BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Salah satu tugas dan tanggung jawab perawat adalah
melakukan pendokumentasian mengenai intervensi yang telah dilakukan.
Dokumentasi asuhan keperawatan adalah suatu catatan yang memuat seluruh
informasi yang dibutuhkan untuk menentukan diagnosis keperawatan, menyusun
rencana keperawatan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan keperawatan, yang
disusun secara sistimatis, valid dan dapat dipertanggung jawabkan secara moral
dan hukum, disamping itu dokumentasi asuhan keperawatan juga merupakan bukti
pencatatan dan pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan yang berguna untuk kepentingan pasien, perawat dan tim kesehatan
dalam memberikan pelayanan dengan dasar komunikasi yang akurat dan lengkap
secara tertulis dengan tanggung jawab perawat (Hidayat, 2009).
Pendokumentasian proses keperawatan merupakan metode yang tepat untuk pengambilan
keputusan yang sistematis, problem-solving, dan rinset lebih lanjut. Pendokumentasian
proses keperawatan yang efektif menggunakan standar terminologi (pengkajian,
diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi) yaitu menggunakan model pendokumentasian menurut NANDA (NIC NOC) diantaranya antara lain: dokumentasi pengkajian, dokumentasi diagnosa keperawatan, dokumentasi perencanaan, dokumentasi intervensi, dokumentasi evaluasi. Makalah ini
akan membahas lebih lanjut mengenai model dokumentasi menurut NANDA (NIC NOC).
B.
Rumusan Masalah
1.
Apakah yang
dimaksud dengan Model Dokumentasi NANDA (NIC dan NOC) ?
2.
Bagaimanakah
Diagnosis Keperawatan menurut NANDA ?
3.
Apa saja Komponen
dari Diagnosis ?
4.
Bagaimankah
pengklasifikasian NANDA ?
5.
Bagaimana
keterkaitan NANDA / NOC dan NIC ?
6.
Bagaimanakah
Taksonomi NOC dan NIC ?
7.
Bagaimana cara
pemilihan Intervensi ?
C.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Makalah
ini dibuat dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas dokumentasi keperawatan dan bertujuan
agar mahasiswa dapat memahami tentang model
dokumentasi NANDA (NIC NOC).
2.
Tujuan Khusus
a.
Agar mahasiswa dapat
memahami dan menjelaskan tentang model
dokumentasi menurut NANDA.
b.
Agar mahasiswa dapat
memahami dan menjelaskan tentang
Diagnosis Keperawatan menurut NANDA
c.
Agar mahasiswa dapat
memahami dan menjelaskan tentang
Komponen dari Diagnosis
d.
Agar mahasiswa dapat
memahami dan menjelaskan tentang
pengklasifikasian NANDA
e.
Agar mahasiswa dapat
memahami dan menjelaskan tentang
keterkaitan NANDA / NOC dan NIC
f.
Agar mahasiswa dapat
memahami dan menjelaskan tentang
Taksonomi NOC dan NIC
g.
Agar mahasiswa dapat
memahami dan menjelaskan tentang
cara pemilihan Intervensi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Model Dokumentasi NANDA (NIC dan NOC)
Model dokumentasi adalah cara
menggunakan dokumentasi dalam penerapan proses asuhan. Berdasarkan penelitian NANDA NIC NOC
dalam proses keperawatan dapat meningkatkan kualitas dokumentasi keperawatan
dimana dapat menyeragamkan bahasa asuhan keperawatan sehingga lebih memudahkan
dalam serah terima pada setiap ship dinas dan tentunya kualitas pelayanan
keperawatan akan meningkat. Namun untuk dapat menguasai NANDA NIC NOC dalam
proses keperawatan memerlukan waktu yang lama, pemahaman patofisiologi dan
disiplin ilmu lain yang baik dan pengembangan yang sistematis.
B.
Diagnosa
Keperawatan NANDA
Diagnosa keperawatan adalah
keputusan klinik tentang respon individu, keluarga dan masyarakat tentang
masalah kesehatan aktual dan potensial, sebagai dasar seleksi intervensi
keperawatan untuk mencapai tujuan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat.
Semua diagnosa keperawatan didukung oleh data, dimana menurut NANDA diartikan
sebagai “defenisi karakter”. Yang dimana defenisi ini disebut “ tanda dan
gejala”, tanda adalah sesuatu yang dapat di observasi dan gejala adalah sesuatu
yang dirasakan oleh klinik.
1. Tujuan Diagnosa
Keperawatan
Tujuan diagnosa keperawaran untuk
mengidentifikasi :
a. Masalah
dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit
b. Faktor-
faktor yang menunjang atau menyebabkan suatu masalah (etiologis)
c. Kumpulan
klien untuk mencegah atau menyelesaikan masalah.
2. Kategori
diagnosa keperawatan
Untuk memudahkan dalam pendokumentasian
proses keperawatan, harus diketahui beberapa tipe diagnosa keperawatan. Tipe diagnosa
keperawatan meliputi tipe aktual, resiko, kemungkinan, sehat dan sejahtera, dan
sindrom.
a.
Diagnosa keperawatan aktual
Diagnosa
keperawatan aktual memiliki empat komponen diantaranya :
-
Label yang merupakan deskripsi tentang
defenisi diagnosa dan batasan karakteristik
-
Defenisi merupakan penekanan pada
kejelasan, arti yang tepat untuk diagnosa
-
Batas karakteristik menentukan
karakteristik yang mengacu pada petunjuk klinis, tanda subjektif, dan objektif.
-
Faktor yang berhubungan merupakan
etiologi atau faktor penunjang. Faktor ini dapat mempengaruhi perubahan status
kesehatan. Faktor yang berhubungan terdiri dari empat komponen yaitu :
o Patofisiologi (
biologis atau psikologis)
o Tindakan yang
berhubungan
o Situasional
(lingkungan, personal)
o Maturasional.
Penulisan rumusan ini adalah PES (problem + etiologi
+ simtom).
b.
Diagnosa keperawatan resiko dan resiko tinggi
Menurut NANDA, diagnosa keperawatan resiko adalah keputusan
klinis tentang individu, keluarga, atau komunitas yang sangat rentan untuk
mengalami masalah dibandingkan individu atau kelompok lain pada situasi yang
sama atau hampir sama.
Diagnosa keperawatan ini mengganti istilah diagnosa
keperawatan potensial dengan menggunakan ”resiko terhadap atau resiko tinggi
terhadap”. Validasi untuk menunjang diagnosa resiko tinggi adalah faktor resiko
yang memperlihatkan keadaan dimana kerentanan meningkat terhadap klien atau
kelompok dan tidak menggunakan batas karakteristik.
Penulisan rumusan diagnosa keperawatan
risiko tinggi adalah PE (problem + etiologi).
c.
Diagnosa keperawatan kemungkinan
Menurut NANDA, diagnosa keperawatan memungkinkan adalah
pernyataan tentang masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan dengan
harapan masih diperlukan untuk memastikan adanya tanda dan gejala utama adanya
faktor resiko.
d.
Diagnosa keperawatan sejahtera
Menurut NANDA, diagnosa keperawatan sejahtera adalah
ketentuan klinis mengenai individu, kelompok dan masyarakat dalam transisi dari
tingkat kesehatan khusus ketingkat kesehatan yang lebih tinggi. Cara pembuatan
diagnosa ini menggabungkan pernyataan fungsi positif dalam masing- masing pola
kesehatan fungsional sebagai alat pengkajian yang disahkan.
e.
Diagnosa keperawatan sindrom
Menurut NANDA, diagnosa keperawatan sindrom adalah
diagnosa keperawatan yang terdiri dari sekelompok diagnosa keperawatan aktual
atau resiko tinggi yang diduga akan muncul karena suatu kejadian atau situasi
tertentu.
3.
Metode dokumentasi diagnosa keperawatan
Dalam melakukan
pencatatan diagnosa keperawatan digunakan pedoman dokmentasi yaitu :
a.
Gunakan format PES untuk semua masalah
aktual dan PE untuk masalah resiko.
b.
Catat diagnosa keperawatan resiko dan
resiko tinggi kedalam masalah atau format diagnosa keperawatan.
c.
Gunakan istilah diagnosa keperawatan
yang dibuat dari daftas NANDA, atau lain.
d. Mulai
pernyataan diagnosa keperawatan yang mengidentifikasi informasi tentang data
untuk diagnosa keperawatan.
e.
Masukkan pernyataan diagnosa keperawatan
ketika menemukan masalah perawatan.
f.
Gunakan diagnosa keperawatan sebagai
pedoman untuk pengkajian, perencanaan, intervensi, dan evaluasi.
C.
Komponen
Diagnosa Keperawatan
1. Problem (masalah)
Tujuan penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan status kesehatan
atau masalah kesehatan klien secara jelas dan sesingkatkan mungkin. Karena pada
bagian ini dari diagnose keperawatan mengidentifikasi apa yang tidak sehat
tentang klien dan apa yang harus diubah tentang status kesehatan klien dan juga
memberikan pedoman terhadap tujuan dari asuhan keperawatan. Dengan menggunakan
standar diagnose keperawatan dari NANDA mempunyai keuntungan yang
signifikan.
a. Membantu
perawat untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya dengan menggunakan istilah
yang dimengerti secara umum.
b. Memfasilitasi
penggunaan computer dalam keperawatan, Karena perawat akan mampu mengakses
diagnose keperawatan.
c. Sebagai metode
untuk mengidentifikasi perbedaan masalah keperawatan yang ada dengan masalah
medis.
d. Semua perawat
dapat bekerja sama dalam menguji dan mendefinisikan kategori diagnose dalam
mengidentifikasi criteria pengkajian dan intervensi keperawatan dalam
meningkatan asuhan keperawatan.
2. Etiologi (penyebab)
Etiologi (penyebab) adalah factor klinik dan personal yang dapat merubah
status ksehatan atau mempengaruhi perkembangan masalah. Etiologi
mengidentifikasi fisiologis, psikologis, sosiologis, spiritual dan
factor-faktor lingkungan yang dipercaya berhubungan dengan masalah baik sebagai
penyebab ataupun factor resiko. Karena etiologi mengidentifikasi factor yang
mendukung terhadap masalah kesehatan klien, maka etiologi sebagai pedoman atau
sasaran langsung dari intervensi keperawatan. Jika terjadi kesalahan dalam
menentukan penyebab maka tindakan keperawatan menjadi tidak efektif dan efisien.
Misalnya, klien dengan diabetes mellitus masuk RS biasanya dengan hiperglikeni
dan mempunyai riwayat yang tidak baik tentang pola makan dan pengobatan
(insulin) didiagnosa dengan “ ketidaktaatan”. Katakana lah ketidaktaatan
tersebut berhubungan dengan kuramgnya pengetahuan kien dan tindakan keperawatan
diprioritaskan mengajarkan klien cara mengatasi diabetes melitus dan tidak
berhasil, jika penyebab ketidaktaatan tersebut karena klien putus asa untuk
hidup.
Penulisan
etiologi dari diagnose keperawatan meliputi unsure PSMM
P
= Patofisiologi dari penyakit
S
= Situational (keadaan lingkungan perawatan)
M
= Medication ( pengobatan yang diberikan)
M
= Maturasi (tingkat kematangan/kedewasaan klien)
Etiologi,
factor penunjang dan resiko, meliputi:
a. Pathofisiologi:
Semua proses
penyakit, akut dan kronis, yang dapat menyebabkan atau mendukung masalah,
misalnya masalah “powerlessness”
Penyebab yang
umum:
1) ketidakmampuan
berkomunikasi ( CV A, intubation)
2) ketidakmampuan
melakukan aktifitas sehari-hari (CV A, trauma servical, nyeri, IMA)
3) ketidakmampuan
memenuhi tanggungjawabnya (pembedahan, trauma, dan arthritis)
b. Situasional (personal, enfironment)
Kurangnya
pengetahuan, isolasi social, kurangnya penjelasan dari petugas kesehatan,
kurangnya partisipasi klien dalam mengabil keputusan, relokasi, kekurangmampuan
biaya, pelecehan sexual, pemindahan status social, dan perubahan personal
teritori.
c. Medication (treatment-related)
Keterbatasan
institusi atau RS: tidak sanggup memberikan perawatan dan tidak ada
kerahasiaan.
d. Maturational
Adolescent:
ketergantungan dalam kelompok, independen dari keluarga
Young adult:
menikah, hamil, orangtua
Dewasa: tekanan
karir, dan tanda-tanda pubertas
Elderly:
kurangnya sensori, motor, kehilangan (uang, factor lain)
3.
Sign/symptom (tanda/gejala)
Identifikasi
data subjektif dan objektif sebagai tanda dari masalah keperawatan. Memerlukan
kriteria evaluasi, misalnya : bau “pesing”, rambut tidak pernah di keramas.
“saya takut jalan di kamar mandi dan memecahkan barang”.
D.
Pengklasifikasian NANDA
Domain
adalah tingkat luas dari klasifikasi yang membagi fenomena ke dalam kelompok
utama. Dimana domain ini mempunyai subkategoris yang disebut “kelas”.
Dalam diagnosis NANDA-I dijelaskan
beberapa domain, kelas dan diagnosa antara lain :
a.
Domain
I : Promosi Kesehatan
Kesadaran tentang kesehatan atau
normalitas fungsi dan strategi yang digunakan untuk mempertahankan kendali
terhadap dan meningkatkan fungsi sehat dan normal tersebut.
Kelas
1. Kesadaran kesehatan
Pengenalan
tentang fungsi normal dan kesehatan.
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00097
|
Defisiensi aktivitas pengalih.
|
00168
|
Gaya hidup kurang gerak.
|
Kelas
2. Manajemen kesehatan
Mengidentifikasi,
mengendalikan, melakukan, dan mengintegrasikan aktivitas untuk mempertahankan
kesehatan dan kesejahteraan.
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00257
|
Sindrom lansia lemah.
|
00078
|
Ketidakefektifan manajemen kesehatan
|
00231
|
Risiko sindrom lansia rendah
|
00162
|
Kesiapan untuk meningkatkan manajemen
kesehatan
|
00215
|
Defisiensi kesehatan komunitas
|
00080
|
Ketidakefektifan manajemen kesehatan
keluarga
|
00188
|
Perilaku kesehatan cenderung berisiko
|
00079
|
Ketidakpatuhan
|
00099
|
Ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan
|
00043
|
Ketidakefektifan perlindungan
|
b.
Domain
II : Nutrisi
Aktivitas memasukkan, mencerna, dan
menggunakan nutrient untuk tujuan pemeliharaam jaringan, perbaikan jaringan dan
produksi energi.
Kelas
1. Makan
Memasukkan
makanan atau nutrient ke dalam tubuh.
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00216
|
Ketidakcukupan ASI
|
00163
|
Kesiapan meningkatkan nutrisi
|
00104
|
Ketidakefektifan pemberian ASI
|
00232
|
Obesitas
|
00105
|
Diskontinuitas pemberian ASI
|
00233
|
Berat badan berlebih
|
00106
|
Kesiapan meningkatkan pemberian ASI
|
00234
|
Risiko berat badan berlebih
|
00107
|
Ketidakefektifan pola makan bayi
|
00103
|
Gangguan menelan
|
00002
|
Ketidakseimbangan nutrisi : kurang
dari kebutuhan tubuh
|
||
Kelas
2. Pencernaan
Aktivitas
fisik dan kimiawi yang mengubah makanan menjadi substansi yang dapat
diabsorpsi dan digunakan.
|
|||
Saat ini belum ditemukan.
|
|||
Kelas
3. Absorpsi
Aktivitas
penggunaan nutrient dalam jaringan tubuh.
|
|||
Saat ini belum ditemukan.
|
|||
Kelas
4. Metabolisme
Proses
kimia dan fisik yang terjadi di dalam organism dan sel hidup untuk
perkembangan dan penggunaan protoplasma, produksi sisa dan energi, dengan
pelepasan energi untuk semua proses vital.
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00179
|
Risiko ketidakstabilan kadar glukosa
darah
|
00230
|
Risiko ikterik neonatus
|
00194
|
Ikterik neonates
|
00178
|
Risiko gangguan fungsi hati
|
Kelas
5. Hidrasi
Pemasukan
dan absorpsi cairan dan elektrolit
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00195
|
Risiko ketidakseimbangan elektrolit
|
00028
|
Risiko kekurangan volume cairan
|
00160
|
Kesiapan meningkatkan keseimbangan
cairan
|
00026
|
Kelebihan volume cairan
|
00027
|
Kekurangan volume cairan
|
00025
|
Risiko ketidakseimbangan volume cairan
|
c.
Domain
III : Eliminasi dan Pertukaran
Sekresi dan ekskresi produk sisa dari tubuh.
Kelas 1. Fungsi urinaria
Proses sekresi, reabsorpsi, dan
ekskresi urine.
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00016
|
Gangguan
eliminasi urine
|
00017
|
Inkontenensia
urine stress
|
00166
|
Kesiapan
meningkatkan eliminasi urine
|
00019
|
Inkontenensia
urine dorongan
|
00020
|
Inkontinensia
urinarius fungsional
|
00022
|
Risiko
inkontinensia urine dorongan
|
00176
|
Inkontinensia
urine aliran berlebihan
|
00023
|
Retensi
urine
|
00018
|
Inkontinensia
urine reflex
|
||
Kelas 2. Fungsi gastrointestinal
Proses absorpsi dan ekskresi produk
sisa pencernaan
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00011
|
Konstipasi
|
00013
|
Diare
|
00015
|
Risiko
konstipasi
|
00196
|
Disfungsi
motilitas gastrointestinal
|
00235
|
Konstipasi
fungsional kronis
|
00197
|
Risiko
disfungsi motilitas gastrointestinal
|
00236
|
Risiko
konstipasi fungsional kronis
|
00014
|
Inkontinensia
defekasi
|
00012
|
Persepsi
konstipasi
|
||
Kelas 3. Fungsi integument
Proses sekresi dan ekskresi melalui
kulit.
|
|||
Saat
ini belum ditemukan.
|
|||
Kelas 4. Fungsi respirasi
Proses pertukaran gas dan pembuangan
dan pembuangan produk sisa metabolisme.
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
||
00030
|
Gangguan pertukaran gas.
|
d.
Domain
IV : Aktivitas / Istirahat
Produksi, konservasi, penggunaan
atau keseimbangan sumber energi.
Kelas
1. Tidur / istirahat
Tidur,
berbaring, istirahat, inaktif
|
|||
Kode
|
Diagnosa
|
Kode
|
Diagnosis
|
00095
|
Insomnia
|
00165
|
Kesiapan meningkatkan tidur
|
00096
|
Deprivasi tidur
|
00198
|
Gangguan pola tidur
|
Kelas
2. Aktivitas / Olahraga
Menggerakkan
bagian – bagian tubuh (mobilitas), melakukan pekerjaan, atau melakukan
aktivitas dengan sering ( tetapi tidak selalu ) sesuai kekuatan.
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00040
|
Risiko sindrom disuse
|
00237
|
Hambatan duduk
|
00091
|
Hambatan mobilitas di tempat tidur
|
00238
|
Hambatan berdiri
|
00085
|
Hambatan mobilitas fisik
|
00090
|
Hambatan kemampuan berpindah
|
00089
|
Hambatan mobilitas berkusi roda
|
00088
|
Hambatan berjalan
|
Kelas
3. Keseimbangan energi
Suatu
keadaan harmoni dinamik antara asupan dan penggunaan sumber daya.
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00093
|
Keletihan
|
00154
|
Keluyuran
|
Kelas
4. Respons kardiovaskuker / pulmonal
Mekanisme
kardiopulmonal yang mendukung aktivitas/istirahat
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00092
|
Intoleran aktivitas
|
00203
|
Risiko ketidakefektifan perfusi ginjal
|
00094
|
Risiko intoleran aktivitas
|
00033
|
Gangguan ventilasi spontan
|
00032
|
Ketidakefektifan pola nafas
|
00200
|
Risiko penurunan perfusi jaringan
jantung
|
00029
|
Penurunan curah jantung
|
00201
|
Risiko ketidakefektifan perfusi
jaringan otak
|
00240
|
Risiko penurunan curah jantung
|
00204
|
Ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer
|
00239
|
Risiko gangguan fungsi kardiovaskuler
|
00228
|
Risiko ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer
|
00202
|
Risiko ketidakefektifan perfusi
gastrointestinal
|
00034
|
Disfungsi respons penyapihan
ventilator
|
Kelas
5. Perawatan diri
Kemampuan
melakukan aktivitas untuk merawat tubuh dan fungsi tubuh
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00098
|
Hambatan pemeliharaan rumah
|
00110
|
Defisit perawatan diri : eliminasi*
|
00108
|
Defisit perawatan diri : mandi*
|
00182
|
Kesiapan meningkatkan perawatan diri*
|
00109
|
Defisit perawatan diri : berpakaian*
|
00193
|
Pengabaian diri
|
00102
|
Defisit perawatan diri : makan*
|
e.
Domain
V : Persepsi/Kognisi
Sistem pemrosesan informasi manusia
termasuk perhatian, orientasi, sensasi, persepsi, kognisi dan komunikasi.
Kelas
1. Perhatian
Kesiapan
mental untuk memperhatikan atau mengamati.
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
||
00123
|
Kealpaan tubuh unilateral
|
||
Kelas
2. Orientasi
Kesadaran
terhadap waktu, tempat dan orang.
|
|||
Saat ini belum tersedia.
|
|||
Kelas
3. Sensasi / Persepsi
Menerima
informasi melalui indera sentuhan, pengecap, penghidu, pengelihatan,
pendengaran, dan kinestesis, dan pemahaman tentang data sensori yang
menghasilkan penamaan, asosiasi, dan / atau pola pengertian.
|
|||
Saat ini belum tersedia.
|
|||
Kelas
4. Kognisi
Penggunaan
memori, pembelafaran, berpikir, pemecahan masalah, abstraksi, penilaian,
insight, kapasitas intelektual, kalkulasi, dan bahasa.
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00128
|
Konfusi akut
|
00222
|
Ketidakefektifan kontrol impuls
|
00173
|
Risiko konfusi akut
|
00126
|
Defisiensi pengetahuan
|
00129
|
Konfusi kronik
|
00161
|
Kesiapan peningkatan pengetahuan
|
00251
|
Kontrol emosi labil
|
00131
|
Kerusakan memori
|
Kelas
5. Komunikasi
Pengiriman
dan penerima informasi verbal dan non verbal
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00157
|
Kesiapan meningkatkan komunikasi
|
00051
|
Hambatan komunikasi verbal
|
f.
Domain
VI : Persepsi Diri
Kesadaran tentang diri sendiri.
Kelas
1. Konsep diri
Persepsi
total tentang diri sendiri
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00185
|
Kesiapan meningkatkan harapan
|
00121
|
Gangguan identitas pribadi
|
00124
|
Keputusasaan
|
00225
|
Risiko gangguan identitas pribadi
|
00174
|
Risiko pelemahan martabat
|
00167
|
Kesiapan meningkatkan konsep diri
|
Konsep
2. Harga diri
Penilaian
tentang arti, kapabilitas, kepentingan, dan keberhasilan diri sendiri
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00119
|
Harga diri rendah kronik
|
00120
|
Harga diri rendah situasional
|
00224
|
Risiko harga diri rendah kronik
|
00153
|
Risiko harga diri rendah situasional
|
Kelas
3. Citra tubuh
Suatu
gambaran mental tentang tubuh diri sendiri
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
||
00118
|
Gangguan citra tubuh
|
g.
Domain
VII : Hubungan Peran
Hubungan atau asosiasi positif dan
negative di antara orang atau kelompok dan cara berhubungan yang ditunjukkan.
Kelas
1. Peran pemberi asuhan
Perilaku
yang diharapkan secara sosial dan orang yang memberi asuhan yang bukan
profesional kesehatan.
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00061
|
Ketegangan peran pemberi asuhan
|
00164
|
Kesiapan meningkatkan menjadi orang
tua
|
00062
|
Risiko ketegangan peran pemberi asuhan
|
00057
|
Risiko ketidakmampuan menjadi orang
tua
|
00056
|
Ketidakmampuan menjadi orang tua
|
||
Kelas
2. Hubungan keluarga
Hubungan
orang yang secara biologis berhubungan atau dihubungkan oleh pilihan
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kelas
|
Diagnosis
|
00058
|
Risiko gangguan perlekatan
|
00060
|
Gangguan proses keluarga
|
00063
|
Disfungsi proses keluarga
|
00159
|
Kesiapan meningkatkan proses keluarga
|
Kelas
3. Performa peran
Kualitas
berfungsi dalam pola perilaku sosial
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00223
|
Ketidakefektifan hubungan
|
00064
|
Konflik peran orang tua
|
00207
|
Kesiapan meningkatkan hubungan
|
00055
|
Ketidakefektifan performa peran
|
00229
|
Risiko ketidakefektifan hubungan
|
00052
|
Hambatan interaksi sosial
|
h.
Domain
VIII : Seksualitas
Identitas seksual, fungsi seksual,
dan reproduksi.
Kelas
1. Identitas seksual
Status
menjadi seseorang khusus sesuai dengan seksualitas dan/atau gender
|
|||
Saat ini belum tersedia
|
|||
Kelas
2. Fungsi seksual
Kapasitas
atau kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas seksualitas
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00059
|
Disfungsi seksual
|
00065
|
Ketidakefektifan pola seksualitas
|
Kelas
3. Reproduksi
Suatu
proses ketika manusia diproduksi
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00221
|
Ketidakefektifan proses
kehamilan-melahirkan
|
00227
|
Risiko ketidakefektifan proses
kehamilan-melahirkan
|
00208
|
Kesiapan meningkatkan proses
kehamilan-melahirkan
|
00209
|
Risiko gangguan hubungan ibu-janin
|
i.
Domain
IX : Koping / Toleransi stress
Berjuang dengan proses hidup/
peristiwa hidup.
Kelas
1. Respons pascatrauma
Reaksi
yang terjadi setelah trauma fisik atau psikologis
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00141
|
Sindrom pascatrauma
|
00114
|
Sindrom stress akibat perpindahan
|
00145
|
Risiko sindrom pascatrauma
|
00149
|
Risiko sindrom stress akibat
perpindahan
|
00142
|
Sindrom trauma pemerkosaan
|
||
Kelas
2. Respons koping
Proses
mengatasi stress lingkungan
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00199
|
Ketidakefektifan perencanaan aktivitas
|
00148
|
Ketakutan
|
00226
|
Risiko ketidakefektifan perencanaan
aktivitas
|
00136
|
Dukacita
|
00146
|
Ansietas
|
00135
|
Dukacita terganggu
|
00071
|
Koping defensive
|
00172
|
Risiko dukacita terganggu
|
00069
|
Ketidakefektifan koping
|
00241
|
Ganggguan pengelolaan mood
|
00158
|
Kesiapan meningkatkan koping
|
00187
|
Kesiapan meningkatkan kekuatan
|
00077
|
Ketidakefektifan koping komuntas
|
00125
|
Ketidakberdayaan
|
00076
|
Kesiapan meningkatkan koping komunitas
|
00152
|
Risiko ketidakberdayaan
|
00074
|
Penurunan koping keluarga
|
00210
|
Gangguan penyesuaian
|
00073
|
Ketidakmampuan koping keluarga
|
00212
|
Kesiapan meningkatkan penyesuain
|
00075
|
Kesiapan meningkatkan koping keluarga
|
00211
|
Risiko hambatan penyesuaian
|
00147
|
Ansietas kematian
|
00137
|
Kepedihan kronis
|
00072
|
Ketidakefektifan penyangkalan
|
00177
|
Stress berlebihan
|
Kelas
3. Stress neurobehavioral
Respons
perilaku yang merefleksikan fungsi saraf dan otak
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00049
|
Penururnan kapasitas adaptif
intracranial
|
00116
|
Disintegrasi perilaku bayi
|
00009
|
Disrefleksia autonomic
|
00117
|
Kesiapan meningkatkan integrasi
perilaku bayi
|
00010
|
Risiko disrefleksia autonomic
|
00115
|
Risiko disintegrasi perilaku bayi
|
j.
Domain
X : Prinsip Hidup
Prinsip – prinsip yang mendasari
sikap, pikiran dan perilaku tentang aturan, kebiasaan, atau institusi yang
dipandang sebagai benar atau memiliki makna intrinsic.
Kelas
1. Nilai
Identifikasi
dam peringkat bentuk aturan atau pernyataan yang diinginkan
|
|||
Saat ini belum tersedia
|
|||
Kelas
2. Keyakinan
Pendapat,
harapan atau penilaian tentang aturan kebiasaan, atau institusi yang
dipandang sebagai benar atau memiliki makna intrinsic
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
||
00068
|
Kesiapan meningkatkan kesejahteraan
spiritual
|
||
Kelas
3. Keselarasan nilai/keyakinan/tindakan
Keterkaitan
atau keseimbangan yang dicapai diantara nilai, keyakinan, dan tindakan
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00184
|
Kesiapan meningkatkan pengambilan
keputusan
|
00169
|
Hambatan religiositas
|
00083
|
Konflik pengambilan keputusan
|
00171
|
Kesiapan meningkatkan religiositas
|
00242
|
Hambatan pengambilan keputusan
emansipasi
|
00170
|
Risiko hambatan religiositas
|
00243
|
Kesiapan meningkatkan pengambilan
keputusan emansipasi
|
00066
|
Distress spiritual
|
00244
|
Risiko hambatan pengambilan keputusan
emansipasi
|
00067
|
Risiko distress spiritual
|
00175
|
Distress moral
|
k.
Domain
XI : Keamanan/Perlindungan
Bebas dari bahaya, cedera fisik
atau gangguan sistem imun; selamat dari kehilangan; dan perlindungan terhadap
keselamatan dan keamanan.
Kelas
1. Infeksi
Respons
host setelah invasi patogenik
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
||
00004
|
Risiko infeksi
|
||
Kelas
2. Cedera fisik
Bahaya
atau kesakitan fisik
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00031
|
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
|
00086
|
Risiko disfungsi neurovaskuler perifer
|
00039
|
Risiko aspirasi
|
00249
|
Risiko dekubitus
|
00206
|
Risiko perdarahan
|
00205
|
Risiko syok
|
00219
|
Risiko mata kering
|
00046
|
Kerusakan integritas kulit
|
00255
|
Risiko jatuh
|
00047
|
Risiko kerusakan integritas kulit
|
00035
|
Risiko cedera*
|
00156
|
Risiko sindrom kematian bayi mendadak
|
00245
|
Risiko cedera kornea*
|
00036
|
Risiko asfiksia
|
00087
|
Risiko cedera akibat posisi
perioperatif
|
00100
|
Pelambatan pemulihan pascabedah
|
00220
|
Risiko cedera termal*
|
00246
|
Risiko pelambatam pemulihan pascabedah
|
00250
|
Risiko cedera saluran kemih*
|
00044
|
Kerusakan integritas jaringan
|
00048
|
Kerusakan gigi
|
00248
|
Risiko kerusakan integritas jaringan
|
00045
|
Kerusakan membrane mukosa oral
|
00038
|
Risiko trauma
|
00247
|
Risiko kerusakan membrane mukosa oral
|
00213
|
Risiko trauma vascular
|
Kelas
3. Perilaku kekerasan
Penggunaan
kekuatan atau kekuatan berlebihan sehingga menyebabkan cedera atau
penganiayaan
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00138
|
Risiko perilaku kekerasan terhadap
orang lain
|
00138
|
Risiko mutilasi diri
|
00140
|
Risiko perilaku kekerasan terhadap
diri sendiri
|
00150
|
Risiko bunuh diri
|
00151
|
Mutilasi diri
|
||
Kelas
4. Bahaya lingkungan
Sumber
– sumber bahaya yang ada di sekitar
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00181
|
Kontaminasi
|
00037
|
Risiko keracunan
|
00180
|
Risiko kontaminasi
|
||
Kelas
5. Proses pertahanan tubuh
Suatu
proses ketika diri sendiri melindungi dirinya dari yang lain
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00218
|
Risiko efek samping media kontras
beryodium
|
00041
|
Respons alergi lateks
|
00217
|
Risiko respons alergi
|
00042
|
Risiko respons alergi lateks
|
Kelas
6. Termoregulasi
Proses
fisiologis pengaturan panas dan energi di dalam tubuh untuk tujuan melindungi
organism
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00005
|
Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh
|
00253
|
Risiko hipotermia
|
00007
|
Hipertermia
|
00254
|
Risiko hipotermia
|
00006
|
Hipotermia
|
00008
|
Ketidakefektifan termoregulasi
|
l.
Domain
XII : Kenyamanan
Rasa sejahtera atau nyaman secara
mental, fisik dan sosial.
Kelas
1. Kenyamanan fisik
Rasa
sejahtera dan nyaman dan/atau bebas dari nyeri
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00214
|
Gangguan rasa nyaman
|
00133
|
Nyeri kronis
|
00183
|
Kesiapan meningkatkan rasa nyaman
|
00256
|
Nyeri persalinan
|
00134
|
Mual
|
00255
|
Sindrom nyeri kronis
|
00132
|
Nyeri akut
|
||
Kelas
2. Kenyamanan lingkungan
Rasa
sejahtera atau nyaman didalam/ dengan lingkungannya
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00214
|
Gangguan rasa nyaman
|
00183
|
Kesiapan meningkatkan rasa nyaman
|
Kelas
3. Kenyamanan sosial
Rasa
sejahtera atau nyaman dengan situasi sosialnya
|
|||
Kode
|
Diagnosis
|
Kode
|
Diagnosis
|
00214
|
Gangguan rasa nyaman
|
00054
|
Risiko kesepian
|
00183
|
Kesiapan meningkatkan rasa nyaman
|
00053
|
Isolasi sosial
|
m.
Domain
XIII : Pertumbuhan/Perkembangan
Peningkatan sesuai usia pada
dimensi fisik, maturasi sistem organ, dan/ atau progresi sepanjang tahapan
perkembangan.
Kelas
1. Pertumbuhan
Peningkatan
pada dimensi fisik atau maturasi sistem organ
|
|
Kode
|
Diagnosis
|
00113
|
Risiko pertumbuhan tidak proporsional
|
Kelas
2. Perkembangan
Progresi
atau regresi dalam urutan tahap kehidupan
|
|
Kode
|
Diagnosis
|
00112
|
Risiko keterlambatan perkembangan
|
E.
Keterkaitan NANDA / NOC dan NIC
Suatu kaitan adalah
sebuah asosiasi hubungan yang ada antara pasien, keluarga, atau masalah
komunitas (diagnosis keperawatan) dan outcome yang diinginkan (ketetapan atau
perbaikan masalah). Secara umum kaitan diagnosis dan outcome membantu
perawat untuk memilih suatu outcome
untuk masalah pasien yang spesifik berdasarkan definisi masalah, batasan
karakteristik, dan faktor-faktor yang terkait diagnosis. Proses ini
memfasilitasi penilaian kondisi pasien,memperbanyak pengambilan keputusan
klinis, dan memperkuat penalaran diagnostik. Kaitan antara outcome dengan
diagnosis keperawatan diidentifikasi pada bagian ini adalah pilihan – pilihan
yang dapat dipilih perawat selama proses perencanaan perawatan.
Diagnosis
keperawatan dibagi menjadi tiga tipe utama diagnosis yang disediakan dalam
klasifikasi NANDA-I: diagnosisi aktual, diagnosis keperawatan risiko, diagnosis
keperawatan promosi kesehatan . untuk diagnosis keperawatan aktual, tiga
kategori outcome disediakan. Kategori pertama memberikan outcome untuk mengukur
ketetapan dan diagnosis keperawatan. Kategori kedua memberikan outcome tambahan
untuk mengukur batasan karakteristik yang diidentifikasi untuk diagnosis
keperawatan. Kategori ketiga mengidentifikasi outcome yang berhubungan dengan
faktor-faktor terkait atau outcome menengah. Membagi outcome dengan komponen
masing-masing diagnosis aktual NANDA-I membantu perawat untuk memilih outcome
yang dapat mengukur outcome keseluruhan serta batasan karakteristik atau dampak
dari faktor-faktor yang terkait untuk setiap diagnosis. Utnuk diagnosis keperawatan
risiko kedua kategori outcome disediakan. Kategori pertama memberikan outcome
untuk menilai dan mengukur kejadian aktual dari diagnosis. Kategori kedua dari
outcome dikaitkn denfan faktor risiko. Hal ini memungkinkan perawat untuk
menilai masalah potensial dan mengukur faktor-faktor risiko, merupakan kunci
untuk seorang pasien yang berisiko untuk mngembangkan diagnosis. Untuk
diagnosis promosi kesehatan hanya satu kategori dari outcome yang dibutuhkan.
Tipe diagnosa ini memberikan hanya batasan karakteristik dalam klasifikasi
NANDA-I. Setiap diagnosis memiliki suatu daftar outcome yang difokuskan pada
pengukuran batasan karakteristik yang diidentifikasi.
F.
Taksonomi NOC dan NIC
Taksonomi dari intervensi keperawatan
DOMAIN
1 Fisiologi: Dasar
Perawatan yang mendukung fungsi fisik
|
DOMAIN
2 Fisiologi: Kompleks
Perawatan
yang mendukung regulasi homeostatis
|
A.Manajemen
Aktifitas dan latihan
Intervensi intervensi untuk mengatur
atau membantu aktivitas fisik, konservasi dan pengeluaran energy.
B.Manajemen Eliminasi
Intervensi intervensi untuk membuat
dan mempertahankan pola eleminasi urin dan pencernaan yang teratur dan
mengatasi komplikasi akibat perubahan pola tersebut.
C.Manajemen
Immobilisasi
Intervensi intervensi untuk mengatasi
keterbatasan pergerakan tubuh dan kekambuhannya.
D.Dukungan
Nutrisi
Intervensi
intervensi untuk memodifikasi atau mempertahankan status nutrisi
E.Peningkatan
Kenyaman Fisik
Intervensi intervensi untuk
meningkatkan kenyamanan dengan menggunakan teknik fisik.
F.Fasilitasi
Perawatan Diri
Intervensi intervensi yang menyediakan
atau membantu aktiviitas rutin kehidupan sehari hari
|
G.Manajemen
Elektrolit dan AsamBasa
intervensi intervensi untuk mengatur keseimbangan elektrolit/asam basa dan mencegah komplikasi
H.Manajemen
Obat Obatan
Intervensi intervensi untuk
memfasilitasi efek yang diharapkan dari agen farmakologi
I.Manajemen
Neurologis
Intervensi intervensi untuk
mengoptimalkan fungsi neurologis
J.Manajemen
Perioperatif
Intervensi intervensi untuk memberikan
perawatan sebelum, selama dan sesaat setelah proses pembedahan
K.Manajemen
Pernafasan
Intervensi intervensi untuk
meningkatkan kepatenan jalan nafas dan pertukaran gas
L.Manajemen
Kulit/Luka
Intervensi intervensi untuk
mempertahankan atau mengembalikan integritas jaringan
M.Termoregulasi
Intervensi intervensi untuk
mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal
N.Manajemen
Perfusi Jaringan
Intervensi intervensi untuk
mengoptimalkan sirkulasi darah dan cairan ke dalam jaringan.
|
DOMAIN
3 PERILAKU
Perawatan yang mendukung fungsi fisik
|
DOMAIN
4 KEAMANAN
Perawat yang mendukung perlindungan
terhadap ancaman
|
O.Terapi
Perilaku
Intervensi intervensi untuk memperkuat
atau meningkatkan perilaku yang diharapkan atau merubah perilaku yang tidak
diharapkan.
P.Terapi
Kognitif
Intervensi intervensi untuk memperkuat
atau meningkatkan fungsi kognitif yang diharapkan atau merubah fungsi
kognitif yang tidak diharapkan.
Q.Peningkatan
komunikasi
Intervensi intervensi untuk
memfasilitasi pemberian dan penerimaan pesan verbal dan nonverbal y
R.Bantuan
koping
Intervensi intervensi untuk membantu
orang lain untuk membangun kekuatan diri untuk beradaptasi pada perubahan
fungsi atau menerima tingkatan fungsi yang lebih tinggi.
S.Pendidikan
pasien
Intervensi intervensi untuk
memfasilitasi pembelajaran
T.Peningkatan
Kenyamanan psikologis
Intervensi intervensi untuk
meningkatkan kenyamanan dengan menggunakanteknik psikologis
|
U.Manajemen
krisis
Intervensi intervensi yang memberikan
bantuan jangka pendek segera baik dalam kondisi krisis psikologis maupun
fisiologis.
V.Manajemen
Risiko
Intervensi intervensi yang dilakukan
untuk menurunkan risiko dan memantau risiko yang ada secara terus menerus
sepanjang waktu.
|
DOMAIN
5 KELUARGA
Perawatan yang mendukung keluarga
|
DOMAIN
6 SISTEM KESEHATAN
Perawatan untuk mendukung penggunaan
sistem pelayanan layanan kesehatan yang efektif.
|
W.Perawatan
melahirkan
Intervensi intervensi untuk membantu
dalam persiapan melahirkan dan mengatur perubahan psikologis dan fisiologis
sebelum, selama, dan segera serelah melahirkan.
X.Perawat
sepanjang hidup
Intervensi intervensi untuk
memfasilitasi fungsi unit keluarga dan meningkatkan kesehatan serta
kesejahteraan anggota keluarga sepanjang kehidupan.
Y.Perawatan
membesarkan anak
Intervensi intervensi untuk membantu
dalam membesarkan anak-anak.
|
Z.Mediasi
sistem kesehatan
Intervensi intervensi untuk
memfasilitasi kesepakatan antara pasien/keluarga dan sistem pelayanan
kesehatan
a.Manajemen
sistem kesehatan
intervensi intervensi untuk
menyediakan dan meningkatkan dukungan pemberian pelayanan (kesehatan).
b.Manajemen
informasi
intervensi intervensi untuk
memfasilitasi komunikasi terkait pelayanan kesehatan.
|
DOMAIN
7 KOMUNITAS
Perawatan yang mendukung kesehatan
komunitas
|
c.Peningkatan
kesehatan komunitas
intervensi intervensi untuk
meningkatkan kesehatan seluruh masyarakat.
d.Manajemen
risiko komunitas
intervensi intervensi yang membantu
mendeteksi atau mencegah risiko kesehatan pada seluruh komunitas.
|
Contoh
NIC
Manajemen Kejang
|
Definisi : Perawatan klien selama kejang dan keadaan tidak
sadarkan diri.
|
Aktivitas-aktivitas
·
Pertahankan jalan nafas
·
Balikkan badan klien ke satu
sisi
·
Pandu gerakan klien untuk
mencegah terjadinya cedera
·
Monitor arah kepala dan mata
selama kejang
·
Longgarkan pakaian
·
Tetap di sisi klien selama
[klien mengalami] kejang
·
Pasang IV line dengan benar
·
Berikan oksigen dengan benar
·
Monitor status neurologis
·
Monitor tanda-tanda vital
·
Orientasikan [pasien] kembali
setelah kejang
·
Catat lama kejang
·
Catat karakteristik kejang
(misalnya, keterlibatan anggota tubuh, aktivitas motorik, dan kejang
progresif)
·
Dokumentasikan informasi
mengenai kejang
·
Berikan obat-obatan dengan
benar
·
Berikan obat anti kejang
dengan benar
·
Monitor tingkat obat-obatan
anti epilepsi dengan benar
·
Monitor durasi periode
ketidaksadaran dan karakteristiknya
|
G.
Pemilihan Intervensi
a. Hasil
yang diinginkan pasien :
Pencapaian
hasil pasien harus ditentukan sebelum dilakukan pemilihan intervensi. Outcome
ini berperan sebagai suatu criteria terhadap penilaian keberhasilan dari
intervensi keperawatan yang dilakukan. Pencapaian outcome menggambarkan
perilaku, tanggapan, dan perasaan pasien dalam menanggapi tindakan perawatan
yang diebrikan oleh perawat. Banyak variable yang mempengaruhi outcome,
termasuk diantaranya adalah masalah klinik; intervensi yang ditentukan oleh
penyedia pelayanan kesehatan; penyedia perawatan kesehatan; lingkungan diman
perawatan diterima oleh pasien; motivasi pasien itu sendiri, struktur genetic,
patofisiologi dan orang-orang terdekat pasien(significant others/SO). Terdapat banyak intervensi atau
mediasi variabel dalam setiap situasi, sehingga pada beberapa kasus, sulit
untuk mengetahui hubungan sebab akibat antaraintervensi keperawatan dan outcome
yang dicapai pasien. Perawat harus mengidentifikasi setiap outcome pasien yang
mungkin dapat diharapkan dan dapat dicapai sebagai hasil dari asuhan
keperawatan yang diimplementasikan.
Cara yang
paling efektif untuk menentukan outcome adalah dengan menggunakan Nursing
Outcome Classification(NOC).40 NOC terdiri dari 490 hasil pencapaian bagi
individu, keluarga dan masyarakat yang mewakili umtuk semua tatanan dan
spesialis klinis. Setiap outcome NOC menggambarkan kondisi pasien di tingkat
koseptual dengan adanya indicator untuk setiap outcome yang diharapkan berespon
terhadap intervensi keperawatan. Indicator untuk setiap outcome memungkinkan
adanya pengukuran outcome dengan menggunakan 5-poin skala likert dari skala
yang paling negative ke skala yang
paling positif. Skala pencapaian yang terus berulang seiring waktu akan
menunjukan adanya perubahan pada kondisi pasien. Sehingga, outcome NOC
digunakan dalam rangka memonitor seberapa besar perkembangan kemajuan pasien,
atau justru mungkin terjadi kemunduran dalam perkembangan pasien selama proses
perawatan. Outcomes NOC dikembangkan sehingga dapat digunakan dalam semua
kondisi, semua area spesialisasi, dan disepanjang proses perawatan pasien.
Contoh outcome NOC pada label “Status Kenyamanan” dapat dilihat dalam kotak 2-1
yang menunjukan adanya label, definisi, indicator, dan skala pengukuran.
Outcomes NOC juga terkait dengan diagnose keperawatan NANDA Internasional
(NANDA-I), dan kaitannya dapat dilihat dibagian belakang buku NOC. Intervensi
NIC juga terkait dengan outcomes NOC dan diagnose keperawatan NANDA-I dan semua
kaitan ini dapat dipelajari di dalam satu buku yang berjudul NOC-NIC linkages
to NANDA-I and clinical conditions: supporting critical reasoning and quality
of care.
b. Karakteristik
diagnosa keperawatan :
Outcomes
dan intervensi dipilih karena berhubungan dengan diagnose keperawatan tertentu.
Penggunaan bahasa keperawatan yang terstandar/seragam dimulai pada sekitar awal
tahun 1970an, diawali dengan adanya penngembangan klasifikasi diagnose
keperawatan NANDA. Diagnose keperawatan berdasarkan NANDA-I merupakan “
pertimbangan klinis mengenai pengalaman atau respon individu, keluarga, atau
komunitas terhadap adanya masalah kesehata/ proses kehidupan baik yang actual
maupun potensial” dan NANDA-I juga menyediakan data dasar dalam pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai outcome dimana perawat mempunyai tanggung
jawab penuh didalamnya41. Elemen pernyataan diagnosis NANDA-I actual terdiri
dari label, faktor yang berhubungan (penyebab dan faktor yang berhubungan)
serta batasan karakteristik (tanda dan gejala). Intervensi sebaiknya langsung
mengarah kepada kerusakan/gangguan pada faktor penyebab(faktor yang berhubungan
dengan) atau penyebab diagnosis. Jika intervensi yang dilakukan berhasil
mengatasi penyebab/etiologi, maka status pasien diharapkan akan membaik. Namun
terkadang faktor penyebab tidak bisa selalu diubah dan jika hal ini terjadi,
maka sangat penting bagi perawat untuk mengatasi batasan karakteristik(tanda
dan gejala).
Untuk
membantu memilih intervensi keperawatan yang tepat, bagian enam dalam buku ini
telah menyiapkan daftar intervensi yang utama dan yang dianjurkan untuk dapat
mengatasi diagnose keperawatan NANDA-I. selanjutnya, buku dengan judul NOC-NIC
Linkages to NANDA-I and Clinical Conditions; Supporting Clibical Reasoning and
Quality Care32 yang ada saat ini merupakan sumber yang penting sebagi refrensi
untuk mengidentifkasi outcomes dan intervensi pada semua diagnose keperawatan
NANDA-I maupun 10 kondisi umum misalnya pada asma, PPOK, kanker kolon dan
rectum, depresi, diabetes mellitus, gagal jantung, hipertensi pneumonia, stroke
dan penggantian sendi total; panggul/lutut.
c. Intervensi
berbasis riset
Institute
Of Medicine (IOM) dalam laporannya dengan judul Health Proffesions Education: A
Bridge to Quality25 memaparkan beberapa perubahan yang terjadi pada pendidikan
semua bidang kesehatan professional, dimana dalam proses pendidikannya, semua
bidang kesehatan professional harus memasukan materi penggunaan praktik
berbasis bukti ilmiah (evidence based practice/EBP). Lembaga Riset dan
Pelayanan Kesehatan,IOM, dan lembaga pemerintah lainnya merupakan tempat yang
menetap bahwa panduan klinis harus menggunakan EBP sebagai dasar pemberian
perawatan kesehatan.24 lembaga-lembaga ini memberikan penekanan pada pilihan
intervensi yang didukung oleh adanya bukti ilmiah penelitian yang harapan nya
akan meningkatkan outcome pasien dan praktik pelayanan di tatanan klinis.
Pengembangan keterampilan perawat saat ini dirasa sangat penting, sehingga hal
ini menuntut perawat untuk secara terus menerus melihat kembali apakah
pelayanan keperawatan yang diberikan saat ini adalah merupakan praktik klinis
terbaik. Untuk mengetahui apakah praktik tersebut merupakan praktik terbaik,
bukti ilmiah berbasis penelitian harus diketahui dan dgunakan dalam memilih intervensi.
Maka secara tidak langsung, perawat yang menggunakan intervensi merasa familiar
dengan konsep penelitian itu sendiri. Melalui penelitian, keefetifan intervensi
yang dipilih pada berbagai jenis pasien
dapat diketahui. Beberapa intervensi dan aktivitas keperawatan sudah diteliti
dan disusun berdasarkan keilmuan para klinisi yang handal. Buku saku diagnose
keperawatan seperti Ackley dan Ladwig1, menyajikan refrensi penelitian
d.
Visibilitas dalam
mempraktikan intervensi :
Pertimbangan
visibilitas meliputi bagaimana suatu intervensi berkaitan dengan intervensi
yang lain, baik intervensi keperawatan maupun intervensi dari tenaga kesehatan
yang lain. Penting untuk diingatkan disini bahwa perawat terlibat dalam
keseluruhan rencana perawatan pasien. Pertimbangan yang lainnya adalah biaya
yang akan dikeluarkan dan waktu yang diperlukan untuk mengimplementasikan
intervensi tersebut. Dalam pemilihan intervensi keperawatan yang tepat, perawat
juga harus mempertimbangkan intervensi dari tenaga kesehatan lain, biaya yang
dikeluarkan, dan estimasi waktu yang diperlukan.
e.
Penerimaan pasien
Intervensi
yang dipilih harus diterima pasien dan keluarga. Perawat sering
merekomendasikan pilihan intervensi dalam rangka membantu pasien mencapai
outcome yang diharapkan. Untuk memfasilitasi pasien dalam memilih intervensi,
pasien harus diberikan informasi yang adekuat mengenai setiap intervensi
terkait dan bagaimana sebaiknya pasien berpartisipasi dalam tindakan tersebut.
Hal yang menjadi paling pertimbangan utama dalam pemilihan intervensi adalah
nilai, kepercayaan, dan kebudayaan pasien harus dipertimbangkan pada saat
memilih intervensi.
f.
Kemampuan perawat
Perawat
harus mampu memberikan intervensi keperawatan tertentu. Untuk menjadi perawat
yang komponen dalam tindakan keperawatan, perawat harus: (1) mempunyai ilmu
pengetahuan mengenai alas an ilmiah dan rasional untuk setiap intervensi
keperawatan, (2) memiliki kemampuan psikomotor dan interpersonal, (3) mampu
melakukan fungsinya dalam tatanan khusu untuk secara efektif menggunakan
sumber-sumber perawatan kesehatan.9 sangat jelas sekali terlihat, bahwa dari
total 5544 intervensi keperawatan yang disajikan, sangat mustahil jika hanya
dilakukan oleh satu orang perawat.
Keperawatan,
seperti cabang ilmu kesehatan lainnya, merupakan sebuah profesi dimana setiap
perawat mempunyai keahlian tertentu dan mampu berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain jika diperlukan.
Setelah mempertimbangkan setiap faktor diatas untuk
pasien tertentu, perawat kemudian akan memilih intervensi. Tahap ini tidak
serumit dan tidak Selama yang dibayanngka. Benner menyatakan bahwa mahasiswa
keperawatan dan perawat pemula harus mencermati hal-hal diatas secara detail
dan sistematis. Seiring berjalannya waktu, perawat akan mampu mensistesis
informasi dan menemukan pola yang sesuai secara cepat. Satu keuntungan dari
metode pengklasifikasian terutama bagi perawat pemula, yakni cara ini dapat
memfasilitasi proses belajar mengajar dalam pengambilan keputusan. Dengan
menggunakan bahasa keperawatan yang seragam/standar dalam menyebutkan
intervensi keperawatan, bukan berarti kita berhenti memberikan perawatan secara
personal kepada setiap individu. Tetapi justru, intervensi keperawatan dibuat
untuk beragam individu dengan mempertimbangkan berbagai pilihan aktivitas dan
memodifikasi aktivitas tersebut berdasarkan usia pasien, status fisik, social,
emosional, dan spiritual pasien dan keluarga. Modifikasi ini dibuat oleh
perawat dengan menggunakan pertimbangan klinis.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Keterampilan dokumentasi yang efektf
memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya
dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan yang akan dikerjakan oleh perawat.
Pencatatan proses keperawatan
merupakan metode yang tepat untuk pengambilan keputusan yang sistematis,
problem solving, dan inset lebih tanjut. Dokumentasi proses keperawatan
mencakup pengkajian, identifikas masalah, perencanaan, dan tindakan. Perawat
kemudian Mengobservasi dan mengevaluasi respon klien terhadap tindakan yang
diberikan, dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada tenaga kesehatan
lainnya.
Perawat memerlukan sesuatu
keterampilan untuk memenuhi standar dokumentasi. Standar dokumentasi adalah
suatu pernyataan tentang kualitasn dan kwantitas dokumentasi yang
dipertimbangkan secara adekuat dalam suatu situasi tertentu. Standar
dokumentasi berguna untuk memperkuat pola pencatatan dan sebagai petunjuk atau
pedoman praktek pendokumentasian dalam memberikan tindakan keperawatan.
B.
Saran
Melalui makalah ini kami ingin
menyampaikan saran kepada pembaca khususnya kepada mahasiswa agar dapat memahami materi mengenai model dokumentasi nanda
nic noc.
DAFTAR PUSTAKA
Bulecheck,
G dkk. 2016. Nursing Interventions
Classification, 6th Indonesian edition. CV. Mocomedia : Yogyakarta
Heather,
T.H dan Shigemi Kamitsuru. 2015. NANDA
International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017,
Ed. 10. EGC : Jakarta
Hidayat.2009.
Pengantar Dokumentasi
Proses Keperawatan. Jakarta: EGC.
Jasun. (2006). Aplikasi proses keperawatan dengan pendekatan, Nanda NIC, NOC
dalam sistem informasi manajemen keperawatan .
Moorhead,
S dkk. 2016. Nursing Outcome
Classification, 5th Indonesia edition. CV. Mocomedia: Yogyakarta
Nanda.2012.
Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC.
Nursalam.
2011. Proses dan Dokumentasi Keperawatan :
Konsep dan Praktik.
Jakarta: Salemba Medika
No comments:
Post a Comment