Monday, 27 December 2021

MAKALAH KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN PALIATIF CARE

 

DAFTAR ISI

 

BAB I PENDAHALUAN..................................................................................... 1

A. Latar belakang..................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................................................... 2

C. Tujuan Umum...................................................................................................... 2

D. Tujuan Khusus.................................................................................................... 2

 

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3

A. Pengertian Paliatif Care...................................................................................... 3

B. Tujuan Perawatan paliatif.................................................................................... 3

C. Prinsip Perawatan Paliatif Care........................................................................... 4

D. Komunikasi terapeutik pada pasien paliatif care................................................. 4

E. Fase - Fase Kehilangan / Menjelang ajal.............................................................. 5

F. Teknik Komunikasi Teurapetik Pada Fase Kehilangan Pasien paliatif care........ 6

G. Komunikasi pada pasien yang tidak sadar.......................................................... 7

 

BAB III PENUTUP............................................................................................. 12

A. Kesimpulan....................................................................................................... 12

B. Saran.................................................................................................................. 12

 

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 13

 

 



BAB I

PENDAHALUAN

 

A. Latar belakang

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan  RI  Nomor : 812/Menkes/SK/VII/2007 tantangan yang kita hadapi pada hari-hari kemudian nyata sangat besar. Meningkatnya jumlah pasien dengan penyakit yang belum dapat  disembuhkan baik pada dewasa dan anak seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif penyakit paru obstruktif kronis, cystic fibrosis,stroke, Parkinson, gagal jantung/heart failure, penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti HIV/ AIDS yang memerlukan perawatan paliatif, disamping kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Namun saat ini, pelayanan kesehatan di Indonesia belum menyentuh kebutuhan pasien dengan penyakit yang sulit disembuhkan tersebut, terutama pada stadium lanjut dimana prioritas pelayanan tidak hanya pada penyembuhan tetapi juga perawatan agar mencapai kualitas hidup yang terbaik bagi pasien dan keluarganya.

Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan/ pengobatan gejala fisik,, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukandengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif. (Doyle & Macdonald, 2003: 5)

Masyarakat menganggap perawatan paliatif hanya untuk pasien dalam kondisi terminal yang akan segera meninggal. Namun konsep baru perawatan paliatif menekankan pentingnya integrasi perawatan paliatif lebih dini agar masalah fisik, psikososial dan spiritual dapat diatasi dengan baik. Perawatan paliatif adalah pelayanan kesehatan yang bersifat holistik dan terintegrasi dengan melibatkan berbagai profesi dengan dasar falsafah bahwa setiap pasien berhak mendapatkan perawatan terbaik sampai akhir hayatnya. (Doyle & Macdonald, 2003: 5)

                                                                                                            

 

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu pengertian Perawatan paliatif (paliatif care)

2. Apa tujuan perawatan paliatif

3. Apa saja prinsip perawatan paliatif

4. Bagaimana Komunikasi terapeutik pada pasien paliatif care

5. Bagaimana Komunikasi pada pasien Tidak sadar

 

C. Tujuan Umum

Pembaca mengetahui lebih dalam mengenai perawatan paliatif terutama dari komunikasi, karena komunikasi dalam keperawatan secara umum akan berbeda dengan komunikasi pada pasien paliatif.

 

D. Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengertian perawatan paliatif (paliatif care)

2. Mengetahui tujuan perawatan paliatif

3. Mengetahui prinsip-prinsip perawatan paliatif

4. Mengetahui  komunikasi terapeutik pada pasien paliatif care

5. Mengetahui Komunikasi pada pasien tidar sadar

 

 


 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A. Pengertian Paliatif Care

Perawatan paliatif berasal dari kata palliate (bahasa inggris) berarti meringankan, dan “Palliare” (bahsa latin yang berarti “menyelubungi”-penj), merupakan jenis pelayanan kesehatan yang berfokus untuk meringankan gejala klien, bukan berarti kesembuhan.

Perawatan paliatif care adalah penedekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, mealaui pencegahan dan membantu meringankan penderitaan, identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah lain baik fisik, psikososial dan spiritual (WHO 2011).

Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif guna meringankan beban penderita kanker terutama yang tidak mungkin desembuhkan tetapi juga pada penderita yang mempunyai harapan untuk sembuh bersama-sama dengan tindakan kuratif (Menghilangkan nyeri dan keluhan lain serta perbaikan dalam bidang psikologis, sosial dan spiritual).

 

B. Tujuan Perawatan paliatif

Tujuan dari perawatan palliative adalah untuk mengurangi penderitaan pasien,memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.

Perawatan paliatif meliputi :

1. Menyediakan bantuan dari rasa sakit dan gejala menyedihkan lainnya

2. Menegaskan hidup dan memepercepat atau menunda kematian.

3. Mengntegrasikan aspek-aspek psikologis dan spiritual perawatan pasien

4. Tidak mempercepat atau memperlambat kematian

5. Meredakan nyeri dan gejala fisik lain yang mengganggu

6. Menawarkan sistem pendukung untuk membantu keluarga menghadapi

penyakit pasien dan kehilangan mereka.

 

C. Prinsip Perawatan Paliatif Care

Menghormati atau menghargai martabat dan harga diri dari pasien dan keluarga pasien, Dukungan untuk caregiver, Palliateve care merupakan accses yang competent dan compassionet, Mengembangkan professional dan social support untuk pediatric palliative care, Melanjutkan serta mengembangkan pediatrik palliative care melalui penelitian dan pendidikan (Ferrell, & Coyle, 2007: 52).

Perawatan paliatif berpijak pada pola dasar berikut ini :

1. Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang

normal

2. Tidak mempercepat atau menunda kematian.

3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.

4. Menjaga keseimbangan psikologis, sosial dan spiritual.

5. Berusaha agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya

6. Berusaha membantu mengatasi suasana dukacita pada keluarga.

7. Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan

keluarganya

8. Menghindari tindakan yang sia-sia

 

D. Komunikasi terapeutik pada pasien paliatif care

            Komunikasi adalah pertukaran informasi, ide, pikiran, dan perasaan diantara dua atau lebih individu.

            Komunikasi teurapetik adalah komuninkasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Purwanto, 1994).

Komunikasi teurapetik mengarah pada bentuk komunikasi interpersonal. Suatu bentuk pelayanan kesehatan pada masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan bio – psiko – sosial – kultural -spriritual yang di dasarkann pada pencapaian kebutuhan dasar manusia.

Komunikasi teurapetik tidak hanya diterapkan pada pasien sadar saja, namun pada pasien tidak sadar juga harus diterapkan komunikasi teurapetik tersebut, karena organ pendengaran pasien masi dapat menerima ransangan walaupun pasien dalam keadaan tidak sadar.

Tujuan dari komunikasi teurapeutik pada pasien paliative care sendiri untuk membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran pasien; membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien; membantu memengaruhi seseorang, lingkungan fisik dan diri sendiri (Ester, 2003).

 

E. Fase - Fase Kehilangan / Menjelang ajal

Tiap fase yang di alami oleh psien kritis dan terminal mempunyai karakteristik yang berbeda. Sehingga perawat juga memberikan respon yang berbeda pula. Dalam berkomonikasi perwat juga harus memperhatikan pasien tersebut berada di fase mana, sehingga mudah bagi perawat dalam menyesuaikan fase kehilangan yang di alami pasien.

1) Fase Denial ( pengingkaran )

Reaksi pertama individu ketika mengalami kehilangan adalah syok. Tidak percaya atau menolak kenyataan bahwa kehlangn itu terjadi dengan mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya bahwa itu terjadi “. Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit kronis, akan terus menerus mencari informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada fase pengikraran adalah letih,lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah dan tidak tau harus berbuat apa. Reaksi tersebut di atas cepat berakhir dlam waktu beberapa menit sampai beberapa tahun.

2) Fase anger ( marah )

Fase ini di mulai dari timbulnya kesadaran akan kenyataan yang terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan perasaan yang meningkat yang sering di proyeksikan kepada orang yang ada di sekitarnya, orang –orang tertentu atau di tunjukkan pada dirinya sendiri. Tidak jarang dia menunjukkan prilaku agresif, bicara kasar, menolak pengobatan, dan menuduh perawat ataupun dokter tidak becus. Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan menggepai.

3) Fase bargening ( tawar menawar )

Apabila individu sudah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, makaia akan maju pada fase tawar menawar dengan memohon kemurahan tuhan. Respon ini sering di nyataka dengan kata kata “ kalau saja kejadian ini bisa di tunda, maka saya akan selalu berdoa “ . apabila proses berduka ini di alami keluarga, maka pernyataan seperti ini sering di jumpai “ kalau saja yang sakit bukan anak saya

4) Fase depression (Depresi)

Individu fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak mau berbicara, kadang kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan menurut atau dengan ungkapAn yang menyatakan keputus asaan, perasaan tidak berharga. Gejala fisik yang sering di perlihatkan adalah menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libugo menurun

5) Fase acceptance ( penerimaan )

Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Fase menerima ini biasanya di nyatakan dengan kata kata ini “ apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh?” Apabila individu dapat memulai fase fase tersebut dan masuk pada fase damai atau penerimaan, maka dia akan dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan kehilnagannya secara tuntas. Tapi apabila individu tetep berada pada salah satu fase dan tidak sampai pada fase penerimaan. Jika mengalami kehilangan lagi sulit baginya masuk pada fase penerimaan.

 

F. Teknik Komunikasi Teurapetik Pada Fase Kehilangan Pasien paliatif care

1. Teknik komunikasi fase denial :

a. Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang konstruktif dalam menghadapi kehilangan dan kematian

b. Selalu berada didekat klien

c. pertahankan kontak mata

2. Teknik komunikasi fase anger

a. Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaannya, hearing dan menggunakan teknik respek

3. Teknik Komunikasi fase bergening

a. Memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar dan menanyakan kepada pasien apa yang diinginkan

4. Teknik komunikasi fase depression

a. Biarkan klien dan keluarga mengekspreksikan kesedihannya dan jangan coba untuk menenangkan klien

5.  Teknik komunikasi fase acceptance

a. Meluangkan waktu untuk klien dan sediakan waktu untuk mendiskusikan perasaan keluarga terhadap kematian pasien

 

G. Komunikasi pada pasien yang tidak sadar

Komunikasi dengan pasien tidak sadar merupakan suatu komunikasi dengan menggunakan teknik komunikasi khusus/teurapetik dikarenakan fungsi sensorik dan motorik pasien mengalami penurunan sehingga seringkali stimulus dari luar tidak dapat diterima klien dan klien tidak dapat merespons kembali stimulus tersebut.

Pasien yang tidak sadar atau yang sering kita sebut dengan koma, dengan gangguan kesadaran merupakan suatu proses kerusakan fungsi otak yang berat dan dapat membahayakan kehidupan. Pada proses ini susunan saraf pusat terganggu fungsi utamanya mempertahankan kesadaran. Gangguan kesadaran ini dapat disebabkan oleh beragam penyebab, yaitu baik primer intrakranial ataupun ekstrakranial, yang mengakibatkan kerusakan struktural atau metabolik di tingkat korteks serebri, batang otak keduanya.

Ada karakteristik komunikasi yang berbeda pada klien tidak sadar ini, kita tidak menemukan feed back (umpan balik), salah satu elemen komunikasi. Ini dikarenakan klien tidak dapat merespon kembali apa yang telah kita komunikasikan sebab pasien sendiri tidak sadar. Nyatanya dilapangan atau di banyak rumah sakit pasien yang tidak sadar ini atau pasien koma di ruangan-ruangan tertentu seperti Intensif Care Unit (ICU), Intensif Cardio Care Unit (ICCU) dan lain sebagainya, sering mengabaikan komunikasi terapeutik dengan pasien ketika mau melakukan sesuatu tindakan atau bahkan suatu intervensi.

Hal ini yang menjadi banyak perdebatan sebagaian kalangan ada yang berpendapat dia adalah pasien tidak sadar mengapa kita harus berbicara, sedangkan sebagian lagi berpendapat walau dia tidak sadar dia juga masih memiliki rasa atau masih mengatahui apa yang kita perbuat, maka kita harus berkomunikasi walau sebagian orang beranggapan janggal. Maka dari itu kita sebagai perawat diajarkan komunikasi terapeutik untuk menghargai perasaan pasien serta berperilaku baik terhadap pasien sekalipun dia berada dalam keadaan yang tidak sadar atau sedang koma.

 

1. Fungsi Komunikasi Dengan Pasien Tidak Sadar

Menurut Pastakyu (2010), Komunikasi dengan klien dalam proses keperawatan memiliki beberapa fungsi, yaitu:

 

a. Mengendalikan Perilaku

Pada klien yang tidak sadar, karakteristik pasien ini adalah tidak memiliki respon dan klien tidak ada prilaku, jadi komunikasi dengan pasien ini tidak berfungsi sebagai pengendali prilaku. Secara tepatnya pasien hanya memiliki satu prilaku yaitu pasien hanya berbaring, imobilitas dan tidak melakukan suatu gerakan yang berarti. Walaupun dengan berbaring ini pasien tetap memiliki prilaku negatif yaitu tidak bisa mandiri.

b. Perkembangan Motivasi

Pasien tidak sadar terganggu pada fungsi utama mempertahankan kesadaran, tetapi klien masih dapat merasakan rangsangan pada pendengarannya. Perawat dapat menggunakan kesempatan ini untuk berkomunikasi yang berfungsi untuk pengembangan motivasi pada klien. Motivasi adalah pendorong pada setiap klien, kekuatan dari diri klien untuk menjadi lebih maju dari keadaan yang sedang ia alami. Fungsi ini akan terlihat pada akhir, karena kemajuan pasien tidak lepas dari motivasi kita sebagai perawat, perawat yang selalu ada di dekatnya selama 24 jam. Mengkomunikasikan motivasi tidak lain halnya dengan pasien yang sadar, karena klien masih dapat mendengar apa yang dikatakan oleh perawat.

c. Pengungkapan Emosional

Pada pasien tidak sadar, pengungkapan emosional klien tidak ada, sebaliknya perawat dapat melakukannya terhadap klien. Perawat dapat berinteraksi dengan klien. Perawat dapat mengungkapan kegembiraan, kepuasan terhadap peningkatan yang terjadi dan semua hal positif yang dapat perawat katakan pada klien. Pada setiap fase kita dituntut untuk tidak bersikap negatif terhadap klien, karena itu akan berpengaruh secara tidak langsung/langsung terhadap klien. Sebaliknya perawat tidak akan mendapatkan pengungkapan positif maupun negatif dari klien. Perawat juga tidak boleh mengungkapkan kekecewaan atau kesan negatif terhadap klien. Pasien ini berkarakteristik tidak sadar, perawat tidak dapat menyimpulkan situasi yang sedang terjadi, apa yang dirasakan pada klien pada saat itu. Kita dapat menyimpulkan apa yang dirasakan klien terhadap apa yang selama ini kita komunikasikan pada klien bila klien telah sadar kembali dan mengingat memori tentang apa yang telah kita lakukan terhadapnya.

     d. Informasi

Fungsi ini sangat lekat dengan asuhan keperawatan pada proses keperawatan yang akan kita lakukan. Setiap prosedur tindakan keperawatan harus dikomunikasikan untuk menginformasikan pada klien karena itu merupakan hak klien. Klien memiliki hak penuh untuk menerima dan menolak terhadap tindakan yang akan kita berikan. Pada pasien tidak sadar ini, kita dapat meminta persetujuan terhadap keluarga, dan selanjutnya pada klien sendiri. Pasien berhak mengetahui apa saja yang akan perawat lakukan pada klien. Perawat dapat memberitahu maksud tujuan dari tindakan tersebut, dan apa yang akan terjadi jika kita tidak melakukan tindakan tersebut kepadanya.

Hampir dari semua interaksi komunikasi dalam proses keperawatan menjalankan satu atau lebih dari ke empat fungsi di atas. Dengan kata lain, tujuan perawat berkomunikasi dengan klien yaitu untuk menjalankan fungsi tersebut. Dengan pasien tidak sadar sekalipun, komunikasi penting adanya. Walau, fungsi yang dijalankan hanya salah satu dari fungsi di atas. Untuk dipertegas, walau seorang pasien tidak sadar sekali pun, ia merupakan seorang pasien yang memiliki hak-hak sebagai pasien yang harus tetap kita penuhi.

Perawat itu adalah manusia pilihan Tuhan, yang telah terpilih untuk membantu sesama, memiliki rasa bahwa kita sesama saudara yang harus saling membantu. Perawat akan membantu siapapun walaupun ia seorang yang tidak sadar sekalipun. Dengan tetap memperhatikan hak-haknya sebagai klien.

Komunikasi yang dilakukan perawat bertujuan untuk membentuk hubungan saling percaya, empati, perhatian, autonomi dan mutualitas.Pada komunikasi dengan pasien tidak sadar kita tetap melakukan komunikasi untuk meningkatkan dimensi ini sebagai hubungan membantu dalam komunikasi terapeutik.

 

2. Cara Berkomunikasi Dengan Pasien Tak Sadar

Menurut Pastakyu (2010), Cara berkomunikasi dengan klien dalam proses keperawatan adalah berkomunikasi terapeutik. Pada klien tidak sadar perawat juga menggunakan komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Dalam berkomunikasi kita dapat menggunakan teknik-teknik terapeutik, walaupun pada pasien tidak sadar ini kita tidak menggunakan keseluruhan teknik. Teknik terapeutik, perawat tetap dapat terapkan.

     Adapun teknik yang dapat terapkan, meliputi:

a. Menjelaskan

Dalam berkomunikasi perawat dapat menjelaskan apa yang akan perawat lakukan terhadap klien. Penjelasan itu dapat berupa intervensi yang akan dilakukan kepada klien. Dengan menjelaskan pesan secara spesifik, kemungkinan untuk dipahami menjadi lebih besar oleh klien.

b. Memfokuskan

Memfokuskan berarti memusatkan informasi pada elemen atau konsep kunci dari pesan yang dikirimkan. Perawat memfokuskan informasi yang akan diberikan pada klien untuk menghilangkan ketidakjelasan dalam komunikasi.

c. Memberikan Informasi

Fungsi berkomunikasi dengan klien salah satunya adalah memberikan informasi. Dalam interaksi berkomunikasi dengan klien, perawat dapat memberi informasi kepada klien. Informasi itu dapat berupa intervensi yang akan dilakukan maupun kemajuan dari status kesehatannya, karena dengan keterbukaan yang dilakukan oleh perawat dapat menumbuhkan kepercayaan klien dan pendorongnya untuk menjadi lebih baik.

d. Mempertahankan ketenangan

Mempertahankan ketengan pada pasien tidak sadar, perawat dapat

menujukkan dengan kesabaran dalam merawat klien. Ketenagan yang perawat berikan dapat membantu atau mendorong klien menjadi lebih baik. Ketenagan perawat dapat ditunjukan kepada klien yang tidak sadar dengan komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal dapat berupa sentuhan yang hangat. Sentuhan adalah transmisi pesan tanpa kata-kata, merupakan salah satu cara yang terkuat bagi seseorang untuk mengirimkan pasan kepada orang lain. Sentuhan adalah bagian yang penting dari hubungan antara perawat dan klien.

Pada dasarnya komunikasi yang akan dilakukan pada pasien tidak sadar adalah komunikasi satu arah. Komunikasi yang hanya dilakukan oleh salah seorang sebagai pengirim dan diterima oleh penerima dengan adanya saluran untuk komunikasi serta tanpa feed back pada penerima yang dikarenakan karakteristik dari penerima sendiri, yaitu pada point ini pasien tidak sadar. Untuk komunikasi yang efektif dengan kasus seperti ini, keefektifan komunikasi lebih diutamakan kepada perawat sendiri, karena perawat lah yang melakukan komunikasi satu arah tersebut.

 

3. Prinsip-Prinsip Berkomunikasi Dengan Pasien Yang Tidak Sadar

Menurut Pastakyu (2010), Pada saat berkomunikasi dengan klien yangtidak sadar, hal-hal berikut perlu diperhatikan, yaitu:

a. Berhati-hati melakukan pembicaraan verbal di dekat klien, karena ada

keyakinan bahwa organ pendengaran merupakan organ terkhir yang mengalami penurunan penerimaan, rangsangan pada klien yang tidak sadar. Klien yang tidak sadar seringkali dapat mendengar suara dari lingkungan walaupun klien tidak mampu meresponnya sama sekali.

b. Ambil asumsi bahwa klien dapat mendengar pembicaraan perawat.

Usahakan mengucapkan kata dan menggunakan nada normal dan memperhatikan materi ucapan yang perawat sampaikan dekat klien.

c. Ucapkan kata-kata sebelum menyentuh klien.

Sentuhan diyakini dapat menjadi salah satu bentuk komunikasi yang sangat efektif pada klien dengan penurunan kesadaran. Upayakan mempertahankan lingkungan setenang mungkin untuk membantu klien fokus terhadap komunikasi yang perawat lakukan.

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

A. Kesimpulan

Perawatan paliatif care adalah penedekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, mealaui pencegahan dan membantu meringankan penderitaan, identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah lain baik fisik, psikososial dan spiritual.

Hubungan perawat dengan klien yang terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman perbaikan emosi klien. Dalam hal ini perawat memakai dirinya secara terapeutik dengan menggunakan berbagai teknik komunikasi agar perilaku klien berubah kea rah yang positif secara optimal. Agar perawat dapat berperan efektif dan terapeutik, ia harus menganalisa dirinya dari kesadaran diri, klarifikasi nilai, perasaan dan mampu menjadi model yang bertanggungjawab. Seluruh perilaku dan pesan yang disampaikan perawat (verbal atau non verbal) hendaknya bertujuan terapeutik untuk klien.

B. Saran

Diharapkan bagi pembaca dapat menyerap manfaat dari makalah ini dan dapat mengembangkan kembali makalah ini jauh lebih baik dari yang sekarang sehingga bisa menjadi manfaat bagi banyak orang. Amin.

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

WHO | WHO Definition of Palliative Care. (2017); Available from: http://www.who.int/cancer/palliative/definition/en/

Buleecheck, Gloria M, Butcher, Howard, K. Dochterman, J.  McCloskey. (2016).  Nursing interventions Classification (NIC). Fifth Edition. lowa: Mosby Elasvier.

Tri Anjaswani,S.Kp.,M.Kep.(2016).”Komunikasi dalam keperawatan”Badan PPSDM Kesehatan.

M,Irfan.(2019).”Makalah komunikasi pada pasien dengan perawatan paliatif(.scribd).

Cemy Nur Fitria.(2010).”Paliative Care Pada Penderita Penyakit Terminal”.

 

No comments:

Post a Comment