DAFTAR ISI
Kata Pengantar··········································································· i
Daftar isi........................................................................................... ...ii
Bab I Pendahuluan............................................................................. 1
1.
Latar Belakang............................................................................................... 1
2.
Rumusan masalah............................................................................................... 2
Bab II Tinjauan Pustaka.......................................................................................................... 4
1.
Anak usia sekolah............................................................................................... 4
2.
Pengetahuan............................................................................................... 7
3.
Penyuluhan..............................................................................
11
4.
Media......................................................................................
16
5.
Sarapan pagi............................................................................................. 30
Bab III Penutup........................................................................................................ 36
1.
Kesimpulan.............................................................................
36
2.
Saran.......................................................................................
36
Daftar pustaka........................................................................................................ 38
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Anak usia sekolah dasar merupakan masa pertumbuhan yang baik sebagai awal perkembangan prestasi dan
aset bangsa yang sangat berharga untuk
pembangunan bangsa di masa depan. Anak harus mendapatkan asupan yang mencukupi bagi pertumbuhannya.
Zat-zat seperti energi, protein dan zat- zat pertumbuhan lainnya juga sangat penting untuk pertumbuhan anak.
Salah
satu upaya peningkatan kesehatan adalah perbaikan gizi terutama pada usia sekolah khususnya 10-12 tahun.
Makan pagi atau sarapan adalah kegiatan mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi seimbang dan memenuhi
20%-25% dari kebutuhan energi total dalam sehari yang dilakukan pada pagi hari sebelum kegiatan belajar di
sekolah. Sarapan pagi pada anak sekolah
bertujuan untuk mencukupi kebutuhan energi selama beraktivitas di sekolah
serta dapat meningkatkan kesegaran jasmani dan daya tahan
kesehatanya. Kebiasaan sarapan
juga termasuk dalam salah satu 13 pesan dasar gizi seimbang
(Hardinsyah, 2015).
Sarapan dan kesegaran jasmani
keduanya sangat penting dan saling menunjang
satu sama lain manfaatnya. Kesegaran jasmani pada anak usia sekolah sangat
penting karena dapat
berpengaruh pada kemampuan intelektual, konsentrasi dan kecerdasanya. Tanpa tubuh yang segar dan sehat maka seorang siswa tidak mungkin dapat menerima pelajaran dengan baik. Kesegaran
jasmani yang optimal akan
didapat dengan asupan makanan yang cukup. Penelitian di SD Singosari Semarang
menunjukkan hasil bahwa anak yang melakukan sarapan sebanyak 73,4%, yang tidak
melakukan sarapan sebanyak 26,6% dan anak yang mempunyai tingkat
kesegaran jasmani yang kurang sebanyak
11,3% sedangkan tingkat
kesegaran jasmani baik sebanyak
88,7% (Rossa, 2013).
Sarapan juga berpengaruh untuk pertumbuhan anak, status kesehatan
dan status gizi terutama
dalam hal pemenuhan asupan yang bergizi. Terpenuhinya asupan yang bergizi dalam tubuh maka dapat menunjang pertumbuhan
fisik, daya tahan tubuh untuk tidak terserang
penyakit, pertumbuhan otak, dan
kemampuan kerja otak. Cadangan
energi yang rendah
dan status gizi yang tidak
baik akan berdampak pada penurunan produktivitas, daya tahan tubuh dan kesegaran jasmani pada anak sekolah
sebagai akibat kekurangan gizi. Dampak dari kurangnya
asupan dan status gizi adalah status kesehatan
yang akan berpengaruh pada absensi sakit anak disekolah. Anak yang status
kesehatannya kurang akan menyebabkan tingkat absensi sakitnya bertambah.
Empat
dari sepuluh anak Indonesia mengonsumsi sarapan tidak bergizi dan tujuh dari sepuluh anak Indonesia
kekurangan gizi sarapan. Hal ini terjadi karena pemilihan
makanan dan minuman
untuk sarapan tidak memenuhi standar gizi yang baik (Nestle Indonesia,
2012). Riset tersebut diperkuat oleh hasil
penelitian sebuah lembaga terhadap 50.000 anak berusia lima sampai 12 tahun (Hardinsyah,
2015).
Sepuluh jenis makanan yang paling favorit
dikonsumsi saat sarapan
oleh anak 6-12 tahun adalah
nasi putih, telur ceplok/dadar, tempe goreng, sayur berkuah, ikan goreng, mie instan, nasi goreng, sayuran (tumis),
tahu goreng, serta roti dan
turunannya. Lima jenis minuman yang paling favorit dikonsumsi saat
sarapan oleh anak 6-12 tahun adalah air putih, teh manis, susu kental manis,
susu instan dan air teh
(Hardinsyah dan Aries, 2012)
Masyarakat
kota pada dasarnya mampu untuk sarapan bergizi, namun karena faktor gaya hidup membuat
mereka jarang sarapan.
Hal ini terjadi karena waktu istirahat terbuang akibat terlalu
banyak berjejaring sosial, main games atau menonton
televisi hingga larut malam, hasilnya
mereka sering telat bangun dan orangtua tidak sempat membuatkan
sarapan untuk anak-anaknya. Waktu sarapan
yang baik adalah antara pukul 05.00 hingga 09.00 pagi dengan kadar tidak lebih dari 300-400 kilo kalori atau
25% dari kebutuhan kalori harian sebesar 1.400-1.500 kilo kalori (Hardinsyah,
2015).
Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka peneliti ingin mengetahui lebih lanjut mengenai “hubungan kebiasaan sarapan dengan tingkat
kesegaran jasmani dan absensi sakit pada anak Sekolah Dasar Negeri Pedurungan
Kidul 02 Kota Semarang.
2. Rumusan Masalah
1. Mendeskripsikan
kebiasaan sarapan pada anak SD. Mendeskripsikan
tingkat kesegaran jasmani pada anak SD.
2.
Mendeskripsikan absensi sakit pada anak usia SD.
3.
Menganalisis hubungan kebiasaan sarapan
dengan kesegaran tingkat
jasmani pada anak usia
SD.
4.
Menganalisis hubungan kebiasaan sarapan
dengan absensi sakit pada anak
usia SD.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.
Anak Usia Sekolah
a.
Pengertian
Anak usia
sekolah adalah anak yang berusia antara 6-12 tahun. Seorang anak dikatakan
memasuki tahap middle childhood
ketika berada pada usia
5-10 tahun. Anak usia sekolah dapat dikategorikan dalam fase pra-remaja, yaitu anak yang berada pada usia 9-12
tahun untuk perempuan dan 10-12 tahun
untuk laki- laki. Pada masa ini anak akan mengalami
pertumbuhan dan perkembangan baik secara psikologis maupun kognitif (Arimurti 2012).
b.
Tingakatan Anak Usia Sekolah
Anak usia
sekolah dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu masa kelas rendah sekolah dasar, masa kelas tiga sekolah dasar,
dan masa pueral. Masa kelas rendah
sekolah dasar umumnya memiliki sifat kecenderungan
untuk memuji diri sendiri, tunduk terhadap peraturan, senang membandingkan dirinya dengan anak lain, dan jika tidak mampu menyelesaikan suatu masalah maka hal
tersebut akan dianggap menjadi tidak
penting. Masa kelas tiga sekolah dasar memiliki ciri-ciri mulai menyukai
mata pelajaran tertentu,
sangat realistik, ingin tahu dan belajar,
mulai gemar membentuk teman sebaya, dan bermain bersama. Masa pueral memiliki
sifat yang menonjol
seperti sifat untuk berkuasa.
Anak mulai mengakui otoritas
orang tua dan guru sebagai sesuatu yang wajar.
Ciri-ciri yang dimiliki oleh
setiap anak akan mengalami perubahan seiring
dengan bertambahnya usia mereka (Notoatmodjo, 2007).
c. Kebutuhan Gizi Anak
Usia Sekolah
Kebutuhan
gizi anak usia sekolah relatif lebih besar daripada anak dibawahnya, karena pertumbuhan lebih cepat terutama
penambahan tinggi badan. Perbedaan kebutuhan gizi anak
laki-laki dan perempuan dikarenakan anak
laki-laki lebih banyak melakukan aktifitas fisik sehingga membutuhkan energi lebih banyak. Sedangkan perempuan
sudah masuk masa baligh sehingga membutuhkan
protein dan zat besi yang lebih banyak (Istianty dan Ruslianti, 2013).
Golongan ini disebut golongan
anak sekolah yang biasanya mempunyai
banyak perhatian dan aktifitas di luar rumah sehingga sering melupakan waktu makan. Makan pagi (sarapan)
perlu diperhatikan untuk menjaga
kebutuhan tubuh, dan supaya akan lebih mudah menerima pelajaran disekolah. Makanan anak usia sekolah seperti
makanan orang dewasa.
Bertambahnya berbagai ukuran tubuh pada proses tumbuh,
salah satunya dipengaruhi oleh faktor gizi (Istianty dan Ruslianti, 2013).
1.
Protein
Protein dibutuhkan untuk
membangun dan memelihara otot, darah, kulit dan
jaringan serta organ tubuh. Pada anak, fungsi terpenting protein adalah untuk
pertumbuhan.
2.
Lemak
Lemak berfungsi sebagai
sumber energi , penyerapan beberapa vitamin.
Selain itu, lemak juga berfungsi untuk pertumbuhan, terutama sel otak.
3.
Karbohidrat
Asupan karbohidrat secara tidak langsung
berperan dalam proses pertumbuhan.
Konsumsi karbohidrat akan disimpan di dalam tubuh dalam bentuk glikogen atau
lemak tubuh.
4.
Vitamin dan mineral
Vitamin dan mineral dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil daripada
protein, lemak dan karbohidrat tetapi sangat esensial
untuk tubuh. Keduanya
mengatur keseimbangan kerja tubuh dan kesehatan secara keseluruhan.
Tabel 1. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan Untuk Anak Usia Sekolah
Umur (thn) |
BB (kg) |
TB (cm) |
Energi (kkal) |
Protein (g) |
Lemak (g) |
Karbohidrat (g) |
7-9 |
27 |
130 |
1850 |
49 |
72 |
10 |
10-12 (pria) |
34 |
142 |
2100 |
56 |
70 |
13 |
10-12 (wanita) |
36 |
145 |
2000 |
60 |
67 |
20 |
Sumber : Kemenkes, 2013
Menurut Martianto
(2006) rekomendasi kontribusi energi dan zat gizi sarapan sebanyak 25 persen, makan siang 30 persen,
makan malam 25 persen dan makan
selingan pagi dan sore masing-masing 10 persen.
2.
Pengetahuan
a.
Pengertian
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil rasa keingin
tahuan manusia terhadap
sesuatu dan hasrat untuk meningkatkan harkat hidup sehingga kehidupan lebih baik dan nyaman
yang berkembang sebagai upaya untuk
memenuhi kebutuhan manusia baik dimasa sekarang maupun dimasa depan (Ariani,
2014)
Pengetahuan merupakan
hasil “Tahu” ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan
terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera pengelihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui
pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan (Notoatmodjo, 2014).
Pengetahuan gizi merupakan landasan
yang penting dalam menentukan
konsumsi makanan. Seseorang yang memiliki pengetahuan gizi yang baik akan mampu menerapkan pengetahuan gizinya di dalam pemilihan
bahan makanan, sehingga
konsumsi makanan dapat tercukupi (Khomsan, 2000).
Pengetahuan yang dimiliki oleh setiap orang mengenai sesuatu
termasuk pengetahuan gizi memiliki tingkatan yang berbeda. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap seseorang.
Berdasarkan pengalaman dan penelitian, jika seseorang memiliki pengetahuan yang baik maka akan
memiliki perilaku yang baik.
b. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Ariani (2014) Pengetahuan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh
beberapa faktor internal dan faktor eksternal yaitu :
1)
Faktor Internal
a)
Umur
Umur merupakan rentang waktu seseorang yang dimulai sejak ia dilahirkan hingga berulang tahun. Jika
seseorang itu memiliki umur yang cukup maka akan memiliki pola pikir dan pengalaman yang matang
pula. Umur akan berpengaruh terhadap
daya tangkap sehingga pengetahuan diperolehnya semakin baik.
b) Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan
faktor yang mempengaruhi pengetahuan salah
satunya adalah perbedaan
tingkat kesadaran antara laki-laki dan perempuan.
Pada umumnya perempuan memiliki kesadaran yang baik dalam mencari informasi daripada laki-laki baik secara formal
maupun informal. Namun, laki-laki
lebih agresif dalam menerima hal-hal baru dan lebih
menyukai tantang daripada
perempuan (Amalia, 2008).
c) Pendidikan
Pendidikan merupakan
seluruh proses kehidupan yang dimiliki oleh setiap individu
berupa interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun informal yang melibatkan perilaku
individu maupun kelompok.
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada perkembangan orang lain untuk menuju
kearah cita-
cita tertentu untuk mengisi
kehidupan seshingga dapat mencapai kebahagiaan.
d)
Pekerjaan
Pekerjaan merupakan
suatu aktivitas yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh penghasilan
guna memenuhi kebutuhan hariannya. Pekerjaan
merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Seseorang yang bekerja akan sering berinteraksi dengan orang lain sehingga akan memiliki pengetahuan yang baik pula.
2.
Faktor Eksternal
a)
Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu
yang ada di sekitar individu,
baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan terhadap individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini
terjadi karena adanya interaksi timbal balik
ataupun tindak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu
b) Sosial Budaya
Sosial budaya merupakan suatu kebiasaan atau tradisi yang dilakukan seseorang tanpa melalui penalaran apakah
yang dilakukannya baik atau buruk. Dengan demikian seeorang
akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak
melakukannya.
c)
Status Ekonomi
Status ekonomi akan
menentukan tersedianya fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga
status sosial ekonomi
ini akan berpengaruh terhadap pengetahuan
seseorang.
d)
Sumber informasi
Sumber informasi
yang dimiliki seseorang
akan dapat memepengaruhi pengetahuan, semakin banyak sumber informasi
yang dimiliki maka pengetahuannya akan semakin luas. Salah satu sumber rinformasi yang berperan penting
bagi pengetahuan yaitu media massa. Menurut Notoatmodjo (2014), pengetahuan bisa didapat dari
beberapa sumber antara lain media cetak, elektronik, papan, keluarga, teman dan lain-lain.
(a)
Media Cetak
Media cetak berupa booklet (dalam bentuk buku), leaflet (dalam bentuk kalimat atau gambar), flyer (selembaran), flipchart
(lembar balik), rubik (surat kabar atau majalah kesehatan),
poster, foto yang mengungkapkan informasi kesehatan.
(b)
Media Elektronik
Media elektronik berupa televisi,radio, video, slide,
film strip
(c) Media
Papan (Billboard)
(d)
Keluarga
(e)
Teman
(f)
Penyuluh
c.
Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan seseorang dapat dilakukan
dengan menggunakan instrument berupa pertanyaan pilihan
berganda (Multiple Choice Test). Multiple Choice Test merupakan
bentuk tes yang sangat baik untuk mengetahui dampak dari intervensi
penyuluhan terkait perubahan
pengetahuan seseorang. Bentuk tes
ini dapat digunakan untuk mengukur
pengetahuan yang dimiliki oleh
seseorang dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu pengetahuan gizi baik, cukup, dan kurang.
Pengkategorian pengetahuan gizi seseorang menurut Arikunto (2010) dapat dilakukan
dengan menetapkan cut of point berdasarkan nilai yang telah dijadikan dalam bentuk persen, yaitu 76-100% tergolong
pengetahuan baik, 56-75%
tergolong cukup, dan 40-55% tergolong
kurang.
3.
Penyuluhan
a. Pengertian
Penyuluhan
kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan
sehingga masyarakat tidak saja sadar,
tahu dan mengerti tetapi juga mau dan bisa melakukan sesuatu
anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan (Azwar,
1983 dalam Machfoedz dan Eko, 2007).
Penyuluhan gizi merupakan salah satu penyuluhan kesehatan umumnya yang
merupakan program gizi pada khususnya. Penyuluhan gizi tidak dapat berdiri sendiri dengan program kesehatan lainnya.
Penyuluhan gizi merupakan
bagian integral dari program gizi dan kesehatan, kegiatan
penyuluhan gizi diawali
dengan kegaiatan perencanaan gizi tersebut (Supariasa, 2013).
Penyuluhan gizi adalah suatu pendekatan edukatif
yang dapat menghasilkan perilaku individu atau masyarakat yang diperlukan dalam peningkatan
atau mempertahankan gizi baik. Tujuan penyuluhan gizi diantaranya, yaitu : terciptanya sikap positif terhadap
gizi, terbentuknya pengetahuan dan kecakapan memilih
dan menggunakan sumber pangan, timbulnya
kebiasaan makan yang baik dan
adanya motivasi untuk mengetahui lebih lanjut tentang hal yang berkaitan
dengan gizi (Suhardjo, 2003).
Tujuan pendidikan kesehatan dengan metode penyuluhan yaitu meningkatkan pengetahuan. Pengetahuan akan menjadi
titik tolak perubahan
sikap dan gaya hidup yang pada akhirnya
yaitu perubahan perilaku.
Sasaran penyuluhan adalah
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, sehingga dapat diharapkan untuk memahami dan mengaplikasikan pesan yang disampaikan dalam penyuluhan. Materi dalam penyuluhan disesuaikan dengan kebutuhan
sasaran penyuluhan sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan
langsung manfaatnya. Materi dan pesan penyuluhan dapat disampaikan menggunakan media atau alat bantu pendidikan untuk membantu dalam menyampaikan informasi
dan untuk menarik perhatian sasaran (Notoatmodjo, 2014).
b. Tingkatan Penyuluhan
Menurut Notoatmodjo (2007),
ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan tatanan
(setting) atau tempat pelaksanaan
promosi atau pendidikan kesehatan, dikelompokkan menjadi :
1. Di Keluarga
(Rumah Tangga)
Keluarga atau rumah tangga
adalah unit masyarakat terkecil. Oleh sebab itu, untuk mencapai perilaku masyarakat yang sehat harus dimulai
dari masing- masingkeluarga. Dalam
keluarga-lah mulai terbentuk perilaku masyarakat. Orang tua (ayah-ibu) merupakan sasaran utama dalam
promosikesehatan pada tatanan ini.
Karena orang tua, terutama ibu merupakan peletak dasar perilaku terutama perilaku kesehatan bagi anak-anak.
2.
Di
Sekolah
Promosi kesehatan pada
tatanan sekolah memiliki sasaran yaitu, guru karena guru menjadi pengganti orang tua pada waktu sekolah. Sekolah
merupakan tempatuntuk memberikan perilaku kesehatan kepada anak. Sekolah
dan lingkungan sekolah yang
sehat sangat tepat untuk berperilaku sehat bagi anak.
3.
Di
Tempat Kerja
Sasaran promosi kesehatan
ditempat kerja adalah karyawan, yang berperan
sebagai promotor kesehatan
yaitu pimpinan perusahaan dan sektor kesehatan.salah satunya dengan memberikanfasilitas
tempat kesehatan yang baikbagi perilaku sehat karyawan atau pekerjanya.
4.
Di
Tempat Umum
Tempat umum seperti pasar, terminal bis, stasiun dll, perlu dilaksanakan promosi kesehatan yaitu, dengan cara menyediakan fasilitas
yang dapat mendukung
perilaku sehat pengunjungnya. Bisa dilakukan dengan
memberikan poster atau selembaran.
5. Di Institusi
Pelayanan Kesehatan
Tempat pelayanan kesehatan
seperti rumah sakit, puskesmas, poliklini dll,
merupakan tempat yang strategis untuk melakukan pelayanan
kesehatan. Pelaksanaan promosi
kesehatan ini dapat dilaksanakan secara individu oleh para petugas kesehatan kepada apsien atau kelauarga yang ada di
tempat pelayanan kesehatan tersebut.
c. Metode Penyuluhan Gizi
Metode penyuluhan gizi dapat dilakukan
dengan beberapa cara. Metode
dari penyuluhan gizi adalah metode ceramah, tanya jawab dan diskusi kelompok. Metode ceramah merupakan metode
yang sering digunakan dan relatif
lebih efisien serta sederhana juga mampu menjangkau banyak audiens dalam waktu bersamaan
(Pasaribu, 2005 dalam Hartono, dkk, 2015). Keunggulan dari metode ceramah adalah
coock untuk berbagai jenis sasaran, mudah
pengaturannya, penggunaan waktu dapat efisien dan dapat digunakan pada kelompok sasaran yang besar.
Kekurangan dari metode ceramah adalah peranan
peserta menjadi pasif, umpan balik terbatas, proses komunikasi satu arah, gaya ceramah yang monoton, kurang
menarik dan sulit digunakan pada anak-anak, membatasi daya ingat (Supariasa, 2013).
Diskusi kelompok
adalah metode penyuluhan yang pelaksanaanya disertai dengan percakapan yang
direncanakan dan dipersiapkan antara tiga orang
atau lebih yang mempunyai minat bersama terhadap suatu permasalahan. Tujuan
dari metode diskusi
kelompok yaitu untuk bertukar pikiran
dan mendorong partisipasi peserta. Keunggulannya adalah peserta dapat aktif berperan
serta dalam kegiatan,
komunikasi lebih dekat, pemampuan dan pengetahuan
peserta lebih dapat dimanfaatkan. Kelemahannya
kurang efektif jika dilakukan
pada keompok besar dan satu orang atau beberapa dapat mendominasi diskusi (Supariasa, 2013).
d. Faktor yang Mempengaruhi Penyuluhan
Menurut
Maulana (2009) Keberhasilan suatu penyuluhan kesehatan dapat dipengaruhi
oleh faktor penyuluh, sasaran dan proses penyuluhan.
1)
Faktor Penyuluh
Misalnya kurang persiapan, kurang menguasai materi yang akan dijelaskan, penampilan kurang meyakinkan sasaran,
bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh
sasaran, suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar serta penyampaian materi penyuluhan terlalu
monoton sehingga membosankan.
2)
Faktor Sasaran
Misalnya tingkat pendidikan
terlalu rendah sehingga sulit menerima pesan
yang disampaikan, tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena lebih memikirkan kebutuhan yang lebih mendesak, kepercayaan
dan adat kebiasaan yang
telah tertanam sehingga sulit untuk mengubahnya, kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran
yang tidak mungkin
terjadi perubahan perilaku.
3) Faktor Proses
Dalam penyuluhan, misalnya
waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan sasaran, tempat penyuluhan dekat dengan keramaian
sehingga menggangu proses penyuluhan yang dilakukan, jumlah sasaran penyuluhan yang terlalu banyak,
alat peraga yang kurang, metoda yang digunakan kurang tepat sehingga
membosankan sasaran serta bahasa yang digunakan kurang
dimengerti oleh sasaran.
4.
Media
a.
Pengertian
Alat
bantu atau media adalah alat yang digunakan oleh pendidik dalam penyampaian bahan pendidikan/pengajaran. Alat bantu ini sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk
membantu dan memperagakan sesuatu dalam
proses pendidikan pengajaran (Machfoedz, 2007).
Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat
diartikan sebagai alat bantu untuk
promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan
penyebar- luasan informasi (Kholid,
2014). Media merupakan sesuatu yang bersifat
menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan keamuan audien (siswa) sehingga
dapat mendorong terjadinya proes belajar pada dirinya.
Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audien untuk
belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performa
mereka sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai (Mubarak, dkk., 2007).
b.
Fungsi Media
Kholid (2014) menuliskan bahwa media memiliki
beberapa fungsi, diantaranya adalah :
1)
Media pembelajaran dapat mengatasi
keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh audience.
Pengalaman tiap audience berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan
pengalaman anak, seperti
ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat
mengatasi perbedaan tersebut.
2)
Media pembelajaran dapat melampaui
batasan ruang promosi. Banyak hal
yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam promosi oleh para audience tentang
suatu objek. Melalui media yang tepat maka semua objek dapat disajikan kepada audience.
3)
Media pembelajaran memungkinkn adanya
interaksi langsung antara
audience dengan lingkungannya
4)
Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkret
dan realistis
5)
Media menghasilkan keseragaman pengamatan
6)
Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar
7)
Media membangkitkan keinginan dan minat baru
8)
Media memberikan pengalaman yang
menyeluruh dari yang konkret sampai abstrak.
Menurut Ooy Sunarya (1987) dalam Waryana
(2016) alat peraga penyuluhan sebenarnya tiak sekedar berfungsi
sebagai alat peraga atau penjelas,
melainkan memiliki fungsi yang beragam,
yaitu :
1)
Lebih mengkonsentrasikan diri untuk mengikuti jalannya
penyuluhan yang sedang
dilaksanakan oleh penyuluh
yang bersangkutan
2)
Memperjelas pengertian tentang segala sesuatu yang diuraikan atau disampaikan penyuluh
secara lisan, sehingga
dapat menghindarkan terjadinya salah pengertian yang tidak
sesuai dengan yang dimaksudkan oleh penyuluhnya
3)
Membuat penyuluhan lebih efektif,
karena penerima manfaat lebih cepat menerima dan memahami segala sesuatu yang dimaksud penyuluhnya
4)
Dengan peragaan akan dapat menghemat waktu yang diperlukan penyuluh untuk menjelaskan materi yang ingin disampaikan
5)
Memberikan kesan yang lebihh
mendalam, sehingga penerima manfaat tidak mudah untuk melupakan
kegiatan penyuluhan yang pernah diikutinya.
c.
Jenis Media
Ditinjau dari kesiapan pengadaannya, media dikelompokkan dalam
dua jenis, yaitu media jadi karena sudah merupakan komoditi perdagangan
dan terdapatdi pasaran luas dalam
keadaan siap pakai (media by
utilization), dan media rancangan
karena perlu dirancang dan dipersiapkan secara khusus untuk maksud
atau tujuan pembelajaran tertentu
(media by design) (Kholid, 2014).
Karakteristik media merupakan dasar pemilihan sesuai dengan situasi belajar tertentu. Klasifikasi
media, karakteristik media dan pemilihan media
merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dalam penentuan strategi pembelajaran. Berikut beberapa jenis media
yang lazim digunakan (Kemp, 1975 dalam Mubarak, dkk., 2007).
1)
Media Grafis atau Visual
Media grafis berfungsi untuk menyalurkan pesan yang berupa simbol komunikasi visual yang perlu dipahami, untuk menarik perhatian, memperjelas ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang
mungkin akan cepat dilupakan
bila tidak digrafiskan. Termasuk media grafis yaitu; gambar, foto, sketsa, diagram, bagan, chart, grafik, kartun, poster, peta, globe,
papan flannel.
2) Media Audio
Visual
Media audio visual merupakan
bentuk media pengajaran yang murah dan terjangkau.
Audio dapat menampilkan pesan yang memotovasi. Contoh : radio, tape,
kombinasi slide dan suara.
3)
Media Proyeksi diam
Media ini menyajikan pesan
yang harus diproyeksikan terlebih dahulu agar
dapat dilihat sasaran,
kadang disertai rekaman
audio atau visual saja. Contoh : film bingkai, film rangkai, OHT,
proyeksi tak tembus pandang, mikrotois,
film gelang, televisi dan video.
d.
Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan
Media
Pemilihan media pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
media pembelajaran menurut Indriana (2011), yaitu :
1)
Adanya kesesuaian dengan tujuan pembelajaran. Pemilihan
media disesuaikan dengan
tujuan yang terdapat dalam mata pelajaran, baik secara umum maupun khusus. Tujuan pembelajaran juga dapat disesuaikan
dengan tujuan kognitif, afektif, dan psikomotorik
yang ingin dicapai
2)
Adanya kesesuaian dengan materi
yang diberikan. Pemilihan media harus disesuaikan
dengan materi yang ingin disampaikan dan tingkat kedalaman yang ingin
diperoleh dalam proses pembelajaran
3)
Adanya kesesuaian dengan fasilitas
pendukung, kondisi lingkungan, dan waktu. Pemilihan
media yang tidak memperhatikan fasilitas
pendukung, lingkungan, dan waktu dalam
proses belajar akan mengakibatkan media
yang digunakan menjadi tidak efektif dan efisien
4)
Adanya kesesuaian dengan karakteristik siswa. Pemilihan media harus disesuaikan dengan kondisi dan
karakteristik siswa. Sebagai contoh siswa yang
mengalami gangguan pendengaran tidak dapat menggunakan media suara sebagai
komponen utama dalam proses pendidikan.
5)
Adanya kesesuaian dengan gaya
belajar siswa. Menurut Bobby DePorter (1999) gaya belajar anak dibagi menjadi
tiga, yaitu gaya belajar
visual (menggunakan media
visual), auditorial (menggunakan media audio), dan kinestetik (praktek langsung)
(Indriana, 2011). Oleh karena itu, pemilihan
media disesuaikan dengan
gaya belajar siswa.
6)
Adanya kesesuaian dengan teori yang
digunakan. Kesesuaian antara media pembelajaran
dengan teori harus diperhatikan agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
Gambar 1. Kerucut
Pengalaman Edgar Dale (Arsyad, 2007)
Menurut
Azhar (2007) kerucut pengalaman Edgar Dale menjelaskan bahwa hasil belajar
sesorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (kongkret),
kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui
benda tiruan,s ampai kepada
lambang verbal (abstrak).
Teori
Edgar Dale yang dikenal dengan Kerucut Pengalaman (Cone of experience)
menyatakan bahwa pengalaman belajar seseorang, 75% diperoleh melalui indera penglihatan (mata), 13%
melalui indera pendengaran (telinga), dan selebihnya melalui indera lain (Arsyad, 2007).
e.
Media Slide
Power Point
1. Pengertian
Microsoft power point salah satu aplikasi
milik microsoft, disamping microsoft word dan excel yang
telah dikenal banyak orang. Microsoft power point menyediakan fasilitas slide untuk menampung pokok-pokok pembicaraan yang akan disampaikan pada peserta didik. Dengan
fasilitas animasi, suatu slide dapat dimodifikasi dengan menarik. Begitu juga dengan adanya fasilitas : front picture, sound, dan effect dapat dipakai untuk membuat
suatu slide yang bagus. Bila produk slide ini disajikan, maka pendengar dapat ditarik
perhatianya untuk menerima apa yang disampaikan
kepada para peserta didik. Program ini disampaikan secara khusus untuk menyampaikan
presentasi, baik yang diselenggarakan oleh perusahaan, pemerintah, maupun perorangan. Media power point adalah program aplikasi presentasi yang merupakan salah satu program
aplikasi dibawah microsoft office program komputer dan tampilan ke layar menggunakan bantuan LCD proyektor Sanaky (2009).
2.
Kelebihan dan Kekurangan
Menurut Sanaky (2009)
mengungkapkan bahwa aplikasi
power point mempunyai
keunggulan, diantaranya adalah :
1) Praktis, dapat
digunakan untuk semua ukuran kelas.
2)
Memberikan kemungkinan tatap muka dan mengamati
respon dari penerima pesan.
3) Memberikan kemungkinan pada penerima pesan untuk mencatat
4)
Memiliki variasi teknik penyajian dengan berbagai kombinasi
warna atau animasi.
5) Dapat digunakan berulang-ulang.
6)
Dapat dihentikan pada setiap
sekuens belajar karena kontrol sepenuhnya pada komunikator.
7)
Lebih hemat dibandingkan menggunakan papan tulis dan OHP.
Sedangkan kekurangan media power point adalah :
1)
Pengadaan alat mahal dan tidak semua
sekolah memiliki.
2)
Memerlukan perangkat keras
(komputer) dan LCD untuk memproyeksikan pesan.
3)
Memerlukan persiapan yang matang.
4)
Diperlukan keterampilan khusus dan kerja yang sistematis untuk menggunakannya.
5)
Menuntut ketrampilan khusus untuk
menuangkan pesan atau ide yang baik pada
desain program komputer power point sehingga
mudah dicerna oleh penerima pesan.
6)
Bagi pemberi pesan yang tidak memiliki
ketrampilan menggunakan,memerlukan operator atau pembantu khusus.
3.
Elemen slide power point
Elemen-elemen yang menjad isyarat menampilkan presentasi menggunakan slide power point yang
baik adalah sebagai beikut
:
1. Elemen Visual
a)
Visual Nyata
Menampilkan objek nyata dalam pembelajaran. Kecenderungan untuk menyimpulkan
bahwa komunikasi efektif dalam pembelajaran/penyampaian informasi dapat tercapai
apabila menggunakan visual nyata.
b)
Visual Analog
Menyampaikan suatu konsep
atau topik dengan menunjukkan hal lain yang menyiarkan persamaan
c)
Visual Organisasi
Mencakup diagram
alir, grafik, peta dan
skema
2.
Elemen Verbal
Sebagian besar tampilan
visual melibatkan beberapa tipe informasi verbal, dalam menyiapkan presentasi, penggunaan huruf perlu dipertimbangkan secara cermat
agar memberikan efek komunikasi yang kuat.
a)
Model Huruf
Model huruf harus konsisten
dan harmonis. Menggunakan model huruf yang sederhana
dan jelas untuk informasi yang berkaitan dengan pembelajaran. Model huruf yang direkomendasikan untuk presentasi terproyeksi adalah kelurga sans serif (arial, calibri, halvetica, dan sejenisnya), sedangkan
keluarga serif (times new roman, century,dan sejenisnya) lebih tepat untuk bahan cetak.
b)
Banyaknya model huruf
Model huruf yang digunakan sebaiknya tidak menggunakan
lebih dari dua macam tipe huruf dan harus harmonis
dengan yang lain, serta membatasi
banyaknya variasi huruf maksimal empat (bold, italic, garis bawah, ukuran
huruf) untuk hasil komunikasi yang terbaik. Bisa menggunakan dua tipe ukuran huruf yang berbeda ditambah dengan italic dan garis bawah atau tiga jenis ukuran
yang berbeda ditambah dengan bold untuk penekanan.
c)
Huruf kapital
Penambahan huruf kapital bila diperlukan, agar teks mudah dibaca menggunakan huruf lowercase. Judul-judul pendek dapat menggunakan huruf kapital, akan tetapi untuk frase lebih
dari tiga kata dan kalimat penuh harus mengikuti aturan penggunaan huruf lowercas.
d)
Warna huruf
Aturan memilih huruf cukup
sederhana, warna huruf harus kontras dengan warna
latar belakang. Pemilihan kontras warna juga harus memperhatikan kemungkinan adanya audien yang buta warna,
oleh sebab itu sebaiknya tidak menggunakan warna merah dan hijau secara bersamaan.
e)
Ukuran huruf
Ukuran huruf menjadi sangat penting untuk diperhatikan agar teks yang disajikan
mudah dibaca. Standar ukuran huruf minimal yang mudah dibaca adalah Arial 24 point, apabila
ingin menggunakan model
huruf yang lain dapat dibandingkan dengan tampilam huruf Arial 24 point di layar komputer.
f)
Spasi baris
Spasi antar baris sebaiknya
kurang dari rata-rata
tinggi huruf lowercase, untuk memudahkan jarak dan baris (berdasarkan baseline) adalah 1,5 kali rata-rata
tinggi huruf lowercase. Berdasarkan pengalaman menggunakan model huruf arial, untuk
memperoleh jarak tersebut
dipilih spasi baris tunggal.
g) Jumlah kata setiap slide
Presentasi visual tidak
sekedar memindahkan buku ke dalam slide,
apalagi menampilkan halaman buku
menggunakan kamera yang tersedia pada LCD projector. Sebaiknya berisi kurang dari
45 kata dalam setiap slide, sedangkan untuk visual berbasis teks sebaiknya
menggunakan enam sampai delapan kata setiap
baris dan tidak lebih dari enam baris setiap
slide. Kata-kata kunci sebaiknya
ditampilkan dengan menggunakan bullet, bukan angka. Jumlah
bullet untuk setiap halaman
tidak lebih dari enam. Tampilan
visual merupakan pesan yang
akan disampaikan kepada audien. Agar pesan dapat diterima sesuai dengan harapan penyaji, harus mempertimbangkan
elemen visual, elemen verbal dan keterkaitannya dalam satu slide.
3.
Elemen Pola Desain Pesan Microsoft Power
Point
Menurut
Priyanto (2009) memberi fokus pada penataan elemen visual dalam suatu slide merupakan konsep utama
pola desain. Cara penyajian konsep pada setiap halaman slide merupakan faktor utama sampai terbentuknya konsep,
kemudian langkah selanjutnya adalah memilih warna yang sesuai sehingga
konsep dalam slide menjadi kuat.
a) Konsep tunggal
slide
Konsep tunggal slide berisikan satu konsep atau ide, agar audien bisa memisahkan setiap
konsep sehingga tidak terjadi percampuran konsep.
b)
Kesatuan atau Harmoni,
Pengaturan seluruh elemen
dalam suatu slide, yang masing-masing elemen
memberikan pengaruh estetik
sehingga nampak sebagai
satu kesatuan.
c)
Kesederhanaan
Kesederhanaan menyediakan spasi kosong untuk menjaga kesederhanaan, agar elemen-elemen pada tampilan slide tidak
nampak penuh sesak dan rancangan tidak terlalu banyak model huruf dan warna.
d)
Pengaturan Tata Letak
Pengaturan tata letak
menggunakan pola yang menarik agar audien mudah dalam memfokuskan perhatian, misal bentuk pola geometri seperti
lingkaran, segitiga atau segiempat.
f.
Media Poster
Poster
merupakan susunan informasi mengenai gagasan pokok dengan menggunakan elemen warna, ukuran, garis,
bentuk, bingkai bentuk huruf dan presfektif
untuk menangkap perhatian serta mengkomunikasikan pesan secara singkat. Poster sangat efektif untuk
dijadikan sebagai media komunikasi dalam menyampaikan
ide/gagasan serta pesan dan dapat digunakan untuk keperlan promosi, edukasi, imbauan, larangan dan lain sebagainya. Poster memiliki kegunaan antara lain, memotivasi siswa, sebagai peringatan, sebagai pengalaman kreatif (Syafi’e A, 2010).
Menurut (Syafi’e A, 2010) Poster mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a.
Berupa gambar atau lukisan
b. Dapat menyampaikan pesan dan gagasan
c. Memberikan kesan kuat dan memberi perhatian
d. Mernagsang orang yang melihat
untuk melakukan yang dimaksud
e. Berani dan dinamis
f. Menarik dan mudah dimengerti
g. Teks yang dituangkan ringkas
h. Dapat dibaca dalam waktu
singkat
Menurut Dalih (2014)
poster sebagai salah satu media pembelajaran poster
memilki kelebihan :
a.
Membantu dlam penyampaian pembelajaran
b. Menarik perhatian
c. Dapat di pasang atau ditempel dimana saja
d. Dapat menyarankan perubahan tingkah laku
Kekurangan poster yaitu :
a. Karena tidak ada penejelasan yang rinci, maka dapat menimbulkan intepretasi yang berbeda.
b. Poster dapat
banyak mengandung arti atau makna bagi kalangan
tertentu tetapi tidak bermakna bagi kalangan lain
c. Dapat membosankan ketika dipasang disuatu
tempat
5.
Sarapan Pagi
a. Pengertian
Sarapan
adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 untuk memenuhi sebagian kebutuhan gizi
harian (15-30% kebutuhan gizi) dalam rangka
mewujudkan hidup sehat, aktif dan produktif (Kemeskes, 2014).
Menurut
Kamus Bahasa Indonesia Online, sarapan memiliki arti makanan pada pagi hari. Sarapan
adalah kebutuhan manusia
yang seharusnya dilakukan
secara teratur setiap pagi akan kebutuhan nutrisi dan perkembangan otak bagi seorang anak dimulai sejak dini (Waryono,
2010).
b.
Syarat Sarapan
Sarapan untuk anak usia sekolah adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan sebelum mereka
berangkat ke sekolah. Energi dari makan
pagi untuk anak-anak dianjurkan berkisar 20-25%. Jika anak tidak sarapan, dia biasanya akan merasa lemas
atau lesu sebelum tangah hari karena
gula darah dalam tubuh sudah menurun (Yusnalaini, 2004). Sarapan pagi sebaiknya terdapat
makanan yang beragam
dan seimbang untuk memenuhi
kebutuhan sehingga tidak kekurangan asupan zat gizi. Sarapan disajikan secara praktis namun tidak
mengabaikan nilai gizinya (Khomsan, 2005).
Anak yang tidak sarapan
pagi sebesar 30,8% rentan terhadap
Hipoglikemia. Untuk mencapai
kondisi tubuh yang optimal di pagi hari, sarapan
saja tidak cukup, diperlukan sarapan dengan menu lengkap, dalam arti harus mengandung karbohidrat, sayuran dan daging (Wiharyanti, 2006).
b. Manfaat Sarapan
Pagi
Menurut Sari (2017)
manfaat makan pagi yaitu
:
1. Membantu Pertumbuhan
Sarapan berkontribusi
terhadap 20-25 persen pemenuhan kebutuhan energi dan zat gizi harian yang
diperlukan untuk pertumbuhan yang sehat dan pendukung
akifitas, serta mental yang terjaga.
2.
Memenuhi Kebutuhan Gizi
Sarapan membantu pemenuhan
berbagai kebutuhan zat gizi penting, seperti:
zat besi, Vitamin
B, Vitamin D, Vitamin C dan serat yang kadang jumlahnya
kurang ketika makan siang atau makan
malam.
3.
Memiliki Konsentrasi yang Baik
Sarapan dapat membuat lebih fokus, daya ingat lebih baik dan dapat berkonsentrasi dalam belajar. Anak- anak yang sarapan rata-rata mendapat nilai yang lebih tinggi dibanding anak yang
tidak sarapan.
4.
Menjaga Berat Badan Normal
Seseorang yang biasa sarapan
cenderung memiliki berat badan normal.
Sebaliknya, anak-anak yang tidak sarapan cenderung memiliki berat badan berlebih karena disaat makan siang
cenderung menghabiskan porsi yang lebih besar dan sering ngemil sepanjang hari.
Selain itu, membiaskan sarapan
juga membiaskaan untuk bersikap disiplin yaitu bangun pagi dan
beraktifitas pagi juga mencegah makan terlalu
banyak pada makan siang (Kemenkes, 2014).
Menurut
Nababan, dkk (2016) manfaat sarapan yaitu; menjaga tubuh agar tetap sehat, menambah energi, lebih aktif, menambah konentrasi belajar, tidak mudah mengantuk, disiplin, pertumbuhan dan perkembangan menjadi baik serta dapat mengurangi pengeluaran untuk
jajan.
c. Dampak tidak sarapan
Akibat
dari tidak melakukan sarapan berbagai keluhan dapat dirasa. Anak-anak yang tidak memiliki kebiasaan
sarapan memiliki konsentrasi belajar yang
rendah, dan memiliki stamina yang kurang sehingga dalam melakukan aktifitas
sehari-hari kurng bersemangat (Kemenkes, 2014).
Dampak
lain yang dapat diitmbulakn apabila tidak sarapan yaitu dapat mengakibatkan kegemukan/obesitas. Orang
yang tidak sarapan akan merasa lebih
lapar pada siang dan malam hari, ketika tidak sarapan konsumsi akan meningkat pada waktu siang dan malam hari, asupan makan yang
berlebih pada malam hari akan
berakibat pada meningkatnya glukosa yang disimpan sebagai glikogen. Karena aktivitas pada malam hari rendah,
glikogen kemudian disimpandalam bentuk lemak. Hal ini yang akan menimbulkan obesitas (Kemenkes, 2014).
d. Menu Sarapan
Menurut
Sari (2017), menu sarapan untuk anak sebaiknya mengacu pada panduan gizi seimbang, yaitu mengkonsumsi bervariasi
makanan dengan
porsi sesuai kebutuhan
anak. Pilihlah bahan makanan untuk sarapan yang mengandung 3-4 kelompok bahan makanan seperti
berikut:
1.
Makanan pokok sebagai sumber
karbohidrat: roti, roti gandum, cereal,
nasi, oatmeal, kentang.
2.
Lauk pauk sebagai
sumber protein: susu, telur, ayam, tahu dan tempe, yoghurt.
3.
Buah sebagai sumber vitamin
dan mineral: pisang,
apel, jeruk, strowberi, papaya.
4.
Sayur vitamin dan mineral:
tomat, ketimun, selada,
buncis, wortel
Anak usia
sekolah yang berumur 10-12 tahun memiliki kebutuhan sehari 2000-2100 kalori,
sarapan menyumbangkan 25% dari total kebutuhan
sehari yaitu 500-550 kalori. Sebagai contoh pembagian untuk sarapan
yaitu :
Tabel 2. Contoh Menu Sarapan
Pagi Anak Sekolah
25% dari AKG
Bahan Makanan |
URT |
Bahan makanan |
URT |
Nasi |
1 centong |
Roti |
2 helai |
Tempe |
2 potong |
Selai buah |
2 sdm |
Telur |
1 butir |
Buah |
1 bh |
Sayuran |
1 gelas |
Susu |
1 gls |
Buah |
1 buah |
|
|
Susu |
1 gls |
|
|
B.
Kerangka Teori
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan :
·
Lingkungan
·
Pendidikan
·
Informasi
Media
·
Gambar hidup (slide power point)
·
Gambar diam (poster)
Pengetahuan anak sekolah
Gambar 2. Kerangka
Teori Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Sumber : Edgar Dale dalam Arsyad (2007) dan Ariani (2014)
C. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Pemberian
Informasi Menggunakan media Poster Variabel Terikat Pengetahun anak usia sekolah tentang sarapan pagi Variabel Bebas Pemberian
Informasi Menggunakan media Slide
Power Point
Gambar 3. Kerangka
Konsep
D.
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1.
Ada perbedaan pengetahuan siswa tentang sarapan pagi sebelum
dan setelah diberikan
penyuluhan menggunakan slide power point dan
poster
2. Ada perbedaan
efektivitas media penyuluhan dengan menggunakan slide power
point dan poster
terhadap pengetahuan siswa
tentang sarapan pagi.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil makalah ini, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut.
1.
Status gizi anak usia 6-12 tahun di panti asuhan Pelayan Kasih.1 anak memiliki gizi berlebih
(gemuk), 20 anak memiliki gizi normal
dan 2 anak memiliki gizi kurang (kurus).
2.
Status gizi anak usia 6-12 tahun di
panti asuhan Don Bosco. 3 anak
memiliki status gizi lebih (obesitas), 7 anak memiliki
status gizi lebih (gemuk), 36 anak memiliki
gizi normal, 1 anak memiliki
gizi kurang (kurus).
3.
Terdapat perbedaan status gizi anak
yang tinggal di panti asuhan (Pelayan
Kasih dan Don Bosco) dengan anak yang
tinggal dengan orang tuanya. Gizi anak yang tinggal
di panti asuhan
lebih baik daripada gizi anak yang tinggal dengan
orang tuanya. perbedaan ini kemungkinan di sebabkan perbedaan
faktor pola asuh antara anak yang tinggal
di panti asuhan dengan anak yang tinggal dengan
orang tua. Pola asuh yang dimaksud
adalah penghasilan, pengetahuan, pendidikan dan rasa kasih
sayang yang diberikan pada anak.
2. Saran
1.
Bagi Panti Asuhan
Panti asuhan hendaknya lebih mengontrol lagi pola makan dari beberapa anak, karena dari
penelitian yang dilakukan, terdapat
anak-anak yang memiliki
gizi berlebih. Sedangkan gizi berlebih juga merupakan masalah yang tidak baik karena dapat mengganggu bagi tumbuh kembang
anak.
2.
Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya
memberikan sosialiasi atau penyuluhan
bagi orang tua serta anak-anak muridnya, mengenai pentingnya menjaga kesehatan tubuh dengan menu-menu makanan yang sehat dan sesuai
dengan gizi yang seimbang karena masih terdapat
anak yang memiliki
gizi kurang dan gizi berlebih.
Pentingnya mencukupi makanan
secara seimbang akan mempengaruhi tumbuh kembang anak
3.
Bagi Orang Tua
Bagi orang tua hendaknya
memperhatikan asupan gizi bagi anak-anak.
Agar anak-anak dapat mendapatkan gizi
yang baik dan tumbuh kembang yang optimal.
4.
Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini, dapat memperluas variable variable yang
digunakan untuk penelitian, seperti jenis kelamin,
pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua/pengasuh, tingkat pengetahuan orang tua/pengasuh dan memperbanyak jumlah sampel agar lebih heterogen.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Djamarah SB, Zain A. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta; 2006
2.
Almatzier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama; 2001
3.
Pahlevi AE. Determinan Status Gizi Pada Siswa Sekolah Dasar. 2012
4.
Gibson RS. Principles of Nutritional Assessment. Second
Edition. Oxford University Press Inc, New York. 2005
5.
Yudesti Ira, Nanang Prayitno. Perbedaan Status Gizi Anak Perbedaan Status Gizi Anak SD Kelas IV Dan
V Di SD Unggulan (06 Pagi Makasar)
Dan SD Non Unggulan (09 Pagi Pinang Ranti) Kecamatan
Makasar Jakarta Timur Tahun 2012 [Internet]. Jakarta. Jurnal
Ilmiah Kesehatan: 2013
6.
Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Riau.
Penilaian Status Gizi Anak Usia Sekolah
Dasar dan Pelatihan
Pangan Jajanan Sehat Anak sekolah
Dasar pekanbaru [Internet] Laporan
Pengabdian Masyrakat c2012. Restuastuti Tuti: 2012 Soetjiningsih. Tumbuh Kembang
Anak. Edisi.2. Jakarta:
EGC; 2014
7.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI; 2013
8.
Habeahan J. Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan
Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Anak-anak
Di Yayasan Panti Asuhan Rapha-El
Simalingkar Kecamatan Medan
Tuntungan Kota Medan Tahun 2009. 2010.
9.
William A. Gambaran
Status Gizi Anak di Panti Asuhan Yayasan Terima Kasih Abadi Kecamatan Medan Barat Tahun 2010.
No comments:
Post a Comment