Wednesday, 27 March 2019

ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang
Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam tubuh walaupun efek yang menyolok terjadi pada hepar. Telah ditemukan 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab yaitu Virus Hepatitis A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HVC), Virus Hepatitis D (HDV), Virus Hepatitis E (HEV).
Walaupun kelima agen ini dapat dibedakan melalui petanda antigeniknya, tetapi kesemuanya memberikan gambaran klinis yang mirip, yang dapat bervariasi dari keadaan sub klinis tanpa gejala hingga keadaan infeksi akut yang total.
Bentuk hepatitis yang dikenal adalah HAV ( Hepatitis A ) dan HBV (Hepatitis B). kedua istilah ini lebih disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis infeksiosa dan hepatitis serum, sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara parenteral dan non parenteral.
Hepatitis virus yang tidak dapat digolongkan sebagai Hepatitita A atau B melalui pemeriksaan serologi disebut sebagai Hepatitis non-A dan non-B (NANBH) dan saat ini disebut Hepatitis C (Dienstag, 1990).Selanjutnya ditemukan bahwa jenis hepatitis ini ada 2 macam, yang pertama dapat ditularkan secara parenteral (Parenterally Transmitted) atau disebut PT-NANBH dan yang kedua dapat ditularkan secara enteral (Enterically Transmitted) disebut ET-NANBH (Bradley, 1990; Centers for Disease Control, 1990). Tata nama terbaru menyebutkan PT-NANBH sebagai Hepatitis C dan ET-NANBH sebagai Hepatitia E (Bradley,1990; Purcell, 1990).
Virus delta atau virus Hepatitis D (HDV) merupakan suatu partikel virus yang menyebabkan infeksi hanya bila sebelumnya telah ada infeksi Hepatitis B, HDV dapat timbul sebagai infeksi pada seseorang pembawa HBV.
Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting tidak hanya di Amerika tetapi juga diseluruh Dunia.Penyakit ini menduduki peringkat ketiga diantara semua penyakit menular yang dapat dilaporkan di Amerika Serikat (hanya dibawah penyakit kelamin dan cacar air dan merupakan penyakit epidemi di kebanyakan negara-negara dunia ketiga.Sekitar 60.000 kasus telah dilaporkan ke Center for Disease Control di Amerika Serikat setiap tahun, tetapi jumlah yang sebenarnya dari penyakit ini diduga beberapa kali lebih banyak.Walaupun mortalitas akibat hepatitis virus ini rendah, tetapi penyakit ini sering dikaitkan dengan angka morbiditas dan kerugian ekonomi yang besar.

1.2. Rumusan Masalah
a.     Apa Definisi Hepatitis ?
b.    Apa Etiologi Hepatitis ?
c.     Bagaimana Klasifikasi dan penyebab Hepatitis ?
d.    Manifestasi Hepatitis ?
e.     Bagaimana Patofisiologi Hepatitis ?
f.     Bagaimana Pathway Hepatitis ?
g.    Bagaimana penatalaksanaan Hepatitis ?
h.    Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien Hepatitis ?

1.3.Tujuan penulisan
a.       Untuk Mengetahui Definisi Hepatitis
b.      Untuk Mengetahui Etiologi Hepatitis
c.       Untuk Mengetahui Klasifikasi dan Penyebab Hepatitis
d.      Untuk Mengetahui Manifestasi Hepatitis
e.       Untuk Mengetahui Patofisiologi Hepatitis
f.       Untuk Mengetahui Pathway Hepatitis
g.      Untuk Mengetahui penatalaksanaan Hepatitis
h.      Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan pada Pasien Hepatitis



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).
Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat atau alkohol (Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145) Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001).
Hepatitis adalah Suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti; kimia atau obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131)

2.2 Etiologi
Dua penyebab utama hepatitis adalah penyebab virus dan penyebab non virus. Sedangkan insidensi yang muncul tersering adalah hepatitis yang disebabkan oleh virus.
1.    Hepatitis virus dapat dibagi ke dalam hepatitis :
a)    Hepatitis A (HAV)
b)   Hepatitis B (HBV)
c)    Hepatitis C (HCV)
d)   Hepatitis D (HDV)
e)    Hepatitis E (HEV)
Semua jenis virus tsb merupakan virus RNA kecuali virus hepatitis B yang merupakan virus DNA
2.      Hepatitis non virus yaitu :
a)    Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya menjadi alkohol sirosis.


b)   Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut.
c)    Bahan Beracun (Hepatotoksik)
d)   Akibat Penyakit lain (Reactive Hepatitis)

2.3    Klasifikasi dan Penyebab Hepatitis
Hepatitis
A
B
C
D
E
MASA INKUBASI
14 – 49 hari (+/- 28 hari)
30-180 hari
(+/= 75 hari)
15-150 hari
35 hari
14-63 hari
CARA PENULARAN
·   FEKAL– ORAL
·   PARENTERA
·   LAIN - LAIN


Ya

Akhir ini bisa ?
“WATER BORNE”


Tidak
Ya
Kontak seks, kontak serumah
Transmisi
Vertikal


Tidak
Ya
Kontak seks
Kontak serumah


Tidak
Ya
Kontak seks
Kontak serumah


Ya
Tidak
“WATER BORNE”
TIPE PENYAKIT
BIASANYA AKUT
BERVARIASI
BERVARIASI
BIASANYA AKUT (FULMINAN)
Biasanya akut
CARRIER KRONIK
TIDAK
5-10%
80%
70-80%
Tidak
CAH
SIROSIS
HEPATOMA
TIDAK
50%
20%
YA
YA
20%
YA
Tidak
MORTALITAS
0.1-0.2%
0.5-2%
TANPA
KOMPLIKASI
30% PADA PASIEN KRONIS
15-20% PADA WANITA HAMIL

2.4    Manifestasi Hepatitis
Menifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama. Manifestasi klinik dapat dibedakan berdasarkan stadium.Adapun manifestasi dari masing – amsing stadium adalah sebagai berikut.
a)      Fase Inkubasi
merupakan waktu diantara saat masuknya virus dan saat timbulnyagejala atau iktrus
b)      Fase Prodromal (pra ikterik)
fase diantara timbulnya keluhan-keluhanpertama dan gejala timbulnya icterus
1.    Permulaan ditandai dengan : malaise umum, mialgia,  atralgia mudah lelah, gejala saluran nafas  dananoreksi.
2.    Nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan atas atau epigastrikum
c)      Fase icterus
Muncul setelah 5-10 hr,tetapi dapatjuga munculbersamaan dengan munculnyagejala.
d)     Fase Konvalesen (penyembuhan)
1.    Diawali dengan menghilangnya ikterus dankeluhan lain tetapihepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada
2.    Ditandai dengan :
I.          Munculnya perasaan lebih sehat
II.       Kembalinya napsu makan
III.    Keadaan akut biasanya akan membaik dalam 2-3 minggu
3.    Pada 5% - 10% kasus hepatitis B perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit ditangani hanya < 1% yang menjadi fulminan (menyeluruh)

2.5    Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia.Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri.Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu.Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar.Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat.Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati.Walaupun jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati.Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi.Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk).Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis).Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.


2.6    Pathway
Menurut corwn Elizabeth(2001)hepatitis merupakan peradangan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi atau toksin termasuk alcohol dan dijumpai pada kanker hati

2.7 Penatalaksanaan
a)      Penderita yang menunjukkan keluhan berat harus istirahat penuh selama 1-2 bulan.
b)      Diet harus mengandung cukup kalori dan mudah dicerna.
c)      Pada umumnya tidak perlu diberikan obat-obat, karena sebagian besar obat akan di metabolisme di hati dan meningkatkan SGPT.
d)     Wanita hamil yang menderita hepatitis perlu segera di rujuk ke rumah sakit.
e)      Pemeriksaan enzim SGPT dan gamma-GT perlu dilakukan untuk memantau keadaan penderita. Bila hasil pemeriksaan enzim tetap tinggi maka penderita dirujuk untuk menentukan apakah perjalanan penyakit mengarah ke hepatitis kronik.
f)       Hepatitis b dapat dicegah dengan vaksin. Pencegahan ini hanya dianjurkan bagi orang-orang yang mengandung resiko terinfeksi.
g)      Pada saat ini belum ada obat yang dapat memperbaiki kerusakan sel hati.





BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1     Pengkajian
A.    Identitas Pasien
Meliputi :Nama, Usia : bisa terjadi pada semua usia,Alamat,Agama,Pekerjaan,Pendidikan.
B.     Riwayat Kesehatan
1.      Keluhan utama
pasien mengatakan suhu tubuhnya tinggi dan  nyeri perut kanan atas
2.      Riwayat penyakit sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri perut kanan atas
3.      Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi dan perawatan rumah sakit.
4.      Riwayat penyakit keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan.
C.    Pemeriksaan Fisik
1.      Review Of Sistem (ROS)
a.       Kedaan umum : kesadaran composmentis, wajah tampak menyeringai kesakitan, konjungtiva anemis, Suhu badan 38,5C
b.      Sistem respirasi : frekuensi nafas normal (16-20x/menit), dada simetris, ada tidaknya sumbatan jalan nafas, tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang O2, tidak ada ronchi, whezing, stridor.
c.       Sistem kardiovaskuler : TD 110/70mmHg , tidak ada oedema, tidak ada pembesaran jantung, tidak ada bunyi jantung tambahan.
d.      Sistem urogenital : Urine berwarna gelap
e.       Sistem muskuloskeletal : kelemahan disebabkan tidak adekuatnya nutrisi (anoreksia)
f.       Abdomen :
Inspeksi           : abdomen ada benjolan
Auskultasi       : Bising usus (+) pada benjolan
Palpasi             : pada hepar teraba keras
Perkusi             : hypertimpani
2.      Pengkajian fungsional Gordon
a)    Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
b)    Pola nutrisi dan metabolik
Makan  : Tidak nafsu makan, porsi makan  tidak habis, habis 3 sendok disebabkan Mual muntah .
Minum : minum air putih tidak banyak sekitar 400-500cc
c)    Pola eliminasi
BAK : urine warna gelap,encer seperti teh
BAB : Diare feses warna tanah liat
d)   Pola aktivitas dan latihan
Pasien tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena pasien lemah terkulai di atas tempat tidur, lelah ,malaise dan membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan dasarnya,
e)    Pola istirahat tidur
Pasien tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada nyeri pada abdomen, mialgia, atralgia, sakit kepala dan puritus.
f)     Pola persepsi sensori dan kognitif
Pasien sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus segera berobat
g)   Pola hubungan dengan orang lain
Pasien dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi akibat kondisinya pasien malas untuk keluar dan memilih untuk istirahat.
h)   Pola reproduksi / seksual
pola hidup/perilaku meningkatkan risiko terpejan (contoh homoseksual aktif/biseksual pada wanita).
i)     Pola persepsi diri dan konsep diri
Pasien ingin cepat sembuh  dan tidak ingin mengalami penyakit seperti ini lagi
j)     Pola mekanisme koping
Pasien apabila merasakan tidak nyaman selalu memegangi perutnya dan meringis kesakitan
k)   Pola nilai kepercayaan / keyakinan
Pasien beragama islam dan yakin akan cepat sembuh menganggap ini merupakan cobaan dari Allah SWT.

D.  Pemeriksaan Penunjang
1.         ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
Awalnya meningkat.Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim – enzim intra seluler yang terutama berada dijantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang rusak, meningkat pada kerusakan sel hati
2.      Darah Lengkap (DL)
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.
3.      Leukopenia
Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
4.      Diferensia Darah Lengkap
Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
5.      Alkali phosphatase
Sedikit meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
6.      Feses
Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
7.      Albumin Serum
Menurn, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh hati dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
8.      Gula Darah
Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).
9.      Anti HAVIgM
Positif pada tipe A
10.  HbsAG
Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
11.  Masa Protrombin
Kemungkinan memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang. Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.
12.  Bilirubin serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
13.  Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein)
Kadar darah meningkat.
BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi. Adanya gangguan dalam satu proses ini menyebabkan kenaikan retensi BSP.
14.  Biopsi Hati
Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis
15.  Skan Hati
Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
16.  Urinalisa
Peningkatan kadar bilirubin.
Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonyugasi. Karena bilirubin terkonyugasi larut dalam air, ia dsekresi dalam urin menimbulkan bilirubinuria.

3.2. Analisa Data
No
Data
Etiologi
Masalah
1
Ds: Pasien mengatakan bahwa nyeri pada daerah perut kanan atas
Do :
P : Nyeri pada saat ditekan
Q : Seperti ditusuk tusuk
R : Nyeri pada kuadran kanan atas
S : Skala :  6-8
T: Menetap
Pembengkakan hepar
Gangguan rasa nyaman (Nyeri)
2
Do : pasien mengatakan mual tidak nafsu makan
Ds :  klientampak lemah dan lemas, porsi makan tidak habis hanya habis 3 sendok
A : BB turun
B : Hb < 12
C : Konjungtiva anemis
D : Diet makan tinggi serat dan protein

Anoreksia
Nutrisi kurang dari kebutuhan
3
Ds : Pasien mengatakan bahwa dia malas untuk beraktivitas

Do : Tonus Otot   4       4
4   4
-    Aktivitas sehari hari memerlukan bantuan
-    Pasien nampak terkulai lemas di atas tempat tidur
Penurunan kekuatan / ketahanan tubuh
Intoleransi Aktivitas
4
Ds : pasien mengatakan bahwa tubuhnya gatal -gatal
Do : Tanda garukan pada kulit
Gatal sekunder dengan akumulasi garam empedu pada jaringan
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit
5
Ds :Pasien mengatakan bahwasering muntah
Do :pasien muntah 1x/ lebih sehari
Turgor Kulit kembali > 2 Detik
Mukosa Bibir Kering
Mata Cowong
Konjungtiva Anemis
Mual – muntah
Resiko tinggi kekurangan volume cairan
6
Ds : pasien mengatakan tubuhnya panas
a.       Do : suhu tubuh pasien 38,5C
infasi agen dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar
Hipertermi

3.3.  Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar.
2.      Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia.
3.      Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan / ketahanan tubuh.
4.      Resiko Tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Gatal sekunder dengan akumulasi garam empedu pada jaringan.
5.      Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual – muntah.
6.      Hipetermi berhubungan dengan infasi agen dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar

3.4  Intervensi Keperawatan
DX 1   : Gangguan rasa nyaman (Nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar.
Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 4 x 24 diharapkan pasien nyeri hilang, dengan
KH :
-        TTV normal :(TD :110/70 – 120/ 90 mmHg, RR : 16- 20 x/mnt, N : 60-100x/mnt, S : 36,5- 37,50.C ).
-        Pasien mengungkapkan rasa nyeri berkurang.
-        Pasien mampu mengendalikan nyeri dengan teknik relaksasi dan distraksi.
-        Skala nyeri 0-3
-        Wajah  pasien rileks



Intervensi
Rasional
1)      Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk intensitas nyeri
1)      nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh karena terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada individu yang mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.
2)      Observasi TTV
2)      Untuk mengetahui keadaan umum klien
3)      Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
3.      klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan bahwa ia mengalami nyeri.
4)      Berikan informasi akurat dan
a)    Jelaskan penyebab nyeri
b)    Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui
4.      klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri yang sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan)
5)      Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek hepatotoksi
5)      kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk mengurangi nyeri.

DX 2          :  Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Anoreksia
Tujuan        : Setelah dilakukan selama 5 x 24 jam diharapkan nutrisi klien
terpenuhi, dengan
KH : - Nafsu makan pasien  meningkat
-        Porsi makan habis
-        Pasien mampu mengungkapkan bagaimana cara mengatasi malas makan
-        Pasien tidak lemas
-        BB naik

INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
1.      Awasi pemasukan diet / jumlah kalori. Berikan makan sedikit dalam frekuensi sering dan tawarkan makan pagi paling besar
1.      Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksi. Anoreksi juga paling buruk selama siang hari, membuat masukan makanan yang sulit pada sore hari
2.      Berikan perawatan mulut sebelum makan
2.      Menghilangkan rasa tak enak dapat meningkatkan nafsu makan
3.      Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
3.      Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan nafsu makan
4.      Dorong pemasukan sari jeruk, minuman karbonat dan permen berat sepanjang hari
4.      Bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat lebih mudah dicerna / toleran bila makanan lain ini
Kolaborasi
5.      Konsul pada ahli gizi, dukung tim nutrisi untuk memberikan diet sesuai kebutuhan pasien, dengan masukan lemak dan protein sesuai toleransi
5.      Berguna dalam membuat program diet untuk memenuhi kebutuhan individu. Metabolisme lemak bervariasi tergantung pada produksi dan pengeluaran empedu dan perlunya masukan normal atau lebih protein akan membantu regenerasi hati
6.      Berikan obat sesuai indikasi : Antiematik, contoh metalopramide (Reglan) ; trimetobenzamid (Tigan)
6.      Diberikan ½ jam sebelum makan, dapat menurunkan mual dan meningkatkan toleransi pada makanan.

DX 3   :  Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan / ketahanan tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 4 X 24 jam pasien
diharapkan mampu beraktivitas dengan baik, dengan
KH :
-        Tonus otot 5  5
5  5
-        Pasien mampu melakukan aktivitas sendiri
-        Pasien mampu memenuhi kebutuhannya sendiri
INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
1.      Tingkatkan tirah baring / duduk. Berikan lingkungan tenang; batasi pengunjung sesuai keperluan
1.      Meningkatkan istirahat dan ketenangan. Menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan. Aktivitas dan posisi duduk tegak diyakini menurunkan aliran darah ke kaki, yang mencegah sirkulasi optimal ke sel hati
2.      Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik
2.      Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan
3.      Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi
3.      Memungkinkan periode tambahan istirahat tanpa gangguan
4.      Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang gerak sendi pasif / aktif
4.      Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode istirahat.
5.      Dorong penggunaan teknik manajemen stres, contoh relaksasi progresif, visualisasi, bimbingan imajinasi, berikan aktivitas hiburan yang tepat, contoh menonton TV, radio, membaca
5.      Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi, memusatkan kembali perhatian, dan dapat meningkatkan koping
6.      Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran hati
6.      Menunjukkan kurangnya resolusi / eksaserbasi penyakit, memerlukan istirahat lanjut, mengganti program terapi
Kolaborasi
7.      Berikan antidot atau bantu dalam prosedur sesuai indikasi (contoh lavase, katarsis, hiperventilasi) tergantung pada pemajanan
7.      Membuang agen penyebab pada hepatitis toksik dapat membatasi derajat kerusakan jaringan
8.      Berikan obat sesuai indikasi : sedatif, agen antiansietas, contoh diazepam (Valium); lorazepam (Ativan)
8.      Membantu dalam manajemen kebutuhan tidur. Catatan : penggunaan berbiturat dan tranquilizer seperti Compazine dan Thorazine, dikontraindikasikan sehubungan dengan efek hepatotoksik
9.      Awasi kadar enzim hati
9.      Membantu menentukan kadar aktivitas tepat, sebagai peningkatan prematur pada potensial risiko berulang

Dx 4 : Resiko Tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan denganGatal sekunder dengan akumulasi garam empedu pada jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan proses keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan gatal pada pasien hilang.
KH :
-    Pasien merasa nyaman
-    Tubuh pasien tidak gatal lagi
-    Tubuh pasien tidak lecet
Intervensi
Rasional
ü  Mulai tindakan kenyamanan :
ü  Mandi pancuran dingin
ü  Gosokan punggung
ü  Air hangat
ü  Aktivitas hiburan rendah (membaca, menonton TV, permainan papan)
ü  Kompres dingin pada dahi untuk sakit kepala
ü  Lingkungan tenang
1.    Tindakan ini meningkatkan istirahat. Istirahat menurunkan kebutuhan energi yang menghasilkan tegangan pada hepar.
2.      Berikan antipiretik yang diresepkan dan evaluasi keefektifan
2   Untuk mengatasi demam. Demam berhubungan dengan peningkatan kehangatan dan berkeringat saat demam membaik. Hangat disertai dengan lembab meningkatkan rasa gatal.
3        Pertahankan linen dan pakaian
kering
3.      Pakaian basah dari berkeringat adalah sumber ketidaknyamanan
4. Dorong kunjungan dari keluarga dan teman
4.Isolasi dapat menyebabkan kebosanan yang mencetuskan depresi dan meningkatkan ketidaknyamanan.
4.      Mulai tindakan untuk
menghilangkan puritus :
-        Berikan mandi pancuran dingin
-        Gunakan soda kue atau tepung sagu pada air
-         Hindari sabun alkalin
-        Berikan losin Caladryl
-        Gunakan pakaian yang longgar
-        Pertahankan suhu kamar dingin
5.  Suhu dingin membatasi
vasodilatasi jadi menurunkan pengeluaran garam empedu ke permukaan kulit. Soda kue dan sagu membantu menetralkan asam pada permukaan kulit. Sabun alkalin mempunyai efek mengeringkan, yang meningkatkan rasa gatal. Losion Caladryl mengandung antihistamin, benadryl yang juga menetralkan keasaman permukaan kulit, dan menekan ujung saraf sensori yang mencetuskan sensasi gatal
6.      Pertahankan kuku pasien terpotong pendek. Instruksikan pasien menggunakan bantalan jari untuk menggaruk kulit atau menggunakan ujung jari untuk menekan pada kulit bila sangat perlu menggaruk.
6.      Untuk menurunkan resiko kerusakan kulit bila buruk

Dx 5  :  Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan denganmual – muntah.
Tujuan : Setelah dilakukan selama 2 x 24 jam diharapkan volume cairan pasien terpenuhi, dengan
KH :
-        TTV normal :(TD :110/70 – 120/ 90 mmHg, RR : 16- 20 x/mnt, N : 60-100x/mnt, S : 36,5- 37,50.C ).
-        Turgor Kulit  kembali < 2 Detik
-        Mukosa Bibir lembab
-        Mata tidak Cowong
-        Konjungtiva tidak Anemis
-        Muntah tidak terjadi

INTERVENSI
RASIONAL
Mandiri
1.      Awasi masukan dan haluaran, bandingkan dengan berat badan harian. Catat kehilangan melalui usus, contoh muntah dan diare
1.      Memberikan informasi tentang kebutuhan penggantian / efek terapi.
2. Kaji tanda vital, nadi periver, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa
2.      Indikator volume sirkulasi  / perfusi
3. Periksa asites atau pembentukan edema. Ukur lingkar abdomen sesuai indikasi
3.      Menurunkan kemungkinan perdarahan kedalam jaringan
4.      Biarkan pasien menggunakan lap katun / spon dan pembersih mulut untuk sikat gigi
4.      Menghindari trauma dan perdarahan gusi
5.      Observasi tanda perdarahan, contoh hematuria / melena, ekimosis, perdarahan terus menerus dari gusi / bekas injeksi
5.      Kadar protombin menurun dan waktu koagulasi memanjang bila absorbsi vitamin K terganggu pada traktus GI dan sintesis protrombin menurun karena mempengaruhi hati
Kolaborasi
6.      Awasi nilai laboratorium, contoh Hb/Ht, Na+ albumin, dan waktu pembekuan
6.      Menunjukkan hidrasi dan mengidentifikasi retensi natrium / kadar protein yang dapat menimbulkan pembekuan edema. Defisit pada pembekuan potensial beresiko perdarahan
7.      Berikan cairan IV (biasanya glukosa), elektrolit
7.      Memberikan cairan dan penggantian elektrolit


Dx 6 : Hipetermi berhubungan dengan infasi agen dalam sirkulasi darah sekunder terhadap inflamasi hepar
Tujuan: selelah dilakukan tindakan selama 3x24 suhu tubuh Pasien kembali normal, dengan
KH:
-        Klien tidak mengeluh panas
-        Suhu tubuh  Normal 36,50 – 37,50C
-        Keluarga pasien mampu mengatasi panas dengan melakukan kompres hangat.
Intervensi
Rasional
1.      Kaji adanya keluahan tanda – tanda peningkatan suhu tubuh
2.      Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur




3.      Berikan HE kepada keluarga pasien tentang pemberian kompres yang benar
4.      Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
1.      sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi
2.      menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh melalui penguapan
3.      keluarga mampu melakukan kompres kepada pasien secara mandiri
4.      kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam kulit.



BAB IV
PENUTUP

4.1  Kesimpulan
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).
a)    Hepatitis virus dapat dibagi ke dalam hepatitis : Hepatitis A, B, C, D, E
b)   Hepatitis Non Virus : alkohol, obat – obatan, bahan beeracun, akibat penyakit lain
Klasifikasi dan penyebab
a)    Hepatitis A : masa inkubasi 14-49 hari, cara penularan melalui fekal oral
b)   Hepatitis B :masa inkubasi 30-180 hari, cara penularan melalui pereteral
c)    Hepatitis C :masa inkubasi 15-150 hari, cara penularan melalui pereteral
d)   Hepatitis D :masa inkubasi 35 hari, cara penularan melalui pereteral
e)    Hepatitis E :masa inkubasi 14-63 hari, cara penularan melalui fekal oral

4.2  Saran
1.      Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam pembuatan makalah agar dapat membuat makalah yang baik dan benar.
2.      Bagi Pendidikan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih baik dalam pembuatan makalah selanjutnya.
3.      Bagi Kesehatan
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk mahasiswa keperawatan agar mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien hernia.

DAFTAR PUSTAKA


Sylvia Anderson Price dan Lorrine Mccarty Wilson. 1981 “Patofisiologi, Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit”. Edisi 2. Jakarta : EGC
Charlene J. Reeves, Gayle Roux dan Robin Lackhart. 2001 “Keperawatan Medikal Bedah”. Jakarta : Salemba Medika
Price, Sylvia Anderson. 2005 : 485 “Patofisiologi, Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit”. Edisi 6, Vol 1. Jakarta : EGC
Lynda Juall Carpenito. 2009 “Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis”. Jakarta : EGC Doenges. “Rencana Asuhan Keperawatan” Edisi 3
Dienstag, 1990 Bradley, 1990; Centers for Disease Control, 1990 Bradley,1990;
Purcell, 1990 Sujono Hadi, 1999 Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145 Smeltzer, 2001 Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131







No comments:

Post a Comment