KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah
SWT yang telah
memberikan saya kemudahan, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya saya tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti- nantikan
syafa’atnya di akhirat
nanti.
Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT
atas limpahkan nikmat sehat, baik berupa sehat fisik maupun
akal pikiran, sehingga saya mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah
ini sebagai tugas dari mata kuliah Manajemen Operasional dengan judul “ Masalah
Alokasi Tenaga Kerja ”.
Saya
tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Aceh Besar, Agustus
2021 Penyusun
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang Masalah....................................................................................... 1
E.
Peramalan Permintaan Akan Produk dan Jasa................................................... 25
H.
Analisis Break Even........................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 49
Menurut Handoko (2011:183) alokasi tenaga kerja merupakan masalah
yang berhubungan dengan alokasi optimal
darisumber daya tenaga kerja atau personalia yang produktif, yang mempunyai tingkat
efisiensiberbeda-beda untuk pekerjaan
yang berbeda. Pengalokasian tenaga kerja merupakan cara yang dilakukan perusahaan dalam rangka
memproduksi barang atau jasa disamping menggunakan tenaga mesin. Pengalokasian tenaga kerja ini harus diatur sedemikian rupa karena jumlahnya yang terbatas dan harus disesuaikan.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana masalah
alokasi tenaga kerja?
2. Bagaimana masalah
pengukuran kerja?
3. Bagaimana permasalahan produktivitas?
4. Bagaimanakah masalah
kompensasi?
5. Bagaimanakah tentang peramalan akan produk dan jasa ?
6. Bagaimakah menentukan perhitungan trend?
7. Bagaimakah menentukan regresi dan korelasi?
8. Bagaimakah menentukan analisis break even?
9. Bagaimakah permasalahan tentang manajemen persediaan?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui masalah alokasi tenaga
kerja
2. Untuk mengetaui bagaimana masalah pengukuran kerja
3. Untuk mengetahui permasalahan produktivitas
4. Untuk mengetahui tentang
peramalan akan produk
dan jasa
5. Untuk mengetahui pendekatan apa saja dalam perencanaan pendidikan
6. Untuk mengetahui cara menentukan perhitungan trend
7. Untuk mengetahui cara menentukan regresi
dan korelasi
8. Untuk mengetahui cara menentukan analisis break even
9. Untuk mengetahui permasalahan tentang manajemen
persediaan
BAB II PEMBAHASAN
A.
Masalah Alokasi Tenaga Kerja
a.
Masalah
Minimisasi Contoh soal:
Suatu
perusahaan kotak hadiah mempunyai empat pekerjaan yang berbeda,
yaitu memotong karton, merekatkan kertas warna,
memberi hiasan, dan membungkus.
Perusahaan kotak hadiah tersebut hanya memiliki empat orang karyawan yaitu Hana, Karin, Helmi, dan Rossy.
Upah seorang karyawan untuk masing-masing pekerjaan
berbeda-beda seperti berikut:
Tabel Upah Karyawan
Tugas Karyawan |
Hana |
Karin |
Helmi |
Rossy |
Memotong karton |
Rp. 15.000 |
Rp. 14.000 |
Rp. 18.000 |
Rp. 17.000 |
Merekatkan kertas warna |
Rp. 21.000 |
Rp. 16.000 |
Rp. 18.000 |
Rp. 22.000 |
Memberi hiasan |
Rp. 21.000 |
Rp. 21.000 |
Rp. 24.000 |
Rp. 19.000 |
membungkus |
Rp. 22.000 |
Rp. 18. 000 |
Rp. 20.000 |
Rp. 16.000 |
Tentukan besarnya biaya optimal yang
dikeluarkan perusahaan kotak hadiah tersebut
dengan kondisi satu pekerjaan hanya dikerjakan oleh satu karyawan?
Jawaban:
Langkah 1: Identifikasikan dan penyederhanaan masalah
dalam tabel penugasan
v
Mencari biaya optimal
= Kasus minimisasi
v
Jumlah pekerjaan = Jumlah karyawan, artinya kasus norma (tanpa dummy)
Tugas Karyawan |
1 |
II |
III |
IV |
A |
15 |
14 |
18 |
17 |
B |
21 |
16 |
18 |
22 |
C |
21 |
21 |
24 |
19 |
D |
22 |
18 |
20 |
16 |
Langkah 2: Cari biaya terkecil
untuk setiap baris, dan kemudian
menggunakan biaya terkecil tersebut untuk dikurangi oleh semua biaya yang ada pada
baris yang sama.
Tugas Karyawan |
1 |
II |
III |
IV |
A |
15 |
14 |
18 |
17 |
B |
21 |
16 |
18 |
22 |
C |
21 |
21 |
24 |
19 |
D |
22 |
18 |
20 |
16 |
Apabila ditemukan nol maka harus ditarik garis seminimum
mungkin. Jika jumlah garis sama
dengan jumlah baris/kolom berarti pemecahan sudah optimal.
Tugas Karyawan |
1 |
|
II |
III |
IV |
|
A |
1 |
|
0 |
4 |
|
3 |
B |
5 |
|
0 |
2 |
|
6 |
C |
2 |
|
2 |
5 |
|
0 |
D |
6 |
|
2 |
4 |
|
0 |
|
|
Jumlah garis yang dapat ditarik hanya 2,
tidak sama dengan jumlah baris/kolom yang ada (4) = Belum Optimal
Langkah 3: Pada kolom tak terkena
garis, pilih nilai terkecil
kemudian kurangi nilai
lain pada kolom yang sama dengan nilai terkecil
tersebut
Tugas Karyawan 1 II III IV A 0 0 2 3 B 4 0 0 6 C 2 3 0 1 D 5 2 5 2 0
Langkah 4: Tarik garis
seminimum mungkin, baik ke arah vertikal maupun herizontal yang meliputi semua yang bernilai nol. Jika jumlah garis sama dengan jumlah
baris/kolom berarti pemecahan sudah
optimal
Tugas Karyawan |
1 |
II |
III |
IV |
A |
0 |
0 |
2 |
3 |
B |
4 |
0 |
0 |
6 |
C |
1 |
2 |
3 |
0 |
D |
5 |
2 |
2 |
0 |
Jumlah garis yang ditarik dapat
hanya 3, tidak sama dengan
jumlah baris/kolom yang ada (4) = Belom Optimal
Langkah 5: Revisi tabel,
yaitu dengan mengurangi sel-sel yang tidak terkena garis dengan nilai terkecil, kemudian tambahkan nilai sel
terkecil itu pada sel yang terkena garis 2x. Nilai yang terkena garis 1x = Tetap
Langkah 6: Tentukan apakah sudah terdapat
nilai nol pada baris dan kolom yang berbeda,
apabila sudah terdapat nol di setiap baris dan kolom yang berbeda, maka sudah didapatkan hasil yang optimal.
Atau jika jumlah garis sama dengan jumlah baris/kolom berarti pemecahan sudah
optimal
Tugas Karyawan |
1 |
II |
III |
IV |
A |
0 |
0 |
2 |
4 |
B |
4 |
0 |
0 |
7 |
C |
0 |
2 |
2 |
0 |
D |
5 |
2 |
2 |
0 |
Jumlah
garis yang dapat ditarik = 4= Jumlah baris/kolom yang = Optimal Hasil =
Alokasi pekerjaan untuk masing-masing karyawan adalah:
v Pekerjaan A, menggunting karton
dikerjakan oleh II, Karin, dengan upah sebesar
Rp. 14.000
v Pekerjaan B, merekatkan kertas warna dikerjakan oleh III, Helmi,
dengan upah sebesar
Rp. 18.000
v Pekerjaan
C, memberi hiasan dikerjakan oleh
I, Hana, dengan upah sebesar Rp. 21.000
v Pekerjaan
D, membungkus dikerjakan oleh IV, Rossy, dengan upah sebesar Rp. 1.000
Tabel Perhitungan Biaya Optimal
Pekerjaan |
Karyawan |
Biaya |
Memotong karton |
Karin |
Rp. 14.000 |
Merekatkan kertas
warna |
Helmi |
Rp. 18.000 |
Memasang hiasan |
Hana |
Rp. 21.000 |
Membungkus |
Rossy |
Rp. 16.000 |
Total biaya yang dikeluarkan |
|
Rp. 69.000 |
Jadi,
total biaya optimal
yang dikeluarkan oleh perusahaan kotak hadiah dengan
pembagian tugas tersebut adalah
Rp. 69.000.
b.
Masalah Maksimalisasi Contoh
Soal:
Suatu perusahaan kotak hadiah mempunyai
lima lokasi penjualan untuk produknya yaitu di Stroberry, Naughty, Cindy,
Toko Kado Unik, dan Gramedia. Perusahaan
kotak hadiah tersebut memiliki lima orang sales promotion yang akan ditugaskan ke masing-masing lokasi
tersebut. Berdasarkan kemampuan masing-masing sales dan kondisi
pasar, berikut ini hasil penjualan
yang diperkirakan akan diperoleh dengan
penugasan masing-masing sales ke lokasi:
Tabel Penghasilan
Lokasi/Sales |
Fitri |
Dian |
Mieky |
Amanda |
Suzan |
Stroberry |
Rp.100.000 |
Rp.120.000 |
Rp.100.000 |
Rp.80.000 |
Rp.150.000 |
Naughty |
Rp.140.000 |
Rp.100.000 |
Rp.90.000 |
Rp.150.000 |
Rp.130.000 |
Cindy |
Rp.80.000 |
Rp.80.000 |
Rp.70.000 |
Rp.90.000 |
Rp.120.000 |
Toko Kado Unik |
Rp.130.000 |
Rp.150.000 |
Rp.80.000 |
Rp.160.000 |
Rp.110.000 |
Gramedia |
Rp.100.000 |
Rp.130.000 |
Rp.140.000 |
Rp.110.000 |
Rp.170.000 |
Tentukan besarnya pendapatan perusahaan bila satu lokasi hanya dijaga
oleh satu sales!
Jawaban:
Langkah 1: Identifikasi dan penyederhanaan masalah
dalam tabel penugasan
v
Mencari pendapatan optimal
= Kasus Maksimalisasi
v
Jumlah lokasi = jumlah sales,
artinya kasus normal
(tanpa dummy)
Tabel Penugasan
Lokasi/sales |
I |
II |
III |
IV |
V |
A |
10 |
12 |
10 |
8 |
15 |
B |
14 |
10 |
9 |
15 |
13 |
C |
8 |
8 |
7 |
9 |
12 |
D |
13 |
15 |
8 |
16 |
11 |
E |
10 |
13 |
14 |
11 |
17 |
Langkah 2: Cari nilai terbesar
untuk setiap baris, dan kemudian
menggunakan nilai tersebut
untuk mengurangi semua biaya yang ada pada baris yang sama
Lokasi/sales |
I |
II |
III |
IV |
V |
A |
10 |
12 |
10 |
8 |
15 |
B |
14 |
10 |
9 |
15 |
13 |
C |
8 |
8 |
7 |
9 |
12 |
D |
13 |
15 |
8 |
16 |
11 |
E |
10 |
13 |
14 |
11 |
17 |
Langkah 3: Pastikan
semua baris dan kolom sudah memiliki nilai nol.
Ternyata masih terdapat kolom yang belum memiliki nilai
nol. Maka, pada setiap kolom,
pilih nilai terkecil, kemudian kurangi nilai pada kolom yang sama dengan nilai terkecil tersebut
Langkah 4: Tarik garis
seminimum mungkin, baik ke arah vertikal maupun horizontal yang meliputi semua yang bernilai
nol. Jika jumlah garis sama dengan jumlah baris/kolom berarti
pemecahan sudah optimal
Lokasi/sales |
I |
II |
III |
IV |
V |
A |
4 |
2 |
2 |
7 |
0 |
B |
0 |
4 |
3 |
0 |
2 |
C |
3 |
3 |
2 |
3 |
0 |
D |
2 |
0 |
5 |
0 |
5 |
E |
6 |
3 |
0 |
6 |
0 |
Jumlah garis yang
dapat ditarik hanya 4, tidak sama dengan jumlah baris/kolom yang ada (5)
= Belum Optimal
Langkah 5: Revisi tabel, yaitu dengan mengurangi sel-sel
yang tidak terkena garis dengan nilai
terkecil. Kemudian tambahkan nilai sel terkecil itu pada sel yang terkena garis 2x. Nilai yang terkena garis 1x = tetap
Langkah 6: Tentukan apakah sudah terdapat nol pada baris
dan kolom yang berbeda, apabila sudah
terdapat nol di setiap baris dan
kolom yang berbeda. Maka, sudah didapatkan hasil yang optimal.
Atau jika jumlah garis sama dengan jumlah
baris/kolom berarti pemecahan
sudah optimal.
Jumlah garis yang dapat ditarik = 5 = Jumlah baris/kolom = Optimal
Hasil
Pekerjaan |
Karyawan |
Biaya |
Strowberry |
Dian |
Rp.120.000 |
Naughty |
Fitri |
Rp.140.000 |
Cindy |
Suzan |
Rp.120.000 |
Toko Kado Unik |
Amanda |
Rp.160.000 |
Gramedia |
Mieky |
Rp.140.000 |
Total pendapatan optimal yang diperoleh |
|
Rp.680.000 |
Jadi, total pendapatan optimal yang
diperoleh perusahaan kotak hadiah dengan pembagian lokasi
sales tersebut di atas sebesar
Rp. 680.000.
B. Pengukuran Kerja
Pengukuran kerja disebut juga dengan
istilah time study. Pengukuran kerja ini merupakan hal yang sangat penting dalam perencanaan dan pengaturan operasi
produksi. Tanpa adanya pengukuran kerja, seseorang tidak dapat
menentukan jumlah kapasitas dari
suatu fasilitas dan juga tidak dapat membuat perkiraan biaya yang akan muncul.
Tujuan lain dari pengaturan kerja adalah sebagai berikut :
v
Sebagai pembanding metode alternatif
v Perencanaan dan kontrol
v Biaya yang realistis
v Skema keuangan
yang insentif
v
Tanggal pengiriman produk yang tertata
v Mengurangi pengeluaran yang tidak diperlukan
v Mengidentifikasi standar
kemampuan pekerja
v
Pelatihan untuk pekerja
baru.
Teknik dari pengukuran kerja dibagi
menjadi beberapa macam yaitu perhitungan menggunakan stopwatch, work sampling dan Predetermined Motion Time Study (PMTS). Cara perhitungan menggunakan stopwatch adalah dengan
menghitung lama
kerja pekerja dalam menyelesaikan suatu tugas yang spesifik
dan dengan kondisi yang sesuai dengan
kenyataan pada lapangan kerja sehingga melalui data tersebut dapat ditentukan level kemampuan seorang
pekerja.
Cara berikutnya adalah work sampling,
yaitu pengambilan waktu kerja seseorang dalam
melakukan suatu pekerjaan dalam jumlah yang banyak dan pengamatan yang tidak dilakukan terus menerus. Cara yang
terakhir adalah predetermined motion time study,
yaitu sistem pengukuran kerja yang berdasarkan analisis kerja dalam gerakan dasar yang dilakukan manusia. PMTS dilakukan dengan
bantuan tabel yang berisi waktu
pada tingkat kerja yang
ditetapkan untuk setiap gerakan.
(Sutalaksana,dkk.2006)
Pengambilan waktu dilakukan pada pekerja yang sudah berpengalaman dalam melakukan
pekerjaannya. Pekerja yang belum berpengalaman akan melakukan banyak jeda dan keragu-raguan bila menghadapi
sesuatu yang terjadi pada pekerjaannya. Hal ini
mengakibatkan data waktu menjadi tidak akurat dan tidak sesuai dengan yang seharusnya. (Konz & Johnson,
2016)
a.
Waktu Baku
Waktu baku adalah waktu standar yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu aktivitas
yang dikerjakan oleh operator. Waktu baku sendiri sudah mewakili toleransi kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh operator dan masalah yang tidak dapat dihindarkan.
Waktu baku yang semakin singkat tentunya akan membuat produktivitas semakin tinggi, tetapi jika waktu baku
yang terlalu singkat membuat kualitas barang
yang kurang maksimal dan berdampak buruk bagi kesehatan operator. Uji
kecukupan data perlu dilakukan sebelum
perhitungan waktu baku. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang sudah diambil cukup atau belum
untuk perhitungan waktu
baku. Data yang semakin banyak tentunya membuat data tersebut semakin
layak untuk digunakan, tetapi hal
itu akan sulit untuk dilakukan salah satunya karena keterbatasan waktu. Persamaan yang digunakan untuk melakukan uji kecukupan data adalah:
n’=( 𝑠.𝑡 )2
𝑘.𝑥
Keterangan:
S= Standar deviasi
k
: Degree of freedom x : rata-rata data
t : nilai tabel t
N’ pada persamaan di atas adalah jumlah data yang dibutuhkan
berdasarkan hasil perhitungan. Hasil perhitungan n’ harus lebih
kecil dari jumlah
data yang telah
diambil. Bila hasil perhitungan n’ lebih besar dibandingkan jumlah data yang diambil, maka perlu dilakukan pengambilan data lagi karena
hal itu menggambarkan jumlah data yang masih kurang.
Data yang sudah lolos dari uji kecukupan
kemudian akan digunakan
untuk menghitung waktu baku. Perhitungan waktu normal dilakukan sebelum dimulainya perhitungan waktu baku. Waktu normal sendiri didefinisikan sebagai waktu penyelesaian pekerjaan
yang dilakukan pekerja
dengan performance rating.
Berikut 4 faktor menentukan Performance Rating:
v Skill (keterampilan)
v Effort (usaha)
v Condition (kondisi kerja)
v Consistency (konsistensi)
b. Workload
Workload
adalah sekumpulan tuntutan tugas, sebagai usaha dan
sebagai usaha atau pencapaian. Task demands (task load) adalah target yang harus dicapai dalam waktu yang diberikan untuk melakukan tugas
dan performa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
tugas tersebut. Faktor yang mempengaruhi usaha yang dikeluarkan adalah informasi dan peralatan yang diperoleh sesuai dengan tugas,
kemampuan dan pengalaman pekerja, serta respon
emosional terhadap situasi yang ada. Workload
tidak akan bisa melebihi 100% karena tidak mungkin manusia dapat
mengerjakan pekerjaan untuk lebih dari 1 orang. Tetapi task load dapat melebihi 100% apabila
waktu yang diberikan terlalu sedikit atau kebutuhan
performa yang dibutuhkan terlalu tinggi. Beban kerja yang dialami karyawan secara umum terbagi
menjadi dua, yaitu:
v Beban
kerja kuantitatif, bila diukur akan menunjukkan jumlah pekerjaan yang harus dikerjakan dalam jam kerja tertentu, tekanan
kerja, dan sebagainya. Contohnya adalah seorang sekretaris yang harus bisa
menyelesaikan berbagai pekerjaan yang diberikan dalam
waktu tertentu
v Beban kerja kualitatif, berhubungan dengan mampu tidaknya
pekerja melaksanakan
pekerjaannya. Contohnya adalah mampu tidaknya seorang guru bertanggung jawab atas keselamatan muridnya selama di sekolah. (Koesomowidjojo, 2017)
c.
Workload Analysis
Workload analysis atau bisa disebut
juga dengan workload measurement adalah
proses menetapkan jumlah jam kerja sumber daya manusia yang bekerja, digunakan, dan dibutuhkan dalam . Workload
analysis atau analisis
beban kerja (ABK) dilakukan sehingga
perusahaan dapat mengetahui dan menghitung atau memperkirakan tingkat
optimalisasi dari jumlah dan komposisi
tenaga kerja. Analisis beban kerja dapat membantu
perusahaan untuk meminimalisir kelelahan akibat beban kerja yang tidak sesuai dengan
kondisi fisik dan mental pekerja. Kelelahan
pekerja apabila terus meningkat dapat mengakibatkan kemampuan fisik dan mental yang terus menurun dan
mengakibatkan berkurangnya kapasitas kerja serta
produktivitas dari pekerja. Kemampuan fisik dan mental yang terus menurun dapat mengakibatkan meningkatnya kesalahan kerja dan pada puncaknya
meningkatkan peluang terjadinya kecelakaan kerja. Penyusunan kebutuhan karyawan memiliki
5 langkah, yaitu:
v Mengetahui tugas
dan fungsi setiap karyawan
v Menganalisa jabatan dengan tujuan mengetahui uraian jabatan, tugas, dan wewenang pekerja pada jabatan tersebut
v Melakukan analisis beban kerja
v Menghitung kebutuhan karyawan
v Memetakan jabatan
dan beban kerja per jabatan
yang ada (Koesomowidjojo, 2017)
Analisis beban kerja menggunakan metode membandingkan beban kerja dengan
jam kerja efektif. Beban kerja tersebut
diperoleh dari hasil perkalian antara
besarnya volume kerja dengan
norma waktu. Norma waktu adalah besarnya waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan
dalam kondisi normal dan volume
kerja adalah banyaknya suatu pekerjaan dalam satuan waktu tertentu.
Perhitungan kebutuhan jumlah pekerja
akan didasarkan pada analisis beban kerja, persamaan yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Jumlah kebutuhan
pegawai = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎
𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑒𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓
Hasil perhitungan dengan menggunakan
beban tersebut akan digunakan untuk analisa
lebih lanjut, yaitu dengan melakukan perhitungan efektivitas dari suatu pekerjaan/jabatan yang ada. Perhitungan ini digunakan untuk melihat seberapa
besar efektivitas dari orang
yang ada dalam suatu posisi. Persamaan untuk perhitungan efektivitas jabatan adalah
sebagai berikut:
Efektivitas Jabatan
(E) = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝐽𝑎𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑂𝑟𝑎𝑛𝑔
𝐷𝑎𝑙𝑎𝑚
𝐽𝑎𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑥
𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓
Besarnya efektivitas kerja ini nantinya
akan digunakan untuk menilai prestasi kerja dari jabatan tersebut.
Prestasi kerja ini nantinya akan digunakan untuk meninjau
ulang apakah jumlah orang yang ada dalam jabatan tersebut perlu untuk dikurangi atau ditambah atau sudah mencukupi. Penilaian
prestasi kerja berdasarkan efektivitas jabatan dapat dilihat pada Tabel di bawah ini
(Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 12 Tahun
2008)
Tabel Penilian
Prestasi Kerja (Peraturan Menteri Dalam Negeri
No.12
Tahun 2008
Nilai EJ |
Kategori |
>1 |
A (Sangat Baik) |
0.9 < x <1 |
B (Baik) |
0.7 < x < 0.89 |
C (Cukup) |
0.5 <
x < 0.69 |
D (Sedang) |
0.5 > |
E (Kurang) |
C. Manajemen Produktivitas
Istilah produktivitas muncul pertama
kali pada tahun 1966 dalam suatu masalah yang di susun oleh sarjana ekonomi
prancis bernama Quesnay,
teteapi menurut (Sumarsono 2003) Walter Aigner filosofi
dan spirit tentang produktivitas sudah ada sejak
mulai peradaban manusia karena makna dari prodktivitas adalah keinginan serta upaya manusia untuk selalu meningkatkan kualitas
kehidupan dan penghidupan disegala bidang.
Produktivitas adalah perbandingan antara
output dengan input jika produktivitas naik. Ini hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efisiensi (waktu, bahan,
tenaga) dan sistem
kerja, teknik produksi
dan adanya peningkatan keterampilan dari tenaga
kerja (Hasibun 2005). Lain
halnya menurut (Zainun 2004) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya semangat
kerja karyaan dalam suatu organisasi yaitu : komunikasi, kepuasan
kerja, partisipasi, motivasi,
dan kepemimpinan. Menurut (Blocher Chen Lin 2000)
Produktivitas adalah hubungan antara berapa output yang dihasilkan dan berapa input yang dibutuhkan untuk
memproduksi output tersebut. Sedangkan
menurut (Sedarmayanti 2004) Produktivitas tidak lain dari pada berbicara mengenai tingkah laku manusia atau
individu, yaitu tingkah laku produktivitasnya.
Lebih khusus lagi di bidang
kerja atau organisasi kerja.
Dari semua istilah menurut pakar ilmuan
diatas bahwasannya produktivitas adalah upaya yang dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan menghasilkan barang dan jasa
dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia
secara maksimal sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas suatu pekerjaan. Rumus produktivitas sendiri
sebagai berikut :
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑀𝑒𝑛𝑔ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙��𝑎𝑛 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑀𝑒𝑛𝑔𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡
a.
Pengukuran Produktivitas
Pengukuran produktivitas merupakan suatu
alat manajemen yang penting disemua tingkatan ekonomi.
Pengukuran produktivitas berhubungan dengan perubahan produktivitas sehingga usaha-usaha untuk meningkatkan produktivitas dapat dievaluasi. Pengukuran dapat juga bersifat
propektif dan sebagai
masukan untuk pembuatan
keputusan strategik. Pengukuran produktivitas adalah penilaian
kuantitatif atas perubahan produktivitas. Tujuan pengukuran
ini adalah untuk menilai apakah efisiensi produktif
meningkat atau menurun. Hal ini berguna sebagai informasi untuk mentusun strategi bersaing dengan prusahaan lain.
Menurut (Blocher, et al., 2007) menjelaskan bahwa ukuran
produktivitas bisa dilihat
dengan dua cara yaitu produktivitas operasional dan
produktivitas finansial. Produktivitas opersional adalah rasio unit output
terhadap unit inputBaik pembilang
maupun penyebutnya merupakan ukuran fisik (dalam unit). Menurut (Basu Swasta,
2002) produktivitas merupakan
salah satu alat ukur bagi perusahaan
dalaam menilai prestasi kerja yang dicapai karyawannya. Produktivitas adalah sebuah konsep yang menggambarkan hubungan
antara modal, tanah, energi yang dipakai
untuk menghasilkan hasil tersebut.
Produktivitas finansial juga merupakan rasio
output terhadap input, tetapi
angka pembilang atau penyebutnya dalam satuan mata uang (rupiah). Ukuran
produktivitas tidak sama dengan efisiensi. Efisiensi merupakan ukuran
dalam membandingkan penggunaan input yang direncanakan dengan realisasi penggunaan masukan. Jika masukan
yang sebenarnya digunakan
makin besar penghematannya maka tingkat efisiensi
semakintinggi. Menurut (Hasibuan, 2005) produktivitas merupakan
perbandingan antara keluaran
dan masukan serta mengutamakan
cara pemanfaatan baik terhadap sumber sumber dalam memproduksi suatu barang atau jasa.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pribadi yang produktif menggambarkan potensi, presepsi dan kreativitas seseorang
yang senantiasa ingin menyumbangkan kemampuannya agar bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.
Secara teknis, produktivitas merupakan
suatu perbandingan antara output dengan input. Formula produktivitas dapat dinyatakan
sebagai berikut:
Rasio Produktivitas = 𝑂𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
𝐼𝑛𝑝𝑢𝑡
Seseorang karyawan dinilai produktif apabila menghasilkan Output yang lebih besar
dari karyawan lainnya untuk satuan waktu yang sama.
Dan dapat juga dikatakan bahwa
karyawan menunjukkan tingkat
produktivitas yang ditentukan dalam satuan waktu
yang lebih singkat.
Adapun Tipe – Tipe Dasar Pengukuran Produktivitas Menurut (Blocher, et al., 2007) Pengukuran produktivitas melalui pendekatan rasio output per input adalah pengukuranyang
paling sederhana dan mampu menghasilkan tiga ukuran produktivitas sebagai
berikut.
v Produktivitas Parsial
(Partial Productivity)
Sering juga disebut produktivitas faktor
tunggal (single factor productivity), yaitu. menunjukan produktivitas faktor tertentu yang digunakan
untuk menghasilkan keluaran. Faktor tersebut hanya berupa
hal berikut.
a)
Produktivitas bahan baku = berdasarkan rasio output terhadap
input bahan baku.
b)
Produktivitas tenaga
kerja = berdasarkan rasio output
terhadap input tenaga
kerja.
c)
Produktivitas material = berdasarkan rasio output terhadap input material.
d)
Produktivitas energi = berdasarkan rasio,
output terhadap input energi.
e)
Produktivitas modal = rasio output
terhadap input modal. Rumus
Produktivitas Parsial sebagai berikut. Produktivitas bahan baku = Keluaran / Input bahan baku
v Produktivitas Multifaktor (Multi Factor
Productivity)
Menunjukan produktivitas output bersih
terhadap banyaknya input modal dan tenaga kerja yang digunakan. Output bersih (net-output) adalah output total dikurangi output dalam proses produksi. Jenis input yang digunakan dalam pengukuran
ini hanya faktor tenaga kerja dan modal saja. Rumus Produktivitas Multifaktor adalah sebagai berikut.
Produktivitas Multi Faktor
= Keluaran / Beberapa
masukan
v Produktivitas Total (Total Factor Productivity)
Produktivitas ini menunjukkan
produktivitas dari semua faktor yang digunakan
untuk menghasilkan output.
Faktor tersebut adalah
bahan baku, tenaga
kerja, energi, modal, dan lainlainnya. Rumus Produktivitas Total sebagai berikut :
Produktivitas Total
= Total keluaran / total
masukan
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘
𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 + 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐵𝑎𝑘𝑢 + 𝐸𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 + 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
b.
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas
Menurut (Siagian, Sondang P 2003) untuk
mencapai tingkat produktivitas yang tinggi, suatu perusahaan dalam proses produksi
tidak hanya memebutuhkan bahan baku dan tenaga kerja saja, tapi juga harus didukung faktor – faktor
lainnya. Antara lain :
v
Pendidikan
v Pelatihan
v Penilaian prestasi
kerja
v
Sistem imbalan
v Motivasi
v
Kepuasan kerja.
Sedangkan untuk mendukung pendapat
siagian, Wana Nusa dalam Sumarsono Sonny 2003 mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang mempengarui produktivitas
yaitu : pendidikan, ketrampilan, disiplin, sikap dan etika kerja,
hubungan industrial, gizi kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan lingkungan dan iklim kerja.
Adapun
faktor yang mempengaruhi produktivitas dalam perusahaan, menurut (Payaman J.
Simanjutak 2003) dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu yang pertama menyangkut kualitas dan kemampuan fisik karyawan seperti tingkat
pendidikan, latihan, etos kerja, dan motivasi kerja. Yang
kedua sarana pendukung, seperti lingkungan kerja yang meliputi produksi,
peralatan dan sarana produksi, kesejahteraan kerja dan kesejahteraan karyawan. Menurut (Ambar Teguh Sulistiyani dan Rosidah 2003), mengatakan
bahwa beberapa faktor yang menentukan besar kecilnya produktivitas, antara lain :
v Knowledge, merupakan akumulasi hasil proses
pendidikan baik yang diperoleh secara formal
maupun non formal.
v Skills, kemampuan
dan penguasaan teknis oprasional mengenai bidang tertentu, yang bersifat kekaryaan.
v Abilities, kemampuan
terbentuk dari sejumlah
kompetensi yang dimiliki
oleh seorang pegawai.
v Atitude, suatu kebiasaan yang terpolahkan. Jika kebiasaan yang terpolahkan tersebut
memiliki implikasi positif dalam hubungannya dalam prilaku kerja
seseorang maka akan menguntungkan.
v Behaviors, perilaku manusia akan ditentukan oleh kebiasaan – kebiasaan yang telah tertanam dalam diri pegawai sehingga
dapat mendukung kerja yang efektif atau sebaliknya.
c.
Program-Program Peningkatan Produktivitas
Adapun program-program peningkatan
produktivitas kerja yang paling penting antara lain dengan cara:
v Pemberian insentif
Program peningkatan produktivitas kerja dapat ditandai
dengan adanya pemberian tunjangan kepada para pegawai yang mempunyai prestasi
kerja yang
tinggi. Dimana pemberian
ini didasarkan atau ditentukan andilnya
terhadap produktivitas.
v Kepuasan kerja
Persoalan peningkatan kepuasan kerja merupakan hal kompleks. Maka diperlukan penyusunan kembali yang menyangkut penggandaan pekerjaan dan perluasan tenaga kerja.
v Pengawasan melekat
Pengawasan melekat terdiri dari pengawasan atasan langsung oleh sistem pengendalian manajemen. Dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja pegawai, maka
pengawasan atasan langsung dan sistem pengendalian manajemen harus dapat dilaksanakan secara intensif
pada suatu organisasi atau perusahaan, supaya
pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai serta lancarnya kegiatan
organisasi dapat segera diketahui, sehingga bila terjadi penyimpangan
dari tujuan yang ditentukan, maka akan segera diketahui
tindakan perbaikan.
D. Masalah Kompensasi
Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima baik berupa fisik maupun non fisik. Kompensasi juga berarti seluruh
imbalan yang diterima
oleh seorang pekerja/karyawan atas jasa atau hasil dari pekerjaannya dalam sebuah perusahaan dalam bentuk uang atau barang,
baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Istilah ini amat sangat berhubungan dengan imbalan finansial
(financial reward) yang diberikan
kepada seseorang atas dasar hubungan pekerjaan.
a.
Rencana-Rencana Upah Insensif
Menurut Heidjrahman Ranupandojo dan Suad
Husnan (1984 : 1) : Insentif adalah pengupahan
yang memberikan imbalan yang berbeda karena memang prestasi yang berbeda. Dua orang dengan jabatan yang
sama dapat menerima insentif yang berbeda karena
bergantung pada prestasi. Insentif
adalah suatu bentuk dorongan finansial
kepada karyawan sebagai
balas jasa perusahaan kepada karyawan atas prestasi
karyawan tersebut. Insentif merupakan
sejumlah uang yang di tambahkan pada upah dasar yang di berikan perusahaan
kepada karyawan. Menurut Nitisemito (1996:165), insentif
adalah penghasilan tambahan yang akan diberikan kepada para
karyawan yang dapat memberikan
prestasi sesuai dengan yang telah ditetapkan. Menurut Pangabean (2002 : 93, Insentif adalah kompensasi yang
mengaitkan gaji dengan produktivitas. Insentif
merupakan penghargaan dalam bentuk uang yang diberikan kepada mereka
yang dapat bekerja melampaui
standar yang telah ditentukan.
Adapun
tujuan pemberian insentif
paling utama adalah untuk memberikan tanggungjawab dan dorongan kepada karyawan. Insentif menjamin
bahwa karyawan akan mengarahkan usahanya untuk mencapai
tujuan organisasi. Sedangkan
tujuan utama pemberian
insentif adalah untuk meningkatkan
produktivitas kerja individu
maupun kelompok. Secara lebih spesifik
tujuan pemberian Insentif
dapat dibedakan dua golongan yaitu:
v Bagi perusahaan
Tujuan dari pelaksanaan insentif dalam
perusahaan khususnya dalam kegiatan produksi
adalah untuk meningkatkan produkstivitas kerja karyawan dengan jalan mendorong/merangsang agar karyawan :
ü Bekerja lebih bersemangat dan cepat.
ü Bekerja lebih
disiplin.
ü Bekerja lebih
kreatif.
v
Bagi Karyawan
Dengan adanya
pemberian insentif karyawan akan mendapat keuntungan :
ü Standar prestasi
dapat diukur secara
kuantitatif.
ü Standar prestasi di atas dapat digunakan sebagai dasar pemberian balas
jasa yang diukur
dalam bentuk uang.
ü Karyawan harus lebih giat agar dapat menerima uang lebih besar.
Adapun jenis-jenis Insensif adalah:
v
Finansial insentif
Merupakan dorongan yang bersifat keuangan yang bukan saja meliputi gaji-gaji yang pantas. Tetapi
juga termasuk didalamnya kemungkinan memperoleh bagian
dari keuntungan perusahaan dan soal-soal kesejahteraan yang meliputi pemeliharaan jaminan hari tua, rekreasi, kesehatan
dan lain-lain.
v Non finansial insentif.
Ada 2 elemen utama dari non finansial insentif, yaitu :
ü Keadaan
pekerjaan yang memuaskan yang meliputi tempat kerja, jam kerja, tugas dan rekan
kerja.
ü Sikap
pimpinan terhadap keinginan masing-masing karyawan seperti jaminan pekerjaan, promosi, keluhan-keluhan,
hiburan-hiburan dan hubungan dengan atasan.
Adapun jenis
rencana Insensif secara umum adalah:
v Program
insentif individual memberikan pemasukan lebih dan di atas gaji pokok kepada karyawan individual yang memenuhi satu standar kinerja individual spesifik. Bonus di tempat diberikan, umumnya
untuk karyawan individual, atas prestasi yang belum
diukur oleh standar, seperti contoh mengakui jam kerja yang lama yang digunakan
karyawan tersebut bulan lalu.
v Program insentif
kelompok adalah seperti
rencana insentif individual namun memberi upah lebih dan di atas gaji pokok kepada semua anggota
tim ketika kelompok atau tim secara
kolektif mencapai satu standar yang khusus kinerja, produktivitas atau perilaku
sehubungan dengan kerja lainnya.
v Rencana
pembagian laba secara umum merupakan program insentif di seluruh organisasi yang memberikan kepada karyawan satu bagian (share) dari laba organisasi dalam satu periode khusus.
v Program pembagian
perolehan (gain sharing) adalah rencana upah di seluruh
organisasi yang dirancang
untuk memberi imbalan
kepada karyawan atas perbaikan dalam
produktivitas organisasi.
Adapun proses pemberian insensif
adalah:
v
Proses Pemberian Insentif
berdasarkan kelompok
v
Proses Pemberian Insentif
berdasarkan perorangan
Rencana
insentif individu bertujuan untuk memberikan penghasilan tambahan selain gaji pokok bagi individu
yang dapat mencapai
standar prestasi tertentu.
Sedangkan insentif akan diberikan kepada kelompok kerja apabila kinerja
mereka juga melebihi standar
yang telah ditetapkan (Panggabean, 2002 :90-91).
Menurut
Oangabean (2002:91) Pemberian
insentif terhadap kelompok
dapat diberikan dengan
cara:
ü Seluruh anggota
menerima pembayaran yang sama dengan
yang diterima oleh mereka yang paling tinggi
prestasi kerjanya.
ü Semua anggota kelompok menerima
pembayaran yang sama dengan pembayaran yang diterima oleh karyawan
yang paling rendah
prestasinya.
ü Semua anggota
menerima pembayaran yang sama dengan
rata-rata pembayaran yang diterima oleh kelompok.
Menurut Dessler (1997:154-157), insentif
juga dapat diberikan kepada seluruh organisasi,
tidak hanya berdasarkan insentif individu atau kelompok. Rencana insentif seluruh
organisasi ini antara lain terdiri
dari:
ü Profit sharing
plan, yaitu suatu
rencana di mana kebanyakan karyawan
berbagi laba perusahaan
ü Rencana kepemilikan saham karyawan, yaitu insentif yang diberikan oleh perusahaan
dimana perusahaan menyumbang saham dari stocknya sendiri kepada orang kepercayaan di mana
sumbangan-sumbangan tambahan dibuat setiap tahun. Orang kepercayaan mendistribusikan stock kepada karyawan yang
mengundurkan diri (pensiun)
atau yang terpisah
dari layanan.
ü Rencana Scanlon,
yaitu suatu rencana
insentif yang dikembangkan pada tahun 1937
oleh Joseph Scanlon dan dirancang untuk mendorong kerjasama,
keterlibatan dan berbagai tunjangan.
ü Gainsharing
plans, yaitu rencana insentif yang melibatkan karyawan dalam suatu usaha bersama untuk mencapai sasaran
produktivitas dan pembagian perolehan.
Adapun syarat
pemberian upah insentif
agar mencapai tujuan
dari pemberian insentif adalah:
v Sederhana, peraturan dari sistem insentif
harus singkat, jelas dan dapat dimengerti.
v Spesifik,
karyawan harus mengetahui dengan tepat apa
yang diharapkan untuk mereka lakukan.
v Dapat
dicapai, setiap karyawan mempunyai kesempatan yang masuk akal untuk memperoleh sesuatu.
v Dapat diukur,
sasaran yang dapat diukur merupakan
dasar untuk menentukan rencana insentif. Program
dolar akan sia-sia
(dan program evaluasi
akan terhambat), jika prestasi tertentu
tidak dapat dikaitkan dengan
dolar yang dibelanjakan.
Menurut
Heidjrahman Ranupandojo dan
Suad Husnan (1990 : 163) sifat dasar pengupahan agar proses pemberian insentif berhasil:
v Pembayaran
hendaknya sederhana sehingga dapat dimengerti dan dihitung oleh karyawan
itu sendiri.
v Penghasilan yang diterima karyawan
seharusnya langsung menaikkan output.
v
Pembayaran dilakukan secepat
mungkin.
v Standar
kerja ditentukan dengan hati-hati. Standar kerja yang terlalu tinggi maupun rendah
dapat berakibat buruk.
v Besarnya upah normal dengan
standar jam kerja hendaknya cukup
merangsang pekerja untuk bekerja lebih giat.
E.
Peramalan Permintaan Akan Produk
dan Jasa
Peramalan merupakan suatu untuk
meramalkan keadaan di masa mendatang melalui pengujian keadaan di masa lalu. Sedangakan peramalan permintaan merupakan
tingkat permintaan produk atau jasa yang diharapkan akan terealisasi
untuk jangka waktu tertentu pada masa
yang akan datang. Peramalan terbagi atas tiga kategori yaitu peramalan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang.
a.
Metode-Metode Peramalan
Metode peramalan ialah suatu cara
mengestimasi atau memperkirakan dengan kuantitatif
ataupun kualitatif apa yang terjadi di masa depan menurut data yang relevan di masa
lalu. Penggunaan metode
peramalan ini yaitu untuk memprediksi dengan
sistematis dan pragmatis atas dasar data yang relevan di masa lalu.
Dengan demikian metode peramalan
bisa memberikan objektivitas yang lebih besar.
Adapun jenis metode
peramalan, antara lain sebagai berikut:
v Metode peramalan yang berdasar pada pemakaian analisa
keterkaitan antar variabel
yang diperkirakan dengan variabel waktu dengan deret berkala (time series). Berikut metode peramalah
di dalam analisa
deret waktu:
ü Metode Smoothing
ü Metode Box Jenkins
ü Metode Proyeksi
Trend dengan Regresi
v Metode peramalan
yang berdasar pada pemakaian analisis
pola hubungan antar
variabel yang hendak diperkirakan
dengan variabel lain yang menjadi pengaruh, yang bukan waktu disebut Metode Korelasi atau sebab akibat (metode causal). Metode peramalan yang ada pada causal methods yaitu:
ü Metode Regresi
dan Korelasi
ü Model Input Output
ü Model Ekonometri
Selain metode yang telah di sebutkan sebelumnya, terdapat pula metode kualitatif. Metode kualitatif sangat mendekati tingkat akurasi data actual
dibandingkan dengan metode lainnya.
Pada dasarnya metode
ini memiliki sifat yang subjektif
sebab sangat di pengaruhi
oleh intuisi, emosi, pendidikan serta pengalaman seseorang sehingga hasil peramalan
kualitatif dari tiap orang akan berbeda – beda.
Teknik atau metode dalam peramalan kualitatif adalah
sebagai berikut:
v Juri dari Opini Eksekutif
Di dalam metode ini, diambil
berdasarkan opini atau pendapat dari sekelompok kecil top manajer baik itu manajer
pemasaran, manajer produksi,
manajer teknik, manajer
keuangan dan manajer
logistic yang seringkali di gabungkan dengan model statistik.
v Gabungan Tenaga Penjualan
Untuk setiap tenaga penjualan meramalkan
tingkat penjualan di daerahnya masing – masing yang pada akhirnya
akan di gabungkan
pada tingkat provinsi
serta nasional guna mencapai ramalan
secara keseluruhan.
v Metode Delphi
Metode
ini melakukan penyebaran serangkaian kuisioner yang akan disebarkan kepada tiap responden yang kemudian
jawabannya akan di sederhanakan sebelum di berikan kepada para ahli
untuk dibuatkan peramalannya. Metode ini tentunya
akan memakan banyak waktu sebab
melibatkan banyak pihak seperti bagian
yang membuatkan kuisioner, mengirimkan kuisioner serta merangkum hasil sebelu di serahkan kepada para ahli
untuk di analisa. Namun metode ini memiliki keuntungan
yaitu lebih akurat serta lebih professional sehingga berpeluang besar akan mendekati aktualnya.
v Survei Pasar (Market Survey)
Metode ini mendapatkan masukan dari
konsumen yang berpengaruh terhadap rencana
pembelian saat periode yang sedang diamati. Survei
dapat dilakukan dengan
menggunakan kuisioner, telepon
atau dengan melakukan wawancara langsung.
b.
Proses Peramalan
Adapun proses peramalan adalah sebagai berikut:
1. Penentuan tujuan
Pada tahap ini penentuan tujuan dari
setiap peramalan harus disebutkan secara tertulis,
formal dan eksplisit. Sebelum membuat suatu ramalan
kita harus bertanya lebih dahulu mengapa peramalan
tersebut dibutuhkan dan bagaimana menggunakan hasil
ramalan tersebut. Peramalan
disisipkan sedemikian rupa
sehingga manajemen dapat membuat keputusan-keputusan yang tepat mengenai
alokasi sumber daya yang ada sekarang dan oleh karena itu si pembuat
ramalan harus memahami
kegunaan-kegunaan dari proyeksi-proyeksi manajerial yang telah ditetapkan.
2. Pemilihan Teori Yang Relevan
Setelah
tujuan peramalan ditetapkan, langkah berikutnya adalah menentukan
hubungan teoritis yang menentukan perubahan-perubahan variabel yang diramalkan. Suatu teori yang tepat
guna akan selalu membantu seorang peramal
dalam mengidentifikasi setiap kendala yang ada untuk dipecahkan dan dimasukkan ke dalam proses peramalan.
3. Pencarian Data Yang
Tepat
Tahap
ini biasanya merupakan tahap yang cukup rumit dan
seringkali merupakan tahap yang paling kritikal karena tahap-tahap berikutnya dapat dilakukan atau tidak tergantung pada relevansi data yang diperoleh tersebut.
4.
Analisis Data
Pada tahap ini dilakukan penyeleksian
data karena dalam proses peramalan seringkali
kita mempunyai data yang berlebihan atau bisa juga terlalu sedikit. Beberapa data mungkin tidak relevan dengan
masalah yang akan kita analisis sehingga
mungkin dapat mengurangi akurasi dari peramalan. Data yang lain mungkin
tepat guna tetapi
hanya untuk beberapa periode
waktu saja.
5.
Pengestimasian model awal
Tahap ini adalah tahap di mana kita
menguji kesesuaian (fitting) data yang telah
kita kumpulkan ke dalam model peramalan dalam artian meminimumkan kesalahan peramalan. Semakin sederhana
suatu model biasanya semakin baik model
tersebut dalam artian bahwa model tersebut mudah diterima oleh para manajer
yang akan membuat proses pengambilan
keputusan perusahaan.
6. Evaluasi dan Revisi Model
Sebelum kita melakukan penerapan secara
aktual, suatu model harus diuji lebih dahulu untuk menentukan akurasi, validitas dan keandalan yang diharapkan. Jika berbagai uji keandalan dan akurasi telah
diterapkan pada model
tersebut, mungkin revisi perlu dilakukan dengan memasukkan faktor-faktor kausal dalam model tersebut.
7.
Penyajian Ramalan Sementara Kepada Manajemen
Demi
keberhasilan suatu peramalan, maka dibutuhkan input dari manajemen. Pada tahap ini dibutuhkan
penyesuaian-penyesuaian jugdemental untuk
melihat pengaruh dari resesi suatu perekonomian, pengaruh perubahan inflasi,
kemungkinan pemogokan tenaga kerja atau perubahan kebijakan
pemerintah dan sebagainya.
8.
Revisi Terakhir
Seperti telah dikemukakan tidak
ada ramalan yang bersifat statis.
Penyiapan suatu ramalan yang
baru akan dilakukan tergantung pada hasil evaluasi tahap- tahap sebelumnya.
9.
Pendistribusian Hasil Peramalan
Pendistribusian hasil peramalan kepada
manajemen harus pada waktu tepat dan dalam format yang konsisten. Jika tidak, nilai ramalan tersebut
akan berkurang. Peramal harus menentukan siapa yang harus menerima hasil
ramalan tersebut, tingkat
kerincian ramalan sesuai dengan para penggunanya dan berapa kali para penggunanya harus diberikan dan diperbaiki. Setelah
itu peramal harus
selalu melakukan diskusi dengan para pengguna ramalan tersebut berkenaan dengan kegunaan dari informasi peramalan tersebut
10. Penetapan Langkah
Pemantauan
Suatu kegiatan peramalan yang baik membutuhkan
penetapan langkah- langkah pemantauan
untuk mengevaluasi peramalan ketika sedang berlangsung dan langkah pematauan
yang memungkinkan seorang
peramal untuk mengantisipasi perubahan yang tak
terduga. Peramalan harus dibandingkan dengan hasil aktual
untuk mengetahui akurasi metodologi
yang digunakan. Evaluasi pada tahap ini harus dipandang
sebagai suatu proses pengendalian dan merupakan
langkah yang diperlukan untuk menjaga keandalan estimasi masa datang. Jika ramalan meleset, seorang
harus mencari apa sebabnya dan segera memperbaikinya.
c.
Teknik-Teknik Peramalan
Teknik peramalan merupakan cara
memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa mendatang
secara sistematis dan pragmatis atas dasar data yang relevan
pada masa yang lalu, sehingga dengan demikian
teknik peramalan diharapkan dapat memberikan
objectivitas yang lebih besar. Teknik peramalan memberikan cara
pengerjaan yang teratur dan terarah, dengan demikian dapat dimungkinkan pengguna
teknik-teknik pengaalisisan yang lebih maju, yang dapat diharapkan memberikan tingkat kepercayaan atau keyakinan yang lebih besar, karana dapat diuji dan
dibuktikan penyimpangan atau deviasi
yang terjadi secara ilmiah. Secara umum teknik permalan dibagi atas 2 kategori yaitu:
v Teknik
kualitatif. Teknik ini lebih menekankan pada keputusan-keputusan hasil diskusi pendapat pribadi seseorang, dan
intuisi yang meskipun kelihatannya kurang ilmiah tetapi
dapat memberikan hasil yang baik. Metode ini dibagi
menjadi 2 yakni
ü
Teknik eksploritas
ü Teknik normati
v Teknik kuantitatif
Merupakan prosedur peramalan yang
mengikuti aturan-aturan matematis dan statistik
dalam menunjukan hubungan antara permintaan dengan satu atau lebih variabel
yang mempengaruhinya. Peramalan
kuantitatif mengasumsikan bahwa
tingkat keeratan dan macam dari hubungan antara variabel-variabel bebas
dengan permintaan yang terjadi pada masa lalu akan berulang pada masa akan datang.
d.
Prosedur Peramalan
Dalam melakukan peramalan terdiri
dari beberapa prosedur
yaitu:
v
Mendefinisikan Tujuan Peramalan
Misalnya peramalan dapat digunakan selama masa pra-produksi untuk mengukur
tingkat dari suatu permintaan.
v Membuat diagram pencar (Plot Data)
Misalnya memplot demand versus waktu,
dimana demand sebagai ordinat (Y) dan waktu sebagai axis (X).
v Memilih model peramalan yang tepat
Melihat
dari kecenderungan data pada diagram pencar, maka dapat dipilih beberapa
model peramalan yang
diperkirakan dapat mewakili
pola tersebut.
v Melakukan peramalan
v Menghitung kesalahan
ramalan (forecast error)
Keakuratan suatu model peramalan
bergantung pada seberapa dekat nilai hasil peramalan
terhadap nilai data yang sebenarnya. Perbedaan atau selisih antara nilai aktual dan nilai ramalan disebut sebagai
“kesalahan ramalan (forecast error)” atau deviasi yang dinyatakan dalam:
et = Y(t) – Y’(t)
Dimana
: Y(t) = Nilai data aktual pada
periode t Y’(t) = Nilai
hasil peramalan pada periode t
t = Periode
peramalan
Maka
diperoleh Jumlah Kuadrat Kesalahan Peramalan yang disingkat SSE (Sum of Squared Errors) dan Estimasi Standar
Error (SEE – Standard
Error Estimated)
SSE = S e(t)2 =
S[Y(t)-Y’(t)]2
v Memilih Metode
Peramalan dengan kesalahan yang terkecil.
Apabila nilai kesalahan tersebut tidak
berbeda secara signifikan pada tingkat ketelitian
tertentu (Uji statistik F), maka pilihlah secara sembarang metode-metode tersebut.
v Melakukan Verifikasi
Untuk mengevaluasi apakah pola data menggunakan metode peramalan tersebut sesuai dengan
pola data sebenarnya.
v Memantau ramalan
Bila peramalan sudah selesai, yang
paling adalah tidak melupakannya. Sangat jarang manajer yang ingin mengingat
bila hasil ramalan
mereka sangat tidak akurat, tetapi perusahaan perlu menentukan
mengapa permintaan aktual (variabel yang diuji) secara signifikan berbeda dari yang diproyeksikan.
Salah satu cara untuk memantau peramalan guna menjamin keefektifannya adalah menggunakan isyarat
arah (Tracking Signal)
: adalah pengukuran tentang
sejauh mana ramalan memprediksi nilai aktual dengan baik
isyarat Arah, dihitung sebagai jumlah
kesalahan ramalan berjalan (running sum of the forecast error, RSFE) dibagi dengan deviasi
absolut mean (MAD)
F.
Perhitungan Trend
Analisis trend merupakan suatu metode analisis
yang ditujukan untuk melakukan
suatu estimasi atau peramalan pada masa yang akan datang. Untuk melakukan peramalan dengan baik maka
dibutuhkan berbagai macam informasi (data)
yang cukup banyak dan diamati dalam periode waktu yang relatif cukup panjang, sehingga dari hasil analisis
tersebut dapat diketahui sampai berapa besar
fluktuasi yang terjadi dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
terhadap perubahan tersebut.
Secara teoristis, dalam analisis time series yang paling menentukan adalah kualitas atau keakuratan
dari informasi atau data-data yang diperoleh serta waktu atau periode dari data-data
tersebut dikumpulkan.
Jika data yang dikumpulkan tersebut semakin banyak maka
semakin baik pula estimasi atau
peramalan yang diperoleh. Sebaliknya, jika data yang dikumpulkan semakin
sedikit maka hasil estimasi atau peramalannya akan semakin jelek.
a.
Kuadrat Terkecil
Untuk membahas analisis time series
dengan metode kuadrat terkecil yang dibagi dalam dua kasus,
yaitu kasus data genap dan kasus data ganjil. Secara umum persamaan garis linier dari analisis time series adalah
: Y = a + b X.
Keterangan :
Y adalah variabel
yang dicari trendnya dan X adalah variabel
waktu (tahun). Sedangkan untuk mencari
nilai konstanta (a) dan parameter (b) adalah :
a = ΣY / N Dan b =(ΣYx)/ΣX2
Metode Least Square (kuadrat terkecil)
Metode ini paling sering digunakan untuk meramalkan
y,karena perhitungannya lebih teliti. Rumus Mencari persamaan garis trendY’
= α+bx, α = (∑У)/n
b =(∑Уx)/ ∑x^2 Untuk melakukan perhitungan
diperlukan nilai variabel waktu (x), jumlah
nilai variable waktu
adalah nol atau
∑x=0.
1.
Untuk n ganjil maka n= 2k+1
X k+1=0
v
Jarak antara 2 waktu diberi nilai satu satuan
v
Diatas 0 diberi tanda negatif
( - )
v
Dibawahnya diberi
tanda positif ( + )
2.
Untuk n genap maka n =2k X1/2 [k+(k+1)]=0
v
Jarak antara 2
waktu diberi nilai dua satuan
v
Diatas 0 diberi tanda negatif
( - )
v
Dibawahnya diberi
tanda positif ( + )
Cotoh Soal kasus data ganjil:
Tahun |
Penjualan (Y) |
X |
XY |
𝑿𝟐 |
1995 |
200 |
-4 |
-800 |
16 |
1996 |
245 |
- 3 |
-735 |
9 |
1997 |
240 |
-2 |
-480 |
4 |
1998 |
275 |
-1 |
-275 |
1 |
1999 |
285 |
0 |
0 |
0 |
2000 |
300 |
1 |
300 |
1 |
2001 |
290 |
2 |
580 |
4 |
2002 |
315 |
3 |
945 |
9 |
2003 |
310 |
4 |
1240 |
16 |
jumlah |
2460 |
0 |
775 |
60 |
Jawaban:
Untuk mencari nilai
a dan b adalah
sebagai berikut :
a = 2.460 / 9 = 273,33
b = 775 / 60 = 12,92
Persamaan garis liniernya adalah
: Y = 273,33 + 12,92 X
Dengan menggunakan persamaan tersebut, dapat diramalkan penjualan pada tahun 2010 adalah
:
Y = 273,33
+ 12,92 (untuk tahun 2010 nilai X
adalah 11),
Sehingga : Y
= 273,33 + 142,12 = 415,45
Artinya penjualan barang “X” pada
tahun 2010 diperkirakan sebesar 415.450
unit. Contoh soal kasus data genap:
Tahun |
Penjualan (Y) |
X |
XY |
𝑿𝟐 |
1995 |
200 |
-7 |
-1400 |
49 |
1996 |
245 |
- 5 |
-1225 |
25 |
1997 |
240 |
-3 |
-720 |
9 |
1998 |
275 |
-1 |
-275 |
1 |
1999 |
285 |
1 |
285 |
1 |
2000 |
300 |
3 |
900 |
9 |
2001 |
290 |
5 |
1450 |
25 |
2002 |
315 |
7 |
2205 |
49 |
jumlah |
2150 |
0 |
1220 |
168 |
Jawaban:
Untuk mencari nilai
a dan b adalah
sebagai berikut :
a = 2.150 / 8 = 268,75
b = 1.220 / 168 = 7,26
Persamaan garis liniernya adalah
: Y = 268,75 + 7,26 X
Dengan menggunakan persamaan tersebut,
dapat diramalkan penjualan
pada tahun 2008 adalah :
Y = 268,75 + 7,26 (untuk tahun 2008 nilai X adalah
19), sehingga : Y = 268,75 + 137,94
= 406,69. Artinya penjualan
barang “X” pada tahun 2008 diperkirakan sebesar 406,69 atau 406.690 unit.
b.
Rata-Rata Bergerak
Pada dasarnya, Pengertian Moving Average atau Rata-rata bergerak
adalah metode peramalan yang menghitung rata-rata suatu nilai runtut
waktu dan kemudian
digunakan
untuk memperkirakan nilai pada periode selanjutnya. Moving
Average atau Rata-rata Bergerak
diperoleh melalui penjumlahan dan pencarian nilai rata-rata dari sejumlah periode
tertentu, kemudian
menghilangkan nilai terlamanya dan menambah nilai baru.
Rumus rata-rata bergerak adalah:
MA = ΣX / Jumlah Periode Keterangan :
MA = Moving Average
ΣX = Keseluruhan Penjumlahan dari semua data periode waktu
yang diperhitungkan Jumlah Periode
= Jumlah Periode
Rata-rata bergerak
Atau dapat ditulis
dengan :
MA
= (n1 + n2 + n3 + …) / n
Keterangan :
MA
= Moving Average n1 = data periode
pertama n2 = data periode kedua
n3 = data periode
ketiga dan seterusnya n = Jumlah Periode Rata-rata bergerak Contoh Soal
Perusahaan PT. ZZYY yang bergerak
di bidang manufakturing Ponsel ingin meramalkan penjualan Ponsel untuk bulan
April dan Mei dengan menggunakan data bulanannya
yang dimulai dari bulan Januari. Periode Rata-rata bergeraknya adalah 3 bulan. Berikut ini adalah cara dan hasil perhitungannya.
Bulan |
Penjualan (unit) |
Perkiraan (Unit) |
Januari |
22.500 |
- |
Februari |
37.500 |
- |
Maret |
30.500 |
- |
April |
? |
|
Mei |
? |
|
Penyelesaianya:
Perkiraan Penjualan
untuk bulan April adalah
:
MA April = (22.500 + 37.750 + 30.000)
/ 3
MA
April = 90.000 / 3 MA April = 30.000
Jadi perkiraan penjualan
ponsel pada bulan April adalah sekitar 30.000
unit.
Kita dapat melanjutkan lagi untuk bulan
Mei dengan menggunakan data perkiraan yang dihitung
tersebut atau dengan menunggu hasil aktual pada bulan yang bersangkutan.
Misalnya data aktual pada bulan April yang didapat adalah 35.000 unit, maka perhitungannya adalah sebagai berikut
:
MA Mei = (37.500 + 30.000 + 35.000)
/ 3
MA
Mel = 102.500 / 3 MA Mei = 34.167
Dengan perhitungan tersebut didapat bahwa perkiraan penjualan
ponsel untuk Mei adalah sekitar
34.167 unit.
Catatan : Untuk perhitungan bulan Mei, Penjualan pada bulan
Januari dihilangkan dan digantikan dengan
hasil penjualan pada bulan April.
Hal ini karena perhitungan Moving
Average atau Rata-rata Bergerak kita adalah 3 bulanan. Kita dapat
membuat tabel peramalan penjualan
dengan tabel seperti
berikut ini :
Bulan |
Penjualan (unit) |
Perkiraan (Unit) |
Januari |
22.500 |
- |
Februari |
37.500 |
- |
Maret |
30.500 |
- |
April |
35.000 |
30.000 |
Mei |
? |
34.000 |
G.
Analisis Regresi dan Korelasi
Analisis regresi merupakan salah satu
analisis yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
suatu variabel terhadap variabel lain. Dalam analisis
regresi, variabel yang mempengaruhi
disebut Independent Variable (variabel bebas) dan variabel yang dipengaruhi disebut Dependent Variable
(variabel terikat). Jika dalam persamaan regresi
hanya terdapat satu variabel bebas dan satu variabel terikat, maka disebut sebagai persamaan regresi sederhana,
sedangkan jika variabel bebasnya lebih dari satu, maka disebut sebagai persamaan regresi
berganda.
Analisis Korelasi merupakan suatu
analisis untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan
antara dua variabel. Tingkat hubungan tersebut dapat dibagi menjadi tiga kriteria,
yaitu mempunyai hubungan
positif, mempunyai hubungan negatif
dan tidak mempunyai hubungan.
v Contoh analisis Regresi
Berdasarkan hasil pengambilan sampel secara acak tentang
pengaruh lamanya belajar (X) terhadap nilai ujian (Y) adalah sebagai
berikut:
Nilai Ujian |
X (Lama
Belajar) |
𝑿𝟐 |
XY |
40 |
4 |
16 |
160 |
60 |
6 |
36 |
360 |
50 |
7 |
49 |
350 |
70 |
10 |
100 |
700 |
90 |
13 |
169 |
1.170 |
ΣY = 310 |
ΣX = 40 |
Σ 𝑿𝟐= 370 |
ΣXY=
2.740 |
Dengan menggunakan rumus regresi sederhana nilai a dan b
akan diperoleh sebagai berikut
:
a = [(ΣY . Σ 𝑋2 ) – (ΣX . ΣXY)] / [(N . Σ 𝑋2) – (ΣX)2]
a = [(310 . 370)
– (40 . 2.740)] / [(5 . 370) – 402] = 20,4
b = [N(ΣXY) – (ΣX . ΣY)] / [(N . Σ 𝑋2) – (ΣX)2]
b = [(5 . 2.740) – (40 . 310] / [(5 . 370) – 402] =
5,4
Sehingga persamaan regresi sederhana
adalah Y = 20,4 + 5,2 X
Berdasarkan hasil penghitungan dan persamaan regresi
sederhana tersebut di atas, maka dapat diketahui
bahwa :
Ø Lamanya
belajar mempunyai pengaruh positif (koefisien regresi (b) = 5,2) terhadap nilai ujian, artinya jika semakin
lama dalam belajar maka akan semakin baik atau tinggi
nilai ujiannya;
Ø Nilai
konstanta adalah sebesar 20,4, artinya jika tidak belajar atau lama belajar sama dengan nol, maka nilai ujian adalah
sebesar 20,4 dengan
asumsi variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi dianggap
tetap.
v Contoh analisis korelasi
Sampel
yang diambil secara acak dari 5 mahasiswa, didapat data nilai statistik dan matematika sebagai berikut:
Sampel |
X (Statistik) |
Y (Matematika) |
XY |
𝑿𝟐 |
𝒀𝟐 |
1 |
2 |
3 |
6 |
4 |
9 |
2 |
5 |
4 |
20 |
25 |
16 |
3 |
3 |
4 |
12 |
9 |
16 |
4 |
7 |
8 |
56 |
49 |
64 |
5 |
8 |
9 |
72 |
64 |
81 |
Jumlah |
25 |
28 |
166 |
151 |
186 |
r = [(N . ΣXY) – (ΣX . ΣY)] / √{[(N . ΣX2) – (ΣX)2] . [(N
. ΣY2) – (ΣY)2]}
r = [(5 . 166) – (25 . 28) / √{[(5 . 151)
– (25)2] . [(5 . 186) – (28)2]} = 0,94
Nilai koefisien korelasi sebesar 0,94 atau 94 % menggambarkan bahwa antara nilai statistik dan matematika mempunyai
hubungan positif dan hubungannya erat,
yaitu jika mahasiswa mempunyai nilai statistiknya baik maka nilai matematikanya juga akan baik dan sebaliknya jika nilai statistik jelek maka nilai matematikanya juga jelek.
H.
Analisis Break Even Contoh
soal
PT. Laksamana Raja di Laut memiliki data biaya dan rencana produksi
seperti berikut ini :
v Biaya Tetap sebulan adalah
sebesar Rp140.000.000,00 yaitu
terdiri dari :
ü
Biaya Gaji Pegawai
+ Pemilik = Rp75.000.000,00
ü
Biaya Penyusutan Mobil Kijang = Rp1.500.000,00
ü
Biaya Asuransi Kesehatan
= Rp15.000.000,00
ü
Biaya Sewa Gedung
Kantor = Rp18.500.000,00
ü
Biaya Sewa Pabrik
= Rp30.000.000,00
v Biaya Variabel
per Unit Rp. 75,000.00 yaitu
terdiri dari :
ü
Biaya Bahan Baku = Rp35.000,00
ü
Biaya Tenaga Kerja Langsung = Rp25.000,00
ü
Biaya Lain = Rp15.000,00
v Harga jual per unit Rp. 95.000,00
v Kapasitas produksi
penuh 15.000 unit
Dari data PT. Laksamana Raja di Laut tersebut dapat dihitung (break Even Point
(BEP) sebagai berikut:
Metode persamaan
BEP (Rupiah) = a
Di mana:
BEP (Rupiah)
= Break Even Point dalam Rupiah a = Biaya Tetap
bx = Biaya Variabel per Unit
x Kapasitas produksi
Penuh px = Harga Jual per
Unit x Kapasistas Produksi Penuh BEP (Rupiah) = 140.000,000.00
1 -
140.000,000.00
1,125,000,000.00 1,425,000,000.00
= 1-
= 140,000,000.00
1- 0,79
= 140,000,000.00
0,21
= 665,000,000.00
BEP (Unit) = a p-b
Di mana :
BEP (Unit)
= Break Even Point dalam Unit a = Biaya Tetap
b = Biaya Variabel
per Unit p = Harga Jual per Unit
BEP (Unit) = 140,000,000.00
95.000 – 75. 000
= 140,000,000.00
20.000
= 7000 Unit
Nah, adapun dalam menentukan
titik Break Even Point (BEP) menggunakan metode
grafis dapat dilakukan
dengan beberapa langkah yaitu:
v
Tentukan sumbu x (harga) dan sumbu y (produksi).
v Gambarkan garis biaya
tetap
v Gambarkan garis biaya variable yang diawali
pada posisi biaya tetap
v Gambarkan garis penjualan yang dimulai dari tiitk nol
v Perpotongan
antara garis biaya variable dengan garis penjualan adalah titik BEP. Dalam
kasus ini terdapat
data-data sebagai berikut:
Biaya
tetap : Rp 140.000.000,00 Biaya
variabel/unit : Rp 75.000,00 Harga
jual per unit : Rp 95.000,00 Kapasitas Penuh : 15.000 unit
Maka dapat digambarkan Break Even Poin (BEP) dalam bentuk grafis
sebagai berikut:
Keterangan:
FC
: Biaya Tetap dalam produksi penuh VC
: Biaya Variabel dalam produksi penuh S : Penjualan dalam produksi penuh
I.
Manajemen Persediaan
a.
Jenis-Jenis Persediaan Fisik
v Persediaan bahan baku
Persediaan bahan baku mengacu
pada barang yang digunakan untuk membuat
produk atau persediaan perusahaan. Dengan kata lain, mereka adalah bahan yang dibutuhkan untuk memproduksi
berbagai barang. Bahan baku bisa apa
saja dari kayu dan paku untuk membuat perabot atau tepung, telur dan mentega yang digunakan untuk membuat
produk untuk toko roti. Biaya bagian persediaan
ini dilaporkan sebagai
persediaan bahan baku di
neraca perusahaan.
v
Persediaan barang
dalam proses
Persediaan barang dalam proses mengacu
pada barang yang belum selesai atau
sepenuhnya diproduksi. Contoh jenis inventaris ini termasuk cokelat yang masih membutuhkan lapisan gula di pabrik
cokelat, sepatu yang belum diwarnai, dan minyak esensial
yang belum dikemas
dalam botol oleh produsen kesehatan.
v Persediaan pemeliharaan, perbaikan dan operasi (maintenance, repair, operating, MRO). Pemeliharaan, perbaikan, operasi digunakan untuk menjaga agar permesinan dan proses produksi
tetap produktif. MRO tetap ada karena kebutuhan dan waktu pemeliharaan dan
perbaikan beberapa peralatan tidak diketahui.
v Persediaan barang jadi
Barang jadi mengacu pada produk atau
persediaan yang siap dijual oleh perusahaan. Barang-barang ini telah menyelesaikan siklus produksi. Barang
jadi sebelumnya terdiri dari
bahan mentah dan juga barang dalam proses. Contoh persediaan barang jadi termasuk barang jadi yang dipanggang di
toko roti, kaos yang sudah jadi
oleh perancang pakaian dan rumah yang sudah selesai oleh pembangun rumah.
b. Biaya-Biaya Persediaan
Pada umumnya biaya persediaan ini
memiliki 4 kategori yang masing- masingnya memiliki
tugas yang berbeda diantaranya:
v
Biaya Pemesanan (Order Cost)
Biaya pemesanan merupakan biaya yang
akan berkaitan dengan kegiatan pemesanan
persediaan. Biaya pemesanan ini biasanya mencakup seluruh biaya yang dikeluarkan mulai dari pertama kali
order hingga barang yang dipesan tersebut tersedia
di gudang.
Ø
Biaya Komunikasi
Ø
Biaya Pengiriman
Ø
Biaya Packing
Ø
Biaya Pemrosesan Pesanan
Ø
Biaya Pemeriksaan Pemesanan
v
Biaya Penyimpanan (Carrying Cost)
Biaya ini adalah yang biaya yang dapat
muncul dan dikeluarkan untuk menyimpan barang atau material
yang sudah diorder
sebelumnya. Biaya penyimpanan ini dapat berubah sesuai
dengan nilai persediaan yang disimpan. Beberapa
contoh biaya penyimpanan ini diantaranya seperti:
Ø
Biaya Fasilitas Penyimpanan
Ø
Biaya Asuransi
Ø
Biaya Keamanan
Ø
Biaya Keusangan
Ø
Biaya Penyusutan Persediaan
Ø
Biaya Penurunan Harga
Ø
Biaya Perhitungan Fisik dan Konsiliasi Laporan
Ø
Biaya Penanganan Persediaan
Ø
Biaya Pelaksana Gudang
Ø
Biaya Kerusakan Barang
Ø
Biaya Modal
v
Biaya Persiapan (Set Up Cost)
Biaya persiapan atau set up cost akan
muncul jika perusahaan dapat memproduksi barangnya
sendiri atau material
persediaan yang telah dibutuhkan. Beberapa contoh set up cost, yaitu:
Ø Biaya mesin yang sudah
tidak berfungsi
Ø
Biaya persiapan tenaga kerja
Ø
Biaya surat menyurat
Ø
Biaya persiapan peralatan dan perlengkapan
Ø Biaya penjadwalan
v Biaya Kehabisan
(Shortage Cost)
Manajemen persediaan kadang kali tentu akan kehabisan atau kekurangan
karenanya biaya kekurangan atau yang biasa adalah disebut shortage cost akan muncul apabila bahan
persediaan tidak tersedia. Seperti contoh
jika perusahaan menerima sebuah pesanan namun saat hendak akan diproduksi, ternyata tidak ada bahan
bakunya sehingga perusahaan tidak dapat memenuhi pesanannya. Karena itu,
terdapat peluang yang timbul akibat dari kekurangan persediaan tersebut seperti:
Ø
Kehilangan Penjualan
Ø Kehilangan Pelanggan
Ø
Kehilangan Pemesanan Khusus
Ø
Biaya Pengiriman Khusus
Ø
Produksi Terganggu
Ø
Gangguan Jadwal Produksi
c.
Model Economic Order Quantity (EOQ)
Rumus
Titik
pemesanan kembali (R.O.P) = d x L EOQ
(Q optimal) = akar dari ( 2SD/H)
B.
persediaan tahunan total pada EOQ (TC) = S x D/Q + H x Q/2 Jumlah
yang dipesan kembali
= D/Q
Keterangan :
D
; permintaan dalam 1 thn d ; permintaan / hari
L ; lead time
Q
; persediaan optimal S ; biaya pesan
H ; biaya simpan
Contoh Soal
Permintaan produk/thn 250.000 unit. diket. 1 thn =250 hr kerja. b. penyimpanan Rp, 50/unit/th. b. pemesanan Rp
35.000/order. supplay memerlukan waktu 10 hari u/ pengiriman.
diket :
D= 250.000
H= Rp 50 /unit/th
S= Rp 35.000 / order
1 thn = 250 hari kerja
D = 250.000 / 250 = 1000 unit
lead time = 10 hari
v
R.O.P = d x L = 1.000 x 10 =
10.000 unit
v Q
optimal = akar dari 2 x 35.000 x 250.000/50
Q optimal = 18.708 unit
v TC = 35.000
x (250.000/18.708) + 50 x (18.708/2) = Rp 935.400
v
Jumlah yang dipesan kembali
= 250.000/18.708 = 13.37
d.
Economic Order Quantity (EOQ) dengan Backorder
Rumus:
EOQ
(Q optimal) = akar 2SD/H x akar H+B/B I = akar 2SD/H x
akar B/(H+B)
TC = H x Ikuadrat /2Q + SxD/Q + B (Q-1)kuadrt/2Q
Keterangan:
B : backorder
cost
I : surplus
persediaan Contoh Soal Diketahui
D
= 250.000 unit/tahun H = Rp 50/unit/tahun S= Rp 35.000 / order B= Rp 150 / unit
v
Q optiml = akar 2(35.000)(250.000)/50 x akar 50+150/150
= 18.708 x 1,1547 = 21.602
v
Jumlah order/tahun = 250.000/21.602 =11,57 kali
v Jumlah
yang dipesan kembali= 18.708 x 0,866 = 16.202
Back order = Q-I=21.602 - 16.202 = 5.400 unit
v Biaya tahunan total (TC)= {50 x (16.202)kuadrt/2 x 21.602)} + {(35.000 x 11,57)} + {150 x (5.400)kudrt/2x21.602} = 303.796
+ 404.950 + 101.241
= Rp 809.987
v
Dibanding dengan EOQ dasar
Biaya total
dg back order lebih kecil
yaitu 809.987 dari 935.400
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
Menurut
Handoko (2011:183) alokasi
tenaga kerja merupakan
masalah yang berhubungan dengan
alokasi optimal dari sumber daya tenaga kerja atau personalia yang produktif,
yang mempunyai tingkat efisiensi berbeda-beda
untuk pekerjaan yang berbeda. Pengalokasian tenaga kerja merupakan cara yang dilakukan perusahaan dalam rangka
memproduksi barang atau jasa
disamping menggunakan tenaga mesin.
Pengalokasian tenaga kerja ini harus diatur sedemikian rupa karena jumlahnya
yang terbatas dan harus disesuaikan dengan kapasitas-kapasitas yang ada. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
pengalokasian tenaga kerja menurut
Mello dkk (2011:47) yaitu kondisi (1) ekonomi dan sosial, (2) dimensi teknologi, (3) dimensi sosial dan demografi, (4) investasi, (5) hukum dan peratuuran dan (6) produksi danorganisasi kerja.
B.
Saran
Demikianlah makalah ini
diselesaikan, semoga makalah
ini dapat bermanfaat baik bagi para para pembaca
khususnya bagi saya selaku penulis. Kelebihan dan kesempurnaan adalah
hanya milik Allah semata. Jika ada
kekurangan dan kesalahan itu dikarenakan kekhilafan penyusun makalah
ini. Untuk itu kiranya memberikan saran dan kritikan
yang membangun. Serta arahan
dan bimbingan dari semua pihak, terutama dari
dosen pembimbing.
DAFTAR PUTAKA
Handoko, T. Hani. (2012). Dasar-dasar Manajemen Produksi
dan Operasi. Yogyakarta: BPFE
Mello, A. M dkk. (2011). Work Allocation in Complex Production
Processes: A Methodology for Decision
Support. Journal of Operations and Supply Chain Management (JOSCM)
Sutalaksana. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja. Bandung:
Institut Teknologi Bandung
Koesomowidjojo, Suci. 2017. Panduan Praktis Menyusun
Analisis Beban Kerja.
Jakarta: Raih Asa Sukses.
Moeheriono. 2010. Pengukuran Kinerja
Berbasis Kompentensi Jakarta
: PT. Bumi Aksara.
Heizer, Jay dan Render,
Barry. 2009. Manajemen Operasi, Buku 1 Edisi 9. Jakarta: Salemba Empat.
Murahartawaty.
2009. Peramalan. Jakarta: Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Suhardi dan Purwanto, Statistika Untuk
Ekonomi Dan Keuangan Modern. (Jakarta: Salemba
Empat, 2004).
No comments:
Post a Comment