DAFTAR ISI
BAB I PENDAHALUAN..................................................................................... 1
A. Latar belakang..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................... 2
C. Tujuan Umum...................................................................................................... 2
D. Tujuan Khusus.................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A. Pengertian Paliatif Care...................................................................................... 3
B. Tujuan Perawatan paliatif.................................................................................... 3
C. Prinsip Perawatan Paliatif Care........................................................................... 4
D. Komunikasi terapeutik pada pasien paliatif care................................................. 4
E. Fase - Fase Kehilangan / Menjelang ajal.............................................................. 5
F. Teknik Komunikasi Teurapetik Pada Fase Kehilangan
Pasien paliatif care........ 6
G. Komunikasi pada pasien yang tidak sadar.......................................................... 7
BAB III PENUTUP............................................................................................. 12
A. Kesimpulan....................................................................................................... 12
B. Saran.................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 13
BAB I
PENDAHALUAN
A. Latar belakang
Berdasarkan keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor : 812/Menkes/SK/VII/2007 tantangan yang
kita hadapi pada hari-hari kemudian nyata sangat besar. Meningkatnya jumlah
pasien dengan penyakit yang belum dapat
disembuhkan baik pada dewasa dan anak seperti penyakit kanker, penyakit
degeneratif penyakit paru obstruktif kronis, cystic fibrosis,stroke, Parkinson,
gagal jantung/heart failure, penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti
HIV/ AIDS yang memerlukan perawatan paliatif, disamping kegiatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Namun saat ini, pelayanan kesehatan di
Indonesia belum menyentuh kebutuhan pasien dengan penyakit yang sulit
disembuhkan tersebut, terutama pada stadium lanjut dimana prioritas pelayanan
tidak hanya pada penyembuhan tetapi juga perawatan agar mencapai kualitas hidup
yang terbaik bagi pasien dan keluarganya.
Pada stadium lanjut,
pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik
seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi
juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas
hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu
penyakit tidak hanya pemenuhan/ pengobatan gejala fisik,, namun juga pentingnya
dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukandengan
pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif. (Doyle &
Macdonald, 2003: 5)
Masyarakat menganggap
perawatan paliatif hanya untuk pasien dalam kondisi terminal yang akan segera
meninggal. Namun konsep baru perawatan paliatif menekankan pentingnya integrasi
perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial dan spiritual
dapat diatasi dengan baik. Perawatan paliatif adalah pelayanan kesehatan yang
bersifat holistik dan terintegrasi dengan melibatkan berbagai profesi dengan
dasar falsafah bahwa setiap pasien berhak mendapatkan perawatan terbaik sampai
akhir hayatnya. (Doyle & Macdonald, 2003: 5)
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian Perawatan paliatif (paliatif
care)
2. Apa tujuan perawatan paliatif
3. Apa saja prinsip perawatan paliatif
4. Bagaimana Komunikasi terapeutik pada pasien
paliatif care
5. Bagaimana Komunikasi pada pasien Tidak sadar
C. Tujuan Umum
Pembaca mengetahui lebih dalam mengenai perawatan
paliatif terutama dari komunikasi, karena komunikasi dalam keperawatan secara
umum akan berbeda dengan komunikasi pada pasien paliatif.
D. Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian perawatan paliatif
(paliatif care)
2. Mengetahui tujuan perawatan paliatif
3. Mengetahui prinsip-prinsip perawatan paliatif
4. Mengetahui
komunikasi terapeutik pada pasien paliatif care
5. Mengetahui Komunikasi pada pasien tidar sadar
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Paliatif Care
Perawatan paliatif berasal dari kata palliate
(bahasa inggris) berarti meringankan, dan “Palliare” (bahsa latin yang berarti
“menyelubungi”-penj), merupakan jenis pelayanan kesehatan yang berfokus untuk
meringankan gejala klien, bukan berarti kesembuhan.
Perawatan paliatif care adalah penedekatan yang
bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi
masalah berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, mealaui
pencegahan dan membantu meringankan penderitaan, identifikasi dini dan
penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah lain baik fisik,
psikososial dan spiritual (WHO 2011).
Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif guna
meringankan beban penderita kanker terutama yang tidak mungkin desembuhkan
tetapi juga pada penderita yang mempunyai harapan untuk sembuh bersama-sama
dengan tindakan kuratif (Menghilangkan nyeri dan keluhan lain serta perbaikan
dalam bidang psikologis, sosial dan spiritual).
B. Tujuan Perawatan paliatif
Tujuan dari perawatan palliative adalah untuk
mengurangi penderitaan pasien,memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas
hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya
pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara
psikologis dan spiritual, tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.
Perawatan paliatif meliputi :
1. Menyediakan bantuan dari rasa sakit dan gejala
menyedihkan lainnya
2. Menegaskan hidup dan memepercepat atau menunda
kematian.
3. Mengntegrasikan aspek-aspek psikologis dan
spiritual perawatan pasien
4. Tidak mempercepat atau memperlambat kematian
5. Meredakan nyeri dan gejala fisik lain yang
mengganggu
6. Menawarkan sistem pendukung untuk membantu
keluarga menghadapi
penyakit pasien dan kehilangan mereka.
C. Prinsip Perawatan Paliatif Care
Menghormati atau menghargai martabat dan harga diri
dari pasien dan keluarga pasien, Dukungan untuk caregiver, Palliateve care
merupakan accses yang competent dan compassionet, Mengembangkan professional
dan social support untuk pediatric palliative care, Melanjutkan serta
mengembangkan pediatrik palliative care melalui penelitian dan pendidikan
(Ferrell, & Coyle, 2007: 52).
Perawatan paliatif berpijak pada pola dasar berikut
ini :
1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian
sebagai proses yang
normal
2. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang
menganggu.
4. Menjaga keseimbangan psikologis, sosial dan
spiritual.
5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir
hayatnya
6. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada
keluarga.
7. Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi
kebutuhan pasien dan
keluarganya
8. Menghindari tindakan yang sia-sia
D. Komunikasi terapeutik pada pasien
paliatif care
Komunikasi
adalah pertukaran informasi, ide, pikiran, dan perasaan diantara dua atau lebih
individu.
Komunikasi
teurapetik adalah komuninkasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto, 1994).
Komunikasi teurapetik mengarah pada bentuk
komunikasi interpersonal. Suatu bentuk pelayanan kesehatan pada masyarakat yang
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio – psiko –
sosial – kultural -spriritual yang di dasarkann pada pencapaian kebutuhan dasar
manusia.
Komunikasi teurapetik tidak hanya diterapkan pada
pasien sadar saja, namun pada pasien tidak sadar juga harus diterapkan
komunikasi teurapetik tersebut, karena organ pendengaran pasien masi dapat
menerima ransangan walaupun pasien dalam keadaan tidak sadar.
Tujuan dari komunikasi teurapeutik pada pasien
paliative care sendiri untuk membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban
perasaan dan pikiran pasien; membantu mengambil tindakan yang efektif untuk
pasien; membantu memengaruhi seseorang, lingkungan fisik dan diri sendiri
(Ester, 2003).
E. Fase - Fase Kehilangan / Menjelang ajal
Tiap fase yang di alami oleh psien kritis dan
terminal mempunyai karakteristik yang berbeda. Sehingga perawat juga memberikan
respon yang berbeda pula. Dalam berkomonikasi perwat juga harus memperhatikan
pasien tersebut berada di fase mana, sehingga mudah bagi perawat dalam
menyesuaikan fase kehilangan yang di alami pasien.
1) Fase Denial ( pengingkaran )
Reaksi pertama individu ketika mengalami kehilangan
adalah syok. Tidak percaya atau menolak kenyataan bahwa kehlangn itu terjadi
dengan mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi “. Bagi
individu atau keluarga yang mengalami penyakit kronis, akan terus menerus
mencari informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengikraran
adalah letih,lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung
cepat, menangis, gelisah dan tidak tau harus berbuat apa. Reaksi tersebut di
atas cepat berakhir dlam waktu beberapa menit sampai beberapa tahun.
2) Fase anger ( marah )
Fase ini di mulai dari timbulnya kesadaran akan
kenyataan yang terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang
meningkat yang sering di proyeksikan kepada orang yang ada di sekitarnya, orang
–orang tertentu atau di tunjukkan pada dirinya sendiri. Tidak jarang dia
menunjukkan prilaku agresif, bicara kasar, menolak pengobatan, dan menuduh
perawat ataupun dokter tidak becus. Respon fisik yang sering terjadi pada fase
ini antara lain, muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan
menggepai.
3) Fase bargening ( tawar menawar )
Apabila individu sudah mampu mengungkapkan rasa
marahnya secara intensif, makaia akan maju pada fase tawar menawar dengan
memohon kemurahan tuhan. Respon ini sering di nyataka dengan kata kata “ kalau
saja kejadian ini bisa di tunda, maka saya akan selalu berdoa “ . apabila
proses berduka ini di alami keluarga, maka pernyataan seperti ini sering di
jumpai “ kalau saja yang sakit bukan anak saya
4) Fase depression (Depresi)
Individu fase ini sering menunjukkan sikap antara
lain menarik diri, tidak mau berbicara, kadang kadang bersikap sebagai pasien
yang sangat baik dan menurut atau dengan ungkapAn yang menyatakan keputus
asaan, perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering di perlihatkan adalah
menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libugo menurun
5) Fase acceptance ( penerimaan )
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan
kehilangan. Fase menerima ini biasanya di nyatakan dengan kata kata ini “ apa
yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh?” Apabila individu dapat memulai
fase fase tersebut dan masuk pada fase damai atau penerimaan, maka dia akan
dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan kehilnagannya secara
tuntas. Tapi apabila individu tetep berada pada salah satu fase dan tidak
sampai pada fase penerimaan. Jika mengalami kehilangan lagi sulit baginya masuk
pada fase penerimaan.
F. Teknik Komunikasi Teurapetik Pada Fase Kehilangan Pasien
paliatif care
1. Teknik komunikasi fase denial :
a. Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping
yang konstruktif dalam menghadapi kehilangan dan kematian
b. Selalu berada didekat klien
c. pertahankan kontak mata
2. Teknik komunikasi fase anger
a. Memberikan kesempatan pada pasien untuk
mengekspresikan perasaannya, hearing dan menggunakan teknik respek
3. Teknik Komunikasi fase bergening
a. Memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar
dan menanyakan kepada pasien apa yang diinginkan
4. Teknik komunikasi fase depression
a. Biarkan klien dan keluarga mengekspreksikan
kesedihannya dan jangan coba untuk menenangkan klien
5. Teknik
komunikasi fase acceptance
a. Meluangkan waktu untuk klien dan sediakan waktu
untuk mendiskusikan perasaan keluarga terhadap kematian pasien
G. Komunikasi pada pasien yang tidak sadar
Komunikasi dengan pasien tidak sadar merupakan suatu
komunikasi dengan menggunakan teknik komunikasi khusus/teurapetik dikarenakan
fungsi sensorik dan motorik pasien mengalami penurunan sehingga seringkali
stimulus dari luar tidak dapat diterima klien dan klien tidak dapat merespons
kembali stimulus tersebut.
Pasien yang tidak sadar atau yang sering kita sebut
dengan koma, dengan gangguan kesadaran merupakan suatu proses kerusakan fungsi
otak yang berat dan dapat membahayakan kehidupan. Pada proses ini susunan saraf
pusat terganggu fungsi utamanya mempertahankan kesadaran. Gangguan kesadaran
ini dapat disebabkan oleh beragam penyebab, yaitu baik primer intrakranial
ataupun ekstrakranial, yang mengakibatkan kerusakan struktural atau metabolik
di tingkat korteks serebri, batang otak keduanya.
Ada karakteristik komunikasi yang berbeda pada klien
tidak sadar ini, kita tidak menemukan feed back (umpan balik), salah satu
elemen komunikasi. Ini dikarenakan klien tidak dapat merespon kembali apa yang
telah kita komunikasikan sebab pasien sendiri tidak sadar. Nyatanya dilapangan
atau di banyak rumah sakit pasien yang tidak sadar ini atau pasien koma di
ruangan-ruangan tertentu seperti Intensif Care Unit (ICU), Intensif Cardio Care
Unit (ICCU) dan lain sebagainya, sering mengabaikan komunikasi terapeutik
dengan pasien ketika mau melakukan sesuatu tindakan atau bahkan suatu
intervensi.
Hal ini yang menjadi banyak perdebatan sebagaian
kalangan ada yang berpendapat dia adalah pasien tidak sadar mengapa kita harus
berbicara, sedangkan sebagian lagi berpendapat walau dia tidak sadar dia juga
masih memiliki rasa atau masih mengatahui apa yang kita perbuat, maka kita
harus berkomunikasi walau sebagian orang beranggapan janggal. Maka dari itu
kita sebagai perawat diajarkan komunikasi terapeutik untuk menghargai perasaan
pasien serta berperilaku baik terhadap pasien sekalipun dia berada dalam keadaan
yang tidak sadar atau sedang koma.
1. Fungsi Komunikasi Dengan Pasien Tidak Sadar
Menurut Pastakyu (2010), Komunikasi dengan klien
dalam proses keperawatan memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a. Mengendalikan Perilaku
Pada klien yang tidak sadar, karakteristik pasien
ini adalah tidak memiliki respon dan klien tidak ada prilaku, jadi komunikasi
dengan pasien ini tidak berfungsi sebagai pengendali prilaku. Secara tepatnya
pasien hanya memiliki satu prilaku yaitu pasien hanya berbaring, imobilitas dan
tidak melakukan suatu gerakan yang berarti. Walaupun dengan berbaring ini
pasien tetap memiliki prilaku negatif yaitu tidak bisa mandiri.
b. Perkembangan Motivasi
Pasien tidak sadar terganggu pada fungsi utama
mempertahankan kesadaran, tetapi klien masih dapat merasakan rangsangan pada
pendengarannya. Perawat dapat menggunakan kesempatan ini untuk berkomunikasi
yang berfungsi untuk pengembangan motivasi pada klien. Motivasi adalah
pendorong pada setiap klien, kekuatan dari diri klien untuk menjadi lebih maju dari
keadaan yang sedang ia alami. Fungsi ini akan terlihat pada akhir, karena
kemajuan pasien tidak lepas dari motivasi kita sebagai perawat, perawat yang
selalu ada di dekatnya selama 24 jam. Mengkomunikasikan motivasi tidak lain
halnya dengan pasien yang sadar, karena klien masih dapat mendengar apa yang
dikatakan oleh perawat.
c. Pengungkapan Emosional
Pada pasien tidak sadar, pengungkapan emosional
klien tidak ada, sebaliknya perawat dapat melakukannya terhadap klien. Perawat
dapat berinteraksi dengan klien. Perawat dapat mengungkapan kegembiraan,
kepuasan terhadap peningkatan yang terjadi dan semua hal positif yang dapat
perawat katakan pada klien. Pada setiap fase kita dituntut untuk tidak bersikap
negatif terhadap klien, karena itu akan berpengaruh secara tidak
langsung/langsung terhadap klien. Sebaliknya perawat tidak akan mendapatkan
pengungkapan positif maupun negatif dari klien. Perawat juga tidak boleh
mengungkapkan kekecewaan atau kesan negatif terhadap klien. Pasien ini
berkarakteristik tidak sadar, perawat tidak dapat menyimpulkan situasi yang
sedang terjadi, apa yang dirasakan pada klien pada saat itu. Kita dapat
menyimpulkan apa yang dirasakan klien terhadap apa yang selama ini kita
komunikasikan pada klien bila klien telah sadar kembali dan mengingat memori
tentang apa yang telah kita lakukan terhadapnya.
d.
Informasi
Fungsi ini sangat lekat dengan asuhan keperawatan
pada proses keperawatan yang akan kita lakukan. Setiap prosedur tindakan
keperawatan harus dikomunikasikan untuk menginformasikan pada klien karena itu
merupakan hak klien. Klien memiliki hak penuh untuk menerima dan menolak
terhadap tindakan yang akan kita berikan. Pada pasien tidak sadar ini, kita
dapat meminta persetujuan terhadap keluarga, dan selanjutnya pada klien sendiri.
Pasien berhak mengetahui apa saja yang akan perawat lakukan pada klien. Perawat
dapat memberitahu maksud tujuan dari tindakan tersebut, dan apa yang akan
terjadi jika kita tidak melakukan tindakan tersebut kepadanya.
Hampir dari semua interaksi komunikasi dalam proses
keperawatan menjalankan satu atau lebih dari ke empat fungsi di atas. Dengan
kata lain, tujuan perawat berkomunikasi dengan klien yaitu untuk menjalankan
fungsi tersebut. Dengan pasien tidak sadar sekalipun, komunikasi penting
adanya. Walau, fungsi yang dijalankan hanya salah satu dari fungsi di atas.
Untuk dipertegas, walau seorang pasien tidak sadar sekali pun, ia merupakan
seorang pasien yang memiliki hak-hak sebagai pasien yang harus tetap kita
penuhi.
Perawat itu adalah manusia pilihan Tuhan, yang telah
terpilih untuk membantu sesama, memiliki rasa bahwa kita sesama saudara yang
harus saling membantu. Perawat akan membantu siapapun walaupun ia seorang yang
tidak sadar sekalipun. Dengan tetap memperhatikan hak-haknya sebagai klien.
Komunikasi yang dilakukan perawat bertujuan untuk
membentuk hubungan saling percaya, empati, perhatian, autonomi dan
mutualitas.Pada komunikasi dengan pasien tidak sadar kita tetap melakukan
komunikasi untuk meningkatkan dimensi ini sebagai hubungan membantu dalam
komunikasi terapeutik.
2. Cara Berkomunikasi Dengan Pasien Tak Sadar
Menurut Pastakyu (2010), Cara berkomunikasi dengan
klien dalam proses keperawatan adalah berkomunikasi terapeutik. Pada klien
tidak sadar perawat juga menggunakan komunikasi terapeutik. Komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Dalam berkomunikasi kita dapat
menggunakan teknik-teknik terapeutik, walaupun pada pasien tidak sadar ini kita
tidak menggunakan keseluruhan teknik. Teknik terapeutik, perawat tetap dapat
terapkan.
Adapun
teknik yang dapat terapkan, meliputi:
a. Menjelaskan
Dalam berkomunikasi perawat dapat menjelaskan apa
yang akan perawat lakukan terhadap klien. Penjelasan itu dapat berupa
intervensi yang akan dilakukan kepada klien. Dengan menjelaskan pesan secara
spesifik, kemungkinan untuk dipahami menjadi lebih besar oleh klien.
b. Memfokuskan
Memfokuskan berarti memusatkan informasi pada elemen
atau konsep kunci dari pesan yang dikirimkan. Perawat memfokuskan informasi
yang akan diberikan pada klien untuk menghilangkan ketidakjelasan dalam
komunikasi.
c. Memberikan Informasi
Fungsi berkomunikasi dengan klien salah satunya
adalah memberikan informasi. Dalam interaksi berkomunikasi dengan klien,
perawat dapat memberi informasi kepada klien. Informasi itu dapat berupa
intervensi yang akan dilakukan maupun kemajuan dari status kesehatannya, karena
dengan keterbukaan yang dilakukan oleh perawat dapat menumbuhkan kepercayaan
klien dan pendorongnya untuk menjadi lebih baik.
d. Mempertahankan ketenangan
Mempertahankan ketengan pada pasien tidak sadar,
perawat dapat
menujukkan dengan kesabaran dalam merawat klien.
Ketenagan yang perawat berikan dapat membantu atau mendorong klien menjadi lebih
baik. Ketenagan perawat dapat ditunjukan kepada klien yang tidak sadar dengan
komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal dapat berupa sentuhan yang hangat.
Sentuhan adalah transmisi pesan tanpa kata-kata, merupakan salah satu cara yang
terkuat bagi seseorang untuk mengirimkan pasan kepada orang lain. Sentuhan
adalah bagian yang penting dari hubungan antara perawat dan klien.
Pada dasarnya komunikasi yang akan dilakukan pada
pasien tidak sadar adalah komunikasi satu arah. Komunikasi yang hanya dilakukan
oleh salah seorang sebagai pengirim dan diterima oleh penerima dengan adanya
saluran untuk komunikasi serta tanpa feed back pada penerima yang dikarenakan
karakteristik dari penerima sendiri, yaitu pada point ini pasien tidak sadar.
Untuk komunikasi yang efektif dengan kasus seperti ini, keefektifan komunikasi
lebih diutamakan kepada perawat sendiri, karena perawat lah yang melakukan
komunikasi satu arah tersebut.
3. Prinsip-Prinsip Berkomunikasi Dengan Pasien Yang
Tidak Sadar
Menurut Pastakyu (2010), Pada saat berkomunikasi
dengan klien yangtidak sadar, hal-hal berikut perlu diperhatikan, yaitu:
a. Berhati-hati melakukan pembicaraan verbal di
dekat klien, karena ada
keyakinan bahwa organ pendengaran merupakan organ
terkhir yang mengalami penurunan penerimaan, rangsangan pada klien yang tidak
sadar. Klien yang tidak sadar seringkali dapat mendengar suara dari lingkungan
walaupun klien tidak mampu meresponnya sama sekali.
b. Ambil asumsi bahwa klien dapat mendengar
pembicaraan perawat.
Usahakan mengucapkan kata dan menggunakan nada
normal dan memperhatikan materi ucapan yang perawat sampaikan dekat klien.
c. Ucapkan kata-kata sebelum menyentuh klien.
Sentuhan diyakini dapat menjadi salah satu bentuk
komunikasi yang sangat efektif pada klien dengan penurunan kesadaran. Upayakan
mempertahankan lingkungan setenang mungkin untuk membantu klien fokus terhadap
komunikasi yang perawat lakukan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perawatan paliatif care adalah penedekatan yang
bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi
masalah berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, mealaui
pencegahan dan membantu meringankan penderitaan, identifikasi dini dan
penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah lain baik fisik,
psikososial dan spiritual.
Hubungan perawat dengan klien yang terapeutik adalah
pengalaman belajar bersama dan pengalaman perbaikan emosi klien. Dalam hal ini
perawat memakai dirinya secara terapeutik dengan menggunakan berbagai teknik
komunikasi agar perilaku klien berubah kea rah yang positif secara optimal.
Agar perawat dapat berperan efektif dan terapeutik, ia harus menganalisa
dirinya dari kesadaran diri, klarifikasi nilai, perasaan dan mampu menjadi
model yang bertanggungjawab. Seluruh perilaku dan pesan yang disampaikan
perawat (verbal atau non verbal) hendaknya bertujuan terapeutik untuk klien.
B. Saran
Diharapkan bagi pembaca dapat menyerap manfaat dari
makalah ini dan dapat mengembangkan kembali makalah ini jauh lebih baik dari
yang sekarang sehingga bisa menjadi manfaat bagi banyak orang. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
WHO | WHO Definition of Palliative Care. (2017); Available from:
http://www.who.int/cancer/palliative/definition/en/
No comments:
Post a Comment