Wednesday, 27 March 2019

MAKALAH DIARE DAN KONSTIPASI

KATA PENGANTAR

Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT.  Shalawat  dan  salam  selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW.  Berkat  limpahan dan rahmat-Nya saya mampu  menyelesaikan  tugas  Makalah ini yang berjudul “DIARE DAN KONSTIPASI
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang saya hadapi. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Dan saya menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang saya hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang ‘Gizi Ibu Hamil dan Menyusui
           

Banda Aceh,    Oktober 2018


Penulis

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1  Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah................................................................................ 2
1.3  Tujuan................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A.  Diare....................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Diare.............................................................................. 3
2.2 Etiologi............................................................................................ 4
2.3Tanda dan Gejala............................................................................. 6
2.4 Patofisiologi.................................................................................... 8
2.5 Jenis Diare..................................................................................... 10
2.6 Komplikasi.................................................................................... 15
2.7 Penatalaksanaan Diare.................................................................. 15
B. Obstipasi................................................................................................ 16
3.1 Pengertian..................................................................................... 16
3.2 Etiologi.......................................................................................... 17
3.3Tanda dan Gejala........................................................................... 21
3.4 Patofisiologi.................................................................................. 21
3.5 Jenis Obstipasi............................................................................... 22
3.6 Komplikasi.................................................................................... 22
3.7 Penatalaksanaan............................................................................ 23

BAB III PENUTUP............................................................................................. 25
A.       Kesimpulan......................................................................................... 25
B.       Saran................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 27

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Diare merupakan penyakita menular masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah 5 tahun) terbesar didunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik 1 balita meninggal karena diare. Diare sering kali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh 2 juta anak di dunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah satu penyebab kematian ke 2 terbesar pada balita. Diare kondisinya dapat merupakan gejala dari luka, penyakit, alergi (Fructose, Lactose), penyakit dan makanan atau kelebihan Vitamin C dan biasanya disertai sakit perut dan seringkali enek dan muntah. Dimana menurut WHO (1980) diare terbagi dua berdasarkan mula dan lamanya, yaitu diare akut dan diare kronik.
Dewasa ini banyak ditemukan berbagai macam penyakit gangguan pencernaan seperti sembelit atau konstipasi, gastritis atau yang biasa dikenal dengan sakit maag dan berbagai macam penyakit gangguan pencernaan lainnya.
Obstipasi berasal dari bahasa Latin Ob berarti in the way = perjalanan dan Stipare yang berarti to compress = menekan Secara istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi parah dimana biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya obstruksi usus). Gejala antara obstipasi dan konstipasi sangat mirip dimana terdapat kesukaran mengeluarkan feses (defekasi). Namun obstipasi dibedakan dari konstipasi berdasarkan penyebabnya ialah dimana konstipasi disebabkan selain dari obstruksi intestinal sedangkan obstipasi karena adanya obstruksi intestinal.
Gejala obstipasi berupa pengeluaran feses yang keras dalam jangka waktu tiap 3-5 hari, kadang disertai adanya perasaan perut penuh akibat adanya feses atau gas dalam perut.
Ada beberapa variasi pada kebiasaan buang air besar yang normal. Pada bayi baru lahir biasanya buang air besar 2-3 kali sehari tergantung jenis susu yang dikonsumsi akan tetapi masih mungkin normal bila buang air besar 36-48 jam sekali asal konsistensi tinja normal.
Konstipasi dapat ditemukan dalam bentuk obstipasi yaitu berupa kesulitan defekasi akibat adanya ostruksi intra atau ekstralumen usus (misalnya karsinoma, kalom sigmoid) (Staf Pengajar Dept Farmakologi UNSRI 2008).Obstipasi ini sering terjadi pada bayi dan orang dewasa yang dikarenakan adanya gangguan usus penyakuran makanan yang kurang baik pada.

1.2    Rumusan Masalah
1.        Apa pengertian dari diare dan obstipasi ?
2.        Bagaimana etiologi dari diare dan obstipasi ?
3.        Bagaimana tanda dan gejala dari diare dan obstipasi ?
4.        Bagaimana patofisiologi dari diare dan obstipasi ?
5.        Apa saja jenis dari obstipasi diare dan
6.        Bagaimana komplikasi dari obstipasi diare dan ?
7.        Bagaimana penatalaksanaan dari diare dan obstipasi ?

1.3    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian dari diare dan obstipasi.
2.      Untuk mengetahui etiologi dari  diare dan obstipasi.
3.      Untuk mengetahui tanda dan gejala dari diare dan obstipasi.
4.      Bagaimana patofisiologi dari diare dan obstipasi.
5.      Untuk mengetahui jenis dari diare dan obstipasi.
6.      Untuk mengetahui komplikasi dari  diare dan obstipasi.
7.      Untuk mengetahui penatalaksanaan dari diare dan obstipasi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. DIARE
2.1 Pengertian Diare
Diare adalah Buang Air Besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam. Definisi lain memakai kriteria frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali/hari. Buang air besar encer tersebut dapat disertai lendir dan darah. Menurut WHO (1990) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Diare akut adalah diare yang yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam atau hari. Orang yang mengalami diare akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan  dehidrasi tubuh. Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua.
Diare didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana terjadi perubahan alami dalam kepadatan dan karakter fases dan dikeluarkan tiga kali atau lebih per hari (Raimah, 2007 :13 )
Sedangkan menurut Suriadi (2006 : 80) menyatakan bahwa diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk cair.
Jika dilihat definisinya ,diare adalah gejala buang air besar dengan konsistensi fases lembek atau cair ,bahkan dapat berupa air saja .Frekuensinya bisa terjadi lebih dari dua kali sehari dan berlangsung dalam jangka waktu lama tapi kurang dari 14 hari.Seperti diketahui, pada kondisi normal orang biasanya buang air besar satu atau dua kali sehari dengan konsistens padat atau keras.
Jadi dapat diartikan diare merupakan suatu kondisi ,buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi fases yang encer atau cair dapat disertai darah atau lendir sebagai akibat inflamasi pada lambung atau usus.
2.2 Etiologi
a. Faktor infeksi :
  1. Infeksi enteral
Yaitu infeksi saluran pencernaan sebagai penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi :  Infeksi bakteri; Vibrio, E.coli, Salmonela, Shigella, Campylobacter, dsb.
Infeksi virus ; Enterovirus (virus echo, coxsakie), adeno virus, rota virus, dsb
Infeksi parasit; cacing (ascariasis, trichuris)
Protozoa (Entamuba hystolitica, Giardia lambia)
Jamur (Kandida Albican)
  1. Infeksi parenteral
Yaitu; infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti: OMA, tonsilofaringitis, bronchopneumonia, encefalitis, dsb. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
Factor non infeksi :
b.     Malabsorbsi karbohidrat
karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa, maltosa, dan sukrosa),  non sakarida (intoleransi glukosa, fruktusa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
1. Malabsorbsi lemak       : long chain triglyceride 
2. Malabsorbsi protein     : asam amino, B-laktoglobulin
c.     Reaksi Obat
Seperti antibiotic, obat-obatan, tekanan darah dan antasida mengandung magnesium.Obat-obat khasiat yang luas sehingga tidak saja kuman penyebab kloramfenikol yang dimusnahkan, tetapi juga bakteri usus yang berguna turut dimusnahkan.Penyinaran dengan sinar rontegen terhadap suatu tumor di usus atau prostat dapat memicu diare.
d.    Faktor makanan :
Makanan basi, magnesium, makanan baracun, alergi terhadap makanan merupakan faktor yang mempeengaruhi kerja lambung dan dapat mempengeruhi kerja enzim di lambung.
e.     Faktor psikologis :
 rasa takut, cemas, walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak yang lebih  besar.
f.      Factor resiko tejadinya diare :
  1. Umur
Kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa diberikan makanan pendamping. Hal ini karena belum terbentuknya kekebalan alami dari anak pada umur di bawah 24 bulan.
  1. Jenis Kelamin
Resiko kesakitan diare pada golongan perempuan lebih rendah daripada laki-laki karena aktivitas anak laki-laki dengan lingkungan lebih tinggi.
  1. Musim
Variasi pola musim di daerah tropik memperlihatkan bahwa diare terjadi sepanjang tahun, frekuensinya meningkat pada peralihan musim kemarau ke musim penghujan.
  1. Status Gizi
Status gizi berpengaruh sekali pada diare. Pada anak yang kurang gizi karena pemberian makanan yang kurang, episode diare akut lebih berat, berakhir lebih lama dan lebih sering. Kemungkinan terjadinya diare persisten juga lebih sering dan disentri lebih berat. Resiko meninggal akibat diare persisten atau disentri sangat meningkat bila anak sudah kurang gizi.
  1. Lingkungan
Di daerah kumuh yang padat penduduk, kurang air bersih dengan sanitasi yang jelek penyakit mudah menular. Pada beberapa tempat shigellosis yaitu salah satu penyebab diare merupakan penyakit endemik, infeksi berlangsung sepanjang tahun, terutama pada bayi dan anak-anak yang berumur antara 6 bulan sampai 3 tahun.
  1. Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi anggota keluarga. Hal ini nampak dari ketidakmampuan ekonomi keluarga untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga khususnya pada anak balita sehingga mereka cenderung memiliki status gizi kurang bahkan status gizi buruk yang memudahkan balita tersebut terkena diare. Mereka yang berstatus ekonomi rendah biasanya tinggal di daerah yang tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga memudahkan seseorang untuk terkena diare.

2.3  Tanda dan Gejala
  1. Balita biasanya rewel karena diare menyebabkan kekurangan cairan, sehingga perlu diberi minum yang banyak.
  2. Pada keadaan dehidrasi ringan-sedang, balita akan terlihat gelisah.
  3. Diare ditandai disentriform yaitu tinja berlendir, cair dan kadang-kadang berdarah.
  4. Diare disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus yang ditandai dengan suhu tubuh meningkat.
  5. Nafsu makan menurun akibat diare harus diimbangi makan yang cukup supaya kondisi tubuh membaik.
  6. Biasanya akan muntah sebelum atau sesudah makan karenamerupakan gejala dari beberapa penyakit antara lain keracunan makanan, infeksi appendiks, gula darah yang sangat rendah, dan lain-lain yang merupakan factor penyebab diare.
  7. Dehidrasi (kekurangan cairan)

Tingkatan dehidrasi ada tiga, yaitu :
A.        Dehidrasi Ringan
Muka memerah, rasa haus yang sangat, kulit hangat dan kering, tidak buang air atau volume urine berkurang atau berwarna lebih gelap, pusing dan lemah, kram pada otot kaki dan tangan, menangis dengan sedikit atau tidak ada air mata, mengantuk, mulut dan lidah disertai berkurangnya air liur.



B.         Dehidrasi Sedang
Tekanan darah menurun, pingsan, kontraksi yang kuat pada otot lengan, kaki, perut dan punggung, kejang, perut kembung, gagal jantung, dan ubun-ubun cekung, denyut nadi cepat dan lemah.
C.         Dehidrasi Berat
Gejala-gejala dehidrasi ringan terlihat semakin jelas dan mengarah pada keadaan yang lebih berat dengan tanda dan gejala sebagai berikut : Berkurangnya kesadaran, tidak buang air kecil, tangan teraba dingin dan lembab, denyut nadi yang semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba, tekanan darah yang menurun hingga tidak terukur, kebiruan pada ujung kuku, mulut, dan lidah. Jika tidak diatasi keadaan ini dapat mengancam jiwa atau kematian.
Akibat terparah dari Diare
Akibat dari diare yaitu tubuh kekurangan cairan dan garam-garaman yang sangat berguna bagi kelangsungan hidup manusia. Makin lama seseorang terkena penyakit diare makin banyak dan cepat pula tubuh kehilangan cairan. Akibat kekurangan cairan, kemungkinan besar akan menyebabkan kematian.
Bila diare terjadi berulang kali, balita atau anak akan
kehilangan cairan atau dehidrasi yang ditandai dengan :
1)      Anak menangis tanpa air mata
2)      Mulut dan bibir kering
3)      Selalu merasa haus
4)      Air seni keluar sedikit dan berarna gelap, ada kalanya tidak keluar sama sekali.
5)      Mata cekung dan terbenam
6)      bayi tanda dehidrasi bias dilihat dari ubun-ubun yang menjadi cekung
7)      Anak mudah mengantuk
8)      Anak pucat dan turgor tidak baik




2.4 Patofisiologi
Pada dasarnya diare terjadi oleh karena terdapat gangguan transport terhadap air dan elektrolit di saluran cerna. Mekanisme gangguan tersebut ada 5 kemungkinan sebagai berikut:
Diare Osmotik
Diare osmotik dapat terjadi dalam beberapa keadaan :
  1. Intoleransi makanan, baik sementara maupun menetap. Situasi ini timbul bila seseorang makan berbagai jenis makanan dalam jumlah yang besar sekaligus.
  2. Waktu pengosongan lambung yang cepat
Dalam keadaan fisiologis makanan yang masuk ke lambung selalu dalam keadaan hipertonis, kemudian oleh lambung di campur dengan cairan lambung dan diaduk menjadi bahan isotonis atau hipotonis. Pada pasien yang sudah mengalami gastrektomi atau piroplasti atau gastroenterostomi, makanan yang masih hipertonik akan masuk ke usus halus akibatnya akan timbul sekresi air dan elektrolit ke usus. Keadaan ini mengakibatkan volume isi usus halus bertambah dengan tiba-tiba sehingga menimbulkan distensi usus, yang kemudian mengakibatkan diare yang berat disertai hipovolumik intravaskuler. Sindrom malabsorbsi atau kelainan proses absorbsi intestinal.
  1. Defisiensi enzim
Contoh yang terkenal adalah defisiensi enzim laktase. Laktase adalah enzim yang disekresi oleh intestin untuk mencerna disakarida laktase menjadi monosakarida glukosa dan galaktosa. Laktase diproduksi dan disekresi oleh sel epitel usus halus sejak dalam kandungan dan diproduksi maksimum pada waktu lahir sampai umur masa anak-anak kemudian menurun sejalan dengan usia. Pada orang Eropa dan Amerika, produksi enzim laktase tetap bertahan sampai usia tua, sedang pada orang Asia, Yahudi dan Indian, produksi enzim laktase cepat menurun. Hal ini dapat menerangkan mengapa banyak orang Asia tidak tahan susu, sebaliknya orang Eropa senang minum susu.

  1. Laksan osmotik
Berbagai laksan bila diminum dapat menarik air dari dinding usus ke lumen. Yang memiliki sifat ini adalah magnesium sulfat (garam Inggris). Beberapa karakteristik klinis diare osmotik ini adalah sebagai berikut:
·         Ileum dan kolon masih mampu menyerap natrium karena natrium diserap secara aktif. Kadar natrium dalam darah cenderung tinggi, karena itu bila didapatkan pasien dehidrasi akibat laksan harus diperhatikan keadaan hipernatremia tersebut dengan memberikan dekstrose 5 %.
·         Nilai pH feses menjadi bersifat asam akibat fermentasi karbohidrat oleh bakteri.
·         Diare berhenti bila pasien puasa. Efek berlebihan suatu laksan (intoksikasi laksan) dapat diatasi dengan puasa 24-27 jam dan hanya diberikan cairan intravena.
Diare sekretorik
Pada diare jenis ini terjadi peningkatan sekresi cairan dan elektrolit. Ada 2 kemungkinan timbulnya diare sekretorik yaitu diare sekretorik aktif dan pasif.
Diare sekretorik aktif terjadi bila terdapat gangguan aliran (absorpsi) dari lumen usus ke dalam plasma atau percepatan cairan air dari plasma ke lumen. Sperti diketahui dinding usus selain mengabsorpsi air juga mengsekresi sebagai pembawa enzim. Jadi dalam keadaan fisiologi terdapat keseimbangan dimana aliran absorpsi selalu lebih banyak dari pada aliran sekresi.
Diare sekretorik pasif disebabkan oleh tekanan hidrostatik dalam jaringan karena terjadi pada ekspansi air dari jaringan ke lumen usus. Hal ini terjadi pada peninggian tekanan vena mesenterial, obstruksi sistem limfatik, iskemia usus, bahkan proses peradangan.

Diare akibat gangguan absorpsi elektrolit
Diare jenis ini terdapat pada penyakit celiac (gluten enteropathy) dan pada penyakit sprue tropik. Kedua penyakit ini menimbulkan diare karena adanya kerusakan di atas vili mukosa usus, sehingga terjadi gangguan absorpsi elektrolit dan air.
Diare akibat hipermotilitas (hiperperistaltik)
Diare ini sering terjadi pada sindrom kolon iritabel (iritatif) yang asalnya psikogen dan hipertiroidisme. Sindrom karsinoid sebagian juga disebabkan oleh hiperperistaltik.

Diare eksudatif
Pada penyakit kolitif ulserosa, penyakit Crohn, amebiasis, shigellosis, kampilobacter, yersinia dan infeksi yang mengenai mukosa menimbulkan peradangan dan eksudasi cairan serta mukus.

2.5 Jenis Diare
A. Jenis diare berdasarkan tingkat keparahan
1. Diare akut
Diare akut merupakan penyebab awal penyakit pada anak dengan umur < 5 tahun, dehidrasi dapat terjadi dan dapat mengakibatkan kefatalan kira-kira pada 400 anak tiap tahun di Amerika Serikat (Kleinman, 1992 dalam Wholey & Wong's, 1994).Diare akut adalah BAB dengan frekuensi meningkat > 3 kali /hari dengan konsistensi tinja cair, bersifat mendadak dan berlangsung dalam waktu kurang dari 1 minggu. Diare akut lebih banyak disebabkan oleh agent infectius yang mencakup virus, bakteri dan patogen parasit.
Diare akut adalah diare yang kurang dari 14 hari yang sebagian besar disebapkan oleh Infeksi.
  • Biasenye diare akut disebabkan oleh infeksi/toksin bakteri
  • Adanya riwayat makan makanan tertentu( terutama makan siap santap) dan adanya keadaan yang sama dengan orang lain, sangat mungkin merupakan keracunan makanan yang disebabkan oleh toksin bakteri.
  • Adanya riwayat pemakaian antibiotika yang lama/jangka panjang.
  • Diare yang terjadi tanpa kerusakan mukosa usus( non inflamotorik) dan disebabkan oleh toksin bakteri.bilka muntah sangat mencolok biasanya disebapkan oleh virus aureus dalam bentuk keracunan makanan.
  • Bila diare dalam bentuk bvercampur darah,lendir dan disertai demam biasanya karena kerusakan mukosa usur karena invasi shingella,salmonela atau amdeba,daerah yang terkena adalah kolon.
  • Diare akut bersifat sembuh sendiri dalam 5 hari dengan pengobatan sederhana yang disertai dengan dehidrasi
2. Diare Kronik
Diare kronik adalah buang air besar cair lebih dari 3 kali sehari dan berlangsung lebih dari dua minggu (15 hari).
Banyak sekali penyebab dari diare kronik ini, diantaranya adalah infeksi (amuba, TBC, malaria), non-infeksi (IBD = inflamatory bowel disease), gangguan penyerapan makanan, radiasi, keganasan (kanker usus besar), HIV-AIDS.
Yang menjadi bertambah sulit baik untuk mencari penyebab dan mengobatinya karena pada kasus diare kronik sering terdiri lebih dari satu jenis penyebab.
Karena itu, banyak pemeriksaan yang harus dilakukan pada kasus diare kronik diantaranya pemeriksaan darah rutin, analisa tinja, fungsi liver, USG abdomen, kolonoskopi hingga biopsi.
Pengobatan pada kasus diare kronik menjadi bervariasi dan biasanya memakan waktu yang lama (4 hingga 8 minggu), respon pengobatan pun bervariasi mulai dari sembuh hingga tidak ada respon sama sekali.

B. Jenis Diare Berdasarkan Bakteri Penyebabnya
  1. Kolera
Penyakit kolera adalah penyakit yang menginfeksi saluran usus bersifat akut yang disebabkan oleh bakteri vibio cholerae, bakteri ini masuk kedalam tubuh seseorang melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Bakteri tersebut mengeluarkan enterotoksin (racunnya) pada saluran usus sehingga terjadilah diare (diarrhoea) disertai muntah yang akut dan hebat, akibatnya seseorang dalam waktu hanya beberapa hari kehilangan banyak cairan tubuh dan masuk pada kondisi dehidrasi. Karena bakteri sensitif terhadap asam lambung, maka penderita kekurangan asam lambung cenderung menderita penyakit ini.
Kolera adalah penyakit diare akut yang dalam bebarapa jam dapat mengakibatkan dehidrasi progresif yang cepat dan berat serta kematian.Karena itu, kolera gravis (bentuk kolera yang berat) merupakan bentuk penyakit yang lebih menakutkan lagi, terutama bila menyebabkan epidemi.Untunglah penggantian, cairan yang cepat dan tindakan yang suportif dapat menyingkirkan tingginya angka mortalitas yang diakibatkan penyakit ini. Istilah kolera kadang dipakai untuk segala penyakit diare sekrotik dengan dehidrasi yang berat entah disebabkan oleh Vibrio cholerae atau bukan dan, bahkan, apakah etiologinya infeksi atau bukan ( misalnya diare karena sindrom endokrin seperti tumor yang mensekresi peptida usus vasoaktif.)
Penyebab :
Kolera menyebar melalui air yang diminum, makanan laut atau makanan lainnya yang tercemar oleh kotoran orang yang terinfeksi.
Penyebab Kolera adalah bakteri yang dikenal dengan nama Vibrio cholera (atau biasa disingkat V. cholera). Bakteri ini adalah noda Gram-negatif dan memiliki flagel (panjang, lonjong, bagian proyeksi) untuk motilitas dan pili (struktur mirip rambut) digunakan untuk melampirkan jaringan. Meskipun ada banyak serotipe V. cholerae yang dapat menghasilkan gejala-gejala kolera, penyebab kolera yang memberi gejala yang paling parah kolera adalah kelompok OO1 dan O139.
Kelompok  O terdiri dari struktur lipopolysaccharides-protein yang berbeda pada permukaan bakteri yang dibedakan dengan teknik imunologi. Toksin yang dihasilkan oleh serotipe V. cholerae sebagai penyebab penyakit kolera merupakan enterotoksin terdiri dari dua subunit, A dan B; informasi genetik untuk sintesis subunit ini dikodekan pada plasmid (elemen genetik tidak dalam kromosom bakteri). Selain itu, jenis lain encode plasmid untuk pilus (sebuah struktur mirip rambut hampa yang dapat meningkatkan lampiran bakteri ke sel manusia dan memfasilitasi pergerakan toksin dari V. cholerae ke dalam sel manusia).


Penyebab Kolera yang Dapat Berakibat Fatal :
Enterotoksin menyebabkan sel manusia untuk mengambil air dan elektrolit dari tubuh (terutama saluran pencernaan atas) dan pompa ke dalam lumen usus dimana cairan dan elektrolit yang diekskresikan sebagai cairan diare. Enterotoksin ini mirip dengan toksin yang dibentuk oleh bakteri yang menyebabkan difteri di kedua jenis bakteri rahasia racun ke lingkungan sekitarnya di mana racun kemudian masuk ke sel manusia. Bakteri penyebab kolera biasanya ditularkan oleh orang-orang minum air yang terkontaminasi, tetapi bakteri juga dapat diperoleh dalam makanan yang terkontaminasi, terutama makanan laut seperti tiram mentah.
Penyakit kolera adalah penyakit infeksi akut yang menghasilkan diare tanpa rasa sakit pada manusia. Beberapa individu memiliki jumlah berlebihan yang terkena diare dan mengembangkan dehidrasi begitu parah dapat menyebabkan kematian. Kebanyakan orang yang mendapatkan penyakit ini menelan organisme melalui sumber-sumber makanan atau air yang terkontaminasi dengan V. cholerae. Meskipun gejala mungkin ringan, sekitar 5% -10% dari sebelumnya orang yang sehat akan mengembangkan diare berlebihan dalam waktu sekitar satu sampai lima hari setelah menelan bakteri. Penyakit berat membutuhkan perawatan medis yang segera.
Gejala :
Gejala dimulai dalam 1 - 3 hari setelah terinfeksi bakteri, bervariasi mulai dari diare ringan-tanpa komplikasi sampai diare berat-yang bisa berakibat fatal.
Beberapa orang yang terinfeksi, tidak menunjukkan gejala.
Penyakit biasanya dimulai dengan diare encer seperti air yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa rasa sakit dan muntah-muntah.
Pada kasus yang berat, diare menyebabkan kehilangan cairan sampai 1 liter dalam 1 jam. Kehilangan cairan dan garam yang berlebihan menyebabkan dehidrasi disertai rasa haus yang hebat, kram otot, lemah dan penurunan produksi air kemih.
Banyaknya cairan yang hilang dari jaringan menyebabkan mata menjadi cekung dan kulit jari-jari tangan menjadi keriput.
Jika tidak diobati, ketidakseimbangan volume darah dan peningkatan konsentrasi garam bisa menyebabkan gagal ginjal, syok dan koma.
Gejala biasanya menghilang dalam 3-6 hari.
Kebanyakan penderita akan terbebas dari organisme ini dalam waktu 2 minggu, tetapi beberapa diantara penderita menjadi pembawa dari bakteri ini.
  1. Disentri
Disentri didefinisikan sebagai diare yang disertai darah dalam tinja. Penyebab yang terpenting dan tersering adalah Shigella, khususnya S. Flexneri dan S. Dysenteriae tipe 1. Entamoeba histolytica menyebabkan disentri pada anak yang lebih besar, tetapi jarang pada balita . Disentri amoeba adalah penyakit infeksi usus besar yang disebabkan oleh parasit usus Entamoeba histolytica .
  1. Etiologi
Entamoeba histolytica merupakan protozoa usus, sering hidup sebagai komensal (apatogen) di usus besar manusia. Apabila kondisi mengijinkan dapat berubah menjadi patogen (membentuk koloni di dinding usus, menembus dinding usus menimbulkan ulserasi) dan menyebabkan disentri amoeba.
  1. Gejala yang timbul :
·         Rentan waktu gejala disentri dapat bertahan antara 5-7 hari atau bahkan lebih lama
·         Penderita mengalami kram pada perut
·         Penderita mengalami kram perut ketika BAB/BAK
·         BAB yang disertai dengan lendir
·         BAB yang dengan tinja yang berdarah
·         Panas tinggi (39,5 0 c - 400 c)
·         Muntah-muntah
·         Anoreksia
·         Terkadang disertai dengan gejala menyerupai ensipagitis dan sepsis ( kejang, sakit kepala, letargi, kuku kuduk, halusinasi)

2.6  Komplikasi
  1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
  2. Renjatan hipovolemik.
  3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram)
  4. Hipoglikemia.
  5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
  6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
  7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.
Pencegahan Diare
Perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang.
  • Menjaga kebersihan dengan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sebelum makan dan kebersihan dari makanan yang kita makan.
  • Penggunan jamban yang benar.
  • Imunisasi campak

2.7  Penatalaksanaan Diare
Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak.
Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah yang fatal.
Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease).
Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman.
Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik.
Prinsip menangani diare adalah:
Rehidrasi: mengganti cairan yang hilang, dapat melalui mulut (minum) maupun melalui infus (pada kasus dehidrasi berat).
 Pemberian makanan yang adekuat: jangan memuasakan anak, teruskan memberi ASI dan lanjutkan makanan seperti yang diberikan sebelum sakit.
Pemberian obat seminimal mungkin. Sebagian besar diare pada anak akan sembuh tanpa pemberian antibiotik dan antidiare. Bahkan pemberian antibiotik dapat menyebabkan diare kronik.

B. OBSTIPASI
3.1 Pengertian
Konstipasi merupakan keluhan paling sering dalam praktik klinis. Karena rentang sifat usus normal lebar, konstipasi selit didefinisikan dengan tepat. Kebanyakan orang mempunyai sedikitnya tiga gerakan usus per minggu, dan konstipasi didefinisikan sebagai frekuensi defekasi kurang dari tiga kali per minggu. Namun, frekuensi feses sendiri bukan merupakan kriteria yang cukup digunakan, karena banyak pasien konstipasi menunjukkan frekuensi defekasi normal, tetapi keluhan  subjektif mengenai feses keras, rasa penuh bagian abdomen bawah dan rasa evakuasi tak lengkap. Sehingga, kombinasi kriteria objektif dan subjektif harus digunakan untuk menerangkan konstipasi. Konstipasi yang tidak ditangani dengan tepat dan berkelanjutan dapat menyebabkan  “Obstipasi”
Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau adanya obstruksi pada saluran cerna atau bisa di definisikan sebagai tidak adanya pengeluaran tinja selama 3 hari atau lebih.
Lebih dari 90 % BBL akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama, sedangkan sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama kelahiran. Jika hal ini tidak terjadi, maka harus dipikirkan adanya obstipasi. Tetapi harus diingat ketidak teraturan defekasi bukanlah suatu obstipasi ada bayi yang menyusu pada ibunya dapat terjadi keadaan tanpa defekasi selama 5-7 hari dan tidak menunjukkan ketidak adanya gangguan. Yang kemudian akan mengeluarkan tinja yang banyak sewaktu defeksasi hal ini masih dikatakan normal. Dengan bertambahnya usia dan variasi dalam dietnya akan menyebabkan defekasi menjadi lebih jarang dan tinjanya lebih keras.

3.2 Etiologi
Pada pasien yang ditemukan dengan gejala konstipasi yang terjadi baru-baru saja, kemungkinan adanya lesi obstruktif  kolon harus dicari. Selain kemungkinan neoplasma kolon, penyebab obstruksi kolon lainnya adalah striktur akibat iskemia kolon, penyakit divertikulum penyakit usus inflamatorik; benda asing atau striktur ani. Spasme sfingter ani akibat hemorhoid atau fisura yang nyeri juga dapat menghambat keinginan untuk defekasi.
            Pada keadaan tanpa adanya lesi obstruktif kolon, gangguan motilitas kolon  dapat menyerupai obstruksi kolon. Gangguan inervasi parasimpatik pada kolon sebaagai akibat dari lesi atau cidera pada vertebra lumbosakral atau nervus sarkalis dapat menimbulkan konstipasi dengan hipomotilitas, dilatasi kolon, berkurangnya tonus rektum serta sensibilitasnya, dan gangguan defekasi. Pada pasien multipel sklerosis, konstipasi dapat berkaitan dengan disfungsi neurogenik pada orang lain. Demikian pula, konstipasi dapat berkaitan dengan lesi pada sistem saraf pusat yang disebabkan oleh parkinsonisme atau penyakit serebrovaskuler. Di Amerika Selatan, infeksi parasit yang berupa penyakit Chagas dapat mengakibatkan konstipasi akibat kerusakan pada sel-sel ganglion pleksus mienterikus. Penyakit hirschsprung atau aganglionosis ditandai dengan tidak terdapatnya neuron mienterikus dalam segmen kolon distal tepat di sebelah proksimal sfingter ani. Keadaan ini mengakibatkan sebuah segmen usus berkontraksi yang menimbulkan obstruksi pada segmen tersebut dan dilatasi di bagian proksimalnya. Di samping itu, tidak adanya refleks inhibisi rektosfingter mengakibatkan ketidakmampuan sfingter ani interna untuk berelaksasi setelah terjadinya distensi rektum. Sebagian besar pasien penyakit Hirschsprung didiagnosis setelah usia 6 bulan, tetapi gejala penyakit ini kadang-kadang cukup ringan sehingga diagnosisnya baru diketahui setelah pasien mencapai usia dewasa.
            Obat-obat yang dapat menimbulkan konstipasi mencakupp obat-obat dengan kerja antikilonergik, seperti preparat antidepresan serta antipsikotik, kodein dan analgesik narkotik lainnya, antasida yang mengandung aluminium atau kalsium, sukralfat, suplemen zat besi dan antagonis kalsium. Pada pasien endokrinopati tertentu, seperti hipotiroidisme dan diabetes melitus, konstipasi umumnya ringan dan responsif terhadap terapi. Kadang-kadang kelainan megakolon yang dapat membawa kematian terjadi pada pasien miksedema. Konstipasi sering ditemukan selama kehamilan, dan keadaan ini mungkin terjadi akibat perubahan kadar progest`eron serta estrogen yang menurunkan transit intestinal. Penyakit vaskuler kolagen dapat disertai dengan konstipasi yang mungkin terjadi gambaran yang menonjol pada penyakit sklerosis sistemik progresif dimana keterlambatan transit intestinal terjadi akibat atrofi dan fibrosis otot polos kolon.
            Sebagian besar pasien dengan konstipasi berat, tidak ada gejala yang jelas yang dapat diidentifikasi. Pada konstipasi masa kanak-kanak yang idiopatik, faktor fisiologik dan psikologik dianggap mempunyai peran penting. Anak-anak yang terserang sering mempunyai transit kolon lambat yang dilokalisasi ke rektum dan kolon distal, dan kebiasaan menahan volunter atau fungsi anorektal abnormal telah dianggap mempunyai peranan dalam gangguan ini. Perempuan usia muda sampai menengah dapat menderita konstipasi berat yang ditandai khas oleh defekasi yang tidak sering, mengejan bila defekasi, dan tidak memberikan respon terhadap tambahan serat atau laksatif ringan. Pada 70 persen kasus ini, transit kolonik lambat (inersia kolon) dapat ditunjukkan oleh pasase lambat penanda radiopak melalui kolon proksimal. Pada 30 persen kasus transit kolonik adalah normal, dan gangguan fungsi motorik dan sensorik anorektal dapat ditunjukkan. Istilah obstruksi jalan keluar  dan anismus telah digunakan utnuk menerangkan bentuk konstipasi ini, yang tampak diakibatkan oleh kegagalan relaksasi atau kontraksi yang tidak sesuai dari otot sfingter eksterna dan puborektalis. Karena relaksasi otot ini mengenai inhibisi korteks refleks spinal selama defekasi dan dapat dimodifikasi oleh boifeedback, perlu dipertimbangkan bahwa gangguan fungsi rektosfingterik seperti ini didapat atau dipelajari lebih baik dibandingkan penyakit neurogenik atau organik. Meregang kronik pada waktu defekasi dapat menyebabkan turunnya dasar parineal dan meregangnya saraf pudendus, sehingga menyebabkan sfingter ani inkompeten dan inkontinensia fekal. Demikian pula, prolaps rektum  dapat mengganggu defekasi sebagai hasil intususepsi rektal dan trauma saraf pudendus. Rektokel merupakan herniasi rektal anterior yang dapat bercampur dengan defekasi melalui pengisian dengan feses teristimewa selama usaha defekasi.
            Pseudo-obstruksi intestinal idiopatik kronik merupakan kelainan yang langka dimana serangan obstruksi intestinal tidak disertai dengan gejala adanya sumbatan mekanis. Kelainan ini dapat bersifat familial sebagai akibat dari neuropati atau miopati yang mengenai usus dan pada sebagian kasus, kandung kemih. Penyakit megarektum atau megakolon idiopatik masing-masing ditandai oleh rektum atau kolon yang berdilatasi, dengan disertai gejala konstipasi dan kesulitan defekasi yang timbul karena disfungsi neurogenik.
            Pada orang dewasa yang berusia muda hingga pertengahan, konstipasi paling sering disebabkan oleh sindroma usus iriatif (irritable bowel syndrome). Berbeda dengan sebagian dari sindroma konstpasi idiopatik yang disebutkan di atas, sindroma usus iriatif secara khas disertai dengan nyeri abdomen, kususnya abdomen bagian bawah, di samping defekasi dengan kotoran yang keras dan kecil-kecil yang disertai perasaan pengeluaran kotoran yang tidak tuntas serta keluhan mengejan yang berlebihan saat defekasi. Pasien juga dapat mengeluhkan flatulensi, meteorismus, heartburn, nausea, disfagia, nyeri punggung dan gejala urogenital. Transit kolonik biasanya normal pada pasien semacam ini, dan dasar patofisiologi yang tepat untuk gejala tersebut tidak pasti.
Penyebab lainnya :       
  1. Kebiasaan makan
Obstipasi dapat timbul bila tinja terlalu kecil untuk membangkitkan buang air besar.Keadaan ini terjadi akibat dari kelaparan, dehidrasi, makana kurang mengandung selulosa.
  1. Hypothyroidisme
Obstipasi merupakan gejala dari dua keadaan yaitu kretinisme dan myodem.Dimana tidak terdapat cukup ekskresi hormon tiroid semua proses metabolisme berkurang.
  1. Keadaan mental
Faktor kejiwaan memegang peranan penting terhadap terjadinya obstipasi terutama depresi berat sehingga tidak mempedulikan keinginannya untuk buang air besar. Biasanya terjadi pada anak 1-2 tahun. Jika pada usia 1-2 tahun pernah buang air besar keras dan terasa nyeri, mereka cenderung tidak mau buang air besar selama beberapa hari, bahkan beberapa minggu ssampai beberapa bulan karena takut mengalami kesukaran lagi. Dengan tertahannya feses dalam beberapa hari/minggu/bulan akan mengakibatkan kotoran menjadi keras dan lebih terasa nyeri lagi, sehingga anak menjadi semakin malas buang aiar besar. Anak dengan keterbelakangan mental sulit dilatih untuk buang air besar.
  1. Penyakit organis
Obstipasi bisa terjadi berganti – ganti dengan diare pada kasus carcinoma colon dan divericulitis. Obstipasi ini terjadi bila buang air besar sakit dan sengaja dihindari seperti pada fistula ani dan wasir yang mengalami trombosis.
  1. Kelainan konjenital
 Adanya penyakit seperti atresia, stenosis. Megakolon aganglionik congenital (penyakit hirscprung). Obstruksi bolos usus illeus mekonium atau sumbatan mekonium.Hal ini dicurigai terjadi pada neonatus yang tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama.
  1. Penyebab lain
Misalnya, karena diet yang salah tidak adanya serat selulosa untuk mendorong terjadinya peristaltik. Atau pada anak setelah sakit atau sedang sakit dimana anak masih kekurangan cairan.

3.3  Tanda dan Gejala
  1. Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama,
  2. Sakit dan kejang pada perut.
  3. pada pemeriklsaan rectal, jika akan merasa jepitan udara dan mekonium yang      menyemprot
  4. Feses besar dan tidak dapat digerakan dalam rectum.
  5. Bising usus yang janggal.
  6. Merasa tidak enak badan, anoreksia dan sakit kepala.
  7. Terdapat luka pada anus. Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36     jam pertama

3.4 Patofisiologi
Pada keadaan normal sebagian besar rectum dalam keadaan kosong kecuali bila adanya refleks masa dari kolon yang mendorong feses kedalam rectum yang terjadi sekali atau duakali sehari. Hal tersebut memberikan stimulus pada arkus aferen dari refleks defekasi. Dengan dirasakan arkus aferen menyebabkan kontraksi otot dinding abdomen sehingga terjadilah defekasi. Mekanisme usus yang norrmal terdiri dari 3 faktor :
  1. Asupan cairan yang adekuat.
  2. Kegiatan fisik dan mental.
  3. Jumlah asupan makanan berserat.
Dalam keadaan normal, ketika bahan makanan yang kan dicerna memasuki kolon, air dan elektrolit di absorbsi melewati membrane penyerapan. Penyerapan tersebut berakibat pada perubahan bentuk feses dari bentuk cair menjadi bentuk yang lunak dan berbentuk. Ketika feses melewati rectum, feses menekan dinding rectum dan merangsang untuk defekasi. Apabila anak tidak mengkonsumsi cairan secara adekuat, produk dari pencernaan lebih kering dan padat, serta tidak dapat dengan segera digerrakkan oleh gerakan peristaltik menuju rectum, sehingga penyerapan terjadi terus menerus dan feses menjadi semakin kering, padat dan sudah dikeluarkan serta menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit ini menyebabkan anak malas atau tidak mau buang air besar yang dapat menyebabkan kemungkinan berkembangnya luka. Proses dapat terjadi bila anak kurang beraktivitas, menurunnya peristaltik usus dan lain-lain. Hal tersebut menyebabkan sisa metabolisme berjalan lambat yang kemungkinan. Penyerapan air yang berlebihan.
Bahan makanan sangat dibutuhkan untuk merangsang peristaltik usus dan pergerakan normal dari metabolisme dalam saluran pencernaan menuju ke saluran yang lebih besar. Sumbatan dan usus dapat juga menyebabkan obstipasi.

3.5 Jenis Obstipasi
  1. Obstipasi akut, yaitu rectum tetap mempertahankan tonusnya dan defekasi timbul secara mudah dengan stimulasi eksativa, supositoria atau enema.
  2. .Obstipasi kronik, yaitu rectum tidak kosong dan dindingnya memulai peregangan berlebihan secar kronik, sehingga tambahan feses yang datang mencapai tempat ini tanpa meregang rectum lebih lanjut. Reseptor sensorik tidak memberika respon, dinding rectum faksid dan tidak mampu untuk berkontraksi secara efektif.

3.6 Komplikasi
Komplikasi konstipasi mencakup hipertensi arterial, imfaksi fekal, hemoroid dan fisura, serta megakolon.
  1. Peningkatan tekanan arteri dapat terjadi pada defekasi. Mengejan saat defekasi, yang mengakibatkan manuver valsava (mengeluarkan nafas dengan kuat sambil glotis tertutup), mempunyai efek pengerutan pada tekanan darah arteri. Selama mengejan aktif, aliran darah vena di dada untuk sementara dihambat akibat peningkatan tekanan intratorakal
  2. Imfaksi fekal terjadi apabila suatu akumulasi massa feses kering tidak dapat dikeluarkan. Massa ini dapat diraba pada pemeriksaan manual, dapat menimbulkan tekanan pada mukosa kolon yang mengakibatkan pembentukan ulkus, dan dapat menimbulkan rembesan feses cair yang sering.
  3. Hemoroid dan fisura anal dapat terjadi sebagai akibat konstipasi. Fisura anal dapat diakibatkan oleh pasase feses yang keras malalui anus, merobek lapisan kanal anal. Hemoroid terjadi sebagai akibat kongesti vaskuler perianal yang disebabkan oleh peregangan.
  4. Megakolon adalah dilatasi dan atoni kolon yang disebkan oleh massa fekal yang menyumbat pasase isi kolon. Gejala meliputi konstipasi, inkontenensia fekal cair, dan distensi abdomen. Megakolon dapat menimbulkan perforasi usus.

3.8  Penatalaksanaan
  1. Mencari penyebab
  2. Menegakan kembali kebisaan defekasi yang normal dengan memperhatikan gizi, penmabhan cairn dan kondisi fisikis
  3. Pengosongan rectum dilakukan jika ada kemajuan setelah dianjurkan untuk menegakan kembali kebiasaan defekasi. Pengosongan rectum bisa dengan disinfaksi digital, enema minyak zaitum, laksatifa.

Penatlaksanaan bias dilakukan dengan cara:
1.    Perawatan medis
Meliputi resusitasi untuk mengoreksi cairan dan elektrolit tubuh, nasograstis decompression pada obstruksi parah untuk mencegah muntah dan aspirasi, dan pengobatan lain untuk mencegah semakin parahnya sakit
2.    Operasi
Untuk mengatasi obstruksi sesuai dengan penyebab obstruksi, dan untuk mencegah perforasi usus akibat tekanan tinggi. Obstipasi obstruksi total bersifat sangat urgent untuk dilakukan tindakan segera dimana jika terlambat dilakukan dapat mengakiabtkan perforasi usus karena peningkatan tekanan feses yang besar.


3.    Diet
Pada obstruksi total dianjuran tidak makan apa-apa, pada obstruksi parsial dapat diberikan makanan cair dan obat-obatan

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Diare adalah perubahan pola defekasi (buang air besar) yakni pada bentuk atau frekuensinya dimana bentuk feses (tinja) berubah menjadi lunak atau cair, atau frekuensinya yang bertambah menjadi lebih dari tiga kali dalam sehari.Bila hal ini terjadi maka tubuh akan kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi.Hal ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan orang tua. Diare ini bisa menyebapkan beberapa komplikasi,yaitu dehidrasi,renjatan hivopolemik, kejang,bakterimia, malnutrisi, hipoglikemia, intoleransi skunder akibat kerusakan mukosa usus.
Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atas adanya obstruksi pada saluran cerna atau bisa di definisikan sebagai tidak adanya pengeluaran fases selama 3 hari atau lebih. Lebih dari 90 % BBL akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama, sedangkan sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama kelahiran.
Adapun penyebab dari obstipasi seperti kebiasaan makan, hypothyroidisme, keadaan mental, penyakit organis, kelainan congenital, dan sebagainya.  Tanda dan gejala dari obstipasi yaitu Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama, pada bayi tidak mengeluarkan 3 hari atau lebih sakit dan kejang pada perut, pada pemeriksaan rectal, jari akan merasa jepitan udara dan mekonium yang menyemprot, Feses besar dan tidak dapat digerakan dalam rectum, bising usus yang janggal, merasa tidak enak badan, anoreksia dan sakit kepala, terdapat luka pada anus.

3.2 Saran :
Dalam upaya meningkatkan kualitas perawatan pada klien gastroenteritis perlu ditingkatkan tentang keperawatan pada klien tersebut sehingga asuhan keperawatan dapat lebih efektif secara komprehensip meliputi Bio-Psiko-Sosial-Spiritual pada klien melalui pendekatan proses keperawatan mencakup didalamnya pelayanan promotif,preventif,kuratif,rehabilitative yang dilandasi oleh ilmu dan kiat keperawatan profeisonal yang sesuai nilai mopral etika profesi keperawatan sehingga dimasa yang akan datang dapat mengantisipasi dan menjawab tantangan-tangan dan perubahan sosial  yang menitik beratkan pada pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, keluarga, masyarakat,serta lingkungannya.


DAFTAR PUSTAKA

Raimah,safitri ,2007.All You Wanted To Know About Diare.Jakarta : Bhuana Ilmu Popular.
Suriadi,dkk.2006.Asuhan Keperawatan Pada Anak.Jakarta : Percetakan penebar swadaya.
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta
Price & Wilson 1995, Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1,    Ed.4, EGC, Jakarta
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
H.Asdie,Sp.PD-KE,Prof.Dr.Ahmad,1999.Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam.Yogyakarta   :EGC
Daldiyono. Diare. Dalam : Sulaiman A, Daldyono. Akbar N (ed). Gastroenterologi Hepatologi. Infomedika Jakarta. 1990: 21-33.

No comments:

Post a Comment