya ke keseluruhan isi tulisan. Selain itu, dengan
menghidangkan satu pikiran utama yang jelas berarti penulisnya telah menghargai
pembacanya. Dengan demikian, maka dengan tulisan kita akan menimbulkan simpati
pembaca.
f. Logis
Logika
adalah apa pun termasuk ucapan yang dapat dimengerti atau akal budi yang
berfungsi baik, teratur, sistematis dan dipahami (Wahyu Wibowo, 2010). Oleh
karena itu, logika haruslah menjadi satu hal pokok di dalam penulisan karya
ilmiah yang komunikatif, karena segala hal yang menjadi penjelas di dalam karya
tulis ilmiah harus memiliki argumentasi yang dapat diterima oleh nalar yang
sehat, valid, dan analitis. Implikasi dari hal di atas yaitu, karya tulis
ilmiah dapat diuji kebenarannya baik berdasarkan data dan fakta maupun diuji
kembali oleh ilmuwan lain. Di sisi lain, karya tulis ilmiah harus bersifat
terbuka agar pendapat penulis dapat diubah apabila muncul bukti atau pendapat
baru yang didukung oleh data dan fakta.
g. Bebas
Bebas,
rasa bebas, atau kebasan dapat dimaknai juga dengan merdeka, mandiri,
independen, atau leluasa. Dalam konteks ini kebebasan tidak diartikan sebagi
kebebasan ilmuwan yang leluasa atau merdeka berbuat apa pun, tetapi kebebasan
yang eksistensial yaitu kebebasan yang menyeluruh yang terkonteks dalam
kepribadian bangsa, yang oleh karena itu dapat membedakannya dengan nilai-nilai
kebebasan yang dianut oleh bangsa lain. Orang yang bebas secara eksistensial
akan mencapai tiarap kedewasaan, otentisitas, dan kematangan rohani, hal yang
mestinya memang dimiliki seorang penulis karya tulis ilmiah yang komunikatif.
h. Bertanggung
Jawab
Dalam
perspektif etika berarti dapat menjawab jika ditanyai tentang
perbuatan-perbuatannya (Bertens, 2002). Dengan hubungannya dengan karya tulis
ilmiah, bertanggung jawab dapat dimaknai sebagai tulisan yang etis, elegan, dan
berwawasan yang mencerminkan bahwa penulisnya dapat menjawab jika ditanya apa
pun tentang tulisanya tanpa menonjolkan segi-segi emosinya. Itu sebabnya,
sebuah karya tulis ilmiah yang komunikatif harus ditulis secara seksama, yakni
ditulis secara teliti, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan.
Dalam pernyataan lain, sebuah karya tulis ilmiah dapat dikatakan mencerminkan
tanggung jawab penulisnya bila ditulis secara jelas, jernih, gamblang,
konsisten, dan konsekuen.
B.
Ragam
Penulisan Karya Ilmiah
Ragam Bahasa Tulis Ragam bahasa merupakan variasi
penggunaan bahasa. Ragam bahasa dapat dibedakan berdasar pada
1. pokok
pembicaraan
2. media
yang digunakan
3. hubungan
antara komunikator dengan komunikan.
Selanjutnya dalam tulisan ini hanya akan dibahas
ragam bahasa dari sudut media yang digunakan yakni ragam bahasa tulisdan dari
sudut hubungan antara komunikator dengan komunikan.
Hal kedua yang membedakan ragam tulis dan lisan
berkaitan dengan beberapa upaya yang digunakan dalam ujaran, misalnya tinggi
rendah, panjang pendek, dan intonasi kalimat yang tidak terlambang dalam tata
tulis maupun ejaan. Dengan demikian, penulis perlu merumuskan kembali
kalimatnya jika ingin menyampaikan jangkauan makna yang sama lengkapnya.
Lain halnya dengan ragam lisan, penutur dapat
memberikan tekanan atau jeda pada bagian tertentu agar maksud ujarannya dapat
dipahami. Jadi, ragam bahasa tulis memiliki karakteristik khusus dibandingkan
ragam bahasa lisan. Karakteristik tersebut antara lain :
1. ragam
bahasa tulis memiliki banyak penanda metalingual,
2. kalimat
berstruktur lengkap, dan
3. klausanya
sederhana tetapi memiliki kepadatan kata dan isi (Brown,1985; Ansari,1999).
C.
Sifat-Sifat
Bahasa yang Digunakan dalam Karya Ilmiah
Secara umum penggunaan bahasa dalam karya ilmiah
harus mengacu pada sifat-sifat bahasa, meliputi sifat :
a. Objektif
Bahasa yang objektif adalah bahasa yang
menggambarkan sesuatu pengalaman yang bagi semua khalayak pemakai bahasa,
representasi pengalaman linguistik itu dipandang sama. Sebaliknya bahasa
subjektif menggambarkan sesuatu pengalaman (oleh penulisnya) yang berbeda
dengan pengalaman yang dipahami oleh khalayak dalam memahami representasi
pengalaman itu karena penulis membawa pertimbangan sikap, pendapat, dan
komentar pribadi. Jadi, keobjektifan bahasa dapat ditingkatkan dengan
meniadakan atau meminimalkan pendapat dan sikap pribadi tersebut. Karena bahasa
subjektif wujud dalam bentuk epitet atau ekspresi emosional, modalitas, proses
mental, dan makna konotatif maka keobjektifan dapat dicapai dengan meniadakan
atau meminimalkan penggunaan bahasa dengan ciri subijektif di atas.
b. Impersona
Keimpersonaan bahasa memperlihatkan
ketidakterlibatan penulis artikel dalam teks artikel ilmiah yang disusunnya.
Pada teks artikel ilmiah tidak digunakan bentuk pronomina saya, kami, kita,
atau penulis dengan tujuan untuk menghindari paparan persona (subjektif).
Meskipun kita akui bahwa karya ilmiah tidak wujud
tanpa keterlibatan penulis, retotika ilmu menuntut agar dalam teks keterlibatan
itu tidak ditampilkan. Untuk mempertahankan keimpersonaan teks sehingga tidak
terlihat keterlibatan penulis, Teknis Dengan kespesifikannya, istilah teknis
digunakan dalam Karya ilmiah. Tidak ada satu disiplin ilmu tanpa istilah
teknis.
Teknis maksudnya dalam konteks tulisan istilah yang
digunakan berhubungan dengan istilah dalam satu disiplin ilmu. Akan tetapi,
penggunaan singkatan (akronim) yang belum lazim disarankan tidak digunakan.
Penggunaan singkatan dilakukan dengan menampilan bentuk penuh terlebih dulu dari
uraian akronim yang akan dibuat diikuti bentuk singkatan dalam tanda kurung
pertama. Dalam teks berikutnya bentuk singkatan itu dapat digunakan secara
konsisten.
c. Praktis
Kepraktisan bahasa artikel ilmiah ditandai dengan
penggunaan teks yang ekonomis dan tidak taksa (ambigiuous). Sebagai contoh kata
diteliti dan digalakkan berdasarkan prinsip ini dapat digunakan sebagai
pengganti mengadakan penelitian dan naik daun karena bentukan pertama lebih
ekonomis dan tidak mengandung ketaksaan. Namun, bentuk frase berdasar pada,
terdiri atas, sesuai dengan, bergantung pada tidak dapat diubah menjadi
berdasar, terdiri, sesuai, dan bergantung walaupun bentuk tersebut lebih
singkat dan hemat karena bentuk yang pertama merupakan bentuk yang sudah
dibakukan dalam bahasa Indonesia (Gay, 1981; Saragih.1999).
D.
Syarat-Syarat
Penggunaan Bahasa dalam Karya Ilmiah
Penggunaan bahasa dalam bentuk tulisan formal
seperti karya tulis ilmiah harus mengikuti syarat-syarat tertentu.
a. Secara
morfologis bahasa dalam artikel ilmiah harus lengkap.
Dalam hal ini wujud setiap kata yang dipakai harus
mengandung afiksasi yang lengkap seperti: diuraikan, mempertentangkan, memiliki
dan sebagainya. Kata-kata lain yang tanpa afiksasi juga harus dimunculkan dalam
bentuk yang lengkap. Kata-kata seperti tidak, sudah dan sebagainya tidak dapat
ditulis dengan bentuk tak atau udah.
b. Secara
sintaksis bahasa dalam artikel ilmiah harus lengkap
yakni memuat unsur-unsur subjek, predikat, dan objek
yang dinyatakan secara eksplisit. Sering ditemukan dalam tulisan ilmiah bentuk
pelesapan subjek dalam kalimat kompleks padahal secara sintaksis subjek
tersebut tidak memiliki rujukan yang sama dengan subjek pada kalimat induknya
atau subjek kedua ini telah jauh terpisah dari subjek pertamanya pada subjek
pada paragraf sebelumnya. Satu kalimat kompleks dapat saja memiliki satu subjek
dengan dua dua predikat bilamana subjek yang dilesapkan itu mempunyai hubungan
anaforik dengan subjek yang masih dipertahankan.
c. Bahasa
dalam artikel ilmiah harus tepat makna dan tunggal arti.
Penulis artikel ilmiah harus menimbang-nimbang
secara seksama setiap kata, ungkapan dan bentuk sintaksis sehingga apa yang
dimengerti pembaca sama dengan yang dimaksud penulis. Istilah-istilah kembar
seperti fonologi- fonetikfonemik harus dipilih penggunaannya sehingga tidak
menimbulkan makna yang keliru seperti terlihat dalam kalimat Katz dan Postal
(1999) mengemukakan pendapatnya bahwa bahasa terdiri atas tiga komponen;
sintaksik, fonetik, dan semantik. Komponen kedua dalam kalimat di atas seharusnya
fonologi bukan fonetik karena kedua kata tersebut memiliki pengertian yang
berbeda.
d. Bahasa
dalam artikel harus mengikuti kaidah–kaidah sintaktik.
Penggunaan kalimat dalam karangan ilmiah harus
berupa kalimat yang efektif yakni kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai
dengan kaidah tatabahasa, tidak berbelit- belit, tidak bertentangan dengan
kebenaran nalar, dan ringkas.
Salah satu contoh kesalahan sintaktis adalah
pemakaian kata daripada di belakang verba. Kesalahan ini terjadi karena penulis
atau pembicara tidak dapat membedakan subkategori verba secara intuitif menjadi
transitif-taktransitif sehingga apa yang seharusnya langsung diikuti objek
disisipi penyeling daripada. Pengertian fungsi sintaktik seperti subjek,
predikat, dan objek tampaknya masih belum jelas.
e. Bahasa
artikel ilmiah harus padat isi dan bukan padat kata.
Dalam mengungkapkan pikiran ke dalam bentuk bahasa,
hal pertama yang harus jelas adalah konsep utama yang ingin dikemukakan
penulis. Selanjutnya konsep utama ini dilengkapi dengan subkonsep lain yang
relevan. Setelah semua itu sampailah pada pemilihan kata, frase, dan bentuk
sintaksis yang akan dapat mengungkapkan gambaran ide penulis sejelas mungkin
dengan penggunaan kata yang seekonomis mungkin.
E.
Pengaruh
penggunaan bahasa dalam penulisan karya ilmiah
Ada 2 pengaruh penggunaan bahasa dalam penulisan
karya ilmiah yaitu sebagai berikut :
1) Pengaruh
bahasa asing
Untuk menciptakan kalimat yang logis kerapkali
terhalangi oleh suatu dugaan bahwa kadang-kadang bahasa yang dipergunakan itu
mempunyai kekurangan-kekurangan dalam istilah-istilah atau ungkapan-ungkapan.
Pengaruh dan pengambilan bahasa atau kata-kata asing terasa semakin deras dan
nyata. Proses ini dapat memperkaya bahasa Indonesia. Pengaruh bahasa asing
dapat terlihat jika penulis itu tidak mampu mendapatkan istilah dalam bahasa
Indonesia. Ia seolah-olah kehabisan kata-kata dalam kamus. Pemungutan kata-kata
atau istilah istilah-istilah asing pada dasarnya karena keperluan akan
kata-kata atau istilah-istilah yang tidak diperoleh dalam bahasa indonesia.
2) Gaya
Bahasa
Gaya dapat diartikan sebagai keistimewaan atau
karakteristik penyajian, konstruksi, atau penyelenggaraan dalam setiap karya
Ilmiah. Pada umumnya orang menganggap bahwa tulisan ilmiah tidak memerlukan
gaya manapun. Penulis ilmiah sebaiknya tidak mengikuti pendapat bahwa karya
ilmiah itu mesti kering dan berat. Banyak orang berpendapat bahwa karya ilmiah
yang semakin tidak dapat dipahami berarti semakin ilmiahlah karya itu. Karya
ilmiah bukanlah pementasan rahasia tertutup yang menetapkan bahwa hanya
penulisnya sendirilah yang boleh membeli karcis untuk menonton karyanya itu.
Dan mudah-sukarnya karya ilmiah untuk dipahami bukanlah ukuran untuk menetapkan
nilai karya itu tetapi yang diutamakan dalam penulisan karya ilmiah adalah
kebenaran akan fakta-fakta yang diteliti
F.
Unsur-unsur
Bahasa Dalam Penulisan Karya Ilmiah
Bahasa adalah alat komunikasi. Dalam suatu karangan,
apa pun itu, penggunaan unsur-unsur bahasa yang tepat, memegang peran yang amat
penting. Jika hendak menyusun suatu karya tulis ilmiah atau makalah, maka
sebaiknya tidak memakai ragam bahasa yang biasa digunakan untuk menyusun puisi
atau karya fiksi. Demikian pula sebaliknya. Ini artinya, perlu menggunakan
bahasa secara efektif.
Menggunakan bahasa secara efektif berarti
menggunakan unsur-unsur bahasa secara efektif juga. Dengan demikian, bila ingin
menyusun suatu karya ilmiah, maka unsur-unsur bahasa ini harus kita perhatikan:
1. penggunaan
ejaan,
2. penggunaan
imbuhan,
3. pemilihan
dan penempatan kata, serta
4. penggunaan
kata dalam kalimat.
a.
Penggunaan Ejaan
Menurut kurun waktu penetapannya, usia ejaan yang
disempurnakan (EYD) telah mencapai lebih dari dua dasawarsa. Akan tetapi,
sampai sekarang masih dapat kita jumpai penggunaan ejaan yang salah-salah.
Tidak saja dalam karya ilmiah, tetapi juga dalam surat-surat resmi. Yang
dimaksud dengan ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi
(kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta
penggunaan tanda baca (KBBI).
Kesalahan ejaan yang paling sering dijumpai adalah
penggunaan kata depan dan awalan. Penulisan awalan kadang-kadang sama dengan
cara penulisan kata depan. Bagi penulis pemula atau mahasiswa ini penting
diperhatikan.
Contoh masalah penggunaan awalan dan kata depan: Penulisan
awalan di- Salah Benar a. Semua perabot rumahnya habis di lalap api. b. Cara
yang praktis untuk mengelola sampah telah di temukan. a. Semua perbot rumahnya
habis dilalap api. b. Cara yang paling praktis untuk mengelola sampah telah
ditemukan. Penulisan kata depan Salah Benar a. Rumah-rumah dipinggir jalan itu
beratap jerami. b. Pagi-pagi ibu pergi kepada a. Rumah-rumah di pinggir jalan
itu beratap jerami. b. Pagi-pagi ibu pergi ke pasar Cara penulisan awalan
adalah merangkainya dengan kata dasar yang dibubuhinya. Sedangkan kata depan,
penulisannya harus dipisahkan dari kata yang
mengikutinya. Kata yang diikuti awalan di- menunjukkan kata kerja. Sedangkan
kata yang diikuti kata depan di menunjukkan arah tempat. Perhatikan contoh
penulisan awalan dan kata depan berikut ini ! Penulisan awalan Salah Benar di
lihat dilihat di teliti diteliti di coba dicoba Penulisan kata depan Salah
Benar ditoko di toko kekiri ke kiri disamping di samping Kata kepada dan
daripada juga sering salah penulisannya seperti dalam contoh berikut: a. Ke
pada saya diserahkan mandat itu. b. Dari pada menderita, lebih baik mati.
Penulisan kata kepada dan daripada harus dirangkaikan sebagai berikut : a.
Kepada saya diserahkan mandat itu. b. Daripada menderita, lebih baik mati.
b. Penggunaan
Imbuhan
Imbuhan adalah bubuhan (yang berupa awalan, sisipan,
akhiran) pada kata dasar untuk membentuk kata baru. Proses pembentukan kata,
dari kata dasar dengan pemberian imbuhan seperti awalan atau akhiran disebut
pengimbuhan. Hampir semua pelajar mengetahui proses pengimbuhan, namun sebagian
besar pelajar kurang memperhatikan cara penulisan kata berimbuhan sesuai
ketentuan. Berikut ini adalah beberapa ketentuan penulisan kata yang memperoleh
imbuhan: 1. Imbuhan harus dituliskan serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh: Salah Benar di berlakukan diberlakukan di
berlaku kan peneliti an penelitian pe nelitian 2. Gabungan kata (seperti:
tanggung jawab, serah terima, nomor dua, nonaktif dan sejenisnya) yang mendapat
awalan dan akhiran bersama-sama, harus dituliskan serangkai. Contoh: Salah
Benar pertanggungan jawab pertanggungjawaban dipertanggungjawab kan
dipertanggungjawabkan dinomor duakan dinomorduakan di nonaktif kan
dinonaktifkan Kata berimbuhan lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah:
penglepasan, mengetapkan, diketemukan. Penulisan kata-kata tersebut kurang
tepat. Penulisannya yang benar adalah pelepasan, menerapkan, ditemukan.
Sementara itu, partikel pun ada yang dituliskan serangkai, ada juga yang
dituliskan terpisah dari kata yang diikutinya. Partikel pun yang mengikuti kata
kerja, kata benda, dan kata sifat harus ditulis terpisah dari kata-kata
tersebut. Contoh: Kata benda di sekolah pun bukan di sekolahpun di rumah pun
bukan di rumahpun di kantor pun bukan di kantorpun Kata sifat Sakit pun bukan
sakitpun Tingginya pun bukan tingginyapun
Kata kerja berjalan pun bukan berjalanpun berlari
pun bukan berlaripun Kata bilangan seribu pun bukan seribupun seratus pun bukan
seratuspun setahun pun bukan setahunpun Namun ada beberapa perkecualian.
Beberapa kata seperti adapun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun,
kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun, penulisan
partikel pun telah diterima serangkai. Pelajar perlu membaca pedoman ejaan yang
disempurnakan. Dalam pedoman itu dapat dibaca berbagai kaidahmengenai
penempatan titik, koma, titik koma, titik dua, penulisan awalan dan kata depan,
penulisan kata depan, penulisan kata dasar yang memperoleh imbuhan, dan
sebagainya.
c.
Pemilihan dan Penempatan
Kata Kata merupakan faktor penting dalam merancang
tulisan. Tulisan yang baik ditentukan oleh cara penulisan dan penempatan kata.
Pemilihan dan penempatan kata mempengaruhi sekaligus memberikan warna sebuah
tulisan.
Menurut Drs. Mustakim (1993:70), ketepatan dalam
pemilihan kata perlu memperhatikan komponen situasi, bentuk, dan makna.
Komponen tersebut saling mempengaruhi. Komponen bentuk disesuaikan dengan
situasi, situasi tidak terlepas dengan makna, makna tidaka terlepas dengan
bentuk. Hal yang perlu diperhatikan saat menyusun karangan yaitu bahasa yang
dipergunakan. Dalam konteks menyusun makalah atau karya ilmiah, bahasa yang
dipergunakan hendaknya mencerminkan ragam yang resmi. Artinya, bahsa gaul,
bahasa daerah, atau bahasa asing yang bukan pada tempatnya harus dihindari.
Pemakaian Kata bentuk jamak Dalam karangan atau
tulisan ilmiah sering ditemukan penggunaan kata bentuk jamak yang salah, baik
yang mengandung makna jamak maupun yang dinyatakan dalam bentuk ulang. Contoh
kata bermakna jamak: semua, para, banyak, beberapa. Contoh kata dalam bentuk
ulang yang bermakna jamak: negara-negara, ibu-ibu, hasil-hasil. Perhatikan
penggunaanya dalam kalimat berikut: Salah a. Semua siswa kelas III SMA 1 Kota
Bima dijadikan sampel. b. Para hadirin dipersilahkan berdiri. c. Para ibu-ibu
pengurus PKK Kota Bima siap mengikuti lomba. d. Banyak orang-orang Oi Foo yang
menderita demam berdarah. e. Beberapa wakil-wakil dari negara-negara sahabat
menghadiri acara pelantiakan presiden Republik Indonesia. Benar a. Siswa kelas
III SMA 1 Kota Bima dijadikan sampel. b. Hadirin dipersilahkan berdiri. c.
Ibu-ibu pengurus PKK Kota Bima siap mengikuti lomba. d. Banyak orang Oi Foo
yang menderita demam berdarah. e. Beberapa wakil dari negara-negara sahabat
menghadiri acara pelantiakan presiden Republik Indonesia.
Pemakaian kata yang memiliki makna yang sama
Perhatikan dua contoh kalimat dibawah ini:
1) Kebudayaan
daerah adalah merupakan sumber kebudayaan nasional.
2) Parit-parit
dibersihkan agar supaya tidak tergenang air. Pemakaian kata yang memiliki makna
yang sama, seperti agar supaya dan adalah merupakan dalam kalimat di atas,
sebaiknya dihindari. Dengan demikian, penulisan kalimat yang benar adalah:
a) Kebudayaan
daerah merupakan sumber kebudayaan nasional.
b) Parit-parit
dibersihkan agar tidak tergenang air.
d. Penggunaan
Kata Dalam Kalimat
Menyusun kata menjadi kalimat adalah merangkai
beberapa kata untuk membentuk satu pengertian atau makna yang lengkap.
Maksudnya, kata-kata yang terdapat dalam sebuah kalimat bukanlah sederetan
kata-kata yang tidak berarti. Perhatikan sederetan kat di bawah ini: Ali buku
buku di toko membeli Sederetan kata-kata di atas tidak membentuk suatu
pengertianyang lengkap. Untuk memperoleh sebuah pengertian yang lengkap, kita
perlu mengubah urutan kata-kata tersebut menjadi: Ali membeli buku di toko
Setelah urutan kata-katanya diatur, susunan kata-kata itu kini telah memberikan
suatu pengertian.
Dengan demikian, setiap pertanyaan yang diajukan
berdasarkan pengertian yang dimaksud, akan memperoleh jawabannya: Siapa membeli
buku di toko? Ali membeli apa di toko? Di mana Ali membeli buku? Melihat uraian
di atas, berarti kita dapat membentuk sebuah kalimat dengan mengawalinya
melalui pengajuan beberapa pertanyaan terlebih dahulu. Dengan cara ini, kita
menghindari mendaftar sejian banyak kata dan mengurutkannya. Misalnya: a.
Apakah Ali membeli majalah? Jawabannya: Tidak. Ali tidak membeli majalah. b.
Apakah Ali membaca buku? Jawabannya: Tidak. Ali membeli buku Jawaban di atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan suatu kalimat.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bahasa memiliki kontribusi yang sangat penting dalam
penulisan karya ilmiah, hal tersebut dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai
berikut :
1. Baku
2. Lugas
3. Jelas
4. Kuantatif
5. Denotatif
6. Tepat
7. Komunikatif
Untuk menciptakan suatu karya tulis ilmiah yang
komunikatif diperlukan beberapa hal, yaitu:
1. Koheren
2. Konsisten
3. Sistematis
4. Konseptual
5. Komprehensif
6. Logis
7. Bebas
8. Bertanggung
Jawab
Sifat Bahasa Karya Tulis Ilmiah Sifat bahasa dalam
penulisan karya ilmiah meliputi, sebagai berikut:
- Objektif
- Impersona
- Praktis
Syarat
Bahasa Karya Ilmiah
Syarat
bahasa dalam karya ilmiah meliputi sebagai berikut:
a. Lengkap
secara morfologis
b. Lengkap
secara sintaksis
c. Tepat
makna dan tunggal arti
d. Berkaidah
sintaktik
e. Padat
isi
Unsur-unsur
bahasa dalam penulisan karya ilmiah
a. Penggunaan
ejaan
b. Penggunaan
imbuhan
c. Pemilihan
dan penempatan kata
d. Penggunaan
kata dalam kalimat
Pengaruh bahasa dalam penggunaan bahasa karya ilmiah
Bahasa di dalam penulisan karya ilmiah dipengaruhi oleh dua hal, yaitu:
- Pengaruh
bahasa asing
- Pengaruh
gaya bahasa
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad. A Aleka.
2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Hendry.Tarigan,
2008. Menulis sebagai keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.
Hasnun, Anwar.
2006. Pedoman Menulis Untuk Siswa SMP dan SMA. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Komaruddin.
1974. Metode Penulisan Skripsi dan Tesis. Bandung: Angkasa.
Mulyono, Datu
dkk. 2000. Metode Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Nurdin, Irman
Mokhamad, dkk. 2008. Bahasa Indonesia 3 Untuk SMK/MAK Semua Program Kejuruan.
Jakarta: Pusat Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional.
Rasjid Lamuddin,
Dkk. 1984. Bahasa Indonesia. Jakarta: Nina Dinamika. Sofyan, Agus Nero, dkk.
2007.
Bahasa Indonesia
Dalam Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Badan Perkuliahan Dasar Umum. Wibowo,
Wahyu. 2010.
Tata Permainan
Bahasa Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara
No comments:
Post a Comment