KATA PENGANTAR
Segala puji
hanya milik Allah SWT.
Shalawat dan salam
selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat
limpahan dan rahmat-Nya saya mampu
menyelesaikan tugas makalah ini.
Dalam
penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang saya hadapi.
Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan. Dan saya menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang
tua, sehingga kendala-kendala yang saya hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan memberikan wawasan yang lebih luas. Saya sadar bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pembimbing saya meminta masukannya
demi perbaikan pembuatan
makalah saya di
masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.
Banda Aceh, April 2018
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 2
A. Pengertian Pemasangan Infus............................................................... 2
B. Jenis Cairan Infus.................................................................................. 3
C. Macam-macam Cairan Infus................................................................. 6
D. Langkah-langkah pemasangan infus .................................................... 7
BAB III PENUTUP............................................................................................. 12
A. Kesimpulan......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pemasangan
infus adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui sebuah jarum ke
dalam pembuluh vena (pembuluh balik)
untuk menggantikan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh yang mengalami
gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa.
Infus merupakan salah
satu produk kesehatan yang bermanfaat untuk menggantikan zat makanan di dalam
tubuh berupa cairan yang langsung ditransfusikan ke dalam tubuh melalui saluran
pembuluh darah. Infus berperan penting dalam dunia kesehatan karena semua rumah
sakit menggunakan produk ini untuk suplai zat makanan ke dalam tubuh pasien.
Sehingga pasien mendapatkan nutrisi makanan, meskipun pasien tidak makan. Oleh
karena itu cairan infus berperan penting dalam kelangsungan hidup pasien.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Pemasangan Infus ?
2.
Apa saja jenis cairan infuse ?
3.
Apa saja macam jenis cairan infuse ?
4.
Dimana lokasi pemasangan infuse ?
5.
Bagaimana cara pemasangan infuse ?
C.
Tujuan Penulisan
1. Mejelaskan
Pemasangan Infus
2. Untuk
mengetahui jenis dari cairan infus
3. Untuk
mengetahui macam jenis dari cairan infuse
4. Untuk
mengetahui lokasi dari pemasangan infuse
5. Untuk
mengetahui cara pemasangan infus
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pemasangan Infus
Infus
merupakan salah satu produk kesehatan yang bermanfaat untuk menggantikan zat
makanan di dalam tubuh berupa cairan yang langsung ditransfusikan ke dalam
tubuh melalui saluran pembuluh darah. Infus berperan penting dalam dunia
kesehatan karena semua rumah sakit menggunakan produk ini untuk suplai zat
makanan ke dalam tubuh pasien. Sehingga pasien mendapatkan nutrisi makanan,
meskipun pasien tidak makan. Oleh karena itu cairan infus berperan penting
dalam kelangsungan hidup pasien.
Pemasangan infus adalah pemberian sejumlah cairan ke
dalam tubuh melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan
cairan atau zat-zat makanan dari tubuh yang mengalami gangguan keseimbangan
cairan, elektrolit, dan asam basa.
B.
Jenis Cairan Infus
1.
Cairan
Hipotonik
Osmolaritas
nya lebih rendah dibanding serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan
serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka
cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip
cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai
akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami
dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik,
juga pada pasien hipeglikemia (kasar guladarah tinggi).
2.
Cairan
Isotonic
Osmolaritas
(tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen
darah), sehingga terus berada didalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien
yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah
terus menurun) memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan),
khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya
adalah cairan Ringer-laktat (RL) dan normal saline/larutan garam fisiologis
(NaCl 0,9%)
3.
Cairan
Hipertonik
Osmolaritasnya
lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari
jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah,
meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya
kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45%
hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah
(darah), dan albumin.
Pembagian
cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:
1.
Kristaloid:
bersifat
isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume expanders)
ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang
memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
2.
Koloid:
ukuran
molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari
membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya
hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah
albumin dan steroid.
C.
Macam-macam Cairan Infus
1.
Asering
Indikasi:
Dehidrasi
(syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam
berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.
2.
KA-EN 1B
Indikasi:
·
Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien
belum diketahui, misal pada kasus emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak
memadai, demam)
·
< 24 jam pasca operasi
·
Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara
IV. Kecepatan sebaiknya 300-500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada
anak-anak
·
Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak
diberikan lebih dari 100 ml/jam
3.
KA-EN 3A & KA-EN 3B
Indikasi:
·
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti
ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
·
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
·
Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
·
Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B
4.
KA-EN MG3
Indikasi :
·
Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan
harian air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk mengganti
ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas
·
Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
·
Mensuplai kalium 20 mEq/L
·
Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400
kcal/L
5.
AMIPAREN
Indikasi:
·
Stres metabolik berat
·
Luka bakar
·
Infeksi berat
·
Kwasiokor
·
Pasca operasi
·
Total Parenteral Nutrition
·
Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit
6.
KA-EN 4A
Indikasi :
·
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
·
Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada
pasien dengan berbagai kadar konsentrasi kalium serum normal
·
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
7.
KA-EN 4B
Indikasi:
·
Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak
usia kurang 3 tahun
·
Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga
meminimalkan risiko hipokalemia
·
Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik
8.
Otsu-NS
Indikasi:
·
Untuk resusitasi
·
Kehilangan Na > Cl, misal diare
·
Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium
(asidosis diabetikum, insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)
9.
Otsu-RL
Indikasi:
·
Resusitasi
·
Suplai ion bikarbonat
·
Asidosis metabolik
10.
MARTOS-10
Indikasi:
·
Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada
penderita diabetik
·
Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen
seperti tumor, infeksi berat, stres berat dan defisiensi protein
·
Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
·
Mengandung 400 kcal/L
11.
AMINOVEL-600
Indikasi:
·
Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI
·
Penderita GI yang dipuasakan
·
Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar,
trauma dan pasca operasi)
·
Stres metabolik sedang
·
Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)
12.
PAN-AMIN G
Indikasi:
·
Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres
metabolik ringan
·
Nitrisi dini pasca operasi
·
Tifoid
D.
Lokasi pemasangan infus
1.
Pada lengan
a.
Vena mediana cubiti / vena sefalika
b.
Vena Basilika
2.
Pada tungkai
a.
Vena Saphenous
3.
Pada leher
a.
Vena Jugularis
4.
Pada kepala
a.
Vena Frontalis
b.
Vena Temporalis
D.
Langkah-langkah pemasangan infus
a
Peralatan
1.
Tourniquet
2.
Kasa atau balutan transparan
3.
Label infus
4.
Handscoon steril
5.
Tiang iv
6.
Selang iv
7.
Handuk untuk diletakkan dibawah lengan klien
8.
Plaster
9.
Nierbekken
10. Infus set
11. Gunting
perban
12. Larutan yang
dibutuhkan
13. Pengalas
14. Spluit ukuran
yg sesuai
b
Kerja
1.
Identifikasi klien dan jelaskan prosedur. Ganti gaun klien
dengan gaun khusus untuk tindakan iv
2.
Mengumpulkan semua peralatan dan
membawa ke samping tempat tidur
3.
Menutup tirai dekat
sekitar tempat tidur dan pintu ke ruang jika mungkin. menjelaskan apa yang akan
anda lakukan dan mengapa Anda akan melakukannya kepada pasien.
4.
Identifikasi
vena yang dapat diakses untuk tempat
· Hindari daerah penonjolan tulang
· Gunakan vena di bagian yang paling
distal terlebih dahulu.
· Hindarkan pemasangan selang iv di
pergelangan , di ruang antekubital diekstermitas yang sensasinya menurun atau
ditangan yang dominan
5.
Membersihkan tangan dan memakai APD jika diindikasikan
6.
Buka
kemasan steril dengan menggunakan teknik steril
7.
Periksa
larutan dengan menggunakan lima benar pemberian obat pastikan bahwa larutan
telah dicampurkan dengan zat tambahan yang diresepkan seperti kalium, dan
vitamin jika diprogramkan
8.
Buka set infus, pertahankan sterilitas di kedua ujungnya. Dengan mempertahankan teknik aseptik saat membuka paket iv steril
9.
Tempatkan
klem yang dapat digeser tepat dibawah bilik tetesan dan gerakan klem penggeser
ke posisi penghentian aliran infus.
10.
Masukan
set infus ke dalam kantong cairan:
· Lepaskan penutup pelindung dari
kantung cairan iv tanpa menyentuh ujung tempat masuknya alat set infus.
· Lepaskan penutup pelindung dari ujung
insersi selang, dengan tidak menyentuh dujung insersi tersebut, kemudian
masukan ujung selang tersebut kedalam ujung botol iv yang terbuat dari karet.
11.
Isi
selang infus
· Tekan bilik tetesan kemudian lepaskan
· Buka pelindung jarum dan geserklem
penggeser sehingga aliran infus dapat mengalir dari bilik tetesan melalui
selang ke adapter jarum. Gerakan kembali klem penggeser ke posisi penghentian
aliran cairan setelah selang terisi.
· Pastikan selang bebas dari udara dan
gelembung udra
12.
pilih dan meraba untuk vena distal yang
tepat, jika area ini berbulu
dan izin untuk menggunting bulu-bulu tersebut
13.
Apabila
memungkinkan, letakan ekstermitas pada posisi dependen ( dalam keadaan ditopang
sesuatu).
14.
pasangkan tourniquet 10cm sampai 12cm di atas area
yang akan disuntikkan untuk menghalangi aliran darah vena dan gembung vena.
mengarahkan ujung tourniquet jauh dari tempat masuknya. pastikan denyut nadi
pada radialis masih ada
15.
Pilih
vena yang berdilatasi dengan baik. Metode untuk membeuat vena berdilatasi
adalah dengan memukul-mukul vena dari arah proksimal ke distal, atau minta
pasien mengepalkan dan membuka tangan, atau dengan melakukan ketukan ringan
diatas vena, atau dengan memberi kompres hangat.
16.
Mengenakan handscoon steril
17.
Bersihkan
tempat insersi dengan kuat, terkonsentrasi, dan dengan gerakan sirkular dari
tempat insersi ke daerah luar dengan menggunakan larutan yodium-povidon.
Biarkan sampai kering. Apabila klien alergi terhadap yodium, gunakan alkohol
70% selama 30 detik
18.
Lakukan
pungsi vena. Viksasi vena dengan menempatkan ibu jari di atas venadan dengan
merenggangkan kulit berlawanan dengan arah insersi 5-7cm, dari arah distal ke
tempat pungsi vena.
· Onc : insersi bevel (bagian ujung
jarum yang miring) dengan membentuk sudut 20-30̊, searah dengan aliran balik
darah vena distal terhadap tempat pungsi vena yang sebernya.
· Jarum kupu-kupu: tempatkan jarum
dengan membentuk sudut 20-30̊ dengan bevel di bagian atas, sekitar 1cm dari arah
distal ke tempat pungsi vena.
19.
Lihat
aliran balik melalui selang jarum kupu-kupu atau bilik aliran balik darah di
onc, yang mengindikasikan bahwa jarum telah memasuki vena. Rendahkan jarum
sampai hampir menyentuh kulit. Masukan lagi kateter sekitar seperempat inci
kedalam vena dan kemudian longgarkan stylet (bagian pangkal jarum yang
dimasukan ke vena) lanjutkan memasukan kateter yang fleksibel atau jarum
kupu-kupu sampai hub berada di tempat pungsi vena
20.
Melepaskan tourniquet. cepat
menghapus tutup pelindung dari
tabung ekstensi dan
menempel pada kateter atau jarum. menstabilkan
kateter atau jarum
dengan tangan yang tidak dominan
21.
Menstabilkan kateter atau jarum dan mengoleskan
lembut dengan NaCl, mengamati situs untuk infiltrasi yang bocor
22.
Hubungkan
adapter jarum infus ke hub onc atau jarum. Jangan sentuh titik masuk adapter
jarum atau bagian dalam hub onc.
23.
Lepaskan
klem penggeser untuk memulai aliran infus dengan kecepatan tertentu untuk
mempertahankan kepatenan selang iv.
24.
Viksasi
kateter iv atau jarum
·
Tempelkan
plester kecil (1,25cm) di bawah hub kateter dengan sisi perekat ke arah-arah
dan silangkan plester di atas hub.
·
Belikan
sedikit larutan atau salep ypdium-povidin pada tempat pungsi vena. Biarkan
larutan mengering sesuai dengan kebijakan lembaga.
·
Tempelkan
plester kecil yang kedua, langsung silangkan ke hub kateter.
·
Letakan
balutan transparan di atas tempat pungsi vena, dengan mengikuti petunjuk
pabriknya. Sarung tangan dapat dilepas supaya tidak menempel ke balutan.
·
Fiksasi
selang infus ke kateter dengan sepotong plester berukuran 2,5 cm
25.
Label ganti iv dengan tanggal, waktu, tempat,
dan jenis dan ukuran kateter atau jarum yang
digunakan untuk infus
26.
Atur
kecepatan aliran untuk mengoreksi tetesan per menit.
27.
Buang
sarung tangan dan persediaan yang digunakan serta cuci tangan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemasangan
infus adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui sebuah jarum ke
dalam pembuluh vena (pembuluh balik)
untuk menggantikan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh yang mengalami gangguan
keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa.
Jenis Cairan
Infus
1.
Cairan
Hipotonik
2.
Cairan
Isotonic
3.
Cairan
Hipertonik
DAFTAR PUSTAKA
A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, “Buku Saku Praktikum
Kebutuhan Dasar Manusia” Penulis: A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp, Musrifatul
Uliyah, S.Kp; Editor: Monica Ester.- Jakarta : EGC : 2004
Hidayat,A Aziz alimul dan musrifatul ulyah. 2005. Buku
Saku: Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC. Hal:73-75
Kusyati, Eni. dkk. 2006. Keterampilan dan
Prosedur laboratorium. Jakarta. EGC. Hal:267
Mubarok, Wahid Iqbal dan Nurul Chayatin.2007.Buku
Ajar: Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EG. Hal:92-94
Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Saku Keterampilan Dan
Prosedur Dasar. Edisi5. Jakarta: EGC
Poter, Perry. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan.
Edisi 4 vol 2. Jakarta : EGC. Hal 1647-1655
No comments:
Post a Comment