1.2 Tujuan Pemberian Gizi Pada Remaja
1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keadaan
Nutrisi
1.4 Keadaan Gizi Remaja Saat Ini
1.5 Kebutuhan Akan Zat Gizi Pada Usia
Remaja
1.6 Akibat Kekurangan Gizi Pada Usia Remaja
1.7 Cara Mengatasi Masalah Nutrisi Pada
Usia Remaja
Remaja adalah suatu periode transisi
dari masa awal anak-anak hingga masa awal dewasa, jadi pada masa remaja ini
manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat juga disebut
sebagai anak-anak. Usia remaja biasanya dimulai saat laki-laki atau perempuan
berusia 10-12 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.
Masa remaja bermula pada perubahan
fisik yang yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis,
perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti
pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada
perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol dan
lebih suka menghabiskan waktu diluar waktu berkumpul bersama
keluarga. Perubahan-perubahan fisik ini akan mempengaruhi status kesehatan
dan gizinya. Ketidakseimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan
menimbulkan masalah gizi, baik masalah kekurangan gizi atau kelebihan gizi.
Masalah gizi pada remaja akan
menimbulkan dampak negatif pada tingkat kesehatan masyarakat, misalnya
penurunan konsentrasi belajar, penurunan kesegaran jasmani. Banyak penelitian
telah membuktikan banyak sekali remaja yang mengalami masalah gizi, masalah
tersebut antara lain Anemia (berkisar 40%) dan IMT kurang dari batas
normal atau kurus (berkisar 30%). Banyak faktor yang bisa menyebabkan hal ini
terjadi, tetapi dengan mengetahui faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi hal
ini dapat membantu upaya penanggulangannya.
Berdasarkan pemaparan di atas, kami bertujuan untuk
membahas lebih lanjut tentang “Peran Zat Gizi Pada Usia Remaja”.
1.
Apa tujuan pemberian nutrisi
terhadap remaja?
2.
Apa faktor-faktor yang
mempengaruhi keadaan nutrisi?
3.
Bagaimana keadaan gizi usia
remaja?
4.
Bagaimana kebutuhan akan zat
gizi pada remaja?
5.
Apa akibat dari kekurangan gizi
pada usia remaja?
6.
Bagaimana cara mengatasi
masalah nutrisi pada usia remaja?
1. Mengetahui pemberian nutrisi
terhadap remaja?
2 Mengetahui Apa faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan nutrisi?
3 Mengetahui Bagaimana keadaan gizi usia remaja?
4 Mengetahui Bagaimana kebutuhan akan zat gizi pada remaja?
5 Mengetahui Apa akibat dari kekurangan gizi pada usia remaja?
6 Mengetahui Bagaimana cara mengatasi masalah nutrisi pada usia
remaja?
Mengetahui peran zat gizi bagi remaja, Mengetahui
pentingnya nutrisi pada remaja, mengetahui akibat dari kelebihan dan kekurangan
gizi pada usia remaja.
Gizi adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses absobsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak
digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari
organ-organ, serta menghasilkan energi.
Makan makanan yang beranekaragam
sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan
yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun
kuantintasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna
makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan zat
pengatur.
Apabila terjadi kekurangan atas
kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan
dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang
beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur.
Makanan sumber zat tenaga antara
lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti dan mi.
Minyak, margarin dan santan yang mengandung lemak juga dapat menghasilkan
tenaga. Makanan sumber zat tenaga menunjang aktivitas sehari-hari.
Makanan sumber zat pembangun yang
berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu.
Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam, daging, susu serta
hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun berperan sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.
Makanan sumber zat pengatur adalah
semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin
dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ
tubuh.
1.2 Tujuan Pemberian
Gizi Pada Remaja
Nutrisi yang tepat itu sangat
penting untuk menjaga kesehatan anak remaja, agar mereka bisa tumbuh dan
berkembang dengan normal. Pola makan yang sehat juga membantu para remaja untuk
berpartisipasi lebih aktif disekolah dan beraktivitas fisik. Pada beberapa
tahun belakangan ini, telah terjadi penurunan status nutrisi dan kesehatan pada
remaja. Hasil survey menunjukkan bahwa setidaknya 18% anak-anak dan remaja yang
berusia 6 - 10 tahun kelebihan berat badan, dan setidaknya 11% remaja mengalami
obesitas.
Ditahun 2000, lebih dari 16%
populasi yang berusia dibawah 18 tahun hidup dalam kemiskinan, dan sebagai
akibatnya, seringkali mereka tidak mendapat nutrisi yang cukup. Banyak remaja
yang mengkonsumsi kalori lebih dari yang mereka butuhkan, namun tidak mendapat
jumlah nutrisi harian yang cukup seperti yang direkomendasikan. Salah satu
keprihatinan utama mengenai anak dan remaja adalah level kalsium, potassium,
serat, magnesium, dan vitamin E yang kurang dalam diet mereka.
Pola makan yang tidak sehat akan
mengarah pada status nutrisi yang buruk dan bisa mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan remaja. Penyebab ini dirangking sebagai penyebab ketiga terbesar
dari berbagai penyakit kronis yang mempengaruhi sekitar 5% gadis remaja.
Penelitian menunjukkan bahwa
kebiasaan makan dan nutrisi pada remaja bukan cuma bisa mempengaruhi berat
badannya, namun juga kesehatannya dimasa-masa yang akan datang. Sebagai contoh,
kekurangan kalsium pada usia remaja bisa memperbesar resiko osteoporosis saat
mereka dewasa. Yang terakhir, nutrisi pada remaja itu penting karena sebagian
remaja punya masalah kesehatan yang membutuhkan diet khusus.
Diabetes type 1, atau juvenile
diabetes, di diagnosa pada sebanyak 13.000 anak dalam satu tahun, seringkali
selama mereka masih berusia remaja. Hal ini membutuhkan pengontrolan
faktor-faktor diet dan gaya hidup yang bisa jadi cukup sulit untuk remaja yang
sibuk. Yang mengejutkan, peningkatan dalam obesitas berarti bahwa diabetes type
2, yang dimasa lalu hanya di alami oleh orang dewasa, saat ini frekuensinya
juga semakin meningkat pada remaja.
Jadi tujuannya adalah
untuk memperbaiki keadaan gizi remaja serta mengembangkan ilmu gizi dan
memupuk kesadaran gizi bagi remaja. Sehingga akan menyadari bahwa makanan yang
cukup diperlukan oleh tubuh, cukup dalam memilih makanan yang memenuhi
kebutuhan tubuh, sehingga dalam kebiasaan makan sehat.
1.3 Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Keadaan Nutrisi
Gizi berasal dari bahasa Arab yaitu
algizzai yang artinya sari pati makanan. Pola makan seimbang memenuhi kebutuhan
tersebut. Susu dikonsumsi sebagai penyempurna. Pada dasarnya masalah gizi pada
remaja timbul karena perilaku gizi yang salah, yaitu ketidak seimbangan antara
konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan. Keadaan gizi
atau status gizi merupakan gambaran
apa yang dikonsumsi dalam jangka waktu cukup lama.
Keadaan gizi dapat berupa gizi
kurang, gizi baik atau normal, maupun gizi lebih.
Kekurangan salah satu zat gizi dapat
menimbulkan konsekuensi berupa penyakit defisiensi, dan bila kekurangan dalam
batas marginal dapat menimbulkan gangguan yang sifatnya lebih ringan atau
menurunnya kemampuan fungsional. Misalnya, kekurangan vitamin B1 dapat
menyebabkan badan cepat merasa lelah. Kekurangan zat besi dapat menurunkan
prestasi kerja dan prestasi belajar, selain turunnya ketahanan tubuh terhadap
penyakit infeksi.
Sedangkan kekurangan vitamin A dapat
menyebabkan terjadinya buta senja dan turunnya ketahanan tubuh terhadap
penyakit infeksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
terhadap keadaan nutrisi usia sekolah dan remaja:
1. Psikologis.
2. Lingkungan sekolah.
3. Konsumsi makanan tidak cukup.
4. Pilihan terhadap makanan.
5. Tidak ada nafsu makan.
1.4 Keadaan Gizi
Remaja Saat Ini
Cukup banyak masalah yang berdampak
negative terhadap kesehatan dan gizi remaja. Di samping penyakit atau kondisi
yang terbawa sejak lahir, penyalahgunaan obat, kecanduan alcohol dan rokok,
serta hubungan seksual terlalu dini, terbukti menambah beban para remaja. Dalam
beberapa hal masalah gizi remaja serupa, atau merupakan kelanjutan dari masalah
gizi pada usia anak, yaitu anemia defisiensi besi, kelebihan dan kekuranga
berat badan. Masalah ini berpangkal pada “kegemaran yang tidak lazim,
lupa makan, dan hamil”. Yang sedikit berbeda adalah cara mengenai
masalah tersebut.
Survei terhadap mahasiswi kedokteran di Prancis,
misalkan, membuktikan 16% mahasiswi kehabisan cadangan besi, sementara 75%
menderita kekurangan. Penelitian lain terhadap masyarakat miskin di Kairo
menunjukan asupan besi sebagian besar remaja wanita tidak mencukupi kebutuhan
harian yang dianjurkan. Di Negara yag sedang berkembang, ekitar 27% remaja
laki-laki dan 26% remaja wanita menderita anemia; sementara di Negara maju
angka tersebut hanya berada pada bilangan 5% dan 7%. Secara garis besar,
sebanyak 44% wanita di Negara berkembang (10 negara di Asia Tenggara, termasuk
Indonesia) mengalami anemia kekurangan besi.
Salah satu masalah serius yang menghantui dunia kini
adalah konsumsi makanan olahan, seperti yang ditayangkan di iklan televisi,
secara berlebihan. Makanan ini, meski dalam iklan diklaim kaya akan vitamin dan
mineral, sering terlalu banyak gula serta lemak, di samping zat aditif.
Konsumsi makanan sejenis ini secara berlebihan dapat berakibat kekurangan zat
gizi lain. Kegemaran pada makanan olahan yang mengandung zat ini menyebabkan
remaja mengalami perubahan patologis yang terlalu dini.
Ada 3 alasan mengapa remaja dikategorikan rentan:
- Percepatan pertumbuhan dan
perkembangan tubuh memerlukan energy dan zat gizi yang lebih banyak.
- Perubahan gaya hidup dan
kebiasaan pangan menuntut penyesuaian masukan energy dan zat gizi.
- Kehamilan, keikutsertaan
dalam olahraga, kecanduan alcohol dan obat, meningkatkan kebutuhan energy
dan zat gizi, di samping itu tidak sedikit remaja yang makan secara
berlebihan dan akhirnya mengalami obesitas.
Hampir 50% remaja (Daniel, 1977)
terutama remaja yang lebih tua, tidak sarapan. Penelitian lain membuktikan
masih banyak remaja (89%) yang meyakini jika sarapan memang penting. Namun,
mereka yang sarapan secara teratur hanya 60%. Remaja putri malah melewatkan dua
kali waktu makan, dan lebih memilih kudapan. Sebagian besar kudapan bukan hanya
kalori, tetapi sedikit sekali mengandung zat gizi, selain dapat mengganggu
(menghilangkan) nafsu makan. “Makanan Sampah” (junk food) kini semakin digemari
oleh remaja, baik hanya sebagai kudapan maupun “makan besar”. Disebut makanan
sampah karena sangat sedikit (bahkan ada yang tidak sama sekali) mengandung
kalsium, besi, riboflavin, asam folat, vitamin A dan C; sementara kandungan
lemak jenuh, kolesterol, dan natrium tinggi. Proporsi lemak sebagai penyedia
kalori lebih dari 50% total kalori
yang terkandung dalam makanan itu.
Masalah lain yang mungkin dapat
memengaruhi gizi ialah anoreksia. Kelainan ini pada umumnya diderita oleh
remaja putri, terbanyak pada usia 14 dan 18, karena “kegilaan” mereka hendak
melangsingkan badan. Penderita kelainan ini meningkat terus dari tahun ke
tahun. Gambaran khasnya ialah kehilangan nafsu makan yang berat dan parah yang
disertai oleh amenore kronis. Anoreksia terkait dengan penyusutan berat badan
serta gangguan ovarium.
1.5 Kebutuhan Akan
Zat Gizi Pada Usia Remaja
Penentuan kebutuhan akan zat gizi
remaja secara umum didasarkan pada Recommended Daily Allowances (RDA).
Untuk praktisnya, RDA disusun berdasarkan perkembangan kronologis, bukan
kematangan. Karena itu, jika konsumsi remaja kurang dari jumlah yang
dianjurkan, tidak berarti kebutuhannya belum tercukupi. Status gizi remaja
harus dinilai secara perorangan, berdasarkan data yang diperoleh dari pemeriksaan
klinis, biokimiawi, antropometris, diet, serta psikososial.
Banyaknya energy yang dibutuhkan
remaja dapat diacu pada table RDA. Secara garis besar, remaja putra memerlukan
lebih banyak energy ketimbang remaja putri. Pada usia 16 tahun remaja putera
membutuhkan sekitar 3.470 kkal per hari, dan menurun menjadi 2.900 pada usia
16-19 tahun. Kebutuhan remaja putri memuncak pada usai 12 tahun (2.550 kkal),
kemudian menurun menjadi 2.200 kkal pada usia 18 tahun. Perhitungan ini
didasarkan pada stadium perkembangan fisiologis, bukan usia kronologis. Wait
dkk. Menganjurkan penggunaan kkal per cm tinggi badan sebagai penentu kebutuhan
akan energy yang lebih baik. Perkiraan energy untuk remaja putera berusia 11-18
tahun yaitu 13-23 kkal/cm, sementara remaja putri dengan usia yang sama yaitu
10-19 kkal/cm.
Perhitungan besarnya kebutuhan akan
protein berkaitan dengan pola tumbuh, bukan usia kronologis. Untuk remaja
putera, kisaran besarnya kebutuhan ini ialah 0.29-0.32 g/cm tinggi badan.
Sementara remaja putri hanya 0.27-0.29 g/cm. Kebutuhan akan semua jenis mineral
juga meningkat. Penigkatan kebutuhan akan besi dan kalsium paling mencolok
karena kedua mineral ini merupakan komponen penting pembentuk tulang dan otot.
Asupan kalsium yang dianjurkan sebesar 800 mg (praremaja) sampai 1.200 mg
remaja.
Peningkatan kebutuhan energy dan zat
gizi sekaligus memerlukan tambahan vitamin di atas kebutuhan semasa bayi dan
anak. Asupan thiamin, riboflavin, dan niacin harus ditambah sejajar dengan
pertambahan energy. Vitamin ini diketahui berperan dalam proses pelepasan
energy dari karbohidrat. Percepatan sintesis jaringan mengisyaratkan
pertambahan asupan vitamin B6, B12 dan asam folat. Ketiga jenis vitamin ini
berperan dalam sintesis RNA dan DNA. Untuk menjaga agar sel dan jaringan baru
tidak cepat rusak, asupan vitamin A, C, dan E juga perlu ditingkatkan disamping
vitamin D karena perannya dalam proses pembentukan tulang. Kadar vitamin C
dalam serum remaja cukup rendah (Dep. Perranian AS, Guenter dkk, 1986),
terutama mereka yang mematangkan sayur dan buah serta perokok.
1.6 Akibat Kekurangan
Gizi Pada Usia Remaja
Remaja putri rentan mengalami kurang
gizi pada periode puncak tumbuh kembang yang kedua kurang asupan zat gizi
karena pola makan yang salah, pengaruh dari lingkungan pergaulan (ingin
langsing). Remaja putri yang kurang gizi tidak dapat mencapai status gizi yang
optimal (kurus, pendek dan pertumbuhan tulang tidak proporsional). Kurang zat
besi dan gizi lain yang penting untuk tumbuh kembang (zinc), sering
sakit-sakitan. Dari kedua masalah status gizi remaja putri tersebut, diperlukan
upaya peningkatan status gizinya, karena remaja putri membutuhkan zat gizi
untuk tumbuh kembang yang optimal dan remaja putri perlu suplementasi gizi guna
meningkatkan status gizi dan kesehatannya.
Kurus merupakan masalah gizi yang
umumnya lebih banyak ditemukan pada remaja perempuan. “Kurus itu indah”, kata
mereka dan sering merupakan moto bagi remaja perempuan. Body image kurus itu
indah dan cantik, merupakan salah satu penyebab anorexia nervosa dan bulimia
(keduanya merupakan keadaan buruk akibat ingin kurus, sehingga menolak makan
atau memuntahkan kembali makanan yang telah dimakan), khususnya remaja
perempuan. Masa remaja merupakan masa yang sangat “rentan”.
Peningkatan kadar hormon estrogen dan
progesterone pada remaja serta hormon testosteron pada remaja pria terjadi
dengan pesat pada masa ini. Jika tidak diimbangi dengan perawatan tubuh yang
baik, terutama kebersihan badan dan asupan nutrisi yang baik, peningkatan kadar
hormon tersebut bisa mengakibatkan munculnya jerawat yang sering kali
mengganggu penampilan. Hal ini terjadi akibat kurangnya mengkonsumsi Vitamin A,
C, dan E yang banyak terdapat pada bit, sayur-sayuran, buah-buahan.
Dan sering makan makanan gula dan
makanan kaya akan asam lemak seperti susu, mentega, minyak nabati. Disarankan
untuk mengkonsumsi makanan yang kaya serat. Remaja yang tak memperoleh cukup
gizi yang biasa didapati pada buah-buahan dan ikan lebih rentan terhadap
kondisi paru-paru yang dibawah normal, sakit asma, batuk dan sesak nafas.
Remaja dengan asupan dan terutama vitamin C paling rendah memiliki paru-paru
yang lebih lemah dibandingkan dengan yang lain. Remaja yang kurang mengkonsumsi
vitamin E, yang terdapat pada minyak nabati dan kacang, lebih mungkin untuk terserang
asma. Remaja yang mengkonsumsi kurang banyak buah dan lebih sedikit asam lemak
omega-3 lebih mungkin untuk terserang asma dan gangguan pernafasan seperti
tersengal-sengal.
Salah satu masalah gizi remaja yang
berkaitan langsung dengan AKI adalah anemia gizi. Anemia, dipengaruhi secara
langsung oleh konsumsi makanan sehari-hari yang kurang mengandung zat besi,
selain faktor infeksi sebagai pemicunya. Anemia, terjadi pula karena
peningkatan kebutuhan pada tubuh seseorang seperti pada saat menstruasi, kehamilan,
melahirkan, sementara zat besi yang masuk sedikit.
1.7 Cara Mengatasi
Masalah Nutrisi Pada Usia Remaja
Peran pemerintah untuk program gizi masyarakat dengan
tujuan penanggulangan masalah gizi sudah banyak yang diluncurkan, antara lain:
a. Program Edukasi Gizi
Upaya-upaya pendidikan gizi pada remaja lebih efektif
dilakukan di sekolah, khususnya Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), karena pada masa ini remaja mengalami
pertumbuhan cepat (growth spurt) setelah pertumbuhan pada masa balita.
b. Program Suplementasi Gizi
Suplementasi adalah penambahan satu atau lebih unsur
pada keadaan yang biasa terjadi. Suplementasi gizi adalah satu atau lebih zat
gizi yang ditambahkan ke konsumsi makanan sehari-hari dengan harapan terpenuhi
kebutuhan gizinya.
Contoh: melalui pemberian makanan maupun produk zat gizi
seperti pil besi dan
vitamin A.
c. Program Fortifikasi Bahan Makanan
Fortifikasi adalah penambahan zat gizi tertentu ke dalam
bahan makanan dengan tujuan agar masyarakat terhindar dari defisiensi
(kekurangan) zat gizi tersebut. Biasanya, zat gizi yang ditambahkan adalah zat
gizi mikro yang masih menjadi masalah di Negara bersangkutan atau berisiko
untuk menjadi masalah jika tidak dilakukan fortifikasi pada bahan makanan
tersebut.
Contoh: Umumnya bahan makanan itu adalah bahan makanan
yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat dan iodium pada garam ataupun
fortifikasi besi pada tepung.
Remaja mempunyai kebutuhan nutrisi
yang lebih, karena pada saat tersebut terjadi pertumbuhan yang pesat dan
terjadi perubahan kematangan fisiologis sehubungan dengan timbulnya pubertas.
Pertumbuhan pada masa remaja akan mempengaruhi kebutuhan, absorbsi, serta cara
penggunaan zat gizi.
Kebutuhan gizi pada remaja lebih
tinggi daripada usia anak. Namun, kebutuhan gizi pada remaja perempuan dan
laki-laki akan jelas berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya pertumbuhan yang
pesat, kematangan seksual, perubahan komposisi tubuh, mineralisasi tulang, dan
perubahan aktifitas fisik.BKebutuhan nutrisi yang meningkat pada masa remaja
adalah energi, protein, kalsium, besi, dan zinc.
Peran pemerintah untuk program gizi
masyarakat dengan tujuan penanggulangan masalah gizi sudah banyak yang
diluncurkan, antara lain program edukasi gizi, program suplementasi gizi
melalui pemberian makanan maupun produk zat gizi seperti pil besi dan vitamin
A, program fortifikasi bahan makanan seperti iodium pada garam ataupun
fortifikasi besi pada tepung.
Suatu tim interdisiplin akan lebih
berhasil untuk menyelesaikan masalah remaja di klinik karena pendekatan
tersebut akan menguntungkan, Dengan cara tersebut akan-memberikan pelayanan
medik sebagai keseluruhan, yaitu dapat mensahkan dan membenarkan adanya
pemeriksaan psikologik, menghindari terjadinya masalah nutrisi yang akan
merusak kesehatan, mempermudah dalam memeriksa nutrisi remaja secara
komprehensif dan akan menyempurnakan hasil penelitian dengan dokumen dan
catatan medik yang ada.
http://lingkupanilmu.blogspot.com/2016/09/makalah-gizi-remaja.html
https://rentinasmawati.wordpress.com/2016/06/12/gizi-seimbang-pada-remaja/
No comments:
Post a Comment