Wednesday, 18 August 2021

MAKALAH EKONOMI MASALAH ALOKASI TENAGA KERJA

KATA PENGANTAR

 

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti- nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahkan nikmat sehat, baik berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga saya mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah Manajemen Operasional dengan judul “ Masalah Alokasi Tenaga Kerja ”.

Saya tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

 

 

 

 

 

 

Aceh Besar, Agustus 2021 Penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1

A.      Latar Belakang Masalah....................................................................................... 1

B.       Rumusan Masalah................................................................................................ 1

C.       Tujuan Masalah.................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................... 2

A.      Masalah Alokasi Tenaga Kerja........................................................................... 2

B.       Pengukuran Kerja............................................................................................. 11

C.       Manajemen Produktivitas................................................................................. 16

D.      Masalah Kompensasi......................................................................................... 21

E.       Peramalan Permintaan Akan Produk dan Jasa................................................... 25

F.       Perhitungan Trend............................................................................................. 32

G.      Analisis Regresi dan Korelasi............................................................................ 37

H.      Analisis Break Even........................................................................................... 39

I.         Manajemen Persediaan....................................................................................... 43

BAB III PENUTUP............................................................................................................ 48

A.      Kesimpulan........................................................................................................ 48

B.       Saran.................................................................................................................. 48

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 49


 

 

 

 

A.     Latar Belakang Masalah


BAB I PENDAHULUAN


Menurut Handoko (2011:183) alokasi tenaga kerja merupakan masalah yang berhubungan dengan alokasi optimal darisumber daya tenaga kerja atau personalia yang produktif, yang mempunyai tingkat efisiensiberbeda-beda untuk pekerjaan yang berbeda. Pengalokasian tenaga kerja merupakan cara yang dilakukan perusahaan dalam rangka memproduksi barang atau jasa disamping menggunakan tenaga mesin. Pengalokasian tenaga kerja ini harus diatur sedemikian rupa karena jumlahnya yang terbatas dan harus disesuaikan.

B.          Rumusan Masalah

1.      Bagaimana masalah alokasi tenaga kerja?

2.      Bagaimana masalah pengukuran kerja?

3.      Bagaimana permasalahan produktivitas?

4.      Bagaimanakah masalah kompensasi?

5.      Bagaimanakah tentang peramalan akan produk dan jasa ?

6.      Bagaimakah menentukan perhitungan trend?

7.      Bagaimakah menentukan regresi dan korelasi?

8.      Bagaimakah menentukan analisis break even?

9.      Bagaimakah permasalahan tentang manajemen persediaan?

C.     Tujuan Masalah

1.      Untuk mengetahui masalah alokasi tenaga kerja

2.      Untuk mengetaui bagaimana masalah pengukuran kerja

3.      Untuk mengetahui permasalahan produktivitas

4.      Untuk mengetahui tentang peramalan akan produk dan jasa

5.      Untuk mengetahui pendekatan apa saja dalam perencanaan pendidikan

6.      Untuk mengetahui cara menentukan perhitungan trend

7.      Untuk mengetahui cara menentukan regresi dan korelasi

8.      Untuk mengetahui cara menentukan analisis break even

9.      Untuk mengetahui permasalahan tentang manajemen persediaan


 

BAB II PEMBAHASAN

 

A.     Masalah Alokasi Tenaga Kerja

a.      Masalah Minimisasi Contoh soal:

Suatu perusahaan kotak hadiah mempunyai empat pekerjaan yang berbeda, yaitu memotong karton, merekatkan kertas warna, memberi hiasan, dan membungkus. Perusahaan kotak hadiah tersebut hanya memiliki empat orang karyawan yaitu Hana, Karin, Helmi, dan Rossy. Upah seorang karyawan untuk masing-masing pekerjaan berbeda-beda seperti berikut:

Tabel Upah Karyawan

 

Tugas Karyawan

Hana

Karin

Helmi

Rossy

Memotong karton

Rp. 15.000

Rp. 14.000

Rp. 18.000

Rp. 17.000

Merekatkan

kertas warna

Rp. 21.000

Rp. 16.000

Rp. 18.000

Rp. 22.000

Memberi hiasan

Rp. 21.000

Rp. 21.000

Rp. 24.000

Rp. 19.000

membungkus

Rp. 22.000

Rp. 18. 000

Rp. 20.000

Rp. 16.000

 

Tentukan besarnya biaya optimal yang dikeluarkan perusahaan kotak hadiah tersebut dengan kondisi satu pekerjaan hanya dikerjakan oleh satu karyawan?


Jawaban:

 

Langkah 1: Identifikasikan dan penyederhanaan masalah dalam tabel penugasan

 

v  Mencari biaya optimal = Kasus minimisasi

v  Jumlah pekerjaan = Jumlah karyawan, artinya kasus norma (tanpa dummy)

 

Tugas Karyawan

1

II

III

IV

A

15

14

18

17

B

21

16

18

22

C

21

21

24

19

D

22

18

20

16

 

Langkah 2: Cari biaya terkecil untuk setiap baris, dan kemudian menggunakan biaya terkecil tersebut untuk dikurangi oleh semua biaya yang ada pada baris yang sama.

Tugas Karyawan

1

II

III

IV

A

15

 

14

18

17

B

21

 

16

18

22

C

21

21

24

 

19

D

 

22

 

18

 

20

 

16


Apabila ditemukan nol maka harus ditarik garis seminimum mungkin. Jika jumlah garis sama dengan jumlah baris/kolom berarti pemecahan sudah optimal.

Tugas Karyawan

1

 

II

III

IV

A

1

 

0

4

 

3

B

5

 

0

2

 

6

C

2

 

2

5

 

0

D

6

 

2

4

 

0

 

 

 

 

Jumlah garis yang dapat ditarik hanya 2, tidak sama dengan jumlah baris/kolom yang ada (4) = Belum Optimal

Langkah 3: Pada kolom tak terkena garis, pilih nilai terkecil kemudian kurangi nilai lain pada kolom yang sama dengan nilai terkecil tersebut



Tugas Karyawan

1

II

III

IV

A

0

0

2

3

 

 

 

 

 

B

4

0

0                         6

 

 

 

 

C

 

2

3

0

 

1

 

 

 

D

5

2

 

5

2

0

 

 
Langkah 4: Tarik garis seminimum mungkin, baik ke arah vertikal maupun herizontal yang meliputi semua yang bernilai nol. Jika jumlah garis sama dengan jumlah baris/kolom berarti pemecahan sudah optimal

 

Tugas Karyawan

1

II

III

IV

A

0

0

2

3

B

4

0

0

6

C

1

2

3

0

D

5

2

2

0

 

 

Jumlah garis yang ditarik dapat hanya 3, tidak sama dengan jumlah baris/kolom yang ada (4) = Belom Optimal

Langkah 5: Revisi tabel, yaitu dengan mengurangi sel-sel yang tidak terkena garis dengan nilai terkecil, kemudian tambahkan nilai sel terkecil itu pada sel yang terkena garis 2x. Nilai yang terkena garis 1x = Tetap



 

Text Box: 3+1 = 4         Text Box: 6+1 = 7

 

Langkah 6: Tentukan apakah sudah terdapat nilai nol pada baris dan kolom yang berbeda, apabila sudah terdapat nol di setiap baris dan kolom yang berbeda, maka sudah didapatkan hasil yang optimal. Atau jika jumlah garis sama dengan jumlah baris/kolom berarti pemecahan sudah optimal

 

Tugas Karyawan

1

II

III

IV

A

0

 

0

2

4

B

4

0

 

0

7

C

 

0

2

2

0

D

 

5

 

2

 

2

 

0

 

 

Jumlah garis yang dapat ditarik = 4= Jumlah baris/kolom yang = Optimal Hasil =

Alokasi pekerjaan untuk masing-masing karyawan adalah:

 

v  Pekerjaan A, menggunting karton dikerjakan oleh II, Karin, dengan upah sebesar Rp. 14.000

v  Pekerjaan B, merekatkan kertas warna dikerjakan oleh III, Helmi, dengan upah sebesar Rp. 18.000

v  Pekerjaan C, memberi hiasan dikerjakan oleh I, Hana, dengan upah sebesar Rp. 21.000


v  Pekerjaan D, membungkus dikerjakan oleh IV, Rossy, dengan upah sebesar Rp. 1.000

Tabel Perhitungan Biaya Optimal

 

Pekerjaan

Karyawan

Biaya

Memotong karton

Karin

Rp. 14.000

Merekatkan kertas warna

Helmi

Rp. 18.000

Memasang hiasan

Hana

Rp. 21.000

Membungkus

Rossy

Rp. 16.000

Total biaya yang dikeluarkan

 

Rp. 69.000

 

Jadi, total biaya optimal yang dikeluarkan oleh perusahaan kotak hadiah dengan pembagian tugas tersebut adalah Rp. 69.000.

b.      Masalah Maksimalisasi Contoh Soal:

Suatu perusahaan kotak hadiah mempunyai lima lokasi penjualan untuk produknya yaitu di Stroberry, Naughty, Cindy, Toko Kado Unik, dan Gramedia. Perusahaan kotak hadiah tersebut memiliki lima orang sales promotion yang akan ditugaskan ke masing-masing lokasi tersebut. Berdasarkan kemampuan masing-masing sales dan kondisi pasar, berikut ini hasil penjualan yang diperkirakan akan diperoleh dengan penugasan masing-masing sales ke lokasi:

 

Tabel Penghasilan

 

Lokasi/Sales

Fitri

Dian

Mieky

Amanda

Suzan

Stroberry

Rp.100.000

Rp.120.000

Rp.100.000

Rp.80.000

Rp.150.000

Naughty

Rp.140.000

Rp.100.000

Rp.90.000

Rp.150.000

Rp.130.000

Cindy

Rp.80.000

Rp.80.000

Rp.70.000

Rp.90.000

Rp.120.000

Toko Kado

Unik

Rp.130.000

Rp.150.000

Rp.80.000

Rp.160.000

Rp.110.000

Gramedia

Rp.100.000

Rp.130.000

Rp.140.000

Rp.110.000

Rp.170.000


Tentukan besarnya pendapatan perusahaan bila satu lokasi hanya dijaga oleh satu sales!

Jawaban:

Langkah 1: Identifikasi dan penyederhanaan masalah dalam tabel penugasan

v  Mencari pendapatan optimal = Kasus Maksimalisasi

v  Jumlah lokasi = jumlah sales, artinya kasus normal (tanpa dummy)

Tabel Penugasan

 

Lokasi/sales

I

II

III

IV

V

A

10

12

10

8

15

B

14

10

9

15

13

C

8

8

7

9

12

D

13

15

8

16

11

E

10

13

14

11

17

Langkah 2: Cari nilai terbesar untuk setiap baris, dan kemudian menggunakan nilai tersebut untuk mengurangi semua biaya yang ada pada baris yang sama

 

Lokasi/sales

I

II

III

IV

V

A

10

12

10

8

 

15

B

14

10

9

15

13

C

8

8

7

9

 

12

D

13

15

8

 

16

11

E

10

13

14

11

 

17


Langkah 3: Pastikan semua baris dan kolom sudah memiliki nilai nol.

 

Ternyata masih terdapat kolom yang belum memiliki nilai nol. Maka, pada setiap kolom, pilih nilai terkecil, kemudian kurangi nilai pada kolom yang sama dengan nilai terkecil tersebut


 

 

Langkah 4: Tarik garis seminimum mungkin, baik ke arah vertikal maupun horizontal yang meliputi semua yang bernilai nol. Jika jumlah garis sama dengan jumlah baris/kolom berarti pemecahan sudah optimal

 

Lokasi/sales

I

II

III

IV

V

A

4

2

2

7

0

B

0

4

3

0

2

C

3

3

2

3

0

D

2

0

5

0

5

E

6

3

0

6

0

 

Jumlah garis yang dapat ditarik hanya 4, tidak sama dengan jumlah baris/kolom yang ada (5) = Belum Optimal


Langkah 5: Revisi tabel, yaitu dengan mengurangi sel-sel yang tidak terkena garis dengan nilai terkecil. Kemudian tambahkan nilai sel terkecil itu pada sel yang terkena garis 2x. Nilai yang terkena garis 1x = tetap


 

Langkah 6: Tentukan apakah sudah terdapat nol pada baris dan kolom yang berbeda, apabila sudah terdapat nol di setiap baris dan kolom yang berbeda. Maka, sudah didapatkan hasil yang optimal. Atau jika jumlah garis sama dengan jumlah baris/kolom berarti pemecahan sudah optimal.



Jumlah garis yang dapat ditarik = 5 = Jumlah baris/kolom = Optimal

 

Hasil

 

Pekerjaan

Karyawan

Biaya

Strowberry

Dian

Rp.120.000

Naughty

Fitri

Rp.140.000

Cindy

Suzan

Rp.120.000

Toko Kado Unik

Amanda

Rp.160.000

Gramedia

Mieky

Rp.140.000

Total pendapatan optimal

yang diperoleh

 

Rp.680.000

 

Jadi, total pendapatan optimal yang diperoleh perusahaan kotak hadiah dengan pembagian lokasi sales tersebut di atas sebesar Rp. 680.000.

B.      Pengukuran Kerja

 

Pengukuran kerja disebut juga dengan istilah time study. Pengukuran kerja ini merupakan hal yang sangat penting dalam perencanaan dan pengaturan operasi produksi. Tanpa adanya pengukuran kerja, seseorang tidak dapat menentukan jumlah kapasitas dari suatu fasilitas dan juga tidak dapat membuat perkiraan biaya yang akan muncul. Tujuan lain dari pengaturan kerja adalah sebagai berikut :

v  Sebagai pembanding metode alternatif

v  Perencanaan dan kontrol

v  Biaya yang realistis

v  Skema keuangan yang insentif

v  Tanggal pengiriman produk yang tertata

v  Mengurangi pengeluaran yang tidak diperlukan

v  Mengidentifikasi standar kemampuan pekerja

v  Pelatihan untuk pekerja baru.

 

Teknik dari pengukuran kerja dibagi menjadi beberapa macam yaitu perhitungan menggunakan stopwatch, work sampling dan Predetermined Motion Time Study (PMTS). Cara perhitungan menggunakan stopwatch adalah dengan menghitung lama


kerja pekerja dalam menyelesaikan suatu tugas yang spesifik dan dengan kondisi yang sesuai dengan kenyataan pada lapangan kerja sehingga melalui data tersebut dapat ditentukan level kemampuan seorang pekerja.

Cara berikutnya adalah work sampling, yaitu pengambilan waktu kerja seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan dalam jumlah yang banyak dan pengamatan yang tidak dilakukan terus menerus. Cara yang terakhir adalah predetermined motion time study, yaitu sistem pengukuran kerja yang berdasarkan analisis kerja dalam gerakan dasar yang dilakukan manusia. PMTS dilakukan dengan bantuan tabel yang berisi waktu pada tingkat kerja yang ditetapkan untuk setiap gerakan. (Sutalaksana,dkk.2006)

Pengambilan waktu dilakukan pada pekerja yang sudah berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya. Pekerja yang belum berpengalaman akan melakukan banyak jeda dan keragu-raguan bila menghadapi sesuatu yang terjadi pada pekerjaannya. Hal ini mengakibatkan data waktu menjadi tidak akurat dan tidak sesuai dengan yang seharusnya. (Konz & Johnson, 2016)

a.      Waktu Baku

 

Waktu baku adalah waktu standar yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu aktivitas yang dikerjakan oleh operator. Waktu baku sendiri sudah mewakili toleransi kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh operator dan masalah yang tidak dapat dihindarkan. Waktu baku yang semakin singkat tentunya akan membuat produktivitas semakin tinggi, tetapi jika waktu baku yang terlalu singkat membuat kualitas barang yang kurang maksimal dan berdampak buruk bagi kesehatan operator. Uji kecukupan data perlu dilakukan sebelum perhitungan waktu baku. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang sudah diambil cukup atau belum untuk perhitungan waktu baku. Data yang semakin banyak tentunya membuat data tersebut semakin layak untuk digunakan, tetapi hal itu akan sulit untuk dilakukan salah satunya karena keterbatasan waktu. Persamaan yang digunakan untuk melakukan uji kecukupan data adalah:

n’=( 𝑠.𝑡 )2

𝑘.𝑥


Keterangan:

 

S= Standar deviasi

 

k : Degree of freedom x : rata-rata data

t : nilai tabel t

 

N’ pada persamaan di atas adalah jumlah data yang dibutuhkan berdasarkan hasil perhitungan. Hasil perhitungan n’ harus lebih kecil dari jumlah data yang telah diambil. Bila hasil perhitungan n’ lebih besar dibandingkan jumlah data yang diambil, maka perlu dilakukan pengambilan data lagi karena hal itu menggambarkan jumlah data yang masih kurang. Data yang sudah lolos dari uji kecukupan kemudian akan digunakan untuk menghitung waktu baku. Perhitungan waktu normal dilakukan sebelum dimulainya perhitungan waktu baku. Waktu normal sendiri didefinisikan sebagai waktu penyelesaian pekerjaan yang dilakukan pekerja dengan performance rating. Berikut 4 faktor menentukan Performance Rating:

v  Skill (keterampilan)

v  Effort (usaha)

v  Condition (kondisi kerja)

v  Consistency (konsistensi)

b.      Workload

 

Workload adalah sekumpulan tuntutan tugas, sebagai usaha dan sebagai usaha atau pencapaian. Task demands (task load) adalah target yang harus dicapai dalam waktu yang diberikan untuk melakukan tugas dan performa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Faktor yang mempengaruhi usaha yang dikeluarkan adalah informasi dan peralatan yang diperoleh sesuai dengan tugas, kemampuan dan pengalaman pekerja, serta respon emosional terhadap situasi yang ada. Workload tidak akan bisa melebihi 100% karena tidak mungkin manusia dapat mengerjakan pekerjaan untuk lebih dari 1 orang. Tetapi task load dapat melebihi 100% apabila


waktu yang diberikan terlalu sedikit atau kebutuhan performa yang dibutuhkan terlalu tinggi. Beban kerja yang dialami karyawan secara umum terbagi menjadi dua, yaitu:

v  Beban kerja kuantitatif, bila diukur akan menunjukkan jumlah pekerjaan yang harus dikerjakan dalam jam kerja tertentu, tekanan kerja, dan sebagainya. Contohnya adalah seorang sekretaris yang harus bisa menyelesaikan berbagai pekerjaan yang diberikan dalam waktu tertentu

v  Beban kerja kualitatif, berhubungan dengan mampu tidaknya pekerja melaksanakan pekerjaannya. Contohnya adalah mampu tidaknya seorang guru bertanggung jawab atas keselamatan muridnya selama di sekolah. (Koesomowidjojo, 2017)

c.       Workload Analysis

 

Workload analysis atau bisa disebut juga dengan workload measurement adalah proses menetapkan jumlah jam kerja sumber daya manusia yang bekerja, digunakan, dan dibutuhkan dalam . Workload analysis atau analisis beban kerja (ABK) dilakukan sehingga perusahaan dapat mengetahui dan menghitung atau memperkirakan tingkat optimalisasi dari jumlah dan komposisi tenaga kerja. Analisis beban kerja dapat membantu perusahaan untuk meminimalisir kelelahan akibat beban kerja yang tidak sesuai dengan kondisi fisik dan mental pekerja. Kelelahan pekerja apabila terus meningkat dapat mengakibatkan kemampuan fisik dan mental yang terus menurun dan mengakibatkan berkurangnya kapasitas kerja serta produktivitas dari pekerja. Kemampuan fisik dan mental yang terus menurun dapat mengakibatkan meningkatnya kesalahan kerja dan pada puncaknya meningkatkan peluang terjadinya kecelakaan kerja. Penyusunan kebutuhan karyawan memiliki 5 langkah, yaitu:

v  Mengetahui tugas dan fungsi setiap karyawan

v  Menganalisa jabatan dengan tujuan mengetahui uraian jabatan, tugas, dan wewenang pekerja pada jabatan tersebut

v  Melakukan analisis beban kerja


v  Menghitung kebutuhan karyawan

v  Memetakan jabatan dan beban kerja per jabatan yang ada (Koesomowidjojo, 2017)

Analisis beban kerja menggunakan metode membandingkan beban kerja dengan jam kerja efektif. Beban kerja tersebut diperoleh dari hasil perkalian antara besarnya volume kerja dengan norma waktu. Norma waktu adalah besarnya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dalam kondisi normal dan volume kerja adalah banyaknya suatu pekerjaan dalam satuan waktu tertentu. Perhitungan kebutuhan jumlah pekerja akan didasarkan pada analisis beban kerja, persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

 

Jumlah kebutuhan pegawai = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎

𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓

 

Hasil perhitungan dengan menggunakan beban tersebut akan digunakan untuk analisa lebih lanjut, yaitu dengan melakukan perhitungan efektivitas dari suatu pekerjaan/jabatan yang ada. Perhitungan ini digunakan untuk melihat seberapa besar efektivitas dari orang yang ada dalam suatu posisi. Persamaan untuk perhitungan efektivitas jabatan adalah sebagai berikut:

 

Efektivitas Jabatan (E) =                       𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝐽𝑎𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑂𝑟𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑎𝑙𝑎𝑚 𝐽𝑎𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑥 𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓

 

Besarnya efektivitas kerja ini nantinya akan digunakan untuk menilai prestasi kerja dari jabatan tersebut. Prestasi kerja ini nantinya akan digunakan untuk meninjau ulang apakah jumlah orang yang ada dalam jabatan tersebut perlu untuk dikurangi atau ditambah atau sudah mencukupi. Penilaian prestasi kerja berdasarkan efektivitas jabatan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini (Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 12 Tahun 2008)


Tabel Penilian Prestasi Kerja (Peraturan Menteri Dalam Negeri No.12

Tahun 2008

 

 

Nilai EJ

Kategori

>1

A (Sangat Baik)

0.9 < x <1

B (Baik)

0.7 < x < 0.89

C (Cukup)

0.5 < x < 0.69

D (Sedang)

0.5 >

E (Kurang)

 

 

C.     Manajemen Produktivitas

 

Istilah produktivitas muncul pertama kali pada tahun 1966 dalam suatu masalah yang di susun oleh sarjana ekonomi prancis bernama Quesnay, teteapi menurut (Sumarsono 2003) Walter Aigner filosofi dan spirit tentang produktivitas sudah ada sejak mulai peradaban manusia karena makna dari prodktivitas adalah keinginan serta upaya manusia untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan disegala bidang. Produktivitas adalah perbandingan antara output dengan input jika produktivitas naik. Ini hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efisiensi (waktu, bahan, tenaga) dan sistem kerja, teknik produksi dan adanya peningkatan keterampilan dari tenaga kerja (Hasibun 2005). Lain halnya menurut (Zainun 2004) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya semangat kerja karyaan dalam suatu organisasi yaitu : komunikasi, kepuasan kerja, partisipasi, motivasi, dan kepemimpinan. Menurut (Blocher Chen Lin 2000) Produktivitas adalah hubungan antara berapa output yang dihasilkan dan berapa input yang dibutuhkan untuk memproduksi output tersebut. Sedangkan menurut (Sedarmayanti 2004) Produktivitas tidak lain dari pada berbicara mengenai tingkah laku manusia atau individu, yaitu tingkah laku produktivitasnya. Lebih khusus lagi di bidang kerja atau organisasi kerja.

Dari semua istilah menurut pakar ilmuan diatas bahwasannya produktivitas adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menghasilkan barang dan jasa


dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia secara maksimal sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas suatu pekerjaan. Rumus produktivitas sendiri sebagai berikut :

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑀𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙��𝑎𝑛 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡

𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑀𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡

 

a.      Pengukuran Produktivitas

 

Pengukuran produktivitas merupakan suatu alat manajemen yang penting disemua tingkatan ekonomi. Pengukuran produktivitas berhubungan dengan perubahan produktivitas sehingga usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitas dapat dievaluasi. Pengukuran dapat juga bersifat propektif dan sebagai masukan untuk pembuatan keputusan strategik. Pengukuran produktivitas adalah penilaian kuantitatif atas perubahan produktivitas. Tujuan pengukuran ini adalah untuk menilai apakah efisiensi produktif meningkat atau menurun. Hal ini berguna sebagai informasi untuk mentusun strategi bersaing dengan prusahaan lain. Menurut (Blocher, et al., 2007) menjelaskan bahwa ukuran produktivitas bisa dilihat dengan dua cara yaitu produktivitas operasional dan produktivitas finansial. Produktivitas opersional adalah rasio unit output terhadap unit inputBaik pembilang maupun penyebutnya merupakan ukuran fisik (dalam unit). Menurut (Basu Swasta, 2002) produktivitas merupakan salah satu alat ukur bagi perusahaan dalaam menilai prestasi kerja yang dicapai karyawannya. Produktivitas adalah sebuah konsep yang menggambarkan hubungan antara modal, tanah, energi yang dipakai untuk menghasilkan hasil tersebut. Produktivitas finansial juga merupakan rasio output terhadap input, tetapi angka pembilang atau penyebutnya dalam satuan mata uang (rupiah). Ukuran produktivitas tidak sama dengan efisiensi. Efisiensi merupakan ukuran dalam membandingkan penggunaan input yang direncanakan dengan realisasi penggunaan masukan. Jika masukan yang sebenarnya digunakan makin besar penghematannya maka tingkat efisiensi semakintinggi. Menurut (Hasibuan, 2005) produktivitas merupakan perbandingan antara keluaran dan masukan serta mengutamakan cara pemanfaatan baik terhadap sumber sumber dalam memproduksi suatu barang atau jasa.


Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pribadi yang produktif menggambarkan potensi, presepsi dan kreativitas seseorang yang senantiasa ingin menyumbangkan kemampuannya agar bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.

Secara teknis, produktivitas merupakan suatu perbandingan antara output dengan input. Formula produktivitas dapat dinyatakan sebagai berikut:

 

Rasio Produktivitas = 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡

𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡

 

Seseorang karyawan dinilai produktif apabila menghasilkan Output yang lebih besar dari karyawan lainnya untuk satuan waktu yang sama. Dan dapat juga dikatakan bahwa karyawan menunjukkan tingkat produktivitas yang ditentukan dalam satuan waktu yang lebih singkat.

Adapun Tipe Tipe Dasar Pengukuran Produktivitas Menurut (Blocher, et al., 2007) Pengukuran produktivitas melalui pendekatan rasio output per input adalah pengukuranyang paling sederhana dan mampu menghasilkan tiga ukuran produktivitas sebagai berikut.

v  Produktivitas Parsial (Partial Productivity)

Sering juga disebut produktivitas faktor tunggal (single factor productivity), yaitu. menunjukan produktivitas faktor tertentu yang digunakan untuk menghasilkan keluaran. Faktor tersebut hanya berupa hal berikut.

a)        Produktivitas bahan baku = berdasarkan rasio output terhadap input bahan baku.

b)       Produktivitas tenaga kerja = berdasarkan rasio output terhadap input tenaga kerja.

c)        Produktivitas material = berdasarkan rasio output terhadap input material.

d)         Produktivitas energi = berdasarkan rasio, output terhadap input energi.

e)        Produktivitas modal = rasio output terhadap input modal. Rumus Produktivitas Parsial sebagai berikut. Produktivitas bahan baku = Keluaran / Input bahan baku


v  Produktivitas Multifaktor (Multi Factor Productivity)

Menunjukan produktivitas output bersih terhadap banyaknya input modal dan tenaga kerja yang digunakan. Output bersih (net-output) adalah output total dikurangi output dalam proses produksi. Jenis input yang digunakan dalam pengukuran ini hanya faktor tenaga kerja dan modal saja. Rumus Produktivitas Multifaktor adalah sebagai berikut.

Produktivitas Multi Faktor = Keluaran / Beberapa masukan

 

v  Produktivitas Total (Total Factor Productivity)

Produktivitas ini menunjukkan produktivitas dari semua faktor yang digunakan untuk menghasilkan output. Faktor tersebut adalah bahan baku, tenaga kerja, energi, modal, dan lainlainnya. Rumus Produktivitas Total sebagai berikut :

 

Produktivitas Total = Total keluaran / total masukan


𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘

𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 + 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑘𝑢 + 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 + 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙

 

 

b.      Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas

 

Menurut (Siagian, Sondang P 2003) untuk mencapai tingkat produktivitas yang tinggi, suatu perusahaan dalam proses produksi tidak hanya memebutuhkan bahan baku dan tenaga kerja saja, tapi juga harus didukung faktor faktor lainnya. Antara lain :

v  Pendidikan

v  Pelatihan

v  Penilaian prestasi kerja

v  Sistem imbalan

v  Motivasi

v  Kepuasan kerja.

 

Sedangkan untuk mendukung pendapat siagian, Wana Nusa dalam Sumarsono Sonny 2003 mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengarui produktivitas


yaitu : pendidikan, ketrampilan, disiplin, sikap dan etika kerja, hubungan industrial, gizi kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan lingkungan dan iklim kerja.

Adapun faktor yang mempengaruhi produktivitas dalam perusahaan, menurut (Payaman J. Simanjutak 2003) dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu yang pertama menyangkut kualitas dan kemampuan fisik karyawan seperti tingkat pendidikan, latihan, etos kerja, dan motivasi kerja. Yang kedua sarana pendukung, seperti lingkungan kerja yang meliputi produksi, peralatan dan sarana produksi, kesejahteraan kerja dan kesejahteraan karyawan. Menurut (Ambar Teguh Sulistiyani dan Rosidah 2003), mengatakan bahwa beberapa faktor yang menentukan besar kecilnya produktivitas, antara lain :

v  Knowledge, merupakan akumulasi hasil proses pendidikan baik yang diperoleh secara formal maupun non formal.

v  Skills, kemampuan dan penguasaan teknis oprasional mengenai bidang tertentu, yang bersifat kekaryaan.

v  Abilities, kemampuan terbentuk dari sejumlah kompetensi yang dimiliki oleh seorang pegawai.

v  Atitude, suatu kebiasaan yang terpolahkan. Jika kebiasaan yang terpolahkan tersebut memiliki implikasi positif dalam hubungannya dalam prilaku kerja seseorang maka akan menguntungkan.

v  Behaviors, perilaku manusia akan ditentukan oleh kebiasaan kebiasaan yang telah tertanam dalam diri pegawai sehingga dapat mendukung kerja yang efektif atau sebaliknya.

c.       Program-Program Peningkatan Produktivitas

 

Adapun program-program peningkatan produktivitas kerja yang paling penting antara lain dengan cara:

v  Pemberian insentif

Program peningkatan produktivitas kerja dapat ditandai dengan adanya pemberian tunjangan kepada para pegawai yang mempunyai prestasi kerja yang


tinggi. Dimana pemberian ini didasarkan atau ditentukan andilnya terhadap produktivitas.

v  Kepuasan kerja

Persoalan peningkatan kepuasan kerja merupakan hal kompleks. Maka diperlukan penyusunan kembali yang menyangkut penggandaan pekerjaan dan perluasan tenaga kerja.

v  Pengawasan melekat

Pengawasan melekat terdiri dari pengawasan atasan langsung oleh sistem pengendalian manajemen. Dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja pegawai, maka pengawasan atasan langsung dan sistem pengendalian manajemen harus dapat dilaksanakan secara intensif pada suatu organisasi atau perusahaan, supaya pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai serta lancarnya kegiatan organisasi dapat segera diketahui, sehingga bila terjadi penyimpangan dari tujuan yang ditentukan, maka akan segera diketahui tindakan perbaikan.

D.     Masalah Kompensasi

 

Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima baik berupa fisik maupun non fisik. Kompensasi juga berarti seluruh imbalan yang diterima oleh seorang pekerja/karyawan atas jasa atau hasil dari pekerjaannya dalam sebuah perusahaan dalam bentuk uang atau barang, baik secara langsung maupun tidak langsung. Istilah ini amat sangat berhubungan dengan imbalan finansial (financial reward) yang diberikan kepada seseorang atas dasar hubungan pekerjaan.

a.      Rencana-Rencana Upah Insensif

 

Menurut Heidjrahman Ranupandojo dan Suad Husnan (1984 : 1) : Insentif adalah pengupahan yang memberikan imbalan yang berbeda karena memang prestasi yang berbeda. Dua orang dengan jabatan yang sama dapat menerima insentif yang berbeda karena bergantung pada prestasi. Insentif adalah suatu bentuk dorongan finansial kepada karyawan sebagai balas jasa perusahaan kepada karyawan atas prestasi karyawan tersebut. Insentif merupakan sejumlah uang yang di tambahkan pada upah dasar yang di berikan perusahaan kepada karyawan. Menurut Nitisemito (1996:165), insentif


adalah penghasilan tambahan yang akan diberikan kepada para karyawan yang dapat memberikan prestasi sesuai dengan yang telah ditetapkan. Menurut Pangabean (2002 : 93, Insentif adalah kompensasi yang mengaitkan gaji dengan produktivitas. Insentif merupakan penghargaan dalam bentuk uang yang diberikan kepada mereka yang dapat bekerja melampaui standar yang telah ditentukan.

Adapun tujuan pemberian insentif paling utama adalah untuk memberikan tanggungjawab dan dorongan kepada karyawan. Insentif menjamin bahwa karyawan akan mengarahkan usahanya untuk mencapai tujuan organisasi. Sedangkan tujuan utama pemberian insentif adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja individu maupun kelompok. Secara lebih spesifik tujuan pemberian Insentif dapat dibedakan dua golongan yaitu:

v  Bagi perusahaan

Tujuan dari pelaksanaan insentif dalam perusahaan khususnya dalam kegiatan produksi adalah untuk meningkatkan produkstivitas kerja karyawan dengan jalan mendorong/merangsang agar karyawan :

ü  Bekerja lebih bersemangat dan cepat.

ü  Bekerja lebih disiplin.

ü  Bekerja lebih kreatif.

v  Bagi Karyawan

Dengan adanya pemberian insentif karyawan akan mendapat keuntungan :

ü  Standar prestasi dapat diukur secara kuantitatif.

ü  Standar prestasi di atas dapat digunakan sebagai dasar pemberian balas jasa yang diukur dalam bentuk uang.

ü  Karyawan harus lebih giat agar dapat menerima uang lebih besar.

 

Adapun jenis-jenis Insensif adalah:

 

v  Finansial insentif

Merupakan dorongan yang bersifat keuangan yang bukan saja meliputi gaji-gaji yang pantas. Tetapi juga termasuk didalamnya kemungkinan memperoleh bagian


dari keuntungan perusahaan dan soal-soal kesejahteraan yang meliputi pemeliharaan jaminan hari tua, rekreasi, kesehatan dan lain-lain.

v  Non finansial insentif.

Ada 2 elemen utama dari non finansial insentif, yaitu :

ü  Keadaan pekerjaan yang memuaskan yang meliputi tempat kerja, jam kerja, tugas dan rekan kerja.

ü  Sikap pimpinan terhadap keinginan masing-masing karyawan seperti jaminan pekerjaan, promosi, keluhan-keluhan, hiburan-hiburan dan hubungan dengan atasan.

Adapun jenis rencana Insensif secara umum adalah:

v  Program insentif individual memberikan pemasukan lebih dan di atas gaji pokok kepada karyawan individual yang memenuhi satu standar kinerja individual spesifik. Bonus di tempat diberikan, umumnya untuk karyawan individual, atas prestasi yang belum diukur oleh standar, seperti contoh mengakui jam kerja yang lama yang digunakan karyawan tersebut bulan lalu.

v  Program insentif kelompok adalah seperti rencana insentif individual namun memberi upah lebih dan di atas gaji pokok kepada semua anggota tim ketika kelompok atau tim secara kolektif mencapai satu standar yang khusus kinerja, produktivitas atau perilaku sehubungan dengan kerja lainnya.

v  Rencana pembagian laba secara umum merupakan program insentif di seluruh organisasi yang memberikan kepada karyawan satu bagian (share) dari laba organisasi dalam satu periode khusus.

v  Program pembagian perolehan (gain sharing) adalah rencana upah di seluruh organisasi yang dirancang untuk memberi imbalan kepada karyawan atas perbaikan dalam produktivitas organisasi.

Adapun proses pemberian insensif adalah:

 

v  Proses Pemberian Insentif berdasarkan kelompok

v  Proses Pemberian Insentif berdasarkan perorangan


Rencana insentif individu bertujuan untuk memberikan penghasilan tambahan selain gaji pokok bagi individu yang dapat mencapai standar prestasi tertentu. Sedangkan insentif akan diberikan kepada kelompok kerja apabila kinerja mereka juga melebihi standar yang telah ditetapkan (Panggabean, 2002 :90-91).

Menurut Oangabean (2002:91) Pemberian insentif terhadap kelompok dapat diberikan dengan cara:

ü  Seluruh anggota menerima pembayaran yang sama dengan yang diterima oleh mereka yang paling tinggi prestasi kerjanya.

ü  Semua anggota kelompok menerima pembayaran yang sama dengan pembayaran yang diterima oleh karyawan yang paling rendah prestasinya.

ü  Semua anggota menerima pembayaran yang sama dengan rata-rata pembayaran yang diterima oleh kelompok.

Menurut Dessler (1997:154-157), insentif juga dapat diberikan kepada seluruh organisasi, tidak hanya berdasarkan insentif individu atau kelompok. Rencana insentif seluruh organisasi ini antara lain terdiri dari:

ü  Profit sharing plan, yaitu suatu rencana di mana kebanyakan karyawan berbagi laba perusahaan

ü  Rencana kepemilikan saham karyawan, yaitu insentif yang diberikan oleh perusahaan dimana perusahaan menyumbang saham dari stocknya sendiri kepada orang kepercayaan di mana sumbangan-sumbangan tambahan dibuat setiap tahun. Orang kepercayaan mendistribusikan stock kepada karyawan yang mengundurkan diri (pensiun) atau yang terpisah dari layanan.

ü  Rencana Scanlon, yaitu suatu rencana insentif yang dikembangkan pada tahun 1937 oleh Joseph Scanlon dan dirancang untuk mendorong kerjasama, keterlibatan dan berbagai tunjangan.

ü  Gainsharing plans, yaitu rencana insentif yang melibatkan karyawan dalam suatu usaha bersama untuk mencapai sasaran produktivitas dan pembagian perolehan.


Adapun syarat pemberian upah insentif agar mencapai tujuan dari pemberian insentif adalah:

v  Sederhana, peraturan dari sistem insentif harus singkat, jelas dan dapat dimengerti.

v  Spesifik, karyawan harus mengetahui dengan tepat apa yang diharapkan untuk mereka lakukan.

v  Dapat dicapai, setiap karyawan mempunyai kesempatan yang masuk akal untuk memperoleh sesuatu.

v  Dapat diukur, sasaran yang dapat diukur merupakan dasar untuk menentukan rencana insentif. Program dolar akan sia-sia (dan program evaluasi akan terhambat), jika prestasi tertentu tidak dapat dikaitkan dengan dolar yang dibelanjakan.

Menurut Heidjrahman Ranupandojo dan Suad Husnan (1990 : 163) sifat dasar pengupahan agar proses pemberian insentif berhasil:

v  Pembayaran hendaknya sederhana sehingga dapat dimengerti dan dihitung oleh karyawan itu sendiri.

v  Penghasilan yang diterima karyawan seharusnya langsung menaikkan output.

v  Pembayaran dilakukan secepat mungkin.

v  Standar kerja ditentukan dengan hati-hati. Standar kerja yang terlalu tinggi maupun rendah dapat berakibat buruk.

v  Besarnya upah normal dengan standar jam kerja hendaknya cukup merangsang pekerja untuk bekerja lebih giat.

E.      Peramalan Permintaan Akan Produk dan Jasa

 

Peramalan merupakan suatu untuk meramalkan keadaan di masa mendatang melalui pengujian keadaan di masa lalu. Sedangakan peramalan permintaan merupakan tingkat permintaan produk atau jasa yang diharapkan akan terealisasi untuk jangka waktu tertentu pada masa yang akan datang. Peramalan terbagi atas tiga kategori yaitu peramalan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.


a.      Metode-Metode Peramalan

 

Metode peramalan ialah suatu cara mengestimasi atau memperkirakan dengan kuantitatif ataupun kualitatif apa yang terjadi di masa depan menurut data yang relevan di masa lalu. Penggunaan metode peramalan ini yaitu untuk memprediksi dengan sistematis dan pragmatis atas dasar data yang relevan di masa lalu. Dengan demikian metode peramalan bisa memberikan objektivitas yang lebih besar. Adapun jenis metode peramalan, antara lain sebagai berikut:

v  Metode peramalan yang berdasar pada pemakaian analisa keterkaitan antar variabel yang diperkirakan dengan variabel waktu dengan deret berkala (time series). Berikut metode peramalah di dalam analisa deret waktu:

ü  Metode Smoothing

ü  Metode Box Jenkins

ü  Metode Proyeksi Trend dengan Regresi

v  Metode peramalan yang berdasar pada pemakaian analisis pola hubungan antar variabel yang hendak diperkirakan dengan variabel lain yang menjadi pengaruh, yang bukan waktu disebut Metode Korelasi atau sebab akibat (metode causal). Metode peramalan yang ada pada causal methods yaitu:

ü  Metode Regresi dan Korelasi

ü  Model Input Output

ü  Model Ekonometri

 

Selain metode yang telah di sebutkan sebelumnya, terdapat pula metode kualitatif. Metode kualitatif sangat mendekati tingkat akurasi data actual dibandingkan dengan metode lainnya. Pada dasarnya metode ini memiliki sifat yang subjektif sebab sangat di pengaruhi oleh intuisi, emosi, pendidikan serta pengalaman seseorang sehingga hasil peramalan kualitatif dari tiap orang akan berbeda beda.


Teknik atau metode dalam peramalan kualitatif adalah sebagai berikut:

 

v  Juri dari Opini Eksekutif

Di dalam metode ini, diambil berdasarkan opini atau pendapat dari sekelompok kecil top manajer baik itu manajer pemasaran, manajer produksi, manajer teknik, manajer keuangan dan manajer logistic yang seringkali di gabungkan dengan model statistik.

v  Gabungan Tenaga Penjualan

Untuk setiap tenaga penjualan meramalkan tingkat penjualan di daerahnya masing masing yang pada akhirnya akan di gabungkan pada tingkat provinsi serta nasional guna mencapai ramalan secara keseluruhan.

v  Metode Delphi

Metode ini melakukan penyebaran serangkaian kuisioner yang akan disebarkan kepada tiap responden yang kemudian jawabannya akan di sederhanakan sebelum di berikan kepada para ahli untuk dibuatkan peramalannya. Metode ini tentunya akan memakan banyak waktu sebab melibatkan banyak pihak seperti bagian yang membuatkan kuisioner, mengirimkan kuisioner serta merangkum hasil sebelu di serahkan kepada para ahli untuk di analisa. Namun metode ini memiliki keuntungan yaitu lebih akurat serta lebih professional sehingga berpeluang besar akan mendekati aktualnya.

v  Survei Pasar (Market Survey)

Metode ini mendapatkan masukan dari konsumen yang berpengaruh terhadap rencana pembelian saat periode yang sedang diamati. Survei dapat dilakukan dengan menggunakan kuisioner, telepon atau dengan melakukan wawancara langsung.

b.      Proses Peramalan

Adapun proses peramalan adalah sebagai berikut:

1.      Penentuan tujuan

Pada tahap ini penentuan tujuan dari setiap peramalan harus disebutkan secara tertulis, formal dan eksplisit. Sebelum membuat suatu ramalan kita harus bertanya lebih dahulu mengapa peramalan tersebut dibutuhkan dan bagaimana menggunakan hasil ramalan tersebut. Peramalan disisipkan sedemikian rupa


sehingga manajemen dapat membuat keputusan-keputusan yang tepat mengenai alokasi sumber daya yang ada sekarang dan oleh karena itu si pembuat ramalan harus memahami kegunaan-kegunaan dari proyeksi-proyeksi manajerial yang telah ditetapkan.

2.      Pemilihan Teori Yang Relevan

Setelah tujuan peramalan ditetapkan, langkah berikutnya adalah menentukan hubungan teoritis yang menentukan perubahan-perubahan variabel yang diramalkan. Suatu teori yang tepat guna akan selalu membantu seorang peramal dalam mengidentifikasi setiap kendala yang ada untuk dipecahkan dan dimasukkan ke dalam proses peramalan.

3.      Pencarian Data Yang Tepat

Tahap ini biasanya merupakan tahap yang cukup rumit dan seringkali merupakan tahap yang paling kritikal karena tahap-tahap berikutnya dapat dilakukan atau tidak tergantung pada relevansi data yang diperoleh tersebut.

4.      Analisis Data

Pada tahap ini dilakukan penyeleksian data karena dalam proses peramalan seringkali kita mempunyai data yang berlebihan atau bisa juga terlalu sedikit. Beberapa data mungkin tidak relevan dengan masalah yang akan kita analisis sehingga mungkin dapat mengurangi akurasi dari peramalan. Data yang lain mungkin tepat guna tetapi hanya untuk beberapa periode waktu saja.

5.      Pengestimasian model awal

Tahap ini adalah tahap di mana kita menguji kesesuaian (fitting) data yang telah kita kumpulkan ke dalam model peramalan dalam artian meminimumkan kesalahan peramalan. Semakin sederhana suatu model biasanya semakin baik model tersebut dalam artian bahwa model tersebut mudah diterima oleh para manajer yang akan membuat proses pengambilan keputusan perusahaan.

6.      Evaluasi dan Revisi Model

Sebelum kita melakukan penerapan secara aktual, suatu model harus diuji lebih dahulu untuk menentukan akurasi, validitas dan keandalan yang diharapkan. Jika berbagai uji keandalan dan akurasi telah diterapkan pada model


tersebut, mungkin revisi perlu dilakukan dengan memasukkan faktor-faktor kausal dalam model tersebut.

7.      Penyajian Ramalan Sementara Kepada Manajemen

Demi keberhasilan suatu peramalan, maka dibutuhkan input dari manajemen. Pada tahap ini dibutuhkan penyesuaian-penyesuaian jugdemental untuk melihat pengaruh dari resesi suatu perekonomian, pengaruh perubahan inflasi, kemungkinan pemogokan tenaga kerja atau perubahan kebijakan pemerintah dan sebagainya.

8.      Revisi Terakhir

Seperti telah dikemukakan tidak ada ramalan yang bersifat statis. Penyiapan suatu ramalan yang baru akan dilakukan tergantung pada hasil evaluasi tahap- tahap sebelumnya.

9.      Pendistribusian Hasil Peramalan

Pendistribusian hasil peramalan kepada manajemen harus pada waktu tepat dan dalam format yang konsisten. Jika tidak, nilai ramalan tersebut akan berkurang. Peramal harus menentukan siapa yang harus menerima hasil ramalan tersebut, tingkat kerincian ramalan sesuai dengan para penggunanya dan berapa kali para penggunanya harus diberikan dan diperbaiki. Setelah itu peramal harus selalu melakukan diskusi dengan para pengguna ramalan tersebut berkenaan dengan kegunaan dari informasi peramalan tersebut

10.  Penetapan Langkah Pemantauan

Suatu kegiatan peramalan yang baik membutuhkan penetapan langkah- langkah pemantauan untuk mengevaluasi peramalan ketika sedang berlangsung dan langkah pematauan yang memungkinkan seorang peramal untuk mengantisipasi perubahan yang tak terduga. Peramalan harus dibandingkan dengan hasil aktual untuk mengetahui akurasi metodologi yang digunakan. Evaluasi pada tahap ini harus dipandang sebagai suatu proses pengendalian dan merupakan langkah yang diperlukan untuk menjaga keandalan estimasi masa datang. Jika ramalan meleset, seorang harus mencari apa sebabnya dan segera memperbaikinya.


c.       Teknik-Teknik Peramalan

 

Teknik peramalan merupakan cara memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa mendatang secara sistematis dan pragmatis atas dasar data yang relevan pada masa yang lalu, sehingga dengan demikian teknik peramalan diharapkan dapat memberikan objectivitas yang lebih besar. Teknik peramalan memberikan cara pengerjaan yang teratur dan terarah, dengan demikian dapat dimungkinkan pengguna teknik-teknik pengaalisisan yang lebih maju, yang dapat diharapkan memberikan tingkat kepercayaan atau keyakinan yang lebih besar, karana dapat diuji dan dibuktikan penyimpangan atau deviasi yang terjadi secara ilmiah. Secara umum teknik permalan dibagi atas 2 kategori yaitu:

v  Teknik kualitatif. Teknik ini lebih menekankan pada keputusan-keputusan hasil diskusi pendapat pribadi seseorang, dan intuisi yang meskipun kelihatannya kurang ilmiah tetapi dapat memberikan hasil yang baik. Metode ini dibagi menjadi 2 yakni

ü  Teknik eksploritas

ü  Teknik normati

v  Teknik kuantitatif

Merupakan prosedur peramalan yang mengikuti aturan-aturan matematis dan statistik dalam menunjukan hubungan antara permintaan dengan satu atau lebih variabel yang mempengaruhinya. Peramalan kuantitatif mengasumsikan bahwa tingkat keeratan dan macam dari hubungan antara variabel-variabel bebas dengan permintaan yang terjadi pada masa lalu akan berulang pada masa akan datang.

d.      Prosedur Peramalan

Dalam melakukan peramalan terdiri dari beberapa prosedur yaitu:

v  Mendefinisikan Tujuan Peramalan

Misalnya peramalan dapat digunakan selama masa pra-produksi untuk mengukur tingkat dari suatu permintaan.

v  Membuat diagram pencar (Plot Data)

Misalnya memplot demand versus waktu, dimana demand sebagai ordinat (Y) dan waktu sebagai axis (X).


v  Memilih model peramalan yang tepat

Melihat dari kecenderungan data pada diagram pencar, maka dapat dipilih beberapa model peramalan yang diperkirakan dapat mewakili pola tersebut.

v  Melakukan peramalan

v  Menghitung kesalahan ramalan (forecast error)

Keakuratan suatu model peramalan bergantung pada seberapa dekat nilai hasil peramalan terhadap nilai data yang sebenarnya. Perbedaan atau selisih antara nilai aktual dan nilai ramalan disebut sebagai “kesalahan ramalan (forecast error)” atau deviasi yang dinyatakan dalam:

et = Y(t) Y’(t)

Dimana : Y(t) = Nilai data aktual pada periode t Y’(t) = Nilai hasil peramalan pada periode t

t       = Periode peramalan

Maka diperoleh Jumlah Kuadrat Kesalahan Peramalan yang disingkat SSE (Sum of Squared Errors) dan Estimasi Standar Error (SEE Standard Error Estimated)

SSE = S e(t)2 = S[Y(t)-Y’(t)]2

v  Memilih Metode Peramalan dengan kesalahan yang terkecil.

Apabila nilai kesalahan tersebut tidak berbeda secara signifikan pada tingkat ketelitian tertentu (Uji statistik F), maka pilihlah secara sembarang metode-metode tersebut.

v  Melakukan Verifikasi

Untuk mengevaluasi apakah pola data menggunakan metode peramalan tersebut sesuai dengan pola data sebenarnya.

v  Memantau ramalan

Bila peramalan sudah selesai, yang paling adalah tidak melupakannya. Sangat jarang manajer yang ingin mengingat bila hasil ramalan mereka sangat tidak akurat, tetapi perusahaan perlu menentukan mengapa permintaan aktual (variabel yang diuji) secara signifikan berbeda dari yang diproyeksikan.

Salah satu cara untuk memantau peramalan guna menjamin keefektifannya adalah menggunakan isyarat arah (Tracking Signal) : adalah pengukuran tentang


sejauh mana ramalan memprediksi nilai aktual dengan baik isyarat Arah, dihitung sebagai jumlah kesalahan ramalan berjalan (running sum of the forecast error, RSFE) dibagi dengan deviasi absolut mean (MAD)

F.      Perhitungan Trend

Analisis trend merupakan suatu metode analisis yang ditujukan untuk melakukan suatu estimasi atau peramalan pada masa yang akan datang. Untuk melakukan peramalan dengan baik maka dibutuhkan berbagai macam informasi (data) yang cukup banyak dan diamati dalam periode waktu yang relatif cukup panjang, sehingga dari hasil analisis tersebut dapat diketahui sampai berapa besar fluktuasi yang terjadi dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terhadap perubahan tersebut. Secara teoristis, dalam analisis time series yang paling menentukan adalah kualitas atau keakuratan dari informasi atau data-data yang diperoleh serta waktu atau periode dari data-data tersebut dikumpulkan.

Jika data yang dikumpulkan tersebut semakin banyak maka semakin baik pula estimasi atau peramalan yang diperoleh. Sebaliknya, jika data yang dikumpulkan semakin sedikit maka hasil estimasi atau peramalannya akan semakin jelek.

a.      Kuadrat Terkecil

 

Untuk membahas analisis time series dengan metode kuadrat terkecil yang dibagi dalam dua kasus, yaitu kasus data genap dan kasus data ganjil. Secara umum persamaan garis linier dari analisis time series adalah : Y = a + b X.

Keterangan :

 

Y adalah variabel yang dicari trendnya dan X adalah variabel waktu (tahun). Sedangkan untuk mencari nilai konstanta (a) dan parameter (b) adalah :

a = ΣY / N Dan b =(ΣYx)/ΣX2

 

Metode Least Square (kuadrat terkecil) Metode ini paling sering digunakan untuk meramalkan y,karena perhitungannya lebih teliti. Rumus Mencari persamaan garis trendY’ = α+bx, α = (∑У)/n b =(∑Уx)/ ∑x^2 Untuk melakukan perhitungan


diperlukan nilai variabel waktu (x), jumlah nilai variable waktu adalah nol atau

∑x=0.

 

1.      Untuk n ganjil maka n= 2k+1 X k+1=0

v  Jarak antara 2 waktu diberi nilai satu satuan

v  Diatas 0 diberi tanda negatif ( - )

v  Dibawahnya diberi tanda positif ( + )

2.      Untuk n genap maka n =2k X1/2 [k+(k+1)]=0

v  Jarak antara 2 waktu diberi nilai dua satuan

v  Diatas 0 diberi tanda negatif ( - )

v  Dibawahnya diberi tanda positif ( + )

 

 

Cotoh Soal kasus data ganjil:

 

 

Tahun

Penjualan (Y)

X

XY

𝑿𝟐

1995

200

-4

-800

16

1996

245

- 3

-735

9

1997

240

-2

-480

4

1998

275

-1

-275

1

1999

285

0

0

0

2000

300

1

300

1

2001

290

2

580

4

2002

315

3

945

9

2003

310

4

1240

16

jumlah

2460

0

775

60

 

Jawaban:

Untuk mencari nilai a dan b adalah sebagai berikut :

 

a = 2.460 / 9 = 273,33

 

b = 775 / 60 = 12,92

 

Persamaan garis liniernya adalah : Y = 273,33 + 12,92 X

 

Dengan menggunakan persamaan tersebut, dapat diramalkan penjualan pada tahun 2010 adalah :


Y = 273,33 + 12,92 (untuk tahun 2010 nilai X adalah 11),

 

Sehingga : Y = 273,33 + 142,12 = 415,45

 

Artinya penjualan barang “X” pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 415.450 unit. Contoh soal kasus data genap:

Tahun

Penjualan (Y)

X

XY

𝑿𝟐

1995

200

-7

-1400

49

1996

245

- 5

-1225

25

1997

240

-3

-720

9

1998

275

-1

-275

1

1999

285

1

285

1

2000

300

3

900

9

2001

290

5

1450

25

2002

315

7

2205

49

jumlah

2150

0

1220

168

 

Jawaban:

 

Untuk mencari nilai a dan b adalah sebagai berikut :

 

a = 2.150 / 8 = 268,75

 

b = 1.220 / 168 = 7,26

 

Persamaan garis liniernya adalah : Y = 268,75 + 7,26 X

 

Dengan menggunakan persamaan tersebut, dapat diramalkan penjualan pada tahun 2008 adalah :

Y = 268,75 + 7,26 (untuk tahun 2008 nilai X adalah 19), sehingga : Y = 268,75 + 137,94

= 406,69. Artinya penjualan barang “X” pada tahun 2008 diperkirakan sebesar 406,69 atau 406.690 unit.

b.      Rata-Rata Bergerak

 

Pada dasarnya, Pengertian Moving Average atau Rata-rata bergerak adalah metode peramalan yang menghitung rata-rata suatu nilai runtut waktu dan kemudian digunakan


untuk memperkirakan nilai pada periode selanjutnya. Moving Average atau Rata-rata Bergerak diperoleh melalui penjumlahan dan pencarian nilai rata-rata dari sejumlah periode tertentu, kemudian menghilangkan nilai terlamanya dan menambah nilai baru.

Rumus rata-rata bergerak adalah:

MA = ΣX / Jumlah Periode Keterangan :

MA = Moving Average

ΣX = Keseluruhan Penjumlahan dari semua data periode waktu yang diperhitungkan Jumlah Periode = Jumlah Periode Rata-rata bergerak

Atau dapat ditulis dengan :

MA = (n1 + n2 + n3 + …) / n

Keterangan :

MA = Moving Average n1 = data periode pertama n2 = data periode kedua

n3 = data periode ketiga dan seterusnya n = Jumlah Periode Rata-rata bergerak Contoh Soal

Perusahaan PT. ZZYY yang bergerak di bidang manufakturing Ponsel ingin meramalkan penjualan Ponsel untuk bulan April dan Mei dengan menggunakan data bulanannya yang dimulai dari bulan Januari. Periode Rata-rata bergeraknya adalah 3 bulan. Berikut ini adalah cara dan hasil perhitungannya.

Bulan

Penjualan (unit)

Perkiraan (Unit)

Januari

22.500

-

Februari

37.500

-

Maret

30.500

-

April

?

 

Mei

?

 


Penyelesaianya:

 

Perkiraan Penjualan untuk bulan April adalah :

 

MA April = (22.500 + 37.750 + 30.000) / 3

 

MA April = 90.000 / 3 MA April = 30.000

Jadi perkiraan penjualan ponsel pada bulan April adalah sekitar 30.000 unit.

 

Kita dapat melanjutkan lagi untuk bulan Mei dengan menggunakan data perkiraan yang dihitung tersebut atau dengan menunggu hasil aktual pada bulan yang bersangkutan. Misalnya data aktual pada bulan April yang didapat adalah 35.000 unit, maka perhitungannya adalah sebagai berikut :

MA Mei = (37.500 + 30.000 + 35.000) / 3

 

MA Mel = 102.500 / 3 MA Mei = 34.167

Dengan perhitungan tersebut didapat bahwa perkiraan penjualan ponsel untuk Mei adalah sekitar 34.167 unit.

Catatan : Untuk perhitungan bulan Mei, Penjualan pada bulan Januari dihilangkan dan digantikan dengan hasil penjualan pada bulan April. Hal ini karena perhitungan Moving Average atau Rata-rata Bergerak kita adalah 3 bulanan. Kita dapat membuat tabel peramalan penjualan dengan tabel seperti berikut ini :


Bulan

Penjualan (unit)

Perkiraan (Unit)

Januari

22.500

-

Februari

37.500

-

Maret

30.500

-

April

35.000

30.000

Mei

?

34.000

 

 

G.     Analisis Regresi dan Korelasi

Analisis regresi merupakan salah satu analisis yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain. Dalam analisis regresi, variabel yang mempengaruhi disebut Independent Variable (variabel bebas) dan variabel yang dipengaruhi disebut Dependent Variable (variabel terikat). Jika dalam persamaan regresi hanya terdapat satu variabel bebas dan satu variabel terikat, maka disebut sebagai persamaan regresi sederhana, sedangkan jika variabel bebasnya lebih dari satu, maka disebut sebagai persamaan regresi berganda.

Analisis Korelasi merupakan suatu analisis untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara dua variabel. Tingkat hubungan tersebut dapat dibagi menjadi tiga kriteria, yaitu mempunyai hubungan positif, mempunyai hubungan negatif dan tidak mempunyai hubungan.

v  Contoh analisis Regresi

Berdasarkan hasil pengambilan sampel secara acak tentang pengaruh lamanya belajar (X) terhadap nilai ujian (Y) adalah sebagai berikut:

 

Nilai Ujian

X (Lama Belajar)

𝑿𝟐

XY

40

4

16

160

60

6

36

360

50

7

49

350

70

10

100

700

90

13

169

1.170

ΣY = 310

ΣX = 40

Σ 𝑿𝟐= 370

ΣXY= 2.740


Dengan menggunakan rumus regresi sederhana nilai a dan b akan diperoleh sebagai berikut :

a = [(ΣY . Σ 𝑋2 ) (ΣX . ΣXY)] / [(N . Σ 𝑋2) (ΣX)2]

 

a = [(310 . 370) (40 . 2.740)] / [(5 . 370) 402] = 20,4

 

b = [N(ΣXY) – (ΣX . ΣY)] / [(N . Σ 𝑋2) (ΣX)2]

 

b = [(5 . 2.740) (40 . 310] / [(5 . 370) 402] = 5,4

 

Sehingga persamaan regresi sederhana adalah Y = 20,4 + 5,2 X

 

Berdasarkan hasil penghitungan dan persamaan regresi sederhana tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa :

Ø  Lamanya belajar mempunyai pengaruh positif (koefisien regresi (b) = 5,2) terhadap nilai ujian, artinya jika semakin lama dalam belajar maka akan semakin baik atau tinggi nilai ujiannya;

Ø  Nilai konstanta adalah sebesar 20,4, artinya jika tidak belajar atau lama belajar sama dengan nol, maka nilai ujian adalah sebesar 20,4 dengan asumsi variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi dianggap tetap.

v  Contoh analisis korelasi

Sampel yang diambil secara acak dari 5 mahasiswa, didapat data nilai statistik dan matematika sebagai berikut:

Sampel

X

(Statistik)

Y

(Matematika)

XY

𝑿𝟐

𝒀𝟐

1

2

3

6

4

9

2

5

4

20

25

16

3

3

4

12

9

16

4

7

8

56

49

64

5

8

9

72

64

81

Jumlah

25

28

166

151

186


r = [(N . ΣXY) (ΣX . ΣY)] / √{[(N . ΣX2) (ΣX)2] . [(N . ΣY2) (ΣY)2]}

r = [(5 . 166) (25 . 28) / √{[(5 . 151) – (25)2] . [(5 . 186) (28)2]} = 0,94

 

Nilai koefisien korelasi sebesar 0,94 atau 94 % menggambarkan bahwa antara nilai statistik dan matematika mempunyai hubungan positif dan hubungannya erat, yaitu jika mahasiswa mempunyai nilai statistiknya baik maka nilai matematikanya juga akan baik dan sebaliknya jika nilai statistik jelek maka nilai matematikanya juga jelek.

H.     Analisis Break Even Contoh soal

PT. Laksamana Raja di Laut memiliki data biaya dan rencana produksi seperti berikut ini :

v  Biaya Tetap sebulan adalah sebesar Rp140.000.000,00 yaitu terdiri dari :

ü  Biaya Gaji Pegawai + Pemilik = Rp75.000.000,00

ü  Biaya Penyusutan Mobil Kijang = Rp1.500.000,00

ü  Biaya Asuransi Kesehatan = Rp15.000.000,00

ü  Biaya Sewa Gedung Kantor = Rp18.500.000,00

ü  Biaya Sewa Pabrik = Rp30.000.000,00

v  Biaya Variabel per Unit Rp. 75,000.00 yaitu terdiri dari :

ü  Biaya Bahan Baku = Rp35.000,00

ü  Biaya Tenaga Kerja Langsung = Rp25.000,00

ü  Biaya Lain = Rp15.000,00

v  Harga jual per unit Rp. 95.000,00

v  Kapasitas produksi penuh 15.000 unit

 

Dari data PT. Laksamana Raja di Laut tersebut dapat dihitung (break Even Point (BEP) sebagai berikut:


Metode persamaan

 

BEP (Rupiah) =                a


 

 

Di mana:

 

BEP (Rupiah) = Break Even Point dalam Rupiah a = Biaya Tetap

bx = Biaya Variabel per Unit x Kapasitas produksi Penuh px = Harga Jual per Unit x Kapasistas Produksi Penuh BEP (Rupiah) =           140.000,000.00

1 -

 

 

 

 

 

140.000,000.00

1,125,000,000.00

 

1,425,000,000.00

 
= 1-

 

 

 

 

 

=            140,000,000.00

 

1- 0,79

 

=         140,000,000.00

 

0,21

 

= 665,000,000.00


BEP (Unit) =                  a p-b

Di mana :

 

BEP (Unit) = Break Even Point dalam Unit a = Biaya Tetap

b = Biaya Variabel per Unit p = Harga Jual per Unit

BEP (Unit) =         140,000,000.00

 

95.000 75. 000

 

=          140,000,000.00

 

20.000

 

= 7000 Unit

 

Nah, adapun dalam menentukan titik Break Even Point (BEP) menggunakan metode grafis dapat dilakukan dengan beberapa langkah yaitu:

v  Tentukan sumbu x (harga) dan sumbu y (produksi).

v  Gambarkan garis biaya tetap

v  Gambarkan garis biaya variable yang diawali pada posisi biaya tetap

v  Gambarkan garis penjualan yang dimulai dari tiitk nol

v  Perpotongan antara garis biaya variable dengan garis penjualan adalah titik BEP. Dalam kasus ini terdapat data-data sebagai berikut:

Biaya tetap : Rp 140.000.000,00 Biaya variabel/unit : Rp 75.000,00 Harga jual per unit : Rp 95.000,00 Kapasitas Penuh : 15.000 unit


Maka dapat digambarkan Break Even Poin (BEP) dalam bentuk grafis sebagai berikut:


 

 

 

Keterangan:

 

FC : Biaya Tetap dalam produksi penuh VC : Biaya Variabel dalam produksi penuh S : Penjualan dalam produksi penuh


 

I.        Manajemen Persediaan

a.      Jenis-Jenis Persediaan Fisik

v  Persediaan bahan baku

Persediaan bahan baku mengacu pada barang yang digunakan untuk membuat produk atau persediaan perusahaan. Dengan kata lain, mereka adalah bahan yang dibutuhkan untuk memproduksi berbagai barang. Bahan baku bisa apa saja dari kayu dan paku untuk membuat perabot atau tepung, telur dan mentega yang digunakan untuk membuat produk untuk toko roti. Biaya bagian persediaan ini dilaporkan sebagai persediaan bahan baku di neraca perusahaan.

v  Persediaan barang dalam proses

Persediaan barang dalam proses mengacu pada barang yang belum selesai atau sepenuhnya diproduksi. Contoh jenis inventaris ini termasuk cokelat yang masih membutuhkan lapisan gula di pabrik cokelat, sepatu yang belum diwarnai, dan minyak esensial yang belum dikemas dalam botol oleh produsen kesehatan.

v  Persediaan pemeliharaan, perbaikan dan operasi (maintenance, repair, operating, MRO). Pemeliharaan, perbaikan, operasi digunakan untuk menjaga agar permesinan dan proses produksi tetap produktif. MRO tetap ada karena kebutuhan dan waktu pemeliharaan dan perbaikan beberapa peralatan tidak diketahui.

v  Persediaan barang jadi

Barang jadi mengacu pada produk atau persediaan yang siap dijual oleh perusahaan. Barang-barang ini telah menyelesaikan siklus produksi. Barang jadi sebelumnya terdiri dari bahan mentah dan juga barang dalam proses. Contoh persediaan barang jadi termasuk barang jadi yang dipanggang di toko roti, kaos yang sudah jadi oleh perancang pakaian dan rumah yang sudah selesai oleh pembangun rumah.

b.      Biaya-Biaya Persediaan

Pada umumnya biaya persediaan ini memiliki 4 kategori yang masing- masingnya memiliki tugas yang berbeda diantaranya:


 

v  Biaya Pemesanan (Order Cost)

Biaya pemesanan merupakan biaya yang akan berkaitan dengan kegiatan pemesanan persediaan. Biaya pemesanan ini biasanya mencakup seluruh biaya yang dikeluarkan mulai dari pertama kali order hingga barang yang dipesan tersebut tersedia di gudang.

Ø  Biaya Komunikasi

Ø  Biaya Pengiriman

Ø  Biaya Packing

Ø  Biaya Pemrosesan Pesanan

Ø  Biaya Pemeriksaan Pemesanan

v  Biaya Penyimpanan (Carrying Cost)

Biaya ini adalah yang biaya yang dapat muncul dan dikeluarkan untuk menyimpan barang atau material yang sudah diorder sebelumnya. Biaya penyimpanan ini dapat berubah sesuai dengan nilai persediaan yang disimpan. Beberapa contoh biaya penyimpanan ini diantaranya seperti:

Ø  Biaya Fasilitas Penyimpanan

Ø  Biaya Asuransi

Ø  Biaya Keamanan

Ø  Biaya Keusangan

Ø  Biaya Penyusutan Persediaan

Ø  Biaya Penurunan Harga

Ø  Biaya Perhitungan Fisik dan Konsiliasi Laporan

Ø  Biaya Penanganan Persediaan

Ø  Biaya Pelaksana Gudang

Ø  Biaya Kerusakan Barang

Ø  Biaya Modal


v  Biaya Persiapan (Set Up Cost)

Biaya persiapan atau set up cost akan muncul jika perusahaan dapat memproduksi barangnya sendiri atau material persediaan yang telah dibutuhkan. Beberapa contoh set up cost, yaitu:

Ø  Biaya mesin yang sudah tidak berfungsi

Ø  Biaya persiapan tenaga kerja

Ø  Biaya surat menyurat

Ø  Biaya persiapan peralatan dan perlengkapan

Ø  Biaya penjadwalan

v  Biaya Kehabisan (Shortage Cost)

Manajemen persediaan kadang kali tentu akan kehabisan atau kekurangan karenanya biaya kekurangan atau yang biasa adalah disebut shortage cost akan muncul apabila bahan persediaan tidak tersedia. Seperti contoh jika perusahaan menerima sebuah pesanan namun saat hendak akan diproduksi, ternyata tidak ada bahan bakunya sehingga perusahaan tidak dapat memenuhi pesanannya. Karena itu, terdapat peluang yang timbul akibat dari kekurangan persediaan tersebut seperti:

Ø  Kehilangan Penjualan

Ø  Kehilangan Pelanggan

Ø  Kehilangan Pemesanan Khusus

Ø  Biaya Pengiriman Khusus

Ø  Produksi Terganggu

Ø  Gangguan Jadwal Produksi

c.       Model Economic Order Quantity (EOQ)

Rumus

Titik pemesanan kembali (R.O.P) = d x L EOQ (Q optimal) = akar dari ( 2SD/H)

B. persediaan tahunan total pada EOQ (TC) = S x D/Q + H x Q/2 Jumlah yang dipesan kembali = D/Q


Keterangan :

D ; permintaan dalam 1 thn d ; permintaan / hari

L ; lead time

Q ; persediaan optimal S ; biaya pesan

H ; biaya simpan

Contoh Soal

Permintaan produk/thn 250.000 unit. diket. 1 thn =250 hr kerja. b. penyimpanan Rp, 50/unit/th. b. pemesanan Rp 35.000/order. supplay memerlukan waktu 10 hari u/ pengiriman.

diket :

D= 250.000

H= Rp 50 /unit/th S= Rp 35.000 / order

1 thn = 250 hari kerja

D = 250.000 / 250 = 1000 unit

lead time = 10 hari

v  R.O.P = d x L = 1.000 x 10 = 10.000 unit

v  Q optimal = akar dari 2 x 35.000 x 250.000/50 Q optimal = 18.708 unit

v  TC = 35.000 x (250.000/18.708) + 50 x (18.708/2) = Rp 935.400

v  Jumlah yang dipesan kembali = 250.000/18.708 = 13.37

d.      Economic Order Quantity (EOQ) dengan Backorder

Rumus:

EOQ (Q optimal) = akar 2SD/H x akar H+B/B I = akar 2SD/H x akar B/(H+B)

TC = H x Ikuadrat /2Q + SxD/Q + B (Q-1)kuadrt/2Q


Keterangan:

B : backorder cost

I : surplus persediaan Contoh Soal Diketahui

D = 250.000 unit/tahun H = Rp 50/unit/tahun S= Rp 35.000 / order B= Rp 150 / unit

v  Q optiml = akar 2(35.000)(250.000)/50 x akar 50+150/150

= 18.708 x 1,1547 = 21.602

v  Jumlah order/tahun = 250.000/21.602 =11,57 kali

v Jumlah yang dipesan kembali= 18.708 x 0,866 = 16.202 Back order = Q-I=21.602 - 16.202 = 5.400 unit

v  Biaya tahunan total (TC)= {50 x (16.202)kuadrt/2 x 21.602)} + {(35.000 x 11,57)} + {150 x                                (5.400)kudrt/2x21.602} = 303.796 + 404.950 + 101.241

= Rp 809.987

v  Dibanding dengan EOQ dasar

Biaya total dg back order lebih kecil yaitu 809.987 dari 935.400


BAB III PENUTUP

A.     Kesimpulan

Menurut Handoko (2011:183) alokasi tenaga kerja merupakan masalah yang berhubungan dengan alokasi optimal dari sumber daya tenaga kerja atau personalia yang produktif, yang mempunyai tingkat efisiensi berbeda-beda untuk pekerjaan yang berbeda. Pengalokasian tenaga kerja merupakan cara yang dilakukan perusahaan dalam rangka memproduksi barang atau jasa disamping menggunakan tenaga mesin. Pengalokasian tenaga kerja ini harus diatur sedemikian rupa karena jumlahnya yang terbatas dan harus disesuaikan dengan kapasitas-kapasitas yang ada. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengalokasian tenaga kerja menurut Mello dkk (2011:47) yaitu kondisi (1) ekonomi dan sosial, (2) dimensi teknologi, (3) dimensi sosial dan demografi, (4) investasi, (5) hukum dan peratuuran dan (6) produksi danorganisasi kerja.

B.      Saran

Demikianlah makalah ini diselesaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi para para pembaca khususnya bagi saya selaku penulis. Kelebihan dan kesempurnaan adalah hanya milik Allah semata. Jika ada kekurangan dan kesalahan itu dikarenakan kekhilafan penyusun makalah ini. Untuk itu kiranya memberikan saran dan kritikan yang membangun. Serta arahan dan bimbingan dari semua pihak, terutama dari dosen pembimbing.


DAFTAR PUTAKA

 

Handoko, T. Hani. (2012). Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: BPFE

Mello, A. M dkk. (2011). Work Allocation in Complex Production Processes: A Methodology for Decision Support. Journal of Operations and Supply Chain Management (JOSCM)

Sutalaksana. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja. Bandung: Institut Teknologi Bandung

Koesomowidjojo, Suci. 2017. Panduan Praktis Menyusun Analisis Beban Kerja. Jakarta: Raih Asa Sukses.

Moeheriono. 2010. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompentensi Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Heizer, Jay dan Render, Barry. 2009. Manajemen Operasi, Buku 1 Edisi 9. Jakarta: Salemba Empat.

Murahartawaty. 2009. Peramalan. Jakarta: Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Suhardi dan Purwanto, Statistika Untuk Ekonomi Dan Keuangan Modern. (Jakarta: Salemba Empat, 2004).

No comments:

Post a Comment