BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kedudukan akal dan
wahyu dalam Islam menempati posisi yang sangat terhormat, melebihi agama-agama
lain. karena Akal dan wahyu adalah suatu yang sangat urgen untuk manusia,
dialah yang memberikan perbedaan manusia untuk mencapai derajat ketaqwaan
kepada sang kholiq, akal pun harus dibina dengan ilmu-ilmu sehingga mnghasilkan
budi pekrti yang sangat mulia yang menjadi dasar sumber kehidupan dan juga
tujuan dari baginda rasulullah SAW. Tidak hanaya itu dengan akal juga
manusia bisa menjadi ciptaan pilihan yang allah amanatkan untuk menjadi
pemimpin di muka bumi ini, begitu juga dengan wahyu yang dimana wahyu adalah
pemberian allah yang sangat luar biasa untuk membimbing manusia pada jalan yang
lurus.
Namun dalam
menggunakan akal terbatas akan hal-hal bersifat tauhid, karena ketauhitan sang
pencipta tak akan terukur dalam menemukan titik ahir, begitu pula dengan wahyu
sang Esa, karena wahyu diberikan kepada orang-orang terpilih dan semata-mata
untuk menunjukkan kebesaran Allah. Maka dalam menangani anatara wahyu dana akal
harus slalu mengingat bahwa semua itu karna allah semata. Dan tidak akan
terjadi jika allah tak mengijinkannya. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah
kemusyrikan terhadap allah karena kesombongannya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian wahyu dan akal?
2. Bagaimana kedudukan wahyu dan akal dalam
Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Wahyu
1.
Pengertian
Wahyu
Kata wahyu
berasal dari kata arab الوحي,
dan al-wahy adalah kata asli Arab dan bukan pinjaman dari bahasa asing, yang
berarti suara, api, dan kecepatan. Dan ketika Al-Wahyu berbentuk
masdar memiliki dua arti yaitu tersembunyi dan cepat. oleh sebab itu wahyu
sering disebut sebuah pemberitahuan tersembunyi dan cepat kepada seseorang yang
terpilih tanpa seorangpun yang mengetahuinya. Sedangkan ketika berbentuk maf’ul
wahyu Allah terhada Nabi-Nabi-Nya ini sering disebut Kalam Allah yang diberikan
kepada Nabi.[1]
Menurut Muhammad Abduh
dalam Risalatut Tauhid berpendapat bahwa wahyu adalah pengetahuan yang di
dapatkan oleh seseorang dalam dirinya sendiri disertai keyakinan bahwa semua
itu datang dari Allah SWT, baik melalui pelantara maupun tanpa pelantara. Baik
menjelma seperti suara yang masuk dalam telinga ataupun lainya.
Wahyu berfungsi
memberi informasi bagi manusia. Yang dimaksud memberi informasi disini yaitu
wahyu memberi tahu manusia, bagaimana cara berterima kasih kepada tuhan,
menyempurnakan akal tentang mana yang baik dan yang buruk, serta menjelaskan
perincian upah dan hukuman yang akan di terima manusia di akhirat.
Sebenarnya wahyu
secara tidak langsung adalah senjata yang diberikan allah kepada nabi-nabiNYA
untuk melindungi diri dan pengikutnya dari ancaman orang-orang yang tak
menyukai keberadaanya. Dan sebagai bukti bahwa beliau adalah utusan sang
pencipta yaitu Allah SWT.
Memang sulit saat ini membuktikan jika wahyu memiliki kekuatan,
tetapi kita tidak mampu mengelak sejarah wahyu ada, oleh karna itu wahyu
diyakini memiliki kekuatan karena beberapa faktor antara lain:
a.
Wahyu ada karena ijin
dari Allah, atau wahyu ada karena pemberian Allah.
b.
Wahyu lebih condong
melalui dua mukjizat yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.
c.
Membuat suatu
keyakinan pada diri manusia.
d.
Untuk memberi
keyakinan yang penuh pada hati tentang adanya alam ghaib.
B.
Akal
1.
Pengertian
Akal
Kata akal sudah menjadi kata Indonesia, berasal dari kata
Arab al-‘Aql (العـقـل),
yang dalam bentuk kata benda. Al-Qur’an hanya membawa bentuk kata
kerjanya ‘aqaluuh(عـقـلوه)
dalam 1 ayat, ta’qiluun (تعـقـلون) 24
ayat, na’qil (نعـقـل) 1
ayat, ya’qiluha (يعـقـلها) 1
ayat dan ya’qiluun (يعـقـلون) 22
ayat, kata-kata itu datang dalam arti faham dan mengerti. Maka dapat diambil
arti bahwa akal adalah peralatan manusia yang memiliki fungsi untuk membedakan
yang salah dan yang benar serta menganalisis sesuatu yang kemampuanya sangat
luas.
Dalam pemahaman Prof. Izutzu, kata ‘aql di zaman jahiliyyah
dipakai dalam arti kecerdasan praktis (practical intelligence) yang dalam
istilah psikologi modern disebut kecakapan memecahkan masalah (problem-solving
capacity). Orang berakal, menurut pendapatnya adalah orang yang mempunyai
kecakapan untuk menyelesaikan masalah. Bagaimana pun kata ‘aqala mengandung
arti mengerti, memahami dan berfikir. Sedangkan Muhammad Abduh berpendapat
bahwa akal adalah: sutu daya yang hanya dimiliki manusia dan oleh karena itu
dialah yang memperbedakan manusia dari mahluk lain.[3]
2.
Fungsi
Akal
Akal banyak memiliki fungsi dalam kehidupan, antara lain:
1.
Sebagai tolak ukur
akan kebenaran dan kebatilan.
2.
Sebagai alat untuk
menemukan solusi ketika permasalahan datang.
3.
Sebagai alat untuk
mencerna berbagai hal dan cara tingkah laku yang benar.
Dan masih banyak lagi fungsi akal, karena hakikat dari akal
adalah sebagai mesin penggerak dalam tubuh yang mengatur dalam berbagai hal
yang akan dilakukan setiap manusia yang akan meninjau baik, buruk dan akibatnya
dari hal yang akan dikerjakan tersebut. Dan Akal adalah jalan untuk
memperoleh iman sejati, iman tidaklah sempurna kalau tidak didasarkan akal iman
harus berdasar pada keyakinan, bukan pada pendapat dan akalah yang menjadi
sumber keyakinan pada tuhan.
3.
Kekuatan
Akal
Tak seperti wahyu, kekuatan akal lebih terlihat jelas dan mudah
dimengerti, seperti contoh:
a.
Mengetahui tuhan dan
sifat-sifatnya.
b.
Mengetahui adanya
hidup akhirat.
c.
Mengetahui bahwa
kebahagian jiwa di akhirat bergantung pada mengenal tuhan dan berbuat baik,
sedang kesngsaran tergantung pada tidak mengenal tuhan dan pada perbuatan
jahat.
d.
Mengetahui wajibnya
manusia mengenal tuhan.
e.
Mengetahui wajibnya
manusia berbuat baik dan wajibnya ia mnjauhi perbuatan jahat untuk
kebahagiannya di akhirat.
f.
Membuat hukum-hukum
mengenai kewajiban-kewajiban itu.
C.
Kedudukan
Wahyu Dan Akal Dalam Islam
Kedudukan antara wahyu dalam Islam sama-sama penting. Karena
Islam tak akan terlihat sempurna jika tak ada wahyu maupun akal. Dan kedua hal
ini sangat berpengaruh dalam segala hal dalam Islam. Dapat dilihat dalam hukum
Islam, antar wahyu dan akal ibarat penyeimbang. Andai ketika hukum Islam
berbicara yang identik dengan wahyu, maka akal akan segerah menerima dan
mengambil kesimpulan bahwa hal tersebut sesuai akan suatu tindakan yang terkena
hukum tersebut.karena sesungguhnya akal dan wahyu itu memiliki kesamaan yang
diberikan Allah namun kalau wahyu hanya orang-orang tertentu yang mendapatkanya
tanpa seorangpun yang mengetahu, dan akal adalah hadiah terindah bagi setiap
manusia yang diberikan Allah.
Dalam Islam, akal memiliki posisi yang sangat mulia. Meski
demikian bukan berartiakal diberi kebebasan tanpa batas dalam memahami agama.
Islam memiliki aturan untuk menempatkan
akal sebagaimana mestinya. Bagaimanapun, akal yang sehat akan selalucocok
dengan syariat Islam dalam permasalahan apapun. Dan Wahyu baik berupa Al-qur’an
dan Hadits bersumber dari Allah SWT, pribadi Nabi Muhammad SAW yang menyampaikan wahyu ini, memainkan peranan yang sangat penting
dalam turunnya wahyu. Wahyu mmerupakan
perintah yang berlaku umum atas seluruh umat manusia, tanpamengenal ruang dan
waktu, baik perintah itu disampaikan dalam bentuk umum ataukhusus.Apa
yang dibawa oleh wahyu tidak ada yang bertentangan dengan akal, bahkan ia
sejalan dengan prinsip-prinsip akal. Wahyu
itu merupakan satu kesatuan yang lengkap, tidak terpisah-pisah.Wahyu itu
menegakkan hukum menurut kategori perbuatan manusia. baik perintah maupun
larangan. Sesungguhnya wahyu yang berupa al-qur’an dan as-sunnah turun secara
berangsur-angsur dalam rentang waktu yang cukup panjang.
Namun tidak selalu mendukung antara wahyu dan akal, karena
seiring perkembangan zaman akal yang semestinya mempercayai wahyu adalah sebuah
anugrah dari Allah terhadap orang yang terpilih, terkadang mempertanyakan
keaslian wahyu tersebut. Apakah wahyu itu benar dari Allah ataukah hanya
pemikiran seseorang yang beranggapan smua itu wahyu. Seperti pendapat Abu
Jabbar bahwa akal tak dapat mengetahui bahwa upah untuk suatu perbuatan baik
lebih besar dari pada upah yang ditentukan untuk suatu perbuatan baik lain,
demikian pula akal tak mengetahui bahwa hkuman untuk suatu perbuatan buruk
lebih besar dari hukuman untuk suatu perbuatan buruk yang lain. Semua itu hanya
dapat diketahui dengan perantaraan wahyu. Al-Jubbai berkata wahyulah yang
menjelaskan perincian hukuman dan upah yang akan diperoleh manusia di akhirat.
Karena Masalah akal dan wahyu dalam pemikiran kalam sering
dibicarakan dalam konteks, yang manakah diantara kedua akal dan wahyu itu yang
menjadi sumbr pengetahuan manusia tentang tuhan, tentang kewajiban manusia
berterima kasih kepada tuhan, tentang apa yang baik dan yang buruk, serta
tentang kewajiban menjalankan yang baik dan menghindari yang buruk. Maka para
aliran Islam memiliki pendapat sendiri-sendiri antra lain:[4]
1.
Aliran Mu’tazilah
sebagai penganut pemikiran kalam tradisional, berpendapat bahwa akal mmpunyai
kemampuan mengetahui empat konsep tersebut.
2.
Sementara itu aliran
Maturidiyah Samarkand yang juga termasuk pemikiran kalam tradisional,
mengatakan juga kecuali kewajiban menjalankan yang baik dan yang buruk akan
mempunyai kemampuan mengetahui ketiga hal tersebut.
3.
Sebaliknya aliran
Asy’ariyah, sebagai penganut pemikiran kalam tradisional juga berpendapat bahwa
akal hanya mampu mengetahui tuhan sedangkan tiga hal lainnya, yakni kewajiban
berterima kasih kepada tuhan, baik dan buruk serta kewajiban melaksanakan yang
baik dan menghindari yang jahat diketahui manusia berdasarkan wahyu.
4.
Sementara itu aliran
maturidiah Bukhara yang juga digolongkan kedalam pemikiran kalam tradisional
berpendapat bahwa dua dari keempat hal tersebut yakni mengetahui tuhan dan
mengetahui yang baik dan buruk dapat diketahui dngan akal, sedangkan dua hal
lainnya yakni kewajiaban berterima kasih kepada tuhan serta kewajiban
melaksanakan yang baik serta meninggalkan yang buruk hanya dapat diketahui
dengan wahyu.
Adapun ayat-ayat yang
dijadikan dalil oleh paham Maturidiyah Samarkand dan mu’tazilah, dan terlebih
lagi untuk menguatkan pendapat mereka adalah surat as-sajdah, surat al-ghosiyah
ayat 17 dan surat al-a’rof ayat 185. Di samping itu, buku ushul fiqih berbicara
tentang siapa yang menjadi hakim atau pembuat hukum sebelum bi’sah atau nabi
diutus, menjelaskan bahwa Mu’tazilah berpendapat pembuat hukum adalah akal
manusia sendiri. dan untuk memperkuat pendapat mereka dipergunakan dalil
al-Qur’an surat Hud ayat 24.Sementara itu aliran kalam tradisional mngambil
beberapa ayat Al-qur’an sebagai dalil dalam rangka memperkuat pendapat yang
mereka bawa . ayat-ayat tersebut adalah ayat 15 surat al-isro, ayat 134 surat
Taha, ayat 164 surat An-Nisa dan ayat 18 surat Al-Mulk.
Dalam menangani hal
tersebut banyak beberapa tokoh dengan pendapatnya memaparkan hal-hal yang
berhubungan antara wahyu dan akal. Seperti Harun Nasution menggugat
masalah dalam berfikir yang dinilainya sebagai kemunduran umat Islam dalam
sejarah. Menurut beliau yang diperlukan adalah suatu upaya untuk
merasionalisasi pemahaman umat Islam yang dinilai dogmatis tersebut, yang
menyebabkan kemunduran umat Islam karena kurang mengoptimalkan potensi
akal yang dimiliki. bagi Harun Nasution agama dan wahyu pada hakikatnya hanya
dasar saja dan tugas akal yang akan menjelaskan dan memahami agama tersebut.
BAB III
PENUTUP
Simpulan:
Wahyu adalah
pengetahuan yang di dapatkan oleh seseorang dalam dirinya sendiri disertai
keyakinan bahwa semua itu datang dari Allah SWT, baik melalui pelantara maupun
tanpa pelantara. Baik menjelma seperti suara yang masuk dalam telinga ataupun
lainya. Sedangkan akal adalah peralatan manusia yang memiliki fungsi untuk
membedakan yang salah dan yang benar serta menganalisis sesuatu yang kemampuanya
sangat luas.
Kedudukan antara wahyu
dalam Islam sama-sama penting. Karena Islam tak akan terlihat sempurna jika tak
ada wahyu maupun akal. Dan kedua hal ini sangat berpengaruh dalam segala hal
dalam Islam. Dapat dilihat dalam hukum Islam, antar wahyu dan akal ibarat
penyeimbang. Andai ketika hukum Islam berbicara yang identik dengan wahyu, maka
akal akan segerah menerima dan mengambil kesimpulan bahwa hal tersebut sesuai
akan suatu tindakan yang terkena hukum tersebut.karena sesungguhnya akal dan
wahyu itu memiliki kesamaan yang diberikan Allah namun kalau wahyu hanya
orang-orang tertentu yang mendapatkanya tanpa seorangpun yang mengetahu, dan
akal adalah hadiah terindah bagi setiap manusia yang diberikan Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Atang, Metodologi
Study Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, tt.
Nasution, Harun Teologi
Islam (Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan), Jakarta: UI Press,1986.
www.google.com// pengertian
akal dan wahyu.ic.id diakses selasa, tanggal 3 Desember 2013.
[1]Nasution, Harun Teologi
Islam (Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan), (Jakarta: UI
Press,1986), h. 34
[3] www.google.com// pengertian
akal dan wahyu.ic.id diakses selasa, tanggal 3 Desember 2013, jam
16:40 Wita.
KLASIFIKASI DAN
KARAKTERISTIK ILMU DALAM ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama
yang disampaikan malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul-Nya
mula-mula di Mekkah kemudian di Madinah kurang lebih selama 23 tahun. Sebagai
agama wahyu, seperti telah disebutkan berulang-ulang, komponen agama Islam
adalah akidah, syari’ah dan akhlaq yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadist.
Selain komponen utama agama islam, di dalam Al-Qur’an perkataan ilmu (
pengetahuan tentang sesuatu ) dalam berbagai bentuk disebut sebanyak 854 kali.
Karena banyak dan seringnya perkataan itu disebut dalam berbagai hubungan atau
konteks, dapatlah disimpulkan bahwa kedudukan ilmu sangat penting dalam agama
Islam. Perkataan ilmu dilihat dari sudut kebahasaan bermakna penjelasan.
Menurut Al-Qur’an, ilmu adalah suatu keistimewaan pada manusia yang menyebabkan
manusia unggul terhadap makhluk-makhluk lain. Ini tercermin, seperti dalam
kisah nabi Adam sewaktu ditanya oleh Allah tentang nama-nama benda. Adam dapat
menjawab semua nama benda yang Allah tanyakan kepadanya. Dalam surat Al-Baqarah
(2):38. Allah berfirman sambil memerintahkan: “Hai Adam, beritahukan kepada
mereka ( Iblis ) nama-nama benda”. Berdasarkan keterangan Al-Qur’an itu,
manusia telah mempunyai potensi berilmu dan mengembangkan ilmunya dengan izin
Allah (Quraish Shihab, 1996 : 445).
Pandangan Al-Quran
tentang ilmu dan teknologi juga dapat diketahui prinsip - prinsipnya dari
analisis wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW. “Bacalah dengan
nama Tuhanmu yang telah mencipta. Menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah dan Tuhan engkau adalah Maha Mulia. Dia yang mengajarkan denganqalam. Mengajari
manusia apa-apa yang tidak tahu. (QS Al-’Alaq [96]: 1-5).
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. KLASIFIKASI DAN
KARAKTERISTIK ILMU DALAM ISLAM
Akal
menghasilkan ilmu, dan ilmu berkembang dalam masa keemasan sejarah Islam. Agar
dapat dipelajari dengan baik dan benar. Sebagian klasifikasi ilmu itu asli dan
berpengaruh, tetapi sebagian lagi hanyalah pengulangan klasifikasi sebelumnya
yang kemudian dilupakan orang. Pada massa Al-Farabi, Al-Gazali, Qutubuddin
telah berhasil mengklasifikasikan ilmu Islam menjadi beberapa bagian. Ketiga
tokoh tersebut adalah orang- orang pendiri terkemuka aliran intelektual dan
mereka tumbuh dan berkembang dalam periode-periode penting sejarah Islam. Adapun
mereka telah mengklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yakni :
1. Menurut Al-Farabi, perincian klasifikasinya
yakni sebagai berikut :
a. Ilmu Bahasa
b. Ilmu Logika
c. Ilmu Matematis
d. Metafisika
e. Ilmu Politik, Ilmu Fiqih dan Ilmu Kalam
b. Ilmu Logika
c. Ilmu Matematis
d. Metafisika
e. Ilmu Politik, Ilmu Fiqih dan Ilmu Kalam
Karakteristik
klasifikasi Ilmu Al-Farabi adalah sebagai berikut:
1) Para
pengkaji dapat memilih subjek-subjek yang benar-benar membawa manfaat bagi
dirinya.
2) Memungkinkan
seseorang belajar tentang hierarki
3) Memberikan
sarana yang bermanfaat dalam menentukan sejauh mana spesialisasi dapat
ditentukan secara benar.
4)
Memberikan informasi kepada para pengkaji tentang apa yang seharusnya
dipelajari sebelum seseorang dapat mengklaim diri ahli dalam suatu ilmu
tertentu.
2. Menurut Al-Gazali, perincian klasifikasinya
yakni sebagai berikut :
a. Ilmu teoritis dan ilmu praktis
Ilmu teoritis adalah ilmu yang menjadikan
keadaan-keadaan yang wujud diketahui sebagaimana adanya.
Ilmu praktis berkenaan dengan tindakan-tindakan
manusia untuk memperoleh kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
b. Ilmu yang dihadirkan dan ilmu yang dicapai
Ilmu yang dihadirkan adalah bersifat langsung, serta merta, suprarasional ( diatas atau diluar jangkauan akal ), intuitif ( berdasar bisikan hati ), dan kontemplatif ( bersifat renungan ). Dia biasa menyebut dengan ilmu ladunni
Ilmu yang dicapai adalah ilmu yang dicapai oleh akal pikiran manusia (ilmu insani)
Ilmu yang dihadirkan adalah bersifat langsung, serta merta, suprarasional ( diatas atau diluar jangkauan akal ), intuitif ( berdasar bisikan hati ), dan kontemplatif ( bersifat renungan ). Dia biasa menyebut dengan ilmu ladunni
Ilmu yang dicapai adalah ilmu yang dicapai oleh akal pikiran manusia (ilmu insani)
c. Ilmu keagamaan dan ilmu intelektual
Ilmu keagamaan adalah ilmu-ilmu yang diperoleh dari para nabi, tidak hadir dari akal pikiran manusia biasa.
Ilmu intelektual adalah berbagai ilmu yang dicapai atau diperolek melalui kemampuan intelek ( daya atau kecerdasan berpikir ).
Ilmu keagamaan adalah ilmu-ilmu yang diperoleh dari para nabi, tidak hadir dari akal pikiran manusia biasa.
Ilmu intelektual adalah berbagai ilmu yang dicapai atau diperolek melalui kemampuan intelek ( daya atau kecerdasan berpikir ).
d. Ilmu fardu ‘ain dan ilmu fardu kifayah
Ilmu fardu ‘ain merujuk pada kewajiban agama yang mengikat setiap muslim dan muslimah.
Ilmu fardu kifayah lebih kepada hal-hal yang merupakan perintah ilahi yang bersifat mengikat komunitas ( kelompok orang ) muslim dan muslimat menjadi satu kesatuan.
Ilmu fardu ‘ain merujuk pada kewajiban agama yang mengikat setiap muslim dan muslimah.
Ilmu fardu kifayah lebih kepada hal-hal yang merupakan perintah ilahi yang bersifat mengikat komunitas ( kelompok orang ) muslim dan muslimat menjadi satu kesatuan.
3. Menurut Qutubuddin Al-Syirazi, perincian
klasifikasinya yakni sebagai berikut :
a.
Ilmu – ilmu filosofis ( kefilsafatan )
b.
Ilmu-ilmu nonfilosofi adalah ilmu-ilmu religius atau termasuk dalam ajaran
wahyu.
Klasifikasi
dari ke-3 tokoh tersebut terhadap ilmu pengetahuan, berpengaruh sampai kini. Di
tanah air kita sering mendengar klasifikasi ilmu dengan : ilmu agama dan ilmu
umum.
Menurut
Al-Qur’an ilmu dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Ilmu ladunni, yakni
ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia.
b. Ilmu insani, yakni ilmu yang diperoleh karena usaha manusia.
b. Ilmu insani, yakni ilmu yang diperoleh karena usaha manusia.
Pembagian
ilmu kedalam 2 golongan ini dilakukan karena menurut Al-Qur’an ada hal-hal yang
ada tetapi tidak diketahui manusia, ada pula yang wujud yang tidak
tampak. Ditegaskan
dalam Al-Quran antara lain dalam firmanNya pada surat Al-Haqqah ayat 38-39 yang
artinya:
“ Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat dan dengan yang tidak kamu lihat.”
“ Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat dan dengan yang tidak kamu lihat.”
Dari
kalimat terakhir jelas bahwa obyek Ilmu ada 2 yakni : materi dan nonmateri,
fenomena dan nonfenomena, bahkan ada yang wujud yang jangankan dilihat diketahui
manusia saja tidak. Dari kutipan-kutipan ayat-ayat diatas jelas
bahwa pengetahuan manusia hanyalah sedikit, dan telah diregaskan oleh Allah
dalam firmanNya:“ kamu tidak diberi ilmu ( pengetahuan ) kecuali sedikit.”( Q.S
17 : 85 ). Walaupun sedikit namun manusia harus memanfaatkannya untuk
kemaslahatan manusia.
Al-Qur’an
memerintahkan manusia untuk terus berupaya meningkatkan kemampuan ilmiahnya.
Disamping itu perlu dikemukakan bahwa manusia memiliki naluri haus pengetahuan,
sebagaimana telah dikemukan Rasulullah dalam sebuah hadistnya :
“ Ada 2 keinginan yang tidak pernah terpuaskan yaitu keinginan menuntut ilmu dan keinginan mencari harta”
“ Ada 2 keinginan yang tidak pernah terpuaskan yaitu keinginan menuntut ilmu dan keinginan mencari harta”
Yang
perlu diusahakan adalah mengarahkan perkembangan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi untuk kemaslahatan hidup, bukan untuk merusak dan membahayakan umat
manusia. Pengarahnya adalah agama dan moral yang selaras dengan ajaran agama.
Disinilah letak hubungan antara agama Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Al-Hadist dengan ilmu pengetahuan dan teknologi ( iptek ) yang bersumber dari
akal dan penalaran manusia.
B. KLASIFIKASI DAN
KARAKTERISTIK ILMU KEPERAWATAN DALAM ISLAM
Profesi
perawat merupakan pekerjaan yang mulia. Menurut handerson, tugas unik perawat
ialah membantu individu baik dalam keadaan sehat maupun sakit melalui berbagai
upayanya melaksanakan berbagai aktivitas guna mendukung kesehatan dan
penyembuhan individu atau proses meninggal dengan damai. Keperawatan juga
merupakan manifestasi dari ibadah yang berbentuk pelayanan profesional dan
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada
keimanan, keilmuan, dan amal serta kiat keperawatanm berbentuk pelayanan
bio-psiko-sosial-kultural-spiritual yang komprehensif. Di dalam islam
keperawatan tidak dapat dipisahkan dari ajaran islam secara keseluruhan.
Seiring
perkembangan kekhalifahan Islam, klasifikasi perkembangan dunia keperawatan
dalam dunia Islam terbagi dalam:
1. Masa penyebaran Islam (The Islamic Period) 570
– 632 M
Pada
masa ini keperawatan sejalan dengan perang kaum Muslimin/jihad (holy wars),
pada masa ini Rufaidah binti Sa’ad memberikan kontribusinya kepada dunia
keperawatan.
2. Masa setelah Nabi (Post Prophetic Era) 632 –
1000 M.
Masa
ini setelah nabi wafat. Pada masa ini lebih didominasi oleh kedokteran dan mulai
muncul tokoh-tokoh Islam dalam dunia kedokteran seperti Ibnu Sina (Avicenna),
dan Abu Bakar Ibnu Zakariya Ar-Razi (Ar-Razi).
3. Masa pertengahan 1000 – 1500 M
Pada
masa ini negara-negara di Jazirah Arab membangun rumah sakit dengan baik dan memperkenalkan
metode perawatan orang sakit. Di masa ini mulai ada pemisahan antara kamar
perawatan laki-laki dan perempuan dan sampai sekarang banyak diikuti semua
rumah sakit di seluruh dunia.
4. Masa Modern ( 1500 – sekarang )
Pada
masa inilah perawat-perawat asing dari dunia barat mulai berkembang. Saat itu,
seorang perawat/bidan Muslimah pada tahun 1960 yang bernama Lutfiyyah
Al-Khateeb mendapatkan Diploma Keperawatan di Kairo.
C. KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU
Al-Gazali
menyebut dalam klasifikasinya, ilmu fardu ‘ain dan ilmu fardu kifayah. Istilah
fardu ‘ain merujuk pada kewajiban agama yang mengikat setiap muslim dan
muslimah. Ilmu fardu kifayah merujuk pada hal-hal yang merupakan perintah Ilahi
yang mengikat komunitas muslim dan muslimat sebagai satu kesatuan, tidak
mengikat setiap anggota komunitas.
Kalau klasifikasi Al-Gazali tersebut diatas dihubungkan dengan ilmu, maka menuntut ilmu merupakan kewajiban semua umat manusia tidak memandang umur, jenis kelamin ataupun derajatnya. Sesuai dengan keadaan, bakat, dan kemampuan. Bahwa mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap manusia dasarnya baik dalam Al-Qur’an maupun di dalam al-Hadist.
Salah satu sifat Allah yang disebut dalam Al-Qur’an adalah ‘Alim yang berarti yang memiliki pengetahuan. Oleh karena itu pula memiliki pengetahuan merupakan sifat Ilahi dan mencari pengetahuan merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman. Dan apabila orang yang beriman diwajibkan mewujudkan sifat-sifat Allah dalam diri mereka sendiri seperti dikatakan dalam sebuah hadist maka setiap orang berkewajiban untuk beriman kepada Allah yang menjadi sumber segala sesuatu, meneladani sifat-sifat-Nya dan pengetahuan, sehingga wawasan tentang Allah akan mendarah daging bagi umat manusia. Namun tidak semua sifat Allah dapat kita teladani karena keterbatasan kita menjadi umat yang telah diciptakanNya.
Kalau klasifikasi Al-Gazali tersebut diatas dihubungkan dengan ilmu, maka menuntut ilmu merupakan kewajiban semua umat manusia tidak memandang umur, jenis kelamin ataupun derajatnya. Sesuai dengan keadaan, bakat, dan kemampuan. Bahwa mencari ilmu adalah kewajiban bagi setiap manusia dasarnya baik dalam Al-Qur’an maupun di dalam al-Hadist.
Salah satu sifat Allah yang disebut dalam Al-Qur’an adalah ‘Alim yang berarti yang memiliki pengetahuan. Oleh karena itu pula memiliki pengetahuan merupakan sifat Ilahi dan mencari pengetahuan merupakan kewajiban bagi setiap orang beriman. Dan apabila orang yang beriman diwajibkan mewujudkan sifat-sifat Allah dalam diri mereka sendiri seperti dikatakan dalam sebuah hadist maka setiap orang berkewajiban untuk beriman kepada Allah yang menjadi sumber segala sesuatu, meneladani sifat-sifat-Nya dan pengetahuan, sehingga wawasan tentang Allah akan mendarah daging bagi umat manusia. Namun tidak semua sifat Allah dapat kita teladani karena keterbatasan kita menjadi umat yang telah diciptakanNya.
Pentingnya
kita mempelajari dan memahami ilmu, yaitu :
a.
Perbedaan yang jelas antara orang yang berilmu dengan orang yan g tidak
berilmu.
b.
Hanya orang –orang yang berakal yang dapat menerima pelajaran ( Q.S 39 : 9 )
c.
Hanya orang yang berilmu yang mempu memahami hakikat sesuatu yang
disampaikan Allah melalui
perumpamaan-perumpamaan ( Q.S 29 : 43 )
d.
Allah memerintahkan agar manusia berdo’a agar ilmunya bertambah.
e.
Orang yang mencari ilmu berjalan dijalan Allah, telah melakukan ibadah.
Pentingnya
ilmu menurut agama Islam, dorongan serta kewajiban mencari dan menuntut ilmu
seperti disebutkan diatas, telah menjadikan dunia Islam pada suatu masa di
zaman lampau menjadi pusat pengembangan ilmu dan kebudayaan. Di masa yang akan
datang kejayaan yang telah ada itu, Insyaallah akan datang kembali kalau
pemeluk agama Islam menyadari makna firman allah “kalian adalah umat terbaik
yang yang dilahirkan untuk manusia, mempelajari dan mengamalkan agama Islam
secara menyeluruh”.
Manfaat
mempelajari ilmu bagi kehidupan kita, yaitu :
a. Akan mendapatkan pahala secara terus menerus
bagi yang mengajarkannya.
b. Ilmu memberikan kepada yang memiliki
pengetahuan untuk membedakan apa yang terlarang dan yang tidak, menerangi jalan
kesurga, kawan diwaktu sepi dan teman ketika kita kehilangan sahabat.
c. Ilmu memimpin kita kepada kebahagiaan,
menghibur kita dalam duka, perhiasan dalam pergaulan, perisai terhadap musuh.
D.
ILMU ADALAH PEMIMPIN AMAL
1.
Mu’adz bin Jabal –radhiyallahu ‘anhu- mengatakan,
;العِلْمُ إِمَامُ العَمَلِ وَالعَمَلُ تَابِعُهُ
“Ilmu adalah pemimpin
amal dan amalan itu berada di belakang setelah adanya ilmu.”
2.
Allah ta’ala berfirman
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ
لِذَنْبِكَ
“Maka ilmuilah
(ketahuilah)! Bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah selainAllah dan
mohonlah ampunan bagi dosamu.” (QS. Muhammad [47]: 19)
3. Al Muhallab rahimahullah mengatakan,
“Amalan yang
bermanfaat adalah amalan yang terlebih dahulu didahului dengan ilmu. Amalan
yang di dalamnya tidak terdapat niat, ingin mengharap-harap ganjaran, dan
merasa telah berbuat ikhlas, maka ini bukanlah amalan. Sesungguhnya yang
dilakukan hanyalah seperti amalannya orang gila yang pena diangkat dari
dirinya.”
4. Allah Ta’ala berfirman,
يَرْفَعِ اللَّهُ
الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS Al Mujadalah: 11)
5. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الأَنْبِيَاءَ
لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ
أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya para
Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu.
Barangsiapa yang mengambilnya, maka dia telah memperoleh keberuntungan yang
banyak.”
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setiap
muslim wajib menuntut ilmu. Rasulullah saw bersabda: “Menuntut ilmu adalah
kewajiban bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan”. Allah memberikan
keutamaan dan kemuliaan bagi orang-orang yang berilmu dalam firman-Nya dalam
Al-Qur`an surat Al-Mujaadilah ayat 11 : “Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat”. Orang-orang yang berilmu akan pula dimudahkan jalannya ke syurga oleh
Allah dan senantiasa didoakan oleh para malaikat.
Sabda
Rasullullah SAW :“Seorang alim (berilmu)dengan ilmunya dan amal perbuatannya
akan berada di dalam syurga, maka apabila seseorang yang berilmu tidak
mengamalkan ilmunya maka ilmu dan amalnya akan berada di dalam syurga,
sedangkan dirinya akan berada dalam neraka” (HR. Daiylami)
Keutamaan
manusia dari makhluk Allah lainnya terletak pada ilmunya. Allah bahkan menyuruh
para malaikat agar sujud kepada Nabi Adam as karena kelebihan ilmu yang
dimilikinya. Cara kita bersyukur atas keutamaan yang Allah berikan kepada kita
adalah dengan menggunakan segala potensi yang ada pada diri kita untuk Allah
atau di jalan Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi, 2008. KONSEP DASAR KEPERAWATAN.
Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC
Salim, Muhammad Ibrahim.2002. Perempuan-Perempuan Mulia Di Sekitar Rasulullah Saw.Jakarta: Gema insane
Salim, Muhammad Ibrahim.2002. Perempuan-Perempuan Mulia Di Sekitar Rasulullah Saw.Jakarta: Gema insane
Kewajiban Menuntut Ilmu
Nah, tahukah Anda bahwa di dalam Islam, menuntut ilmu itu wajib
hukumnya, sebagaimana Nabi bersabda. “Menuntut ilmu adalah wajib
atas setiap muslim.” (HR.Bukhari).
Ditambah
lagi dalam firman Allah “Ilmu membuat seseorang jadi mulia, baik di
hadapan manusia juga di hadapan-Nya”.Selain itu Allah juga menegaskan bahwa
akan mengangkat derajat orang yang mempunyai ilmu pengetahuan. Seperti di
bawah ini
” ….Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan, Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.” (QS Al Mujaadilah [58] : 11)
Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang
dapat menerima pelajaran. Az-Zumar [39]:
9).
Adakah
sama antara orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui? (Az-Zumar:9)
“Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al-Mujadilah:11).
Menuntut
ilmu itu pahalanya begitu besar:
“Barangsiapa
berjalan di satu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah mudahkan jalan
menuju surga. Dan sesungguhnya malaikat meletakkan sayap-sayapnya bagi penunutu
ilmu tanda ridha dengan yang dia perbuat. (Dari hadits yang panjang riwayat
Muslim)
“Barangsiapa
keluar dalam rangka thalabul ilmu (mencari ilmu), maka dia berada dalam
sabilillah hingga kembali.” (HR. Tirmidzi, hasan)
“Barangsiap
menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah mudahkan baginya jalan menuju
surga.” (HR.Muslim)
“Barangsiapa
yang Allah kehendaki padanya kebaikan maka Allah akan pahamkan dia dalam
(masalah) dien (agama).” (HR.Bukhari)
Dalam
hadits lainnya dijelaskan bahwa ilmu yang wajib dituntut adalah ilmu yang
bermanfaat. Yang bukan hanya benar, tapi juga dapat mendekatkan diri kita
kepada Allah SWT dan dapat memberi kebahagiaan bagi kita, keluarga, dan
masyarakat baik di dunia mau pun di akhirat.
Rasulullah saw
bersabda: “Apabila anak cucu adam itu wafat, maka terputuslah amalannya kecuali
tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholih yang
mendoakan orangtuanya.” (HR.Muslim, dari Abu Hurairah ra)
Allah
berfirman, “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi
tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya
tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat (ilmu dan hikmah) Allah.
Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana.” (QS Lukman [31] : 27)
Bagaimana
dengan orang yang selalu mengamalkan ilmunya?
“Sesungguhnya
Allah SWT dan para malaikat-Nya, serta penghuni langit dan bumi, hingga semut
yang ada pada lubangnya, dan ikan hiu yang ada di lautan akan membacakan
shalawat atas orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (Merupakan
bagian dari hadits Abu Umamah di atas.).
Rasulullah
saw bersabda, “Barangsiapa mengajar orang lain kepada suatu petunjuk, maka dia
akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melaksanakan petunjuk itu,
tanpa mengurangi pahala mereka sama sekali.”
Nabi
bersabda, ”Barangsiapa mengamalkan apa-apa yang ia ketahui, maka Allah akan
mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahuinya, dan Allah akan menolong dia
dalam amalan nya sehingga ia mendapatkan surga. Dan barangsiapa yang tidak
mengamalkan ilmunya maka ia tersesat oleh ilmunya itu. Dan Allah tidak menolong
dia dalam amalannya sehingga ia akan mendapatkan neraka“.
Banyak to
keutamaan mencari ilmu dengan manfaat mengamalkan ilmu. Terus bagaimana
selengekan pada awal notes ini? Bagaimana seharusnya niat yang ada didalam hati
dalam mencari ilmu?
Dalam Kitab Bidayatul Hidayah, Imam Al Ghazali menulis sebagai berikut : “Wahai,
hamba Allah yang rajin menuntut ilmu.Jika kalian menuntut ilmu, hendaknya
dengan niat yang ikhlas karena Allah semata-mata. Di samping itu, juga dengan
niat karena melaksanakan kewajiban karena menuntut ilmu wajib hukumnya,
sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang
Islam laki-laki maupun perempuan” [HR Ibnu Abdul barr]
Janganlah
sekali-kali engkau menuntut ilmu dengan maksud untuk bermegah-megahan, sombong,
berbantah-bantahan, menandingi dan mengalahkan orang lain (lawan bicara), atau
supaya orang mengagumimu. Jangan pula engkau menuntut ilmu untuk dijadikan
sarana mengumpulkan harta benda kekayaan duniawi. Yang demikian itu berarti
merusak agama dan mudah membinasakan dirimu sendiri.
Nabi SAW mencegah hal seperti itu dengan sabdanya. “Barangsiapa
menuntut ilmu yang biasanya ditujukan untuk mencari keridhaan Allah, tiba-tiba
ia tidak mempelajarinya, kecuali hanya untuk Mendapatkan harta benda keduniaan,
maka ia tidak akan memperoleh bau harumnya surga pada hari kiamat. ” [HR Abu Dawud]
Rasulullah
SAW bersabda, “Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap
para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk
perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis
(pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu.
Barangsiapa seperti itu, maka baginya neraka…neraka.” [HR Tirmidzi & Ibnu
Majah]
Terkait
dengan harta bagaimana?
Jawaban-jawaban dari Imam Ali bin Abi Thalib ketika ditanya tentang
mana yang lebih utama antara Ilmu dengan harta :
” Ilmu
lebih utama daripada harta, Ilmu adalah pusaka para Nabi, sedang harta adalah
pusaka Karun, Sadad, Fir’aun, dan lain-lain.”
” Ilmu
lebih utama daripada harta, karena ilmu itu menjagamu sedangkan harta malah
engkau yang harus menjaganya.”
” Harta
itu bila engkau tasarrufkan (berikan) menjadi berkurang, sebaliknya ilmu jika
engkau tasarrufkan malahan bertambah.”
” Pemilik
harta disebut dengan nama bakhil (kikir) dan buruk, tetapi pemilik ilmu disebut
dengan nama keagungan dan kemuliaan.
” Pemilik
harta itu musuhnya banyak, sedangkan pemilik ilmu temannya banyak.”
” Ilmu
lebih utama daripada harta, karena diakhirat nanti pemilik harta akan dihisab,
sedangkan orang berilmu akan memperoleh safa’at.”
” Harta
akan hancur berantakan karena lama ditimbun zaman, tetapi ilmu tidak akan rusak
dan musnah walau ditimbun zaman.”
” Harta
membuat hati seseorang menjadi keras, sedang ilmu malah membuat hati menjadi
bercahaya.”
” Ilmu
lebih utama daripada harta, karena pemilik harta bisa mengaku menjadi Tuhan
akibat harta yang dimilikinya, sedang orang yang berilmu justru mengaku sebagai
hamba karena ilmunya.”
Lalu,
apakah semua ilmu akan mendapatkan balasan luar biasa seperti diatas? Tidak.
Hanyalah ilmu yang bermanfaatlah yang mendapatkan ini semua. Apa sih ilmu yang
bermanfaat?
“Ya,
Rabbi. apakah ilmu yang bermanfaat itu ? ” tanya Nabi Daud.
“Ialah
ilmu yang bertujuan untuk mengetahui keluhuran, keagungan, kebesaran, dan kesempurnaan
kekuasaan-Ku atas segala sesuatu.Inilah yang mendekatkan engkau kepada-Ku.”
Dalam
sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Ar Rabi-i’, Rasulullah SAW bersabda,
“Tuntutlah ilmu. Sesungguhnya, menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada
Allah Azza wa Jalla, sedangkan Mengajarkannya kepada orang yang tidak
mengetahuinya adalah shadaqah. Sesungguhnya ilmu pengetahuan adalah keindahan
bagi ahlinya didunia dan akhirat.”
Oleh
karena itu, Rasulullah SAW pernah memohon dalam doanya, “Allaahumma inni
a’uudzubika min ‘ilmin laa yanfa’u”.‘Ya, Allah, aku berlindung kepada-Mu dari
ilmu yang tidak bermanfaat.’
Dalam
sebuah riwayat disebutkan bahwa Allah SWT Memberi wahyu kepada Nabi Dawud a.s.
Firman-Nya, “Wahai, Dawud. Pelajarilah olehmu ilmu yang bermanfaat.”
Itulah
sedikit hal yang perlu diperhatikan dalam menjadi pencari ilmu. Baik sebagai
penyemangat dan menjadi ilmu buat kedepan. Ilmu yang bermanfaat itu
adalah ilmu yang menyebabkan kita semakin dapat mengenal Allah, yang dapat kita
amalkan, yang membuat kita rendah hati serta terhindar dari sifat
takabur. Semoga kita dapat menjadi pribadi yang haus akan ilmu yang
bermanfaat yang akan berguna bagi kita di dunia dan di akhirat. Amin..
SUMBER ILMU PENGETAHUAN
DALAM ISLAM
Ditulis pada 15/05/2011 oleh
Setelah kita mengetahui
betapa tinggi perhatian Islam terhadap ilmu pengetahuan dan betapa Allah SWT
mewajibkan kepada kaum muslimin untuk belajar dan terus belajar, maka Islampun
telah mengatur dan menggariskan kepada ummatnya agar mereka menjadi ummat yang
terbaik (dalam ilmu pengetahuan dan dalam segala hal) dan agar mereka tidak
salah dan tersesat, dengan memberikan bingkai sumber pengetahuan berdasarkan
urutan kebenarannya sebagai berikut.
1. Al-Qur’an dan Sunnah:
Allah SWT telah memerintahkan hamba-Nya untuk menjadikan
al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber pertama ilmu pengetahuan. Hal ini
dikarenakan keduanya adalah langsung dari sisi Allah SWT dan dalam
pengawasannya, sehingga terjaga dari kesalahan, dan terbebas dari segala vested
interest apapun, karena ia diturunkan dari Yang Maha Berilmu dan Yang Maha
Adil. Sehingga tentang kewajiban mengambil ilmu dari keduanya, disampaikan
Allah SWT melalui berbagai perintah untuk memikirkan ayat-ayat-Nya (QS 12/1-3)
dan menjadikan Nabi SAW sebagai pemimpin dalam segala hal (QS 33/21).
2. Alam semesta:
Allah SWT telah memerintahkan manusia untuk memikirkan alam
semesta (QS 3/190-192) dan mengambil berbagai hukum serta manfaat darinya,
diantara ayat2 yang telah dibuktikan oleh pengetahuan modern seperti[1] :
o
Ayat tentang asal mula alam semesta dari kabut/nebula (QS
41/11).
o
Ayat tentang urutan penciptaan (QS 79/28-30):
Kegelapan (nebula dari kumpulan H dan He yang bergerak pelan),
adanya sumber cahaya akibat medan magnetik yang menghasilkan panas radiasi
termonuklir (bintang dan matahari) → pembakaran atom H menjadi He lalu
menjadi C lalu menjadi O baru terbentuknya benda padat dan logam seperti planet
(bumi) panas turun menimbulkan kondensasi baru membentuk air baru mengakibatkan
adanya kehidupan (tumbuhan).
o
Ayat bahwa bintang2 merupakan sumber panas yang tinggi (QS
86/3),
matahari sebagai contoh tingkat panasnya mencapai 6000 derajat C.
matahari sebagai contoh tingkat panasnya mencapai 6000 derajat C.
o
Ayat tentang teori ekspansi kosmos (QS 51/47).
o
Ayat bahwa planet berada pada sistem tata surya terdekat (sama
ad-dunya) (QS 37/6).
o
Ayat yang membedakan antara planet sebagai pemantul cahaya
(nur/kaukab) dengan matahari sebagai sumber cahaya (siraj) (QS 71/16).
(nur/kaukab) dengan matahari sebagai sumber cahaya (siraj) (QS 71/16).
o
Ayat tentang gaya tarik antar planet (QS 55/7).
o
Ayat tentang revolusi bumi mengedari matahari (QS 27/88).
o
Ayat bahwa matahari dan bulan memiliki waktu orbit yang berbeda2
(QS
55/5) dan garis edar sendiri2 yang tetap (QS 36/40).
55/5) dan garis edar sendiri2 yang tetap (QS 36/40).
o
Ayat bahwa bumi ini bulat (kawwara-yukawwiru) dan melakukan
rotasi (QS
39/5).
39/5).
o
Ayat tentang tekanan udara rendah di angkasa (QS 6/125).
o
Ayat tentang akan sampainya manusia (astronaut) ke ruang angkasa
dengan ilmu pengetahuan (QS 55/33).
o
Ayat tentang jenis-jenis awan, proses penciptaan hujan es dan
salju
(QS 24/43).
(QS 24/43).
o
Ayat tentang bahwa awal kehidupan dari air (QS 21/30).
o
Ayat bahwa angin sebagai mediasi dalam proses penyerbukan
(pollen)
tumbuhan (QS 15/22).
tumbuhan (QS 15/22).
o
Ayat bahwa pada tumbuhan terdapat pasangan bunga jantan
(etamine) dan
bunga betina (ovules) yang menghasilkan perkawinan (QS 13/3).
bunga betina (ovules) yang menghasilkan perkawinan (QS 13/3).
o
Ayat tentang proses terjadinya air susu yang bermula dari
makanan
(farts) lalu diserap oleh darah (dam) lalu ke kelenjar air susu (QS 16/66),
perlu dicatat bahwa peredaran darah baru ditemukan oleh Harvey 10 abad setelah wafatnya nabi Muhammad SAW.
(farts) lalu diserap oleh darah (dam) lalu ke kelenjar air susu (QS 16/66),
perlu dicatat bahwa peredaran darah baru ditemukan oleh Harvey 10 abad setelah wafatnya nabi Muhammad SAW.
o
Ayat tentang penciptaan manusia dari air mani yang merupakan
campuran
(QS 76/2), mani merupakan campuran dari 4 kelenjar, testicules (membuat
spermatozoid), vesicules seminates (membuat cairan yang bersama mani), prostrate
(pemberi warna dan bau), Cooper & Mary (pemberi cairan yang melekat dan lendir).
(QS 76/2), mani merupakan campuran dari 4 kelenjar, testicules (membuat
spermatozoid), vesicules seminates (membuat cairan yang bersama mani), prostrate
(pemberi warna dan bau), Cooper & Mary (pemberi cairan yang melekat dan lendir).
o
Ayat bahwa zyangote dikokohkan tempatnya dalam rahim (QS 22/5),
dengan
tumbuhnya villis yang seperti akar yang menempel dpada rahim.
tumbuhnya villis yang seperti akar yang menempel dpada rahim.
o
Ayat tentang proses penciptaan manusia melalui mani (nuthfah)
zygote yang melekat (’alaqah) segumpal daging/embryo (mudhghah) dibungkus oleh
tulang dalam misenhyme (’izhama) tulang tersebut dibalut
oleh otot dan daging (lahma) (QS 23/14).
oleh otot dan daging (lahma) (QS 23/14).
3. Diri manusia:
Allah SWT memerintahkan agar manusia memperhatikan tentang
proses penciptaannya, baik secara fisiologis/fisik (QS 86/5) maupun
psikologis/jiwa manusia tersebut (QS 91/7-10).
4. Sejarah:
Allah SWT memerintahkan manusia agar melihat kebenaran wahyu-Nya
melalui lembar sejarah (QS 12/111). Jika manusia masih ragu akan kebenaran
wahyu-Nya dan akan datangnya hari pembalasan, maka perhatikanlah kaum Nuh, Hud,
Shalih, Fir’aun, dan sebagainya, yang kesemuanya keberadaannya dibenarkan dalam
sejarah hingga
saat ini.
saat ini.
No comments:
Post a Comment