BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya ilmu
parasitologi adalah mempelajari mengenai “simbiosis”, terutama bentuk suatu
organisme yang bersifat parasit. Dua organisme yang hidup bersama dan menguntungkan
bagi salah satu atau kedua simbiont tersebut. Biasanya kedua simbiont adalah
merupakan organisme yang berbeda spesies, tetapi juga dapat dari spesies yang
sama.
Dari kehidupan yang
simbiosis tersebut, dapat dikelompokkan dalam kategori yang berbeda menurut
hubungan antara kedua simbiont tersebut. Sehingga ada beberapa jenis simbiosis
tersebut yaitu:
Phoresis:
Adalah sistem
simbiosis dimana satu simbiont membawa simbiont lainnya dan secara fisiologik
mereka saling bergantung. Biasanya salah satu “phoront” lebih kecil dari
lainnya. Misalnya : spora jamur menempel pada kaki lebah.
Mutualisme:
Adalah simbiosis yang saling
menguntungkan, dimana organisme satu secara fisiologik bergantung pada
organisme lainnya dimana satu organisme tidak dapat hidup terpisah dari
organisme lainnya. Misalnya: Protozoa dan fauna yang hidup didalam usus rayap.
Commensalisme
Adalah simbiosis dimana salah
satu organisme hidup dalam organisme lainnya tetapi tidak mempengaruhi secara
fisiologik pada organisme yang ditempati (hospes), tetapi organisme tersebut
tidak dapat hidup diluar hospes. Ada dua bentuk yaitu: ekto commensalisme
(hidup diluar tubuh hospes) dan endocommensalisme (hidup didalam tubuh hospes).
Misalnya: Entamoeba ginggivalis,
hidup dalam mulut orang. Organisme tersebut memakan bakteri, sisa makanan, sel
epitel yang mati, tetapi tidak menyebabkan sakit pada hospes. Organisme
tersebut tidak dapat hidup ditempat lain.
Parasitisme
Organisme yang
hidup di dalam hospes dan menyebabkan sakit pada hospes. Ada dua bentuk yaitu
ektoparasit dan endoparasit.
Hospes/host/induk
semang/inang
Hospes definitif:
Adalah hospes
dimana parasit hidup dapat mencapai kedewasaan dan bereproduksi.
Hospes intermediate:
Adalah hospes
dimana parasit hidup tidak mencapai kedewasaan (sebagian dari daur hidupnya).
Paratenik:
Parasit yang masuk
dalam hospes, tetapi tidak berkembang dan tetap hidup dan dapat menginfeksi ke
hospes difinitif (Dioctophyma renale).
Hospes spesifik:
Parasit dapat hidup
dan berkembang biak hanya dalam satu atau dua hospes saja (Taenia solium).
Hospes reservoar:
Hewan yang secara
normal terinfeksi parasit (tidak sakit), tetapi parasit tersebut dapat
menginfeksi orang dan menimbulkan sakit.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui sejarah, morfologi,
epidemiologi, siklus hidup, patologi dan gejala klinis serta pencegahan dari
cacing cambuk (Trichuris trichiura).
1.3 Manfaat
Untuk
mengetahui lebih mendalam tentang cacing cambuk (Trichuris trichiura) dan
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Nematoda
Class : Adenophorea
Ordo : Trichurida
Family : Trichuridae
Genus : Trichuris
Species : Trichuris
trichiura
2.2 Sejarah
Trichuris
trichiura lebih di kenal dengan nama cacing cambuk karena secara menyeluruh
bentuknya seperti cambuk. Infeksi dengan cacing cambuk lebih sering terjadi di
daerah panas, lembab dan sering bersama-sama dengan infeksi Ascaris. Sampai
saat ini dikenal lebih dari 20 spesies Trichuris
spp, namun yang menginfeksi manusia hanya Trichuris
trichiura dan Trichuris vulpis.
Cacing ini dapat menyebabkan gangguan kesehatah pada manusia bila menginfeksi
dalam jumlah yang banyak. Apabila jumlahnya sedikit, pasien biasanya tidak akan
terpengaruh dengan adanya cacing ini. Penyakit yang disebabkan cacing ini
disebut trichuriasis atau trichocephaliasis. Penyakit ini terutama terjadi di
daerah subtropis dan tropis, dimana kebersihan lingkungannya buruk serta iklim
hangat dan lembab memungkinkan telur dari parasit ini mengeram di dalam tanah.
2.3 Morfologi
Cacing
jantan panjangnya 3-4 cm, bagian anteriornya halus seperti cambuk, bagian ekor
melingkar dan mengandung sebuah spicule.
Cacing
betina panjangnya 4-5 cm, bagian anteriornya halus seperti cambuk, bagian ekor
lurus berujung tumpul, vulva terdapat dibagian tubuh yang mulai membesar,
sedangkan anusnya terdapat pada bagian posterior tubuh.
Telurnya
berukuran sekitar 50 x 22 mikron, bentuknya seperti tempayan dengan kedua ujung
menonjol, berdinding tebal dan berisi larva, kulit bagian luar berwarna
kekuning-kuningan dan bagian dalamnya jernih. Cacing dewasa berwarna merah
muda, melekat pada dinding sekum dan pada dinding apendiks, kolon atau bagian
posterior ileum dengan bagian anteriornya masuk ke dalam mukosa usus. Bagian
tiga perlima anterior tubuh langsing, dan bagian posterior tebal, sehingga
menyerupai cambuk.
Seekor
cacing betina diperkirakan menghasilkan telur setiap hari antara 3000-10.000
butir.
Cacing dewasa Trichuris
trichiura Telur T. trichiura
2.4 Epidemologi
Infeksi
sering terjadi pada masyarakat yang miskin dimana fasilitas sanitasi tidak ada.
Infeksi terbanyak pada anak-anak, mereka terkontaminasi tanah tempat mereka
bermain. Dapat terinfeksi pada mereka melalui telur dari tanah ke mulut. Telur
tidak dapat bertahan dalam suasana kering atau dingin sekali.
Penyebaran
penyakit ini adalah terkontaminasinya tanah dengan tinja yang mengandung telur
cacing cambuk. Telur tumbuh dalam tanah liat, lembab dan tanah dengan suhu
optimal ± 30oC. Infeksi cacing cambuk terjadi bila telur yang
infektif masuk melalui mulut bersama makanan atau minuman yang tercemar atau
melalui tangan yang kotor (Kementerian Kesehatan RI, 2006).
2.5
Siklus Hidup
Manusia merupakan hospes definitif
utama pada cacing cambuk, walaupun kadang-kadang terdapat juga pada hewan
seperti babi dan kera. Manusia akan terinfeksi cacing ini karena menelan telur
matang yang berasal dari tanah yang terkontaminasi.
Telur-telur yang tertelan akan menetas
di usus kecil dan akhirnya akan melekat pada mukosa usus besar. Cacing dewasa
menjadi mature (dewasa) kira-kira dalam tiga bulan dan mulai memproduksi telur.
Cacing tersebut akan membenamkan bagian anteriornya dimukosa usus dan mulai
memproduksi telur sebanyak 2000-7000 butir perhari, cacing dewasa ini
dapat hidup untuk beberapa tahun. Telur
yang dihasilkan akan dikeluarkan dari tubuh manusia bersama tinja. Telur ini
akan mengalami pematangan dalam waktu 2-4 minggu diluar tubuh. Bila telur
berada di tempat yang mendukung, perkembangannya seperti di tempat yang lembab, hangat maka telur akan matang dan siap
menginfeksi hospes lain.
Tetapi apabila cacing cambuk
menetaskan telurnya didalam tubuh manusia, larva keluar melalui dinding telur
dan masuk ke dalam usus halus. Sesudah menjadi cacing dewasa turun ke usus distal dan masuk
ke daerah kolon, terutama sekum. Jadi cacing tidak mempunyai siklus paru. Masa
pertumbuhan mulai dari telur yang tertelan sampai cacing dewasa betina
meletakkan telur kira-kira 30-90 hari.
Pada infeksi yang berat, cacing
dapat pula di temukan pada ileum, appendiks, bahkan seluruh usus besar.
Siklus hidup T. Trichiura
2.6 Patologi dan Gejala Klinis
Infeksi ringan tidak
menyebabkan gejala klinis yang khas. Pada infeksi berat dan menahun menyebabkan
disentri, prolapsus rekti, apendisitis, anemia berat, mual, muntah. Disentri
yang terjadi dapat menyerupai amoebiasis. Infeksi pada umumnya ringan sampai
sedang dengan sedikit/tanpa gejala. Perkembangan larva Trichuris di dalam usus
biasanya tidak memberikan gejala klinik yang berarti walaupun dalam sebagian
masa perkembangan larvanya memasuki mukosa intestinum tonue. Proses yang
berperan dalam menimbulkan gejala adalah trauma oleh cacing dan dampak toksik.
Trauma pada dinding usus terjadi karena cacing ini membenamkan kepalanya pada
dinding usus. Cacing ini biasanya menetap pada sekum. Pada infeksi yang ringan
kerusakan dinding mukosa usus
hanya sedikit.
2.7 Pencegahan
Cara pencegahan penyakit trichuriasis
tidak beda jauh dengan pencegahan penyakit ascariasis caranya seperti berikut :
1. Individu
-
Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
-
Mencuci sayuran yang di makan mentah
-
Memasak sayuran di dalam air mendidih
2.
Lingkungan
- Menggunakan
jamban ketika buang air besar
- Tidak
menyiram jalanan dengan air got
- Dalam
mebeli makanan, kita harus memastikan bahwa penjual makanan memperhatikan
aspek kebersihan dalam mengolah makanan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Parasitisme
Organisme yang hidup di dalam hospes
dan menyebabkan sakit pada hospes. Ada dua bentuk yaitu ektoparasit dan
endoparasit.
Trichuris
trichiura (cacing cambuk) adalah salah satu cacing penyebab penyakit cacingan
pada manusia.Cacingan merupakan penyakit yang endemik dan kronik.
Manusia merupakan hospes definitif
utama pada cacing cambuk, walaupun kadang-kadang terdapat juga pada hewan
seperti babi dan kera. Manusia akan terinfeksi cacing ini karena menelan telur
matang yang berasal dari tanah yang terkontaminasi.
Infeksi ringan tidak menyebabkan gejala klinis
ynag khas. Pada infeksi berat dan menahun menyebabkan disentri, prolapsus
rekti, apendisitis, anemia berat, mual, muntah. Disentri yang terjadi dapat
menyerupai amoebiasis. Infeksi pada umumnya ringan sampai sedang dengan
sedikit/tanpa gejala.
3.2 Saran
Diharapkan dalam
pembuatan makalah selanjutnya akan lebih baik lagi.
No comments:
Post a Comment