DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... 3
DAFTAR ISI....................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 6
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 6
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 5
1.3 Tujuan........................................................................................................ 8
1.4 Manfaat.................................................................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORI................................................................................... 10
2.1 Tinjauan Teoritis Medis ........................................................................... 10
BAB III STUDI KASUS.................................................................................... 20
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................... 23
4.1 Pembahasan............................................................................................ 23
BAB V PENUTUP.............................................................................................. 25
5.1
Kesimpulan........................................................................................... 25
5.2
Saran..................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kesehatan reproduksi merupakan aspek yang menjadi perhatian setelah
upaya kesehatan pada umumnya tercapai. Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah
kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi serta prosesnya (Yanti, 2011).
Wanita rentan terhadap penyakit yang menyerang organ reproduksinya.
Kebanyakan wanita, sangat malu dan tertutup untuk berkonsultasi secara langsung
mengenai kesehatan pribadinya. Faktor lain pun dikarenakan biaya untuk
pemeriksaan ke dokter spesialis cenderung mahal. Ada juga yang tidak
mempedulikan gejala yang muncul, dan ketika kondisi sudah memburuk dan
memerlukan penanganan yang ekstra, dokter spesialis menjadi tujuan akhir
(Revina dan Susanti, 2014).
Wanita dalam kehidupannya tidak luput dari adanya siklus menstruasi
normal yang terjadi secara periodik. wanita akan merasa terganggu bila hidupnya
mengalami perubahan, terutama bila menstruasi menjadi lebih lama dan atau
banyak, tidak teratur, lebih sering atau tidak menstruasi sama sekali, bahkan
bisa disertai nyeri. Diharapkan semua wanita mengalami siklus menstruasi yang
teratur, namun hampir semua wanita pernah mengalami gangguan menstruasi selama
masa hidupnya. Gangguan ini dapat berupa kelainan siklus atau perdarahan. Masalah
ini dihadapi oleh wanita remaja, reproduksi dan klimakterium (Sari, 2014)
Banyak faktor yang mempengaruhi menstruasi, baik faktor internal
maupun faktor eksternal. Beberapa studi menunjukan bahwa prevalensi pada
populasi wanita usia 18 – 50 tahun mengalami gangguan pada siklus
menstruasinya. Menurut hasil penelitian, pelajar lebih sering mengalami
gangguan siklus menstruasi (Oktavia, 2010).
Menstruasi yang tidak teratur pada masa 3- 5 tahun setelah menarche
dan pramenopause (3-5 tahun menjelang menopause) merupakan keadaan yang lazim
dijumpai. Tetapi pada masa reproduksi (umur 20-40 tahun), Menstruasi yang tidak
teratur bukan merupakan keadaan yang lazim, karena selalu dihubungkan dengan
keadaan abnormal (Sari, 2014).
Gangguan Menstruasi dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi
dapat digolongkan menjadi 4, antara lain: kelainan dalam banyaknya darah dan
lamanya perdarahan pada Menstruasi (hipermenorea atau menoragia dan
hipomenorea), kelainan siklus (polimenorea, oligomenorea, dan amenorea),
perdarahan diluar haid (metroragia), dan gangguan lain yang ada hubungan dengan
haid (premenstrual tension, mittelschmerz, Dismenorea) (Sari, 2014).
Menstruasi normal terjadi setiap 22 – 35 hari selama 2 – 7 hari.
Terdapat gangguan menstruasi yang sering muncul, yaitu dismenore (nyeri
menstruasi), amenore (tidak menstruasi) dan sindrom pra menstruasi (Syafrudin,
dkk, 2011).
Angka kejadian amenore sekunder berkisar antara 1 – 5% (Proverawati dan Misaroh, 2009). Penyebab
amenore dapat dikategorikan sebagai berikut yaitu cacat fungsional atau anatomi
hipotalamus atau hipofisis, cacat anatomis atau fungsional dari uterus atau
ovarium atau cacat genetik (Merin dkk, 2012)
Amenore primer umumnya mempunyai sebab yang lebih berat dan lebih
sulit untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan kongenital dan kelainan-
kelainan genetik. Amenore sekunder lebih menunjuk kepada sebab yang timbul
kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan metabolisme, tumor, penyakit
infeksi, stres (di rumah, sekolah, atau tempat kerja), latihan fisik yang
melelahkan, dan gangguan gizi dimana berat badan rendah untuk tinggi badan (IMT
kurang) (Sari, 2014).
Peran Bidan dalam upaya meningkatkan kesehatan reproduksi yaitu
melakukan penyuluhan mengenai cara untuk mengurangi keluhan tersebut pada
remaja, dengan berperilaku hidup sehat, memperbaiki keadaan kesehatan seperti
perbaikan gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan tenang, mengurangi
berat badan pada wanita dengan obesitas, olah raga, dan konsumsi nutrisi yang
seimbang. Selain itu khususnya sebagai remaja juga harus dapat menerapkan
perilaku hidup sehat untuk menjaga kesehatan reproduksi, karena wanita sebagai
tonggak kehidupan yang akan melahirkan generasi kehidupan (Syafrudin, dkk,
2011).
Beberapa penyebab menstruasi mengalami penyimpangan yang akibatnya perempuan bisa
menderita anemia hingga kurang subur. Gangguan menstruasi dapat berdampak
serius, menstruasi yang tidak teratur menjadi pertanda bahwa seseorang kurang
subur (infertil) (Arwini, 2013).
Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus
tentang “Asuhan
Kebidanan
Gangguan
Reproduksi
Pada
Nn. M
dengan Amenorrhea
di
Puskesmas
Kuta Baro,
Aceh
Besar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas maka didapatka
rumusan
masalah adalah “Bagaimana
Asuhan Kebidanan Gangguan Repoduksi pada Nn. M usia 15 tahun dengan Amenorrhea
di
Puskesmas
Kuta Baro,
Aceh
Besar.
1.3 Tujuan
Penulis
dapat mempelajari dan memahami penerapan asuhan kebidanan menggunakan
pengumpulan data dan pendokumentasian dengan metode SOAP pada kasus Gangguan Reproduksi
dengan Amenorrhea
di
Puskesmas
Kuta Baro,
Aceh
Besar.
1.4 Manfaat
1.
Bagi Penulis
Untuk
menambah wawasan penulis dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus Amenorrhea.
2.
Bagi Tenaga Kesehatan
Dapat
dimanfaatkan untuk penyempurnaan layanan bagi tenaga kesehatan khususnya profesi bidan dalam
asuhan kebidanan pada kasus gangguan
sistem
reproduksi dengan Amenorrhea.
3.
Bagi puskesmas
Sebagai
bahan informasi dalam memberikan pelayanan pada kasus gangguan sistem repoduksi
dengan Amenorrhea.
4.
Bagi Pasien
Membantu
dalam hal memberikan pengertian secara jelas perawatan pada kasus Amenorrhea, sehingga klien dapat
mengerti dan melaksanakanya di rumah.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Tinjauan Teoritis Medis
A.
Menstruasi
1.
Pengertian
Menstruasi adalah perdarahan uterus yang
terjadi secara siklik dan dialami
oleh sebagian besar wanita usia reproduktif (Norwitz
dan Schorge, 2008).
2.
Siklus menstruasi
Menurut
Proverawati dan Misaroh (2009), siklus menstruasi terdiri dari 4 fase, yaitu:
a. Fase menstruasi, yaitu peristiwa luruhnya sel ovum matang yang
tidak dibuahi bersamaan dengan dinding endometrium yang robek. Dapat
diakibatkan juga karena berhentinya sekresi hormon estrogen dan progesteron
sehingga kandungan hormon dalam darah menjadi tidak ada.
b. Fase proliferasi/fase folikuler ditandai dengan menurunnya hormon
progesteron sehingga memicu kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH dan
merangsang folikel dalam ovarium, serta dapat membuat hormon estrogen
diproduksi kembali. Sel folikel berkembang menjadi folikel de graff yang masak
dan menghasilkan
hormon estrogen yang merangsang
keluarnya LH dan hipofisis. Estrogen dapat menghambat sekresi FSH tetapi
dapat memperbaiki dinding
endometrium yang robek.
c. Fase ovulasi/fase luteal, ditandai dengan sekresi LH yang memacu matangnya sel ovum pada hari ke-14 sesudah
mesntruasi 1. Sel ovum yang matang
akan meninggalkan folikel dan folikel akan mengkerut dan berubah menjadi
corpus luteum. Corpus luteum berfungsi untuk menghasilkan hormon
progesteron yang berfungsi untuk mempertebal dinding endometrium yang kaya akan pembuluh darah.
d. Fase pasca ovulasi/fase sekresi ditandai dengan corpus luteum yang mengecil
dan menghilang dan berubah mejadi
corpus albicans yang berfungsi untuk menghambat sekresi
hormon estrogen dan
progesteron sehingga hipofisis aktif mensrekresikan FSH dan LH. Terhentinya sekresi
progesteron maka penebalan
dinding endometrium akan terhenti sehingga
menyebabkan endometrium mengering
dan robek dan terjadilah menstruasi.
3.
Gangguan dan Masalah Reproduksi
a.
Kelainan siklus
menstruasi meliputi:
1)
Polimenore atau
epimenoragia
Polimenore
atau epimenoragia yaitu siklus menstruasi yang lebih memendek dari biasa yaitu
kurang 21 hari, sedangkan jumlah perdarahan relatif sama atau lebih banyak dari
biasa (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).
2) Oligomenore
Oligomenore adalah siklus
menstruasi memanjang lebih dari 35 har, sedangkan
jumlah perdarahan tetap sama.
3) Amenore
Amenore adalah keadaan
tidak datang menstruasi selama tiga bulan berturut-turut.
b. Kelainan dalam banyaknya
darah dan lamanya
menstruasi
Menurut Kumalasari dan Andhyantoro (2012),
Kelainan dalam banyaknya
darah dan lamanya
menstruasi, yaitu:
1) Hipermenore atau menoragia
Hipermenore adalah
perdarahan menstruasi lebih banyak dari normal
(lebih dari 80 ml) atau lebih dari normal (lebih dari 8 hari), kadang disertai
dengan bekuan darah
sewaktu menstruasi.
2) Hipomenore
Hipomenore adalah
perdarahan menstruasi yang lebih pendek dan atau lebih kurang
dari biasa
c. Perdarahan di luar haid
Mentroragia adalah
perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid. Pada metroragia haid terjadi dalam waktu yang lebih singkat dengan darah yang dikeluarkan lebih sedikit
d. Gangguan lain yang ada hubungannya dengan
menstruasi
1) Pre Menstrual Syndrome (PMS)
Pre Menstrual Syndrome (PMS)
adalah ketegangan sebelum menstruasi bahkan
sampai menstruasi berlangsung. Terjadi karena ketidak seimbangan hormon estrogen dan progesteron menjelang
menstruasi (Kumalasari dan Andhyantoro, 2012).
2) Mastodinia atau Mastalgia
Mastodinia
atau Mastalgia adalah rasa tegang pada payudara menjelang menstruasi.
3) Dismenorea
Dismenorea
adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi
(Nugroho dan utama, 2014)
4.
Penyebab
Gangguan Menstruasi
Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), penyebab gangguan menstruasi, yaitu :
a. Fungsi hormon terganggu
Menstruasi
terkait erat dengan sistem hormon yang diatur oleh otak, tepatnya di kelenjar
hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk
memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini terganggu, otomatis siklus
menstruasi akan terganggu.
b. Kelainan sistemik
Keadaan
seseorang yang tubuhnya sangat gemuk atau kurus. Hal ini bisa mempengaruhi
siklus menstruasi karena sistem metabolisme di dalam tubuhnya tak bekerja
dengan baik atau menderita penyakit diabetes juga akan mempengaruhi sistem
metabolisme sehingga siklus menstruasi tidak teratur.
c. Stress
Stress
akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh karena stress tubuh jadi
mudah lelah, berat badan turun drastis, bahkan sakit-sakitan, sehingga
metabolismenya terganggu.
d. Kelenjar gondok
Terganggunya
fungsi kelenjar gondok/tiroid juga bisa menjadi penyebab tak teraturnya siklus
menstruasi. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi
(hipertiroid) maupun terlalu rendah (hipotiroid) sehingga sistem hormonal tubuh
ikut terganggu
e. Hormon prolaktin berlebihan
Produksi
hormon prolaktin ini sering kali membuat menstruasi tak kunjung datang karena
memang hormon ini menekan tingkat kesuburan.
B. Amenorrhea Sekunder
1. Pengertian
Amenorea sekunder yaitu pernah mengalami
menstruasi dan selanjutnya berhenti lebih dari tiga bulan
(Manuaba, 2007). Amenore
sekunder atau Jing-Bi adalah keadaan
tidak haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut (Fansia, 2011).
Amenore sekunder ( SA ) secara klinis didefinisikan sebagai tidak adanya menstruasi selama lebih dari
3 interval siklus atau 6 bulan berturut-turut pada wanita yang sebelumnya mengalami menstruasi (Merin dkk, 2012).
2. Etiologi
Menurut Fansia (2011), penyebab amenore dapat fisiologik,
endokrinologik, atau organik, atau akibat gangguan perkembangan. Amenore dalam
ilmu TCM (Traditional Chinese Medicine) disebut sebagai Jing-Bi disebabkan
karena malnutrisi, keadaan emosional (stress), perubahan lingkungan, dan
beberapa penyakit organ reproduksi lainnya
Sedangkan menurut Manuaba (2007), penyebabnya kemungkinan gangguan
gizi dan metabolisme, gangguan hormonal, terdapat tumor alat kelamin atau
terdapat penyakit menahun.
Menurut Syafrudin dkk (2011), penyebab amenore diakibatkan oleh
beberapa keadaan seperti hipotensi, anemia, infeksi, atau kelemahan kondisi
tubuh secara umum. Selain itu bisa juga disebabkan oleh stres psikologis.
3. Gejala
Menurut Nugroho dan Utama (2014), gejala amenore bervariasi
tergantung kepada penyebabnya. Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami
pubertas, maka tidak akan ditemukan tanda-tanda pubertas seperti pembesaran
payudara, pertumbuhan rambut ketiak serta perubahan bentuk tubuh. Jika
penyebabnya adalah kehamilan akan ditemukan morning sickness dan pembesaran
perut. Jika penyebabnya adalah kadar hormon tiroid yang tinggi maka gejalanya
adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang hangat dan lembab.
Sindroma cushing menyebabkan wajah bulat (moon face), perut buncit dan
lengan serta tungkai yang kurus. Gejala lain yang mungkin ditemukan, yaitu:
a. Sakit kepala
b. Galaktore (pembekuan air susu pada wanita yang tidak hamil dan
tidak sedang menyusui.
c. Gangguan penglihatan (pada tumor hipofisa)
d. Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
e. Vagina yang kering
f. Hirsutisme (pertumbuhan rambut yang berlebihan yang mengikuti pola
pria), perubahan suara dan perubahan ukuran payudara.
4. Diagnosa
Menurut Nugroho dan Utama (2014), diagnosis ditegakkan berdasarkan
gejala, hasil pemeriksaan fisik dan usia penderita. Pemeriksaan yang biasa
dilakukan yaitu:
a. Biopsi endometrium
b. Progestin withdrawal
c. Kadar prolaktin
d. Kadar hormon
e. Tes fungsi tiroid
f. Tes kehamilan
g. Kadar FSH (Folicle Stimulatin Hormon), LH (Luteinzing Hormone) dan
TSH (Thyroid Stimulating Hormone).
h. Kariotipe untuk mengetahui adanya kelainan kromosom.
i. CT Scan kepala (jika diduga ada tumor hipofisa)
5. Pengobatan
Menurut
Nugroho dan Utama (2014), pengobatan tergantung kepada penyebabnya.
a. Jika penyebabnya adalah penurunan berat badan yang drastis atau
obesitas, penderita dianjurkan untuk menjalani diet yang tepat.
b. Jika penyebannya adalah olah raga yang berlebihan, penderita
dianjurkan untuk menguranginya.
c. Jika seorang anak perempuan belum pernah mengalami menstruasi dan
semua hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3 – 6 bulan
untuk memantau perkembangan pubertasnya. Untuk merangsang menstruasi bisa
diberikan progesteron. Untuk merangsan perubahan pubertas pada anak perempuan
yang payudaranya belum membesar atau rambut kemaluan dan ketiaknya belum tumbuh
bisa diberikan estrogen.
d. Jika penyebabnya adalah tumor, maka dilakukan pembedahan untuk
mengangkat tumor tersebut. Tumor hipofisa yang terletak di dalam otak biasanya
diobati dengan bromokriptin untuk mencegah pelepasan prolaktin yang berlebihan
oleh tumor. Bila perlu bisa dilakukan pengangkatan tumor. Terapi penyinaran
biasanya baru dilakukan jika pemberian obat ataupun pembedahan tidak berhasil.
Menurut Fansia
(2011), amenore sekunder tersebut dapat ditangani dengan:
a.
Kombinasi
terapi akupunktur dengan prinsip meningkatkan sirkulasi Qi, menghilangkan
stasis darah, dan memulihkan siklus menstruasi. Terapi akupunktur dilakukan
dalam 5 kali perawatan dengan merangsang titik-titik akupunktur yaitu Zhongji
(CV 3), Diji (SP 8), Hegu (LI 4), Sanyinjiao (SP 6), Taichong (LV 3), Fenglong
(ST 40), dan Guanyuan (CV 4).
b.
Selain itu,
pasien juga mendapat terapi herbal yaitu kunyit yang memiliki efek estrogenik.
Dalam pemberian herbal kunyit ditambahkan asam kawak yang kemungkinan dapat
memperkuat efek peluruh haid, dan madu yang memiliki kandungan vitamin dan
mineral. Pemberian herbal kunyit diberikan dalam bentuk dekokta (rebusan)
kunyit asam dengan dosis kunyit sebanyak 21 gr, asam kawak 5 gr, madu 3 sdm, dan
garam secukupnya, kemudian direbus dalam 750 mL air, lalu dijadikan 600 mL.
Rebusan tersebut diminum 3 kali sehari @ 200 mL.
c.
Pada pasien
juga dilakukan upaya perbaikan gizi dengan pemberian susu kedelai sebanyak 30
gr yang dicampur dengan air hangat sebanyak 240 mL dan pemberian rebusan air
kacang hijau dengan dosis kacang hijau sebanyak 30 gr dalam 300 mL air, lalu
dijadikan 240 mL. Kedelai dan kacang hijau memiliki efek estrogenik.
Menurut Proverawati dan Misaroh (2009), meliputi :
a.
Observasi
keadaan umum
b.
Perbaikan
asupan gizi
c.
Pengurangan
berat badan pada wanita obesitas
d.
Pemberian
tiroid pada wanita dengan hipotiroid
e.
Pemberian
kortikosteroid pada gangguan glandula suprarenais
f.
Pemberian
estrogen dan progesteron
BAB III
STUDI KASUS
Tanggal dan tempat
penelitian
Hari dan tanggal : 17 November 2021
Tempat
: Puskesmas Kuta Baro
Identitas
Nama : Ny M
Umur : 15 Tahun
Alamat : Cot Cut
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Siswi
Suku/Bangsa : Aceh/Indonesia
S:
Nn. M umur 15 tahun datang bersama keluarganya ke puskesmas Kuta Baro dan Nn. M
menggatakan sudah tidak menstruari selama 2 bulan mentuasi.
Riwayat
Menstruasi
HPHT : 07
September 2021
Menarche : 13
Tahun
Lama : 6
Hari
Siklus : 28 Hari
Warna Darah : Merah Kehitaman
Konsistensi : Cair
Keluhan : Nn.M Pasien
Mengatakan sudah tidak haid selama
kurang lebih 2 bulan
O:
K/U : Baik
Kesadaran: composmentis
Tanda-tanda vital (TTV)
TD : 100/70
mmHg
N : 60
x/m
RR : 18 x/m
T : 36,1
BB : 48 kg
TB : 145 cm
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Bersih,tidak ada ketombe
Wajah : Normal, tidak ada oedema
Mata : Conjungtiva merah muda,sclera putih
Telinga : Bersih, tidak ada serumen
Hidung : Bersih,tidak ada polit
Mulut : Bersih, tidak ada caries
Leher : Normal,tidakada pembengkakan kelenjar tyroid.
Payudara : Simtris,tidak ada benjolan dan
putting susu menonjol
Abdomen : Bersih,tidak ada bekas luka operasi
Genetalia : Tidak ada keputihan abnormal
A:
Nn.
M umur 15 tahun dengan gangguan reproduksi Amenorrhea cemas akan
keadaan.
P:
1.
Jelaskan pada
pasien tentang hasil pemeriksaan
2.
Berikan KIE
pada pasien mengenai amenore sekunder
3.
Anjurkan pasien
untuk istirahat yang cukup
4.
Berikan support
mental pada pasien untuk mengurangi kecemasan
5.
Anjurkan pada
pasien untuk meminum terapi obat sesuai anjuran bidan.
6.
Menganjurkan pasien untuk makan makanan yang bergizi
dan sehata seperti buah-buahan,
sayur-sayuran dan makanan yang mengandung zat besi dan protein.
7.
Memberitahukan pasien untuk menghindari makanan yang
cepat saji dan jajanan yang di jalanan dan tidak sehat
8.
Menganjurkan
pasien untuk tetap menjalani pola hidup sehat dan menjaga personal hygen
seperti mandi minimal 3 kali sehari, gosok gigi setiap mandi dan siap makan,
menganti daleman jika lembab dan masah, mencuci rambut 2 hari sekali daln
lainnya.
9.
Meminta pasien untuk mengulang kembali penjelasan
bidan
10.
Pasien mengerti dan dapat mengulangi kembali
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Penjelasan
Pada bab ini membahas mengenai proses manajemen asuhan
kebidanan menurut SOAP pada Nn. M dengan gangguan reproduksi Amenorrhea secara terperinci
mulai dari langkah pertama yaitu
pengkajian data sampai dengan penatalaksanaan sebagai langkah terakhir.
Pembahasan ini akan menjelaskan mengenai faktor pendukung dan faktor penghambat
proses serta kesenjangan antara manajemen teori dan praktek langsung di
lapangan juga alternative dari permasalahan yang ada. Menggambarkan
pendokumentasian hasil pengumpulan data pasien meliputi analisa melalui
anamnesa.
Data subjektif pada pasien dengan menorhagia di
dapatkan dari hasil wawancara langsung yaitu pasien mengatakan sudah tidak haid selama kurang lebih 2 bulan.
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses asuhan kebidanan yang penulis
lakukan untuk mengumpulkan data subjektif.
Pada
langkah ini penulis mengalami hambatan untuk mendapatkan data tersebut dengan
waktu yang terbatas. Menurut teori dan praktek di lapangan terdapat kesenjangan
dalam melakukan pengkajian. Menggambarkan pendokumentasian dan catatan medik
pemeriksaan fisik pasien, hasil laboratorium dan test diagnostik yang
dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung analisa.
Data objektif pada pasien dengan kasus Amenorrhea adalah hasil
pemeriksaan fisik.
Data subjektif dan objektif yang penulis temukan
saat melakukan pengkajian mendukung ditegakkannya analisa kebidanan pada Nn M. umur 15 tahun dengan gangguan reproduksi Amenorrhea.
Pada langkah perencanaan asuhan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah
atau diagnosa yang telah diidentifikasi, baik yang sifatnya evaluasi/memeriksa
kembali dan tindakan yang sifatnya follow up. Penatalaksanaan yaitu
mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah di lakukan seperti
tindakan antisipasi, tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan,
dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up. Dalam penatalaksanaan terdapat juga
intervensi yaitu data subjektif, objektif berubah atau tidak itu tergantung. Menurut teori Amenorrhea yang terjadi pada Nn M Merupakan klasifikasi derajat
ringan karena pasien baru pertama kali tidak mengalami haid dan biasanya siklus
haidnya teratur, kondisi pasien masih
baik sehingga memerlukan pemantauan saat siklus haid seanjutnya dan biasayan
sembuh sendiri secara stabilnya hormonal pasien itu sendiri.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan gangguan
reproduksi pada Nn. M Umur 15
Tahun dengan amenorrhea sekunder di Puskesmas Kuta Baro, maka kesimpulan dan saran sebagai berikut:
Pengkajian pada tanggal 17 November 2021
langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang akurat dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien pada kasus didapatkan data
nama pasien Nn. M Umur 15 tahun. Keluhan utama Nn. M mengatakan sudah 2 bulan lebih belum
mendapatkan menstruasi dan merasa cemas dengan keadaannya. data objektif
didapatkan pemeriksaan anogenital didapatkan tidak ada pengeluaran pervaginam
dan pemeriksaan PP test negati
Interpretasi data meliputi diagnosa
kebidanan yaitu didapatkan data Nn. M Umur 15 tahun dengan amenorrhea
sekunder. Masalah Nn. M mengatakan
merasa cemas dengan keadaannya. Pada kasus Nn. M
kebutuhan yaitu KIE tentang gangguan menstruasi.
Jelaskan pada pasien tentang hasil
pemeriksaan, berikan KIE pada pasien mengenai gangguan, berikan KIE pada pasien
mengenai amenore sekunder, anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup, berikan
support mental pada pasien untuk mengurangi kecemasan, anjurkan pada pasien
untuk meminum terapi obat sesuai anjuran bidan.
5.2 Saran
A. Pasien
Diharapkan
dapat mengurangi stress dan mengkonsumsi makanan yang bergizi sehingga dapat
mengurangi kejadian gangguan reproduksi khususnya amenorea sekunder
B. Bagi Instansi
Digunakan
sebagai masukan fasilitas pelayanan dan meningkatkan kualitas pelayanan
kebidanan pada gangguan reproduksi dengan amenore sekunder dan memberi wawasan
bagi profesi atau tenaga kesehatan lainnya dalam menangani kasus gangguan
reproduksi khususnya amenore sekunder dengan standar asuhan kebidanan.
C. Bagi Instansi Pendidikan
Diharapkan
dapat menambah referensi tentang gangguan reproduksi dan dapat menjadi
referensi yang bermanfaat bagi institusi pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati,
E.R & Wulandari, D. 2010. Asuhan Kebidanan (Nifas). Yogyakarta :
Mitra Cendikia.
Anggraini,
Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka Rihama.
Kumalasari dan Andhyantoro, 2012. Kesehatan Reproduksi untuk
Mahasiswa
Kebidanan dan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Manuaba,
I.B.G. 2008. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC
Nasir
dkk, 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika
Norwitz
dan Schorge, 2008. At ag Glance Obstetri & Ginekologi. Jakarta: Erlangga
Nugroho
dan utama, 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta:
Medical Book.
Nursalam,
2009. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Konsep dan Praktik. Jakarta:
Salemba MEdika
Notoatmodjo,
S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Oktavia,
F. 2010. Hubungan Anxietas dengan Kejadian Amenore Sekunder pada
Porverawati,
A dan Misaroh, S, 2009. Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna.
Yogyakarta: Medical Book
Prihardjo,
R. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta: EGC
Rukiyah,
Y. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Tran Info Media
Soepardan,
S. 2008. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC
Sulistyawati,
2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba
Medika
Syafrudin
dkk, 2011. Penyuluhan Kesehatan pada Remaja, Keluarga, Lansia dan
Masyarakat. Jakarta: Trans Info Media
Sugiyono,
2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Varney,
H. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Vol.1. Jakarta : EGC Yanti,
2011. Buku Ajar Ksesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihama
No comments:
Post a Comment