BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Hepatitis B merupakan penyakit yang banyak ditemukan
didunia dan dianggap sebagai persoalan kesehatan masyarakat yang
harus diselesaikan. Hal ini karena selain prevalensinya
tinggi, virus hepatitis B dapat menimbulkan problema pasca akut. Sepuluh persen
dari infeksi virus hepatitis B akan menjadi kronik dan 20 % penderita hepatitis
kronik ini dalam waktu 25 tahun sejak tertular akan mengalami cirroshis hepatis
dan karsinoma hepatoselluler
(hepatoma). Kemungkinan akan menjadi
kronik lebih tinggi bila infeksi terjadi pada usia balita dimana respon imun
belum berkembang secara sempurna.
Pada
saat ini didunia diperkirakan terdapat kira-kira 350 juta orang pengidap
(carier) HBsAg dan 220 juta (78 %) diantaranya terdapat di Asia termasuk
Indonesia. Berdasarkan pemeriksaan HBsAg
pada kelompok donor darah di Indonesia prevalensi Hepatitis B berkisar
antara 2,50-36,17 % (Sulaiman, 1994). Selain itu di Indonesia infeksi virus
hepatitis B terjadi pada bayi dan anak, diperkirakan 25 -45,g% pengidap adalah karena infeksi perinatal. Hal ini berarti bahwa
Indonesia termasuk daerah endemis penyakit hepatitis B dan termasuk negara yang
dihimbau oleh WHO untuk melaksanakan upaya pencegahan (Imunisasi).
Hepatitis
B biasanya ditularkan dari orang ke orang melalui darah/darah produk yang terkontaminasi HBV (Hepatitis B Virus). Di
Indonesia kejadian hepatitis B satu diantara 12-14 orang, yang berlanjut
menjadi hepatitis kronik, chirosis hepatis dan hepatoma. Satu atau dua kasus meninggal akibat hepatoma.
Mengingat jumlah kasus dan akibat hepatitis B, maka diperlukan pencegahan
sedini mungkin. Menurut WHO bahwa pemberian vaksin hepatitis B tidak akan
menyembuhkan pembawa kuman (carier) yang kronis, tetapi diyakini 95 %
efektif mencegah berkembangnya penyakit
menjadi carier.
Hepatitis
adalah penyakit infeksi hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis A, B, C, D
atau E. Hepatitis dapat menimbulkan gejala demam, lesu, hilang nafsu makan,
mual, nyeri pada perut kanan atas, disertai urin warna coklat yang kemudian
diikuti dengan ikterus (warna kuning pada kulit dan/sklera mata karena
tingginya bilirubin dalam darah). Hepatitis dapat pula terjadi tanpa
menunjukkan gejala (asimptomatis). Prevalensi hepatitis 2013 adalah 1,2 persen,
dua kali lebih tinggi dibandingkan 2007(Gambar 3.4.5). Lima provinsi dengan
prevalensi hepatitis tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (4,3%), Papua (2,9%),
Sulawesi Selatan (2,5%), Sulawesi Tengah (2,3%) dan Maluku (2,3%) (Tabel3.4.5).
Bila dibandingkan dengan Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur masih merupakan
provinsi dengan prevalensi hepatitis tertinggi.
B.
Rumusan
Masalah
Kejadian hepatitis B semakin
meningkat. Di seluruh dunia sudah 2 milyar orang terkena Hepatitis B
dan sebanyak 360 juta jiwa pasien yang ada sudah dalam keadaan kronis.
Usaha pencegahan sendiri dapat dilakukan
bila kita memahami bagaimana resiko penularan Hepatitis B ini. Menjaga gaya
hidup tetap sehat dan melakukan vaksinasi Hepatitis B dapat membantu mencegah
terkena penularan penyakit ini.
C.
Tujuan
penulisan.
a. Mahasiswa
Mampu Memahami Definisi Hepatitis
b. Mahasiswa
Mampu Memahami Etiologi Hepatitis
c. Mahasiswa
Mampu Memahami Klasifikasi dan Penyebab Hepatitis
d. Mahasiswa
Mampu Memahami Manifestasi Hepatitis
e. Mahasiswa
Mampu Memahami Patofisiologi Hepatitis
f. Mahasiswa
Mampu Memahami Pathway Hepatitis
g. Mahasiswa
Mampu Memahami penatalaksanaan Hepatitis
h. Mahasiswa
Mampu Memahami Asuhan Keperawatan pada Pasien Hepatitis
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Defenisi
Hepatitis adalah suatu proses
peradangan difusi pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan
oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi,
1999). Hepatitis
adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat
atau alkohol (Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145) Hepatitis virus
merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia
serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001). Hepatitis adalah Suatu
peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti; kimia atau obat atau agen
penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131)
Hepatitis terbagi 2 (dua) yaitu :
Hepatitis Akut dan Kronis
Hepatitis akut adalah penyakit yang
timbul dengan cepat,tajam dan menyakitkan. Gejala hepatitis akut lebih
menyakitkan tetapi hanya bertahan selama beberapa bulan.Tergantung pada sistem
kekebalan tubuh pasien,gejala-gejala akut berkisar dari ringan sampai gagal
hati yang berat. Beberapa jenis virus hepatitis lebih mungkin untuk menciptakan
gejala-gejala akut seperti jenis B, sementara jenis C biasanya menginduksi
gejala-gejala ringan.
Hepatitis kronis adalah mempunyai
gejala tidak terlalu parah namun terus dirasakan penderitanya selama
berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.Gejala biasanya ringan, tetapi
infeksi terus menerus dan terjadi penghancuran jaringan sehingga menyebabkan
kerusakan hati yang mengarah ke sirosis,gagal hati, atau kanker hati.
B.
Etiologi
Dua penyebab utama hepatitis adalah
penyebab virus dan penyebab non virus. Sedangkan insidensi yang muncul
tersering adalah hepatitis yang disebabkan oleh virus.
1. Hepatitis
virus dapat dibagi ke dalam hepatitis :
a) Hepatitis
A (HAV)
b) Hepatitis
B (HBV)
c) Hepatitis
C (HCV)
d) Hepatitis
D (HDV)
e) Hepatitis
E (HEV)
Semua
jenis virus tsb merupakan virus RNA kecuali virus hepatitis B yang merupakan
virus DNA.
2. Hepatitis
non virus yaitu :
a)
Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya
menjadi alkohol sirosis.
b)
Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering
disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut.
c)
Bahan Beracun
(Hepatotoksik)
d)
Akibat Penyakit lain
(Reactive Hepatitis)
C.
Klasifikasi
dan Penyebab Hepatitis
Hepatitis
|
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
MASA
INKUBASI
|
14 – 49 hari (+/- 28 hari)
|
30-180 hari
(+/= 75 hari)
|
15-150 hari
|
35 hari
|
14-63 hari
|
CARA
PENULARAN
-
FEKAL– ORAL
-
PARENTERAL
-
LAIN - LAIN
|
Ya
Akhir
ini bisa ?
“WATER
BORNE”
|
Tidak
Ya
Kontak
seks, kontak serumah
Transmisi
Vertikal
|
Tidak
Ya
Kontak
seks
Kontak
serumah
|
Tidak
Ya
Kontak
seks
Kontak
serumah
|
Ya
Tidak
“WATER
BORNE”
|
TIPE
PENYAKIT
|
BIASANYA
AKUT
|
BERVARIASI
|
BERVARIASI
|
BIASANYA
AKUT (FULMINAN)
|
Biasanya
akut
|
CARRIER
KRONIK
|
TIDAK
|
5-10%
|
80%
|
70-80%
|
Tidak
|
CAH
SIROSIS
HEPATOMA
|
TIDAK
|
50%
20%
YA
|
YA
20%
|
YA
|
Tidak
|
MORTALITAS
|
0.1-0.2%
|
0.5-2%
TANPA
KOMPLIKASI
|
30%
PADA PASIEN KRONIS
|
15-20%
PADA WANITA HAMIL
|
D.
Manifestasi
Hepatitis
Menifestasi klinik dari semua jenis
hepatitis virus secara umum sama. Manifestasi klinik dapat dibedakan
berdasarkan stadium.Adapun manifestasi dari masing – amsing stadium adalah
sebagai berikut:
1.
Fase Inkubasi
merupakan waktu diantara saat
masuknya virus dan saat timbulnyagejala atau iktrus
2.
Fase Prodromal (pra
ikterik)
fase diantara timbulnya
keluhan-keluhanpertama dan gejala timbulnya icterus:
3.
Permulaan ditandai
dengan : malaise umum, mialgia, atralgia mudah lelah, gejala saluran
nafas dananoreksi.
4.
Nyeri abdomen biasanya
ringan dan menetap di kuadran kanan atas atau epigastrikum
5.
Fase icterus
Muncul setelah 5-10 hari, tetapi
dapat juga muncul bersamaan dengan munculnya gejala.
6.
Fase Konvalesen
(penyembuhan)
1. Diawali
dengan menghilangnya ikterus dan keluhan lain tetapi hepatomegali dan
abnormalitas fungsi hati tetap ada
Ditandai dengan :
a) Munculnya
perasaan lebih sehat
b) Kembalinya
napsu makan
c) Keadaan
akut biasanya akan membaik dalam 2-3 minggu
2. Pada
5% - 10% kasus hepatitis B perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit ditangani
hanya < 1% yang menjadi fulminan (menyeluruh)
E.
Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar
(hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap
obat-obatan dan bahan-bahan kimia.Unit fungsional dasar dari hepar disebut
lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri.Sering dengan
berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu.Gangguan
terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan
kerusakan sel-sel hepar.Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak
dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar
baru yang sehat.Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis
sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi
virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang
memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini
dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan
sel parenkim hati.Walaupun jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi
masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan
duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin
tersebut didalam hati.Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal
konjugasi.Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus
hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan
regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek),
maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk).Jadi ikterus
yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan,
konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit
sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis).Karena bilirubin
konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih,
sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan
kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu
dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
F.
Pathway
Menurut corwn
Elizabeth(2001)hepatitis merupakan peradangan hati yang dapat disebabkan oleh
infeksi atau toksin termasuk alcohol dan dijumpai pada kanker hati.
G.
Penatalaksanaan
1.
Penatalaksanaan
Keperawatan
a.
Menghindari
makanan-makanan berlemak, makanan pedas dan asam.
b.
Tirah baring selama
fase akut dengan diet yang cukup bergizi.
c.
Pemberian makanan
intravena mungkin perlu selama fase akut bila pasien terus menerus muntah.
d.
Aktivitas fisik perlu
dibatasi hingga gejala-gejala mereda dan bila tes fungsI hati kembali normal.
e.
Memperbaiki organ-organ
hati yang rusak: temulawak, jinten hitam.
f.
Mengurangi peradangan
hati: rumput mutiara, sambiloto, temulawak, tapak liman,
semanggi gunung, kunyit, sawi langit.
g.
Membersihkan
racun-racun di hati: sambiloto, temu lawak, tapak liman,
pegagan, rumput mutiara
h.
Mengurangi rasa sakit,
panas dan muntah : mimba, pegagan, rumput mutiara, tapak liman, sambiloto,
alang-alang)
i.
Membantu kerja hati:
kunyit, sambiloto, mengkudu, brotowali, sambung nyawa.
j.
Menghambat perkembangan
virus, & melemahkan aktivitas virus: sambiloto, temu lawak, pegagan,
daun sendok, kunyit, tapak liman.
k.
Meningkatkan system
kekebalan tubuh: temulawak, sambiloto, kunyit, pegagan, kelor, jali). Kelebihan
tanaman obat dalam mengobati penyakit hepatitis yaitu bersifat konstruktif dan
merefitalisasi jaringan-jaringan liver yang rusak serta sekaligus berfungsi
mengobati penyakit penyerta dan penyakit komplikasinya.
2.
Penatalaksanaan Medis
a.
Hepatitis A
1. Analgetik
(pereda nyeri) : Paracetamol,
dosis yang digunakan jangan melebihi 4gram/hari.
2. Anti
muntah: Metoclopramide
b.
Hepatitis B
1. Obat
yang digunakan adalah anti virus untuk menghambat replikasi sel virus dan
mengurangi aktifitasnya. Yang termasuk anti virus antara lain Tenofovir,
Lamivudine,
Adefovir,
Entecavir,
Telbivudine.
2. Obat
Interferon merupakan protein yang dihasilkan dari aktifitas antivirus, anti
tumor dan obat imunomodulator. Contohnya adalah Peginterferon
alfa 2a, Interferon
alfa-2b, Peginterferon
alfa-2b.
c.
Hepatitis C
1. Terapi
kombinasi antara pegylated interferon alfa (PEG-IFN alfa) dan ribavirin.
2. Pasien
kronis dengan HCV genotipe 1 memiliki respon yang lemah terhadap pengobatan
sehingga diberikan terapi sampai 12 bulan, sedangkan pasien dengan HCV genotipe
2 dan 3 cukup diberikan terapi hanya 6 bulan saja. Untuk pasien dengan infeksi
akut HCV diberikan terapi selama 6 bulan.
3. Obat-obatan
antivirus antara lain: Ribavirin,
Boceprevir.
Pemberian interferon, seperti Interferon
alfa-2b, Interferon
alfacon-1, Peginterferon
alfa-2b,Pegylated
interferon alfa-2a.
d.
Hepatitis D
Pengobatan hanya dengan Interferon
alfa-2a. Untuk penderita kronis diberikan selama 1 tahun.
e.
Hepatitis E
Tidak ada. Biasanya akan sembuh setelah beberapa minggu
atau bulan.
f.
Hepatitis G
Penderita harus banyak istirahat, menghindari
alkohol dan makan makanan bergizi.
g.
Hepatitis alkoholik
1. Obat-obatan
pengencer darah dapat mencegah komplikasi terjadinya sindrom hepatorenal,
obat-obatannya adalah Pentoxifylline.
2. Glukokortikoid,
obat ini berfungsi mengurangi proses peradangan yang terjadi. Yang dapat
digunakan antara lain adalah Methylprednisolone,
Prednisolone.
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1. Keluhan Utama
Penderita datang untuk berobat
dengan keluhan tiba-tiba tidak nafsu makan, malaise, demam (lebih sering pada
HVA). Rasa pegal linu dan sakit kepala pada HVB, dan hilang daya rasa lokal
untuk perokok.
2. Pengkajian Kesehatan
1) Aktivitas
1.
Kelemahan
2.
Kelelahan
3.
Malaise
2) Sirkulasi
1. Bradikardi (hiperbilirubin berat)
2. Ikterik pada sklera kulit, membran
mukosa
3) Eliminasi
1. Urine gelap
2. Diare feses warna tanah liat
4) Makanan dan Cairan
1. Anoreksia
2. Berat badan menurun
3. Mual dan muntah
4. Peningkatan oedema
5. Asites
5) Neurosensori
1. Peka terhadap rangsang
2. Cenderung tidur
3. Letargi
6) Nyeri / Kenyamanan
1. Kram abdomen
2. Nyeri tekan pada kuadran kanan
3. Mialgia
4. Atralgia
5. Sakit kepala
6. Gatal (pruritus)
7) Keamanan
1. Demam
2. Urtikaria
3. Lesi makulopopuler
4. Eritema
5. Splenomegali
6. Pembesaran nodus servikal posterior
8) Seksualitas
1. Pola hidup / perilaku meningkat
resiko terpajan
3. Pemeriksaan Fisik Umum
a. Keadaan Rambut dan Higiene Kepala
1.
Inspeksi : Rambut hitam, coklat, pirang, berbau.
2.
Palpasi : Mudah rontok, kulit kepala kotor, berbau secara
umum menunjukkan tingkat hygiene seseorang.
b.
Hidrasi Kulit Daerah Dahi
1. Palpasi : Penekanan ibu jari pada
kulit dahi, karena mempunyai dasar tulang. Pada dehidrasi bias ditemukan
“finger print”pada kulit dahi
c.
Palpebrae
1.
Inspeksi : Bisa terlihat penumpukan cairan atau edema pada
palpebrae, selain itu bias juga terlihat cekung pada pasien dehidrasi
2.
Palpasi : Dengan cara meraba menggunakan tiga jari pada
palpebrae untuk merasakan apakah ada penumpukan cairan, atau pasien dehidrasi
bila teraba cekung
d.
Sclera dan Conjungtiva
1.
Icterus tampak lebih jelas di sclera disbanding pada kulit.
Teknik memeriksa sclera dengan palpasi menggunakan kedua jari menarik
palpebrae, pasien melihat kebawah radang pada conjungtiva bulbi maupun
conjungtiva palpebrae. Keadaan anemic bias diperiksa pada warna pucat pada
conjungtiva palpebrae inferior.
e.
Tekanan Intra Okular (T.I.O)
1.
Dengan dua jari telunjuk memeriksa membandingkan TIO bola
mata kiri dan kanan dengan cara tekanan berganti pada bola mata atas dengan
kelopak mata tertutup kewaspadaan terhadap glaucoma umumnya terhadap pasien
berumur lebih dari 40 tahun
f.
Hidung
1. Inspeksi : Hidung simetris, pada
rongga dikaji apakah ada kotoran hidung, polip atau pembengkakan
g.
Higiene Rongga Mulut, Gigi-Geligi, Lidah, Tonsil dan Pharynk
1. Rongga mulut : diperiksa bau mulut,
radang mocosa
(stomatitis),
dan adanya aphtae
2. Gigi-geligi : diperiksa adanya
makanan, karang gigi,
caries,
sisa akar, gigi yang tanggal, perdarahan, abses, benda asing,(gigi palsu),
keadaan gusi, meradang
3. Lidah : kotor/coated, akan ditemui
pada keadaan: hygiene mulut yang kurang, demam thypoid, tidak suka makan,
pasien coma, perhatikan pula tipe lidah yang hipertemik yang dapat ditemui pada
pasien typoid fever
4. Tonsil : Tonsil diperiksa pakah
ada pembengkakan atau tidak. Diukur berdasarkan panduan sebagai berikut :
a)
T0 – bila sudah dioperasi
b)
T1- ukuran normal yang ada
c)
T2- pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
d) T3- pembesaran mencapai garis tengah
e)
T4- pembesaran melewati garis tengah
5. Pharinx : dinding belakang oro
pharink diperiksa apakah ada peradangan, pembesaran adenoid, dan lender/secret yang ada
h. Kelenjar Getah Bening Leher
1.
Pembesaran getah bening dapat terjadi karena infeksi, infeksi toxoplasmosis memberikan
gejala pembesaran getah bening leher
i. Kelenjar Tyroid
1.
Inspeksi : bentuk dan besarnya bila pembesarannya telah nyata
2.
Palpasi : satu tangan dari samping atau dua tangan dari arah belakang, jari-jari meraba
permukaan kelenjar dan pasien diminta menelan rasakan
apakah terasa ada pembengkakan pada jaringan sekitar.
j. Dada/ Punggung
1.
Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas
(frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya pernafasan/ penggunaan otot-otot bantu
pernafasan), warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/ penonjolan. Normal:
simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-tanda distress pernapasan,
warna kulit sama dengan warna kulit lain, tidak ikterik/sianosis, tidak ada
pembengkakan/ penonjolan/edema.
2.
Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri,
tractile fremitus. (perawat berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien
untuk mengucapkan angka “tujuh-tujuh” atau “enam-enam” sambil melakukan
perabaan dengan kedua telapak tangan pada punggung pasien). Normal: integritas
kulit baik, tidak ada nyeri tekan/massa/tanda-tanda peradangan, ekspansi
simetris, taktil vremitus cendrung sebelah kanan lebih teraba jelas.
3.
Perkusi: paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan
satu sisi dengan satu sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola berjenjang
sisi ke sisi). Normal: resonan (“dug dug dug”), jika bagian padat lebih
daripada bagian udara=pekak (“bleg bleg bleg”), jika bagian udara lebih besar
dari bagian padat=hiperesonan (“deng deng deng”), batas jantung=bunyi
rensonan----hilang>>redup.
4.
Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan
dengan menggunakan stetoskop di lapang paru kika, di RIC 1 dan 2, di atas
manubrium dan di atas trachea). Normal: bunyi napas vesikuler,
bronchovesikuler, brochial, tracheal.
k. Abdomen
1.
Inspeksi : pada inspeksi perlu disimak apakah abdomen
membusung/membuncit atau datar saja, tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus
menonjol atau tidak, amati apakah ada bayangan vena, amati juga apakah didaerah
abdomen tampak benjolan-benjolan massa. Laporkan bentuk dan letakknya
2.
Auskultasi : mendengar suara peristaltic usus, normal
berkisar 5-35 kali per menit : bunyi peristaltic yang yang keras dan panjang
disebut borborygmi, ditemui pada gastroenteritis atau obstruksi usu pada tahap
awal. Peristaltic yang berkurang ditemui pada ileus paralitik. Apabila setelah
5 menit tidak terdengar suara peristaltic sama sekali maka kita katakana
peristaltic negative (pada pasien post operasi)
3.
Palpasi : sebelum dilakukan palpasi tanyakan terlebih dahulu
kepada pasien apakah daerah yang nyeri apabila ada maka harus dipalpasi
terakhir, palpasi umum terhadap keseluruhan dinding abdomen untuk mengetahui
apakah ada nyeri umum (peritonitis, pancreatitis). Kemudian mencari dengan
perabaan ada atau tidaknya massa/benjolan (tumor). Periksa juga turgor kullit
perut untuk menilai hidrasi pasien. Setelah itu periksalah dengan tekanan
region suprapubika (cystitis), titik MC Burney (appendicitis), region
epigastrica (gastritis), dan region iliaca (adnexitis) barulah secara khusus
kita melakukan palpasi hepar. Palpasi hepar dilakukan dengan telapak
tangan dan jari kanan dimulai dari kuadrant kanan bawah berangsur-angsur naik
mengikuti irama nafas dan cembungan perut. Rasakan apakah ada pembesaran hepar
atau tidak. Hepar membesar pada keadaan :
a)
Malnutrisi
b)
Gangguan fungsi hati/radang hati (hepatitis, thyroid fever,
malaria, dengue, tumor hepar)
c)
Bendungan karena decomp cordis
l.
Anus
1.
Posisikan pasien berbaring miring dengan lutut terlipat menempel
diperut/dada. Diperiksa adannya :
a)
Hemhoroid externa
b)
Fisurra
c)
Fistula
d)
Tanda keganasan
4. Pemeriksaan Fokus Abdomen pada
Hepatitis
Abdomen
merupakan suatu bagian tubuh yang menyerupai rongga tempat beberapa organ-organ
penting tubuh yaitu lambung, usus, pankreas, hati, limpa serta ginjal. Abdomen
merupakan lokasi dari beberapa sistem yang dimiliki tubuh, diantaranya Sistem
Pencernaan, Sistem Perkemihan, Sistem Endokrin, serta Sistem Reproduksi. Dalam
melakukan pengkajian atau pemeriksaan, perawat harus memahami struktur anatomi
perut yang meliputi daerah-daerah/ bagian dan batas-batas perut.
1.
Hati
Hati
atau hepar adalah organ yang paling besar didalam tubuh, dengan berat sekitar
1300-1550 gram, ±1,5 kg. Warnanya merah kecoklatan sangat vascular dan lunak.
Letaknya bagian atas dalam rongga abdomen, disebelah kanan bawah diafragma.
Hati berbentuk baji dengan dasarnya pada sisi kanan dan apek pada sisi kiri.
Organ ini terletak pada kuadran kanan atas abdomen, yang dilindungi oleh
kartilago kostalis.
Fungsi
Hati:
a. Mengubah zat makanan yang diabsorbsi
dari usus dan yang disimpan disuatu tempat dalam tubuh, dikeluarkan sesuai
dengan pemakaiannya dalam jaringan.
b. Mengubah zat buangan dan bahan racun
untuk diekskresi dalam empedu dan urine.
c. Menghasilkan enzim glikogenik
glukosa menjadi glikogen.
d. Sekresi empedu, garam empedu dibuat
dihati, dibentuk dalam system retikulo endothelium, dialirkan ke empedu.
e. Pembentukan ureum, hati menerima
asam amino yang kemudian diubah menjadi ureum, dikeluarkan dari darah oleh
ginjal dalam bentuk urine.
f. Menyiapkan lemak untuk pemecahan
terakhir asam karbonat dan air.
5. Data
penunjang
1. Laboratorium
a)
Pemeriksaan pigmen
1. urobilirubin direk
2. bilirubun serum total
3. bilirubin urine
4. urobilinogen urine
5. urobilinogen feses
b) Pemeriksaan protein
1. protein totel serum
2. albumin serum
3. globulin serum
4. HbsAG
c) Waktu protombin
1. respon waktu protombin terhadap
vitamin K
2. Pemeriksaan serum transferase dan
transaminase
3. AST atau SGOT
4. ALT atau SGPT
5. LDH
6. Amonia serum
d) Radiologi
1. foto rontgen abdomen
2. pemindahan hati denagn preparat
technetium, emas, atau rose bengal yang berlabel radioaktif
3. kolestogram dan kalangiogram
4. arteriografi pembuluh darah seliaka
b. Pemeriksaan tambahan
a) laparoskopi
b) biopsi hati
6.
Pemeriksaan Penunjang Hepatitis berdasarkan Jenisnya
a. Pemeriksaan Penunjang Hepatitis A,
B, C, D, E, dan G
1)
ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
Awalnya
meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
SGOT/SGPT merupakan enzim – enzim intra seluler yang terutama berada dijantung,
hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada
kerusakan sel hati.
2) Darah Lengkap
(DL)
SDM menurun
sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau mengakibatkan
perdarahan.
3) Leukopenia
Trombositopenia
mungkin ada (splenomegali)
4) Diferensia
Darah Lengkap
Leukositosis,
monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
5) Alkali
phosfatase
Agaknya
meningkat (kecuali ada kolestasis berat).
6) Feses
a. Warna tanah
liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
b. Albumin Serum
c. Menurun, hal ini disebabkan karena sebagian
besar protein serum disintesis oleh hati dan karena itu kadarnya menurun pada
berbagai gangguan hati.
d. Gula Darah
e. Hiperglikemia
transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).
f. Anti HAVIgM
g. Positif pada
tipe A
h. HbsAG
i.
Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
j.
Masa Protrombin
k. Mungkin
memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang. Meningkat
absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.
l.
Bilirubin serum
m. Diatas 2,5
mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin berhubungan dengan
peningkatan nekrosis seluler)
n. Tes Eksresi BSP
(Bromsulfoptalein)
o. Kadar darah
meningkat. BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi.
Adanya gangguan dalam satu proses ini menyebabkan kenaikan retensi BSP.
p. Biopsi Hati
q. Menujukkan
diagnosis dan luas nekrosis
r.
Skan Hati
s. Membantu dalam
perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
t.
Urinalisa
u. Peningkatan
kadar bilirubin.
v. Gangguan
eksresi bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonyugasi. Karena
bilirubin terkonyugasi larut dalam air, ia disekresi dalam urin menimbulkan
bilirubinuria.
B.
Analisa
Data
No
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1
|
Ds: Pasien mengatakan bahwa nyeri pada
daerah perut kanan atas
Do :
P : Nyeri pada saat ditekan
Q : Seperti ditusuk tusuk
R : Nyeri pada kuadran kanan atas
S : Skala : 6-8
T: Menetap
|
Pembengkakan hepar
|
Gangguan rasa nyaman (Nyeri)
|
2
|
Do : pasien mengatakan mual tidak
nafsu makan
Ds : klientampak lemah dan
lemas, porsi makan tidak habis hanya habis 3 sendok
A : BB turun
B : Hb < 12
C : Konjungtiva anemis
D : Diet makan tinggi serat dan
protein
|
Anoreksia
|
Nutrisi kurang dari kebutuhan
|
3
|
Ds : Pasien mengatakan bahwa dia
malas untuk beraktivitas
Do : Tonus
Otot 4 4
4 4
- Aktivitas
sehari hari memerlukan bantuan
- Pasien nampak
terkulai lemas di atas tempat tidur
|
Penurunan kekuatan / ketahanan tubuh
|
Intoleransi Aktivitas
|
4
|
Ds : pasien mengatakan
bahwa tubuhnya gatal -gatal
Do : Tanda garukan pada kulit
|
Gatal sekunder dengan akumulasi garam
empedu pada jaringan
|
Resiko kerusakan integritas kulit
|
5
|
Ds :Pasien mengatakan bahwasering muntah
Do :pasien muntah 1x/ lebih sehari
Turgor Kulit kembali > 2 Detik
Mukosa Bibir Kering
Mata Cowong
Konjungtiva Anemis
|
Mual – muntah
|
Resiko kekurangan volume cairan
|
6
|
Ds : pasien mengatakan tubuhnya
panas
a. Do
: suhu tubuh pasien 38,50 C
|
infasi agen dalam sirkulasi darah
sekunder terhadap inflamasi hepar
|
Hipertermi
|
C.
Diagnosa Keperawatan
1.
Gangguan rasa nyaman
(Nyeri).
2.
Nutrisi kurang dari
kebutuhan.
3.
Intoleransi Aktivitas.
4.
Resiko kerusakan
integritas kulit.
5.
Resiko kekurangan
volume cairan.
6.
Hipertermi.
D.
Intervensi
Keperawatan
a. DX
1 : Gangguan
rasa nyaman (Nyeri).
Tujuan
:
Setelah
dilakukan proses keperawatan selama 4 x 24 diharapkan pasien nyeri hilang,
dengan
KH :
a. TTV
normal :(TD :110/70 – 120/ 90 mmHg, RR : 16- 20 x/mnt, N : 60-100x/mnt, S :
36,5- 37,50.C ).
b. Pasien
mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
c. Pasien
mampu mengendalikan nyeri dengan teknik relaksasi dan distraksi.
d. Skala
nyeri 0-3
e. Wajah pasien
rileks
Intervensi
|
Rasional
|
1) Kolaborasi
dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk intensitas
nyeri
|
1) nyeri
yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat
peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang
mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi
nyeri.
|
2) Observasi
TTV
|
2) Untuk
mengetahui keadaan umum klien
|
3) Tunjukkan
pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
|
3. klienlah
yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia mengalami
nyeri.
|
4) Berikan
informasi akurat dan
a) Jelaskan
penyebab nyeri
b) Tunjukkan
berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui
|
4. klien
yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang
sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang
penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan)
|
5) Bahas
dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi
|
5) kemungkinan
nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri.
|
b. DX
2 : Nutrisi
kurang dari kebutuhan
Tujuan
:
Setelah
dilakukan selama 5 x 24 jam diharapkan nutrisi klien terpenuhi, dengan
KH
:
-
Nafsu makan pasien meningkat
a. Porsi
makan habis
b. Pasien
mampu mengungkapkan bagaimana cara mengatasi malas makan
c. Pasien
tidak lemas
d. BB
naik
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
|
|
1. Awasi
pemasukan diet / jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering
dan tawarkan makan pagi paling besar
|
1. Makan
banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksi. Anoreksi juga paling buruk
selama siang hari, membuat masukan makanan yang sulit pada sore hari
|
2. Berikan
perawatan mulut sebelum makan
|
2. Menghilangkan
rasa tak enak dapat meningkatkan nafsu makan
|
3. Anjurkan
makan pada posisi duduk tegak
|
3. Menurunkan
rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan nafsu makan
|
4. Dorong
pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen berat sepanjang hari
|
4. Bahan
ini merupakan ekstra kalori dan dapat lebih mudah dicerna / toleran bila makanan
lain ini
|
Kolaborasi
|
|
5. Konsul
pada ahli gizi, dukung tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan
pasien, dengan masukan lemak dan protein sesuai toleransi
|
5. Berguna
dalam membuat program diet untuk memenuhi kebutuhan individu. Metabolisme
lemak bervariasi tergantung pada produksi dan pengeluaran empedu dan perlunya
masukan normal atau lebih protein akan membantu regenerasi hati
|
6. Berikan
obat sesuai indikasi : Antiematik, contoh metalopramide (Reglan) ;
trimetobenzamid (Tigan)
|
6. Diberikan
½ jam sebelum makan, dapat menurunkan mual dan meningkatkan toleransi pada
makanan.
|
c. DX
3 : Intoleransi
Aktivitas.
Tujuan
:
Setelah
dilakukan proses keperawatan selama 4 X 24 jam pasien diharapkan mampu
beraktivitas dengan baik, dengan
KH
:
a. Tonus
otot 5 5
b. Pasien
mampu melakukan aktivitas sendiri
c. Pasien
mampu memenuhi kebutuhannya sendiri
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
|
|
1. Tingkatkan
tirah baring / duduk. Berikan lingkungan tenang; batasi pengunjung sesuai
keperluan
|
1. Meningkatkan
istirahat dan ketenangan. Menyediakan energi yang digunakan untuk
penyembuhan. Aktivitas dan posisi duduk tegak diyakini menurunkan aliran
darah ke kaki, yang mencegah sirkulasi optimal ke sel hati
|
2. Ubah
posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik
|
2. Meningkatkan
fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk
menurunkan resiko kerusakan jaringan
|
3. Lakukan
tugas dengan cepat dan sesuai toleransi
|
3. Memungkinkan
periode tambahan istirahat tanpa gangguan
|
4. Tingkatkan
aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak sendi pasif
/ aktif
|
4. Tirah
baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi karena keterbatasan
aktivitas yang mengganggu periode istirahat.
|
5. Dorong
penggunaan teknik manajemen stres, contoh relaksasi progresif, visualisasi,
bimbingan imajinasi, berikan aktivitas hiburan yang tepat, contoh menonton
TV, radio, membaca
|
5. Meningkatkan
relaksasi dan penghematan energi, memusatkan kembali perhatian, dan dapat
meningkatkan koping
|
6. Awasi
terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati
|
6. Menunjukkan
kurangnya resolusi / eksaserbasi penyakit, memerlukan istirahat lanjut,
mengganti program terapi
|
Kolaborasi
|
|
7. Berikan
antidot atau bantu dalam prosedur sesuai indikasi (contoh lavase, katarsis,
hiperventilasi) tergantung pada pemajanan
|
7. Membuang
agen penyebab pada hepatitis toksik dapat membatasi derajat kerusakan
jaringan
|
8. Berikan
obat sesuai indikasi : sedatif, agen antiansietas, contoh diazepam (Valium);
lorazepam (Ativan)
|
8. Membantu
dalam manajemen kebutuhan tidur. Catatan : penggunaan berbiturat dan
tranquilizer seperti Compazine dan Thorazine, dikontraindikasikan sehubungan
dengan efek hepatotoksik
|
9. Awasi
kadar enzim hati
|
9. Membantu
menentukan kadar aktivitas tepat, sebagai peningkatan prematur pada potensial
risiko berulang
|
d. Dx
4 : Resiko kerusakan integritas kulit.
Tujuan : Setelah
dilakukan proses keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan
gatal pada pasien
hilang.
KH :
a.
Pasien merasa nyaman
b.
Tubuh pasien tidak
gatal lagi
c.
Tubuh pasien tidak
lecet
Intervensi
|
Rasional
|
- Mulai
tindakan kenyamanan :
- Mandi
pancuran dingin
- Gosokan
punggung
- Air
hangat
- Aktivitas
hiburan rendah (membaca, menonton TV, permainan papan)
- Kompres
dingin pada dahi untuk sakit kepala
- Lingkungan
tenang
|
1. Tindakan
ini meningkatkan istirahat. Istirahat menurunkan kebutuhan energi yang menghasilkan
tegangan pada hepar.
|
2. Berikan
antipiretik yang diresepkan dan evaluasi keefektifan
|
2. Untuk
mengatasi demam. Demam berhubungan dengan peningkatan kehangatan dan
berkeringat saat demam membaik. Hangat disertai dengan lembab meningkatkan
rasa gatal.
|
3. Pertahankan
linen dan pakaian kering
|
3. Pakaian
basah dari berkeringat adalah sumber ketidaknyamanan
|
4. Dorong
kunjungan dari keluarga dan teman
|
4. Isolasi
dapat menyebabkan kebosanan yang mencetuskan depresi dan meningkatkan
ketidaknyamanan.
|
5. Mulai
tindakan untuk menghilangkan puritus :
- Berikan
mandi pancuran dingin
- Gunakan
soda kue atau tepung sagu pada air
- Hindari
sabun alkalin
- Berikan
losin Caladryl
- Gunakan
pakaian yang longgar
- Pertahankan
suhu kamar dingin
|
5. Suhu
dingin membatasi vasodilatasi jadi menurunkan pengeluaran garam empedu ke
permukaan kulit. Soda kue dan sagu membantu menetralkan asam pada permukaan
kulit. Sabun alkalin mempunyai efek mengeringkan, yang meningkatkan rasa
gatal. Losion Caladryl mengandung antihistamin, benadryl yang juga
menetralkan keasaman permukaan kulit, dan menekan ujung saraf sensori yang
mencetuskan sensasi gatal
|
6. Pertahankan
kuku pasien terpotong pendek. Instruksikan pasien menggunakan bantalan jari
untuk menggaruk kulit atau menggunakan ujung jari untuk menekan pada kulit
bila sangat perlu menggaruk.
|
6. Untuk
menurunkan resiko kerusakan kulit bila buruk
|
e. Dx
5 : Resiko kekurangan volume cairan.
Tujuan : Setelah
dilakukan selama 2 x 24 jam diharapkan volume cairan pasien terpenuhi, dengan
KH :
a.
TTV normal :(TD :110/70
– 120/ 90 mmHg, RR : 16- 20 x/mnt, N : 60-100x/mnt, S : 36,5- 37,50.C ).
b.
Turgor
Kulit kembali < 2 Detik
c.
Mukosa Bibir lembab
d.
Mata tidak Cowong
e.
Konjungtiva tidak
Anemis
f.
Muntah tidak terjadi
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Mandiri
|
|
1. Awasi
masukan dan haluaran, bandingkan dengan berat badan harian. Catat kehilangan
melalui usus, contoh muntah dan diare
|
1. Memberikan
informasi tentang kebutuhan penggantian / efek terapi.
|
2. Kaji
tanda vital, nadi periver, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran
mukosa
|
2. Indikator
volume sirkulasi / perfusi
|
3. Periksa
asites atau pembentukan edema. Ukur lingkar abdomen sesuai indikasi
|
3. Menurunkan
kemungkinan perdarahan kedalam jaringan
|
4. Biarkan
pasien menggunakan lap katun / spon dan pembersih mulut untuk sikat gigi
|
4. Menghindari
trauma dan perdarahan gusi
|
5. Observasi
tanda perdarahan, contoh hematuria / melena, ekimosis, perdarahan terus
menerus dari gusi / bekas injeksi
|
5. Kadar
protombin menurun dan waktu koagulasi memanjang bila absorbsi vitamin K
terganggu pada traktus GI dan sintesis protrombin menurun karena mempengaruhi
hati
|
Kolaborasi
|
|
6. Awasi
nilai laboratorium, contoh Hb/Ht, Na+ albumin, dan waktu pembekuan
|
6. Menunjukkan
hidrasi dan mengidentifikasi retensi natrium / kadar protein yang dapat
menimbulkan pembekuan edema. Defisit pada pembekuan potensial beresiko
perdarahan
|
7. Berikan
cairan IV (biasanya glukosa), elektrolit
|
7. Memberikan
cairan dan penggantian elektrolit
|
f. Dx
6 : Hipetermi.
Tujuan: selelah
dilakukan tindakan selama 3x24 suhu tubuh Pasien kembali normal, dengan
KH:
a.
Klien tidak mengeluh
panas
b.
Suhu
tubuh Normal 36,50 – 37,50C
c.
Keluarga pasien mampu
mengatasi panas dengan melakukan kompres hangat.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji
adanya keluahan tanda – tanda peningkatan suhu tubuh
2. Berikan
kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
3. Berikan
HE kepada keluarga pasien tentang pemberian kompres yang benar
4. Anjurkan
klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
|
1. sebagai
indikator untuk mengetahui status hypertermi
2. menghambat
pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan
merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan
3. keluarga
mampu melakukan kompres kepada pasien secara mandiri
4. kondisi
kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur. Juga akan
mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.
|
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hepatitis adalah suatu proses
peradangan difusi pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan
oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi,
1999). Hepatitis virus dapat dibagi ke dalam Hepatitis A, B, C, D, E. Sedangkan
Hepatitis Non Virus : alkohol, obat – obatan, bahan beeracun, akibat penyakit
lain.
1.
Hepatitis A : masa
inkubasi 14-49 hari, cara penularan melalui fekal oral.
2.
Hepatitis B :masa
inkubasi 30-180 hari, cara penularan melalui pereteral.
3.
Hepatitis C :masa
inkubasi 15-150 hari, cara penularan melalui pereteral.
4.
Hepatitis D :masa
inkubasi 35 hari, cara penularan melalui pereteral.
5.
Hepatitis E :masa
inkubasi 14-63 hari, cara penularan melalui fekal oral.
B.
Saran
·
Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak
literatur dalam pembuatan makalah agar dapat membuat makalah yang baik dan
benar tentang asuhan keperawatan.
·
Bagi Pendidikan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan
bimbingan yang lebih baik dalam pembuatan makalah dan asuhan keperawatan
selanjutnya.
·
Bagi Kesehatan
Memberikan pengetahuan
kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk mahasiswa keperawatan agar
mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien hepatitis akut.
DAFTAR
PUSTAKA
Charlene
J. Reeves, Gayle Roux dan Robin Lackhart.
2001 “Keperawatan Medikal Bedah”.
Jakarta : Salemba Medika
Crowm,Elizabeth
J.2001.”Buku Saku Patologi”.alih
bahasa Brahm U.pendit…(et.al):editor
Endah P.Jakarta :EGC.
Lynda
Juall Carpenito. 2009 “Diagnosis
Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis”. Jakarta
: EGC.
Manjoer
A,dkk.2005.”Kapita Selekta Kedokteran”.Jilid
1,Jakarta : Media Aesculapius.
Price,
Sylvia Anderson. 2005 : 485 “Patofisiologi,
Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit”. Edisi
6, Vol 1. Jakarta : EGC
Suddarth
& Bruner,2001.”Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah”.Edisi 8 volume 2,Jakarta
: EGC
Sylvia
Anderson Price dan Lorrine Mccarty Wilson.
1981 “Patofisiologi, Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit”. Edisi
2. Jakarta : EGC
No comments:
Post a Comment