DAFTAR
ISI
1. Masalah alokasi tenaga kerja
Pengalaman Masa Lalu (Historical
Experience)
Standar Waktu Yang Telah Ditentukan (Predetermined Time Study)
Pengambilan Sampel Kerja (Work Sampling)
2. Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas
2) Kesehatan jasmani dan rohani
3. program program peningkatan produktivitas
1. Rencana rencana upah insentif
5. peramalan permintaan akan produk dan jasa
6. Analisi regresi dan korelasi
Contoh Soal
EOQ (Economic Order Quantity)
1. Masalah alokasi tenaga kerja
Manajemen tenaga kerja
merupakan ma salah penting dan menuntut tanggung ja wab paling besarDalam
kenyataannya, tenaga kerja adalah salah satu sumberdaya yang dikelola se cara
lemah dalam operasi organisasiAda kebutuhan mendesak untuk lebih me nerapkan
riset – riset keperilakuan dalam fungsi operasi organisasi, tentu saja tanpa
meninggalkan aspek2 teknik dll. yang sa ngat membantu tugas manajer dalam meng
kelola tenaga kerja
Manajemen operasional sering
mengha dapi masalah – masalah yang berhu bungan dengan alokasi optimal dari ber
bagai macam sumberdaya yang produktif, terutama tenaga kerja yang mempunyai
tingkat efisiensi berbeda untuk pekerjaan yang berbeda pulaMasalah ini disebut
masalah penugasan (assigment problem), yang merupakan su atu kasus khusus dari
masalah linear pro – graming
Salah satu teknik pemecahan
masalah penugasan yang tersedia adalah metode Hungarian yang mula – mula dikem
bangkan oleh matematikawan berke bangsaan Hongaria bernama D. Konig pada tahun
1916Model model penugasan bertujuan untuk mengalokasikan
sejumlah sumberdaya un tuk sejumlah sama pekerjaan pada biaya total minimum Penugasan
dibuat atas dasar bahwa setiap sumberdaya harus ditugaskan hanya untuk satu
pekerjaan
Dalam praktek sering dijumpai kasus di mana
jumlah karyawan tidak sama dengan jumlah pekerjaan, sehingga metode Hungarian
tidak dapat diterapkan .Untuk tetap bisa diselesaikan maka harus ditambahkan
variabel semu (dummy variable):Jika jumlah pekerjaan lebih besar dari jumlah
karyawan maka harus ditambahkan karyawan semu (dummy worker)Jika jumlah
karyawan lebih besar dari jumlah pekerjaan maka harus ditambahkan pekerjaan
semu (dummy job)Biaya penugasan untuk karyawan / pe kerjaan semu adalah = 0
Masalah
maksimalisasi
Pemecahan masalah maksimisasi
dalam penugasan optimal tenaga kerja juga dapat dilakukan dengan metode
HungarianPerbedaan dengan masalah minimisasi adalah bahwa bilangan – bilangan
dalam matriks tidak menunjukkan tingkat biaya tetapi menunjukkan tingkat
labaEfektivitas pelaksanaan kerja oleh karya wan individual diukur dengan
jumlah kontri busi laba
PT LAQUNATEKSTIL memiliki sebuah
pabrik yang akan memproduksi 2 jenis produk, yaitu kain sutera dan kain wol.
Untuk memproduksi kedua produk diperlukan bahan baku benang sutera, bahan baku
benang wol dan tenaga kerja. Maksimum penyediaan benang sutera adalah 60 kg per
hari, benang wol 30 kg per hari dan tenaga kerja 40 jam per hari. Kebutuhan
setiap unit produk akan bahan baku dan jam tenaga kerja dapat dilihat dalam
tabel berikut:
Jenis Bahan Baku dan Tenaga Kerja |
Kg Bahan Baku & Jam Tenaga Kerja |
Maksimum Penyediaan |
|
Kain Sutra |
Kain Wol |
||
Benang Sutra |
2 |
3 |
60 kg |
Benang Wol |
- |
2 |
30 kg |
Tenaga Kerja |
2 |
1 |
40 kg |
Langkah-langkah:
1) Tentukan variabel
X1=kain sutera
X2=kain wol
2) Fungsi tujuan
Zmax=
40X1 + 30X2
3) Fungsi kendala / batasan
1.
2X1 + 3X2 60 (benang sutera)
2.
2X2 30 (benang wol)
3.
2X1 + X2 40 (tenaga kerja)
4) Membuat grafik
1.
2X1 + 3 X 2=60
X1=0, X2 =60/3 = 20
X2=0, X1= 60/2 = 30
2.
2X2 30
X2=15
3.
2X1 + X2 40
X1=0, X2 = 40
X2=0, X1= 40/2 = 20
Cara mendapatkan solusi optimal:
1. Dengan mencari nilai Z setiap titik
ekstrim.
2. Titik A
X1=0, X2=0
masukkan nilai X1 dan X2 ke Z
Z = 40 . 0 + 30 . 0 = 0
Titik B
X1=20, X2=0
masukkan nilai X1 dan X2 ke Z
Z = 40 . 20 + 30 . 0 = 800
Titik C
Mencari titik potong (1) dan (3)
2X1 + 3X2 = 60
2X1 + X2 = 40
2X2=20 X2=10
Masukkan X2 ke kendala (1)
2X1 + 3X2 = 60
2X1 + 3 . 10 = 60
2X1 + 30 = 60
2X1 = 30 X1 = 15
masukkan nilai X1 dan X2 ke Z
Z = 40X1 + 30X2 = 40 . 15 + 30 . 10 = 600 + 300 = 900
(optimal)
Titik D
2X2 = 30
X2 = 15
masukkan X2 ke kendala (1)
2X1 + 3 . 15 = 60
2X1 + 45 = 60
2X1 = 15 X1 = 7,5
masukkan nilai X1 dan X2 ke Z
Z = 40 . 7,5 + 30 . 15 = 300 + 450 = 750
Titik E
X2 = 15
X1 = 0
masukkan nilai X1 dan X2 ke Z
Z = 40 . 0 + 30 .15 = 450
Kesimpulan :
Untuk memperoleh keuntungan optimal,
maka X1 = 15 dan X2 = 10 dengan
keuntungan sebesar Rp 900 juta.
Masalah Minimalisasi
iUntuk lebih
jelasnya diambil contoh pemecahan masalah penugasan di suatu perusahaan.Bagian
produksi perusahaan mempunyai tiga (3) jenis pekerjaan yang berbeda untuk
diselesaikan oleh tiga (3) karyawan . Ketiga karyawan tersebut mempunyai
tingkat ketrampilan , pengalaman kerja , latar belakang pendidikan dan latihan
yang berbeda pula. Karena sifat pekerjaan dan kemampuan karyawan berbeda , maka
biaya penyelesaian pekerjaan berbeda beda.
contoh soal dan jawaban ;
2. Pengukuran
kerja
pengukuran Kerja (Work Measurement) adalah tindakan
pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang
ada pada suatu perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai
umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu
rencana dan titik di mana perusahaan memerlukan penyesuaian–penyesuaian atas
aktivitas perencanaan dan pengendalian.
Dalam pengukuran kerja, biasanya dilihat dari proses
operasi dalam perusahaan dapat efisien atau tidak biasanya didasarkan atas lama
waktu untuk membuat suatu produk atau melaksanakan suatu pelayanan (jasa).
Jumlah waktu yang harus digunakan untuk melaksanakan kegiatan tertentu dibawah
kondisi kerja normal disebut standar pekerja (labor standards).
Anajer operasional dapat menetapkan
standar pekerja yang benar yaitu secara tepat dapat menentukan rata-rata waktu
yang dibutuhkan seorang karyawan untuk melaksanakan aktivitas tertentu dalam
kondisi kerja normal. Penetapan standar pekerja dapat menggunakan empat cara
Pengalaman Masa Lalu (Historical Experience)
Standar
pekerja dapat diestimasi berdasarkan apa yang telah terjadi di masa lalu yaitu
berapa jam kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Cara ini
memiliki kelebihan karena relatif mudah dan murah didapatkan. Standar seperti
ini lazimnya didapatkan datanya dari kartu waktu pekerja atau dari data
produksi. Akan tetapi kelemahannya adalah tidak objektif dan tidak dapat
diketahui keakuratannya apakah kecepatan kerjanya layak atau tidak, dan apakah
kejadian yang tidak biasa sudah diperhitungkan atau belum. Oleh karena itu
penggunaan teknik ini tidak dianjurkan maka tiga cara yang lain adalah yang
dianjurkan.
Studi Waktu (Time Study)
Studi waktu adalah bagian dari prosedur pengukuran kerja
yang digunakan, di mana usaha manusia menjadi bagian dari aktivitas produktif
dan beberapa prosedur yang digunakan untuk mengukur human time untuk
beberapa konsep dari sebuah level standar dari suatu usaha (Mundel and Danner,
1994).
Studi terhadap waktu dapat menunjukkan ukuran kerja, yang
melibatkan teknik dalam penetapan waktu baku yang diijinkan untuk melakukan
tugas yang telah diberikan berdasarkan ukuran suatu metode kerja dengan
memperhatikan faktor kelelahan, pekerja dan kelambatan yang tidak dapat
dihindarkan. Analisis studi waktu dapat menggunakan beberapa teknik untuk
menetapkan sebuah standar yaitu dengan cara studi waktu menggunakan stopwatch,
pengolahan data dengan menggunakan komputerisasi, data standar, dasar mengenai
data gerakan, pengambilan contoh kerja, dan perhitungan berdasarkan masa lalu.
Setiap teknik mempunyai penerapan tersendiri pada setiap kondisi, studi
analisis waktu harus dapat diketahui ketika hal ini harus menggunakan teknik
tertentu dan kemudian menggunakan teknik tersebut secara benar
Standar Waktu Yang Telah Ditentukan
(Predetermined Time Study)
Suatu pembagian pekerjaan manual menjadi elemen dasar
kecil yang waktunya telah ditetapkan dan dapat diterima secara luas. Caranya
dengan menjumlahkan faktor waktu bagi setiap elemen dasar dari pekerjaan. Cara ini
membutuhkan biaya yang besar. Metode yang paling umum adalah metode pengukuran
waktu (MTM = Methods Time Measurement). Standar waktu yang telah
ditetapkan merupakan perkembangan dari gerakan dasar yang disebut sebagai
Therblig yang ditemukan oleh Frank Gilbreth, yang mencakup aktivitas seperti
memilih, mengambil, mengarahkan, merakit, menjangkau, memegang, beristirahat,
meneliti.
Standar waktu yang telah ditetapkan memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan studi waktu yaitu:
(1) Standar waktu dapat dibuat di laboratorium sehingga prosedur ini
tidak mengganggu aktivitas sesungguhnya,
(2) Karena standar dapat ditentukan sebelum pekerjaan benar-benar
dilakukanmaka dapat digunakan untuk membuat rencana,
(3) Tidak ada pemeringkatan kinerja yang dibutuhkan,
(4) Serikat pekerja cenderung menerima metode ini sebagai cara yang
wajar untuk menetapkan standar,
(5) Standar waktu yang telah ditentukan biasanya efektif pada perusahaan
yang melakukan sejumlah besar penelitian pada tugas yang sama.
Pengambilan Sampel Kerja (Work
Sampling)
Metode ini dikembangkan di Inggris oleh L. Tipper pada
tahun 1930. Pengambilan sampel kerja memperkirakan persentase waktu yang
dihabiskan oleh seorang pekerja pada beragam pekerjaan. Hasilnya digunakan
untuk menentukan bagaimana karyawan mengalokasikan waktu mereka di antara
aktivitas yang beragam. Hal ini akan mendorong adanya perubahan karyawan,
penugasan ulang, perkiraan biaya aktivitas dan kelonggaran keterlambatan bagi
standar pekerja. Apabila pengambilan sampel ini untuk menetapkan kelonggaran
keterlambatan, maka sering disebut penelitian rasio keterlambatan (ratio
delay study). Prosedur dalam metode ini ada lima langkah sebagai berikut:
(1) Mengambil sampel awal untuk mendapatkan sebuah perkiraan nilai
parameter seperti persentase waktu sibuk seorang pekerja,
(2) Hitung ukuran sampel yang dibutuhkan,
(3) Buat jadwal pengamatan pada waktu yang layak. Konsep angka acak
digunakan untuk menapatkan pengamatan yang benar-benar acak,
(4) Lakukan pengamatan dan catat aktivitas pekerja,
(5) Tentukan bagaimana pekerja menghabiskan waktu mereka
biasanya dalam persentase.
Fokus pada pengambilan sampel kerja adalah untuk
menentukan bagaimana para pekerja mengalokasikan waktu mereka di antara beragam
aktivitas yang dilakukannya. Hal ini dapat dicapai dengan menetapkan persentase
waktu yang dihabiskan oleh seorang pekerja pada aktivitas yang ada pada
sejumlah waktu tertentu. Seorang analis hanya mencatat aktivitas yang dilakukan
secara acak.
3. Manajemen
produktivitas
Manajemen produktivitas adalah sebagai hasil yang didapat dari
produksi yang menggunakan satu atau lebih faktor produksi, produktivitas
biasanya dihitung sebagai indeks dan rasio antara output dengan input.
1.pengukuran
produktivitas
Tujuan dari pengukuran ialah
akan menentukan jenis rasio mana yang digunakan dan diantaranya banyak macam
produktivitas nilai “Value Produktivity” produktivitas nilai tambah atau value
added productivity lebih cocok digunakan untuk menggambarkan peningkatan
produktivitas dan pembagian hasilnya. Hal ini dikarenakan nilai tambah umumnya
merupakan sumber dari pembagian hasil produksi ditingkat ekonomi secara
nasional maupun tingkat perusahaan.
Pengukuran atau penilaian
produktivitas perusahaan merupakan pengukuran terhadap produktivitas atau prestasi
kerja karyawan, yaitu suatu sistem yang digunakan untuk menilai dan mengetahui
apakah seseorang karyawan telah melaksanakan pekerjaannya dengan baik.
Pengukuran atau penilaian produktivitas karyawan mutlak harus dilakukan untuk
mengetahui prestasi yang dapat dicapai setiap karyawan, apakah baik, sedang,
atau kurang
Penilaian prestasi penting bagi setiap karyawan dan
berguna bagi perusahaan. Hal ini digunakan untuk menetapkan tindakan kebijakan
selanjutnya. Dengan pengukuran produktivitas atau prestasi kerja berarti para
bawahan mendapat perhatian atasan sehingga mendorong bawahan untuk lebih
bergairah dalam bekerja, asalkan proses pengukurannya atau penilaiannya jujur
dan objektif serta ada tindak lanjutnya. Tindak lanjut pengukuran ini
memungkinkan karyawan untuk dipromosikan, didemosikan, dikembangkan atau balas
jasa (kompensasi) nya dinaikkan.
2. Faktor Yang
Mempengaruhi Produktivitas
Berikut ini faktor-faktor lain yang
mempengaruhi produktivitas kerja adalah:
1) Pendidikan
Tingkat kecerdasan karyawan dilihat dari
tingkat pendidikannya. Semakin tinggi pendidikan semakin besar kemungkinan
untuk mendapatkan tujuan kejenjang yang lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan
berhubungan dengan produktivitas kerja staf dan karyawan.
2) Kesehatan jasmani
dan rohani
Salah satu tugas pimpinan perusahaan
adalah menjamin kesehatan karyawan yaitu dengan cara mengatur jam kerja,
meniadakan lembur sehingga dapat menciptakan kegiatan kerja para karyawan.
Karyawan yang sehat juga pasti akan dapat meningkatkan produktivitas kerjanya.
3) Lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang baik akan
berpengaruh besar dalam meningkatkan produktivitas. Lingkungan kerja yang
bersih dapat mempengaruhi karyawan untuk bekerja lebih giat.
4) Faktor
Manajerial
Gaya kepemimpinan yang efektif, memotivasi, mengarahkan,
dan menggerakan bawahannya agar dapat bekerja dengan lebih semangat dan
bergairah dalam melaksanakan tugas.
5) Motivasi
Pemberian motivasi oleh seseorang pimpinan yang baik akan
membimbing dan melatih karyawannya. Memotivasi setiap karyawan tidaklah mudah,
sebab setiap karyawan mempunyai latar belakang, pengalaman, harapan dan
keinginan yang berbeda.
3. program program peningkatan
produktivitas
Tujuan utama dari Program
Peningkatan Produktivitas (Productivity Improvement
Program) adalah untuk meningkatkan produktivitas perusahaan, yang
memberikan hasil nyata dan terukur pada peningkatan profit perusahaan.
Ada 3 pendekatan yang
di lakukan dalam Program Peningkatan Produktivitas, yaitu:
1. Working Area Improvement,
yaitu perbaikan area kerja dari segi pekerjaan yang harus dilakukan, pembagian
pekerjaan, alur pekerjaan, standar waktu penyelesaian pekerjaan, hasil
pekerjaan, baik kualitas maupun kuantitas, dan faktor lain yang terkait dengan
pekerjaan yang dilakukan dalam suatu area kerja.
2. System Improvement.
Setelah dilakukan perbaikan di area kerja, selanjutnya dibuat atau dikembangkan
sistem manajemen yang dapat menjaga konsistensi aktivitas dan hasil di area
kerja.
3. People Improvement.
Setelah dibuat dan dikembangkan sistem manajemen yang dapat menjaga konsistensi
di area kerja, selanjutnya dilakukan pelatihan terhadap SDM agar supaya dapat
menjalankan sistem manajemen yang sudah diperbaiki dan dikembangkan tersebut.
Pelatihan (training) SDM juga dilakukan untuk menjamin konsistensi
dan sustainability hasil implementasi Program Peningkatan
Produktivitas ketika kami telah selesai melakukan implementasi dan tidak lagi
mendampingi Klien.
4. Masalah Kompensasi
kompensasi adalah suatu balas jasa
yang layak dan adil diberikan kepada para karyawan atas jasa-jasanya dalam
mencapai tujuan organisasi. Kompensasi karyawan adalah seluruh imbalan yang
diterima pegawai atas hasil kerja pegawai pada perusahaan atau organisasi.
Kompensasi ini bisa berupa fisik atau
non fisik, harus dihitung dan diberikan kepada karyawan sesuai dengan
pengorbanan yang telah diberikannya kepada perusahaan atau organisasi tempat ia
bekerja. Hal ini sangat penting dan disesuaikan dengan kondisi pasar tenaga
kerja yang ada pada lingkungan eksternal.
Kompensasi yang tidak sesuai dengan
kondisi yang ada dapat menyebabkan masalah ketenagakerjaan dikemudian hari
ataupun dapat menimbulkan kerugian pada organisasi atau perusahaan. Proteksi
juga perlu diberikan kepada pekerja agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan
tenang sehingga kinerja dan kontribusi pekerja tersebut dapat tetap maksimal
dari waktu ke waktu.
1. Rencana rencana upah
insentif
Selain dapat dibedakan berdasarkan siapa yng
menerimanya, maka secara umum semua hamper karyawan akan memperoleh insentif
yang berupa rencana- rencana yaitu: a. Rencana pembagian keuntungan profit
sharing plan Rencana pembagian keuntungan ini biasanya diberikan kepada
karyawan yang akan pensiun. Pemberian insentif ditunjukan untuk meningkatkan
kinerja kelompok, menyusun struktur penggajian yang disesuaikan dengan kondisi
keuangan perusahaan, meningkatkan keamanan dan identifikasi karyawan dengan
perusahaan, menarik dan mempertahan kan perusahaan dengan lebih muda dan
mendidik karyawan mengenai faktor-faktor penyebab keberhasilan perusahaan. b.
Pembagian perolehan gain sharing Gainsharing dikenal juga sebagai Scanlon plan,
karena pembagian perolehan dibagikandengan meningkatnya produktivitas, maka
disebut sebagai Universitas Sumatera Utara performance sharing incentives.
Dalam hal ini karyawan diberikan insentif apabila mereka berhasil untuk
mngurangi biaya tenaga kerjasebagaimana dianjurkan. c. Rencana pemilikan saham
Dengan rencana ini para karyawan diikutsertakan untuk memiliki saham dari
perusahaan dimana dia bekerja. Cara ini digunakan perusahaan agar karyawan
mempunyai rasa memiliki dan dengan demikian akan turut bertanggung jawab atas
kelangsungan hidup perusahaan.
5. Peramalan Permintaan Akan Produk Dan Jasa
1. metoda
metoda penelitian
Metode peramalan
(forecasting) terdiri dari metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif
adalah metode yang menganalisis kondisi obyektif dengan apa adanya atau
peramalan yang didasarkan atas data kualitatif pada masa lalu. Hasil peramalan
yang dibuat sangat bergantung pada orang yang menyusunnya.
itatif memanfaatkan
factor-faktor penting seperti intuisi, pendapat, pengalaman pribadi, dan system
nilai pengambilan keputusan. Metode ini meliputi metode delphi, metode nominal
grup, survey pasar dan analisis historikal analogy and life
cycle.
Metode kuantitatif
adalah peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif atau model matematis
yang beragam dengan data masa lalu. Hasil peramalan yang dibuat sangat
bergantung pada metode yang dipergunakan dalam peramalan tersebut.
Metode
kuantitatif dapat diterapkan apabila :
a. Tersedia data dan informasi masa lalu
b. Data dan Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan
dalam bentuk numerik
c. Diasumsikan beberapa aspek masa lalu akan terus
berlanjut di masa datang.
Metode ini meliputi metode kausal dan time series.
Metode Time Series
Metode Naif
Metode Rata-rata Bergerak (Moving Average)
2. Proses Peramalan
a. Penentuan Tujuan
Pada tahap ini penentuan
tujuan dari setiap peramalan harus disebutkan secara tertulis, formal dan
eksplisit. Sebelum membuat suatu ramalan kita harus bertanya lebih dahulu
mengapa peramalan tersebut dibutuhkan dan bagaimana menggunakan hasil ramalan
tersebut. Peramalan disipkan sedemikian rupa sehingga manajemen dapat membuat
keputusan-keputusan yang tepat mengenai alokasi sumber daya yang ada sekarang
dan oleh karena itu si pembuat ramalan harus memahami kegunaan-kegunaan dari
proyeksi-proyeksi manajerial yang telah ditetapkan.
b. Pemilihan Teori Yang Relevan
Setelah tujuan peramalan
ditetapkan, langkah berikutnya adalah menentukan hubungan teoritis yang
menentukan perubahan-perubahan variabel yang diramalkan. Suatu teori yang tepat
guna akan selalu membantu seorang peramal dalam mengidentifikasi setiap kendala
yang ada untuk dipecahkan dan dimasukkan ke dalam proses peramalan.
c. Pencarian Data Yang Tepat
Tahap ini biasanya merupakan
tahap yang cukup rumit dan seringkali merupakan tahap yang paling kritikal
karena tahap-tahap berikutnya dapat dilakukan atau tidak tergantung pada
relevansi data yang diperoleh tersebut.
d. Analisis Data
Pada tahap ini dilakukan
penyeleksian data karena dalam proses peramalan seringkali kita mempunyai data
yang berlebihan atau bisa juga terlalu sedikit. Beberapa data mungkin tidak
relevan dengan masalah yang akan kita analisis sehingga mungkin dapat mengurangi
akurasi dari peramalan. Data yang lain mungkin tepat guna tetapi hanya untuk
beberapa periode waktu saja.
e. Pengestimasian model awal
Tahap ini adalah tahap di
mana kita menguji kesesuaian (fitting) data yang telah kita kumpulkan ke dalam
model peramalan dalam artian meminimumkan kesalahan peramalan. Semakin
sederhana suatu model biasanya semakin baik model tersebut dalam artian bahwa
model tersebut mudah diterima oleh para manajer yang akan membuat proses
pengambilan keputusan perusahaan.
f. Evaluasi dan Revisi Model
Sebelum kita melakukan
penerapan secara aktual, suatu model harus diuji lebih dahulu untuk menentukan
akurasi, validitas dan keandalan yang diharapkan. Jika berbagai uji keandalan
dan akurasi telah diterapkan pada model tersebut, mungkin revisi perlu
dilakukan dengan memasukkan faktor-faktor kausal dalam model tersebut
g. Penyajian Ramalan Sementara Kepada Manajemen
Demi keberhasilan suatu
peramalan, maka dibutuhkan input dari manajemen. Pada tahap ini dibutuhkan
penyesuaian-penyesuaian jugdemental untuk melihat pengaruh dari resesi suatu
perekonomian, pengaruh perubahan inflasi, kemungkinan pemogokan tenaga kerja
atau perubahan kebijakan pemerintah dan sebagainya.
h. Revisi Terakhir
Seperti telah dikemukakan
tidak ada ramalan yang bersifat statis. Penyiapan suatu ramalan yang baru akan
dilakukan tergantung pada hasil evaluasi tahap-tahap sebelumnya.
i. Pendistribusian Hasil Peramalan
Pendistribusian hasil
peramalan kepada manajemen harus pada waktu tepat dan dalam format yang konsisten.
Jika tidak, nilai ramalan tersebut akan berkurang. Peramal harus menentukan
siapa yang harus menerima hasil ramalan tersebut, tingkat kerincian ramalan
sesuai dengan para penggunanya dan berapa kali para penggunanya harus diberikan
dan diperbaiki. Setelah itu peramal harus selalu melakukan diskusi dengan para
pengguna ramalan tersebut berkenaan dengan kegunaan dari informasi peramalan
tersebut.
j. Penetapan Langkah Pemantauan
Suatu kegiatan peramalan
yang baik membutuhkan penetapan langkah-langkah pemantauan untuk mengevaluasi
peramalan ketika sedang berlangsung dan langkah pematauan yang memungkinkan
seorang peramal untuk mengantisipasi perubahan yang tak terduga. Peramalan
harus dibandingkan dengan hasil aktual untuk mengetahui akurasi metodologi yang
digunakan. Evaluasi pada tahap ini harus dipandang sebagai suatu proses
pengendalian dan merupakan langkah yang diperlukan untuk menjaga keandalan
estimasi masa datang. Jika ramalan meleset, seorang harus mencari apa sebabnya
dan segera memperbaikinya.
.
3. teknik peramalan
Setiap
metode peramalan yang digunakan akan menghasilkan nilai ramalan yangberbeda.
Oleh karena itu, analis atau peramal harus memilih metode mana yang
mampumengindentifikasi dan menanggapi pola dari data masa lampau dan menghasilkan
hasilramalan yang tingkat akurasinya sesuai dengan yang diinginkan. Pada
umumnya peramalandapat dibedakan dari 3 segi, yaitu sebagai berikut
:1. Jangka Waktu Ramalan Yang DisusunApabila
dilihat dari segi jangka waktu ramalan, terdapat 3 jangka waktu peramalan,yaitu sebagai berikut :
a. Peramalan
Jangka PendekPeramalan
yang dilakukan guna penyusunan hasil ramalan yang mempunyai jangka waktu 1 tahun atau kurang.
b. Peramalan
Jangka MenengahPeramalan yang dimaksudkan untuk menyusun hasil ramalan
yang mempunyai jangka waktu 1 tahun sampai dengan 5
tahun kedepan
c. Peramalan
Jangka PanjangPeramalan
yang dilakukan untuk menyusun hasil ramalan yang mempunyai jangka waktu lebih dari 5 tahun kedepan. Pada umumnya, peramalan jangkapanjang sering digunakan untuk melakukan
pengambilan keputusan mengenaiperencanaan suatu produk dan perencanaan pasar
4. prosedur peramalan
an peramalan terdiri dari
beberapa tahapan khususnya jika menggunakan metode kuantitatif. Tahapan
tersebut adalah:
1. Mendefinisikan Tujuan Peramalan
Misalnya peramalan dapat digunakan selama masa
pra-produksi untuk mengukur tingkat dari suatu permintaan.
2. Membuat diagram pencar (Plot Data)
Misalnya memplot demand versus waktu, dimana
demand sebagai ordinat (Y) dan waktu sebagai axis (X).
3. Memilih model peramalan yang tepat
Melihat dari kecenderungan data pada diagram
pencar, maka dapat dipilih beberapa model peramalan yang diperkirakan dapat
mewakili pola tersebut.
4. MELAKUKAN PERAMALAN
5. Menghitung kesalahan ramalan (forecast
error)
Keakuratan suatu model peramalan bergantung pada
seberapa dekat nilai hasil peramalan terhadap nilai data yang sebenarnya.
Perbedaan atau selisih antara nilai aktual dan nilai ramalan disebut sebagai
“kesalahan ramalan (forecast error)” atau deviasi yang dinyatakan dalam:
et = Y(t) – Y’(t)
Dimana : Y(t) = Nilai data aktual pada
periode t
Y’(t) = Nilai hasil peramalan pada periode t
t = Periode peramalan
Maka diperoleh Jumlah Kuadrat Kesalahan
Peramalan yang disingkat SSE (Sum of Squared Errors) dan Estimasi Standar Error
(SEE – Standard Error Estimated)
SSE = S e(t)2 = S[Y(t)-Y’(t)]2
6. Memilih Metode Peramalan dengan
kesalahan yang terkecil.
Apabila nilai kesalahan tersebut tidak berbeda
secara signifikan pada tingkat ketelitian tertentu (Uji statistik F), maka
pilihlah secara sembarang metode-metode tersebut.
7. Melakukan Verifikasi
Untuk mengevaluasi apakah pola data menggunakan
metode peramalan tersebut sesuai dengan pola data sebenarnya.
5. Perhitungan Trend
1. Kuadrat terkecil
contoh soal
2. rata rata bergerak
Contoh soal :
Perusahaan PT. ZZYY yang bergerak di bidang
manufakturing Ponsel ingin meramalkan penjualan Ponsel untuk bulan April dan
Mei dengan menggunakan data bulanannya yang dimulai dari bulan Januari. Periode
Rata-rata bergeraknya adalah 3 bulan. Berikut ini adalah cara dan hasil
perhitungannya.
Bulan |
Penjualan (unit) |
Perkiraan (unit) |
Januari |
22.500 |
– |
Februari |
37.500 |
– |
Maret |
30.000 |
– |
April |
? |
|
Mei |
? |
Penyelesaiannya :
Perkiraan
Penjualan untuk bulan April adalah :
MA April = (22.500 + 37.750 + 30.000) / 3
MA April = 90.000 / 3
MA April = 30.000
Jadi
perkiraan penjualan ponsel pada bulan April adalah sekitar 30.000 unit.
6. Analisi
regresi dan korelasi
Contoh soal :
Contoh soal :
Diketahui :
Total Biaya Tetap (FC) bernilai Rp 180.000.000
Harga Jual Barang Per unit sebesar Rp 120.000
Cara Menghitung BEP Unit :
BEP = FC/ (p – VC)
BEP = Rp 180.000.000/ (Rp 120.000 – Rp 60.000)
BEP = Rp 3.000.000
Cara Menghitung BEP Penjualan :
BEP = FC/ (1 – (VC/P))
BEP = Rp 180.000.000/ (1 – (Rp 60.000 / Rp 120.000))
BEP = Rp 360.000.000
Jadi dari perhitungan diatas, bahwa perusahaan bisa
mengetahui keuntungan yang akan didapat berdaarkan bbesarnya penjualan minimum.
Berikut adalah rumus dalam menghitung keuntungan sebagai brikut :
BEP – Laba = (FC + Target Laba) / (P – VC)
BEP – Laba = (Rp 180.000.000 + Rp 90.000.000) / (Rp
120.000 – Rp 60.000)
BEP – Laba = Rp 270.000.000 / 60.000
BEP – Laba = Rp 4.500 unit atau
BEP – Laba = Rp 540.000.000 (diperoleh dari 4.500 unit x
Rp 120.000)
8. manajemen
persediaan
Manajemen persediaan adalah sebuah bagian
dari perusahaan yang memiliki tugas untuk mengatur persediaan barang
serta biaya terkait yang dimiliki oleh perusahaan. ... Mulai dari cara
mengaturnya hingga biaya yang dapat muncul bahkan hingga hubungannya
dengan manajemen lainnya.
1. jenis jenis persediaan
fisik
- Persediaan bahan baku (raw material inventory).
Adalah persediaan yang dibeli tetapi tidak diproses. Persediaan ini dapat
digunakan untuk mendecouple (memisahkan) para pemasok dari proses
produksi.
- Persediaan barang setengah jadi (working in
process inventory). Adalah bahan baku atau komponen yang sudah
mengalami beberapa perubahan tetapi belum selesai. Adanya work in process
disebabkan oleh waktu yang dibutuhkan untuk membuat sebuah produk (disebut
siklus waktu). Mengurangi siklus waktu berarti mengurangi persediaan.
- Persediaan pemeliharaan, perbaikan dan operasi
(maintenance, repair, operating, MRO). Pemeliharaan, perbaikan,
operasi digunakan untuk menjaga agar permesinan dan proses produksi tetap
produktif. MRO tetap ada karena kebutuhan dan waktu pemeliharaan dan
perbaikan beberapa peralatan tidak diketahui.
- Persediaan barang jadi (finished goods inventory).
Adalah produk yang sudah selesai dan menunggu pengiriman. Barang jadi bisa
saja disimpan karena permintaan pelanggan dimasa depan tidak diketahui.
2. biaya biaya persediaan
Biaya persediaan ditentukan melalui
dua proses:
·
Menentukan biaya pembelian/pembuatan barang (biaya persediaan atau inventoriable
cost); dan
·
Mengalokasikan jumlah nilai persediaan awal dan biaya
pembelian/pembuatan barang ke biaya persediaan akhir
dan harga pokok penjualan, dengan mengunakan rumus biaya.
·
Biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya pembelian
meliputi harga pembelian, bea masuk dan pajak lainnya kecuali yang dapat
ditagih kembali kepada kantor pajak.
·
Biaya konversi, meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit
yang diproduksi dan biaya overhead produksi tetap dan variabel yang
dialokasikan yang sistematis.
·
Biaya lain yang timbul hingga persediaan berada dalam kondisi dan tempat
yang siap dijual atau dipakai (present location and condition),
meliputi jumlah pemborosan yang tidak normal, biaya penyimpanan kecuali biaya
tersebut diperlukan dalam proses produksi sebelum tahap produksi
berikutnya, biaya administrasi dan umum, biaya penjualan.
3. model economic order quantity
Contoh soal dan grafik :
Contoh Soal
EOQ (Economic Order Quantity)
Tahun depan, PT. LuarBiasa akan
memerlukan bahan baku sebanyak 250.000 Unit dengan harga per
unitnya adalah Rp5.000. Biaya yang dibutuhkan untuk setiap kali pemesanan
adalah sebesar Rp22.500. Jika biaya penyimpanannya sebesar 25% dari nilai
rata – rata persediaan. berapa jumlah pembelian paling optimal ?
Penyelesaian
Diketahui
D: 250.000 Unit
S: Rp22.500
P: Rp5.000
I: 25%
Ditanya: EOQ?
Jawab:
EOQ = √9.000.000
EOQ = 3.000
Jadi pembelian paling
optimal adalah sebanyak 3000 unit.
4. economic order quantity dengan backorder
S = Rp. 1.234.278.
P = Rp. 66.666.
I = 5% = 0,05.
No comments:
Post a Comment